PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MASYARAKAT DI DAERAH KEJADIAN LUAR BIASA MALARIA DESA WAGIRPANDAN, KECAMATAN ROWOKELE, KABUPATEN KEBUMEN
Anggi Septia Irawan , Aryani Pujiyanti *Balai Besar Penclitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Jalan hasanudin no 123, salatiga
COMMUNITY KNOWLEGDE, ATTITUDE AND BEHAVIOR ON MALARIA
OUTBREAK IN WAGIRPANDAN VILLAGE, ROWOKELE DISTRICT, KEBUMEN REGENCY
ABSTRACT
Malaria is reemerging diseases and cause of an outbreak in Kebumen Regency. Knowledge and behavior of the community are important factor in supporting vector borne disease control such as malaria. Research design used cross sectional with 269 respondents in Wagirpandan village, Rowokele sub district of Kebumen Regency, Central Java Province. Aim of this study are to gain describe social and cultural aspect that reflected on knowledge, perception and practice of community using quantitative approach. Result of this research for basic escort of intervention to community about control malaria diseases. Knowledge. The majority of respondent (20,1%) have low knowledge of vector malaria. Most of respondent (54,3%) have negative perception of malaria. Low understanding and acceptance of the causal link between the mosquito and malaria, likely leading to poor comprehension of preventive activities, as well as confusion of malaria with dengue fever, were identified. In conclusion, this study highlights a low understanding about malaria diseases, leading to poor comprehension of preventive activities, as well as confusion of malaria with dengue fever . If case management continues to be the main strategy in malaria control program, the emic perspective of the people must be well-integrated into the program.
Key words : Malaria, Knowledge, Practice ABSTRAK
Malaria merupakan penyakit yang muncul kcmbali dan menimbulkan kejadian luar biasa di Kabupaten Jawa Tengah. Pcngctahuan masyarakat dan perilaku merupakan faktor penting dalam rangka menunjang program pengendalian penyakit bersumber binatang seperti malaria. Tujuan penelitian mendeskripsikan pcngctahuan, sikap, dan perilaku masyarakat yang berisiko pada kejadian luar biasa malaria. Design penelitian adalah studi potong lintang dengan 269 responden di Desa Wagirpandan, Kecamatan Rowokele, Kabupaten kebumen, Jawa Tengah. Metodc kuantitatif digunakan untuk menggali aspek sosial dan budaya yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat mengenai malaria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa scbagian besar responden (20,1%) tidak mengetahuai vektor malaria. Mayoritas responden (54,3%) mempunyai pcrscpsi negative terhadap pengendalian malaria. Pemahaman yang rendah mengenai penular malaria adalah nyamuk, bcrakibat rendahnya tindakan preventif yang dilakukan, salah satunya muncul masyarakat tidak bisa membedakan gejala dan nyamuk penular malaria dengan demam berdarah dengue. Kesimpulan rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit malaria, munculnya mispersepsi antara penyebab malaria dan
JURNAL VEKTORA Vol. IV No. 2
65
Anggi S.I., et al Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
demam berdarah yang berakibat pada tindakan pcnccgahan yang dilakukan. Pengetahuan lokal mengenai malaria, sebaiknya digunakan sebagai acuan pemegang program saat membuat model intervensi/pengendalian.
Kata Kunci: Malaria, Pengetahuan, Perilaku.
Jawa Tengah. Pada kurun waktu 2001
PENDAHULUAN
hingga Malaria termasuk infeksi parasit yang masih menjadi masalah di dunia. Sekitar 109 negara endemik malaria, 31 di
antaranya tercatat sebagai malaria-high burden countries. Beban terbesar penyakit malaria
berada
di
provinsi-provinsi
bagian timur Indonesia, dimana malaria merupakan
penyakit
endemik.
Keba-
nyakan daerah pedesaan di luar Jawa-Bali juga merupakan daerah berisiko malaria. Sedangkan, beberapa
di
Jawa
lokasi
penyakit
yang
Tengah
malaria muncul
untuk
merupakan
kembali
(re-
emerging diseases) (Dewi S, 2011). parasite
incidence)
Jawa-Bali
cukup
tinggi
yaitu
0,8%.
Demikian pula prevalensi malaria pada tahun 2010 adalah
10,7% meningkat
tajam dibandingkan pada tahun 2007 yakni 2,85%. Oleh karena itu malaria menjadi
salah satu target penuntasan
MDG's {Millenium Development Goal's)
yang harus dicapai Indonesia dalam kurun
waktu 2010 hingga 2014 (Purwodianto, 2010).
Kabupaten
Kebumen
tahun
2009
dengan terjadi lonjakan kasus dua kali
lebih
besar
dari
tahun
sebelumnya.
Kabupaten Kebumen merupakan salah satu dari 13 daerah endemis malaria di
66
malaria per seribu penduduk atau Annual
Parasite Insidence (API) di Kabupaten Kebumen. API tahun 2001 = 2,63/1000
penduduk,
tahun
2002
=
6,68/1000
penduduk,
tahun
2003
=
1,49/1000
penduduk,
tahun
2004
=
0,44/1000
penduduk,
tahun
2005
=
0,22/1000
penduduk, dan tahun 2006 = 0,03/1000
penduduk. Dari data terlihat puncak kasus terjadi pada tahun 2002, API termasuk
dalam kategori tinggi dengan nilai >5 penduduk
(P2PL
DKK
Kebumen, 2009). Pengendalian malaria di Indonesia
dikelompokkan untuk
menjadi
Jawa-Bali
(Supratman,
dan
2011).
dua
Luar
strategi Jawa-Bali
Malaria
yang
ditularkan oleh spesies Anopheles sebagai vektor
sp
masing-masing daerah
mempunyai karakteristik bioekologi, ciri sosio-antropologi beragam. Dengan demikian penentuan strategi pengendalian malaria
seyogyanya
karakteristik
mengacu
masyarakat
pada
terutama
pengetahuan, sikap, dan perilaku masingKejadian luar biasa malaria terjadi
di
kecenderungan
satu indikatornya yaitu angka kesakitan
nasional
Tahun 2010 adalah 2,4 %, sedangkan API
terjadi
berubahnya pola kasus yang terjadi. Salah
perseribu
Angka kesakitan malaria (API/ annual
2006
masing wilayah untuk mendukung berhasilnya pengendalian malaria, diperlukan informasi lokal mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat sebagai dasar jika akan melakukan intervensi. Pengetahuan dan JURNAL VEKTORA Vol. IV No. 2
Anggi S.I., et al Pengetahuan, Sikap dan Perilaku sikap masyarakat erat kaitannya dengan tradisi, kepercayaan, sistem nilai, pendidikan yang sangat beragam di setiap wilayah (Notoadmojo, 2005). Makalah ini merupakan bagian dari hasil penelitian
sampel sejumlah 269 orang. Pengambilan
Riset
Badan
sampel dilakukan secara acak/ simple
Kesehatan
random sampling. Pengumpulan data
mendeskripsikan
dilakukan dengan wawancara terstruktur
pengetahuan, sikap mengenai malaria,
menggunakan kuesioner. Kuesioner berisi
serta mengidentifikasi perilaku masya
pertanyaan
rakat berisiko kejadian malaria.
malaria,
Pembinaan
Litbangkes,
dengan
Kesehatan,
Kementerian
tujuan
d
(5%)
Dari
Penelitian
Wagirpandan,
Kabupaten
dilakukan di
Kecamatan
Kebumen,
menggunakan
desain
Desa
Rowokele,
Jawa
Tengah
penelitian cross
sectional. Pengumpulan data lapangan dilakukan 8 bulan (Februari - November 2011).
Populasi
penelitian
malaria,
perilaku pencegahan gigitan,
perilaku
memberantas
perilaku
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Wilayah Kecamatan
Secara
Penelitian
menggunakan
aspek
vektor,
dan perilaku mengikuti penyuluhan.
Kabupaten
mengetahui
jentik
aktivitas di luar rumah pada malam hari,
Rowokele,
untuk
pengetahuan
pencegahan
terhadap
Kabupaten
kuantitatif
mengenai
vektor,
penduduk Desa Wagirpandan, Kecamatan metode
didapatkan
malaria,
adalah Kebumen.
perhitungan
pencegahan
sikap BAHAN DAN METODE
= Nilai presisi absolut dibutuhkan
Rowokele berada di
Kebumen,
administratif
Jawa
Tengah.
kecamatan
ini
berbatasan langsung dengan Kabupaten Banyumas
atau
terletak
di
wilayah
perilaku, sosial, dan budaya masyarakat
Kabupaten Kebumen sisi paling barat.
mengenai malaria dengan perspektif emik
Karakter Topografi Kecamatan Rowokele
masyarakat (Judith Green, 2004).
terbagi menjadi dua yakni dataran tinggi
Jumlah sampel minimal meng gunakan ramus lameshow sebagai
dan daerah pantai. Lokasi penelitian adalah di Desa Wagirpandan yang secara administratif termasuk wilayah Kecamatan Rowokele. Desa Wagirpandan terbagi menjadi 4 dusun yakni Dusun Cuntelan, Dusun Borang, Dusun
berikut:
Z\.anP{l-P)N d2{N-\) +Z\_al2P{\-P) n
= Jumlah sampel dibutuhkan
Zia/2
= Standar skor dikaitkan dengan taraf nyata diinginkan (1,96)
P
= Proporsi diharapkan (0,5)
N
= Jumlah populasi (890 KK)
JURNAL VEKTORA Vol. IV No. 2
Kedunguling,
dan
Dusun
Bilungan.
Distribusi responden berdasarkan umur
dan pendidikan sapat dilihat pada tabel 1.
67
Anggi S.I., et al Pengetahuan, Sikap danPerilaku Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan umur dan pendidikan di Desa Wagirpandan Tahun 2011 N
Jumlah
(N = 269)
(%)
22
7,8
Umur produktif 25-65
247
92,2
Rendah (Tidak sekolah-SD) Tinggi (SMP-Perguruan Tinggi)
215
80,3 19,7
Karakteristik Responden
Umur non produktif <15 dan >64
Umur
Pendidikan
54
Jumlah dalam 70.00 60.00
ml. •••:•:'
50.00 40.00 30.00
kategori n"2H
J!
1 1
20.00
E3 baik
Hi kurang
10.00
L
0.00
Pengetahuan
^^
11 ^*-f
p.
%=&.<•
perilaku
sikap
Gambar 1. Distribusi responden berdasarkan total PSP responden di Desa Wagirpandan Tahun 2011
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan total pengetahuan malaria di Desa Wagirpandan Tahun 2011
responden
Baik (%)
N (N:269)
Kurang (%)
N (N:269)
1. Pengetahuan mengenai penyakit malaria
42,0
112
58,0
157
2. Pengetahuan mengenai vektor malaria
20,1
54
79,9
215
3. Pengetahuan mengenai pencegahan malaria
57,6
153
42,4
116
No
Kategori Pengetahuan
Distribusi
total
Pengetahuan,
vektor,
waktu
mengigit,
Sikap, dan Perilaku (Gambar 1), sebagian
perkembangbiakkan nyamuk.
besar responden berpengetahuan kurang
Berdasarkan
(60,2%), bersikap kurang mendukung
sebagian
(54,3%), dan berperilaku kurang (61,3%).
mempunyai
Pengetahuan mengenai vektor malaria
terhadap
meliputi penyebab malaria, nama nyamuk
pengetahuan malaria,
68
mengenai
besar
dan
hasil
penelitian
responden
pengetahuan vektor
malaria.
pencegahan
kelompok
tempat
responden
(79,9%) kurang Pada penyakit dengan
JURNAL VEKTORA Vol IVNo. 2
Anggi S.I., et al Pengetahuan, Sikap dan Perilaku presentase pengetahuan
baik
(57,6%)
dengan
lebih tinggi dari kelompok responden
pengetahuan
kurang
(42,4%)
(tabel 2).
Tabel 3. Distribusi responden pengetahuan mengenai malaria dan nyamuk vektor di Desa Wagirpandan Tahun 2011 (N: 269) N
Kategori Pengetahuan
%
(N:269)
Pengetahuan mengenai gejala malaria mengigil/demam/sakit kepala
190
Demam disertai Bintik merah
79
71,7 28,3
Jumlah
269
100
Pengetahuan mengenai Penyebab malaria Nyamuk Laiat/bakteri/lingkungan
199
74,3 24,5
64
Tidak tahu Jumlah
6
1,1
269
100
118
Pengetahuan waktu nyamuk mengigit Malam hari
Pagi dan sore Sepanjang waktu
6
43,5 54,3 1,9
269
100
139
145
Jumlah
Pengetahuan tempat perkembangbiakan nyamuk Penampungan air bersih dalam dan luar rumah Selokan
53
51,7 20,1
Mata air
27
10
Sawah
3
Sungai Tempurung kelapa
11
16
Tidak tahu
20
1,1 4,1 6,3 6,7
269
100
Memakai kelambu Membersihkan rumah
58
Jumlah
Pengetahuan pencegahan malaria
Memakai obat nyamuk (semprot,bakar,elektrik)
122
21,6 46,4
Minum obat anti malaria
42
16
Tidak tahu
32
Jumlah
15
11,9 4,1
269
100
Sebagian besar responden (71,7%) memiliki
malaria
pengetahuan
yakni
demam
tentang
disertai
gejala
sakit
Sebesar
43,5%
responden
menjawab
nyamuk malaria mengigit pada malam hari.
Mayoritas
(51,7%)
pengetahuan
responden
kepala, sedangkan untuk demam disertai
memiliki
bahwa
jentik
bintik merah 28,3% (Tabel 3). Mayoritas
nyamuk berkembang di penampungan air
responden juga telah mengetahui bahwa
bersih dalam dan luar rumah.
penular malaria adalah nyamuk (74,3%).
JURNAL VEKTORA Vol. IV No. 2
69
Anggi S.I., et al Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Distribusi responden sikap responden mengenai penceg ahan Wagirpandan Tahun 2011
Tabel 4.
malaria di Desa
N
Kategori PSP
%
(n:269)
Sikap pencegahan malaria Total Sikap positif pencegahan malaria Sikap negatif pencegahan malaria
146
123
54,3 45,7
Jumlah
269
100
Sikap pencegahan malaria kategori Pemberantasan sarang nyamuk : Sikap positif Sikap Negatif
178
65,8 34,2
Membersihkan lingkungan
91
Jumlah
269
100
Sikap positif Sikap Negatif
207
77,7
62
22.3
Jumlah
269
100
94 175
34,6 65,4
269
100
Sikap positif Sikap Negatif
Dengan IRS atau pengasapan
Jumlah
Sikap merupakan hasil dari proses
penyakit malaria masih kurang, secara
beraksi
umum kelompok responden dengan sikap
dengan stimulus yang diterimanya. Hal
negatif sebesar 54,3%, sedangkan sikap
tersebut
menunjukkan
positif pada pencegahan malaria sebesar
berbeda
dengan
sosialisasi
dimana
seseorang
bahwa
pengetahuan,
sikap karena
45,7%.
Sikap
malaria
(65,8%)
memilih
memberikan kesiapan yang menunjukkan
sebagian
aspek
yang
pemberantasan sarang nyamuk, 34,2 %
berorientasi kepada hal-hal yang bersifat
memilih untuk membersihkan lingkungan
umum (Sitoras, 2010). Sikap positif dari
(tabel 4).
positif
masyarakat
atau
negatif
mengenai
besar
pencegahan
pencegahan
Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan perilaku tentang pencegahan malaria di Desa Wagirpandan Tahun 2011 (N: 269) Baik
Kategori PSP
Perilaku mencegah gigitan nyamuk Perilaku memberantas jentik Perilaku mencegah kegiatan di luar rumah pada malam hari
Perilaku mengikuti penyuluhan Perilaku
(%) 31,6 12,6
(269)
81,4
217
7,4
21
83 32
Kurang (%) 68,4 87,4 18,6 92,6
N
_(269)_ 186 237 52 248
malaria
sangat kurang yaitu hanya sebesar 7,4%,
(Tabel 5) diantaranya responden yang
pencegahan gigitan sebagian besar masih
pernah
kurang yakni sebesar 68,4%, sedangkan
70
mengikuti
pencegahan
N
penyuluhan
masih
JURNAL VEKTORA Vol. IV No. 2
Anggi S.I., et al Pengetahuan, Sikap dan Perilaku 31,6% baik, kelompok responden dengan
gejala
perilaku baik dalam memberantas jentik 12,6% dan 87,4% kurang, perilaku mencegah gigitan di luar rumah pada malam hari sebagian besar sudah baik
disertai sakit kepala.
(81,4%).
malaria
yakni
Karakteristik
panas
periodik
responden
berda
sarkan pekerjaan, dari total responden 269 orang,tertinggi
adalah
petani
45,7%.
Pekerjaan dapat menempatkan seseorang beresiko tinggi terinfeksi malaria dibandingkan individu lainnya. Pekerjaan
PEMBAHASAN
merefleksikan baik status sosial ekonomi
Penelitian
mengenai
ini
mendeskripsikan
pengetahuan,
sikap,
dan
dan
tingkat
keterpaparan
terhadap
penyakit (Depkes, 2002).
perilaku masyarakat mengenai malaria
Beberapa studi dengan karakter
yang dapat digunakan untuk mengem-
topografis yang hampir mirip dengan
bangkan
kesehatan
Kebumen diketahui bahwa daerah bila
masyarakat untuk meningkatkan partisi-
disandingkan dengan wilayah Indonesia
pasi masyarakat dalam pengendalian dan
Timur yang sebagian besar endemis, rata-
pencegahan malaria. Malaria merupakan
rata pengetahuan masyarakat di daerah ini
penyakit menular yang disebabkan parasit
mengenai malaria masih rendah karena
genus Plasmodium dan ditularkan oleh
malaria bukanlah penyakit yang sering
gigitan nyamuk Anopheles. Gejala umum
dijumpai dalam kehidupan masyarakat
malaria pada tahap awal serupa dengan
(Santoso, 1991).
pola
pendidikan
infeksi lain yang disebabkan oleh bakteri,
Saat
ini
informasi
mengenai
parasit atau virus seperti demam yang
tindakan
bersifat periodik, sebelum demam diawali
demam
dengan gejala mual, muntah, lesu, nyeri
dibandingkan malaria sehingga mem-
kepala (Dewi, 2011). Sedangkan untuk
berikan sumbangan besar terhadap kesa-
penyakit tular vektor lain yakni demam
lahan
berdarah dengue (DBD) gejalanya hampir
dengan
sama dengan malaria dimulai dengan
2008). Hal ini terbukti dari studi ini masih
demam
Gejala
banyaknya responden yang tidak bisa
penyakit yang disebabkan virus, parasit
membedakan tempat perkembangbiakkan
atau bakteri yang hampir mirip, seringkali
menimbulkan mis-persepsi salah satunya
(breeding place) vektor malaria dengan vektor demam berdarah. Lebih separuh
saat membedakan gejala malaria-demam
dari total responden (51,7%) menganggap
berdarah. Pada studi ini 28,3% responden
tempat penampungan air bersih di dalam
masih mengatakan gejala malaria yakni
dan
panas disertai bintik-bintik merah, dan
perkembangbiakkan
71,3% telah memiliki pengetahuan tepat
malaria.
(Widoyono,
2008).
preventif juga
berdarah
persepsi
demam
luar
lebih
membedakan
berdarah
ramah Pada
penanggulangan gencar
malaria
(Widoyono,
sebagai
tempat
nyamuk
vektor
umumnya
tempat
perkembangbiakkan Anopheles sp adalah
JURNAL VEKTORA Vol. IVNo. 2
71
AnggiS.I., et al Pengetahuan, Sikap dan Perilaku genangan air yang terlindung dari arus
pencegahan yang tidak tepat (Utarini,
deras,
2003). Pada studi di Desa Wagirpandan,
cukup
pasokan
makanan
dan
oksigen, dekat dengan tanah tetapi air
tidak
tidak terlalu kotor, seperti mata
malaria tidak
air,
tepatnya
pengetahuan
vektor
sertamerta menyebabkan
tindakan pencegahan yang salah. Hal ini
kolam, sawah (Widoyono, 2008).
Kebiasaan menggigit Anopheles
terbukti sebagian besar responden 70%
sp pada malam hari hingga dini hari dengan puncak aktivitas menghisap darah beragam tergantung spesiesnya. Berbeda dengan perilaku menghisap darah Ae. aegypti yang mengigit beberapa jam
memakai obat nyamuk baik bakar, listrik,
setelah
setempat.
matahari
terbit
dan
sore
hari
maupun aerosol pada malam hari. Pengetahuan masyarakat menge
nai tindakan pencegahan nyamuk didapat dari
pengalaman
empirik
Seperti
yang
penduduk
diungkapkan
selama beberapa jam sebelum matahari
informan di atas, bahwa mereka sering
terbenam (Widoyono, 2008). Terdapat
menjumpai nyamuk pada malam hari,
mispersepsi pada pengetahuan mengenai
bukan berasal dari pengetahuan yang
kebiasaan menggigit, lebih dari separuh
diberikan dari luar misalnya penyuluhan
responden (54,3%) menganggap nyamuk
atau media-media informasi lainnya. Hal
vektor malaria mengigit pada pagi dan
ini sesuai dengan penelitian yang pernah
sore hari.
dilakukan di daerah pedesaan Kamboja
Desa
Wagirpandan
seperti
(Yasuoka, 2012). Pengetahuan masya
umumnya wilayah Kecamatan Rowokele
rakat yang
adalah daerah pegunungan dengan banyak
perilaku lebih banyak terinternalisasi dari
ditumbuhi
pengalaman
pepohonan
pinus
dan
persawahan. Perairan yang ada adalah
kebiasaan
yang
atas
perkembangan
Anopheles sp (Barodji, 2003).
Sesuai
yang
penyakit
kepada
pada
nyamuk.
melakukan
selama
membentuk malaria,
pengalaman
masyarakat
nyamuk
terima
perilaku
bukan berasal dari pengetahuan mereka
dengan perilaku nyamuk Anopheles sp umumnya,
ia
Pada studi di Desa Wagirpandan
kemarau dan menimbulkan genangangenangan air yang merupakan habitat untuk
yang
hidupnya,
sungai yang sering kering pada musim
sesuai
akhirnya terwujud dalam
pada
namun dan
saat
Pendidikan
lebih
kebiasaan
sering
digigit
kesehatan
yang
aktifitas menggigit pada waktu malam
benar merupakan salah satu cara untuk
hari,
meningkatkan pengetahuan yang akan
pada
pagi
hingga
sore
hari
Anopheles sp menggunakan waktu ini
berdampak
untuk resting! beristirahat di tempat-
preventif
tempat
penggunaan kelambu (Joshi, 2008).
yang
tertutup
dan
gelap
yang
salah
akan
berakibat pada tindakan preventif dan
72
tepatnya
tindakan
pencegahan malaria seperti
Setiap populasi memiliki keper-
(Widoyono, 2008). Pengetahuan
pada
cayaan
dan
memaknai
budaya
sebuah
berbeda
penyakit
untuk
diyakini
JURNAL VEKTORA Vol. IVNo. 2
Anggi S.I., et al Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
sudah
berbahaya
jombo,
2010).
atau Hal
mempengaruhi
belum ini
(GTA
pula
perilaku
masih sangat rendah dipahami oleh
akan
masyarakat
masyarakat.
•
Sikap responden
terhadap tindakan berobat. Sebagian besar
mendukung
responden telah mempercayakan kepada
malaria;
tenaga kesehatan bila menderita panas
•
masih kurang
terhadap
Perilaku
pencegahan
responden
dalam
65,4%. Namun, masyarakat akan pergi ke
pencegahan gigitan nyamuk vektor
tenaga kesehatan bila telah memenuhi
masih kurang;
beberapa kriteria yang telah
mereka
•
pahami sendiri.
persepsi
malaria
Sebagian besar responden belum memahami
Salah
secara
benar
dan
terutama
mengenai
mengenai demam
mengenai
sakit
berdarah,
pengetahuan
terhadap pengendalian vektor;
penyebab malaria, penular malaria serta
bagaimana
cara
pencegahan
dan
pemberantasan malaria. Hal
ini dise
babkan
kehadiran
karena
tingkat
SARAN
•
pernah
penyuluhan
tentang malaria.
mengikuti Menurut
sebagian besar informan penyuluhan atau
sosialisasi
pengetahuan
vektor
malaria.
masih rendah, terbukti hanya 7,1% dari
yang
tambahan
mengenai
masyarakat dalam mengikuti penyuluhan
responden
Perlunya
•
Dalam
materi
sosialisasi
perlu
diberikan perbedaan antara malaria dengan Demam Berdarah
sosialisasi hanya dilakukan bila terjadi Kejadian
Luar
Biasa.
Salah
seorang
petugas kesehatan di Desa Wagirpandan, mengatakan bahwa sosialisasi terakhir dilakukan pada tahun 2009 silam pasca KLB
terjadinya
kelambunisasi.
disertai Intervensi
dengan terhadap
penduduk melalui penyuluhan dilakukan sporadis
saat munculnya kasus yang
berakibat KLB, hal ini dikarenakan Jawa
Tengah bukanlah wilayah endemis tinggi untuk penyakit malaria (Utarini, 2003).
Pengetahuan malaria
mayoritas
Barodji, Damar TB, Hasan Boesri, Sudini, dan
Sumardi.
Vektor
dan
2003.
Situasi
Bionomik Malaria
di
Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 2, no 2, 209-216
Departemen Kesehatan. 2002. Pedoman Filariasis di pemberantasan Indonesia.
Direktorat
Jenderal
PPM & PL. Jakarta.
Green, J. and Nicky, T.2004. Qualitative Method for Health research. LondomSage Publication 135-136
KESIMPULAN
•
DAFTAR PUSTAKA
mengenai dan
masih
penyakit
pencegahannya
kurang,
khusus
untuk pengetahuan mengenai vektor JURNAL VEKTORA Vol. IVNo. 2
GTA, Jombo, Mbawuaga EM, Gyuse AN, Enenebeaku MNO, Okwori EE, Peters EJ, Akpan S, Odey F, Etukumana EA, Akosu JT. 2010.
73
Anggi S.I., et al Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Socio-cultural factors influencing insecticide
treated
bednet
utilization in a malaria endemic
city in north-central Nigeria. Asian Pacific Journal of Tropical Medicine, 402-406
Joshi A.B., and M.R. banjara. Malaria Related Knowledge, Practices, And Behavior Of People in Nepal. J Vector borne disease 45, pp 4450
masyarakat Desa Pagar Desa Terhadap Malaria Kabupaten Musi banyuasin.Bui. Spirakel, 418
Sukowati, Supratman, Siti Sapardiyah, Enny W Lestari. 2001. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku (PSP) Masyarakat Tentang Malaria
di
Daerah
Lombok
Timur, Nusa Tenggara Barat. Media litbang Kesehatan vol.1, 171-179.
P2PL Dinkes Kabupaten Kebumen.2006. Laporan tahunan program P2 Penyakit Malaria. Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Notoadmojo, S. 2005. Promosi Kesehatan dan Pengantar llmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta
:
Penerbit
Rineka Cipta. 13-14 Purwadianto, A. 2011. Laporan Nasional Riset
Kesehatan
dasar
Susana, Dewi. 2011. Dinamika Penularan Malaria. Jakarta : UI- Press 1 -4
Utarini, A, Anna Winkivst, Fahmi Maria Ulfa. Rapid assessment
procedures ofmalaria in low endemic countries:
communityperceptions in Jepara district, Indonesia. Social Science & Medicine 56 (2003) 701-712
Tahun
2010. Laporan penelitian, Badan Litbang Kesehatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan, 77-80
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, Pemberantasannya. Erlangga Medical Series. Jakarta.
S.K. Lwanga and S. Lemeshow (sample size
determination
in
health
studies, Geneva :WHO
Yasuoka Junko., Krishna C Poudel., Po Ly., Che Nguon., Duong Socheat., and Masamine Jimba.2012. Scale-
Santoso, Siti S, Kasnodiharjo.1991. Satuan Tinjauan Aspek Sosial Budaya dalam Kaitannya dengan Penularan
Malaria.
Buletin
Penelitian Kesehatan, No 1 vol 4
Sitoras,
H,
Lasbudi
P,
Ambarita.
up of community-based malaria control can be achieved degrading community health workers service quality: the village malaria worker project in Cambodia. Malaria Journal, 11(4) 11-12
Pengetahuan Sikap dan Perilaku
74
JURNAL VEKTORA Vol. IVNo. 2