ASPEK PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN MALARIA
DI DESA JLADRI, KABUPATEN KEBUMEN
Aryani Pujiyanti dan Widiarti Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Jl. HasanudinNo 123 Salatiga
BEHAVIOR ASPECTS OF MALARIA IN JLADRI VILLAGE, KEBUMEN REGENCY
ABSTRACT
Jladri Village was one of an endemic area of malaria in Kebumen Regency that had increasing case during 2006-2008. The objectives of this study were to determine demographic characteristic, respondents knowledge, attitude and practices towards malaria. The study was undertaken as a descriptive cross-sectional survey in Jladri Village in April-December 2008. Fifty (50) respondents that ever had malaria were interviewed using a structured questionnaire. The results showed that 52% of respondents known malaria as a serious disease but only 54,17% of whom correctly associated it with mosquito bites. Knowledge of vector and vector control was low. Treatment-seeking intention at the health facility was high (94%) but 46% never had malaria treatment. Survey data showed that respondents had positive attitude for using bed net to reduce malaria. Daily activities of respondents in outside in the afternoon and mobility to endemic area were increasing contact with vector. The study revealed that community knowledge of malaria vector and vector control required attention. Health promotion about vector control and vector behavior and information about compliance of malaria drug treatments could be recommended.
Keywords : malaria, knowledge, behavior ABSTRAK
Desa Jladri merupakan salah satu daerah endemis malaria di Kabupaten Kebumen yang memiliki peningkatan kasus antara Tahun 2006-2008. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakter demografi, pengetahuan, sikap dan praktck responden tentang malaria. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional yang dilakukan di Desa Jladri pada April-Desember 2008. Sebanyak 50 responden yang pernah sakit malaria diwawancarai menggunakan kuesioner terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan 52% responden mengetahui malaria sebagai penyakit serius namun hanya 54,17% yang menghubungkannya dengan gigitan nyamuk. Pcngctahuan tentang vektor dan pengendaliannya masih rendah. Sebanyak 58,0% responden mendukung pemberantasan malaria melalui kerjasama pemerintah dan masyarakat. Upaya pengobatan di tenaga kesehatan cukup tinggi (84%) tetapi 46% penderita tidak pernah minum obat malaria. Responden menunjukkan sikap positif terhadap penggunaan kelambu untuk mengurangi malaria. Sebanyak 76,0% melakukan aktivitas di luar rumah saat sore/malam hari dan 82,0% tidak pernah menutup lubang ventilasi dengan kawat anti nyamuk. Aktivitas harian di luar rumah saat soremalam hari dan mobilitas ke daerah endemis meningkatkan kontak dengan vektor. Kesimpulan studi adalah pengetahuan tentang vektor malaria dan pengendaliannya masih memerlukan peningkatan. Promosi kesehatan dapat direkomendasikan untuk informasi mengenai perilaku dan pengendalian vektor disertai informasi tentang kepatuhan minum obat malaria.
Kata kunci: malaria, pengetahuan, perilaku
JURNAL VEKTORA Vol. IVNo. 2
75
Ariyani P., et al Aspek Perilaku Masyarakat
kasus indigenous di kedua kecamatan
PENDAHULUAN
tersebut yang menggambarkan adanya Malaria masih menjadi salah satu masalah
kesehatan
Indonesia
walaupun
masyarakat saat
ini
pemberantasannya menjadi indikator
dari
target
di
upaya
salah satu
Pembangunan
Milenium (MDGs) pada tahun
2015
(Laihat, 2011). Menurat Prabowo (2004) Malaria
disebabkan
oleh
parasit
(Plasmodium sp) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles sp. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian teratama
pada kelompok berisiko tinggi seperti
penularan lokal (DKK Kebumen, 2008). Penelitian
sebelumnya
bahwa kejadian dengan
menunjukkan
malaria berhubungan
karakteristik
sosiodemografi,
mobilitas penduduk, kondisi lingkungan dan
perilaku
manusia.(Ompusunggu,
2009). Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan faktor demografi dan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) terhadap kejadian malaria di Desa Jladri, Kabupaten Kebumen Tahun 2008.
bayi, anak balita, ibu hamil. Teori Blum menyebutkan bahwa
METODE PENELITIAN
derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, fasilitas
perilaku
dan
merupakan
genetika.
faktor
mempengarahi
Penelitian dilakukan di Desa Jladri,
kesehatan,
Perilaku
terbesar
kesehatan
yang
seseorang.
Kabupaten Kebumen.
Jenis penelitian
adalah penelitian observasional dengan rancangan
cross
sectional.
Pemilihan
Menurat Notoatmodjo (2002), perilaku
sampel secara purposif yaitu masyarakat
kesehatan
karakteristik
di Desa Jladri yang pernah didiagnosis
pengetahuan,
atau memiliki riwayat penyakit malaria
terbentuk
individu
dari
seperti
tindakan
menurat data puskesmas Tahun 2008.
lingkungan.
Sampel minimal yang dibutuhkan adalah
Berdasarkan Green dan Kreuter (1991), perilaku dipengaruhi oleh karakteristik
49 sampel. Peneliti mengambil sampel sebayak 50 orang. Waktu penelitian
personal
adalah April hingga Desember 2008.
pengalaman,
sikap,
berinteraksi
dan
dengan
(umur,
pendidikan,
jenis
kelamin, pengetahuan dan sikap) serta
Pengumpulan
faktor
wawancara
eksternal
(budaya,
nilai-nilai,
data
dengan
terstraktur
metode
menggunakan
kuesioner sebagai instrumen. Kuesioner
sosial, dan politik). Pada Tahun 2006 dilaporkan ada
terdiri dari 5 bagian yakni karakteristik
Kabupaten
demografi, pengetahuan malaria, sikap
Kebumen yaitu di wilayah Kecamatan
terhadap faktor risiko, upaya pencegahan
Buayan (Desa Jladri 61 kasus) dan Ayah
dan
(Desa Jintung 28 dan Srati 11 kasus).
responden untuk pencegahan malaria,
Hasil
serta
kejadian
luar
laporan
diketahui
biasa
dinas
bahwa
di
kesehatan
selain
juga
terjadi
peningkatan kasus import, terdapat pula
76
pengobatan pengamatan
malaria, lingkungan
tindakan sekitar
ramah responden. Data dianalisis secara deskriptif.
JURNAL VEKTORA Vol. IV No. 2
Ariyani P., et al Aspek Perilaku Masyarakat
56,0%, tidak tamat SD 16,0% dan tidak
HASIL
pernah bersekolah 14,0%. Petani dan ibu Karakteristik responden Responden
berjumlah
50
rumah
yang
diwawancarai
orang.
Karakteristik
responden dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa sebagian besar responden 78,0%
tangga
merupakan
kelompok
pekerjaan yang memiliki proporsi paling banyak di antara jenis pekerjaan lainnya, yaitu sebesar 84,0% dan 8,0%. Persentase
kelompok responden perempuan 60,0% lebih banyak daripada laki-laki 40,0%.
berusia antara 19-55 tahun (Tabel 1). Mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu tamat SD/MI Tabel 1. Karakteristik demografi responden di Desa Jladri, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen, Tahun 2008 Variabel
n(50)
Umur
19-55 tahun
33
78,0
56-70 tahun
11
22,0
perempuan
30
60,0
Laki-laki
20
40,0
Tidak pernah sekolah
7
14,0
Tidak tamat SD
8
16,0
28
56,0
Tamat SLTP
6
12,0
Tamat SLTA
1
2,0
42
84,0
Ibu ramah tangga
4
8,0
Tidak Bekerja
1
2,0
Sekolah
1
2,0
Pedagang/Wiraswasta
1
2,0
Buruh
1
2,0
Jenis kelamin
Pendidikan
Tamat SD/MI
Jenis pekerjaan Petani
JURNAL VEKTORA Vol. IVNo. 2
77
Ariyani P., et al Aspek Perilaku Masyarakat
Pengetahuan responden terhadap
responden
tidak
dapat
menyebutkan
malaria dan nyamuk vektor ditunjukkan
perbedaan secara umum ciri-ciri nyamuk
Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1,
vektor malaria bila dibandingkan dengan
pada
malaria dipahami sebagai penyakit yang
jenis
serius oleh 90% responden dan mayoritas
responden 58,0% mengetahui tempat-
90% responden juga telah mengenai
tempat yang berpotensi sebagai habitat
gejala/tanda
52,0%
nyamuk vektor, akan tetapi hanya 40,0%
responden tidak tahu bahwa penularan
responden yang dapat menyebutkan cara
malaria melalui gigitan nyamuk. Selurah
mengeliminasi habitat tersebut.
malaria.
Sebesar
nyamuk
lainnya.
Mayoritas
a tahu
• tidak tahu
nyamuk ciri nyamuk sebagaivektorvektormalaria
habitat nyamuk
cara penularan tandadan gejala malaria
vektor
Pengetahuan responden
Gambar 1. Distribusi Pengetahuan responden di Desa Jladri, Kabupaten Kebumen, Tahun 2008
Tabel 2. Distribusi sikap responden di Desa Jladri, Tahun 2008 Setuju
Sikap responden
Tidak setuju
%
n
%
n
Total n
%
Kerjasama pemerintah-masyarakat untuk pemberantasan malaria
21
42
29
58
50
100
Pemberantasan sarang nyamuk
49
98
1
2
50
100
Penggunaan kelambu
50
100
0
0
50
100
Obat tradisional/obat warung untuk malaria
20
40
30
60
50
100
Genangan air berisiko pada penularan
45
90
5
10
50
100
Kebersihan lingkungan untuk pencegahan
50
100
0
0
50
100
Distribusi sikap responden dapat dilihat
pada
pengendalian
Tabel
2.
vektor,
Pada
upaya
sebagian
besar
responden
90,0%
menyetujui
adanya
genangan
air
lingkungan
sekitar
78
di
meningkatkan
Semua
risiko
terkena
responden
penggunaan
kelambu
malaria.
mendukung dan
kegiatan
kebersihan lingkungan untuk mencegah malaria. Mayoritas responden 98,0%
JURNAL VEKTORA Vol. IVNo. 2
Ariyani P., et al Aspek Perilaku Masyarakat setuju
dengan
pelaksanaan
kegiatan
obat tradisional ataupun obat waning
pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
untuk mengobati malaria tidak disetujui
Pendapat
oleh 60,0% responden.
masyarakat
penanggung malaria
mengenai
jawab
58,0%
pemberantasan
lebih
banyak
pada
Tabel perilaku
3
menunjukkan
responden.
distribusi besar
Sebagian
kerjasama pemerintah dan masyarakat
responden 76,0% melakukan aktivitas di
walaupun proporsi ini tidak berbeda jauh
luar
dengan
82,0% tidak pemah
kelompok
menyatakan yang
masyarakat
Sikap
saat
sore/malam
hari
menutup
dan
lubang
bahwa cukup pemerintah
ventilasi dengan kawat anti nyamuk.
jawab
Mayoritas responden 72% tidak pemah
bertanggung
melakukan
yang
ramah
tindakan
responden
penuh
pemberantasan.
terhadap
pencarian
pengobatan diketahui bahwa penggunaan
pergi
dari
luar
desa,
namun
24%
responden melakukan mobilitas ke daerah endemis malaria.
Tabel 3. Distribusi perilaku responden di Desa Jladri, Tahun 2008 Frekuensi tindakan
Perilaku responden
Selalu %
n
Kadang n
%
Tidak pernah %
n
Jumlah
%
n
Perilaku berisiko Mobilitas ke daerah malaria
2
4
12
24
36
72
50
100
38
76
6
12
6
12
50
100
Periksa ke tenaga kesehatan
47
94
2
4
1
2
50
100
Minum obat malaria
10
20
17
34
23
46
50
100
6
12
3
6
41
82
50
100
28
56
18
36
4
8
50
100
3
6
18
36
29
58
50
100
30
60
7
14
13
26
50
100
Aktivitas di luar rumah pada sore/malam hari
Perilaku pengobatan
Perilaku pengendalian vektor Menutup ventilasi
Mendapat penyemprotan insektisida Pakai obat anti nyamuk
Tidur dengan kelambu
Pada Tabel
3,
sebagian besar
94,0% membawa penderita malaria ke
responden 60,0% memilih menggunakan
tenaga
kelambu saat tidur daripada obat anti
pengobatan,
nyamuk
responden
(6,0%).
responden
menyatakan
penyemprotan kesehatan.
Sebanyak
insektisida
56,0% mendapat
dari
tenaga
kesehatan tetapi tidak
untuk
upaya
sebesar
46,0%
pernah
minum
obat
malaria dan 23,0% tidak minum secara rutin.
Hampir selurah responden
JURNAL VEKTORA Vol. IV No. 2
79
Ariyani P., et al Aspek Perilaku Masyarakat
memungkinkan
PEMBAHASAN
mudah Penderita
malaria
di
Desa
Jladri
nyamuk
masuk ke
menggigit
vektor
dalam
manusia
lebih
ramah untuk
dan
berpotensi
Tahun 2008 lebih banyak pada kelompok
menularkan
usia
dan
Lokasi tempat tinggal maupun tempat
pendidikan
bekerja yang berdekatan dengan tempat
Menurat Krause dalam
perindukan nyamuk vektor berisiko tinggi
(Dale et al, 2005), aktivitas manusia dan
untuk terkena malaria (Butrapom et al,
pekerjaan
1986).
produktif,
responden
pekerja
dengan
yang rendah.
petani,
tingkat
menjadi
memungkinkan
untuk
manusia
dengan
infektif.
Dale,
menyebutkan masyarakat
keluarga.
yang
kontak
antara
Malaria sudah cukup dikenal di
Anopheles
Desa Jladri sebagai penyakit serius dan
al
juga
mayoritas responden telah mengetahui
kelompok
tanda/gejala malaria. Pada pengetahuan
(2005)
bahwa dengan
pada
faktor
nyamuk et
malaria
tingkat
sosial
tentang
mekanisme
penularan,
hasil
ekonomi menengah ke bawah cenderang
penelitian menunjukkan bahwa sebagian
memiliki tingkat insidensi malaria yang
responden
temyata
lebih tinggi daripada kelompok sosial
memahami
bahwa
ekonomi
menengah juga
penelitian
ke
masih
belum
transmisi
malaria
atas.
Hasil
melalui gigitan nyamuk vektor. Sebesar
menunjukkan
24%
54,17%
responden
juga
tidak
dapat
responden melakukan mobilitas ke daerah
membedakan nyamuk Anopheles dengan
endemis malaria dan banyak masyarakat
nyamuk vektor demam berdarah dengue.
yang selalu melakukan aktivitas di luar ramah
saat
tersebut
sore-malam
sesuai
hari.
masyarakat tentang mekanisme penularan
Pangkalpinang yang menyebutkan bahwa
dan vektor menjadi dasar untuk pemilihan
kebiasaan keluar pada malam hari dan
metode pengendalian vektor yang akan dilakukan oleh masyarakat. Infeksi parasit
ke
merupakan
daerah
faktor
malaria.(Sunarsih,
penelitian
variabel pembentuk perilaku. Pemahaman
di
mobilitas
dengan
Hasil
Pengetahuan merupakan salah satu
endemis
risiko 2009).
malaria
kejadian Kebiasaan
malaria
tergantung
interaksi
antara
nyamuk, host dan lingkungan. Studi di Thailand
menyebutkan
hingga larat malam memudahkan terkena
pengetahuan
yang
gigitan nyamuk vektor teratama yang
etiologi maupun cara penularan temyata berhubungan dengan kejadian
untuk berada di
bersifat
luar ramah saat sore
eksofilik
dan
eksofagik
(Harijanto, 2000).
Hasil
observasi
menunjukkan
mengenai
malaria.(Fungladda, 1987). Kejadian luar lingkungan
dapat disebabkan
multifaktorial. Studi di Naxalbari, India,
terbuka
menjelaskan bahwa KLB terjadi akibat
yang dapat memudahkan nyamuk masuk
lemahnya upaya pengendalian vektor,
ke
perlindungan pribadi masyarakat yang
80
dalam
merupakan ramah.
besar
biasa malaria (KLB)
ramah
responden
sebagian
kurang
bahwa
ramah
Kondisi
ini
JURNAL VEKTORA Vol. IVNo. 2
Ariyani P., et al Aspek Perilaku Masyarakat
masih kurang, resistensi klorokuin dan
masih rendah.
Tindakan membersihkan
deteksi
vegetasi
sekitar
kasus
(Sharma,
yang
2009)
kesehatan
masih
kurang
Tindakan
untuk
promosi
meningkatan
signifikan
upaya
pengendaliannya
perlu
dapat
ramah
secara
menurankan
risiko
kejadian malaria (Hustache et al, 2007)
Sikap responden yang selurahnya
pengetahuan masyarakat terhadap vektor dan
di
mendukung
keberadaan
kelambu
dipertimbangkan untuk upaya pencegahan
menunjukkan peluang kelambu sebagai
kejadian
altematif
malaria
di
Desa
Jladri,
yang
Kabupaten Kebumen. Pengetahuan
tentang
tempat
upaya pengendalian vektor
diterima oleh
Jladri. Upaya promosi kesehatan dapat
pengobatan malaria sudah baik akan
direkomendasikan
tetapi
kegunaan
kesadaran
untuk
minum
obat
masyarakat Desa untuk
kelambu
sosialisasi
dan
peraneangan
malaria sesuai petunjuk tenaga kesehatan
program pemberdayaan masyarakat dalam
masih rendah. Ketidakpatuhan minum
penyediaan kelambu secara mandiri di
obat malaria sesuai dosis dan jadwal
komunitas.
pengobatan
merupakan
terjadinya
resistensi
menumbulkan
pencetus obat
dan
kasus
relaps
(rekrudensi,rekurensi)
teratama
jenis
vivax.
Plasmodium
untuk Menurat
(Wuryanto, 2008) penderita yang tidak patuh dalam minum obat 75% lebih banyak
pada
yang
samping
obat.
penelitian
perlu
promosi
mengalami
Berdasarkan adanya
kesehatan
efek
hasil
peningkatan
kepada
penderita
mengenai penjelasan aturan minum obat malaria yang benar. Sikap
langsung
tindakan
untuk
penyakit.(Notoatmojo, besar
responden
pengendalian
Penderita
malaria
di
Desa
Jladri
Tahun 2008 lebih banyak pada kelompok
usia
produktif,
responden
yang
dengan
rendah.
terhadap
pekerja
petani,
tingkat
Pengetahuan vektor
dan
pendidikan
responden
dan
upaya
pengendaliannya masih rendah. Aktivitas harian responden memungkinkan kontak dengan
vektor
malaria,
sedangkan
kemandirian masyarakat dalam tindakan pencegahan malaria masih rendah.
secara
dapat
mempengarahi perilaku masyarakat di dalam
KESIMPULAN
mencegah
2003)
Sebagian
menyatakan
malaria
SARAN
bahwa
merupakan
Upaya promosi direkomendasikan
kesehatan untuk
dapat
sosialisasi
kepara penderita tentang perilaku vektor
dan
beserta upaya pengendaliannya disertai
masyarakat, namun tindakan kemandirian
dengan penjelasan mengenai kepatuhan
responden untuk mengendalikan habitat
minum obat malaria.
kerjasama
vektor,
antara
salah
pemerintah
satunya
untuk
upaya
mengurangi vegetasi di sekitar ramah
JURNAL VEKTORA Vol. IV No. 2
81
Ariyani P., et al Aspek Perilaku Masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Laihat, F. J. 2011. Pengendalian Malaria Butrapom P, S. S., Hungsapraek T. 1986.Social behavioral, housing factors and their interactive effects associated with malaria occurence
in
East
Southeast Asian
J
Thailand.
Trop
Med
dalam
Era
Otonomi
dan
Desentralisasi menuju eliminasi malaria
2030
Buletin
Jendela
di
Indonesia. Data
dan
Informasi Kesehatan Triwulan 1: 18-23.
Public Health 14: 64-68.
Dale P, N. S., S Anto, B Hutajulu, E Ndoen, M Papayungan, A Saikhu
Notoatmojo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.
and Y Tri Prabowa 2005. Malaria
in Indonesia: A summary ofrecent research
into
its
enviornmental
relationships. Southeast Asian J Trop Med Public Health 36(1): 1-
Ompusunggu, S., Sekar.T, dan Rita M.D. 2009. Faktor Risiko Malaria di Indonesia.
Buletin
Penelitian
Kesehatan edisi suplemen: 11-22.
13.
Fungladda W, S. S., Hungsapraek T. 1987. Sosiodemographic and behavioral factor associated with hospital malaria patients ini Kachanaburi, Thailand.] Trop Med Hyg 90: 233-237.
Sharma, P. K., R.Ramanchandran, Y.J.Hutin, R.Sharma dan M.D.Gupte 2009. A Malaria
Outbreak in Naxalbari, Darjeeling district, West Bengal, India : 2005 : weeknesses in disease control,
important risk factors. Journal 8(288).
Malaria
Green L dan M.W Kreuter. 1991. Health
Promotion educational
Planning. and
An
environmental
approach. London, Publishing Company.
Mayfield
Harijanto, P. N. 2000. Malaria, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan, Cetakan I. Jakarta, EGC.
Hustache, S., Nacher M., Djossou F., dan Carme
B.
2007.
Malaria
Risk
Factors in Amerindian Children in French
82
Guinea.
Sunarsih, E., Nurjazuli, dan Sulistyani. 2009. Faktor Risiko Lingkungan dan Perilaku yang berkaitan dengan Kejadian Malaria di Pangkalbalam Pangkalpinang. Jumal Kesehatan Lingkungan Indonesia 8 No.l April: 1-9. Wuryanto, M. A. 2008. Tingkat kepatuhan penerita malaria vivax dalam minum obat serta faktor yang mempengaruhinya. Studi pada penderita malaria vivax di Kabupaten Banjarnegara Tahun
Am.J.Trop.Med.Hyg 76(4): 619-
2005. Jumal
625.
Indonesia 3(1): 24-30.
Promosi
Kesehatan
JURNAL VEKTORA Vol. IVNo. 2