PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR
ARTIKEL
ALMES GANGGA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode September 2013
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR
ALMES GANGGA
Artikel ini disusun berdasarkan Tesis Almes Gangga untuk persyaratan wisuda periode September 2013 dan telah direviu dan disetujui oleh kedua pembimbing.
Padang, 11 September 2013
Pembimbing II
Dr. Ridwan, M.Sc.Ed
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR Almes Gangga1, Jalius Jama2, Ridwan3 Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang Email:
[email protected]
Abstrak Artikel ini ditulis untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran project based learning dalam peningakatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI TOSM I Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor SMKN I Koto XI Tarusan dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang. Data penelitian diambil yang berhubungan dengan motivasi diambil dengan menggunakan angket melalui bantuan empat orang observer. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor, hasil belajar bidang kognitif dikumpulkan dengan menggunakan tes uraian sedangkan hasil belajar bidang afektif dan psikomotor dikumpulkan dengan menggunakan lembar penilaian observasi. Temuan penelitian menunjukkan bahwa (1) ada peningkatan yang signifikan dalam motivasi belajar, dan (2) ada peningkatan yang signifikan hasil belajar setelah penerapan model Pembelajaran Project Based Learning, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar perbaikan ringan rangkaian kelistrikan kelas XI TOSM 1 kompetensi keahlian teknik otomotif Sepeda Motor SMKN I Koto XI Tarusan.
Abstract This article was written to describe the application of learning models peningakatan project based learning in motivation and learning outcomes of students of class XI TOSM I Motorcycle Technical Skills Competency SMKN I Koto XI Tarusan by the number of students by 20 people. Data were taken related to motivation is taken by using a questionnaire with the help of four observers. The intended learning outcomes of this research include the areas of cognitive, affective and psychomotor, cognitive learning outcomes were collected using field test results while the description of the field of affective and psychomotor learning gathered using observation sheets. The findings showed that (1) there is a significant increase in the motivation to learn, and (2) there is a significant increase learning outcomes after
1
2
the implementation of Project Based Learning model of learning, it can be concluded that the Project Based Learning model of learning can improve motivation and learning outcomes of a series of minor improvements electrical class XI TOSM 1 automotive engineering competence Motorcycles Tarusan SMKN I Koto XI Tarusan. Key Word: Project Based Learning
Pendahuluan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Kepala Sekolah, Wakil Kurikulum serta Kepala Kompetensi Teknik Sepeda Motor terhadap proses pembelajaran pada bulan Mei 2012, mereka mengatakan bahwa Proses belajar mengajar belum sesuai dengan tuntutan KTSP SMKN I Koto XI Tarusan. Masalah pertama datang dari guru yang tidak menerapkan Model komunikatif yang tepat dalam mengajar. Hal ini juga di dukung oleh Fakta dilapangan yang peneliti temukan bahwa guru tidak menggunakan metode yang variatif dalam mengajar Standar Kompetensi Melakukan perbaikan ringan rangkaian kelistrikan dan instrument karena mengalami kesulitan untuk mengembangkan strategi yang tepat bagi siswa. Sehingga Siswa tidak terangsang agar aktif dan kreatif, apalagi Bahan ajar yang digunakan juga tidak dapat merangsang minat siswa untuk belajar. Serta jarang menggunakan media yang kreatif dalam pengajaran karena media yang tersedia di sekolah terbatas seperti Media infocus dan Alat Praktek. Berdasarkan data yang peneliti ambil, dari dua angkatan lulusan Kompetensi Keahlian Teknik Otomotif Sepeda Motor SMKN 1 Koto XI Tarusan, sekitar 89,25 % memiliki skill dan kemampuan yang rendah pada Rangkaian Kelistrikan di bandingkan seluruh SKKD Kompetensi Kejuruan lainya yang ada pada Spektrum. Hal ini bisa dilihat dari Tabel berikut.
3
Tabel. 1 Persentase KKM Standar Kompetensi Melakukan Perbaikan Ringan Rangkaian Kelistrikan dan Instrument
No 1
Tahun Lulusan 2011
Ketuntasan Jumlah Siswa Persentase Tuntas 5 16,1% Tidak tuntas 26 84,9% 2 2012 Tuntas 2 7,4% Tidak Tuntas 25 93,6% Sumber: Laporan Hasil Belajar Siswa SMKN I Koto XI Tarusan Hal ini juga diperkuat oleh hasil evaluasi Praktek Kerja Industri siswa pada periode 28 Mei-28 September 2012. Tabel 2. Persentase KKM Standar Kompetensi Perbaikan Ringan Rangkaian Kelistrikan dan Instrumen Pada Lembar hasil Evaluasi Prakerin
No 1
Prakerin Ketuntasan Periode 28 Mei-28 Sep Tuntas 2012 Tidak Tuntas Sumber: Sertifikat Prakerin 2012
Jumlah Siswa 6 19
Persentase 24% 71 %
Data Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar dan hasil evaluasi prakerin pada Kompetensi Keahlian Teknik Otomotof Sepeda Motor SMKN 1 Koto XI Tarusan masih rendah. Hasil yang rendah ini di duga disebabkan oleh faktor siswa seperti tidak mampu membuat gambar rangkaian di papan tulis dan menjelaskan konsep kerjanya. Siswa lebih suka duduk di bangku mereka karena mereka menganggap pelajaran ini sangat membosankan. Hanya beberapa yang bisa berpartisipasi, tetapi pada saat jam praktek tidak mampu merangkai komponen dari rangkaian kelistrikan sepeda motor tersebut. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara pada April 2012 yang peneliti lakukan dengan beberapa siswa. Masalah pertama adalah siswa berpikir standar kompetensi Perbaikan Ringan Rangkaian Kelistrikan dan Instrumen itu terlalu
4
sulit dan membosankan. Hasil pengamatan peneliti, beberapa dari mereka sering permisi untuk pergi keluar kelas dengan alasan yang tidak penting. Jika guru meminta mereka untuk menjelaskan fungsi masing-masing komponen, cara memeriksa komponen, cara mendiagnosa kerusakan komponen serta cara memperbaiki kerusakan komponen rangkaian kelistrikan, mereka mudah menyerah karena sebagaian siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Masalah kedua adalah Kepercayaan diri siswa tidak dikembangkan dengan baik. Mereka berpikir bahwa tidak memiliki keterampilan dan kemampuan dalam belajar pada standar kompetensi tersebut. Mereka tidak percaya diri untuk tampil kedepan dan dalam melaksanakan praktek. Masalah ketiga yang juga mempengaruhi kemampuan dan keterampilan siswa adalah kecemasan. Hal ini diduga karena mereka takut jika mereka melakukan kesalahan dalam pelaksanaan praktek karena aturan yang diterapkan guru terlalu kaku. Sehingga situasi ini membuat ketidaknyamanan siswa untuk melakukan praktek. setiap kali guru meminta mereka untuk tampil, mereka tidak bisa melakukannya dengan baik, mereka membeku ketika nama mereka dipanggil untuk di minta tampil kedepan ataupun praktek, sehingga kegelisahan ini mempengaruhi penampilan dan keterampilan mereka. Hal keempat adalah aspek psikologis yang mempengaruhi motivasi siswa adalah rendahnya rasa ingin tahu siswa, mungkin sebagian besar dari mereka tidak bersemangat untuk belajar hal ini karena disebabkan oleh input yang masuk pada siswa SMK sangat rendah sekali, dengan kata lain SMK hanya tempat pelarian bagi siswa ketika mereka tidak diterima di SMA dan mengakibatkan mereka
5
malas untuk belajar dengan kata lain tidak sesuai dengan keinginan mereka. Hal lain yang memungkinkan siswa tidak memberi kontribusi dalam setiap proses belajar karena materi pelajaran tidak menarik, apalagi dengan cara guru menerangkan materi pembelajaran yang masih memakai metode konvensional (ceramah). Sebagaimana disebutkan dalam Kurikulum KTSP SMKN I Tarusan Mempersiapkan peserta didik menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, dan dapat diserap oleh Dunia Usaha (DU)/Dunia Industri (DI) sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai kompetensi yang dimilikinya ini tidak akan tercapai dengan baik. Hal ini disebabkan siswa pada proses pembelajaran Perbaikan Ringan Rangkaian Kelistrikan dan Instrumen tidak dihadapkan pada situasi yang lebih konkrit, karena didalam kelas, siswa dikondisikan hanya untuk mendengarkan, menghafal, dan mengajukan pertanyaan. Purnawan (2007 : 29) berpendapat bahwa Pendidikan bidang keteknikkan hendaknya memberikan teoriteori yang cukup dan memberikan contoh-contoh pemecahan proyek-proyek nyata. Dengan demikian, pengembangan profesi bidang keteknikkan secara alamiah disimulasi oleh masalah-masalah teknik pada situasi nyata. Hal ini didasari pada alasan pengetahuan dan keterampilan yang kokoh dan bermaknaguna (meaning-use) dapat dikonstruksi melalui tugas-tugas dan pekerjaan yang otentik (Waras, 2008:36). Permasalahan yang timbul adalah siswa tidak mampu menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau dimanfaatkan. Siswa juga memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik
6
dari Standar kompetensi Perbaikan Ringan Rangkaian Kelistrikan dan Instrumen karena mereka diajar dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dengan metode ceramah. Dari
kenyataan
dan
pandangan
yang
telah
dikemukakan,
maka
permasalahan yang timbul adalah bagaimana upaya guru untuk memperbaiki/ meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Apalagi pada semester I kelas XII siswa akan berhadapan dengan dunia kerja/industri. Sebelum berangkat siswa harus benarbenar dipersiapkan baik secara teori ataupun maupun kemampuan praktek siswa. Dengan diterapkannya suatu metode pembelajaran yang inovatif, diharapkan mampu membangkitkan motivasi para siswa untuk belajar serta sekolah tidak lagi malu dengan dunia kerja/industri karena kemampuan siswa yang diberangkatkan sudah dipersiapkan dengan matang. Melalui KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), siswa diharapkan tidak hanya pandai secara kognitif, akan tetapi juga memiliki kemampuan dalam dunia nyata, akhlak mulia, penerapan tingkah laku, sebagai realisasi materi yang dipelajari dikelas.Perkembangan dari proses belajar mengajar melibatkan sejumlah faktor termasuk didalamnya penggunaan berbagai metode pembelajaran. Selain memberikan kondisi yang baru dalam proses belajar mengajar, penggunaan metode pembelajaran baru juga dapat mengatasi kejenuhan siswa maupun guru dalam aktivitas belajar sehari-hari. “Metode berfungsi sebagai alat perangsang yang dapat membangkitkan belajar seseorang” (Syaiful, 2002:73). Selain itu efektivitas kegiatan belajar mengajar dapat ditingkatkan didasarkan variasi
7
kemampuan siswa dalam belajar tidak lepas dari metode pembelajaran yang dilaksanakan. Guru dalam proses belajar mengajar merupakan faktor penentu dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran yang diharapkan akan memberikan kontribusi pada peningkatan mutu.Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 mengisyaratkan bahwa pelaksanaan pembelajaran hendaklah menyenangkan, terutama ditilik dari sisi peserta didik. Oleh karena itu, tugas guru adalah secara berkelanjutan melakukan inovasi atas pembelajaran yang dilakukan dikelas. Inspirasi utama dalam menginvasi pembelajaran adalah melakukan migrasi dari pembelajaran yang semata-mata hanya berpusat kepada guru kepada pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Menurut pendapat Made Wena (2010:145) Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning ) adalah sebuah model pembelajaran yang inovatif, dan lebih menekankan pada belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Metoda ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi pendidikan bidang keteknikan. Penerapan Project Based Learning dalam proses belajar mengajar menjadi sangat penting untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berfikir secara kritis dan memberi rasa kemandirian dalam belajar. Sebagai suatu pembelajaran yang konstruktivis, Project Based Learning menyediakan pembelajaran dalam situasi problem yang nyata bagi siswa sehingga dapat melahirkan pengetahuan yang bersifat permanen. Salah satu hal yang menarik mengapa Project Based Learning penting
8
untuk
diterapkan
adalah
ditunjukkan
oleh
beberapa
penelitian
yang
mendahuluinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 90% siswa yang mengikuti proses belajar dengan implementasi Project Based Learning yakin dan optimis dapat mengimplementasikan Project Based Learning dalam dunia kerja serta dapat meningkatkan prestasi akademiknya (Marchaim, 2001). Lasonen dan Vesterinen (2000) menemukan bahwa 78% siswa mengatakan kurikulum berbasis Project Based Learning dapat membantu membekali siswa untuk persiapan memasuki dunia kerja. Karena siswa belajar bukan hanya secara teori melainkan praktek dilapangan. Berdasarkan fenomena diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul penerapan modelProject Based Learning dalam Peningkatan Motivasi dan hasil belajar pada Standar Kompetensi Perbaikan Ringan Rangkaian Kelistrikan dan Instrumen siswa kelas XI TOSM I Kompetensi keahlian teknik Otomotif Sepeda Motor di SMKN 1 Koto XI Tarusan.
Metode Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK), satu siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi (Arikunto, 2006:16). Tindakan yang diberikan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan langkah-langkah yang akan dijadikan rujukan dalam pengembangan proyek adalah yang dikembangkan oleh Wena (2010). Dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar
9
berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tujuan utama PTK yaitu memperbaiki dan meningkatkan layanan profesional guru dalam menangani proses pembelajaran. Tujuan utama PTK dapat dicapai dengan melakukan refleksi dan memprediksikan keadaan lalu kemudian mencobakan secara sistematis sebagai tindakan alternatif dalam pemecahan masalah pembelajaran di kelas. Jadi, PTK dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang kelas. PTK berfungsi sebagai alat peningkatan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. PTK dapat berfungsi sebagai (Cohen dan Manion, 1980:211): (a) alat mengatasi masalah-masalah dalam situasi pembelajaran di kelas; (b) alat pelatihan dalam-jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya kesadaran-diri, khususnya melalui pengajaran sejawat; (c) alat masukan dalam sistem (secara alami) pendekatan tambahan atau inovatif; (d) alat meningkatkan komunikasi, biasanya buruk antara guru dan peneliti; (e) alat menyediakan alternatif bagi pendekatan subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas. Dua hal yang sangat penting untuk dikemukakan, Pertama, hasil penelitian tindakan dipakai sendiri oleh penelitinya, dan tentu saja oleh orang lain. Kedua, penelitiannya terjadi di dalam situasi nyata sehingga pemecahan masalahnya segera diperlukan dan hasil-hasilnya lansung diterapkan atau dipraktikkan dalam situasi terkait. Ketiga, peneliti melakukan sendiritindakan pengelolaan penelitian, dan sekaligus pengembangan.
10
Penerapan model pembelajaran Project Based Learning
pada standar
kompetensi perbaikan ringan rangkaian kelistrikan dan instrument yang dilakukan melalui penelitian tindakan kelas. Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Leraning sebagaimanayang dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (2005) yang terdiri dari: 1. Start with the essential question Tahap pertama dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan memulai proses pembelajaran dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan kelistrikan dari sepeda motor, melalui pertanyaan ini peneliti dapat menetapkan proyek yang akan dibuat selama proses pembelajaran project based learning pada standar kompetensi perbaikan ringan rangkaian kelistrikan dan instrument.
2. Design a plan for the project Tahap kedua dalam proses pembelajaran ini adalah peneliti bersama siswa menetapkan perencanaan yang berisi tentang aturan main dalam proses pembelajaran, menentukan tugas masing-masing individu dalam kelompok selama pembuatan proyek, dan menentukan alat dan bahan yang akan digunakan selama pembuatan proyek.
3. Create a schedule
11
Tahap ketiga dalam proses pembelajaran ini adalah peneliti bersama siswa menentukan skejul pelaksanaan pembuatan serta menentukan kapan peserta didik harus menyiapkan proyek yang dibuat.
4. Monitor the students and the progress of the project Tahap keempat, peneliti melakukan pemantauan dan bimbingan terhadap kemajuan dalam pelaksanaan pembuatan proyek.
5.
Assess the outcome Tahap kelima dalam proses pembelajaran ini adalah melakukan penilaian
terhadap ketercapaian standar kompetensi yang telah dipelajari. Penilaian ini mencakup penilaian motivasi dan hasil belajar bidang kognitif, afektif, serta psikomotor.
6. Evaluate the experience Pada akhir proses pembelajaran peneliti melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran dan proyek yang telah dilaksanakan.
Hasil dan Pembahasan Pada bagian ini akan dilakukan pembahasan atau analisis terhadap tindakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL selama penelitian berlangsung.
12
1. Peningkatan motivasi siswa pada standar kompetensi perbaikan ringan rangkaian kelistrikan dan instrument dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning Penggunaan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dillihat dari uji t-test didapatkan nilai sig < 0,05 yaitu 0,00, maka hipotesis nol ditolak. Jadi dapat disimpulkan penggunaan model pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan motivasi siswa pada standar kompetensi perbaikan ringan rangkaian kelistrikan dan instrument pada kelas XI TOSM I. Temuan data sesuai dengan pengamatan Peneliti selama pelaksanaan pembelajaran. Hal ini mengindikasi bahwa siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Project Based Learninglebih bersemangat dalam pembelajaran dan siswa akan termotivasi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajarakan lebih mudah memahami setiap materi pelajaran yang diberikan dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi yang rendah. Seperti yang diketahui motivasi belajar merupakan “keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar (Sardiman, 1986:75). Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan perbuatan belajar. Siswa melakukan aktivitas belajar dengan senang karena didorong adanya motivasi. Sesuai dengan pendapat Sardiman (2004:88), bahwa ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi adalah sebagai berikut: (1) tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam jangka waktu yang lama); (2) ulet dalam
13
menghadapi kesulitan (tidak cepat putus asa); (3) tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi; (4) ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan di kelas; (5) selalu berupaya berprestasi sebaik mungkin; (6) senang dan rajin belajar dengan penuh semangat; (7) dapat mempertahankan pendapatnya; (8) merasa cepat bosan dengan tugas rutin (menyukai tantangan); dan (9) mengejar tujuan jangka panjang (dapat menunda permasalahan kebutuhan sesaat untuk sesuatu yang ingin dicapai dikemudian). Seorang Peneliti harus bisa membangkitkan motivasi siswa pada saat menyampaikan materi. Siswa akan termotivasi untuk belajar, dan dapat menghindari rasa jenuh, jika Peneliti pandai membangkitkan motivasi belajar. Untuk mencapai hasil belajar yang tinggi dan maksimal diperlukan adanya motivasi yang tinggi terhadap standar kompetensi perbaikan ringan rangkaian kelistrikan dan instrument.
2. Peningkatan hasil belajar siswa pada standar kompetensi perbaikan ringan rangkaian kelistrikan dan instrument dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning a. Hasil belajar bidang afektif dan psikomotor Dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 didapatkan hasil belajar dari segi afektif siswa sebanyak 73%, kemudian pada siklus II terjadi peningkatan hasil 88% atau meningkat sebanyak 15%. Dilihat dari hasil belajar segi psikomotor pada siklus 1 sebesar 60% meningkat pada siklus II sebesar 81%, serta didukung oleh uji t-test hasil belajar bidang afektif dapat diketahui
14
nilai probabiltas atau sig <0,05 yaitu 0,000 maka hipotesis nol ditolak. Uji t-test
hasil belajar bidang psikomotordiketahui nilai probabiltas atau sig <0,05 yaitu 0,000 maka hipotesis nol ditolak
Maka penggunaan modelpembelajaran Project Based Learning(PBL) dapat meningkatkan hasil belajar bidang afektif dan psikomotor siswa dimana terjadi peningkatan frekuensi hasil belajarbidang afektif dan psikomotor siswa dari siklus I ke siklus II. Siswa terlihat lebih bersungguh-sungguh dan aktif dalam mengikuti pembelajaran.Selain itu dengan penggunaan model PBL dapat menjadikan pembelajaran lebih bersemangat karena meningkatnya respon siswa terhadap proyek yang diberikanPeneliti.Dengan melihat hasil yang didapat pada siklus 1 yang dirasa kurang cukup untuk meningkatkan keaktifan siswa maka dilaksanakanlah siklus II untuk mengetahui peningkatan yang lebih baik tentang keaktifan siswa. Pada siklus II terdapat peningkatan hasil belajar terutama kemampuan membaca wiring diagram, siswa terlihat lebih aktif dikarenakan siswa sudah mampu menggunakan dan membaca alat ukursehingga memudahkan siswa mengerjakan tugas proyek, hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya persentase keaktifan siswa pada siklus II. Dalam upaya mengembangkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar menurut Gibs dalam Yudhawati dan Haryanto (2011:239) perlu dilakukan : “1) Dikembangkannya rasa percaya diri siswa dan mengurangi rasa takut, 2) Memberi kesempatan keseluruh siswa untuk berkomunikasi ilmiah bebas dan terarah, 3) Melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar san evaluasinya, 4) Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter, 5) Melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam prose pembelajaran secara keseluruhan”.
15
Dengan melihat data yang diperoleh pada siklus II dan hasil uji T-test hasil belajarbidang afektif dan psikomotor pada Standar Kompetensi perbaikan ringan rangkaian kelistrikan dan instrument didapati mengalami peningkatan, dengan model PBL. Hal ini sesuai yang diharapkan menurut Sadirman (2004:103), didalam belajar perlu ada aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar itu adalah berbuat,”learning by doing”.Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip pandangan ilmu jiwa.Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh Peneliti, sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern aktivitas didominasi oleh siswa. Riyanto (2010:181) menyebutkan hal yang paling berharga dalam belajar adalah bagaimana cara belajar. Cara belajar merupakan hasil dari kombinasi bagaimana menyerap lalu mengatur dan mengolah informasi. Model pembelajaran PBL adalah salah satu
model
pembelajaran untuk menwujudkan hasil belajar denga meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran sesuai dengan prinsip bagaimana cara belajar aktif. Belajar merupakan sebuah proses yang panjang yang didalamnya terdapat faktor yang dikembangkan. Aktivitas belajar merupakan bagian dari sebuah proses belajar. Modelpembelajaran PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang dipilih untuk diterapkan pada standar Kompetensi Perbaikan ringan rangkaian kelistrikan dan instrument, dengan melihat hasil dari penelitian maka model pembelajaran PBL adalah modelyang terbaik saat ini untuk diterapkan kepada siswa sehingga dapat terpecahkannya masalah tentang rendahnya hasil belajar bidang afektif dan psikomotor siswa pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor XI TOSM I.
16
b. Hasil belajar bidang kognitif Penggunaan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa bidang kognitif dillihat dari data yang diperoleh bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas (sesuai kriteria keberhasilan tindakan) pada pembelajaran, dalam siklus 1 terdapat 14 orang (70%) memperoleh nilai di atas 75 dan 6 orang (30%) masih memperoleh nilai di bawah 75, sedangkan pada siklus 2 jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas 75 meningkat menjadi 19 orang (95%) dan siswa yang memperoleh nilai di bawah 75 menurun menjadi 1 orang (5%), dan didukung oleh uji t-test hasil belajar bidang kognitif diketahui nilai probabiltas atau sig <0,05 yaitu 0,000 maka hipotesis nol ditolak.
Peningkatan hasil belajar siswa bidang kognitif dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya karena meningkatnya motivasi dan keaktifan belajar yang berimplikasi
terhadap
meningkatnnya
hasil
belajar
bidang
kognitif.
Sebagaimana diungkapkan sudjana (2009:39) bahwa faktor-faktor hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi dua faktor utama yakni dari dalam diri dan faktor yang datang dari luar diri siswa. Faktor-faktor ini dapat berupa tingkat intelegensi, cara belajar, bakat , waktu untuk belajar, beban atau tugas belajar, tingkat dispilin diri, model dan bahan ajar yang tersedia dan lain sebagainya. Selanjutnya Usman (2006:4), proses pembelajaran suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan Peneliti dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi yang edukatif untuk pencapaian tujuan tertentu. Artinya semakin aktif anak didik mengembangkan kemampuan
17
kognitif, afektif dan psikomotor melalui interaksi dengan Peneliti, teman sejawat, bahan pelajaran, media pelajaran dan lingkungan maka akan semakin kaya dan semakin bermakna pengalaman belajar mereka. Oleh karena itu pendidik harus menciptakan peluang berbagai pengalaman belajar yang dapat dilalui siswa untuk membantu tercapainya pengalaman belajar yang optimal bagi siswa.
Simpulan dan Saran 1. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas, maka berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: a. Penggunaan pendekatan pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan motivasi siswa pada mata pelajaran Standar Kompetensi Perbaikan Ringan Rangkaian Kelistrikan dan Instrumennya dimanadillihat dari uji t-test didapatkan nilai sig< 0,05 yaitu 0,00, maka hipotesis nol ditolak. Jadi dapat disimpulkan penggunaan pendekatan pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan motivasi siswa pada Standar Kompetensi Perbaikan Ringan Rangkaian Kelistrikan dan Instrumennya pada kelas XI. b. Penggunaan pendekatan pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan secara signifikan hasil belajar
aspek kognitif, afektif dan
psikomotor siswa pada Standar Kompetensi Perbaikan Ringan Rangkaian Kelistrikan dan Instrumennya
18
c. Hasil belajar bidang kognitif ini terlihat dari peningkatan nilai rata-ratahasil belajar siswa pada siklus 1 ke siklus II dimana nilai rata-rata hasil belajar pada siklus 1 yaitu (76,2) dan siklus II menjadi (81). Selanjutnya persentase siswa yang memperoleh nilai sesuai dengan kriteria keberhasilan tindakan diatas KKM juga meningkat dimana pada siklus 1 hanya (70%) meningkat menjadi (95%) pada siklus 2 dan berdasarkan uji t-test diketahui nilai probabiltas atau sig <0,05 yaitu 0,000 maka hipotesis nol ditolak. Jadi dapat
disimpulkan penggunaan model pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar bidang kognitif pada standar kompetensi perbaikan ringan rangkaian kelistrikan dan instrument kelas XI TOSM I. d. Hasil belajar bidang afektif yaitu, 73% pada siklus 1 menjadi 88% pada siklus II dan berdasarkan uji t-test diketahui nilai probabiltas atau sig <0,05 yaitu 0,004 maka
hipotesis
nol
ditolak.Jadi
dapat disimpulkan penggunaan model
pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar bidang kognitif pada standar kompetensi perbaikan ringan rangkaian kelistrikan dan instrument kelas XI TOSM I. e. Peningkatan hasil belajar siswa dalam bidang psikomotor yaitu 60 pada siklus I menjadi 81 pada siklus II.Berdasarkan uji t-test diketahui nilai probabiltas atau sig <0,05 yaitu 0,000 maka hipotesis nol ditolak.Jadi dapat disimpulkan
penggunaan model pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar bidang kognitif pada standar kompetensi perbaikan ringan rangkaian kelistrikan dan instrument kelas XI TOSM I.Hal ini terlihat pada beberapa aspek yang diamati, nampak adanya keseriusan dan perhatian siswa
19
dalam mengikuti pembelajaran karena penggunaan pendekatan pembelajaran Project Based Learning merupakan hal baru dalam pembelajaran Standar Kompetensi Perbaikan Ringan Rangkaian Kelistrikan dan Instrumennya yang dapat memberikan tantangan pada siswa.
2. Saran Berdasarkan temuan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka disarankan kepada: a. Untuk Guru 1) Pembelajaran Project Based Learnig merupakan salah satu solusi bagi guru yang mengajar standar kompetensi yang ada prakteknya disetiap kompetensi keahlian yang ada di SMK yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar praktek. 2) Guru harus mampu menyesiasatkan metode pembelajaran sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. 3) Untuk meningkatkan motivasi belajar disarankan menggunakan dan melakukan pengembangan metode Project Based Learnig pengajaran agar siswa tidak merasa jenuh dan bosan denga kondisi pembelajaran yang dijalankan. b. Untuk Kepala Sekolah 1) Disarankan agar dapat membantu untuk menyediakan alat dan bahan yang digunakan pada pembelajaran Project Based Learnig sehingga tujuan pembelajaran dapat berjalan sebagaimana mestinya.
20
2) Disarankan agar dapat memberikan kesempatan kepada guru untuk mendapatkan pelatihan-pelatihan agar guru memiliki kemampuan baik tentang strategi, metode mengajar maupun kemampuan-kemampuan praktis dalam pembelajaran. 3) Disarankan menjadikan masukan dalam pengambilan kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan. c. Peneliti selanjutnya Disarankan pada peneliti selanjutnya dapat melaksanakan penelitian yang sama dengan memperbaiki beberapa kekurangan yang ada dalam penelitian ini, maupun dengan melakukan variasi yang lebih menatang untuk dilakukan siswa sehingga timbul motivasi yang tinggi dari siswa bahwa tidak ada yang tidak bisa diselesaikan.
Daftar Rujukan ________. 2005. Peraturan Pemrintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. _________. 2012. KTSP SMKN I Koto XI Tarusan. Tarusan: SMK N I Tarusan. _________. 2012. Laporan Hasil Belajar Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor SMKN I Koto XI Tarusan. Tarusan: SMKN I Koto XI Tarusan. _________. 2012. Sertifikat Prakerin 2012 Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor SMKN I Koto XI Tarusan. Tarusan: SMKN I Koto XI Tarusan. Arikunto, S, Suhardjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Bahri, Syaiful. 2002. Psikologi belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Cohen, Louis & Manion, Lawrence. 1980. Research Method in Education. London & Canberra: Croom Helm Press
21
Lasonen, Johanna, Vesterinen, & Pirkko. 2000. Finland Work-Based Learning in Vocational Higher Education Programmes: A Finish Case of Project Learning.Paper Presentation. Institut for Educational Research University of Jyvakyla. Page 3-18. Marchaim, U. 2001. High-school Student Research at Migal Science Institute in Israel. Journal of Biological Education, 35(4), 178 Purnawan, Yudi. 2007. Project Based Learning. [Online]. Tersedia: http://yudipurnawan.wordpress.com/category/project-basedlearning [13 Juni 2010]. Sardiman, A. M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. The George Lucas Educational Foundation. 2005. Instructional module projectbased learning [online], tersedia: http://www.edutopia.org/ module/PBL/whatpbl.php [29-9-2010]. Waras, Kamdi. 2008. Project-Based Learning: Pendekatan Pembelajaran Inovatif. Makalah. Disampaikan dalam Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Guru SMP dan SMA Kota Tarakan, 31 Oktober s.d. 2 November 2008. Universitas Negeri Malang. Diakses pada tanggal 4 Desember 2013 di http://wekasyah88.blogspot.com/2012/01/project-based-learning-pbl.html Wena, Made. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Persantunan: artikel ini diolah dari tesis Almes Gangga dengan Judul Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Dalam Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar dan ucapan terima kasih kepada Dosen Pembimbing I Prof. Drs. Jalius Jama, M. Ed., Ph.D dan Pembimbing II Dr. Ridwan, M.Sc.Ed, yang telah membantu memberikan arahan sehingga artikel ini bisa dibuat dan diselesaikan dengan baik.