PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA PELAJARAN PKN DI SDN I TELAGA Marwan a. Mohune Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pembiimbing I
: Dra. Elmia Umar M.Pd
Pembimbing II
: Samsi Pomalingo S.Ag. MA
ABSTRAK Marwan a. Mohune, 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran PKN Di SDN I Telaga. Fakultas Ilmu Pendidikan. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pembimbing (1) Dra. Elmia Umar, M.Pd, (2) Samsi Pomalingo S.Ag. MA. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, (1) Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKn di SDN I Telaga, (2) Apa saja kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKn di kelas V SDN I Telaga, (3) Bagaimana upaya yang dilakukan untuk memecahkan kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKn di kelas V SDN I Telaga. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan, untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKn di SDN I Telaga, untuk mengetahui apa saja kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKn di kelas V SDN I Telaga, untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan untuk memecahkan kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKn di kelas V SDN I Telaga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dekriptif kualitatif, dengan hasil penlitiannya yaitu, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas V SDN I Telaga, membantu guru dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dalam penerapannya juga menemui beberapa kendala diantaranya adalah siswa yang tidak mau untuk bekerja kelompok. Selain itu juga waktu yang digunakan untuk penerapan model pembelajaran STAD tidak cukup, sehingga membutuhkan cara atau pendekatan tersendiri oleh guru dalam mengatasi semua kendala yang dihadapi. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, Di Kelas V SDN I Telaga dilaksanakan tidak secara rutin oleh guru pengajar, tetapi pembelajaran dengan model ini dirasa sangat menyenangkan oleh siswa, saat penerapannya juga ditemui beberapa kendala dan hambatan, namum dapat diatasi dengan baik oleh guru pengajar. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu membangkitkan semangat dan motivasi belajar siswa.
Kata kunci : model pembelajaran kooperatif tipe STAD,
I.
PENDAHULUAN Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian kualitatif untuk mengetahui
secara terperinci bagaimana penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKN di kelas V. Oleh karena itu permasalahan ini kiranya cukup menarik dan penting untuk dikaji lebih jauh dan detail melalui penelitian yang diberi judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran PKN di SDN Negeri I Telaga”. Peneliti mengidentifikasi beberapa fokus masalah yang menjadi objek penelitian ini yaitu : 1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKn di kelas V SDN I Telaga. 2) Kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKn di kelas V SDN I Telaga . 3) Upaya yang dilakukan untuk memecahkan kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKn di kelas V SDN I Telaga. Berdasaran fokus masalah yang telah dituliskan maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKn di kelas V SDN I Telaga ? 2) Apa saja kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKn di kelas V SDN I Telaga ? 3) Bagaimana upaya yang dilakukan untuk memecahkan kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKn di kelas V SDN I Telaga Tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKN di kelas V SDN I Telaga. 2) Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKn di kelas V SDN I Telaga . 3) Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk memecahkan kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKn di kelas V SDN I Telaga.
Manfaat dari penelitian ini terdiri dari : 1. Manfaat teoretis Secara umum penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan kepada dunia pendidikan dalam dunia pengajaran pada layanan peningkatan mutu pendidikan dan hasil belajar. 2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sebagai bahan masukan kepada stakeholder yang berpengaruh terhadap pendidikan anak, terutama guru sebagai pendidik di sekolah dan orang tua sebagai pendidik anak dirumah. Dengan berperannya kedua pihak tersebut diharapkan bisa meningkatkan hasil belajar siswa dan tercapainya tujuan pendidikan nasional secara umum yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. II.
KAJIAN TEORI Banyak pengertian belajar telah dikemukakan oleh para ahli. Diantaranya ialah
menurut Gagne (dalam Winataputra 2003 : 2.3), bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Sementara itu, Vigotsky berpendapat bahwa belajar adalah membangun kerjasama secara sosial dalam mendefinisikan pengetahuan dan lain-lain, yang terjadi melalui pembangunan peluang-peluang secara sosial. Pandangan ini dikenal dengan kontruktivisme dialektikal. Akan tetapi, secara umum aliran kontruktivisme leboh menekankan pada peran aktif pembelajar dalam upaya membangun pemahaman dan pemaknaan dari informasi (dalam Solihatin, 2012 : 5). Dari pengertian belajar tersebut, Winataputra (2003 : 2.3) mengemukakan terdapat tiga atribut pokok (ciri utama) belajar, yaitu proses, perubahan prilaku, dan pengalaman. Winataputra (2003 : 2.10) Prinsip belajar merupakan ketentuan atau hukum yang harus dijadikan pegangan di dalam pelaksanaan kegiatan belajar. Sebagai suatu hukum prinsip belajar akan sangat menentukan proses dan hasil belajar. a.
Motivasi Motivasi berfungsi sebagai motor penggerak aktivitas. Bila motor tidak ada, maka
aktivitas tidak akan terjadi. Motornya lemah aktivitas, yang terjadipun lemah. b.
Perhatian Perhatian erat sekali kaitannya dengan motivasi bahkan tidak dapat dipisahkan.
Perhatian ialah pemusatan energi pisikis (fikiran dan perasaan) terhadap suatu objek. Makin
terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar makin baik, dan hasilnya akam makin baik pula. c.
Aktivitas Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa belajar itu sendiri adalah aktivitas
yaitu aktivitas mental dan emosional. Bila ada siswa yang duduk di kelas pada saat pelajaran berlangsung, akan tetapi mental emosionalnya tidak terlibat aktif di dalam situasi pembelajaran itu, pada hakikatnya siswa tersebut tidak ikut belajar. Oleh karena itu guru jangan sekali-kali membiarkan ada siswa yang tidak ikut aktif belajar. Lebih jauh dari sekedar mengaktifkan siswa belajar, guru harus berusaha meningkatkan kadar aktivitas belajar tersebut. Dick dan Carey mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah komponen umum dari suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang akan digunakan secara bersama-sama (dalam Solihatin, 2012 : 3). Menurut Seeld dan Richey (dalam Solihatin, 2012 : 4), strategi pembelajaran adalah sebagai spesifikasi untuk memilih dan mengurutkan kejadian dan aktivitas dalam pembelajaran. Briggs mengatakan strategi pembelajaran berkaitan dengan penentuan urutan yang memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan dan memutuskan bagaimana untuk menerapkan kegiatan-kegiatan instruksional bagi masing-masing individu (peserta didik), (dalam Solihatin, 2012: 4). Selanjutnya Yusufhadi Miarso mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh pembelajaran dalam suatu sistem pembelajaran, yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran yang dijabarkan dari pandangan falsafah atau teori belajar tertentu (dalam Solihatin, 2012 : 4). Menurut Hamid Hasan Belajar kooperatif (cooperatif learning) mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama (dalam Solihatin, 2012 : 101). Belajar kooperatif mempunyai pengertian lebih luas dari hanya sekedar kerja kelompok. Di dalam belajar kooperatif setiap anggota kelompok bertanggungiawab terhadap keberhasilan anggota-anggota kelompoknya dalam mencapai tujuan pembelajaran (Chairani, 2003). Menurut Ibrahim, bahwa Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan
pengembangan
keterampilan
sosial
(dalam
http://www.farhan-
bjm.web.id/2011/09/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html). Slavin mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual, maupun secara kelompok (dalam Solihatin, 2012 : 102). Model STAD atau Tim Siswa Kelompok Prestasi diperkenalkan oleh Slavin. Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Sebagai salah satu jenis dari model penelitian kooperatif, STAD memiliki lima komponen utama, yaitu persentasi kelas, kerja tim, kuis, skor perbaikan individu, dan penghargaan tim. Model pembelajaran STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Menurut Nur Citra Utomo dan C. Novi Primiani, “STAD didesain untuk memotivasi siswasiswa supaya kembali bersemangat dan saling menolong untuk mengembangkan keterampilan
yang
diajarkan
oleh
guru”
(dalam
http://elnicovengeance.wordpress.com/2012/09/16model-pembelajaran-stad-student-teamachievement-divisions/). Menurut Mohamad Nur, pada model ini siswa dikelompokkan dalam tim dengan anggota 4 siswa pada setiap tim. tiim dibentuk secara heterogen menurut tingkat
kinerja,
jenis
kelamin,
dan
suku
(dalam
http://elnicovengeance.wordpress.com/2012/09/16/model-pembelajaran-stad-student-teamachievement-divisions/). Menurut Slavin (dalam http://zaifbio.wordpress.com/page/3/) ada 5 langkah utama di dalam pembelajaran yang menggunakan model STAD, yaitu : 1. Tahap Penyajian Kelas 2. Tahap Kerja Kelompok 3. Tahap Tes Individual 4. Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu 5. Tahapan Penghargaan Kelompok Keuntungan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Roestiyah
(dalam
http://belajarmenjadilebih.wordpress.com/2012/12/02-model-
pembelajaran-stad-student-team-achievement-divisions/), yaitu : 1.
Keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah. b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah. c. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. 2.
Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu: Selain keunggulan tersebut pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki
kekurangan-kekurangan,
menurut
Dess
(dalam
http://yankcute.blogspot.com-
2010/02/keunggulan-dan-kekurangan-pembelajaran.html) diantaranya sebagai berikut: 1. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum. 2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif. 3. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif. III.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SDN I Telaga tahun ajaran 2013/2014 di kelas V. SDN
I Telaga menerapkan sistem kelas paralel, karena untuk menyikapi jumlah siswa yang begitu banyak. SDN I Telaga memliki 13 bangunan sekolah terdiri dari 8 RKB, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang dewan guru, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang UKS, dan Mushollah sekolah. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan jenis penelitiannya adalah deskriptif kualitatif. Alasan peneliti mengambil metode ini yaitu : a. Penelitian deskriptif kualitatif memberikan
informasi yang lengkap sehingga
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak diterapkan pada berbagai masalah. b. Jenis penelitian ini memberikan kebebasan pada peneliti untuk menggali lebih jauh
tentang
gejala-gejala
yang
terjadi
dalam
suatu
masalah,
dan
mendeskripsikannya dalam hasil penelitian, sehingga lebih memudahkan peneliti dalam pemaparan hasil penelitian. Dalam proses pengumpulan data dilapangan, kehadiran peneliti diketahui oleh pihak sekolah dan responden sebagai peneliti, sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan proses pengumpulan data melalui beberapa instrumen penelitian, disamping itu peneliti dalam penelitian ini merupakan instrumen utama, selain beberapa instrumen penelitian yang peneliti gunakan. Peneliti bertindak sebagai pengamat partisipan, artinya selain melakukan pengamatan terhadap fokus masalah yang diteliti, peneliti juga terjun langsung dalam masalah yang diteliti, yaitu dalam proses penerapan model pembelajaran. Sampel dalam penelitian ini adalah Kelas V SDN I Telaga. Penarikan sampel pada penelitian ini dilakukan menurut Sugiyono (2013: 146) yaitu purposive yang bersifat snowball sampling. Sumber data penelitian ini yaitu dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari observasi, wawancara guru wali kelas dan peserta didik kelas V SDN I Telaga yang menjadi tempat penelitian. Sedangkan data sekunder adalah data yang bersumber dari catatan lapangan dan dokumentasi. Adapun yang menjadi pedoman peneliti yaitu bukti fisik berupa lembar observasi dan wawancara mengenai kegiatan penelitian. Dalam pengumpulan data membutuhkan waktu yang tidak sedikit, yaitu selama data masih dianggap jenuh maka pengumpulan data akan terus dilakukan sampai tidak ada data yang dianggap jenuh/baru. Hal ini memakan waktu selama 2 bulan. Peneliti melakukan pemeriksaan keabsahan data sesuai dengan teknik yang dijelaskan oleh Sugiyono (2013 : 148) melalui ketekunan pengamatan, triangulasi, dan perpanjangan pengamatan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Milles dan Huberman, dan Spradley. Prosedur pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahap berikut ini : 1. Tahap Pendahuluan 2. Tahap Penelitian Sebenarnya 3. Tahap Penyusunan Laporan IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di SDN I Telaga dengan sampel penelitian adalah kelas V,
penyusunan hasil penelitian ini setelah dilakukan analisis data dan pengumpulan data yang
sesuai dengan prosedur dan instrumen pengumpulan data yang akan di lampirkan pada bagian akhir dari laporan ini. Berbagai macam strategi, metode, dan model pembelajaran saat ini menuntut kreatifitas guru dalam mewujudkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Dalam pembelajaran PAKEM, sangat dituntut keaktifan siswa dari pada guru, dan hal ini harus dukung juga dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru, karena model pembelajaran berpengaruh pada perwujudan pembelajaran PAKEM. Seperti yang dinyatakan oleh Saripa selaku wali kelas V SDN I Telaga bahwa model pembelajaran sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran sebab sesuai dengan tuntutan PAKEM. Karena jika hanya dengan menggunakan metode ceramah saja, siswa akan jenuh dalam belajar. Keaktifan siswa juga dapat terlihat dari penggunaan model pembelajaran dengan perbandingan 75 : 25, yaitu fungsi guru dalam pembelajaran hanya sebagai fasilitator. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di SDN I Telaga, guru menemui beberapa masalah dalam melaksanakannya. Siswa yang tidak mau untuk bekerja kelompok menjadi kendala utama dalam penerapan model STAD. Karena merasa diri mampu untuk menyelesaikan secara individu soal yang diberikan dalam kelompok, maka dia tidak mau berbagi dengan temannya dalam menyelesaikan soal tersebut . Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh guru melaui bimbingan singkat pada siswa tersebut. Selain itu waktu 2 X 35 menit untuk mata pelajaran PKn tidak cukup dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Ini sesuai temuan peneliti, karena proses penyajian materi dan kerja kelompok membutuhkan rentang waktu yang cukup lama untuk penyelesaiannya. Strategi mengajar yang diterapkan di kelas V oleh wali kelas juga memperhatikan relevansi antara metode dan model pembelajaran, karena ini perlu dilakukan untuk terciptanya semangat belajar siswa. Seperti yang di ungkapkan responden bahwa antara metode ceramah dan diskusi sangat perlu dilakukan dengan model pembelajran, agar siswa lebih semangat dalam belajar. Sehingga tidak hanya dengan metode ceramah saja yang dilakukan dalam pembelajaran PKn di kelas V, namun model pembelajaran yang di rasa sesuai dengan materi juga dilakukan dan tentunya sesuai dengan model yang guru pengajar ketahui. Dalam penelitian ini terdapat dua materi yang sesuai dan diajarkan dalam pembelajaran PKn dengan model STAD yaitu : 1. Menghargai dan menaati keputusan bersama
2. Mematuhi keputusan bersama Berarti dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD di Kelas V SDN I Telaga, tidak dilaksanakan setiap kali pertemuan pada mata pelajaran PKn. Tapi dapat meningkatkan semangat belajar siswa dalam menyelesaikan suatu masalah dan hampir seluruh siswa merasa pembelajaran dengan model kerja kelompok lebih menyenangkan. Hal ini sesuai dengan penerapan model STAD dalam pembelajaran PKn yang dilakukan oleh peneliti, serta informasi yang peneliti dapat dari beberapa instrument penelitian. Seperti yang dikatakan oleh Nur Citra Utomo dan C. Novi Primiani bahwa STAD di desain untuk memotivasi siswa supaya kembali bersemangat dan saling menolong untuk mengembangkan keterampilan yang diajarkan oleh guru. Saat penerapan model pembelajaran STAD, jelas sekali perbedaan yang di rasakan apabila hanya menggunakan metode ceramah saja, utamanya pada kondisi belajar siswa. Dengan model pembelajaran STAD siswa lebih aktif dalam pembelajaran, karena mereka menjawab soal-soal berupa LKS dan mereka menemukan sendiri jawaban dari masalah yang disajikan . Keaktifan siswa dalam pembelajaran pada model STAD membuat pembelajaran lebih menyenangkan, karena siswa bebas mengembangkan keterampilannya. Setiap kelompok dalam STAD berlomba-berlomba untuk memberikan hasil terbaik, sehingga setiap siswa dalam kelompok harus berperan serta dalam proses penyelesaian masalah. Pembelajaran model STAD ini didukung oleh teori Piaget yang memandang penting dibentuknya kelompok belajar sehingga setiap anak memiliki rasa tanggung jawab dan merasa adanya saling ketergantungan secara positif karena setiap anggota memiliki peran serta
dalam
mencapai
keberhasilan
kelompoknya
(dalam
http://zaifbio.wordpress.com/page/3/). Bangkitnya motivasi belajar siswa di temukan peneliti, siswa termotivasi saat pembelajaran menggunakan model STAD, karena siswa lebih aktif dari guru. Kerja sama antar siswa mengakibatkan motivasi dalam belajar kelompok meningkat, tak ada satupun siswa yang tidak aktif, karena masing-masing kelompok harus menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan ketentuan waktu yang diberikan. Selama proses penyelesaian masalah dalam kelompok, semua anggota kelompok wajib terlibat dan mengambil peran dalam kelompok. Setiap siswa dalam kelompok saling membantu, wajib bagi setiap siswa yang tahu menjelaskan kepada siswa yang tidak tahu agar semua siswa dalam kelompok mengerti dengan materi yang diajarkan.
Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat yang diberikan oleh Nur Citra Utomo dan C. Novi Primiani STAD tentang desain model pembelejaran STAD yaitu, STAD didesain untuk memotivasi siswa-siswa supaya kembali bersemangat dan saling menolong untuk mengembangkan
keterampilan
yang
diajarkan
oleh
guru
(dalam
http://elnicovengeance.wordpress.com/2012/09/16/model-pembelajaran-stad-student-teamachievement-divisions/). Dalam menerapkan setiap model ditemui beberapa hambatan dan kendala, begitu juga dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas V SDN I Telaga. Tetapi dari sejumlah kendala yang dihadapi, dapat diatasi dengan pendekatan-pendekatan tersendiri yang dilakukan oleh guru pengajar. Beberapa kendala yang diuraikan pada temuan khusus telah dipaparkan oleh Nur (dalam
http://www.farhan-bjm.web.id/2011/09/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-
stad.html) dalam pendapatnya tentang sejumlah masalah yang akan ditemui guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, antara lain : 1. Siswa dalam satu tim atau lebih tidak dapat menyesuaikan diri. 2. Siswa berperilaku menyimpang. 3. Siswa terlalu gaduh. 4. Ketidakhadiran. 5. Siswa tidak dapat menggunakan waktu latihan tim secara efektif. 6. Rentang tingkat kinerja di dalam kelas terlalu lebar untuk pengajaran kelompok. 7. Penggunaan sistem skor perbaikan individual. Dari teori yang dikemukakan oleh Nur (2005) tentang kendala-kendala yang ditemui guru dalam menerapkan model pembelajaran STAD, lain lagi dengan masalah yang muncul dan ditemui oleh peneliti di lapangan yaitu selama proses pembelajaran berlangsung : 1. Tidak semua siswa yang aktif dalam kelompok, 2. Ada siswa yang bertindak sesuka hati, 3. Lalu lalang siswa dikelas 4. Siswa tidak tepat waktu dalam menjawab LKS dalam kelompok 5. Ada siswa yang tidak mau bekerja kelompok 6. Tidak semua siswa dapat menghargai pendapat temannya 7. Dalam pemberian skor kuis ada siswa yang tidak setuju karena merasa tidak senang dengan kelompok lain
8. Sikap iri hati antar kelompok juga terlihat dari pembelajaran ini, karena berlombalomba untuk mendapatkan skor terbaik. Selain masalah-masalah diatas, masalah lain yang muncul dari penerapan model STAD ini adalah waktu untuk penerapannya. Sesuai hasil observasi peneliti, STAD membutuhkan rentang waktu yang lebih panjang untuk penerapannya, 2 X 35 menit waktu yang diberikan oleh pihak sekolah untuk mata pelajaran PKn tidak cukup. Seharusnya untuk mata pelajaran PKn salah satu dari mata pelajaran penanaman konsep, haruslah diberikan waktu yang lebih lama dalam pengajarannya. Dari masalah yang diuraikan tersebut, relevan dengan pendapat yang diuraikan Dess (dalam
http://yankcute.blogspot.com/2010/02/keunggulan-dan-kekurangan-
pembelajaran.html) tentang kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu : 1. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum. 2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif. 3. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif. 4. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama. Masalah-masalah yang ditemui pada siswa saat pembelajaran berlangsung dapat dikategorikan sebagai kesulitan belajar siswa, kesulitan belajar ini diatasi dengan melakukan pendekatan-pendekatan dan bimbingan khusus terhadap siswa yang bermasalah tersebut, selama proses pembelajaran berlangsung. seperti yang dinyatakan oleh guru wali kelas yang sudah mengenal lebih jauh tentang karakteristik siswanya, dan dengan melakukan bimbingan selama proses pembelajaran tersebut, dapat membuat siswa untuk kembali bersemangat dalam melakukan kerja kelompok. Upaya yang telah diuraikan diatas sesuai dengan pendapat Zainal Aqib dan Elham Rohmanto ( 2007 : 119 ) yang mengatakan bahwa bimbingan belajar ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Masalah-masalah yang ditemui siswa yang telah diuraikan perlu mendapatkan perhatian khusus dari guru, dengan melakukan berbagai macam teknik pendekatan dalam usaha membangkitkan motivasi belajar siswa. Perhatian ini sangat penting dilakukan dalam proses kerja kelompok sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Winataputra (2003 :
3.24) bahwa guru harus memperhatikan siswa secara kelompok maupun siswa sebagai individu dalam kelompok. Perhatian dari guru dapat membangkitkan perhatian siswa. Untuk mengatasi masalah waktu yang tidak cukup untuk penerapan model pembelajaran STAD pada mata pelajaran PKn, dilakukan dengan melakukan hal-hal yang dapat dilakukan di luar jam pelajaran telah dilakukan, misalnya dengan membagi siswa dalam kelompok, sekaligus mengatur tempat duduknya sesuai dengan kelompok masingmasing. Setelah itu mempersiapkan semua perangkat pembelajaran. V.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan data yang telah di analisa dan diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKn di kelas V SDN I Telaga, dilasanakan tidak setiap saat pertemuan untuk mata pelajaran PKn, hal ini disebabkan oleh tidak semua materi yang terdapat dalam mata pelajaran tersebut cocok dengan model pembelajaran STAD. Siswa merasa lebih senang belajar dengan menggunakan model pembelajaran STAD, karena setiap siswa diharapkan aktif salam pembelajaran karena semua harus bekerja sama dalam kelompok dan setiap anggota kelompok yang tau wajib memberitahukan kepada teman kelompoknya yang tidak tau, jadi keterampilan siswa dalam menulis, berbicara, kerja sama, tanggung jawab, dapat berkembang melalui pembelajaran dengan menggunakan model STAD, sesuai dengan desain pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu untuk mengembangkan setiap keterampilan siswa melalui pembelajaran. Sesuai dengan hasil penelitian peneliti teknik yang digunakan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas V di SDN I Telaga, diterapkan sesuai dengan prosedur atau langkah-langkah model pembelajaran STAD. Keseluruhan langkah-langkah pembelajaran STAD seluruhnya dilakukan oleh guru pengajar selaku wali kelas SDN I Telaga mulai dari penyajian materi, proses kerja kelompok, menguji kinerja individu, penskoran, sampai pada pemberian penghargaan. Hal ini dapat menunjukan bahwa model pembelajaran kooperaif tipe STAD pernah diterapkan di kelas V SDN I Telaga. Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan, peneiliti dapat melihat bahwa situasi belajar siswa saat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas V SDN I Telaga, begitu menyenangkan untuk siswa, karena semua terlibat atau aktif dalam proses pembelajaran, keaktifan siswa inilah yang dapat meningkatakan motivasi belajar siswa, sehingga pembelajaran dirasakan menyenangkan oleh siswa. Selain itu dari situasi belajar siswa yang demikian
guru tak perlu repot-repot untuk mencari-mencari strategi yang pas untuk mencapai tujuan sistem pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menenangkan ( PAKEM ).\ 2. Dalam penerapannya juga model pembelajaran STAD menemui beberapa kendala. Kendala yang ditemui tersebut antara lain : 1. Tidak semua siswa yang aktif dalam kelompok, 2. Ada siswa yang bertindak sesuka hati, 3. Lalu lalang siswa dikelas 4. Siswa tidak tepat waktu dalam menjawab LKS dalam kelompok 5. Ada siswa yang tidak mau bekerja kelompok 6. Tidak semua siswa dapat menghargai pendapat temannya 7. Dalam pemberian skor kuis ada siswa yang tidak setuju karena merasa tidak senang dengan kelompok lain 8. Sikap iri hati antar kelompok juga terlihat dari pembelajaran ini, karena berlombalomba untuk mendapatkan skor terbaik. Selain itu juga masalah lain yang ditemui adalah waktu pelaksanaan dalam proses penerapan model pembelajaran STAD. Waktu yang tersedia untuk mata pelajaran PKn tidak cukup untuk dilakukan penerapan model pembelajaran STAD. 3. Dari kendala-kendala yang diuraikan tersebut, ada juga beberapa upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi. Untuk kendala yang terjadi pada siswa, dapat diatasi dengan melakukan bimbingan khusus terhadap siswa yang bermasalah tersebut, dengan begitu mereka menjadi termotivasi dalam belajar lagi. Dengan melakukan hal itu terbukti siswa mau bekerja kelompok dan berbagi bersama teman kelompoknya. Intinya adalah kesabaran dalam melakukan pendekatan terhadap siswa tersebut harus diperhatikan dalam masalah yang ditemui pada siswa. Kemudian untuk mengatasi masalah waktu, dilakukan dengan melakukan tidak melakukan pemborosan waktu, hal-hal yang dapat dilakukan di luar pembelajaran STAD telah dilakukan, yaitu dengan membagi kelompok di luar jam pembelajaran PKn, memberi rentang waktu untuk tugas yang diberikan. Secara umum model pembelajaran STAD sebagai salah satu tipe pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, rasa saling menghargai dan mengembangkan keterampilan siswa dalam mengeluarkan pendapat. Terbukti dengan waktu penerapan yang relatif singkat, STAD mampu memotivasi siswa dalam belajar. Oleh sebab itu melalui karya tulis ini, peneliti menyarankan beberapa hal yaitu :
1.
Dengan adanya model-model pembelajaran yang berkembang saat ini, diharapkan kepada guru-guru pengajar dan wali kelas, agar mengupayakan untuk dapat menerapkan pada setiap mata pelajaran, agar terciptanya pendidikan yang berkarakter. Karena model-model pembelajaran yang berkembang saat ini terbukti dapat membangun karakter siswa.
2.
Hasil penelitian ini hendaknya menjadi pendorong bagi setiap guru pengajar dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, meski bukan hanya pada mata pelajaran PKn saja.
3.
Kepada pihak sekolah ataupun pihak-pihak yang terkait dalam pembagian waktu untuk mata pelajaran, agar bisa menambah waktu untuk mata pelajaran PKn, karena mata pelajaran penanaman konsep memerlukan waktu yang tidak sedikit untuk pembelajarannya, atau bisa dengan menambahkan jadwal untuk mata pelajaran PKn dari sekali dalam seminggu menjadi dua kali dalam seminggu.
4.
Bagi rekan-rekan mahasiswa, agar dapat memanfaatkan karya tulis ini sebagai dasar dalam melakukan kajian-kajian selanjutnya.
Daftar Rujukan Aqib, Zainal dan Elham Rohmanto. 2007. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Bandung: Yrama Widya. Aqib, Zainal. 2013. MODEL-MODEL, MEDIA, dan STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (INOVATIF). Bandung : YRAMA WIDYA Dess. 1991. Keunggulan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD. (online). (http://yankcute.blogspot.com/2010/02/keunggulan-dan-kekuranganpembelajaran.html, diakses pada 25 februari 2013). Farhan. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Jurnal Pendidikan Nasional (online).
(http://www.farhan-bjm.web.id/2011/09/model-pembelajaran-kooperatif-
tipe-stad.html, diakses pada September 2011). Herdian. 2009. Model Pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division). Jurnal Ilmu
Pendidikan
(online).
(http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-
pembelajaran-stad-student-teams-achievement-division/, diakses 25 februari 2013).
Maleong, J Lexy. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : ROSDA Mardalis. 2004. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT. RAJAGRAFINDO PERSADA. Roestiyah. 2001. Keuntungan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.(online).(http://belajarmenjadilebih.wordpress.com/2012/12/02/modelpembelajaran-stad-student-team-achievement-divisions/ diakses25 februari 2013). Solihatin, Etin. 2012. Strategi Pembelajaran PPKN. Jakarta: Bumi Aksara Sugiyono. 2013. MEMAHAMI PENELITIAN KUALITATIF. Bandung : ALFABETA Satori, Djama’an dan Aan Komariah. 2012. METODE PENELITIAN KUALITATIF. Bandung : ALFABETA. Tohirin. 2012. METODE PENELITIAN KUALITATIF DALAM PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN KONSELING. Jakarta : PT. RAJAGRAFINDO PERSADA Universitas Negeri Gorontalo. 2009. Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Gorontalo: Departemen Pendidikan Nasional Utomo Citra, dan Primiani Novi. 2009. Model Pembelajaran STAD (Student Teams Achievement
Division).
(online).
(http://elnicovengeance-
wordpress.com/2012/09/16/model-pembelajaran-stad-student-team-achievementdivisions/, diakses 25 februari 2013). Winataputra, S Udin. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka. Zaifbio. 2012. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). februari 2013).
(online).
(http://zaifbio.wordpress.com/page/3/),
diakses
25