12
Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 7, Nomor 1, Hal 12-23
PENERAPAN MODEL BELAJAR KOOPERATIF TIPE STAD YANG BERORIENTASI PADA PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH PADA MATEMATIKA DISKRIT 2 Katrina Samosir, Sahat Siahaan Prodi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, UniversitasNegeri medan (UNIMED), Medan 20221, Sumatera Utara, Indonesia Email:
[email protected]
ABSTRAK Tujuan dari penelitian yang mengungkapkan ke: 1) Menentukan model implementasi berorientasi pembelajaran kooperatif pada pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam matematika diskrit, 2) Mengetahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif yang didasarkan pada pembelajaran berorientasi masalah dapat meningkatkan siswa 'pemahaman tentang konsep matematika diskrit, 3) Mengetahui bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model yang didasarkan pada pembelajaran berorientasi masalah dapat meningkatkan pemahaman siswa bukti atau pemecahan masalah pada matematika diskrit. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dan yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa semester enam yang mengikuti 2 kursus matematika diskrit. Setelah menggunakan strategi ini pada siklus 1, tes prestasi menunjukkan tingkat penguasaan kelas belajar adalah 81,2% dengan nilai rata-rata 83,9. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan Aplikasi Model Berorientasi Pembelajaran Kooperatif Problem Based Learning pada Diskrit Matematika 2 sukses. Ini berarti bahwa model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Belajar Soal Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi berbasis dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep dan meningkatkan kemampuan siswa untuk membuktikan atau memecahkan masalah pada Matematika Diskrit 2. Akuisisi 84,9% dari siswa memahami konsep-konsep dengan nilai rata-rata 85,6% pada Matematika Diskrit 2 . persentase siswa memahami konsep pada tingkat yang kompeten kemampuan (B) atau sangat kompeten (A) hanya 41,36%. Hal ini disebabkan kinerja diskusi kelompok mahasiswa d tidak optimal, karena ada tiga aspek yang skor rata-rata lebih dari dua dan kurang dari tiga, yaitu (1) fokus dan makna dari pertanyaan, (2) kemampuan untuk menanggapi pertanyaan kelompok lain, dan (3) kejelasan dalam berpendapat pertanyaan atau komentar dari kelompok lain. Diperlukan untuk mengurangi frekuensi yang meningkat dari latihan memecahkan masalah pada kelompok diskusi. Kata kunci: Pembelajaran kooperatif, Pembelajaran berbasis masalah, Hasil belajar.
ABSTRACT The objective of study are reveal to: 1) Determine that the implementation-oriented models of cooperative learning on problem based learning can improve student learning outcomes in discrete mathematics, 2) Knowing that application of cooperative learning model which is based on problem-oriented learning can improve students’ understanding of concept of discrete mathematics, 3)Knowing that application of cooperative learning model which is based on problem-oriented learning can improve students’ understanding of proof or solving problems on discrete mathematics.The method of research used a classroom action research and that becomes the subject of research is the sixth semester students who follow a discrete mathematics 2 course.After using this strategy in cycle 1, of the achievement test showed levels mastery learning class is 81.2% with an average value of 83.9.It shows that the implementation of the Model Application Oriented Learning Cooperative Learning Problem Based on Discrete Mathematics 2 successful. It means that the learning model to improve learning outcomes of students.Application of Katrina Samosir, Sahat Siahaan; Penerapan Model Belajar Kooperatif Tipe STAD yang Berorientasi pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada Matematika Diskrit 2
13
Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 7, Nomor 1, Hal 12-23 Cooperative Learning Model Oriented Problem based Learning can improve students’ understanding of concepts and improve student’s ability to prove or solving problems on Discrete Mathematics 2. Acquired 84.9% of the students understand the concepts with an average value of 85.6% on Discrete Mathematics 2. The percentage of students understand the concept at a competent level of ability (B) or very competent (A) is only 41.36%.This is due to the performance of the student group discussion is d not optimal, because there are three aspect that the average score of more than two an less than three,namely (1) the focus and meaning of the question, (2) ability to respond to questions other groups, and (3) clarity in argued the question or comments of other groups. Required to mitigate increased frequency of exercise solve problems on the discussion group. Keywords: cooperative learning, problem based learning, learning outcomes.
PENDAHULUAN Mata kuliah Matematika Diskrit 2 ini diberikan pada semester VI.Matakuliah ini berkaitan dengan matakuliah Program Komputer.Matakuliah lanjutan dari matakuliah ini adalah matakuliah Operation Research. Metode yang digunakan pada pembelajaran Matematika Diskrit 2 ini pada umumnya metode ceramah, pengajaran berpusat pada dosen, dalam kegiatan belajar mengajar mahasiswa kurang aktif dan mahasiswa lebih banyak mendengar dan penjelasan yang diberikan dosen pengampu matakuliah Matematika Diskrit 2 belum dapat dipahami dengan baik oleh mahasiswa. Hasil pengamatan menunjukkan 70,1 % mahasiswa menganggap bahwa matakuliah Matematika Diskrit 2 ini, merupakan matakuliah yang sulit dipelajari. Persentase nilai mahasiswa yang memperoleh nilai A dari tahun masuk 2005 s/d 2007 cukup rendah yaitu 17 % dan disusul dengan yang memperoleh nilai B yaitu 39 %. Ini menunjukkan bahwa yang memperoleh nilai A dan B belum mencapai 60 %. Permasalahan yang ditemukan yang merupakan kesulitan bagi mahasiswa mempelajari atematika Diskrit 2 adalah sebagai berikut :
1. Kesulitan memahami konsep (definisi dan teorema) 2. Kesulitan mahasiswa memetakan sifat-sifat tersebut dengan contoh 3. Kesulitan mahasiswa memetakan sifat-sifat tersebut dengan yang bukan contoh 4. Sulit menentukan kapan suatu teorema digunakan dan kapan tidak digunakan 5. Kesulitan membuktikan teorema 6. Kesulitan menggunakan teorema dan/atau definisi untuk memecahkan suatu masalah atau soal 7. Kesulitan menarasikan suatu alasan atau argumentasi dari suatu jawaban yang diberikan Hampir sekitar 80 % mahasiswa mengalami permasalahan seperti diuraikan diatas.Ini menunjukkan bahwa permasalahan yang telah dikemukakan diatas memerlukan penanggulangan dengan segera.Untuk mengatasi permasalahan tersebut sangat cocok dengan menggunakan Model Belajar Kooperatif yang berorientasi pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada matakuliah Matematika Diskrit 2.
Katrina Samosir, Sahat Siahaan; Penerapan Model Belajar Kooperatif Tipe STAD yang Berorientasi pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada Matematika Diskrit 2
14
Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 7, Nomor 1, Hal 12-23
Berdasarkan permasalahan di atas tampak bahwa mahasiswa kesulitan memetakan sifat-sifat yang terkandung dalam definisi terhadap contoh dan yang bukan contoh, sulit menggunakan definisi dan / atau teorema dalam pembuktian dan pemecahan masalah (soal-soal), dan juga sulit menarasikan alasan dari suatu jawab yang diberikan. Ini menunjukkan bahwa untuk mengatasi permasalahan diatas diperlukan tingkat berpikir yang lebih tinggi, keterampilan memecahkan masalah, dan kerja sama antar mahasiswa. Model pembelajaran berdasarkan masalah sangat cocok digunakan untuk mengatasi permasalahan diatas, karena menurut Nuhadi (2003; 55) bahwa “ pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang essensial dari materi pelajaran”. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Arends (Abbas 2003; 3) bahwa “Model ini merupakan pendekatan pembelajaran peserta didik pada masalah autentik (nyata) sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang tinggi dan inkuri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan kepercayaan dirinya”. Sedang Ibrahim dan Nur (2000; 2) mengatakan bahwa :”Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang dalam penggunaannya untuk
merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah”. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pembelajaran untuk membuat agar mahasiswa dapat berpikir kritis, trampil memecahkan suatu masalah, dapat menggunakan pengetahuannya sendiri, dapat mengembangkan dirinya sendiri, dan dapat meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Menurut Ibrahim dan Nur (2000; 5) bahwa cirri-ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah ini adalah : 1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan atau masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. 2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu, masalah yang akan diselidiki telah dipilih yang benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. 3. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. 4. Menghasilkan produk / karya dan memamerkannya.
Katrina Samosir, Sahat Siahaan; Penerapan Model Belajar Kooperatif Tipe STAD yang Berorientasi pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada Matematika Diskrit 2
15
Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 7, Nomor 1, Hal 12-23
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam karya nyata dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk ini dapat berupa transkrip debat atau laporan. 5. Kerja sama Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa bekerja sama satu sama lain, paling sering berpasangan atau kelompok kecil. Berdasarkan uraian diatas bahwa pembelajaran berdasarkan masalah bahwa kegiatan dalam pembelajaran terfokus pada aktivitas mahasiswa dibarengi dengan bimbingan dosen dengan memberikan dorongan,
bimbingan, dan arahan agar mahasiswa terdorong untuk bertanya dan melakukan penyelidikan terhadap pertanyaan atau masalah yang diberikan. Dengan cara demikian tujuan pembelajaran menggunakan belajar kooperatif yang berorientasi pada pembelajaran berdasarkan masalah dapat tercapai dan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa, karena pembelajaran ini diarahkan untuk memperbaiki pekerjaan mahasiswa pada tugastugas akademik dan mendidik mahasiswa agar mampu bekerja sama dan saling membantu satu sama lain. Menurut Arends (Tim Instruktur PLPG; 2008, 57) ada 5 langkah pokok pengelolaan pembelajaran berdasarkan masalah yaitu:
Tabel 2.1: Lima Langkah Pokok Pembelajaran Berdasarkan Masalah No. Langkah Kegiatan Guru 1 Orientasi Masalah 1. Menginformasikan kompetensi dasar 2. Menciptakan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadi pertukaran ide secara terbuka 3. Mengarahkan siswa pada pertanyaan atau masalah 4. Mendorong siswa mengekspresikan ide-ide secara terbuka 2 Mengorganisasikan siswa belajar 1. Membantu siswa menemukan konsep berdasarkan masalah 2. Mendorong keterbukaan, prosesproses demokrasai 3. Menguji pemahaman siswa atas konsep yang ditemukan 3 Bantuan menyelidiki secara 1. Memberi kemudahan pengerjaan mandiri atau kelompok siswa dalam memecahkan Masalah 2. Memberikan scaffolding
Katrina Samosir, Sahat Siahaan; Penerapan Model Belajar Kooperatif Tipe STAD yang Berorientasi pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada Matematika Diskrit 2
16
4
5
Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 7, Nomor 1, Hal 12-23
3. Mendorong kerja sama menyelesaikan tugas-tugas 4. Mendorong dialog berdiskusi dengan teman-teman 5. Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang berkaitan dengan masalah 6. Membantu siswa dalam menemukan hipotesis 7. Membantu siswa dalam memberikan solusi Mengembangkan dan 1. Membimbing siswa mengerjakan menampilkan hasil kerja LKS 2. Membimbing siswa menyajikan hasil kerja Menganalisis dan mengevaluasi 1. Membantu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan masalah hasil pemecahan masalah 2. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah 3. Mengevaluasi materi akademik
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan bahwa mahasiswa yang mendapat kesulitan mempelajari Matematika Diskrit 2 berupaya untuk bertanya pada teman sekelasnya atau berkonsultasi dengan temannya satu kelas yang lebih pandai dan terdapat kerja sama yang baik dalam kelas mereka untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam perkuliahan. Ini menunjukkan bahwa model belajar kooperatif sangat cocok untuk digunakan didukung dengan salah satu budaya Bangsa Indonesia yaitu budaya gotong royong yang artinya budaya saling membantu untuk menyelesaikan suatu masalah dalam masyarakat.. Ruang kelas merupakan suatu tempat yang baik untuk kegiatan belajar kooperatif.Didalam ruang kelas, para mahasiswa dapat diberi kesempatan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
menyelesaikan atau memecahkan suatu masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat B. Benner, C. RolheiserBennet & L. Stevahn (Krongthong, 1998; 32) mengatakan bahwa: Cooperative Learning adalah adanya kerja sama dan saling tergantung yang positip diantara anggotaanggota kelompok, untuk mencapai tujuan, oleh sebab itu rekan dalam satu kelompok harus saling mengisi satu sama lain dan saling membantu sesamanya dalam hal akademik maupun tingkah laku social. Belajar kooperatif dalam matematika dapat membantu mahasiswa meningkatkan sikap positip mahasiswa dalam matematika. Para mahasiswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika
Katrina Samosir, Sahat Siahaan; Penerapan Model Belajar Kooperatif Tipe STAD yang Berorientasi pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada Matematika Diskrit 2
17
Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 7, Nomor 1, Hal 12-23
yang banyak dialami para mahasiswa. Menurut Suherman (2003; 259) bahwa “cooperative learning juga telah terbukti sangat bermanfaat bagi para siswa yang heterogen”.Dengan menonjolkan interaksi dalam kelompok, model belajar ini dapat membuat siswa menerima siswa lain yang berkemampuan dan berlatar belakang yang berbeda. Menurut Johnson dan Holubec (Krongthong, 1998;) ada 7 unsur yang perlu diperhatikan dalam belajar kooperatif didalam kelas yaitu: 1. Ketergantungan positip satu sama lain, disusun dan direncanakan (pada waktu membuat rencana pengajaran). 2. Demonstrasi secara individual secara bergantian untuk diri sendiri dan rekan satu kelompok. 3. Anggota kelompok adalah heterogen. 4. Adanya aktifitas dalam kelompok untuk membangun kepercayaan, komitmen, dan kohesi. 5. Setiap anggota kelompok dapat bertugas sebagai pemimpin yang bertanggung jawab secara bergantian. 6. Keterampilan sosial diajarkan dengan praktek dan proses. 7. Guru secara terus menerus memonitor kerja kelompok, pembagian tugas dan melakukan intervensi jika diperlukan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk melaksanakan belajar kooperatif yang perlu diperhatikan adalah ketergantungan antar anggota kelompok secara positif, setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, setiap anggota kelompok dapat bertukar peran, menghargai
perbedaan, memanfaatkan kelelahan, mengisi kekurangan, saling mempercayai, mempunyai komitmen bersama, ada keterkaitan sesama anggota, dan peran guru sebagai fasilitator. Ada beberapa model belajar kooperatif yang dikembangkan para ahli, salah satu diantaranya adalah STAD (Student Team Achievement Division) dan model inilah yang dipilih untuk penelitian ini. Menurut Slavin (Krongthong, 1998; 33) bahwa pada metode STAD siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, setiap kelompok ada 4 orang, ada yang pandai sedang dan kurang, ada laki-laki dan perempuan dari latar belakang ras dan bangsa yang berbeda, guru menyampaikan pelajaran dengan ceramah atau diskusi. Sedang menurut Slavin (1995; 76) ada 4 langkah utama dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan model STAD, yaitu : 1. Penyajian kelas. Langkah-langkah penyajian guru menekankan beberapa hal, yaitu : Pembukaan: a. Menjelaskan tujuan pembelajaran b. Memberikan motivasi untuk berkooperatif. c. Mengulangi atau menggali kembali pengetahuan prasyarat. Pengembangan: a. Memfokuskan pada tujuan yang ingin diajarkan b. Memfokuskan pada pengertian bukan hafalan’ c. Mendemonstrasikan konsep dan contoh.
Katrina Samosir, Sahat Siahaan; Penerapan Model Belajar Kooperatif Tipe STAD yang Berorientasi pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada Matematika Diskrit 2
18
Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 7, Nomor 1, Hal 12-23
d. Mengecek pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan. 2. Latihan terbimbing a. Meminta siswa untuk mengerjakan soal atau contoh atau menyediakan jawaban yang diajukan guru. b. Menunjuk siswa secara random agar semua siswa mempersiapkan dirinya untuk menjawab. c. Memberikan waktu kepada siswa untuk mengerjakan satu atau dua soal, kemudian memberikan umpan balik. 3. Tahapan belajar kelompok a. Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri dari siswa siswi yang heterogen (2-6 orang, umumnya 5 orang dalam satu kelompok). b. Memberikan material berupa lembar tugas dan satu lembar kunci jawaban. c. Guru menjelaskan tahapan dan fungsi dari model STAD / ketentuan dan keterampilan kooperatif. d. Setiap siswa mendapat peran memimpin kelompoknya. 4. Tahapan menguji kinerja individu. Untuk menguji kinerja individu, pada umumnya dilakukan tes/kuis/postes.Setiap siswa wajib mengerjakan tes. Pada tahap ini siswa tidak diperkenankan lagi untuk bekerja sama. Setiap siswa berusaha untuk bertanggung
jawab secara individu, melakukan yang terbaik bagi kontribusinya terhadap kelompok. Usaha dan keberhasilan setiap orang akan memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompoknya. Berdasarkan uraian diatas, maka langkah atau tahapan yang dilakukan untuk menggunakan model STAD ini pada perkuliahan Matematika Diskrit 2 adalah sebagai berikut. Tahap I: Penyajian materi kuliah dalam kelas. Pada tahap ini yang dijelaskan atau disajikan adalah : 1. Menjelaskan tujuan perkuliahan 2. Mengetes atau menjelaskan materi prasyarat. 3. Dosen menyajikan materi secara langsung dengan menggunakan metode ekspository dan demonstrasi. Tahap II: Pengarahan dan dan pemberian tugas kelompok. Pada tahap ini yang dilakukan oleh dosen adalah : 1. Dosen membentuk kelompok yang anggotanya heterogen dan terdiri dari 4 orang, 2. Memberikan tugas kelompok berupa lembaran kerja, dan memberi penjelasan apa yang dikerjakan, bagaimana cara mengerjakannya, dan bagaimana membuat laporan hasil kerja kelompok. Tahap III: Belajar Kelompok Pada tahap ini anggota kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen. Setiap mahasiswa dapat berperan sebagai pemimpin kelompoknya untuk membahas tugas-tugas yang
Katrina Samosir, Sahat Siahaan; Penerapan Model Belajar Kooperatif Tipe STAD yang Berorientasi pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada Matematika Diskrit 2
19
Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 7, Nomor 1, Hal 12-23
diberikan.dosen secara terus menerus memonitor kerja kelompok dan melakukan intervensi jika diperlukan. Tahap IV: Menguji kinerja setiap anggota kelompok. Pada tahap ini setiap mahasiswa diberikan tes, kuis, atau postes untuk melihat kinerja setiap anggota kelompok dan tanggung jawab secara individu. Pada tahap ini tidak ada lagi kerja sama. Tahap V: Penghargaan. Guru memberi penghargaan kepada siswa secara akademik mengenaihasil yang diperolehnya. Adapun proses pembelajaran dengan penerapan model belajar kooperatif yang berorientasi pada pembelajaran berdasarkan masalah pada Matematika Diskrit 2 dikembangkan sebagai berikut : Tahap I: Pembentukan kelompok diskusi. Membentuk kelompok diskusi yang anggotanya heterogen dan terdiri dari 4 orang. Tahap II: Penyajian materi kuliah dalam kelas. Pada tahap ini yang akan dilakukan dosen adalah : 1. Menjelaskan tujuan perkuliahan. 2. Mengetes atau menjelaskan materi prasyarat, yaitu Matematika Diskrit 1, dan Himpunan dan Logika 3. Menyajikan materi secara langsung dengan menggunakan metode ekspository dan demonstrasi. Tahap III: Pengarahan dan pemberian tugas kelompok. Pada tahap ini dosen memberikan tugas kelompok berupa lembaran kerja, yang
terdiri dari dua bagian yaitu pemahaman konsep dan pemecahan masalah. Dosen menjelaskan apa yang dikerjakan, bagaimana cara mengerjakannya, dan bagaimana membuat laporan hasil kerja kelompok. Tahap IV: Belajar kelompok Pada tahap ini anggota kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dosen. Setiap mahasiswa dapat berperan sebagai pemimpin kelompoknya untuk membahas tugas-tugas yang diberikan.Dosen secara terus menerus memonitor kerja kelompok dan melakukan intervensi jika diperlukan.Selama pembelajaran berlangsung, dosen membantu kelompok dalam melakukan penyelidikan sehingga mahasiswa menemukan pemecahan terhadap masalah yang ada. Kemudian, mahasiswa menyajikan hasil pemecahan masalah di depan kelas. Pada akhir pembelajaran, dosen membantu mahasiswa untuk merefleksikan atau mengevaluasi terhadap penyelidikan yang dilakukan. Tahap V: Menguji kinerja setiap anggota kelompok. Pada tahap ini dosen memberikan tes, kuis, atau postes pada setiap mahasiswa untuk melihat kinerja setiap anggota kelompok dan tanggung jawab secara individu. Pada tahap ini tidak ada lagi kerja sama antar anggota kelompok.
Katrina Samosir, Sahat Siahaan; Penerapan Model Belajar Kooperatif Tipe STAD yang Berorientasi pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada Matematika Diskrit 2
20
Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 7, Nomor 1, Hal 12-23
Tahap VI: Penghargaan Dosen memberikan penghargaan kepada
mahasiswa secara akademik mengenai hasil yang diperolehnya.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).Tindakan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kemantapan rasional serta memperbaiki kondisi perkuliahan yang dilakukan. Disamping itu juga merefleksi diri dan memperbaiki kinerja dosen,sehingga dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap pemecahan masalah pada mata kuliah Matematika Diskrit 2. Penelitian ini dilaksanakan di jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Medan.Subjek
penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Matematika yang mengikuti perkuliahan Matematika Diskrit 2 terdiri dari dua kelas parallel yaitu pada kelas A ada 46 orang dan pada kelas B ada 44 orang. .Instrumen penelitian digunakan tes hasil belajar untuk mengetahui kemampuan mahasiswa setelah diberi perlakuan dan lembar observasi untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan strategi pembelajaran yang telah dipilih dan untuk mengetahui kinerja diskusi kelompok mahasiswa.
HASIL IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN Akhir siklus pertama, mengenai kegiatan dosen dalam diberikan tes hasil belajar yang menerapkan model belajar kooperatif bertujuan untuk melihat keberhasilan yang berorientasi pada pembelajaran tindakan (kemampuan mahasiswa berdasarkan masalah pada setelah diberi tindakan). Hasil Matematika Diskrit 2 termasuk analisis yang dilakukan bahwa kedua kategori sangat baik.Pengamatan kelas (kelas A dan B) secara klasikal terhadap kinerja kelompok telah memperoleh 81,2 % mahasiswa mahasiswa menunjukkan bahwa mendapatkan nilai lebih atau sama hasil pengamatan 2 (dua) anggota dengan 70 dengan nilai rata-rata tim peneliti (N) adalah 76. Menurut 83,9, berarti sudah lebih dari 75 % kriteria penelitian bahwa kinerja mahasiswa yang telah mencapai daya diskusi kelompok mahasiswa pada serap lebih atau sama dengan 70 %. penerapan model belajar kooperatif Ini menunjukkan bahwa kedua kelas yang berorientasi pada pembelajaran telah tuntas belajarnya. berdasarkan masalah pada Hasil pengamatan 2 (dua) Matematika Diskrit 2 adalah anggota tim peneliti mengenai termasuk kategori baik. pelaksanaan kegiatan dosen (N) Berdasarkan hasil yang ditunjukkan adalah 89, sedang hasil pengamatan di atas bahwa penerapan model dari 90 orang mahasiswa bahwa nilai belajar kooperatif yang berorientasi hasil pengamatan (N) adalah 93. pada pembelajaran berdasarkan Menurut kriteria penilaian bahwa masalah dapat meningkatkan hasil penilaian kedua kelompok tersebut Katrina Samosir, Sahat Siahaan; Penerapan Model Belajar Kooperatif Tipe STAD yang Berorientasi pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada Matematika Diskrit 2
21
Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 7, Nomor 1, Hal 12-23
belajar mahasiswa pada matakuliah Matematika Diskrit 2. Hasil tes akhir yang dilakukan mengenai kemampuan mahasiswa memahami konsep menunjukkan bahwa persentase ratarata mahasiswa pada kelas A adalah 85,5 % dengan nilai rata-rata 80,03, sedang persentase rata-rata mahasiswa Kelas B adalah 84,2% dengan nilai rata-rata 85,5. Jadi, ratarata persentase mahasiswa yang memahami konsep pada kelas A atau B (90) orang adalah 84,9% dengan nilai rata-rata 82,9. Ini menunjukkan bahwa penerapan model belajar kooperatif yang berorientasi pada pembelajaran berdasarkan masalah terlaksana dengan baik. Hasil tes akhir yang dilakukan mengenai kemampuan mahasiswa pada pembuktian atau
pemecahan masalah menunjukkan bahwa persentase rata-rata mahasiswa pada kelas A adalah 52,2 % dengan nilai rata-rata 84,9, dan persentase rata-rata mahasiswa Kelas B adalah 75% dengan nilai rata-rata 86,2. Jadi, persentase rata-rata mahasiswa yang mampu menyelesaikan soal yang berkaitan dengan pembuktian atau pemecahan masalah di kelas A atau B secara rata-rata adalah 63,6% dengan nilai rata-rata 85,6. Ini menunjukkan bahwa penerapan model belajar kooperatif yang berorientasi pada pembelajaran berdasarkan masalah terlaksana dengan baik. Peningkatan prestasi belajar mahasiswa yang diperoleh dengan mengacu kepada pencapaian indikator kinerja seperti pada tabel berikut ini.
Indikator Kinerja
Awal Target Capaian
Persentase mahasiswa yang memperoleh nilai A atau B
39%
50%
59,1%
Persentase mahasiswa memahami definisi dan teorema
NA
50%
81,5%
Persentase mahasiswa yang mampu menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan pemecahan masalah dan pembuktian di Matematika Diskrit 2
NA
50%
63%
Dari hasil pembahasan di atas ditemukan bahwa persentase ratarata mahasiswa dari kedua kelas tersebut yang memahami konsep pada tingkat kemampuan kompoten (B) atau sangat kompoten (A) ada 50,17% dengan nilai rata-rata 82,4 hampir sama dengan target yang ditetapkan yaitu 50 %, sedang persentase rata-rata mahasiswa dari kedua kelas tersebut yang mampu melakukan pembuktian atau pemecahan masalah pada tingkat kemampuan kompoten (B) atau
sangat kompeten (A) hanya 41,3% dengan nilai rata-rata 90,6, berarti masih kurang dari 50 %. Secara umum pelaksanaan penerapan model belajar kooperatif yang berorientasi pada pembelajaran berdasarkan masalah pada Matematika Diskrit 2 berhasil dengan baik, berarti Model Belajar tersebut dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Penerapan model belajar kooperatif yang berorientasi pada pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan
Katrina Samosir, Sahat Siahaan; Penerapan Model Belajar Kooperatif Tipe STAD yang Berorientasi pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada Matematika Diskrit 2
22
Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 7, Nomor 1, Hal 12-23
pemahaman mahasiswa terhadap konsep.Penerapan model belajar kooperatif yang berorientasi pada pembelajaran berdasarkan masalah dapat juga meningkatkan kemampuan mahasiswa melakukan pembuktian atau pemecahan masalah. Temuan menunjukkan bahwa persentase mahasiswa memahami konsep pada tingkat kemampuan kompeten (B) atau sangat kompeten (A) adalah 50,1%, sedang persentase mahasiswa yang mampu menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan pemecahan masalah dan pembuktian di Matematika Diskrit 2 pada tingkat kompoten (B) atau sangat kompoten (A) hanya 41,36%, masih kurang dari 50%. Hal ini disebabkan kinerja diskusi kelompok mahasiswa belum optimal.Oleh sebab itu, untuk selanjutnya perlu ditingkatkan frekuensi latihan menyelesaikan soal-soal pada diskusi kelompok. KESIMPULAN Dalam penerapan model belajar kooperatif yang berorientasi pada pembelajaran berdasarkan masalah pada Matematika Diskrit 2
DAFTAR PUSTAKA Abbas, N, (2003), Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) Dalam Pembelajaran Matematika di SMU, http:www.depdiknas.go.id/ju rnal/S1/040429%30-ed%20nurhayati penerapan%20 pembelajaran.pdf
ada beberapa kesimpulan yang dapat dikemukakan, yaitu : 1. Penerapan model belajar kooperatif yang berorientasi pada pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada matakuliah Matematika Diskrit 2. 2. Penerapan model belajar kooperatif yang berorientasi pada pembelajaran berdasarkan masalah sangat baik untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap konsep pada matakuliah Matematika Diskrit 2 3. Penerapan model belajar kooperatif yang berorientasi pada pembelajaran berdasarkan masalah sangat baik untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap pembuktian atau pemecahan masalah pada matakuliah Matematika Diskrit 2 4. Persentasi mahasiswa yang mampu menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan pemecahan masalah dan pembuktian di Matematika Diskrit 2 pada tingkat kemampuan kompoten (B) atau sangat kompoten (A) masih kurang dari 50 %.
Suherman, E., dkk (2003), Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Hudojo, H, (1979), Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas, Usaha Nasional, Surabaya.
Katrina Samosir, Sahat Siahaan; Penerapan Model Belajar Kooperatif Tipe STAD yang Berorientasi pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada Matematika Diskrit 2
23
Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 7, Nomor 1, Hal 12-23
Ibrahim, M., Nur, M., (2000), Pembelajaran Berdasarkan Masalah, UNESA, Surabaya. Krongthong, K. (1998), Cooperative Learning, Seameo Recsam, Penang Malaysia. Lie, A. (2002), Cooperative Learning, Grasindo Jakarta. Nuhadi.
(2003), Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, Universitas Negeri Malang, Malang.
Slavin, (1995), Education Psichology Theory and Practice, Fourth Edition, Massachusets, Allyn and Bacon Publishers.
Dewa, T.K, (2006), Konsep Dasar dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas, Pelatihan Metodologi Penelitian untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran (PPKP) dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Dosen-dosen LPTK se-Indonesia pada tanggal 17 – 21 April 2006 di Makasar dan Surabaya. Tim Instruktur PLPG, (2008), Materi Pendidikan Latihan Profesi Guru (PLPG), Sertifikasi Guru dalam Jabatan Divisi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Rayon 2 Universitas Negeri Medan, Medan.
Katrina Samosir, Sahat Siahaan; Penerapan Model Belajar Kooperatif Tipe STAD yang Berorientasi pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada Matematika Diskrit 2