Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No.4 (87-96)
Penerapan Model ARCS Untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Pada Materi Hidrokarbon SMAN 1 Baitussalam Retno Wilujeng Puspita Dewi, Rusman, M. Nasir Prodi Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111 Corresponding Author:
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada materi hidrokarbon ditinjau dari segi motivasi dan minat belajar siswa. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif model one group pretest posttest design. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA2 SMAN 1 Baitussalam yang berjumlah 21 siswa yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 14 orang perempuan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi aktivitas, pemberian angket dan tes. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, lembar angket dan soal tes pilihan ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa meningkat dari pertemuan I sebesar 87%, pertemuan II sebesar 87,50%, hingga pertemuan III sebesar 89,16%. Berdasarkan hasil angket, motivasi siswa tergolong baik dengan persentase sebesar 78,96% dan persentase minat siswa sebesar 82,37% tergolong baik sekali. Hasil belajar siswa dengan menerapkan model ARCS memiliki ketuntasan sebesar 80,95%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model ARCS hasil belajar siswa cukup tinggi, motivasi dan minat siswa terhadap pembelajaran juga tergolong baik. Kata Kunci: ARCS, Ketuntasan Belajar, Hidrokarbon, Motivasi, Minat Abstract The purpose of research was to improve mastery of students’ learning on material of hydrocarbon in termmotivation and interest. Quantitative approach with type of descriptive was chosen to the research by modeling of one group pretest posttest design. The subject of the research was 21 students in classroom XI IPA 2 at State Senior High School Baitussalam, which is 7 of male students and 14 of female students. Data were collected by observed the activities, giving of questionnaire and holding of test. In consequence, instrumentations used for the research were observation sheet, questionnaire, and multiple choice questions. The result showed that activities was slightly increased from meeting I with a percentage of 87%, meeting II with a percentage of 87.05% and meeting III with a percentage of 89.16%. According to questionnaire, students’ motivation was good with a percentage of 78.96% and students’ interest was very good with a percentage of 82.37%. Then, learning outcomes of students by using model of ARCS have mastery with a percentage of 80.95%. Therefore, it can be concluded that using of ARCS can improve not only learning outcomes, but also motivation and interest of students. Keywords: ARCS, mastery of learning, hydrocarbon, motivation, interest Pendahuluan Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang peranannya cukup penting dalam kehidupan. Peranan ilmu kimia tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya bantuan dari ilmu lain, hal ini menunjukkan bahwa ilmu kimia memiliki keterkaitan dengan ilmu lain seperti fisika, biologi, dan ilmu pengetahuan lainnya. Namun motivasi dan minat belajar siswa terhadap pelajaran kimia masih rendah karena kebanyakan siswa menganggap bahwa kimia itu sulit dan membosankan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMAN 1 Baitussalam, motivasi dan minat belajar siswa di sekolah tersebut masih rendah. Hal ini mengakibatkan rendahnya nilai UN kimia sekolah, terutama pada tahun 2014 materi 87
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No.4 (87-96) senyawa karbon dengan nilai rata-rata sekolah hanya mencapai 33,60. Hal ini dapat disebabkan kurangnya perhatian guru terhadap motivasi dan minat siswa terhadap pembelajaran kimia di kelas. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, serta harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik (Uno, 2011:23). Selain motivasi, minat juga mempengaruhi proses pembelajaran karena siswa yang memiliki minat terhadap pembelajaran cenderung akan memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pembelajaran. Salah satu alternatif untuk meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran. Model pembelajaran menurut Rahyubi (2012:251) adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arahan bagi guru untuk mengajar. Diantara model pembelajaran yang ada, model pembelajaran yang menggunakan aspek-aspek motivasi dan minat adalah model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction). Model ini mengarahkan guru untuk bisa menciptakan motivasi intrinsik dan ekstrinsik, karena menurut Pribadi (2011:54) siswa yang memiliki motivasi intrinsik dalam proses pembelajaran umumnya akan memperlihatkan kinerja yang kontinu dalam mencapai kompetensi yang diinginkan. Menurut Irsaf (2014:193-194), model ARCS memiliki komponen yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas, komponen tersebut diantaranya adalah Attention yaitu dengan membangkitkan perhatian siswa selama proses pembelajaran berlangsung, kemudian Relevance yaitu menyajikan materi yang berkaitan dengan kehidupan sekitar siswa, Confidence yaitu menanamkan rasa percaya diri siswa selama proses pembelajaran, dan Satisfaction yaitu menimbulkan rasa puas dalam diri siswa setelah proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahannya masingmasing. Menurut Awoniyi (dalam Hamoraon, 2010) model pembelajaran ARCS memunyai kelebihan yaitu (1) memberikan petunjuk aktif dan memberi arahan tentang apa yang harus dilakukan siswa, (2) model motivasi yang diperkuat oleh rancangan bentuk pembelajaran berpusat pada siswa, (3) penerapan model ARCS meningkatkan motivasi untuk mengulang kembali materi lainnya yang pada hakekatnya kurang menarik, (4) penilaian menyeluruh terhadap kemampuan-kemampuan yang lebih dari karakteristik siswa-siswa agar strategi pembelajaran lebih efektif, (5) penyajian materi dengan menggunakan model ARCS bukan hanya dengan teori yang penerapannya kurang menarik. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah berapa besar ketuntasan belajar, motivasi dan minat siswa pada materi hidrokarbon yang diajarkan dengan model ARCS. Menurut Rahyubi (2012:245), hasil belajar dikatakan tuntas apabila telah memenuhi kriteria ketuntasan minimum yang telah ditetapkan oleh setiap guru. ketuntasan belajar siswa dalam penelitian ini dilihat berdasarkan kriteria ketuntasan minimum yang telah ditentukan oleh guru di sekolah yaitu sebesar 75. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif model one group pretest posttest design. Menurut Arikunto (2010:212), model eksperimen one group pretest posttest design adalah sebuah eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding tetapi menggunakan tes awal sehingga besarnya efek dari eksperimen dapat diketahui dengan pasti. Skema model ini digambarkan seperti rancangan pada Tabel 1. 88
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No.4 (87-96) Tabel 1. Rancangan Model One Group Pretest Posttest Design Kelompok Pre-test Perlakuan Kelas Eksperimen O1 X Keterangan : X = Perlakuan dengan model ARCS O1 = Hasil Pretest O2 = Hasil Posttest
Post-test O2
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Baitussalam tahun ajaran 2016/2017. Sedangkan sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling berdasarkan kriteria kelas dengan siswa yang kurang termotivasi dalam belajar kimia. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data aktivitas siswa dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa, peneliti melakukan test berupa pre-test dan post-test yang diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda. Data tanggapan siswa terhadap model pembelajaran ARCS diperoleh melalui angket yang akan diberikan setelah siswa selesai mengerjakan tes. Teknik Analisis Data Menurut Sudijono (2011:43) persentase ketuntasan belajar dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan berikut : =
× 100%
Keterangan : P = Angka persentase ketuntasan klasikal F = Jumlah siswa yang tuntas N = Jumlah siswa keseluruhan
Data yang diperoleh dari angket tanggapan siswa dianalisis dengan penentuan persentase setiap aspek dengan menggunakan persamaandibawah ini (Maidiyah dan Fonda, 2013:15).
Keterangan : x JKS BNB N
= = = =
x =
×
×
x 100%
Persentase hasil angket Jumlah keseluruhan skor pada setiap indikator Banyak nomor butir indikator Jumlah siswa
Untuk mengetahui seberapa besar motivasi dan minat siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan, maka kategori persentase yang diperoleh dapat dilihat seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Kategori Persentase angket respon siswa Persentase 25% - 43% 44% - 62% 63% - 81%
Kategori Kurang Cukup Baik 89
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No.4 (87-96) 82% - 100% (Sumber: Maidiyah & Fonda 2013:15)
Baik sekali
Hasil dan Pembahasan
Aktivitas Siswa Pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang berlangsung diukur dengan menggunakan lembar aktivitas siswa yang bertujuan untuk melihat interaksi siswa dalam proses pembelajaran dengan diterapkannya model ARCS. Berdasarkan hasil observasi keaktifan siswa selama tiga kali pertemuan dengan menerapkan model ARCS, maka aktifitas siswa dikatakan baik karena mengalami peningkatan dari pertemuan pertama dan pertemuan kedua menjadi 89,16%. Hal ini sesuai dengan Farida (2016:45) dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa aktivitas siswa yang belajar dengan menerapkan model ARCS berlangsung dengan baik. Secara keseluruhan persentase peningkatan aktivitas siswa pada penerapan model ARCS dapat dilihat pada Gambar 1. 89,5 89
89,16
88,5 88 87,5 87 86,5
87,5 87
86 85,5
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3
Gambar 1. Grafik Aktifitas Siswa Pada pertemuan pertama dalam menerapkan model ARCS, peneliti membagikan siswa kedalam empat kelompok secara heterogen kemudian peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk membuat mind mapping (peta konsep) tentang identifikasi senyawa hidrokarbon, kekhasan atom karbon, dan kedudukan atom karbon. Tugas ini dikerjakan dengan adanya bimbingan dari peneliti yang bertindak sebagai guru. Setelah selesai, setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil keja kelompok mereka. Hasil pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung menunjukkan bahwa aktivitas siswa tergolong baik dengan persentase 87,0% Pada pertemuan kedua, siswa duduk berdasarkan kelompok yang telah dibagikan pada pertemuan sebelumnya, kemudian guru memberikan lembar kerja tentang tatanama senyawa alkana, alkena, dan alkuna. Pemberian lembar kerja ini bertujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami aturan penamaan senyawa hidrokarbon. Selama mengerjakan lembar kerja, guru memberi bimbingan untuk menghindari kebingungan siswa. setelah selasai setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil lembar kerjanya sementara kelompok lain memberi tanggapan. Hal ini bisa meningkatkan rasa kepercayaan dan rasa puas dalam diri siswa sehingga minat dan motivasi siswa bisa dipertahankan dan aktivitas pada pertemuan kedua meningkat dari pertemuan pertama menjadi 87,5%.
90
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No.4 (87-96) Pada pertemuan ketiga penerapan model ARCS guru menjelaskan materi mengenai sifatsifat dan isomer dari alkana, alkena, alkuna. Pada pertemuan ini siswa cukup memusatkan perhatiannya pada saat pembelajaran berlangsung, hal ini terlihat pada saat ada beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan dan ikut berpartisipasi dalam pembelajaran. Guru juga terus berusaha untuk memberi bimbingan dan memberi penghargaan secara verbal kepada siswa yang berpartisipasi selama proses pembelajaran. Hal ini menghasilkan aktivitas siswa meningkat dibandingkan dengan dua pertemua sebelumnya menjadi 89,16%. Ketuntasan Belajar Siswa Ketuntasan belajar siswa dalam memahami senyawa hidrokarbon dapat diketahui dengan membandingkan nilai akhir yang diperoleh oleh siswa dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ada di sekolah. Nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah pada materi hidrokarbon adalah ≥ 75 sebagai nilai ketuntasan individual. Berdasarkan nilai ketuntasan individual tersebut, terdapat 4 siswa yang tidak tuntas secara individual, sedangkan sisanya 17 siswa tuntas secara individual. Hasil belajar siswa pada materi hidrokabon dengan menerapkan model ARCS dapat dilihat pada Gambar 2. 100 90 80 70 Nilai
60 50
PRETEST
40
POSTTEST
30 20 10 0
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L M N O
P
Q
R
S
T
U
Siswa Gambar 2. Grafik Ketuntasan Belajar Siswa Berdasarkan Gambar 2. persentase siswa yang tuntas adalah sebesar 80,95%. Berdasarkan persentase tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kelas tersebut belum tuntas secara klasikal, karena persentase ketuntasannya tidak mencapai ≥ 85. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Maidiyah & Fonda (2013:15-16) bahwa kelas dikatakan tuntas secara klasikal apabila persentase siswa yang tuntas mencapai 85%. Jika belum mencapai 85%, maka kelas belum dikatakan tuntas secara klasikal. Meskipun hanya beberapa siswa saja yang belum tuntas secara individu, hal ini mempengaruhi besarnya persentase ketuntasan hasil belajar secara klasikal . Berdasarkan tes yang telah diberikan kepada siswa, ada beberapa sub materi yang kurang dipahami oleh siswa, hal ini ditunjukkan dari banyaknya siswa yang menjawab salah dalam soal tersebut, seperti pada soal tentang kekhasan atom karbon, penentuan kedudukan atom C, dan penentuan rumus molekul dari alkana, alkena dan alkuna. Sementara sub materi lainnya dianggap sudah dipahami siswa karena banyaknya siswa yang menjawab benar. Namun secara keseluruhan pemahaman siswa tentang materi hidrokarbon cukup baik, karena proses pembelajaran yang menggunakan model ARCS mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat berdasarkan jumlah persentase nilai pre-test dan persentase nilai akhir proses pembelajaran mengalami peningkatan dari 14,3% menjadi 80,95%. 91
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No.4 (87-96)
Motivasi Siswa Motivasi siswa yang baik memegang peranan penting dalam proses belajar siswa, karena fungsinya yang mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar. Karena itu, prinsip-prinsip penggerak motivasi erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang terjadi, sehingga berpengaruh juga terhadap hasil belajar. Siswa biasanya akan termotivasi untuk mengetahui sesuatu apabila yang dipelajari berkaitan dengan apa yang ada dalam kehidupan. Sehingga apa yang dipelajari mengandung makna yang bermanfaat bagi siswa dan menimbulkan rasa puas dalam diri siswa setelah mempelajarinya. Menurut Sutrisno (2016:118) motivasi belajar siswa akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena motivasi dalam belajar dapat menimbulkan rasa percaya diri untuk mencapai keinginan terhadap keberhasilan. Upaya untuk mengetahui motivasi siswa terhadap penerapan model ARCS dalam penelitian ini yaitu dengan memberikan angket yang mencakup keempat aspek motivasi. Informasi mengenai hasil angket yang telah dibagikan disajikan dalam Gambar 3.
Hasil Angket Motivasi Siswa 82,00% 81,00% 80,00%
80,95% 80,15%
Attention
79,00%
Relevance
78,00%
Confidence
77,00%
77,38%
77,37%
Relevance
Confidence
Satisfaction
76,00% 75,00%
Attention
Satisfaction
Gambar 3. Grafik hasil angket motivasi Perhatian merupakan salah satu aspek dari keempat aspek yang ada dalam model ARCS yang dapat mempengaruhi motivasi siswa. berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa dapat diketahui bahwa persentase rata-rata perhatian siswa yang menunjukkan motivasi siswa sebesar 80,15% dan termasuk kedalam kategori yang baik. Adanya rasa ingin tahu pada siswa membuat siswa akan memperhatian apa yang sedang dipelajari. Hal ini dapat timbul dengan adanya dorongan dari diri siswa dan adanya bantuan guru melalui kegiatan motivasi dan apersepsi sehingga perhatian siswa dapat terpusat pada pembelajaran. Perhatian dapat berarti sama dengan konsentrasi, Rahyubi (2012: 106) menyatakan bahwa proses pembelajaran akan semakin efektif apabila perhatian siswa terhadap pembelajaran besar. Menurut Farida (2016: 40) siswa akan terdorong mempelajari sesuatu apabila apa yang dipelajarinya memiliki relevansi dengan kehidupan siswa dan tujuan yang jelas. Adanya keterkaitan antara materi yang dipelajari siswa dengan apa yang ada dalam kehidupan siswa dapat memunculkan motivasi siswa untuk belajar, karena siswa merasa apa yang dipelajarinya memiliki manfaat bagi dirinya. Pemberian contoh tentang pemanfaatan senyawa hidrokarbon dalam kehidupan merupakan salah satu cara agar siswa merasa 92
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No.4 (87-96) pembelajarannya menjadi bermakna. Berdasarkan angket motivasi yang diberikan, aspek Relevance memiliki persentase sebesar 77,38% dengan kategori motivasi siswa adalah baik. Menurut Uno (2011:34) pemberian pernyataan penghargaan secara verbal terhadap perilaku yang baik atau hasil kerja maupun hasil belajar siswa yang baik merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar yang baik. Penghargaan secara tidak langsung dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri siswa selama proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa. Berdasarkan angket motivasi yang diberikan kepada siswa dapat diketahui bahwa persentase kepercayaan diri siswa sebesar 77,37% dengan kategori baik. Aspek kepuasan merupakan aspek yang menunjukkan perasaan gembira dan perasaan puas terhadap pembelajaran. Aspek ini dapat muncul dalam diri siswa jika ia merasa dihargai atas kerja kerasnya dan memperoleh penghargaan sesuai dengan apa yang menjadi tujuannya, baik itu penghargaan yang berupa nilai atau komentar. Berdasarkan hasil angket motivasi yang diberikan kepada siswa, persentase aspek Satisfaction (kepuasan) siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model ARCS adalah sebesar 80,95% dengan kategori baik. Berdasarkan data hasil angket motivasi pada Gambar 4.3 secara keseluruhan dapat diketahui bahwa motivasi siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model ARCS memiliki persentase rata-rata sebesar 78,96% dengan kategori motivasi siswa baik. Motivasi siswa dalam belajar dapat timbul karena adanya faktor dari luar dan faktor dari dalam, faktor dari luar dapat berupa adanya penghargan yang diterima, lingkungan belajar yang mendukung dan kegiatan belajar yang mampu menarik perhatian siswa. Sedangkan faktor dari dalam dapat berupa adanya keinginan dari diri siswa untuk berhasil dalam belajar, dan adanya harapan untuk mencapai cita-cita masa depan. Sementara itu, indikator motivasi siswa dalam belajar menurut Uno (2011:31) dapat diklasifikasikan menjadi beberapa hal, diantaranya karena adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar yang dapat menimbulkan rasa puas dan rasa percaya diri siswa, adanya hal yang menarik perhatian siswa saat belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa untuk belajar dengan baik dan nyaman. Minat Siswa Menurut Slameto (2010:180), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas. Kegiatan belajar yang didasari dengan minat yang tinggi akan mendorong siswa untuk belajar dengan lebih baik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Minat dapat muncul apabila siswa merasa bahwa apa yang dipelajarinya bermanfaat dan berkaitan dengan kehidupannya, baik pada saat sekarang atau dimasa yang akan datang. Menurut William (dalam Nuswowawi & Asfuriyah, 2015: 740), minat belajar merupakan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran sebagai faktor yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Minat siswa dalam penelitian ini diketahui dengan pemberian angket ARCS yang menekankan pada empat aspek, yaitu Attention, Relevance, Confidence dan Satisfaction. Informasi mengenai minat siswa terhadap pembelajaran pada materi hidrokarbon dengan menerapkan model ARCS dapat dilihat pada Gambar 4.
93
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No.4 (87-96)
Hasil Angket Minat Siswa 85,00% 84,00% 83,00% 82,00% 81,00% 80,00% 79,00% 78,00% 77,00% 76,00%
84,52% 83,52%
Attention
82,14%
Relevance Confidence
79,30%
Attention
Satisfaction
Relevance
Confidence
Satisfaction
Gambar 4. Grafik hasil angket minat siswa Menurut Nuswowawi & Asfuriyah (2015: 744) aspek perhatian menuntut siswa untuk lebih berkonsentrasi dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih terpusat perhatiannya terhadap materi yang dipelajari. Jika siswa terpusat perhatiannya, maka akan muncul perasaan tertarik pada pembelajaran. Minat mempengaruhi aktifitas siswa dalam proses pembelajaran, jika siswa memiliki minat yang tinggi maka perhatiannya terhadap pembelajaran akan terpusat terhadap materi yang dijelaskan oleh guru, dan aktivitas siswa juga akan baik. Secara keseluruhan hasil persentase perhatian siswa dalam angket minat terhadap pembelajaran hidrokarbon adalah 79,30% dan tergolong baik. Aspek Keterkaitan materi terhadap apa yang ada dalam kehidupan siswa memiliki persentase sebesar 84,52% tergolong baik sekali. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang dipelajari selama proses pembelajaran hidrokarbon memiliki keterkaitan dengan apa yang ada dalam kehidupan siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk mempelajari materi hidrokarbon dan persentase minat siswa pada aspek ini adalah yang tertinggi dibandingkan dengan aspek lainnya sehingga minat siswa dalam tergolong baik sekali. Aspek Confidence (percaya diri) siswa juga tergolong baik sekali karena memiliki persentase sebesar 82,14%. Keyakinan siswa untuk berhasil pada pembelajaran ini mengakibatkan munculnya rasa percaya diri siswa yang besar. Sehingga siswa memiliki minat dan ketertarikan untuk mengikuti proses pembelajaran. Keingintahuan siswa terhadap materi pelajaran yang sedang diajarkan mendorong siswa untuk mencari informasi dengan cara terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat menunjukkan keberaniannya untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran mulai dari mengemukakan pendapat, bertanya, menanggapi, hingga menjelaskan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Efek dari keberanian siswa tersebut dapat mengembangkan rasa percaya diri siswa dan memunculkan rasa bangga dan dihargai. Seperti yang dikatakan oleh Uno (2011: 35) memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemampuannya di depan umum akan menimbulkan rasa bangga dan dihargai di depan umum, dan pada akhirnya hal tersebut akan meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa. kebutuhan untuk dihargai dan dihormati merupakan salah satu kebutuhan manusia menurut teori Maslow (dalam Uno, 2011:41) kebutuhan manusia secara hirarki mencakup kebutuhan fisiologis (sandang pangan), kebutuhan rasa aman (bebas bahaya), kebutuhan kasih sayang, kebutuhan dihargai dan dihormati, dan kebutuhan aktualisasi diri. 94
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No.4 (87-96) Aspek satisfaction (kepuasan) siswa terhadap pembelajaran hidrokarbon juga termasuk kedalam kategori baik sekali karena memiliki persentase sebesar 83,52%, hal ini menunjukkan adanya rasa puas pada diri siswa setelah mempelajari materi hidrokarbon dengan menggunakan model ARCS. Secara keseluruhan dapat diketahui bahwa minat siswa terhadap pembelajaran kimia pada materi hidrokarbon yang menggunakan model ARCS memiliki persentase sebesar 82,37% dengan kategori baik sekali. Hal ini menunjukkan adanya ketertarikan siswa terhadap proses pembelajaran yang menggunakan model ARCS. Menurut Sardiman (2011: 94), proses belajar akan berjalan dengan lancar apabila disertai dengan adanya minat. Minat dapat dibangkitkan dengan cara membangkitkan adanya kebutuhan, menghubungkan materi yang ada dengan pengalaman sehari-hari siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut berpartisipasi dalam pembelajaran dengan tujuan mendapatkan hasil belajar yang baik, dan menggunakan berbagai macam teknik dalam mengajar. Hal ini sesuai dengan aspek-aspek yang ada dalam model ARCS. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa meningkat dari pertemuan I sebesar 87%, pertemuan II sebesar 87,50%, hingga pertemuan III sebesar 89,16%. Berdasarkan hasil angket, motivasi siswa tergolong baik dengan persentase sebesar 78,96% dan persentase minat siswa sebesar 82,37% tergolong baik sekali. Hasil belajar siswa dengan menerapkan model ARCS memiliki ketuntasan sebesar 80,95%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model ARCS hasil belajar siswa cukup tinggi, motivasi dan minat siswa terhadap pembelajaran juga tergolong baik. Saran Berdasarkan penelitian, maka dapat diajukan saran bagi peneliti lain yang berminat untuk menerapkan model ARCS, sebaiknya menggunakan metode campuran agar hasil penelitian yang diperoleh lebih lengkap. Bagi guru diharapkan penelitian ini dapat dijadikan alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa. Referensi Arikunto, S. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Farida, A. 2016. Penerapan Model Pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) pada Mata Kuliah Matematika Distrit Di Program Studi Teknik Informatika STMIK Duta Bangsa. Jurnal Sains Tech Politeknik Indonesia, 1(5): 38-47. Hamoraon. 2010. Pembelajaran Inovatif Model ARCS Keller. https: //learningtheori.wordpress.com/2010/03/08/model-arcs-keller/ diakses pada 11 April 2016. Irsaf, Z. 2014. Penerapan Model ARCS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Labschool Universitas Tadulako Pada Materi Sudut-Sudut Segitiga. Jurnal Pendidikan Matematika Tadulako. 01(02): 192-202. Maidiyah, E., & Fonda, C.Z. 2013. Penerapan Model Pembelajaran ARCS Pada Materi Statistika Di Kelas XI SMA NEGERI 2 RSBI Banda Aceh. Jurnal Peluang. 1(2): 12-21. Nuswowati, M., & Asfuriyah, S, 2015. Pengembangan Majalah Sains Berbasis Contextual Learning pada Tema Pemanasan Global untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa. Unnes Science Education Journal. 4(1): 739-746. Pribadi, B.A. 2011. Model Assure untuk Mendesain Pembelajaran Sukses. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Rahyubi, H. 2012. Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik Deskripsi dan Tinjauan Kritis. Bandung: Nusa Media. Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sudijono, A. 2011. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 95
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No.4 (87-96) Sutrisno, V.L.P. 2016. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Praktik Kelistrikan Otomotif SMK Di Kota Yokyakarta. Jurnal Pendidikan Vokasi, 6(1): 112-120. Uno, H. 2011. Teori Motivasi & Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
96