1 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
PENERAPAN METODE TOTAL PHYSICAL RESPONSE BERMEDIA FLASHCARD DALAM PENGENALAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS PADA ANAK Difanty Meza1), Winti Ananthia2) Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRAK Kajian ini membahas mengenai penerapan metode Total Physical Response (TPR) bermedia flashcard dalam pengenalan kosakata bahasa Inggris anak. Latar belakang permasalahannya adalah aktivitas pembelajaran bahasa Inggris yang kurang optimal dan perbendaharaan kosakata bahasa Inggris anak kurang berkembang. Tujuan penulisan artikel adalah untuk memberikan gambaran mengenai (1) penerapan metode TPR berbasis flashcard dalam pengenalan kosakata bahasa Inggris pada anak, (2) aktivitas pengenalan dan permainan selama pembelajaran melalui metode TPR berbasis flashcard. Penelitian dilaksanakan di TK Al Biruni unit Adipura pada kelas B2 dengan partisipan sebanyak 12 anak. Penelitian dilaksanakan menggunakan metode PTK dengan desain penelitian model Elliot. Pengumpulan data diperoleh melalui penilaian performa, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) penerapan metode TPR berbasis flashcard dalam pengenalan bahasa Inggris dilakukan melalui kegiatan pengenalan kosakata baru menggunakan gambar-gambar pada flashcard, praktek menyimak kosakata melalui instruksi (listen and do), praktek pengucapan kosakata disertai individual drilling (listen and repeat), menyanyikan lagu sesuai kosakata yang dikenalkan dan dilakukan dengan gerakangerakan yang sesuai, kemudian melakukan permainan, (2) selama pembelajaran, anak sangat antusias, tertarik untuk mengikuti pembelajaran, serta aktif dan terlibat langsung dalam proses maupun pada media. Adapun rekomendasi dalam menerapkan metode TPR berbasis flashcard yakni segera melakukan koreksi atau repetition setiap anak melakukan keliruan, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, kegiatan harus bervariatif, dan memberikan motivasi. Kata Kunci: Flashcard, Kosakata Bahasa Inggris Anak, Pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia, Taman Kanak-kanak, Total Physical Response
1 2
Mahasiswa PGPAUD UPI Kampus Cibiru Penulis Penanggung Jawab
Difanty Meza1),Winti Ananthia2) 2 Penerapan Metode Total Physical Response Bermedia Flashcard untuk Meningkatkan Perbendaharaan Kosakata Bahasa Inggris
THE IMPLEMENTATION OF TOTAL PHYSICAL RESPONSE METHOD USING FLASHCARD IN INTRODUCING ENGLISH VOCABULARY TO CHILDREN Difanty Meza1), Winti Ananthia2) Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRACT This paper presents the description of the Total Physical Response (TPR) method using flashcard in introducing English vocabulary to kindergarten children. The background of the study are the inefficient English learning process and the low children’s English vocabulary mastery. Based on these problems the purposes of the study are: (1) the implementation of TPR method using flashcard in introducing English vocabulary to kindergarten children, (2) the activity of intoducing English vocabulary through games using TPR method and flashcard. This study was conducted in TK Al Biruni unit Adipura. The research subjects were 12 kindergarten B students. The method used in this research is classroom action research (PTK) with the design of the Elliot model. In this study, researchers used the instrument in the form of observation sheets, field notes, interviews, and documentations. Based on the data analysis, (1) the implementation of TPR methode using flashcard in introducing English vocabulary to kindergarten children can be carried out visually through showing the pictures on flashcards, doing listen and repeat activity with individual drilling, following the instructions (listen and do), singing a song with movement, and using the games to apply the vocabulary, (2) during the process, the participants are very enthusiatic for the learning and they can actively involved in the activities and media. The study recommends the implementation of TPR method using flashcard as one of the solutions to develop the activity and children’s learning. The teacher is suggested to do immediately correction and repetition when children make mistakes, create a fun learning environment, create a varied activities, and provide some supports for the children. Keywords: Children’s vocabulary, English learning in Indonesia, Flashcard, Kindergarten, Total Physical Response
1 2
Mahasiswa PGPAUD UPI Kampus Cibiru Penulis Penanggung Jawab
3 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
Pendidikan anak usia dini (PAUD) idealnya dirancang untuk mengembangkan intelektual, sosial, emosi, bahasa, dan fisik anak. Pada usia tersebut anak mengalami perkembangan intelektual yang sangat pesat, sehingga pada periode kritis tersebut merupakan momen yang sangat strategis untuk mendidik dan mengembangkan berbagai kemampuan. Kini semakin banyak lembaga PAUD yang ingin mengembangkan kemampuan bahasa Inggris anak didiknya, sebab semakin dini seorang anak mempelajari bahasa maka semakin baik pula kemampuannya, selain itu anak usia dini memiliki motivasi dan kemampuan belajar yang masih sangat optimis dan mendukung, misalnya pada keluwesan dalam meniru bunyi dan perkembangan otak yang sedang berkembang pesat sehingga anak dengan mudah dapat memahami bahasa baru. Pembelajaran bahasa Inggris pada anak usia dini idealnya dipelajari secara natural sebagaimana anak memperoleh bahasa pertamanya, kemampuan anak dapat dikembangkan melalui kemampuan menyimak dan berbicara. Namun belum banyak sekolah sekolah PAUD yang memahami kondisi ideal yang diharapkan pada pembelajaran bahasa Inggris anak sebenarnya. Pada sebuah kelas peneliti melihat sebuah keadaan yang mana kelas tersebut memilki anak yang sebagian besar belum mengenal bahasa Inggris karena pada dasarnya belum memperoleh pembelajaran bahasa Inggris di kelas, di rumah, ataupun di lingkungannya. Di kelas tersebut pemahaman anak terhadap bahasa Inggris sangat kurang dan anak masih berada pada silent period yang merupakan kondisi yang mana anak sudah memahami bahasa Inggris namun belum mampu memproduksinya atau masih dalam tahap menyimak. Permasalahannya, ingatan dan pemahaman anak terhadap kosakata terlihat masih belum baik dan anak sulit untuk memproduksi secara lisan kalimat dalam bahasa Inggris. Walaupun terdapat tiga 1 2
Mahasiswa PGPAUD UPI Kampus Cibiru Penulis Penanggung Jawab
orang anak yang telah memperoleh pembelajaran bahasa Inggris tambahan di kelas billingual, permasalahan tersebut juga terjadi pada ketiga anak tersebut. Anak yang mengikuti kelas billingual biasanya mempelajari berbagai kosakata dan kalimat umum dalam bahasa Inggris dengan cara guru memperlihatkan gambar, mengenalkan tulisan dan pengucapannya, kemudian membaca bersama, dan menulis. Di lain hal, anak-anak beranggapan bahwa bahasa Inggris merupakan pembelajaran yang sulit. Berdasarkan masalah tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan, peneliti menggunakan metode Total Physical Response (TPR) bermedia flashcard untuk mengenalkan kosakata bahasa Inggris pada anak. Metode TPR adalah pengajaran bahasa dengan cara membangun koordinasi antara ucapan dengan tindakan atau gerakan yang mengembangkan bahasa melalui respon motorik. Kegiatan pada metode ini berupa kegiatan bermain yang dapat diaplikasikan dengan memadukan lagu, musik, kartu, menggambar, storytelling, games, dan kegiatan lainnya yang merupakan bagian dari kegiatan bermain. Penggunaan flashcard dimaksudkan untuk menyempurnakan metode TPR, membuat pembelajaran menjadi lebih konkrit, dan membantu guru dalam menyampaikan makna pembelajaran. Metode ini dapat melibatkan anak secara aktif dan memvisualisasikan pemikiran anak terhadap bahasa ke dalam bentuk yang lebih konkrit sehingga akan membuat pembelajaran menjadi lebih efektif pada anak-anak. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Piaget, Vygotsky, dan Bruner yang mengaitkan psikologi pada kemampuan belajar anak. Piaget (dalam Suyanto, 2007, hlm. 6) mengungkapkan bahwa semua anak adalah pembelajar aktif dan cara berpikir anak berkembang melalui keterlibatan langsung dengan benda-benda
Difanty Meza1),Winti Ananthia2) 4 Penerapan Metode Total Physical Response Bermedia Flashcard untuk Meningkatkan Perbendaharaan Kosakata Bahasa Inggris dan lingkungan di sekitarnya yang diperoleh dari tindakannya dan dikembangkan oleh anak itu sendiri, melalui indera-inderanya, belum mampu berpikir secara abstrak, namun memiliki perluasan bahasa yang baik. Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana penerapan metode Total Physical Response (TPR) bermedia Flashcard dalam pengenalan kosakata bahasa Inggris anak? 2. Bagaimana aktivitas pengenalan dan permainan selama pembelajaran melalui metode Total Physical Response (TPR) bermedia Flashcard dalam pengenalan kosakata bahasa Inggris anak? Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuannya yaitu: 1. Pembelajaran melalui metode Total Physical Response (TPR) bermedia Flashcard dalam pengenalan kosakata bahasa Inggris anak. 2. Aktivitas pengenalan dan permainan selama pembelajaran melalui metode Total Physical Response (TPR) bermedia Flashcard dalam pengenalan kosakata bahasa Inggris anak. Hal pertama yang perlu dilakukan untuk mengembangkan pembelajaran adalah memahami karakteristik anak usia dini. Dengan demikian, Piaget (dalam Suyanto, 2007, hlm. 6) mengungkapkan bahwa perkembangan kognitif anak usia lima sampai enam tahun memiliki cara berpikir konkrit yang berpijak pada pengalaman akan benda-benda konkrit, bukan pada pengetahuan atau materi yang bersifat abstrak. Anak membutuhkan objek yang konkrit untuk membantu anak memvisualisasikan pengetahuan barunya dan memperkuat memorinya terhadap sesuatu yang dipelajari anak agar memori tersebut bertahan lebih lama. Namun agar memori anak bertahan lama dibutuhkan strategi pengulangan yang aktif agar terjadi pencarian secara terus-menerus dalam 1 2
Mahasiswa PGPAUD UPI Kampus Cibiru Penulis Penanggung Jawab
memori anak. Anak usia dini belum mampu menarik kesimpulan secara umum, sudah memiliki kematangan untuk mempelajari bahasa dari mengenal tulisan dalam kata-kata, serta sudah mampu bercakap-cakap. Brewster, Ellis, dan Girard (2002, hlm. 13) yang mengatakan bahwa anak mendapatkan bahasa pertamanya dari proses mengimitasi orang dewasa, bereksplorasi, dan mencoba-coba sepanjang kehidupannya. Keterampilan berbahasa pada anak lebih didominasi oleh kemampuan berpikir dan kesiapan mental anak. Dalam pemerolehan bahasa tersebut, Richards dan Rodgers (2001, hlm. 74) menjelaskan bahwa anak memperoleh bahasa dimulai dari mengembangkan kemampuan menyimak lebih dulu sebelum mengembangkan kemampuannya memproduksi kata. Pengenalan bahasa Inggris pada anak usia dini sebaiknya dimulai dari hal yang terdekat dengan dunianya karena hal tersebutlah yang menjadi kebutuhan dan merupakan hal yang paling menarik bagi anak. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Suyanto (2007, hlm. 16) bahwa anak berusia lima sampai tujuh tahun pada umumnya bersifat egosentris, sehingga cenderung menyukai kegiatan yang menghubungkan materi pembelajaran dengan dirinya sendiri dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, seperti my house, my family, parts of body dan menyangkut benda-benda yang dimilikinya. Bruner (dalam Brwester dkk., 2002, hlm. 29) menambahkan bahwa salah satu penyebab anak mengalami kesulitan dalam pembelajaran di sekolah adalah karena hal yang diajarkan jauh dari kehidupan nyatanya sehari-hari, maka dari itu target kosakata yang dipilih pada pembelajaran ini sebaiknya merupakan hal yang dekat pada aktivitas sehari-hari dan dibutuhkan oleh anak. Pengenalan kosakata memiliki makna lebih dari sebatas menghafal kata-kata,
5 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
namun juga memahami makna setiap kosakata, menyambungkan kata demi kata, memahami aturan-aturan berbahasa, serta mampu berinteraksi dengan orang lain, sebagaimana pendapat Cameron (2001, hlm. 73) yang mengungkapkan bahwa pengembangan kosakata memiliki makna yang lebih dari sekedar mengetahui dan menghafal kata-kata, namun juga perlu mempelajari makna tiap kata itu sendiri, menyambungkan arti-arti kata, dan frase. Pinter (2006, hlm. 83) juga berpendapat bahwa anak-anak sebagai pengguna bahasa perlu memahami interaksi kompleks di samping kosakata dan tata bahasa. Terdapat tahapan dalam pembelajaran bahasa Inggris untuk anak usia dini menurut Suyanto (2007, hlm. 48) yaitu: 1. Introducing 2. Modeling 3. Practicing 4. Applying Keempat tahapan tersebut diaplikasikan melalui metode TPR. Menurut Richards dan Rodgers (2001, hlm. 73), “Total Physical Response (TPR) is a language teaching method built around the coordination of speech and action; it attempts to teach language through physical (motor) activity”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Linse (2005, hlm. 30) berpendapat bahwa TPR merupakan metode pembelajaran bahasa dengan cara melatih respon fisik terhadap perintah yang diberikan. Widodo (2005, hlm. 237) juga menambahkan bahwa TPR merupakan metode pembelajaran bahasa yang melatih kemampuan menyimak dan merespon target bahasa atau kosakata yang diberikan oleh guru dalam bentuk aktivitas fisik. Metode TPR merupakan metode pembelajaran bahasa yang mengandalkan koordinasi dari kemampuan indera-indera anak untuk merespon melalui aktivitas fisik (motorik) dari perintah-perintah atau komando sehingga anak terlibat secara aktif. Proses pembelajaran menggunakan 1 2
Mahasiswa PGPAUD UPI Kampus Cibiru Penulis Penanggung Jawab
metode ini natural sebagaimana anak belajar bahasa ibu dan sangat fleksibel. Media pembelajaran sangat penting dalam menunjang keberhasilan pembelajaran karena dapat memperjelas penyampaian guru dan bagi anak pembelajaran menjadi lebih konkrit sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan keikutsertaan anak dalam pembelajaran. Media bermanfaat dan bertujuan untuk mengefektifkan dan menyempurnakan suatu pembelajaran sehingga anak-anak dapat berkembang dan mempelajari segala hal secara optimal, maka untuk menunjang keberhasilan metode TPR digunakan media flashcard. Flashcard merupakan media pembelajaran berupa kartu-kartu berukuran besar yang dapat berupa gambar, foto, atau tulisan yang dimaksudkan untuk membantu anak dalam memvisualisasikan, mengingat dan memahami sesuatu. Mubarak, Chayatin, Rozikin, dan Supradi (2007, hlm. 118) mengatakan bahwa flashcard adalah kartu kecil yang biasanya berukuran 8x12 cm yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun anak kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu. Flashcard dapat dibuat sendiri oleh guru, namun dalam mempersiapkannya guru perlu memperhatikan ukuran flashcard yang sesuai jumlah anak dan kebutuhan agar semua anak dapat melihat dengan jelas. Guru dapat menilai seberapa baik pembelajaran bahasa yang diajarkan pada anak melalui observasi terhadap proses pembelajaran. Dalam pembelajaran anak melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan dirinya secara aktif terhadap kegiatan dan media, misalnya melakukan suatu perintah atau memainkan media. Suyanto (2007, hlm. 24) mengungkapkan bahwa pada kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk mempraktikan bahasa dan mengutamakan ketepatan, guru sebaiknya mengoreksi kesalahan pada saat itu juga. Oleh karena itu, selama berlangsungnya pembelajaran sangat perlu dilakukan
Difanty Meza1),Winti Ananthia2) 6 Penerapan Metode Total Physical Response Bermedia Flashcard untuk Meningkatkan Perbendaharaan Kosakata Bahasa Inggris evaluasi, sehingga diharapkan tidak terjadi kekeliruan berkelanjutan dan anak dapat memahami pembelajaran dengan baik. METODE Penelitian dilakukan di TK Al Biruni yang terletak di Jalan Pinus VII No. 18 Bumi Adipura, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung. Pemelitian ini menggunakan subjek penelitian anak kelompok TK B yang berada pada rentang usia 5-7 tahun dengan jumlah murid 12 anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas menurut Abidin (2011, hlm. 217) adalah penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah yang ada pada kelas itu sendiri dan memperbaiki proses pembelajaran tersebut secara berulang atau bersiklus. Dengan demikian, PTK dapat bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas hingga mencapai keberhasilan. Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada desain penelitian model Elliot. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pedoman penilaian performa, lembar observasi, lembar pedoman wawancara, dokmentasi, dan catatan lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa tes, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian, data yang diperoleh diolah dalam bentuk data kuantitatif, kualitatif, dan triangulasi. Analisis data kuantitatif merupakan teknik pengumpulan data yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk angka, yakni nilai rata-rata kelas. Analisis data kualitatif merupakan teknik pengolahan data yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk narasi yang didapat dari observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi yang digunakan untuk meningkatkan proses pembelajaran. Sedangkan triangulasi merupakan merupakan gabungan dari berbagai teknik pengumpulan data yang 1 2
Mahasiswa PGPAUD UPI Kampus Cibiru Penulis Penanggung Jawab
telah ada. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Selain untuk meningkatkan keabsahan data, hal ini dilakukan untuk mengecek kebenaran data juga untuk memperkaya data serta menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif. HASIL DAN PEMBAHASAN Perencanaan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti berperan sebagai guru yang dibantu oleh seorang observer yang merupakan guru pamong pada kelas tersebut. Guru dan observer bekerjasama dalam mengumpulkan data dan informasi mengenai perkembangan anak dan proses pembelajaran dari awal hingga penutup selama penelitian. Hasil penelitian dan deskripsi kegiatan dijabarkan, dianalisis, dan direfleksikan. Refleksi dilakukan pada setiap siklus berdasarkan hasil analisis dari tiap tindakan sebagai bahan perbaikan atau pengembangan untuk melakukan kegiatan pada siklus selanjutnya. Dengan adanya refleksi kegiatan, maka pembelajaran pada siklus selanjutnya dapat lebih optimal dan kelemahan dalam pembelajaran dapat diatasi. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I Pada siklus I, tahap pengenalan dilaksanakan dalam kegiatan bercakapcakap untuk mengenalkan target kosakata melalui gambar-gambar cupcake berwarna pada flashcard, sehingga anak-anak tertarik pada gambar yang ditunjukan. Pada siklus I kosakata yang dikembangkan yakni grey, brown, purple, light blue, dan dark blue. Pada tahap modeling, guru mencontohkan cara pengucapan kosakata dengan lafal yang jelas dan benar sambil menunjukan warna yang sesuai pada flashcard, kemudian pada tahap selanjutnya anak mengucap ulang kata tersebut agar mampu melafalkan kosakata dengan benar. Setelah menyebutkan kata, guru meminta anak
7 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
menyimak setiap kosakata yang disebutkan kemudian anak menunjukan warna yang sesuai pada flashcard. Kemudian anak mengaplikasikan pengetahuan mengenai kosakata yang telah diperkenalkan tersebut dalam sebuah permainan yang melatih anak untuk melakukan respon fisik. Berkaitan dengan hal tersebut Piaget (dalam Cameron, 2001, hlm. 2) berpendapat bahwa anak belajar dari lingkungan di sekitarnya dengan cara mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki dan akan berinteraksi dengan apa yang akan ditemui pada lingkungannya. Dalam berinteraksi, anak akan melakukan suatu tindakan agar dapat meemcahkan masalahnya, hal tersebutlah yang menjadi proses pembelajaran. Permainan yang digunakan pada tindakan 1 adalah Simon Says, pada tindakan 2 adalah Pelmanism, dan pada tindakan 3 adalah True or False Chair. Permainan yang dilakukan membutuhkan respon fisik anak melalui kemampuan listening dan speaking. Di setiap siklus, kegiatan selalu diakhiri oleh kegiatan penutup, pada kegiatan tersebut guru melakukan review mengenai kosakata-kosakata yang telah dikenalkan. Di akhir kegiatan, guru memberikan reward berupa stiker bergambar cupcake kepada anak-anak yang semangat, aktif, fokus, dan dapat duduk dengan tertib. Pemberian stiker tersebut merupakan bagian dari pemberian motivasi sebagaimana yang diungkapkan oleh Brewster, dkk. (2002, hlm. 13) bahwa motivasi memiliki peran yang sangat tinggi dalam kesuksesan pembelajaran bahasa. Berkaitan dengan hal tersebut, Skinner (dalam Desmita, 2005, hlm. 56) juga mengungkapkan teori operant conditioning yang menjelaskan bahwa tingkah laku yang muncul dari anak dipengaruhi oleh stimulus yang menguatkan. Maka dari itu sebaiknya guru harus selalu memberikan motivasi dalam setiap aktivitas anak sebagai upaya menstimulus agar pada diri 1 2
Mahasiswa PGPAUD UPI Kampus Cibiru Penulis Penanggung Jawab
anak dapat melekat perilaku tidak pantang menyerah. Refleksi Siklus I Berdasarkan hasil temuan analisis siklus I, maka perlu dilakukan perbaikan sebagai berikut. 1. Temuan yang pertama yaitu pada aktivitas pengenalan dan permainan, anak belum mampu menunjukan gambar yang tepat sesuai instruksi (listening) dan menyebutkan kata sesuai gambar (speaking) dengan baik. Peneliti melihat bahwa anak masih kesulitan dalam mengingat kosakata yang telah dikenalkan. Guna mengatasi hal tersebut, guru melakukan evaluasi sepanjang berlangsungnya kegiatan pembelajaran, sehingga pada setiap kekeliruan atau kekurangan pada kemampuan anak dapat segera diperbaiki dan tidak menjadi kesalahan yang berkepanjangan. Adapun solusi lainnya yakni menggunakan nyanyian pada pengenalan kosakata, menurut Brewster, dkk. (2002, hlm. 162) lagu, sajak, dan chants sangat membantu dalam pembelajaran bahasa pada anak, antara lain karena dapat membuat anak mengenal berbagai kosakata, kegiatannya sangat natural dan menyenangkan, mampu mengasah pelafalan, mengembangkan konsentrasi dan memori, dan bila disertai gerakan dapat membantu penyampaian makna, serta menantang. Lagu yang digunakan pada kegiatan tersebut sebaiknya mengandung target kosakata yang berkaitan, sehingga anak dapat mengulang-ulang pelafalan kosakata yang dikenalkan. 2. Temuan yang kedua ini memiliki keterkaitan dengan temuan yang pertama. Pada siklus ini anak-anak belum percaya diri dalam merespon
Difanty Meza1),Winti Ananthia2) 8 Penerapan Metode Total Physical Response Bermedia Flashcard untuk Meningkatkan Perbendaharaan Kosakata Bahasa Inggris percakapan dan melakukan kegiatan menggunakan bahasa Inggris. Saat guru meminta anak menyebutkan kata, anak masih ragu-ragu dalam menyebutkannya. Pada siklus ini anak masih berada pada silent period yang merupakan kondisi bahwa anak sudah mampu memahami bahasa Inggris namun belum mampu memproduksinya atau masih dalam tahap menyimak. Anak-anak memang masih memiliki keterbatasan kosakata, keterbatasan pemahaman, dan faktor psikologis sebab anak-anak yang kurang percaya diri memiliki sifat pendiam. Hurlock (1978, hlm. 183) mengatakan bahwa berbicara merupakan suatu keterampilan, sebagaimana keterampilan lainnya, kemampuan berbicara harus dipelajari dan memerlukan waktu yang banyak, sebab anak perlu mengkoordinasikan aspek mental dari bicara dan motorik bicara. Maka anak perlu dilatih lebih sering dan diberikan arahan mengenai cara merespon atau melakukan suatu tindakan sesuai yang dituju, saat anak berada pada kegiatan praktek mengucapkan kosakata, sebaiknya meminta anak untuk mengulangnya secara bersama-sama sampai semua anak mau mengeluarkan suara karena kemampuan berbicara merupak suatu keterampilan yang harus dilatih, hal tersebut juga berdampak bagi anakanak yang belum percaya diri dan malu-malu sehingga memiliki kesempatan untuk mencoba. Selain itu, dalam kegiatan permainan sebaiknya menggunakan permainan yang lebih atraktif, menyenangkan, dan merangsang terjadinya interaksi sosial. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II Pada siklus II, kemampuan perbendaharaan kosakata yang dikembangkan adalah adalah chicken, cow, 1 2
Mahasiswa PGPAUD UPI Kampus Cibiru Penulis Penanggung Jawab
horse, duck, dan sheep yang dilaksanakan dalam tiga tindakan menggunakan tema job dengan subtema farmer. Pertama-tama, guru menyampaikan tema melalui gambar farmer dan berbagai hewan pada poster, sebagaimana yang dijelaskan oleh Ur (dalam Suyanto, 2007, hlm. 17) bahwa terdapat tiga sumber yang dapat menarik perhatian anak dalam kelas, yaitu gambar, dongeng, dan permainan. Kemudian menggunakan flashcard, guru mengenalkan kosakata jenis-jenis hewan tersebut sambil menunjukan gambar chicken, cow, horse, duck, dan sheep. Setelah tahap pengenalan, pada tahap modeling guru mengucapan kosakata dengan jelas agar anak mampu mengimitasi dengan baik. Kemudian, anak mengikuti kata yang diucapkan oleh guru. Berbeda dengan siklus I, pada siklus ini anak mengucap ulang setiap kosakata yang disebutkan guru dalam beberapa kali atau repetition, hingga anak mampu melafalkan dengan benar, sebagaimana yang diungkapkan oleh Brewster, dkk. (2002, hlm. 13) bahwa anak mempelajari bahasa dimulai dari melakukan imitasi dari orang dewasa dan dari aktivitas mencoba-coba, kemudian Suyanto (2007, hlm. 35) juga menyampaikan bahwa repetition atau pengulangan merupakan salah satu teknik pengenalan bahasa Inggris yang dapat dilakukan dengan meminta anak untuk menirukan ucapan guru. Setelah kegiatan tersebut, dengan menggunakan flashcard, guru meminta anak menyimak setiap kosakata yang disebutkan lalu menyentuh gambar yang sesuai dengan yang disebutkan. Pada siklus ini anak melakukan kegiatan bernyanyi bersama, sambil melakukan grakan-gerakan, guru menujukan gambar-gambar hewan sesuai dengan isi lagu. Lagu yang dinyanyikan adalah Old MacDonald. Merujuk pada pendapat Suyanto (2007, hlm. 114) mengatakan bahwa lagu yang diciptakan untuk tujuan pembelajaran sebaiknya
9 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
memiliki ciri-ciri yakni sesuai dengan tema atau materi pembelajaran, unsur bahasa diulang-ulang, berupa nyanyian berkonteks sehingga mudah dihafal, dinyanyikan dengan garakan-gerakan anggota badan, bisa dinyanyikan di luar kelas, serta bernada gembira dan cepat, oleh sebab itu lagu yang dinyanyikan pada pembelajaran ini telah dirancang ulang oleh guru sesuai kosakata yang dikenalkan, memiliki pengulangan kata pada setiap baitnya, sehingga anak dapat mengulang-ulang pelafalan kata, serta menggunakan gerakan-gerakan. Memasuki tahap aplikasi, anak-anak melakukan sebuah permainan. Permainan yang digunakan berbeda-berbeda pada tiap tindakan, permainan tersebut dimodifikasi ulang oleh peneliti agar sesuai dengan kebutuhan pembelajaran dan memiliki aturan main yang mudah untuk dilakukan oleh anak. Pada tindakan 1 anak melakukan permainan Chicken Dance, pada tindakan 2 adalah Whisper Race, dan pada tindakan 3 adalah Music Animals. Merujuk pada pendapat Suyanto (2007, hlm. 118) bahwa permainan yang komunikatif memiliki ciri yaitu adanya interaksi antar pemain, pemain memahami aturan main, memiliki tujuan dan konteks kegaitan yang jelas, pemain harus terlibat secara aktif, dan pemain memiliki aturan khusus dalam bermain, sehingga dalam pengembangan kemampuan kosakata anak ini membutuhkan permainan yang dapat merangsang respon fisik, mengembangkan kemampuan listening dan speaking, serta merangsang terjadinya interaksi antar anak. Guru memberikan pujian pada setiap tindakan yang menunjukan kemampuan anak. Kemudian pembelajaran diakhiri oleh review dan evaluasi pada kegiatan penutup. Refleksi Siklus II Berdasarkan hasil temuan analisis siklus II, maka perlu dilakukan perbaikan sebagai berikut. 1 2
Mahasiswa PGPAUD UPI Kampus Cibiru Penulis Penanggung Jawab
1. Anak masih memiliki hambatan dalam berbicara dalam bahasa Inggris, beberapa anak sulit mengingat kosakata dan sebagian masih belum melafalkan dengan baik. Guna melatih kemampuan anak secara intensif khususnya dalam pelafalan membutuhkan tindakan dalam bentuk individual drilling, yakni dengan cara melatih oral anak dalam melafalkan secara individual. 2. Beberapa anak kurang fokus dan kelas kurang kondusif saat kegiatan bercakap-cakap menggunakan poster. Selama kegiatan tersebut, guru mengatur ulang posisi anak agar membentuk lingkaran yang rapi dan tidak saling menutupi, namun setiap sekitar satu menit sekali posisi anak kembali tidak tertib. Latar belakang terjadinya kondisi teresebut adalah gambar pada poster yang kurang besar untuk ukuran kelas sebab walaupun poster memiliki ukuran 40x40cm, namun gambar yang disajikan terlalu kecil. Solusinya yaitu kegiatan pengenalan dapat dibantu menggunakan poster yang lebih besar dengan ukuran 60x50cm dengan gambar yang penuh dan jelas atau benda berbentuk tiga dimensi yang dapat dipegang dan dimainkan anak. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III Penelitian pada siklus III kemampuan perbendaharaan kosakata yang dikembangkan yaitu head, chest, tummy, hand dan leg. Kosakata tersebut telah dipilih karena guru melihat bahwa kosakata tersebut dekat dengan anak dan dibutuhkan. Tema yang digunakan adalah My Body dengan subtema Parts of Body. Pada tahap pengenalan, anak diperlihatkan gambar seluruh tubuh dengan menggunakan media poster bergambar pada tindakan 1 dan media boneka pada tindakan 2 dan tindakan 3. Guru menyebutkan bagian tubuh pada poster
Difanty Meza1),Winti Ananthia2) 10 Penerapan Metode Total Physical Response Bermedia Flashcard untuk Meningkatkan Perbendaharaan Kosakata Bahasa Inggris atau boneka sambil meyebutkan kosakata dan meminta anak meyentuh bagian tubuhnya masing-masing agar anak dapat memahami makna kosakata yang disebutkan guru. Berbeda dengan siklus sebelumnya, pada tindakan 2 dan tindakan 3 siklus ini guru menghadirkan bonekaboneka pada kegiatan apersepsi agar pembelajaran pada siklus ini bervariatif. Merujuk pada pendapat Suyanto (2007, hlm. 6) bahwa benda-benda yang ada di sekitar anak dapat menjadi awal pengetahuan baru bagi anak yang kemudian masuk ke dalam pikirannya diikuti dengan melakukan suatu tindakan sehingga sesuatu yang ada di pikiran anak dapat dipahami. Boneka yang digunakan adalah boneka yang memiliki struktur tubuh mirip dengan manusia, yaitu boneka barbie dan Elmo. Setelah menunjukan boneka, guru menunjukan gambar bagianbagian tubuh pada flashcard tujuannya agar anak mampu mengidentifikasi bagian tubuh dalam visual yang berbeda. Pada tahap selanjutnya, sambil menunjukan bagian tubuh boneka, guru memberikan modeling dalam mengucapkan kosakata. Kemudian anak bersama-sama mengucap ulang kata yang diucapkan guru. Sambil menunjukan bagian-bagian tubuh pada flashcard dan bertanya dengan kalimat “what’s this?”, guru meminta anak satu per satu untuk menyebutkan kosakata dalam beberapa kali hingga anak menyebutkannya dengan benar. Setelah menyebutkan kata, guru meminta anak menyimak setiap kosakata yang disebutkan kemudian anak menyentuh pada bagian tubuh yang sesuai pada flashcard, boneka, dan kemudian pada tubuhnya sendiri. Guru memastikan bahwa setiap anak turut serta dalam melakukan kegiatan tersebut. Pada tahap ini, anak menyanyikan lagu kegemarannya yaitu Hockey Pockey yang dinyanyikan pada tindakan 1 dan lagu Hello-hello pada tindakan 2 dan tindakan 3. Guru merancang lirik lagu tersebut sesuai dengan kebutuhan pada target kosakata. 1 2
Mahasiswa PGPAUD UPI Kampus Cibiru Penulis Penanggung Jawab
Kegiatan bernyanyi dilakukan sambil menggunakan gerakan tubuh sesuai dengan perintah pada lagu tersebut. Pada tahap aplikasi, permainan menggunakan media-media yang menarik, seperti kertas warna-warni, papan permainan bergambar, dan flashcard, begitupun pada permainan tersebut memiliki nama dan kegiatan menarik sehingga semua anak senang serta aktif selama permainan. Jenis permainan yang digunakan pada tindakan 1 adalah Marking Game, pada tindakan 2 adalah Zombie Game, dan pada tindakan 3 adalah Monopoli. Permainan yang paling disukai anak adalah Zombie Game dan Monopoli. Anak sangat menyukai Zombie Game karena memiliki nama yang dan kegiatannya menarik, sedangkan permainan Monopoli memiliki media yang besar dan menarik sehingga anak menyukainya. Ketiga permainan tersebut secara tidak langsung melatih anak untuk berfikir dan mengingat kosakata yang telah dipelajari dalam kegiatan listening maupun speaking. Refleksi Siklus III Berdasarkan temuan yang diperoleh dan telah dianalisis, berikut merupakan hal yang harus diperbaiki, yaitu: 1. Pada siklus III tindakan 1, anak kesulitan dalam membedakan pelafalan kata head dengan hand, karena memiliki struktur yang mirip. Tindakan yang dilakukan oleh guru adalah dengan meminta anak megucapkan kedua kata tersebut dengan jelas dalam beberapa kali sambil menunjuk bagian tubuh yang dimaksud. Sependapat dengan hal tersebut, Suyanto (2007, hlm. 49) mengatakan bahwa untuk menguasai bunyi yang sulit dapat diatasi dengan cara mengucapkan kata tersebut dengan bunyi, intonasi, dan tekanan yang jelas, serta meminta anak mengulangi kata tersebut setelah
11 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
mendengarkan ucapan guru dengan jelas. 2. Pada tindakan 1, anak terlihat kurang antusias terhadap kegiatan pembelajaran, khususnya pada saat pengenalan dengan media poster. Namun berbeda halnya pada tindakan 2 dan tindakan 3, anak-anak justru sangat bersemangat dan antusias selama proses pembelajaran. Kondisi yang terjadi pada tindakan 1 tersebut disebabkan oleh penggunaan media yang sama secara terus-menerus dalam kegiatan pengenalan sejak siklus I, selain itu pada pembelajaran tidak ada keterlibatan anak secara langsung dengan media poster yang dibawakan. Sedangkan pada tindakan 2 dan tindakan 3, guru tidak menggunakan poster namun menggunakan boneka besar berwarna merah dan dua boneka barbie yang merupakan media baru dan dapat dimainkan oleh anak. Dengan demikian sebaiknya media pembelajaran yang digunakan harus variatif dan mampu menarik perhatian anak. Walaupun media pembelajaran yang digunakan berbasis flashcard, namun anak tetap membutuhkan kehadiran media-media penunjang lainnya untuk memberikan variasi terhadap pembelajaran dan anak dapat terlibat secara langsung dengan media tersebut. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian penerapan metode Total Physical Response (TPR) bermedia flashcard untuk meningkatkan perbendaharaan kosakata bahasa Inggris yang telah dilakukan pada anak TK kelompok B, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Penerapan metode Total Physical Response (TPR) bermedia flashcard untuk meningkatkan perbendaharaan kosakata bahasa Inggris anak dikembangkan dalam aspek listening 1 2
Mahasiswa PGPAUD UPI Kampus Cibiru Penulis Penanggung Jawab
2.
dan speaking yang dilaksanakan dalam 3 siklus dan 9 tindakan dengan menggunakan kegiatan pengenalan kosakata menggunakan flashcard dan media penunjang, melakukan praktek menyimak kosakata sesuai dengan instruksi, melakukan listen and repeat pada kemampuan berbicara dan listen and do pada kemampuan menyimak dengan cara individual drilling, menyanyikan lagu yang sesuai dengan target kosakata serta dilakukan dengan gerakan-gerakan, mengaplikasikan pengetahuan dalam permainan, dan selalu melakukan pengulangan. Selain itu, media, lagu, dan permainan yang digunakan harus bervariatif dan dirancang sesuai dengan hal yang mampu membuat anak tertarik. Sebagai media, flashcard tidak hanya berperan saat pengenalan, namun juga pada segala kegiatan, termasuk permainan dan bernyanyi. Aktivitas pengenalan dan permainan selama pembelajaran melalui metode Total Physical Response (TPR) bermedia flashcard untuk meningkatkan perbendaharaan kosakata bahasa Inggris anak yang telah dilakukan mampu menarik minat anak untuk mempelajari bahasa Inggris sejak kegiatan pengenalan, permainan yang dilakukan mampu merangsang keaktifan indera-indera dan fisik motorik, merangsang antusias dan keterlibatan anak secara langsung dalam pembelajaran. Adanya antusias menimbulkan motivasi dan kesenangan untuk belajar sehingga mendorong perkembangan kemampuan perbendaharaan bahasa Inggris anak, namun dengan penggunaan respon fisik, anak menjadi lebih aktif sehingga dibutuhkan upaya pengkondisian anak yang baik.
Difanty Meza1),Winti Ananthia2) 12 Penerapan Metode Total Physical Response Bermedia Flashcard untuk Meningkatkan Perbendaharaan Kosakata Bahasa Inggris DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. (2011). Penelitian pendidikan dalam gamitan pendidikan dasar dan PAUD. Bandung: Rizqi Press. Brewster, J., Ellis, G. & Girard, D. (2002). The primary English teacher’s guide. London: Penguin English. Cameron, L. (2001). Teaching languages to young learners. New York: Cambridge University Press. Desmita (2005). Psikologi perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hurlock, E. B. (1978). Perkembangan anak jilid 1. (edisi keenam). Jakarta: Erlangga. Linse, C. T. (2005). Practical English language teaching: Young Learners. New York: McGraw-Hill. Mubarak, W. I., Chayatin, N., Rozikin, K. & Supradi (2007). Promosi kesehatan: sebuah pengantar proses belajar mengajar dalam pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Pinter, A. (2006). Teaching young English learner. New York: Oxford University Press. Richards, J. C. & Rodgers, T. S. (1986). Approaches and methods in language teaching. (second edition). New York: Cambridge University Press. Suyanto, K. (2007). English for young learners: melejitkan potensi anak melalui English class yang fun, asyik, dan menarik. Jakarta: Bumi Aksara. Widodo, H. P. (2005). Teaching children using a total physical response (TPR) method: rethinking. Bahasa dan seni, 33(2), 235-248.
1 2
Mahasiswa PGPAUD UPI Kampus Cibiru Penulis Penanggung Jawab