PENERAPAN METODE THEORY RUN UNTUK PERHITUNGAN KEKERINGAN PADA DAS ROKAN PROVINSI RIAU Lia Fitriani1, Donny Harisuseno2, Ussy Andawayanti 2 1 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2 Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 1 Email:
[email protected] ABSTRAK Terjadinya pemanasan global yang berujung pada perubahan iklim menimbulkan dampak terhadap ketersediaan air di bumi. Dampak nyata dari pemanasan global adalah terjadinya peningkatan intensitas kekeringan di berbagai wilayah. Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui karakteristik kekeringan yang terjadi disuatu wilayah yang berupa jumlah kekeringan, durasi, tingkat kekeringan, dan sebaran kekeringan yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam pencegahan dan penanggulangan bencana kekeringan. Metode yang digunakan untuk menganalisa kekeringan adalah metode theory run. Lokasi studi penelitian berada pada DAS Rokan Provinsi Riau. Data yang digunakan adalah data curah hujan bulanan selama 22 tahun (1993-2014) dari 8 stasiun hujan yang berada di DAS Rokan dan 1 stasiun hujan yang berada diluar DAS Rokan. Untuk penggambaran sebaran kekeringan menggunakan tools IDW pada software ArcGIS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kekeringan kumulatif terbesar terjadi pada tahun 2014 sebesar -2750 mm pada stasiun hujan Pekan Tebih. Untuk durasi kekeringan terpanjang paling lama sebesar 25 bulan pada tahun 2014. DUrasi tersebut merupakan lanjutan dari bulan Desember 2012 hingga Desember 2014 di Stasiun Bangko Jaya. Berdasarkan hasil pembuatan peta sebaran kekeringan menggunakan bantuan metode IDW pada software ArcGIS, kecamatan yang mengalami kekeringan terparah adalah Kecamtan Rokan IV Koto Kata kunci: Analisa Kekeringan, Theory Run, Sebaran Kekeringan, IDW ABSTRACT Global warming leads to climate change impacts on water availability in the earth. The real impact of global warming is an increase in the intensity of droughts in many areas. The purpose of this analysis is to determine the characteristics of the drought that occurred in a area that be the amounts of droughts, duration, level of drought, and distribution of drought which can later be used as a reference in the prevention and mitigation of drought. The method used to analyze the drought is the method of theory run. The location is at a watershed studies Rokan Riau Province. The data used is the monthly rainfall data for 22 years (1993-2014) of 8 stations that are in the watershed rainfall and 1 station Rokan rains that are beyond the DAS Rokan. For the depiction of the distribution of drought using IDW tools on ArcGIS software. The results showed that the greatest number of cumulative drought occurred in 2014 amounted to -2750 mm in the rain station Pekan Tebih. For the duration of the longest drought of 25 months in 2014. The duration of the continuation of the December 2012 to December 2014 at Bangko Jaya Station. Based on the results of making distribution map of drought using IDW method in ArcGIS software, which is experiencing its worst drought districts are District of Rokan IV Koto Keywords: Drought Analysis, Theory Run, Distribution of Drought, IDW
PENDAHULUAN Kekeringan merupakan suatu kondisi dimana terjadi kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan. Kekeringan juga merupakan kejadian klimatologis yang alami dan dapat terjadi secara bervariasi antara suhu wilayah dengan wilayah lainnya dan biasanya dimulai berkurangnya jumlah curah hujan dibandingkan dengan kondisi normalnya dan tergantung berapa lama keadaan tersebut berlangsung. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) telah mengeluarkan peta indeks resiko bencana kekeringan (drought disaster risk index map ) di Riau. Peta tersebut memperlihatkan bahwa sebagian besar wilayah di Riau memiliki tingkat resiko kekeringan yang sedang dan tinggi. DAS Rokan mempunyai peranan penting bagi masyarakat kabupaten rokan karena berpengaruh pada ketersediaan air bersih dan suplai air untuk pertanian. Menurut data sementara Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Riau, hingga saat ini terdapat beberapa Kabupaten di Propinsi Riau yang lahan pertaniannya dalam status kekeringan.
Dari data tersebut tersebut terdapat 3 Kabupaten berstatus kekeringan, salah satunya adalah Kabupaten Rokan Hulu. Penelitian dengan menggunakan metode Theory Run dan pembuatan peta sebaran dengan menggunakan software ArcGIS sudah banyak dilakukan. Menurut Adidarma (2004), dari hasil perhitungan kekereringan dengan menggunakan metode Theory Run dapat diketahui seberapa besar jumlah kekeringan terbesar dan durasi kekeringan terpanjang pada lokasi studi yang sedang di analisa. Selain itu, dalam penelitian lainnya, menurut Pratama (2014), dalam pembuatan peta sebaran kekeringan menggunakan data dari hasil perhitungan menggunakan metode Theory run dan bantuan software ArcGis dapat diketahui daerah mana yang mengalami kekeringan terparah pada daerah studi. Dengan demikian, dalam studi ini akan dilakukan analisa perhitungan kekeringan dengan menggunakan metode Theory Run untuk perhitungan kekeringan pada lokasi studi. Dan untuk pembuatan peta sebaran kekeringan menggunakan bantuan dari software ArcGis.
Gambar 1 Peta Lokasi Stasiun Hujan Dan AWLR DAS Rokan
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Studi ini dilakukan di DAS Rokan yang berada di wilayah Sungai Rokan dengan luas 22,454 km2 dan secara astronomis terletak antara 99,622 BT101,809 BT serta 0,068 LU-2,307 LU. DAS Rokan masuk dalam 3 (tiga ) wilayah administrasi Pemerintahan Daerah Provinsi, Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Sumatera Selatan. Untuk studi ini hanya menggunakan wilayah administrasi Pemerintahan Daerah Provinsi Riau. Pada DAS Rokan memiliki 8 stasiun hujan dan 5 stasiun AWLR. Untuk studi ini menggunakan 9 stasiun hujan yang ditambah dari stasiun yang berada diluar DAS Rokan. Lokasi stasiun hujan dan stasiun AWLR dapat dilihat pada Gambar 1. Pengumpulan Data-data Data-data yang diperlukan untuk menyelesaikan studi ini adalah sebagai berikut: 1. Data curah hujan bulanan stasiun hujan yang ada di DAS Rokan Provinsi Riau dari tahun 19902014. 2. Data AWLR tahun 2007-2014. 3. Peta rupa bumi digital yang mencakup seluruh areal DAS Rokan. 4. Peta batas DAS Rokan dan peta stasiun hujan. Tahapan Analisa - Pengumpulan Data Pengumpulan data-data sekunder yaitu, peta digital, data curah hujan, data AWLR. - Analisa Data Hujan - Uji konsistensi data menggunakan kurva massa ganda. - Analisa Kekeringan Analisa indeks kekeringan pada studi ini menggunakan Metode Theory Run.
- Pemodelan Peta Sebaran Kekeringan Penggambaran peta sebaran indeks kekeringam menggunakan ArcGIS 10.1 dengan metode IDW (Inverse Distance Weighted ). - Perbandingan antara nilai Theory Run terhadap debit Hasil perhitungan kekeringan nilai surplus dan defisit metode Theory Run dibandingkan terhadap data debit. Indeks Kekeringan Theory Run Run adalah deret yang berada di
atas (surplus) atau di bawah (defisit) dari seri data curah hujan (Adidarma, 2004:3). Prinsip perhitungan Metode Run mengikuti proses peubah tunggal (Univarite ) dengan menentukan rata-rata hujan bulanan jangka panjang sebagai nilai pemepatan, Y (m). Setelah nilai pemepatan ditentukan, dari seri data hujan dapat dibentuk dua seri data baru yaitu durasi kekeringan (Ln) dan jumlah kekeringan (Dn). Persamaan umum Teori Run adalah : a. Jika Y (m) < X (t,m), maka D(t,m) = X (t,m) – Y (m) b. Jumlah Kekeringan Dn = ∑ c. Durasi Kekeringan Ln = ∑ Dengan : A (t,m) : indikator bernilai 0, jika Y (m) >X (t,m) A (t,m) : indikator bernilai 1, jika Y (m) < X (t,m) m : bulan ke m ; t adalah tahun ke t Y(m) : pemepatan bulan m X(t,m) : seri data hujan bulanan bulan m tahun t Dn : jumlah kekeringan dari bulan ke m sampai ke m+i (mm) Ln : durasi kekeringan dari bulan ke
m sampai ke m+i (bulan). A (t,m) : indikator defisit atau surplus. Setelah mendapatkan nilai jumlah kekeringan dan durasi kekeringan setiap tahunnya, tahap selanjutnya menghitung
dan mengklasifikasikan kekeringan.
tingkat
Tabel 1 Klasifikasi Tingkat Kekeringan Curah Hujan Dari
Tingkat
Kondisi Normal
kekeringan
70-85%
Kering
50-70%
Sangat kering
<50%
Amat sangat kering
Sumber : Sonjaya (2007:2) Klasifikasi tingkat kekeringan ini mempunyai tujuan untuk mengetahui tingkat kekeringan yang terjadi pada setiap stasiun hujan pada daerah studi. Pembuatan Peta Sebaran Kekeringan Menggunakan IDW Adapaun tahapan dalam pembuatan durasi, jumlah dan tingkat kekeringan menggunakan metode IDW adalah sebagai berikut : 1. Penggambaran durasi, jumlah dan tingkat kekeringan menggunakan software ArcGIS versi 10.1. 2. Data yang digunakan berupa koordinat X, Y, Z dimana data X dan Y adalah koordinat stasiun hujan dan Z adalah data jumlah, durasi dan tingkat kekeringan terbesar pada setiap stasiun hujan. 3. Setelah data diproses menggunakan aplikasi IDW, selanjutnya dilakukan overlap hasil plotting isohyet dengan peta DAS Rokan dan peta Administrasi Kabupaten Rokan Hulu dan Hilir. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Hidrologi Uji Konsistensi (Kurva Massa Ganda) Berdasarkan hasil uji konsistensi menggunakan kurva massa ganda pada DAS Rokan didapatkan adanya data yang menyimpang sehingga data hujan tersebut perlu diperbaiki.
Gambar 2 Uji Konsistensi Sta. Lubuk Bendahara Terlihat pada grafik (Gambar 2) ada data yang tidak konsisten pada tahun 2008 hingga 2011 sebesar dan , Faktor koreksi :
= 0.318 Hz = x = 0.318 x 1202 = 3846 mm Setiap data yang tidak konsisten tersebut dikali dengan nilai Fk yang telah dihitung dan diplotkan kembali kedalam grafik kurva massa ganda yang dapat dilihat seperti pada Gambar 3 berikut ini.
Gambar 3 Uji Konsistensi Sta. Lubuk Bendahara setelah dikoreksi
Setelah data hujan sudah melewati uji konsistensi dan data hujan yang diuji konsisten maka data dapat digunakan untuk perhitungan selanjutnya.
durasi kekeringan terpanjang seluruh stasiun pada DAS Rokan Tabel 2 Tabel Komulatif Durasi Kekeringan Hujan Bulanan Stasiun Hujan Dalu-dalu
Analisa Kekeringan Metode Theory Curah Hujan Bulanan ( mm ) TAH J Ja F M A M Ju Ag S O N D UN Run u n eb ar pr ei n ust ep kt op es l 1993 1 2 0 1 2 0 1 2 3 0 1 2 Langkah pertama yang dilakukan 1994 0 0 0 1 2 3 4 5 6 7 0 1 1995 0 0 1 0 0 1 2 3 4 0 1 2 adalah perhitungan surplus dan defisit 1996 3 4 5 0 1 2 3 0 1 2 3 4 1997 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 0 0 1998 0 1 2 3 4 0 0 0 1 2 3 0 dari seri data hujan DAS Rokan selama 1999 0 0 0 1 2 0 1 0 0 0 1 2 2000 0 1 0 0 1 0 1 2 0 1 0 1 22 tahun. Diperoleh dengan 2001 2 0 1 0 1 0 1 2 3 0 0 1 2002 0 1 2 3 4 0 0 1 0 1 0 1 mengurangkan data asli dengan rata-rata 2003 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 2004 1 2 0 0 1 2 0 1 2 0 0 0 2005 0 1 2 3 4 5 0 1 0 1 2 0 dari seluruh data tersebut. 2006 1 2 3 0 1 2 3 4 0 0 0 0 2007 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 Setelah nilai surplus dan defisit 2008 1 2 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 2009 1 0 0 1 2 3 0 0 1 0 0 0 didapat, selanjutnya menghitung jumlah 2010 1 0 0 1 2 0 1 0 0 1 2 3 2011 4 0 0 0 1 2 3 4 0 1 0 1 2012 1 0 1 0 1 2 3 0 1 2 3 4 kekeringan dan panjang durasi 2013 5 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4 0 2014 1 2 3 4 5 0 1 0 1 2 3 4 kekeringan pada DAS Rokan. Sumber : Perhitungan Perhitungan durasi kekeringan Perhitungan jumlah kekeringan dilakukan dengan langkah sebagai dilakukan dimana jika nilai run positif berikut : (surplus) diberi nilai 0 dan apabila a. Jika nilai yang dihasilkan adalah nilai run negatif (defisit) maka diberi positif, maka akan diberi nilai nol nilai sebesar nilai negatif run tersebut. (0) dan jika nilai yang dihasilkan Dan apabila terdapat bulan dengan adalah negatif diberi nilai satu (1). nilai negatif run yang berurutan maka b. Jika terjadi nilai negatif secara nilai negatif tersebut dijumlahkan berurutan, maka nilai yang negatif hingga dipisahkan kembali dengan dijumlahkan terus sampai angka 0. dipisahkan kembali oleh nilai nol, Untuk melihat jumlah kekeringan kemudian dihitung kembali dari salah satu stasiun yang di analisa dapat nol. dilihat pada Tabel 3 dan untuk melihat Untuk melihat durasi kekeringan rekapitulasi jumlah kekeringan seluruh terpanjang dapat dilihat pada Tabel 2 dan stasiun dapat dilihat pada tabel 5. Pada Tabel 4 merupakan rekapitulasi dari Tabel 3. Jumlah Kekeringan Kumulatif Hujan Bulanan Stasiun Hujan Dalu-dalu TAHUN 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Jan -70.2 0.0 0.0 -163.0 -418.6 0.0 0.0 0.0 -45.6 0.0 0.0 -123.5 0.0 -9.1 0.0 -44.1 -147.5 -20.3 -306.7 -172.7 -381.5 -85.0
Feb -130.9 0.0 0.0 -237.1 -507.5 -79.8 0.0 -94.8 0.0 -72.7 0.0 -175.7 -90.2 -59.6 0.0 -111.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 -164.0
Sumber : Perhitungan
Mar 0.0 0.0 -62.4 -260.7 -512.7 -84.7 0.0 0.0 -92.0 -132.9 0.0 0.0 -165.9 -98.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 -162.6 -122.8 -340.4
Apr -40.3 -12.3 0.0 0.0 -542.5 -165.6 -117.3 0.0 0.0 -139.7 0.0 0.0 -223.7 0.0 0.0 0.0 -99.8 -49.0 0.0 0.0 -245.2 -428.3
Curah Hujan Bulanan ( mm ) Mei Jun Jul Agust -66.9 0.0 -10.7 -77.6 -115.9 -220.1 -303.3 -377.2 0.0 -57.6 -123.3 -172.9 -129.4 -149.3 -154.1 0.0 -679.5 0.0 -10.0 -128.5 -241.9 0.0 0.0 0.0 -247.0 0.0 -9.8 0.0 0.0 0.0 -12.2 -33.4 -41.0 0.0 -37.7 -71.8 -264.2 0.0 0.0 -74.9 -80.6 -123.5 0.0 0.0 -121.6 -202.8 0.0 -8.4 -282.2 -352.5 0.0 -54.7 -39.9 -135.7 -175.4 -257.9 0.0 0.0 0.0 0.0 -163.5 0.0 0.0 0.0 -150.3 -193.4 0.0 0.0 -146.7 0.0 -7.2 0.0 -217.8 -248.6 -333.6 -365.3 -136.3 -171.9 -235.3 0.0 -310.9 -322.2 0.0 -87.1 -586.3 0.0 -98.9 0.0
Sep -194.3 -414.4 -263.7 -32.0 -215.4 -19.5 0.0 0.0 -81.0 0.0 0.0 -12.6 0.0 0.0 -59.7 0.0 -121.5 0.0 0.0 -95.9 -188.3 -31.9
Okt 0.0 -458.1 0.0 -116.2 -388.5 -67.6 0.0 -150.0 0.0 -42.1 0.0 0.0 -33.6 0.0 0.0 0.0 0.0 -154.5 -106.2 -167.0 -206.7 -130.7
Nop -38.3 0.0 -80.3 -220.0 0.0 -278.1 -46.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 -36.2 0.0 0.0 -98.0 0.0 -237.0 0.0 -175.1 -343.6 -280.9
Des -168.3 -226.0 -113.5 -296.1 0.0 0.0 -246.9 -4.8 -31.5 -17.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 -299.7 -43.1 -309.1 0.0 -287.4
Tabel 4 Rekapitulasi Komulatif Durasi Kekeringan Hujan Bulanan Seluruh Stasiun Hujan Pada DAS Rokan Stasiun Hujan
Max (bulan) 1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Dalu-dalu
3
7
4
5
9
4
2
2
3
4
2
2
5
4
1
2
3
3
4
4
5
5
Lb. Bendahara
8
6
5
7
9
10
5
6
4
4
3
4
3
3
5
5
2
2
2
2
3
7
Pasar tangun Pekan Tebih
2 9
10 2
2 2
7 1
9 4
4 2
4 4
4 2
6 3
6 2
3 3
4 2
3 2
2 5
2 2
2 2
2 3
3 3
5 2
2 1
7 12
3 24
Kota Lama
8
2
13
14
2
4
4
1
3
4
2
3
3
1
2
4
7
2
4
5
7
13
Bangko Jaya
3
4
3
4
2
1
1
1
3
3
2
4
3
2
7
9
10
6
7
3
13
25
Bagan Batu
3
2
2
3
3
3
3
6
2
4
2
2
6
3
2
3
4
1
7
3
4
4
Sedingin Kandis
2 2
3 3
5 2
5 3
5 7
3 6
2 6
3 4
2 7
3 4
1 1
2 2
5 3
4 5
1 2
3 3
5 4
3 3
3 6
4 3
8 8
12 12
Sumber : Perhitungan Tabel 5 Rekapitulasi Komulatif Jumlah Kekeringan Hujan Bulanan Seluruh Stasiun Hujan Pada DAS Rokan Stasiun Hujan
Max (mm) 1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Dalu-dalu
-194
-458
-264
-296
-679
-278
-247
-150
-92
-264
-124
-203
-353
-258
-60
-163
-193
-300
-365
-309
-381
-586
Lb. Bendahara
-956
-501
-266
-734
-1080
-1100
-604
-783
-359
-457
-230
-522
-390
-568
-404
-557
-167
-184
-125
-536
-659
-1308
Pasar tangun
-150
-2095
-187
-519
-611
-309
-328
-471
-546
-482
-142
-271
-338
-153
-174
-189
-233
-211
-406
-136
-675
-222
Pekan Tebih
-670
-184
-90
-60
-375
-248
-283
-112
-115
-160
-143
-254
-157
-255
-143
-147
-125
-381
-234
-109
-1421
-2750
Kota Lama
-416
-154
-2217
-2252
-138
-169
-223
-148
-222
-172
-112
-121
-176
-92
-285
-364
-528
-160
-227
-292
-616
-1615
Bangko Jaya
-111
-243
-102
-162
-170
-144
-111
-150
-71
-170
-60
-297
-117
-130
-327
-606
-737
-266
-385
-305
-1221
-2704
Bagan Batu
-129
-183
-125
-250
-216
-266
-182
-287
-160
-147
-137
-157
-299
-239
-97
-264
-246
-26
-357
-177
-259
-395
Sedingin
-95
-134
-220
-303
-388
-208
-195
-227
-73
-204
-16
-123
-292
-208
-68
-288
-314
-169
-322
-199
-788
-1168
Kandis
-72
-362
-57
-142
-458
-339
-339
-247
-246
-345
-62
-171
-146
-312
-112
-137
-117
-80
-350
-102
-552
-891
Sumber : Perhitungan
Klasifikasi Tingkat Kekeringan Untuk mengetahui tingkat kekeringan pada stasiun Hujan diperlukan menghitung jumlah curah hujan normal untuk klasifikasi kekeringan. Curah hujan normal adalah nilai rata-rata hujan suatu bulan di seluruh tahun pengamatan. Selain curah hujan normal, dihitung juga jumlah curah hujan bulan yang kering, dilakukan dengan cara menjumlahkan curah hujan bulan-bulan kering yang berurutan. Jumlah curah hujan bulan-bulan kering dibandingkan dengan jumlah curah hujan normal maka didapatkan klasifikasi tingkat kekeringan. Tahun 1993 : - Jumlah curah hujan normal 3 bulan = CH normal bulan Juli + Agustus + September =114,2 + 147,9 + 164,7= 426,79 mm - Jumlah curah hujan bulan yang kering = CH bulan Juli + Agustus + September = 104 + 81+ 48 = 232,5 mm - Perbandingan jumlah curah hujan bulan kering dengan jumlah curah hujan normal =
= 0,5448
- Prosentase perbandingan jumlah curah hujan bulan kering dengan jumlah curah hujan normal = 0,5448 x 100% = 54,48% - Maka pada tahun 1993 termasuk Sangat Kering Untuk hasil perhitungan klasifikasi tingkat kekeringan tahun selanjutnya dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Klasifikasi Tingkat Kekeringan Stasiun Dalu-dalu
Tahun
Jumlah Curah Hujan Normal (mm)
1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
426.79 1182.64 538.06 931.22 2324.03 628.68 432.87 211.71 211.19 793.23 341.85 341.85 904.50 603.92 164.71 230.57 544.14 766.50 456.01 931.22 2324.03 1019.47
Jumlah Curah Hujan BulanBulan Kering 232.50 724.50 274.40 635.10 1644.55 350.60 185.90 61.70 119.20 529.00 218.30 139.00 552.00 346.00 105.00 67.10 350.70 466.80 90.69 622.10 1942.57 433.20
Prosentase Curah Hujan (%)
Klasifikasi
54.48 61.26 51.00 68.20 70.76 55.77 42.95 29.14 56.44 66.69 63.86 40.66 61.03 57.29 63.75 29.10 64.45 60.90 19.89 66.80 83.59 42.49
SK SK SK SK K SK ASK ASK SK SK SK ASK SK SK SK ASK SK SK ASK SK K ASK
Sumber : Perhitungan Untuk hasil perhitungan klasifikasi tingkat kekeringan seluruh stasiun dapat dilihat pada Tabel 7. Analisa Peta Sebaran Kekeringan Peta persebaran hasil kekeringan dibuat dengan menggunakan software ArcGIS 10.1, proses interpolasi dilakukan dengan metode IDW (Inverse Distance Weighted ). Selanjutnya dilakukan analisa peta sebaran kekeringan defisit maksimum, peta sebaran durasi kekeringan terbesar, peta sebaran tingkat kekeringan yang mengalami kekeringan terbesar dalam tiap tahunnya yang dapat dilihat pada gambar 4, Gambar 5 dan Gambar 6 Berdasarkan nilai theory run tahun paling kering terjadi pada tahun 2014, sedangkan tahun paling basah terjadi pada tahun 2003. berdasarkan daerah administrasi, kecamatan yang mengalami kekeringan menurut analisa adalah kecamatan Rokan IV Koto.
Tabel 7 Rekapitulasi Tingkat Kekeringan Seluruh Stasiun Hujan Pada DAS Rokan Tahu n
Kriteri a
1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Daludalu SK SK SK SK K SK ASK ASK SK SK SK ASK SK SK SK ASK SK SK ASK SK K ASK
Lb. Bendahara ASK SK K SK SK SK SK K SK SK ASK K ASK K SK ASK SK K SK ASK K SK
Pasar tangun ASK ASK K K K ASK SK SK SK SK K K SK ASK ASK K SK K SK SK ASK SK
Stasiun Hujan Pekan Kota Tebih Lama SK SK ASK ASK SK ASK SK ASK ASK ASK SK K ASK SK K ASK K SK SK K K SK ASK SK SK ASK K SK K SK SK SK K SK ASK SK ASK K SK K ASK SK ASK ASK
Bangko Jaya SK SK K K ASK ASK ASK ASK K SK K ASK K ASK SK SK SK K SK ASK ASK ASK
Bagan Batu K ASK K SK SK SK ASK K SK ASK SK ASK K ASK K SK SK K SK SK SK ASK
Sedingi n SK ASK SK SK SK SK ASK SK ASK ASK B SK SK SK SK SK SK SK ASK SK ASK ASK
Sumber : Perhitungan Keterangan : B = Basah K = Kering SK = Sangat Kering ASK = Amat Sangat Kering
Gambar 4. Peta Sebaran Kekeringan Defisit Maksimum Pada DAS Rokan Tahun 2014
Kand is K ASK B K SK SK SK SK K ASK SK ASK ASK SK SK K B K SK K SK SK
Gambar 5. Peta Durasi Kekeringan Terpanjang Pada DAS Rokan Tahun 2014
Gambar 6. Peta Sebaran Tingkat Kekeringan Pada DAS Rokan Tahun 2014 Perbandingan Hasil Analisa Kekeringan Terhadap Data Debit Dalam perbandingan yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kekeringan meteorologi dengan debit sungai. Dengan membandingkan hasil analisa kekeringan dengan data debit pada sebuah grafik akan terlihat perbandingannya. Gambar hasil perbandingan dapat dilihat pada gambar 7.
Data debit yang digunakan didapatkan dari hasil pencatatan pos duga air Lubuk Bendahara. Analisa hanya dilakukan pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2013, 2014 karena keterbatasan data. Pos duga air Lubuk Bendahara terletak pada hulu sungai rokan dan terdapat 5 stasiun hujan yang letaknya pada hulu sungai rokan juga yaitu Lubuk Bendahara, Pasar Tangun, Kota Lama, Dalu-dalu, pekan Tebih. Pada gambar 7 dapat dilihat bahwa ada hubungan antara nilai surplus dan
defisit terhadap data debit pos duga air Lubuk bendahara. Ketika nilai surplus maka debit air pun juga mengalami kenaikan, begitu juga ketika terjadi nilai defisit maka debit juga mengalami penurunan dimana kejadian tersebut dinamakan kecocokan pola.
Nilai kecocokan = = 75 % Untuk perbandingan nilai surplus defisit terhadap data debit tahun 20072014 dapat dilihat pada Gambar 8. Tabel 8 Rekapitulasi Kecocokan Pola antara Nilai Surplus dan Defisit dengan Data Debit Pos Duga Air Lubuk Bendahara Tahun 2007-2014 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
Gambar 7. Perbandingan Nilai Surplus Defisit Run dan Data Debit Pos Duga Air Lubuk Bendahara Tahun 2007 Nilai kecocokan pola nilai surplus dan defisit pada 5 stasiun hujan dengan debit pos duga air Lubuk Bendahara Tahun 2007 adalah selama 9 bulan yang mengalami kecocokan pola.
Kecocokan Pola (%) 75.00 75.00 66.67 58.33 75.00 58.33 33.33 66.67 63.54
Sumber: Hasil Analisa Rata-rata perbandingan antara data debit dan data hasil analisa metode Theory Run pada Tabel 5 sebesar 63,54%. Hal tersebut menunjukkan bahwa antara debit dan data hasil analisa metode Theory Run memiliki kesesuaian yang baik.
Gambar 8 Grafik Hasil Perbandingan Nilai Surplus Defisit Run dan Data Debit Pos Duga Air Lubuk Bendahara Tahun 2007-2014
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan dari hasil analisa dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil pembuatan peta sebaran kekeringan pada DAS Rokan dengan menggunakan interpolasi metode IDW pada software ArcGis 10.1 dapat diketahui bahwa tahun paling kering terjadi pada tahun 2014, sedangkan tahun paling basah terjadi pada tahun 2003. Dari peta sebaran kekeringan berdasarkan daerah administrasi, kecamatan yang mengalami kekeringan menurut analisa adalah kecamatan Rokan IV Koto. 2. Perbandingan antara hasil analisa kekeringan menggunakan metode Theory Run terhadap debit pos duga air Lubuk Bendahara tahun 20072014 memiliki kesesuai yang baik dengan prosentase rata-rata sebesar 63.54%. Pada tahun 2007, 2008, 2011 memiliki maksimum prosentase kecocokan sebesar 75% dan prosentasi minimum kecocokan sebesar 33,33% pada tahun 2013. Hal ini menunjukan bahwa antara debit air dengan nilai surplus dan defisit metode Theory Run memiliki kesesuaian yang baik.
DAFTAR PUSTAKA Adidarma, Wanny. 2004. Kekeringan Pendekatan .
Dengan
Analisa Berbagai
Bandung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah Br. Sri. Harto. 1993. Analisa Hidrologi . Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Departemen Pekerjaan Umum, 2004. Perhitungan Indeks Kekeringan Menggunakan Teori RUN.
Bandung : Departemen Pekerjaan Umum. Ersydarfia, Novreta, Fauzia, Manyuk., Sujatmoko, Bambang. Perhitungan Indeks Kekeringan Menggunakan teori RUN Pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Indragiri. Riau :
Jurusan Teknik Sipil Teknik Universitas Riau.
Fakultas
Prahasta Eddy. 2002. Sistem Informasi Geografis: Tutorial ArcView. Bandung : CV. Informatika. Pramono, Gatot H. 2008. Akurasi Metode IDW dan Kriging Untuk Interpolasi Sebaran Sedimen Tersuspensi Di Maros, Sulawesi Selatan . Forum
Geografis, 22 (1). Pp 145-158. 3.
SARAN Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan, adapun saran yang dapat digunakan sebagai rekomendasi, yaitu : - Untuk mendapatkan hasil yang akurat diperlukan persebaran stasiun hujan yang merata di wilayah studi dan wilayah studi yang lebih sempit agar mendapatkan hasil analisa yang akurat. Dan diperlukan juga data hujan yang panjang agar dapat melihat trend kekeringan.
Soemarto, C.D. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya : Usaha Nasional Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistika Untuk Analisa Data Jilid I. Bandung : Nova