PENERAPAN METODE EKLEKTIK OLEH GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASI SISWA YANG BERMASALAH DI SMPN 2 MARTAPURA KABUPATEN BANJAR Oleh: Raihanatul Jannah٭ Abstrak Penerapan metode eklektik oleh guru BK di SMPN 2 Martapura, terbagi kedalam beberapa tahapan yaitu: Eksplorasi yakni pemberian petanyaan-pertanyaan yang mudah terhadap siswa yang bermasalah, dengan demikian siswa merasa diperhatikan. Perumusan masalah yakni penetapan tujuan masalah, apa yang akan dilakukan dan tindak lanjut. Identifikasi masalah yakni dengan mempelajari sebab terjadinya masalah dari cerita yang disampaikan oleh klien (siswa) dan pemberian pendapat/alternatif pemecahan masalah oleh konselor (guru BK), tetapi keputusan di tangan klien (siswa). Perencanaan yakni apa yang dilakukan oleh klien, kapan pelaksanaan dan tindak lanjut. Pelaksanaan yakni pengawasan oleh guru BK terhadap siswa (klien) tentang kegiatan yang sudah direncanakan. Penilaian dan umpan balik yakni penilaian oleh guru BK tentang kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa (klien). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan metode eklektik dalam menangani siswa bermasalah di SMPN 2 Martapura, yaitu: Latar belakang pendidikan guru sangat mempengaruhi, semua guru BK SMP Negeri 2 Martapura adalah sarjana strata 1 (S1) BK dan mempunyai pengalaman mengajar sudah cukup lama sehingga mereka dapat bergaul dengan siswa-siswa dan mampu mengajar serta menjalankan tugasnya sebagai guru BK dengan baik. Faktor siswa, secara keseluruhan siswa SMP Negeri 2 Martapura kurang berani menyampaikan masalah yang dihadapinya kepada guru BK, namun ٭
Dosen Fakultas Tarbiyah Jurusan PGMI dengan Keahlian: Bimbingan
Konseling
169
170 Ta’lim Muta’allim, Vol. III Nomor 05 Tahun 2012 demikian motivasi mereka untuk menyelesaikan masalah sangat besar ketika dipanggil keruang BK. Faktor waktu, waktu yang tersedia cukup banyak karena guru BK juga mengajar di setiap kelas. Kata Kunci: Penerapan, Metode, Eklektik, serta Bimbingan Konseling
A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk yang sempurna dimana telah Allah berikan akal pikiran, untuk dapat bertahan hidup di dunia. Allah pun telah mengirim rasul-rasul sebagai contoh teladan dalam menjalani kehidupan di dunia. Selain itu Allah swt juga menurunkan kitab suci al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Betapa besar perhatian Allah swt terhadap hambanya, supaya dapat menjalani kehidupan di dunia dengan baik sesuai ketentuan yang dikehendaki oleh Allah. Dalam al-Qur’an Allah swt menganjurkan untuk membaca, yang mana Allah swt berfirman pada QS. Al-’Alaq ayat 1-5, sebagai berikut:
Anjuran Allah swt tersebut merupakan salah satu pendidikan yang langsung ditujukan kepada manusia. Karena dengan membaca kita dapat mengetahui ilmu yang belum kita ketahui dan memperluas pengetahuan. Selain itu pendidikan harus diajarkan semenjak usia dini sampai akhir hayat. Di Indonesia salah satu aspek yang dikembangkan ialah bidang pendidikan, karena merupakan tujuan pemerintah untuk menyiapkan generasi yang handal. Sesuai dengan kontribusi pendidikan yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik, di Indonesia ada peraturan tentang pendidikan yang termaktub dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut:
Raihanatul Jannah, Penerapan Metode Eklektik oleh Guru Bimbingan Konseling …
171
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bartakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggungjawab.1 Pendidikan bagi bangsa yang berkembang sangat mutlak seiring tuntutan pembangunan. Pendidikan dapat mencetak manusia-manusia yang cerdas, terampil dan handal. Oleh karena itu diperlukan pendidikan yang bermutu untuk menunjang tuntutan pembangunan di era globalisasi, yang memerlukan tenaga-tenaga handal dan profesional di bidangnya. Untuk menciptakan pendidikan yang bermutu, pemerintah menciptakan tujuan pendidikan yang harus dicapai oleh lembagalembaga pendidikan formal. Ketentuan ini bisa terlaksana dengan adanya perhatian dari pemerintah, masyarakat, guru, dan orang tua siswa. Dengan demikian bisa mengurangi penghambatpenghambat tercapainya tujuan pendidikan. Banyak hal yang menghambat dalam mencapai tujuan pendidikan, baik dari pemerintah yang kurang perhatian terhadap pendidikan atau juga dari masyarakat, yang sangat mempengaruhi terhadap sikap dan tingkah laku perserta didik. Bisa juga dari guru, teman atau orang tua siswa, yang merupakan cermin bagi setiap peserta didik. Karena peserta didik cepat mencontoh orang yang dianggapnya lebih baik, tanpa memikirkan apakah itu memang baik atau buruk. Untuk memudahkan tercapainya tujuan pendidikan pemerintah mengadakan jenjang-jenjang dalam pendidikan. Masing-masing jenjang memiliki tujuan pendidikan yang berbeda 1Undang-undang
RI No.20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003), h. 6.
172 Ta’lim Muta’allim, Vol. III Nomor 05 Tahun 2012 sesuai dengan tingkatannya. Jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara penyajian bahan pengajaran.2 Jenjang pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Selain itu tidak kalah pentingnya dalam mencapai tujuan pandidikan yaitu peran seorang guru, yang merupakan pelaksana dalam tercapainya tujuan pendidikan. Perlunya guru yang berkualitas dan profesional dalam pelaksanaan pembelajaran sangat membantu peserta didik menerima pelajaran. Karena guru yang seperti ini bisa menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan bagi peserta didik. Dengan begitu pelaksanaan proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik. Menyangkut kegiatan pengelolaan program secara efesien yang bertanggung jawab adalah kepala sekolah dan staf administrasi sekolah yang terkait dengan kegiatan perencanaan, organisasi, deskripsi jabatan atau pembagian tugas, pembiayaan, penyediaan fasilitas atau sarana prasarana (material), supervisi dan evaluasi program.3 Pengadaan sarana dan prasarana juga menunjang tercapainya tujuan pendidikan, yang perlu adanya tanggapan dari pemerintah dan pihak sekolah. Dengan fasilitas yang mencukupi dan penggunaan yang maksimal, niscaya terwujud pembelajaran yang bermutu. Selain itu juga mempermudah terlaksananya pembelajaran yang efektif dan efisien. Bagi anak belajar merupakan kegiatan yang bisa membosankan, dalam kegiatan belajar dapat timbul berbagai masalah baik dari anak ataupun guru. Bagi siswa masalahmasalah belajar yang mungkin timbul antara lain pengaturan belajar, memilih cara belajar dan pergaulan dengan teman-teman. 2Fuad
Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan: Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 22. 3Syamsu Yusuf, L.N dan Dr. A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. Ke-4, h. 5.
189
188 Ta’lim Muta’allim, Vol. III Nomor 05 Tahun 2012 Syamsu Yusuf, L.N dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, Cet. Ke-4. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, Cet. Ke-3. Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi edisi ke.3, Martapura: STAI Darussalam, 2012. Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integerasi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011, Cet ke-4. Umar dan Sartono, Bimbingan dan Konseling, Bandung: CV, Pustaka Setia, 1998, Cet. Ke-1. Undang-undang RI No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Citra Umbara, 2003. Walgito, Bimo, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1981, Cet, ke-2. Willis Sofyan S., dan August Setyawa, Membina Kebahagiaan Murid, Bandung: Angkasa, 1981, Cet ke-3. Winkel,
W.S., Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah,Yogyakarta: FIP IKIP Sanata Dharma, 1977.
Raihanatul Jannah, Penerapan Metode Eklektik oleh Guru Bimbingan Konseling …
173
Dalam mengatasi masalah-masalah siswa yang timbul terutama yang dirasakan oleh siswa sendiri. Sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membantu siswa berhasil dalam belajar. Untuk itu hendaknya sekolah memberikan bantuan kepada siswa dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar, antara lain sering terlambat masuk kelas (tidak disiplin, sering bolos sekolah, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, mencuri, sering mengganggu teman dalam belajar (suka usil), prestasi belajar terus menurun, merokok secara sembunyi-sembunyi, tidak mampu berkonsentrasi dalam belajar dan gangguan lain yang memerlukan pertolongan. Layanan bantuan yang seyogyanya diberikan pada para siswa adalah bimbingan belajar.4 Bimbingan dan konseling sudah dianggap suatu yang mutlak diperlukan di SLTP/SMP5, yaitu bimbingan yang bisa memberikan semangat belajar para siswa baik secara individu maupun kelompok. Hal ini yang dirasa penting untuk diperhatikan oleh sekolah, terutama guru-guru yang bertugas dibidang Bimbingan Konseling (BK). Bimbingan diperuntukan bagi semua individu atau peserta didik baik yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah. Bagi guru BK harus memperhatikan sebab-sebab masalah yang dialami oleh siswa yang bermasalah. Selain itu penggunaan metode yang tepat dan efektif juga menjadi salah satu faktor menentukan tujuan yang harus dicapai dalam menangani masalah siswa. Banyaknya metode yang dapat digunakan dalam menangani masalah siswa, antara lain metode kelompok, metode direktif, metode non-direktif, metode sosiometri dan metode psikoanalitis. Selain itu ada juga ragam bimbingan menurut masalah yang dihadapi, antara lain bimbingan akademik, bimbingan sosial-pribadi, bimbingan karir dan bimbingan keluarga seperti yang sudah penulis lihat di lapangan yaitu di
4Ibid.,
h. 224. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, (Yogyakarta, FIP IKIP Sanata Dharma, 1977), h. 5. 5W.S.
174 Ta’lim Muta’allim, Vol. III Nomor 05 Tahun 2012 SMPN 2 Martapura, guru BK di sana menggunakan metode eklektik dalam mengatasi siswa yang bermasalah. Metode eklektik ini merupakan gabungan dari metode direktif (yang mana konselor yang sangat berperan aktif dalam menangani masalah) dan non-direktif (yang mana klien yang dituntut untuk berperan aktif). Karena dengan metode ini anakanak mudah dalam menyelesaikan masalah yang dialaminya. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang masalah ini, maka penulis merasa perlu untuk meneliti masalah ini secara khusus dengan judul: PENERAPAN METODE EKLEKTIK OLEH GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASI SISWA YANG BERMASALAH DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 MARTAPURA KABUPATEN BANJAR. B. Penegasan Judul Guna menghindari interpretasi yang keliru terhadap judul di atas, maka penulis mengemukakan penegasan judul, yaitu: Metode eklektik yaitu cara yang digunakan oleh guru BK dalam menangani masalah siswa dengan menggunakan metode yang tepat. Kata eklektik berarti menyeleksi atau memilih doktrin atau metode yang tepat dari berbagai sumber, teori atau sistem.6 Metode eklektik ini merupakan gabungan dari metode direktif dan metode non-direktif. 1. Guru BK (Bimbingan dan koseling) bertugas membimbing siswa-siswa yang ada di sekolah. 2. Menangani siswa-siswa yang bermasalah, baik berkenaan dengan perilaku dari dalam siswa, seperti antara lain sering terlambat masuk kelas (tidak disiplin, sering bolos sekolah, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, mencuri, sering mengganggu teman dalam belajar (suka usil), prestasi belajar terus menurun, merokok secara sembunyisembunyi, tidak mampu berkosentrasi dalam belajar dan gangguan lain. 3. SMP 2 Negeri Martapura yaitu lembaga pendidikan formal.
Raihanatul Jannah, Penerapan Metode Eklektik oleh Guru Bimbingan Konseling …
187
DAFTAR PUSTAKA
AT, Andi Mappiare, Pengantar Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: PT Raja Garafindo Persada, 2004. Cermin BK, “Konseling Eklektik & Integratif A”, Diposkan oleh ec_ca Zun Blog's, “ teori eklektik ” Djumhur dan Moh Surya, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Bandung: CV. Ilmu, 1974. Hana, Attia Mahmud, Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan I,Yogyakarta: Bulan Bintang. Hikmawati, Fenti, Bimbingan Konseling, RajaGrafindo Persada, 2010, Cet. Ke-1.
Jakarta:
PT
http://cakrawala-bk.blogspot.com/2012/04/konseling-eklektikintegratif.html,diakses 17 0ktober 2012 http://neilcl.blogspot.com/2012/05/teori-eklektik.htm http://uthedza.blogspot.com/2010/03/pendekatan-eklektik.html Ihsan, Fuad, Dasar-dasar Kependidikan, Komponen MKDK, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Muslim, Imam, Shahih Muslim, Beirut: Dar Kutb, 2005. Nawawi, Hadari, Administrasi dan Organisasi Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983, Cet ke-1. Sukardi, Dewa Ketut, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 1995, Cet, ke-1.
6Syamsu
Yusuf, L.N dan A. Juntika Nurihsan, Op. Cit., h. 51.
186 Ta’lim Muta’allim, Vol. III Nomor 05 Tahun 2012 c. Faktor waktu, waktu yang tersedia cukup banyak karena guru BK juga mengajar di setiap kelas.
Raihanatul Jannah, Penerapan Metode Eklektik oleh Guru Bimbingan Konseling …
175
Maka yang dimaksud dengan judul ini adalah penelitian mengenai usaha yang dilakukan oleh guru BK dalam mengatasi siswa yang memiliki masalah-masalah di SMP 2 Negeri Martapura, melalui konseling eklektik. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penerapan metode eklektik oleh guru BK dalam mengatasi siswa yang bermasalah di SMP Negeri 2 Martapura? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerapan metode eklektik oleh guru BK dalam mengatasi siswa yang bermasalah di SMP Negeri 2 Martapura? D. Alasan Memilih Judul Ada beberapa alasan yang mendasari pertimbangan penulis dalam menentukan pilihan terhadap judul di atas, yaitu: 1. Melihat metode ini sangat efektif, karena merupakan penggabungan dari dua metode, yaitu direktif dan nondirektif, yang mana sangat sesuai dengan psikologi anakanak SMP/SLTP. 2. Metode Eklektik ini bisa menjadi metode yang ideal apabila didukung oleh penguasaan guru secara memadai terhadap berbagai macam metode, sehingga dapat mengambil secara tepat segi-segi kekuatan dari setiap metode dan menyesuaikannya dengan kebutuhan program masalah yang ditanganinya. 3. Perlunya penanganan yang tepat tehadap masalahmasalah yang dialami oleh siswa dan siswi di tingkat menengah. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah di jelaskan di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian ini:
176 Ta’lim Muta’allim, Vol. III Nomor 05 Tahun 2012 1. Untuk mengetahui penerapan metode eklektik oleh guru Bk dalam mengatasi siswa yang bermasalah di SMP Negeri 2 Martapura. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan metode eklektik oleh guru BK dalam mengatasi siswa yang bermasalah di SMP Negeri 2 Martapura. F. Signifikansi Penelitian Penelitian ini nantinya diharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut: 1. Sebagai suatu sumbangan pemikiran positif bagi dunia pendidikan, baik bagi SMP 2 Martapura maupun sekolahsekolah lain. 2. Sebagai bahan informasi untuk mengetahui tentang penanganan siswa dan siswi yang bermasalah secara tepat. 3. Sebagai penambah wawasan pengetahuan bagi penulis, serta sebagai bahan acuan dan pengetahuan bagi peneliti selanjutnya. G. Metode Penelitian 1. Jenis, Sifat dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research), yang bersifat studi deskriptif, yaitu menggambarkan data apa adanya. Lokasi penelitian ini adalah SMP Negeri 2 Martapura Kabupaten Banjar. 2. Subjek dan Objek penelitian a. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah guru BK yang menangani masalah-masalah siswa dengan cara penerapan metode eklektik di SMP 2 Negeri Martapura, metode ini dianggap sesuai dengan keperluan siswa. b. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah penerapan metode eklektik dalam menangani siswa yang bemasalah di SMPN 2 Martapura dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Raihanatul Jannah, Penerapan Metode Eklektik oleh Guru Bimbingan Konseling …
185
visit, pembelian alat-alat dan sebagainya, telah dianggarkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah yang disesuaikan dengan jumlah anggaran tersedia. I. Simpulan 1. Penerapan metode eklektik oleh guru BK di SMPN 2 Martapura, terbagi ke dalam beberapa tahapan yaitu; Eksplorasi yakni pemberian petanyaan-pertanyaan yang mudah terhadap siswa yang bermasalah, dengan demikian siswa merasa diperhatiakan. Perumusan masalah yakni penetapan tujuan masalah, apa yang akan dilakukan dan tindak lanjut. Identifikasi masalah yakni dengan mempelajari sebab terjadinya masalah dari cerita yang disampaikan oleh klien (siswa) dan pemberian pendapat/alternatif pemecahan masalah oleh konselor (guru BK), tetapi keputusan ditangan klien (siswa). Perencanaan yakni apa yang dilakukan oleh klien, kapan pelaksanaan dan tindak lanjut. Pelaksanaan yakni pengawasan oleh guru BK terhadap siswa (klien) tentang kegiatan yang sudah direncanakan. Penilaian dan umpan balik yakni penilaian oleh guru BK tentang kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa (klien). 2. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan metode eklektik dalam menangani siswa bermasalah di SMPN 2 Martapura, yaitu: a. Latar belakang pendidikan guru sangat mempengaruhi, semua guru BK SMP Negeri 2 Martapura adalah sarjana strata 1 (S1) BK dan mempunyai pengalaman mengajar sudah cukup lama sehingga mereka dapat bergaul dengan siswa-siswa dan mampu mengajar serta menjalankan tugasnya sebagai guru BK dengan baik. b. Faktor siswa, secara keseluruhan siswa SMP Negeri 2 Martapura kurang berani menyampaikan masalah yang dihadapinya kepada guru BK, namun demikian motivasi mereka untuk menyelesaikan masalah sangat besar ketika dipanggil ke ruang BK.
184 Ta’lim Muta’allim, Vol. III Nomor 05 Tahun 2012 c. Faktor waktu tatap muka Berdasarkan observasi dan wawacara dengan guru BK (AS dan MY) waktu tatap muka dalam menyelesaikan masalah siswa “tergantung pada masalah yang dihadapi, terkadang 15 menit sampai ada yang 25 menit”. Namun bila ada masalah yang berat atau belum terselesaikan maka pertemuan harus dilakukan beberapa kali. Menurut AS dan MY mengatakan setelah mengatahui ada anak yang bermasalah. Beliau mencari informasi tentang anak tersebut dengan teman-temannya atau dengan guru wali kelas, selain itu beliau juga mengamati langsung di kelas saat memberikan pengajaran. Terkadang langsung memanggil anak yang bersangkutan tersebut ke ruang BK dan meminta keterangan tentang masalah yang dihadapinya. d. Sarana dan prasarana BK Berdasarkan observasi dan wawacara dengan guru BK sarana dan prasarana Bimbingan dan Konseling yang ada di SMP Negeri 2 terdiri dari: 1) Alat pengukuran data berupa: Format-format, pedoman observasi, wawancara, angket, catatan harian, daftar hadir, daftar nilai, prestasi belajar, kartu konsultasi dan lain-lain. 2) Alat penyimpanan data: Kartu pribadi, buku pribadi, map dan komputer. 3) Pelengkapan teknis: Buku pedoman dan buku paket bimbingan. 4) Ruang bimbingan, Ruang Bimbingan dan Konseling sekaligus ruang kerja BK dilengkapi fasilitas yang cukup memadai. Yaitu ruangan yang luasnya 110 m2 di lengkapi ruang tamu dan masing-masing guru BK memiliki meja kerja. Dulunya merupakan ruang perpustakaan, setelah dibangun ruang perpustakaan yang baru, kemudian ruang perpustakaan lama dijadikan ruang BK. Di salah satu sudut terdapat satu ruangan tempat konseling yang khusus untuk penanganan masalah yang dianggap rahasia. Serta ada 2 lemari penyimpanan buku dan lain-lain. 5) Anggaran biaya. Untuk menunjang lancarnya proses kegiatan BK terutama layanan seperti surat menyurat, transportasi home
Raihanatul Jannah, Penerapan Metode Eklektik oleh Guru Bimbingan Konseling …
177
3. Data, Sumber Data dan teknik Pengumpulan Data a. Data Dalam penilaian ini ada dua data yang digali, yaitu data pokok dan data penunjang. 1) Data Pokok a) Data yang berkenaan dengan tahapan dalam pelaksanaan metode eklektik dalam menangani masalah-masalah siswa, meliputi: (1) Tahapan eksplorasi (2) Tahapan perumusan masalah (3) Tahapan identifikasi masalah (4) Tahapan perencanaan (5) Tahapan tindakan atau komitmen (6) Tahapan penilaian dan umpan balik b) Data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan metode eklektik dalam menangani masalah-masalah siswa, meliputi: (1) Guru BK (a) Pengetahuan dan penguasaan materi guru BK (b) Kualifikasi pendidikan dan pengalaman guru BK (2) Siswa (a) Keberanian siswa mengungkapkan masalahnya (b) Motivasi siswa memecahkan masalahnya (3) Waktu (a) Waktu tatap muka 2) Data Penunjang Data yang berkenaan dengan lokasi/objek penelitian, berupa gambaran umum lokasi penelitian yang meliputi: a) Letak geografis SMP 2 Negeri Martapura b) Keadaan SMP 2 Negeri Martapura, yang meliputi: (1) Keadaan guru (2) Keadaan siswa b. Sumber data Yang meliputi sumber data dalam pengumpulan data-data di atas adalah:
178 Ta’lim Muta’allim, Vol. III Nomor 05 Tahun 2012 1) Responden, Dua orang guru BK SMP 2 Negeri Martapura 2) Informan, Kepala sekolah SMP 2 Negeri Martapura 3) Tata usaha SMP 2 Negeri Martapura c. Teknik Pengumpulan Data Dalam rangka memperoleh data-data di atas dilakukan beberapa teknik, sebagai berikut: 1) Observasi, Teknik ini dilakukan secara langsung oleh penulis untuk mengetahui tentang lokasi penelitian guna mendapatkan data tentang penerapan metode eklektik dalam menangani masalah-masalah siswa. 2) Wawancara, Teknik ini disebut komunikasi langsung, karena penulis ingin mendapatkan data langsung dengan sumber data untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan penerapan metode eklektik di SMPN 2 Martapura. 3) Dokumenter, Teknik ini penulis gunakan untuk mendapatkan data tentang gambaran umum lokasi penelitian yang meliputi latar belakang objek, letak geografis SMP 2 Negeri Martapura, tata usaha SMPN 2 Martapura, keadaan SMP 2 Negeri Martapura, sesuai dengan pemeriksaan dan pencatatan yang terdapat dalam dokumen yang ada di kantor Kepala Sekolah SMPN 2 Martapura. H. Temuan Hasil Penelitian 1. Data tentang penerapan metode eklektik oleh guru BK SMP Negeri 2 Martapura Untuk mengetahui penerapan metode eklektik oleh guru BK dalam mengatasi siswa bermasalah di SMP Negeri 2 Martapura dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka penulis telah melakukan penelitian langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi dari tanggal 04 sampai dengan 30 oktober 2012, data yang terkumpul disajikan dalam bentuk deskriftif. Dalam pelaksanaan konseling eklektik terdapat berbagai tahapan-tahapan. Data yang berkenaan dengan tahapan dalam pelaksanaan metode eklektik dalam menangani siswa yang bermasalah, meliputi:
Raihanatul Jannah, Penerapan Metode Eklektik oleh Guru Bimbingan Konseling …
183
yang diberikan izin oleh Kepala Sekolah untuk mengikutinya. Dalam hal dukungan kepala sekolah terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru BK, maka kepala sekolah sangat mendukung dan menganjurkan guru BK untuk mengikuti kegiatan apapun yang pada dasarnya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru tersebut. Pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti guru BK SMPN 2 Martapura diantaranya: Pelatihan guru Bimbingan dan Konseling di Bandung tahun 2007. Pelatihan guru Bimbingan dan Konseling di Palembang tahun 2009. Pelatihan guru Bimbingan dan Konseling dari dinas pendidikan setiap 1 semester. b. Faktor siswa 1) Keberanian siswa mengungkapkan masalahnya Berdasarkan observasi dan wawacara dengan AS dan MY tanggal 04 Oktober, siswa-siswa SMP Negeri 2 Martapura kurang berani mengungkapkan masalahnya. Oleh karena itu jika ada siswa yang bermasalah maka guru BK yang memanggil siswa bersangkutan ke ruang BK. Kemudian siswa diminta mengungkapkan masalah yang selanjutnya diselesaikan oleh guru BK dan pihak-pihak yang bersangkutan, akan tetapi menurut AS “memang ada satu atau dua siswa yang berani datang sendiri kepada guru BK tanpa dipanggil”. Terkadang AS dan MY berjalan menjemput anak yang enggan di panggil ke ruang BK. 2) Motivasi siswa memecahkan masalah Berdasarkan observasi dan wawacara dengan guru BK, siswa-siswa SMP Negeri 2 Martapura ada yang sangat termotivasi dan ada juga yang kurang motivasi untuk memecahkan masalahnya ketika dipanggil oleh guru BK. Bagi siswa yang termotivasi, jika diminta mengungkapkan masalahnya ketika di ruang BK mereka selalu berterus-terang tentang masalah yang dihadapinya. Sedangkan siswa yang tidak termotivasi menurut AS dan MY terkadang hanya banyak diam, hal ini diakibatkan kurangnya peran orangtua yang bersangkutan terhadap masalah anaknya.
182 Ta’lim Muta’allim, Vol. III Nomor 05 Tahun 2012 lagi. Antara lain memberikan sangsi/hukuman atau dengan perjanjian yang disetujui olah orang tua/wali murid. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Metode Eklektik Guru BK SMP Negeri 2 Martapura a. Faktor Guru BK 1) Pengetahuan dan penguasaan materi Berdasarkan wawancara dan dokumentasi dapat diketahui bahwa guru BK SMP Negeri 2 Martapura merupakan guru yang memiliki pengetahuan yang cukup baik dibidangnya, kerena AS dan MY sudah memiliki pengalaman yang banyak dalam bimbingan konseling dan merupakan guru yang berkompeten terhadap penyelesaian masalah-masalah siswa. 2) Kualifikasi pendidikan dan pengalaman Dilihat dari latar belakang pendidikan, 2 orang guru BK SMP Negeri 2 Martapura merupakan guru yang profesional dengan predikat Sarjana Strata 1 (S1) jurusan BK dan mempunyai pengalaman mengajar yang cukup. Dari hasil wawancara dan dokumentasi yang penulis lakukan dapat diketahui para guru BK telah memiliki pengalaman mengajar yaitu: a) AS, mengajar sejak 1985 sampai sekarang atau pengalaman mengajar kurang lebih 27 tahun. Beliau pernah mengajar di SMP 1 Martapura sebagai guru BK selama 25 tahun. Di SMPN 2 Beliau mengajar bimbingan konseling di kelas IX dan VIII. b) MY, mengajar sejak 1998 sampai sekarang atau pengalaman mengajar kurang lebih 14 tahun. Beliua pernah mengajar di SMA 1 Sungai Tabuk. Di SMPN 2 matapura beliau menagjar di kelas VII dan VIII. 3) Pendidikan tambahan atau pelatihan Dari hasil wawancara dengan guru BK berkaitan dengan pendidikan tambahan dan pelatihan bagi guru BK maka diperoleh data bahwa guru BK SMP Negeri 2 Martapura selalu aktif mengikuti pendidikan atau pelatihan yang diadakan setiap bulan oleh dinas pendidikan. Serta pelatihan-pelatihan di luar daerah
Raihanatul Jannah, Penerapan Metode Eklektik oleh Guru Bimbingan Konseling …
179
a. Tahapan eksplorasi Di SMPN 2 Martapura, guru BK ada 2 orang dalam pelaksanaan konseling terhadap siswa yang bermasalah terlebih dahulu mengenal siswa dan sifat-sifatnya. Selain mengadakan pengamatan terhadap siswa, guru BK juga mengetahui keadaan siswa dari data siswa yang ada kantor TU, guru mata pelajaran dan teman-temannya. Hal ini merupakan langkah awal supaya memudahkan tahapan ekplorasi. Setelah itu baru guru BK memulai hubungan baik dengan siswa yang bermasalah. Menurut AS dan MY sering memberikan pertanyaan yang mudah terhadap siswa bermasalah, sehingga siswa tersebut merasa diperhatikan. Dengan demikian memudahkan membuat hubungan baik dengan siswa. Karena setiap seminggu sekali guru BK mengajar tentang bimbingan konseling di setiap kelas. Keadaan ini sangat membantu dalam proses tahapan awal dalam pelaksanaan konseling. b. Tahapan perumusan masalah Menurut AS dan MY, setelah beliau memangil siswa yang bermasalah ke ruang BK. Beliau membuat kesepakatan dengan siswa untuk penentuan perumusan dalam menangani masalah, tanpa memberatkan siswa. Dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk menceritakan masalah yang dihadapinya. Kemudian kata beliau “apa yang engkau kehendaki sekarang”. Kemudian setelah siswa menceritakan masalah yang dihadapi dan kehendak siswa. Baru AS dan MY memberikan nasehat dan akibat-akibat yang akan menimpa siswa apabila tidak berhenti atau mengulangi. Misalnya masalah siswa yang suka membolos, setelah memanggil siswa yang bersangkutan ke ruang BK dan mendengarkan cerita dan sebab membolosnya siswa. Baru beliau menasehati dan memberitahukan bahwa membolos tidak baik dan tidak ada gunanya. Bolos itu sama saja tidak sekolah atau alpa, yang bisa mengakibatkan tidak naik kelas. Beliau juga membawa siswa untuk membuat perumusan dalam penyelesaian masalah, yaitu menetapkan tujuan, apa yang dilakukan dan tindak lanjut. Serta membuat kesepakatan dengan
180 Ta’lim Muta’allim, Vol. III Nomor 05 Tahun 2012 siswa dalam mengatasi masalah siswa. Yakni kesepakatan bila siswa masih membolos, maka akan dipanggil orang tua atau wali dan diskorsing. c. Tahap identifikasi masalah Setelah mengetahui masalah yang dihadapi oleh siswa dengan mempelajari sebab terjadinya masalah dari cerita yang disampaikan oleh klien (siswa), baru bersama-sama membuat alternatif pemecahan masalah. Menurut AS dan MY, beliau sering memberikan pendapat atau cara dalam pemecahan masalah siswa. Contohnya masalah bolos sekolah, setelah mengetahui sebabsebab sering bolosnya siswa, antara lain: bosan dengan guru, tidak suka dengan pelajaran, merasa tidak paham dengan pelajaran dll. Beliau memberikan pilihan alternatif kepada siswa, yaitu: misalnya bosan dengan guru, beliau menyarankan supaya siswa tidak selalu memperhatikan gerakan guru yang bersangkutan atau siswa mencoba selalu berprasangka baik dengan guru tersebut. Tidak suka dengan pelajaran, beliau menyarankan bahwa semua pelajaran itu harus disukai supaya mudah dipahami atau siswa jangan membenci pelajaran tetapi menyukai gurunya, dengan demikian bisa menyukai pelajarannya. Merasa tidak paham dengan pelajaran, beliau menyarankan supaya selalu mengikuti pelajaran dengan baik. Kerena sedikit demi sedikit akan paham dengan pelajaran atau berusaha memahami pelajaran dengan cara meminta guru kembali menjelaskan misalnya ada yang kurang jelas, atau bertanya dengan teman yang sudah paham di luar jam pelajaran. Dengan demikian siswa dapat menentukan pilihannya atau bahkan dapat membuat sendiri cara mengatasi masalah yang menurutnya mudah dilakukan. Kerena siswa memiliki pandangan dalam menentukan tahapan identifikasi. d. Tahapan perencanaan Setelah mengadakan identifikasi bersama siswa yang bermasalah. Menurut As dan MY, baru membuat perencanaan bersama-sama, supaya penyelesaian masalah bisa dilaksanakan dengan baik. Dalam perencanaan terdapat apa yang dilakukan, kapan waktu pelaksanaan dan apa yang dilakukan bila siswa tidak melaksanakan perencanaan yang sudah direncanakan.
Raihanatul Jannah, Penerapan Metode Eklektik oleh Guru Bimbingan Konseling …
181
Misalnya masalah bolos sekolah, menurut AS dan MY; beliau meminta siswa yang bermasalah melapor setiap istirahat kepada guru BK. Hal ini dilaksanakan selama dua minggu, bila siswa tidak melakukan maka ada sangsi yang sesudah disepakati, contohnya membersihkan ruangan (menyapu atau membersihkan kaca). e. Tahap tindakan atau komitmen Pada tahap selanjutnya hasil perencanaan kemudian dilaksanakan. Disini peran guru BK dalam mengawasi perilaku siswa dalam pelaksanaan perencanaan. Misalnya masalah bolos, menurut MY; yakni guru BK harus selalu ada di tempat sewaktu siswa melapor dan penyapaan yang baik waktu siswa masuk ruangan BK. Selain itu terkadang AS dan MY sering mengawasi waktu masuk mengajar materi bimbingan dan konseling. Serta menanyakan keadaan siswa yang bermasalah kepada temanteaman dekatnya dan guru mata pelajaran. f. Tahap penilaian dan umpan balik Menurut MY “bila ada siswa yang tidak berhasil dalam menangani masalah, dengan segera beliau memangil orang tua/ wali murid”. Sehingga permasalahan disampaikan di depan orang tua/wali murid dan merencanakan langkah penyelesaian masalah yang sesuai. Menurut AS, terkadang orang tua/wali siswa terkejut mendengar bahwa anaknya bermasalah di sekolah. Setelah mengadakan perencanaan dan perjanjian terhadap siswa dan orang tua/wali. Contohnya masalah anak yang sering bolos sekolah. Setelah dipanggil anak yang bersangkutan ke ruang BK dan siswa menjelaskan kenapa sering membolos, kemudian guru BK memberikan nasehat dan teguran. Serta cara yang disepakati dalam penanganan masalah yang dihadapi siswa. Namun bila anak tersebut tetap melanggar, maka dipanggil orang tua/walinya supaya datang kesekolah. Sehingga orang tua/ wali mengetahuai masalah yang sedang dihadapi oleh anaknya. Kemudian merencanakan penyelesaian secara bersamasama, bagaimana jalan yang terbaik supaya anak tidak membolos