Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X PENERAPAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA DI KELAS IV SD INPRES 1 TANAMODINDI Selfin Ostarina Pagalu 1*, Saharudin Barasandji 2*, Siti Harisah 3* Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan media gambar seri dalam pembelajaran bercerita di kelas IV SD Inpres 1 Tanamodindi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan media gambar seri dalam pembelajaran bercerita di kelas IV SD Inpres 1 Tanamodindi. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu peneliti mengumpulkan data dengan cara langsung pada situasi tempat penelitian melalui observasi/pangamatan dan wawancara dengan orang yang telah ditetapkan sebagai sampel. Teknik pengumpulan data yaitu menggunakan lembar observasi guru dan siswa, angket minat siswa dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Hasil yang diperoleh dari pengamatan peneliti selama pembelajaran berlangsung yaitu: (1) meningkatkan pemahaman siswa setelah penggunaan media gambar seri dalam pembelajaran bercerita, (2) menimbulkan minat siswa belajar bahasa Indonesia yang dibuktikan dengan hasil angket yang dibagikan kepada masing-masing siswa setelah pembelajaran, (3) kemampuan siswa bercerita nampak saat guru menyuruh siswa menampilkan hasil ceritanya di depan guru dan teman-temannya.
Kata kunci: Media Gambar Seri, Pembelajaran Bercerita
1
Mahasiswa Program Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Tadulako Pembimbing I, Dosen Program Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Tadulako 3 Pembimbing II, Dosen Program Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Tadulako 2
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X
I.
Pendahuluan Pembelajaran bahasa mempunyai tujuan agar siswa terampil berbahasa yang
meliputi keterampilan berbicara atau bercerita, keterampilan menyimak, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Untuk berinteraksi dengan lingkungan, anak akan dituntut untuk dapat berbicara, selain itu lingkungan memberikan pula pelajaran terhadap tingkah laku dan ekspresi serta penambahan perbendaharaan kata. Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. (Djago Tarigan, 1990:149). Dipandang dari segi bahasa menyimak dan berbicara dikategorikan sebagai keterampilan berbahasa lisan. Dari segi komunikasi, menyimak dan berbicara diklasifikasikan sebagai komunikasi lisan. Berbagai upaya dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan anak dalam bercerita, termasuk siswa Sekolah Dasar (SD) dan lebih khususnya di kelas IV SD Inpres 1 Tanamodindi. Namun kenyataannya, pembelajaran bercerita di sekolah sering kurang dianggap perlu dan kurang ditangani serius, sebab dianggap siswa sudah bisa berbicara dan dapat dipelajari secara informal di luar sekolah. Kondisi tersebut, guru menganggap tidak perlu memberikan penekanan kegiatan bercerita dalam kurikulum di SD. Pembelajaran bahasa lebih ditekankan pada kegiatan membaca dan menulis. Selain permasalahan yang dipaparkan di atas, permasalahan yang terjadi ketika penulis melakukan observasi pada siswa kelas IV SD Inpres 1 Tanamodindi. Nampak bahwa sebagian besar siswa yang mengalami kesulitan ketika dalam pembelajaran bercerita, antara lain: lama memikirkan kalimat yang digunakan dalam bercerita, penggunaan dan memilih kata dalam menuangkan buah pikirannya (sering mengulang kata “lalu” dan “terus”), isi kalimat relatif tidak menggambarkan topik, dan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain tidak berkesinambungan. Adapun penyebab munculnya masalah tersebut yaitu: 1) guru dalam masih mengajar menggunakan metode secara konvensional, 2) rendahnya pemanfaatan media pembelajaran sebagai penunjang pembelajaran yang inovatif, 3) kurangnya
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X perhatian siswa ketika guru menjelaskan pelajaran atau kegiatan belajar mengajar berlangsung, 4) siswa belum termotivasi dalam menyusun kalimat dalam bercerita, 5) siswa tidak bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan, dan 6) kurangnya pemahaman tentang cara menyampaikan imajinasi dalam bentuk cerita. Pada waktu siswa masuk ke SD, tentunya dengan kemampuan berbicara yang beragam. Guru bertanggung jawab untuk menguatkan kemampuan bercerita siswa yang beragam tersebut. Namun untuk memperbaiki hal itu perlu waktu, karena sikap berubah secara perlahan dan dipengaruhi berbagai faktor, baik dalam maupun lingkungan sekolah. Oleh karena itu, pembelajaran bercerita di SD perlu direncanakan dan dikembangkan oleh guru. Masa usia SD masa yang sangat baik untuk mengembangkan kemampuan bercerita siswa. Untuk mengantisipasi masalah tersebut para guru dapat menggunakan media pembelajaran. Menurut Arsyad, Azhar (2007: 15) mengemukakan bahwa” pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa”. Salah satu media pembelajaran yang akan digunakan adalah media gambar seri dalam pembelajaran karena tujuan utama dan pembelajaran tiada lain untuk mencapai sesuatu yaitu belajar yang optimal, prestasi belajar yang memuaskan yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan efisien. Hal ini ditegaskan oleh (Rosmiati, 1992:53), bahwa media pendidikan dapat berperan dalam membuktikan informasi yang diterima siswa secara verbal atau tulisan, juga memperoleh dari objek yang sesungguhnya atau yang mendekati yang sebenarnya. Penggunaan media gambar seri untuk membantu kegiatan proses pembelajaran, memberikan kegiatan yang menarik dan menyenangkan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis mengambil judul “Penerapan Media Gambar Seri dalam Pembelajaran Bercerita di kelas IV SD Inpres 1 Tanamodindi”. Alasan memilih judul ini adalah: guru belum pernah diterapkan dalam pembelajaran bercerita dan penggunaan media bergambar dapat menarik perhatian untuk siswa di SD. Menurut Purwanto dan Alim (1997: 63) menyatakan bahwa penggunaan media gambar seri dapat melatih anak menentukan
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X pokok pikiran menjadi karangan. Penggunaan media gambar seri merupakan suatu upaya yang mampu merangsang pola pikir, menarik perhatian siswa, menambah wawasan, dan penalaran siswa. Berdasarkan pendapat tersebut, gambar seri mampu merangsang pikiran siswa untuk mengembangkan penalaran yang dimiliki ke dalam sebuah tulisan dengan berbantuan gambar. Siswa diberi kesempatan untuk membuat karangan atau melukiskan pikirannya menjadi sebuah cerita dan siswa tidak merasa haknya digantikan oleh guru dalam menuangkan buah pikirannya. Dengan demikian gambar seri mampu melatih siswa meningkatkan keterampilan bercerita dari gambar menjadi kata, kata dikembangkan menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf sehingga terbentuk sebuah cerita yang utuh. II. Metode Penelitian Jenis
penelitian
ini
merupakan
penelitian
kualitatif,
yaitu
peneliti
mengumpulkan data dengan cara langsung pada situasi tempat penelitian melalui observasi/pangamatan dan wawancara dengan orang yang telah ditetapkan sebagai sampel. Penelitian menggunakan metode penelitian diskriptif, yaitu jenis penelitian yang menggambarkan berbagai kondisi dan situasi yang ada, penulis mencoba menjabarkan kondisi konkrit dari obyek penelitian dan selanjutnya akan dihasilkan diskripsi tentang obyek penelitian. Dipandang dari segi tempatnya, research atau penelitian dapat digolongkan menjadi research laboratorium, research perpustakaan dan research kancah. Yang menjadi kajian penelitian ini adalah penerapan media gambar seri dalam pembelajaran bercerita pada siswa kelas IV SD Inpres 1 Tanamodindi. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif analisis, dimana penelitian ini hanya melukiskan suatu objek tertentu, kemudian setelah data terkumpul dilakukanlah analisa data untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data di lapangan. Sedangkan instrument pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrument pendukung. Oleh karena itu,
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif berinteraksi dengan informan dan atau sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Inpres 1 Tanamodindi. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu suatu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat sampel yang sudah diketahui sebelumnya (Sugiyono, 2009). Sedangkan pemilihan sampel tidak bergantung pada kuantitas tetapi lebih pada kualitas orang yang akan diteliti yang disebut sebagai informan. Sampel dalam penelitian ini guru dan siswa kelas IV SD Inpres 1 Tanamodindi. Sumber data primer dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Data primer yang terdapat dalam penelitian ini berupa data yang diperoleh dari hasil observasi dengan sampel penelitian. Peneliti menggunakan data tersebut untuk mendapatkan informasi lansung tentang penggunaan media gambar seri dalam pembelajaran bercerita. Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan guru yang diteliti. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Inpres 1 Tanamodindi. Dalam mengumpulkan data digunakan metode pengumpulan data yaitu: a.
Observasi Observasi adalah studi yang sengaja dan sistematis tentang fenomena sosial
dan gejala-gejala psikis dengan pengamatan dan pencatatan. Dari beberapa jenis observasi, penulis memakai observasi jenis non-partisipan yaitu proses pengamatan dimana observer tidak berkali-kali langsung mengadakan pengamatan atau ambil bagian dalam kegiatan dan kehidupan yang diobservasi atau diteliti. Metode ini penulis gunakan untuk memeroleh data tentang :
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X 1) Kondisi kelas IV SD Inpres 1 Tanamodindi 2) Bagaimana proses penerapan media gambar seri 3) Penggunaan media gambar seri dalam pembelajaran bercerita. b.
Dokumentasi Metode dokumentasi digunakan sebagai metode bantu atau pelengkap untuk
memperoleh data sekunder yang berbentuk catatan-catatan atau dokumen. Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data antara lain : 1) Profil data SD Inpres 1 Tanamodindi 2) Keadaan Guru di SD Inpres 1 Tanamodindi 3) Penerapan media gambar seri dalam proses pembelajaran bercerita. Tahap-tahap kegiatan analisis data kualitatif menurut Miles dan Hilberman dalam Iskandar (2009) adalah sebagai berikut: 1 Reduksi Data (Data Reduction) Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatancatatan lapangan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah menajamkan analisis, menggolongkan atau pengkategorisasian ke dalam tiap permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sehingga kesimpulan- kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Data yang direduksi antara lain seluruh data mengenai permasalahan penelitian dan kemudian dilakukan penggolongan ke dalam beberapa bagian. Adapun perolehan data mengenai hal-hal yang tidak relevan dengan penelitian, sebaiknya tidak dimasukkan dalam penyajian hasil, namun tetap disimpan untuk masa yang akan datang jika diperlukan. Dengan demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesisifk dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari data tambahan jika diperlukan. Semakin lama peneliti berada di lapangan, jumlah data akan semakin banyak, semakin kompleks dan rumit. Untuk itulah diperlukan reduksi data sehingga data tidak betumpuk dan mempersulit analisis selanjutnya. 2. Penyajian Data (Data Display)
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X Setelah data direduksi, langkah analisis selanjutnya adalah penyajian (display) data. Penyajian data merupakan analisis merancang deretan dan kolom atau tabel untuk data kualitatif dan menentukan jenis serta bentuk data yang dimasukkan ke dalam tabel. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga makin mudah dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori, diagram alur (flow chart), dan lain sejenisnya. Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian. Penampilan atau display data yang baik dan jelas alur pikirnya merupakan hal yang sangat diharapakan oleh setiap peneliti. 3. Verifikasi (Conclusion Drawingi) Verifikasi atau penyimpulan adalah proses penampilan intisari, dari sajian yang telah terorganisir tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat atau informasi yang singkat dan jelas. Dalam penganalisisan data ini penulis menggunakan analisa induktif yaitu cara penganalisaan yang bertitik tolak dari hal-hal yang khusus kemudian disimpulkan secara umum. Sebagaimana dikemukakan Sutrisno (1989:42) bahwa: “Berfikir induktif adalah cara berfikir yang berangkat dari fakta-fakta khusus atau peristiwaperistiwa yang konkret, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus yang konkret itu ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum”. III. Hasil Penelitian Aktivitas siswa selama pembelajaran di kelas dilakukan dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Hasil observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada Tabel 1, 2, dan 3 Tabel 1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Pertemuan 1 SKOR N o
Aspek yang dinilai
1 Jml Siswa
2 %
Jml Siswa
%
3 Jml Siswa
%
4 Jml Siswa
%
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X 1
2
3
4
5 6
Kesiapan Siswa mengikuti kegiatan belajar bercerita dengan menggunakan media gambar seri Perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Keaktifan siswa dalam mengembangkan pikirannya dengan cara mengurutkan gambar seri Kemampuan siswa menggunakan media gambar seri secara lengkap dalam kegiatan bercerita Kemampuan menyajikan hasil kerja secara individu Aktivitas siswa dalam menyelesaikan tugas individu
18
62,1
5
17,2
4
13,8
2
6,9
24
82,8
3
10,3
0
0,0
2
6,9
27
93,1
0
0,0
0
0,0
2
6,9
2
6,9
18
62,1
8
27,6
1
3,4
2
6,9
16
55,2
10
34,5
1
3,4
25
86,2
3
10,3
0
0,0
0
0,0
Berdasarkan Tabel 1 tampak bahwa dari 6 aspek penilaian, belum menunjukkan hasil yang diharapkan, sebab nilai persentase dari keenam aspek yang diamati, rata-rata tinggi pada nilai 1. Masih ada kekurangan dalam pertemuan 1 ini. beberapa siswa yang dinilai 1 (kurang) pada semua aspek penilaian. Misalnya aspek “Keaktifan siswa dalam mengembangkan pikirannya dengan cara mengurutkan gambar seri”, terdapat 27 siswa yang dinilai kurang sebab siswa-siswa tersebut kurang tepat dalam mengurutkan gambar terkecoh dengan gambar yang ditampilkan guru. Siswa harus lebih cermat mengamati gambar, sehingga tidak keliru dalam menyusun cerita. Pada aspek “Perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran”, terdapat
24 siswa
yang dinilai
kurang sebab saat
guru
memperlihatkan, siswa cenderung saling bertanya kepada teman gambar yang diperlihatkan guru, sehingga suasana kelas menjadi ribut dan perhatian kepada guru kurang terfokus. Sama halnya pada aspek “aktivitas siswa dalam menyelesaikan tugas individu” terdapat 25 siswa dinilai kurang sebab tidak tepat mengerjakan tugas dan terkadang menyontek kepada teman duduknya. Kekurangan yang terdapat pada pertemuan I dalam kaitannya dengan keaktifan siswa akan menjadi perhatian guru pada pertemuan berikutnya. Siswa yang kurang aktif dan keliru mengerjakan tugas
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X menulis cerita diberikan bimbingan dan diberikan motivasi untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami. Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Pertemuan 2 SKOR N o 1
2
3
4
5 6
Aspek yang dinilai Kesiapan Siswa mengikuti kegiatan belajar bercerita dengan menggunakan media gambar seri Perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Keaktifan siswa dalam mengembangkan pikirannya dengan cara mengurutkan gambar seri Kemampuan siswa menggunakan media gambar seri secara lengkap dalam kegiatan bercerita Kemampuan menyajikan hasil kerja secara individu Aktivitas siswa dalam menyelesaikan tugas individu
1 Jml Siswa
2
3 Jml Siswa
4 Jml Siswa
%
Jml Siswa
%
12
41,4
4
13,8
8
27,6
5
17,2
20
69,0
4
13,8
3
10,3
2
6,9
20
69,0
3
10,3
3
10,3
3
10,3
2
6,9
16
55,2
9
31,0
2
6,9
2
6,9
16
55,2
10
34,5
1
3,4
15
51,7
6
20,7
5
17,2
3
10,3
%
%
Berdasarkan Tabel 2 tampak bahwa dari 6 aspek penilaian, masih didominasi oleh nilai 1 (kurang), namun sudah memperlihatan peningkatan dari pertemuan sebelumnya. Pada aspek perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, terdapat 20 siswa yang dinilai kurang, sebab siswa cenderung sibuk menulis saat guru menjelaskan. Pada aspek keaktifan siswa dalam mengembangkan pikirannya dengan cara mengurutkan gambar seri, dalam hal ini hanya sebagian kecil siswa yang bisa menebak urutan gambar dengan benar dan menghasilkan cerita yang sesuai dengan gambar. Untuk meningkatkan kemampuan siswa menyusun gambar seri, guru memberikan lebih banyak contoh dan memberikan kesempatan masing-masing siswa untuk berlatih menyusun gambar pada lembar kerja yang dibagikan. Aspek aktivitas siswa dalam menyelesaikan tugas individu juga dominan siswa dinilai kurang sebab tugas cerita yang diselesaikan siswa belum memenuhi nilai yang ditetapkan.
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Pertemuan 3 SKOR N o 1
2
3
4
5 6
Aspek yang dinilai Kesiapan Siswa mengikuti kegiatan belajar bercerita dengan menggunakan media gambar seri Perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Keaktifan siswa dalam mengembangkan pikirannya dengan cara mengurutkan gambar seri Kemampuan siswa menggunakan media gambar seri secara lengkap dalam kegiatan bercerita Kemampuan menyajikan hasil kerja secara individu Aktivitas siswa dalam menyelesaikan tugas individu
1 Jml Siswa
2
3 Jml Siswa
4 Jml Siswa
%
Jml Siswa
%
4
13,8
3
10,3
15
51,7
7
24,1
8
27,6
7
24,1
8
27,6
6
20,7
6
20,7
2
6,9
14
48,3
7
24,1
1
3,4
5
17,2
15
51,7
8
27,6
1
3,4
6
20,7
12
41,4
10
34,5
2
6,9
3
10,3
14
48,3
10
34,5
%
%
Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa dari 6 aspek penilaian, menunjukkan hasil lebih baik dari pertemuan 2. Meskipun guru yang menyiapkan gambar seri, namun siswa dilibatkan dalam kegiatan menyusun gambar. Media gambar seri merupakan komponen dari media gambar sebagai alat bantu penyampaian materi pelajaran dan membantu mempercepat pemahaman atau pengertian pada siswa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Siswa menjadi aktif karena motivasi belajar meningkat.
IV. Pembahasan Penelitian ini dilakukan pada tanggal 13 s/d 16 November 2015. Peneliti mengamati guru dan siswa dalam proses pembelajaran menggunakan media gambar seri. Guru memberikan materi tentang menulis cerita dengan tema tata terti berlalu lintas. Guru menampilkan gambar secara acak dan meminta siswa untuk menyusun gambar sekaligus menyusun sebuah cerita. Menurut Darmiyati Zuhdi (1999:159) keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan menuangkan pikiran, gagasan, pendapat tentang sesuatu, tanggapan terhadap suatu pernyataan keinginan, atau
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X pengungkapan perasaan dengan menggunakan bahas tulis. Menulis sangat penting bagi pendidikan di sekolah, termasuk di SD karena para pelajar akan merasa mudah dan nyaman dalam berpikir secara kritis. Juga dapat memudahkan kita merasakan dan memperdalam daya tangkap atau persepsi, memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman. Tulisan membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita. Tidak jarang, kita menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang, gagasan-gagasan, masalah-masalah, dan kejadian-kejadian yang hanya dalam proses menulis yang aktual. Berdasarkan hasil pengamatan melalui penelitian, nampak pada pertemuan pertama, aktivitas siswa dinilai masih kurang sebab beberapa siswa yang saling bertanya dengan taman duduknya ketika guru memperlihatkan gambar, sehingga kurang memperhatikan penjelasan guru. Jika guru bertanya kepada siswa tentang materi menulis cerita dengan memilih topik yang sederhana tentang tata tertib berlalu lintas, ada beberapa siswa terlihat masih diam atau belum bisa menjawab pertanyaan, sebagian mau mengungkapkan pendapatnya dan ada pula yang hanya diam mendengarkan apa yang ditanyakan guru. Selain itu, siswa masih kurang cepat menyusun gambar seri yang diacak oleh guru. Guru memberikan contoh kepada siswa tentang bagaimana cara menulis cerita dengan benar dan terstruktur dimulai dari pengalaman yang pernah dialami dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan bercerita harus dimulai dari menentukan topik yang mudah diingat dan mendorong siswa merasa senang saat menuliskannya dalam karangan narasi, bagaimana cara menguraikan kata dan kalimat dengan gambar, bagaimana menentukan pilihan kata dan kalimat dengan gambar. Setelah memberikan contoh dan beberapa penjelasan tentang menulis cerita pengalamannya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih dengan tema yang ditentukan. Pada hasil pertemuan 2, peneliti melihat bahwa masih ada siswa yang kurang perhatian ketika guru memberikan contoh cara bercerita dengan benar, akibatnya ada siswa yang penggunaan tanda baca kurang tepat, penggunaan kata dan kalimat yang masih kurang tepat, dan adapula yang keliru mengurutkan gambar atau terbalik urutannya karena kurang teliti mengamati gambar. Peneliti mengamati pada saat siswa menulis cerita dan memperlihatkan hasil tulisan kepada guru serta pada saat
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X membacakan hasil karyanya di depan guru dan teman-temannya. Mereka belum memahami bahwa pada saat menulis cerita bukan hanya menulis cerita sesuai dengan gambar tetapi hal-hal penting seperti menguraikan kata, kalimat sesuai gambar dan khususnya pada penggunaan tanda baca dalam mengembangkan kerangka tulisan. Belajar dari pengalaman pada pertemuan 2, guru dan peneliti mendiskusikan hal-hal yang dianggap kurang, kemudian diperbaiki pada pertemuan 3 agar siswa lebih memahami cara menulis cerita dengan menggunakan media gambar seri. Berdasarkan hasil pengamatan pertemuan 3, tentunya terjadi perubahan dari pertemuan sebelumnya, dimana hasil yang diperoleh lebih baik dan terlaksana sesuai dengan rancangan penilaian. Rata-rata siswa sudah terlihat antusias menulis cerita, baik cerita dengan tema bebas, maupun tema yang ditentukan oleh guru melalui gambar-gambar seri yang disusun secara acak. Sebagian besar siswa sudah mampu menyusun gambar dengan lancar dan tepat. Selain dari kemampuan siswa menyusun gambar, sebagian besar siswa terlihat semakin berminat belajar bahasa Indonesia khusunya pada materi menulis cerita, karena gambar yang disajikan guru bervariasi dan berkaitan dengan kehidupan seharihari. Adapun kekeliruan kecil yang masih dilakukan oleh siswa adalah penggunaan huruf kapital dan tanda baca, meskipun guru telah memberikan penjelasan pada proses pembelajaran tentang penggunaan huruf kapital dan tanda baca dengan benar. Siswa yang melakukan kekeliruan dalam menulis cerita diberikan tugas tambahan agar siswa leih leluasa belajar dan memahami di rumah. Penggunaan media gambar seri yang dibuat pada charta dapat membantu siswa dalam mengembangkan ide dalam membuat suatu karangan, hal ini dapat dilihat cara siswa dalam mengaitkan gambar dengan lingkungan sekitar siswa yang dijadikan obyek dalam menulis cerita, sehingga memotivasi siswa untuk dijadikan pengalaman belajar. Seiring dengan aktivitas siswa yang meningkat pada setiap pertemuan, pembelajaran bercerita yang diperankan oleh guru juga semakin efektif. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi kegiatan guru, rata-rata hasil perolehan dalam kriteria sangat efektif. Artinya bahwa pembelajaran bercerita sangat efektif jika menggunakan media gambar seri.
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X Dalam menjalankan perannya sebagai guru, menyediakan media pembelajaran berupa media gambar seri untuk melihat keaktifan siswa dan memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis cerita. Guru memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kendala dalam menulis karangan dengan menggunakan media gambar seri meski tidak semua siswa berani bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan. Sementara perannya sebagai pengelola kelas selalu berupaya untuk memberikan dan mengajarkan yang terbaik kepada siswa agar mengerti dan memahami materi pembelajaran khususnya tentang bagaimana menulis cerita dengan benar dan sistematis. Berdasarkan analisis hasil penelitian, diketahui bahwa kemampuan siswa menulis cerita narasi setelah menggunakan media gambar seri dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mengalami peningkatan. Penggunaan media seri dalam proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat penerapan konsep yang dipelajari. Selain itu, media gambar seri sebagai perantara dalam proses pembelajaran menggambarkan atau memfisualisasikan materi ajar yang bertujuan untuk memudahkan siswa mengerti dan memahami secara optimal mengenai materi atau bahan ajar yang di berikan guru.
V. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media gambar seri di kelas IV SD Inpres 1 Tanamodindi dapat berhasil untuk mengurangi kesulitan belajar yang dialami siswa, khsusnya dalam pembelajaran bercerita. Hasil yang diperoleh dari pengamatan peneliti selama pembelajaran berlangsung yaitu: (1) meningkatkan pemahaman siswa setelah penggunaan media gambar seri dalam pembelajaran bercerita, (2) menimbulkan minat siswa belajar bahasa Indonesia yang dibuktikan dengan hasil angket yang dibagikan kepada masing-masing siswa setelah pembelajaran, (3) kemampuan siswa bercerita nampak saat guru menyuruh siswa menampilkan hasil ceritanya di depan guru dan teman-temannya. Oleh karena itu keterampilan guru dalam mengajar sangat diperlukan.
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X Berdasarkan hasil penelitian, saran penelitian ini sebagai berikut: (1) diharapkan guru menerapkan media gambar seri khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia mengenai menulis cerita agar memudahkan siswa dan melatih kemampuan berfikirnya. (2) diharapkan sekolah dapat menyediakan sarana dan prasarana penunjang keberhasilan pembelajaran.
VI. DAFTAR RUJUKAN Arsyad, Azhar. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Persada Iskandar. (2009). Metodologi Penenlitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Gaung Persada. Purwanto, N, dan Alim, D. (1997). Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta: Rosda Jayaputra Sutrisno. (1989). Metodologi Research Jilid I & II. Yogyakarta : Andi Offset Tarigan, HG. (ed). (1981). Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa