PENERAPAN MANAJEMEN BUDAYA SEKOLAH ISLAMI DI SD ISLAM SULTAN AGUNG 04 SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam (KI)
Disusun Oleh: Usfuriyah O63311030
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
i
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Prof. Dr. Hamka Kampus II Telp. 7601295 Fak. 7615387 Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING Semarang, 29 Desember 2010 Lamp : 4 (Empat) Eksemplar Hal : Naskah Skripsi An. Sdri. Usfuriyah
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi saudari: Nama : Usfuriyah NIM : 063311030 Judul : PENERAPAN MANAJEMEN BUDAYA SEKOLAH ISLAMI DI SD ISLAM SULTAN AGUNG 04 SEMARANG Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat dimunaqosahkan. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Pembimbing I
Pembimbing II
Fatah Syukur, NC, M.Ag. NIP. 19681212 199403 1 003
Ismail, SM, M.Ag. NIP. 19711021 199703 1 002
ii
PENGESAHAN
Tanggal
Tanda Tangan
Ismail SM., M.Ag. Ketua Sidang
__________
____________
Yunita Rahmawati, M.A. Sekretaris Sidang
__________
____________
Drs. Wahyudi, M.Pd. Penguji I
__________
____________
Hj. Lift Anis Ma’sumah, M.Ag. Penguji II
__________
____________
iii
MOTTO
}‘Ïd ÓÉL©9$$Î/ Oßgø9ω»y_ur ( ÏpuZ|¡ptø:$# ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ y7În/u‘ È@‹Î6y™ 4’n<Î) äí÷Š$# 4. ß`|¡ômr& “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (Q.S. An Nahl:125) 1
1
Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an Perkata Dilengkapi dengan Asbabunnuzul&Tarjamah, (Jakarta; Maghfirah Pustaka,2009),cet.3, hlm. 525.
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Kedua orang tua tercinta Bapak M. Zuhairi dan Ibu Purwati 2. Semua keluarga di Mlilir-Gubug dan Sidayu-Gresik 3. Almamater yang penulis banggakan
v
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 17 Desember 2010 Deklarator,
Usfuriyah NIM. 063311030
vi
ABSTRAK
Usfuriyah (NIM. 063311030). Penerapan Manajemen Budaya Sekolah Islami di SD Islam Sultan Agung 04. Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:1) Bagaimana pengelola SD Islam Sultan Agung 04 menerapkan manajemen budaya sekolah Islami (BUSI) di lembaga mereka. 2) Gambaran tentang beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan manajemen budaya sekolah Islami (BUSI). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif lapangan dengan teknik pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini berupa teknik analisis deskriptif, yaitu metode analisis data yang berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Temuan penelitian ini yaitu meliputi: 1) SD Islam Sultan Agung merasa perlu untuk mengelola budaya dalam hubungannya dengan meningkatkan mutu sekolah secara kultural, hal ini mengacu pada visi pendirinya, membangun generasi khaira ummah yang dipengaruhi oleh cita-cita internal dan tuntutan eksternal, maka dibentuklah budaya sekolah Islami (BUSI) pada 2008 dan resmi diterapkan pada 2009. Gerakan ini diimplementasikan dalam bentuk membangun budaya iqra’ dan Pengembangan budaya akhlakul karimah. Dalam pengembangan gerakan ini, identitas sebagai sekolah Islam tidak hanya berfungsi sebagai simbol untuk melengkapi nama sekolah, tetapi gerakan ini menjadi spirit utama yang menjadi pemompa stamina para pengelola lembaga untuk mewujudkan visi misi. Manajemen BUSI di SD Islam Sultan Agung 04 dapat dikategorikan sudah cukup baik (belum 100%), dengan indikator keberhasilan 70%, yaitu dapat diketahui dari terlaksananya beberapa kegiatan yang sesuai dengan dokumen (perencanaan), meningkatnya prestasi akademik serta masih terdapat beberapa yang tidak sesuai dengan dokumen. 2) Adapun faktor pendukung dan juga penghambat dalam penerapan manajemen budaya sekolah Islami (BUSI) di SD Islam Sultan Agung 04 meliputi: Faktor pendukung, komitmen dari top manajemen, dedikasi anggota, adanya sistem reward and punishment, dan ketersediaan fasilitas pendidikan yang representatif. Faktor penghambat, Belum optimalnya tugas tim BUSI (siswa), belum optimalnya penerapan sanksi, kekhawatiran anggota akan persepsi masyarakat sebagai sekolah yang banyak aturan, dan bergaris keras, ketidak siapan pihak internal akan konsekwensi logis yang harus dilaksanakan dalam perwujudan suasana keagamaan di sekolah. Selanjutnya, semoga penelitian ini dapat menjadi khazanah dan masukan bagi pengelola, bahan informasi bagi civitas akademika dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan yang mengajari kita ilmu dengan pena dan mengajari manusia atas apa-apa yang tidak diketahui. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita, manusia yang paling mulia, Nabi besar Muhammad Saw, berikut keluarga dan sahabat-sahabat beliau... Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. Ismail, SM, M.Ag. selaku Ketua jurusan dan Mustofa, M.Ag. selaku Sekretaris jurusan Kependidikan Islam atas masukan dan semangatnya. 3. Drs. H. Fatah Syukur, M.Ag, dan Ismail, SM, M.Ag. yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing serta mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Para dosen serta staf pengajar dan pegawai di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali penulis dengan berbagai pengetahuan. 5. Kepala Sekolah, Tim Motivator BUSI, Pengawas Dikdasmen, semua staf pengajar, pegawai dan siswa/siswi SD Islam Sultan Agung 04 Semarang, terima kasih atas bantuan dan dukungan datanya selama penelitian. 6. Bapak, Ibu, dan seluruh keluarga tercinta yang selalu memberi nasihat, motifasi dan doanya untuk penulis. 7. Kawan-kawan Qoz S-19, Mba’ Alya, Nanik, Titin, Nining, Iin, Hany’, Novi, ini bukanlah akhir dari persahabatan kita. 8. Navis, Felis, Iib, Yuyun, Mbak Mif, Iping, Anam, Oceh, Kang Tohar, Ulil, Nita dan kawan-kawan KI 2006 terima kasih atas kebersamaan yang sarat makna. 9. Teman-teman Ex-Mambaus Sholihin Suci Manyar Gresik, terima kasih atas semangat dan doanya.
viii
10. Teman-teman KI 2005, 2007, dan 2008 terima kasih untuk semangat dan semua masukannya. 11. Kawan-kawan Nafilah, teman-teman PPL SMP Hidayatullah serta rekanrekan KKN desa Batursari, semoga kita selalu berada dijalan-Nya. 1. Semua pihak yang telah memberi dukungan baik moril maupun materiil yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberi apa-apa yang berarti, hanya do’a semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah dengan sebaik-baik balasan serta selalu dalam lindungan-Nya. Akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam penyusunan kata, landasan teori, dan beberapa aspek inti didalamnya. Oleh karena itu, kritik saran yang konstruktif sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semuanya. Amin.
Semarang, 17 Desember 2010 Penulis,
Usfuriyah NIM. 063311030
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................
v
HALAMAN MOTTO ................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ...........................................................
viii
HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xii
BAB I
BAB II
:
:
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................
1
B. Penegasan Istilah ...............................................................
6
C. Rumusan Masalah .............................................................
7
D. Tujuan Penelitian ...............................................................
7
E. Kajian Pustaka ..................................................................
8
F. Metode Penelitian .............................................................
9
MANAJEMEN BUDAYA SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN ISLAM A. Konsep Manajemen ...........................................................
14
1. Pengertian Manajemen .................................................
14
2. Fungsi Manajemen ......................................................
15
B. Budaya Sekolah .................................................................
20
1. Pengertian Budaya Sekolah .........................................
20
2. Fungsi Budaya Sekolah ...............................................
23
3. Pembentukan dan Pengelolaan Budaya Sekolah ...........
24
C. Manajemen Budaya Sekolah dalam Pendidikan Islam ........
29
1. Budaya Islami di Sekolah ............................................
30
2. Penerapan Manajemen Budaya Islami di Sekolah ........
31
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Manajemen
x
Budaya......................................................................... BAB III :
37
MANAJEMEN BUDAYA SEKOLAH ISLAMI DI SD ISLAM SULTAN AGUNG 04 SEMARANG A. Gambaran Umum SD Islam Sultan Agung 04 Semarang ....
39
1. Profil/Sejarah Berdirinya .............................................
39
2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah......................................
40
3. Struktur Organisasi ......................................................
43
4. Kegiatan Pembelajaran di SD Sultan Agung ................
44
B. Penerapan Manajemen Budaya Sekolah Islami Di SD Islam Sultan Agung 04 Semarang ......................................
45
1. Latar Belakang dan Tujuan Pembentukan BUSI ..........
45
2. Manajemen Budaya Sekolah Islami (BUSI)..................
49
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Manajemen Budaya Sekolah Islami di SD Islam Sultan Agung 04 ........ BAB IV :
ANALISIS
PENERAPAN
MANAJEMEN
55
BUDAYA
SEKOLAH ISLAMI (BUSI) DI SD ISLAM SULTAN AGUNG 04 SEMARANG A. Analisis Penerapan Manajemen Budaya Sekolah Islami (BUSI) di SD Islam Sultan Agung 04 Semarang ................
59
B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Manajemen Budaya Sekolah Islami di SD Islam Sultan Agung Semarang................................................................ BAB V
:
69
PENUTUP A. Simpulan............................................................................
73
B. Saran..................................................................................
74
C. Penutup..............................................................................
75
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Hasil Wawancara
2.
Statistik Pendidikan SD Islam Sultan Agung 04 Semarang
3.
Tata Tertib SD Islam Sultan Agung 04 Semarang
4.
Struktur Organisasi SD Islam Sultan Agung 04 Semarang
5.
Jadwal Kegiatan SD Islam Sultan Agung 04 Semarang
6.
Dokumen-dokumen BUSI; SOP BUSI, Susunan Kepengurusan Tim Motivator BUSI SD Islam Sultan Agung 1-4, Struktur Organisasi Tim BUSI SD Islam Sultan Agung 04, Daftar Anggota Tim BUSI SD Islam Sultan Agung 04, Jadwal Petugas Piket BUSI SD Islam Sultan Agung 04, Foto Kegiatan dan
7.
Lain-lain.
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan globalisasi yang ditandai dengan percepatan teknologi komunikasi dan transformasi informasi, menuntut lembaga pendidikan untuk masuk ke dalam suatu pola interaksi yang sangat luas. Hal ini tercermin dalam berbagai bentuk jaringan kerjasama dan berbagai pola kompetisi yang semakin ketat dan berat. Era globalisasi membawa dampak, tidak hanya positif tetapi juga dampak negatif. Pengaruh yang dibawanya dapat menjadikan degradasi moral dan yang lebih parah jika terjadi degradasi iman.2 Sebagai orang tua yang bertanggungjawab terhadap perkembangan anaknya, maka hal ini menjadikan orang tua lebih selektif terhadap apa saja yang dikonsumsi anak, baik bacaan, tontonan dan sebagainya. Salah satunya adalah orang tua menjadi selektif memilihkan sekolah yang tepat bagi anakanaknya. Yang sedang marak kali ini adalah, kecendrungan orang tua memilih sekolah-sekolah yang berlabel “Islam”, karena mereka berharap banyak bahwa di sekolah-sekolah yang berlabel “Islam”, anak-anaknya tidak hanya mengetahui dan mahir dalam pengetahuan dan keilmuan, tetapi anak-anaknya juga akan mengenal tentang Tuhannya, agamanya, dan aturan-aturan dalam beragama. Di sinilah tantangan sekaligus peluang bagi pengelola lembaga pendidikan Islam untuk mampu merealisasikan harapan orangtua dan masyarakat. Untuk mampu merealisasikan harapan orangtua dan masyarakat tersebut, tentunya setiap lembaga harus memiliki strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu 2
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet.4, hlm.207.
1
2
sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, pemerintah bersama kalangan swasta terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas, tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah tersebut belum cukup dalam meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Lalu upaya apalagi yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia ? Menurut Hanushek, kualitas pendidikan (sekolah) dapat dibangun melalui dua strategi utama, yaitu strategi yang berfokus pada dimensi struktural dan dimensi kultural. Penerapan strategi secara struktural sudah sering dilakukan, namun hasilnya dipandang belum cukup memuaskan.3 Oleh karena itu, agar mutu meningkat, selain dilakukan secara konvensional perlu diiringi pula dengan pendekatan in-konvensional. Berdasarkan pengalaman tersebut, maka beberapa peneliti dalam bidang pendidikan memberikan arah baru, bahwa kultur/budaya unit-unit pelaksana kegiatan yang ada di sekolah turut menjadi salah satu faktor penentu dalam meningkatkan kualitas. 4 Konsep manajemen budaya sekolah secara khusus penting dalam pendidikan, karena bertolak dari sebuah konsep organisasi yang baik dengan kepemimpinan yang baik, harus diikat pula oleh nilai-nilai yang diyakini oleh manajer dan bawahannya.5 Salah satu ‘truisme’ dalam dunia manajemen ialah, bahwa setiap organisasi mempunyai karakteristik atau jati diri yang khas. Artinya
setiap
organisasi
mempunyai
keunggulan
sendiri
yang
membedakannya dari organisasi-organisasi lain.6 Tentunya keunggulan yang khas itu tidak serta-merta terbentuk begitu suatu organisasi didirikan. Diperlukan proses yang panjang untuk menumbuhkannya, dan disinilah peran
3
Akhmad Sudrajat, “Manfaat Prinsip dan Asas Pengembangan Budaya Sekolah”, http://www.tnellen.com/ted/tc.html/03042010/, hlm.1. 4 Ibid. 5 Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hlm.30. 6 Sondang P. Siagian, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet.2, hlm.187.
3
manajemen, dimana budaya sekolah dibentuk dan dikembangkan tidak lain dengan melalui berbagai proses manajemen. Zamroni menjelaskan bahwa budaya sekolah bersifat dinamis, milik kolektif, merupakan hasil perjalanan sejarah sekolah, dan produk dari interaksi berbagai kekuatan yang masuk ke sekolah.7 Dengan demikian kita memahami bahwa di dalam lingkungan sekolah terdapat aneka budaya sekolah dengan sifat positif maupun negatif yang dapat terbentuk dalam kurun waktu tertentu sebagai hasil dari interaksi komponen yang ada di dalamnya. Kultur sekolah dapat dideskripsikan sebagai karakteristik khas sekolah yang dapat diidentifikasi melalui nilai yang dianutnya, sikap yang dimilikinya, kebiasaan-kebiasaan yang ditampilkannya, dan tindakan yang ditunjukkan oleh seluruh personel sekolah sehingga membentuk satu kesatuan khusus dari sistem sekolah.8 Pada latar sekolah Islam, norma-norma agama senantiasa dijadikan sumber pegangan yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan, keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh seluruh warga sekolah.9 Budaya
adalah
segala
nilai,
pemikiran,
serta
simbol
yang
mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan, serta kebiasaan seseorang dalam organisasi. Pola pembiasaan dalam sebuah budaya sebagai sebuah nilai yang diakuinya bisa membentuk sebuah pola prilaku. Ketika suatu praktek sudah terbiasa dilakukan, berkat pembiasaan ini maka akan menjadi habit bagi yang melakukannya, kemudian pada waktunya akan menjadi tradisi yang sulit untuk ditinggalkan. Hal seperti ini berlaku untuk hampir semua hal, meliputi nilai-nilai yang buruk maupun yang baik.10
7
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: Bigraf Publising, 2000),
hlm.152. 8
Agus Ruslan, “Agen Sosialisasi Budaya”, http://re-searchengines.agen budaya.com/07/04/2010, hlm.1. 9 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet.5, hlm.51. 10 A. Qodry A. Azizy, Pendidikan (Agama) Untuk Membangun Etika Sosial (Semarang: Aneka Ilmu, Cet.2, 2003), hlm.142.
4
Konsekuensi riil dari pembiasaan tersebut adalah bahwa sekolah harus mewujudkan praktek pembiasaan itu, baik untuk hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai agama maupun nilai-nilai sosial. Oleh karena itu, para peneliti pendidikan lebih memfokuskan pada kultur sekolah, bukannya kultur masyarakat secara umum sebagai salah satu faktor penentu kualitas sekolah. Dampak globalisasi sebagai akibat dari kemajuan di bidang informasi terhadap peradaban dunia merujuk kepada suatu pengaruh yang mendunia. Demikian pula keterbukaan terhadap arus informasi yang menyangkut perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi ini memberikan dampak terhadap lingkungan dan masyarakat. Berbagai perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi, seperti kemajuan teknologi komunikasi, informasi dan unsur budaya lainnya akan mudah diketahui masyarakat. Kecenderungan seperti itu harus diantisipasi oleh dunia pendidikan (Islam) jika ingin menempatkan peran agama pada visi sebagai agen pembangunan yang tidak ketinggalan zaman. Dalam pandangan Amir Faisal, pendidikan Islam harus mampu menyiapkan sumber daya manusia yang tidak sekedar sebagai penerima arus informasi global, tetapi juga harus memberi bekal kepada mereka agar dapat mengolah, menyesuaikan dan mengembangkan segala hal yang diterima melalui arus informasi itu, yakni manusia yang kreatif dan produktif. 11 Karena itu, budaya sekolah diharapkan menjadi ujung tombak keberhasilan lembaga dalam mengadakan proses-proses pendidikan untuk mencapai tujuan bersama dalam dunia pendidikan Islam yaitu muslim yang ber-IPTEK dan ber-IMTAQ. Karena tujuan khusus pendidikan Islam; (1) Mendidik individu yang shaleh dengan memperhatikan segenap dimensi perkembangannya: rohaniah, emosional, sosial, intelektual, dan fisik (2) Mendidik anggota kelompok sosial yang shaleh, baik dalam keluarga maupun masyarakat muslim (3) Mendidik individu yang shaleh bagi masyarakat insane
11
Abuddin Nata, op.cit, hlm. 79.
5
yang besar.12 Hal tersebut menggugah pemikiran para pengelola dan tenaga kependidikan di sekolah Islam untuk mengembangkan suatu sistem perbaikan yang
berkesinambungan,
sehingga
dapat
meningkatkan
mutu
yang
berkelanjutan. Karena hingga saat ini, tampak bahwa perbaikan yang dilakukan masih parsial, tidak ada kesinambungan atau tambal sulam. Hal itu perlu ditekankan lagi, jika dikaitkan dengan kondisi masyarakat yang sedang berubah, sebagai akibat dari percepatan arus informasi, globalisasi dan krisis multidimensional. Disinilah diperlukan satu bentuk pengelolaan budaya sekolah yang sesuai dengan tuntunan ajaran Islam, yaitu manajemen budaya sekolah Islami. Sedangkan, strategi atau pendekatan yang dipakai dalam penerapan budaya Islami ini ditekankan pada suatu model seruan atau ajakan yang bijaksana dan pembentukan sikap manusia (afektif). Sebagaimana yang terkandung dalam surat an-Nahl: 125.
¨bÎ) 4 ß`|¡ômr& }‘Ïd ÓÉL©9$$Î/ Oßgø9ω»y_ur ( ÏpuZ|¡ptø:$# ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ y7În/u‘ È@‹Î6y™ 4’n<Î) äí÷Š$# tûïωtGôgßJø9$$Î/ ÞOn=ôãr& uqèdur ( ¾Ï&Î#‹Î6y™ `tã ¨@|Ê `yJÎ/ ÞOn=ôãr& uqèd y7-/u‘ “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk”. (Q.S. An Nahl:125) 13 Bertolak dari permasalahan tersebut, para pengelola dan tenaga kependidikan di SD Islam Sultan Agung Semarang berupaya meningkatkan mutu dan keunggulan sekolah melalui strategi yang berfokus pada dimensi struktural dan dimensi kultural. Lembaga menyadari pentingnya pengelolaan budaya dalam mengembangkan lembaga pendidikan Islam di tengah-tengah
12
Hery Noer Aly dan Munzier S., Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2003), Cet.2, hlm. 143. 13 Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an Perkata Dilengkapi dengan Asbabunnuzul&Tarjamah, (Jakarta; Maghfirah Pustaka,2009),Cet.3, hlm. 525.
6
perkembangan zaman yang semakin pesat dan persaingan yang semakin meningkat. Dari latar belakang tersebut, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Manajemen Budaya Sekolah Islami di SD Islam Sultan Agung 04 Semarang ”. Penelitian ini dilakukan atas dasar alasan yaitu SD Islam Sultan Agung Semarang adalah lembaga pendidikan Islam swasta yang dalam pengembangan mutu, sekolah tersebut menerapkan konsep budaya sekolah Islami (BUSI), sehingga sekolah tersebut dapat survive dan bersaing dengan lembaga pendidikan lain.
B. Penegasan Istilah 1. Manajemen budaya sekolah Manajemen secara etimologi diambil dari kata “to manage” mempunyai arti mengurus, mengatur, melaksanakan atau mengelola.14 Secara terminologi sebagai suatu proses mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan perilaku organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang efektif dan efisien melalui pembagian kerja.15 Pengertian budaya telah banyak didefinisikan oleh para ahli budaya. Namun disini penulis akan mengemukakan definisi budaya yang terkait dengan budaya organisasi, menurut Vijay Sathe, culture is the set of important assumptions (often unstated) that members of a community share in common. Budaya adalah seperangkat asumsi penting (keyakinan dan nilai) yang dimiliki bersama anggota masyarakat.16 Deal dan Peterson mendefinisikan budaya sekolah sebagai Sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas 14
John M. Echols dan Hassan Shadily, 2003, An English-Indonesian Dictionary, Cet. XXV, (Jakarta: PT Gramedia, 2003), hlm. 372. 15 Oemar Hamalik, Perencanaan dan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Mandar Maju, 1991), hlm. 20. 16 Moh. Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 2.
7
administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah. karena budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas.17 Jadi yang dimaksud manajemen budaya sekolah disini adalah, seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinyu terhadap budaya agar dapat mencapai tujuan sekolah dengan efektif dan efisien. 2. Budaya Sekolah Islami (BUSI) Budaya Islami yaitu suatu kondisi dimana sekolah telah menjadi bagian dalam pembentukan karakter keislaman terhadap warga sekolah baik secara fisik maupun dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islami. Sedangkan yang dimaksud BUSI dalam penelitian ini adalah suatu gerakan berjamaah di Yayasan Pendidikan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA) Semarang yang disepakati untuk menjadi kebiasaan dalam rangka mewujudkan visi misi: “membangun generasi khaira ummah”, dan untuk menyukseskan visi misi lembaga tersebut, Lembaga merasa penting untuk menciptakan motor penggerak yang dapat menggerakkan seluruh civitas pendidikan menuju satu tujuan. Motor penggerak yang dimaksud adalah BUSI (Budaya Sekolah Islami). 18
C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana penerapan manajemen budaya sekolah Islami (BUSI) di SD Islam Sultan Agung 04 Semarang ? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan manajemen budaya sekolah Islami (BUSI) di SD Islam Sultan Agung 04 Semarang ? D. Tujuan Penelitian
17
Eviana Hikamudin, “Menciptakan Budaya Sekolah Yang Tetap Eksis”, http://datastudi. wordpress.com /27/03/2010, hlm.2. 18 Tim Motivator BUSI-SD, Buku Panduan BUSI SD Islam Sultan Agung.
8
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan bagaimana sekolah menerapkan manajemen budaya sekolah Islami (BUSI) 2. Memberikan gambaran yang jelas tentang beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan budaya sekolah Islami (BUSI) E. Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan penelusuran pustaka yang berupa buku, hasil penelitian, karya ilmiah, ataupun sumber lain yang digunakan peneliti sebagai rujukan atau perbandingan terhadap penelitian yang dilakukan. Sebelum peneliti mengadakan penelitian tentang Manajemen Budaya Sekolah Islami di SD Islam Sultan Agung 04 Semarang peneliti berusaha menelusuri dan menelaah beberapa hasil kajian antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Jabbar pada tahun 2009 berjudul “Peran Budaya Dalam Peningkatan Kinerja Organisasi di Sekolah Menengah Pertama Ulul Albab Sepanjang Sidoarjo”. Di dalamnya dibahas tentang bagaimana peningkatan kinerja organisasi dan bagaimana peran budaya dalam peningkatan kinerja organisasi yang dalam penelitian ini dihasilkan temuan bahwasanya peran budaya organisasi di SMP Ulul Albab Sepanjang Sidoarjo mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan kinerja organisasi dalam kategori yang cukup baik.19 2. Penelitian yang dilakukan oleh Ita Rahmatiyah pada tahun 2006 yang berjudul “Peran Kultural Sekolah Dalam Meningkatkan Etoos Kerja Guru di MIN Buduran Sidoarjo”.20 Dihasilkan Dalam skripsinya tersebut Ita
Rahmatiyah
menjelaskan
bahwasanya
kultur
sekolah
dapat
menciptakan suatu iklim, budaya kerja yang baik, yang sesuai tuntutan 19
Abdul Jabbar, “Peran Budaya Organisasi Dalam Peningkatan Kinerja Organisasi di Sekolah Menengah Pertama Ulul Albab Sepanjang Sidoarjo”, Skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya (Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2009), t.d. 20 Ita Rahmatiyah, “Peran Kultural Sekolah Dalam Meningkatkan Etoos Kerja Guru di MIN Buduran Sidoarjo”, Skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya (Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2006) , t.d.
9
dan kondisi saat ini sehingga dapat berpengaruh terhadap kinerja guru, baik secara fisik maupun mental. Ada titik sambung antara karya tersebut dengan apa yang akan peneliti bahas, yaitu sama-sama menyinggung tentang budaya sekolah. Namun, tentu saja banyak hal yang membedakan antara karya tersebut dengan tema yang akan peneliti paparkan. Salah satunya adalah fokus penelitian. Dari hasil karya yang telah peneliti paparkan, belum ada satu karya yang membahas tentang manajemen budaya sekolah.
F. Metode Penelitian Penelitian yang penulis lakukan tergolong sebagai penelitian lapangan (field research) yakni penelitian yang langsung dilakukan atau pada responden.21 Oleh karena itu, obyek penelitiannya adalah berupa obyek di lapangan yang sekiranya mampu memberikan informasi tentang kajian penelitian. Dalam hal ini peneliti menjadikan SD Islam Sultan Agung 04 Semarang sebagai obyek penelitian dengan difokuskan pada pelaksanaan manajemen BUSI yang merupakan program unggulan di SD Islam Sultan Agung 04 Semarang. Metode penelitian merupakan salah satu faktor terpenting yang menentukan berhasil atau tidaknya penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Metode Pengumpulan Data Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data tentang halhal yang berhubungan dengan penelitian seperti: gambaran umum, letak geografis, sejarah singkat berdirinya, struktur organisasi, keadaan guru dan siswa, serta sarana dan prasarana. Sedangkan untuk memperkuat teoriteori yang dipakai, maka peneliti melengkapi dengan pengkajian kepustakaan yang terkait.
21
M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 11.
10
Beberapa
metode
yang
digunakan
oleh
peneliti
dalam
pengumpulan data di antaranya: a. Untuk data primer, yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung,22 dikumpulkan melalaui cara-cara sebagai berikut : 1) Observasi Pada
dasarnya
metode
observasi
adalah
metode
pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan "pengamatan dan pencatatan" secara sistematis fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang, serta kemudian dapat dilakukan penilaian atas perubahan
tersebut.23
Metode
ini
peneliti
gunakan
untuk
mengamati secara langsung kondisi lingkungan, sarana dan prasarana
sekolah,
proses
pembelajaran,
dan
pelaksanaan
manajemen BUSI di SD Islam Sultan Agung 04 Semarang. 2) Interview Metode
interview/
wawancara,
yaitu
mekanisme
pengumpulan data yang dilakukan melalui kontak atau hubungan pribadi dalam bentuk tatap muka antara pengumpul data dengan responden.24 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang bagaimana manajemen budaya sekolah Islami. Pedoman
wawancara
yang
peneliti gunakan
adalah
wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. 25 Wawancara ini juga digunakan
sebagai
media
cross
check
peneliti
dalam
menginterpretasikan data yang kurang dapat ditangkap maksudnya dan untuk memperoleh kejelasan dari proses observasi yang bersifat mendukung data penelitian.
22
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet.13, hlm 145. 23 Ibid. hlm 215. 24 E.Koeswara, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 1992), hlm. 98. 25 Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm.225.
11
Dalam hal ini, peneliti mengadakan wawancara langsung dengan kepala sekolah dan pihak yang berkepentingan; Tim Motivator BUSI, Tim BUSI, Pengawas Dikdasmen, Siswa dan Wali siswa. b. Data Sekunder, merupakan sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber data primer.26 Untuk data sekunder dikumpulkan melalui: 1) Dokumentasi. Dokumentasi merupakan metode yang digunakan dengan mencari data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori dan lain-lain yang berhubungan
dengan
masalah
penelitian.27
Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.28 Metode ini peneliti gunakan untuk mendapatkan dokumendokumen yang berkaitan dengan manajemen budaya sekolah Islami untuk membantu menganalisis data-data primer. Penelusuran dokumen dan arsip SD Islam Sultan Agung 04 Semarang diarahkan untuk mencari informasi tentang beberapa hal berikut: a) Tinjauan umun obyek penelitian b) Visi, misi, dan tujuan pendidikan SD Islam Sultan Agung 04 dalam kaitannya dengan penerapan manajemen budaya sekolah Islami. 2) Triangulasi Data, triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data
26 27
Ibid., hlm. 145. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Cet. 2,
hlm. 165. 28
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 82.
12
itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.29 Triangulasi Pada penelitian ini, peneliti gunakan sebagai pemeriksaan melalui sumber lainnya. Dalam pelaksanannya peneliti melakukan pengecekan data yang berasal dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, Koordinator BUSI dan Pengawas Dikdasmen dalam konteks manajemen budaya sekolah Islami di SD Islam Sultan Agung 04. Lebih jauh lagi, hasil wawancara
tersebut
kemudian
peneliti
cek
dengan
hasil
pengamatan yang peneliti lakukan selama masa penelitian untuk menengetahui faktor pendukung dan penghambat penerapan manajemen budaya sekolah Islami di SD Islam Sultan Agung 04.
2. Metode Analisis Data Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasi, dalam memberikan interpretasi data yang diperoleh peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendiskripsikan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang.30 Peneliti menggunakan metode deskriptif untuk mendeskripsikan manajemen BUSI yang ada di SD Islam Sultan Agung 04 Semarang. Kemudian agar data yang diperoleh nanti sesuai dengan kerangka kerja maupun fokus masalah, akan ditempuh tiga langkah utama dalam penulisan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman, bahwa aktifitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.31 Analisis data yang digunakan adalah model analisis data interaksi seperti yang terdapat dalam gambar berikut; setelah data terkumpul, 29
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 330 30 Sugiyono, op.cit. 31 Ibid., hlm. 91.
13
selanjutnya dilakukan tiga aktifitas analisis (reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan). Gambar 1. Data Colection Data Display Data Reduktion Conclusion: Drawing/ferifying
Sumber:Komponen Analisis Data:Model Interaktif dalam Sugiyono, Metode
Penelitian
Pendidikan
(Pendekatan
Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D), 2006. Data yang diperoleh dari penelitian atau data collection yang masih bersifat komplek dan rumit direduksi, dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok. Data hasil penelitian ini direduksi, baik dari hasil penelitian lapangan/kepustakaan kemudian dibuat rangkuman. Data yang telah dirangkum tadi kemudian dipilih. Sekiranya data mana yang diperlukan untuk penulisan laporan penelitian. Langkah yang terakhir yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan ini akan diikuti dengan bukti-bukti yang diperoleh ketika penelitian di lapangan. Verifikasi data dimaksudkan untuk penentuan data akhir dari keseluruhan proses tahapan analisis, sehingga keseluruhan permasalahan mengenai manajemen BUSI di SD Islam Sultan Agung dapat dijawab sesuai dengan kategori data dan permasalahannya.
14
BAB II MANAJEMEN BUDAYA SEKOLAH DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM A. Konsep Manajemen Manajemen budaya/kultur sekolah merupakan manajemen ekstensi (perluasan) dari manajemen substansif pendidikan inti.32 Agar peran sekolah sebagai pusat pendidikan dapat memberikan pengaruh positif terhadap masyarakat, maka budaya sekolah perlu dikelola dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan ilmu yang disebut manajemen. 1. Pengertian Manajemen Manajemen secara etimologi berasal dari kata “to manage” mempunyai arti mengurus, mengatur, melaksanakan atau mengelola.33 Secara
terminologi,
manajemen
merupakan
proses
perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengontrolan terhadap sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya yang lain guna mencapai tujuan secara efektif dan efisien.34 Henry mendefinisikan, “management is the coordination of all resources through the processes of planning, organizing, directing, and controlling in order to attain stated objectives”35 Manajemen merupakan pengkoordinasian keseluruhan sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Adapun manajemen menurut Forst, yang dikutip oleh Ibrahim Ishmat Muthowi’, adalah sebagai berikut:
32
Karwanto, Bahan-bahan Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan (Manajemen Pendidikan). 33 John M. Echols dan Hassan Shadily, An English-Indonesian Dictionary, Cet. XXV, (Jakarta: PT. Gramedia, 2003), hlm.372. 34 H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), cet. 6, hlm. 2. 35 Henry L. Sisk, Principles of Management: a System Approach to the Management Process, (England: South-Western Publishing Company, 1999), hlm. 10.
15
."
"
Manajemen merupakan seni mengarahkan kegiatan manusia. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah kemampuan dan keterampilan khusus yang di miliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan melalui orang lain dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. 2. Fungsi Manajemen Dalam proses pelaksanaannya, manajemen mempunyai tugas-tugas khusus yang harus dilaksanakan. Tugas-tugas ini disebut sebagai fungsifungsi manajemen. Antara lain: a. Planning (perencanaan) Perencanaan ialah kegiatan yang akan dilakukan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan. 37 Perencanaan adalah fungsi manajemen
yang
paling
dasar
karena
manajemen
meliputi
penyeleksian di antara bagian pilihan dari tindakan. Empat tujuan penting dari perencanaan: 1) Mengurangi atau mengimbangi ketidakpastian dan perubahan yang akan datang. 2) Memusatkan perhatian kepada sasaran. 3) Menjamin atau mendapatkan proses pencapaian tujuan terlaksana secara efisien dan efektif. 4) Memudahkan pengendalian.38 Jadi perencanaan dalam budaya sekolah perlu dilakukan, yaitu sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan di dalamnya. Disebutkan dalam al Qur’an surat al-Hasyr:18 yang berbunyi:
36
Ibrahim Ishmat Muthowi’ dan Amin Ahmad Hasan, Al-Ushul al Idariyah li al Tarbiyah (Ar-Riyad: Dar al Syuruq, 1996), hlm. 13. 37 Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Cet. 1, hlm. 49. 38 Musfirotun Yusuf, Manajemen Pendidikan Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Andi Offset, 2005), hlm.36.
16
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasyr :18)39 Bila melihat kenyataan dan memperhatikan firman Allah SWT di atas, yang dimaksud dengan hari esok dalam ayat tersebut, berarti akhirat dan dapat juga berarti hari yang akan datang,40 sedangkan mempersiapkan segala sesuatu untuk hari(waktu) yang belum datang, dapat disebut sebagai perencanaan.41 b. Organizing (pengorganisasian) Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya, serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan organisasi. 42 Jadi setelah melaksanakan perencanaan langkah selanjutnya adalah pengorganisasian, dalam hal ini harus jelas siapa yang menjalankan dan apa yang dijalankan, agar semuanya berjalan dengan lancar. c. Actuating (penggerakan/pengarahan) Malayu S.P. Hasibuan mendefinisikan pengarahan sebagai proses mengarahkan semua bawahan agar mau bekerjasama dan bekerja efektif dalam mencapai tujuan. 43 39
Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an Perkata Dilengkapi dengan Asbabunnuzul & Tarjamah, (Jakarta; Maghfirah Pustaka, 2009), cet.3, hlm. 584. 40 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta, Lentera Hati, 2004), Cet II, hlm. 129. 41 Inu Kencana Syafiie, AlQur’an dan Ilmu Administrasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 63. 42 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 71. 43 Malayu S. P. Hasibuan, op.cit., hlm. 41.
17
Fungsi ini baru dapat diterapkan setelah rencana, organisasi, dan karyawan ada. Jika fungsi ini diterapkan maka proses manajemen dalam merealisasi tujuan dimulai. Penerapan fungsi ini sangat sulit, rumit, dan kompleks, karena karyawan-karyawan tidak dapat dikuasai sepenuhnya. Hal ini disebabkan karyawan adalah makhluk hidup yang punya pikiran, perasaan, harga diri, cita-cita, dan lainnya. Oleh karena itu pengarahan perlu dijalankan dengan sebaikbaiknya, dan perlu adanya kerjasama yang baik pula di antara semua pihak baik dari pihak atasan maupun bawahan. d. Facilitating (pemfasilitasian) Facilitating adalah kemampuan menyatukan orang untuk bekerjasama secara efektif dalam mencapai tujuan bersama, termasuk dalam memberikan kesempatan setiap orang untuk berpartisipasi dan mengatasi konflik.44 Fasilitating merupakan pemberian pelayanan khususnya bagi para karyawan yang bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi para karyawan tersebut. Tujuan utamanya bukanlah untuk meningkatkan produksi tetapi untuk gairah dan semangat untuk bekerja. Jadi, dapat diketahui fasilitating bertujuan untuk memberikan dorongan semangat bagi para karyawan yang terlibat di dalam organisasi. e. Motivating (Motivasi) Motivasi diartikan sebagai karakteristik psikologi manusia yang memberi konstribusi pada tingkat komitmen seseorang.45 Fungsi motivasi berkenaan dengan perilaku manusia dalam organisasi adalah bagaimana agar manusia itu mau mendukung dan bekerja untuk suatu gagasan tertentu. Perilaku manusia tergantung pada emosi, stamina, semangat, cita-cita, dan adat istiadat yang 44
Tim Peneliti BKN, “Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan Pegawai Negeri Sipil”, http: //WWW. BKN. go.id/ 08072010/, hlm.3. 45 James A.F. Stoner, dkk ,Manajemen ,terj. Alexander Sindoro,(Jakarta: Prenhallindo,1996), hlm.134.
18
melatar belakangi manusia tersebut.46 Dengan kata lain, motivasi merupakan
kegiatan
yang
menyebabkan,
menyalurkan,
dan
mempertahankan tingkah laku manusia agar tetap pada keseimbangan upaya untuk mengarah pada tujuan organisasi. Dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan bagian integral dari jalinan kerja dalam rangka proses pembinaan, pengembangan, dan pengarahan sumber daya manusia dalam suatu organisasi. f. Empowering (Pemberdayaan) Pemberdayaan
adalah
kemampuan
berbagi
informasi,
penyampaian ide-ide oleh bawahan, pengembangan karyawan, mendelegasikan tanggung jawab, memberikan saran umpan balik, menyatakan harapan-harapan yang positif untuk bawahan dan memberikan reward bagi peningkatan kerja.47 Memberdayakan orang berarti mendorong karyawan menjadi lebih terlibat dalam keputusan dan aktifitas yang mempengaruhi pekerjaan mereka. Pemberdayaan merupakan perubahan yang terjadi pada falsafah manajemen yang dapat membantu menciptakan suatu lingkungan dimana setiap individu dapat menggunakan kemampuan dan energinya untuk meraih tujuan organisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan, pemberdayaan adalah suatu proses untuk menjadikan orang lebih berdaya atau lebih mampu menyelesaikan kepercayaan
masalahnya dan
sendiri
kewenangan
dengan
sehingga
cara
memberikan
menumbuhkan
rasa
tanggungjawabnya. g. Budgeting (Penganggaran) Penyusunan anggaran merupakan langkah-langkah positif untuk merealisasikan rencana yang telah disusun. Kegiatan ini melibatkan pimpinan tiap-tiap unit organisasi. Pada dasarnya, penyusunan anggaran merupakan negosiasi atau kesepakatan antar 46
EK. Mochtar, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, (Jakarta: Bharata Karya Aksara, 1996), hlm. 105. 47 Tim Peneliti BKN, op. cit.
19
pimpinan dengan bawahannya dalam menentukan besarnya alokasi biaya suatu penganggaran.48 Penganggaran merupakan kegiatan atau proses penyusunan anggaran (budget). Anggaran merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu. h. Controlling/Monitoring (pengawasan) Pengawasan adalah fungsi yang harus dilakukan manajer untuk memastikan bahwa anggota melakukan aktivitas yang akan membawa organisasi ke arah tujuan yang ditetapkan. Monitoring dilakukan untuk tujuan supervisi, yaitu untuk mengetahui apakah pelaksanaan kegiatan berjalan sebagaimana yang direncanakan, apa hambatan yang dihadapi dan bagaimana solusinya.49 Tujuan pengendalian adalah sebagai berikut: 1) Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuanketentuan dari rencana. 2) Melakukan
tindakan
perbaikan
(corrective),
jika
terdapat
penyimpangan-penyimpangan. 3) Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencananya.50 Maka inti dari pengawasan adalah untuk mengatur pekerjaan yang direncanakan dan memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut berlangsung sesuai rencana atau tidak. Kalau tidak sesuai dengan rencana maka perlu adanya perbaikan. i.
Evaluating (Evaluasi) Evaluasi
merupakan
suatu
proses
sistematis
dalam
mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi
48
Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 47. 49 Muhaimin, dkk, Manajemen Pendidikan, Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), hlm. 373. 50 Malayu S. P. Hasibuan, op.cit, hlm. 242.
20
untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan program dengan kriteria tertentu untuk keperluan pembuatan keputusan. Informasi hasil evaluasi dibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan pada program.51 Apabila hasilnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan, berarti program tersebut efektif. Jika sebaliknya, maka program tersebut dianggap tidak efektif. Dengan demikian, bahwa dengan adanya evaluasi dalam suatu organisasi maka dapat diukur hasil kerja yang dilakukan organisasi tersebut dan jika terjadi penyimpangan akan dapat dilakukan perbaikan, sehingga akan tercapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. B. Budaya Sekolah 1. Pengertian Budaya Sekolah Istilah dan konsep 'budaya' di dunia pendidikan berasal dari konsep budaya yang terdapat di dunia industri, yang disebut budaya organisasi. Budaya organisasi merupakan bagian dari manajemen sumber daya manusia dan teori organisasi.52 Kajian ini dikenal pertama kali di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 1970-an. Di Indonesia, budaya organisasi mulai dikenal pada tahun 1990-an, saat banyak dibicarakan tentang konflik budaya, bagaimana mempertahankan budaya Indonesia serta pembudayaan nilainilai baru. Seiring dengan itu, para akademisi mulai mengkajinya dan memasukkannya ke dalam kurikulum pendidikan.53 Budaya organisasi terdiri dari kata budaya dan organisasi yang masing-masing memiliki pengertian sendiri.
51
Muhaimin, dkk, op.cit. Moh. Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm.150. 53 Ibid. 52
21
Dewasa ini budaya diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan setiap kelompok.54 Budaya tidak diartikan sebagai sebuah kata benda, kini lebih dimaknai sebagai sebuah kata kerja yang dihubungkan dengan kegiatan manusia.55 Budaya adalah asumsi-asumsi dasar dan keyakinan-keyakinan di antara para anggota kelompok atau organisasi.56 Sedangkan organisasi diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam sistem kerjasama secara jelas diatur siapa menjalankan apa, siapa bertanggung jawab atas siapa, arus komunikasi, dan memfokuskan sumber daya pada tujuan.57 Jadi, organisasi adalah suatu lembaga atau kelompok fungsional, seperti sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan, dan badan-badan pemerintahan. Budaya organisasi telah banyak didefinisikan oleh para pakar manajemen, di bawah ini adalah beberapa ahli yang mendefinisikan budaya organisasi, antara lain: a. Stephen P. Robbins dalam buku “Organizational Theory” Budaya organisasi adalah persepsi umum yang dibentuk oleh organisasi untuk membedakan organisasi tersebut dari organisasi yang lain.58 b. Greenberg dan Baron Budaya organisasi adalah sebagai kerangka kerja kognitif yang terdiri dari sikap, nilai, norma perilaku dan harapan-harapan yang dibentuk oleh anggota-anggota organisasi. 59 c. Davis
54
Definisi lama budaya adalah segala manifestasi dari kehidupan manusia yang berbudi luhur dan bersifat rohani. 55 Hikmat, Manajemen Pendidikan, (Bandung:CV. Pustaka Setia, 2009), hlm.201. 56 Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT. Grasindo, 2003), hlm.200. 57 Nanang Fattah, op.cit., hlm. 71. 58 Yayat Hayati Djatmiko, Perilaku Organisasi,(Bandung: Alfabeta,2008), hlm.72. 59 Ibid, hlm.74.
22
Budaya organisasi dinyatakan sebagai pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang dipahami, dijiwai dan dipraktikkan organisasi sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar aturan berperilaku dalam organisasi. 60 d. Dalam Educational Administration, budaya organisasi didefinisikan, “All the beliefs, feelings, behaviors and smybols that are characteristic of an organization. More specifically, organizational culture is defined as shared philosophies, ideologies, beliefs, feelings, assumptions, expectations, attitudes, norms, and values.”61 Segala kepercayaan, perasaan, perilaku dan simbol-simbol yang menjadi karakteristik organisasi. Secara khusus budaya organisasi dinyatakan sebagai filosofi bersama, ideologi, keyakinan, perasaan, asumsi dasar, harapan, sikap, norma, dan nilai-nilai. Taliziduhu Ndraha megemukakan bahwa asumsi meliputi beliefs (keyakinan) dan value (nilai). Value (nilai) merupakan ukuran normatif yang mempengaruhi manusia untuk melaksanakan tindakan yang dihayatinya. 62 Dengan memahami bahwa sekolah merupakan sebuah organisasi yang memiliki struktur tertentu dan melibatkan sejumlah orang dengan tugas melaksanakan suatu fungsi untuk memenuhi suatu kebutuhan, maka sekolah pun memiliki budaya yang dapat diartikan sebagai nilai atau kebiasaaan yang mengikat komponen-komponen di dalam sekolah yang terjadi melalui interaksi satu sama lain. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan personil
60
Ara Hidayat, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, (Bandung: Pustaka Educa, 2010), hlm.67. 61 Fred C. Lunenburg and Allan C. Ornstein, Educational Administration :Concepts and Practices, (USA: wodsworth, 2004 ), 4th Ed., p.82. 62 Hikmat, op. cit, hlm. 202.
23
sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, siswa dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah. 63 Menurut para teoritisi organisasi, tidak ada definisi yang lengkap mengenai budaya organisasi, oleh karena itu mengacu ke suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi lain. 64 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan asumsi-asumsi, sikap-sikap dan kebiasaan seseorang atau kelompok manusia yang mempengaruhi perilaku kerja dan cara bekerja dalam organisasi. Atau dengan kata lain, budaya organisasi adalah aturan main dalam organisasi. Budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah. 2. Fungsi Budaya Sekolah Fungsi budaya organisasi disini dikemukakan oleh Robbins, yang membagi fungsi budaya organisasi sebagai berikut: a. Pembatas peran; filosofi yang diutarakan oleh pendiri atau pemimpin berfungsi sebagai “diskriminan” yang membedakan satu organisasi dengan organisasi yang lain. Slogan, jargon, atau atribut seperti pakaian seragam, logo, dan simbol memberikan batasan sikap dan perilaku setiap anggota organisasi. b. Identitas; identitas tertentu dipentingkan anggota sebagai identitas yang membedakan satu dengan yang lain dan memberikan kebanggan tersendiri.
63
Abdul Aziz Wahab, Anatomi Orgaisasi & Kepemimpinan Pendidikan (Telaah Terhadap Organisasi& Pengelolaan Organisasi Pendidikan), (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm.227. 64 Syaiful Sagala, Budaya dan Reinventing Organisasi Pendidikan,(Bandung: Alfabeta, 2008), hlm.113.
24
c. Perekat komitmen anggota organisasi; perekat sosial dan perekat para pegawai agar mereka satu langkah dalam melihat kepentingan organisasi secara keseluruhan demi tercapainya standar kinerja organisasi yang telah ditetapkan. d. Peningkat stabilitas sistem sosial; penciptaan dan pemeliharaan kerja yang baik melalui aktivitas bersama dalam upacara, syukuran-syukuran, dan acara keagamaan. e. Mekanisme kontrol; budaya organisasi memberikan petunjuk, sikap, dan perilaku anggota kelompok. Norma-norma kelompok yang merupakan bagian dari budaya organisasi haruslah inheren di dalam hati para anggota.65 Dalam budaya organisasi terdapat sharing atau berbagi nilai dan keyakinan yang sama dengan seluruh anggota organisasi. Misalnya, berbagi nilai dan keyakinan yang sama melalui pakaian seragam. Namun, menerima dan memakai seragam saja tidaklah cukup. Pemakaian seragam haruslah membawa rasa bangga, menjadi alat kontrol, dan membentuk citra organisasi.66 Pentingnya membangun budaya organisasi di sekolah terutama berkenaan dengan upaya pencapaian tujuan sekolah dan peningkatan kinerja sekolah. Sebagaimana disampaikan oleh Stephen Stolp tentang school culture yang dipublikasikan dalam ERIC Digest, dari beberapa hasil studi menunjukkan bahwa budaya yang bagus di sekolah berkorelasi dengan peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa serta kepuasan kerja dan produktivitas guru.67 Dengan demikian,
budaya organisasi
yang
dikelola akan
memberikan dampak positif pada kinerja institusi secara umum, karena budaya organisasi tersebut akan mengarahkan perilaku para anggota dan manajemen organisasi. 65
Aan komariah, Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm.110. 66 Hikmat, op.cit., hlm. 204. 67 Akhmad Sudrajat, op.cit., hlm.2.
25
3. Pembentukan dan Pengelolaan Budaya Sekolah a. Proses Pembentukan Budaya Sekolah Sergiovani
berpendapat
bahwa
budaya
sekolah
dapat
diciptakan, dibentuk dan disalurkan. 68 Budaya organisasi hakikatnya adalah fenomena kelompok, oleh karenannya terbentuknya budaya organisasi tidak dapat lepas dari dukungan kelompok dan terbentuk dalam kurun waktu yang lama. Pembentukan budaya organisasi melibatkan leader/tokoh yang mengintroduksikan visi, misi, dan nilainilai organisasi kepada para anggota sehingga dalam waktu tertentu menjadi kebiasaan dan dijadikan acuan oleh seluruh anggotanya untuk bertindak dan berperilaku.69 Munculnya gagasan-gagasan atau jalan keluar yang kemudian tertanam dalam suatu budaya dalam organisasi bisa bermula dari mana pun, dari perorangan atau kelompok, dari tingkat bawah atau puncak. Taliziduhu Ndraha menginventarisir sumber-sumber pembentuk budaya organisasi, diantaranya: pendiri organisasi, pemilik organisasi, sumber
daya
internal,
sumber
daya
eksternal,
orang
yang
berkepentingan dengan organisasi(stake holder) dan masyarakat.70 Pembentukan dan pengembangan budaya sekolah bermula dari kondisi lingkungan sekolah yang berkaitan dengan lingkungan masyarakat. Hubungan yang sosiatif antara keduanya dimulai dengan beberapa harapan, yaitu sebagai berikut; 1) Pendidikan tentang lingkungan bersih, yaitu bersih secara harfiah dan secara abstrak, yaitu bersih dari perilaku negatif. Oleh karena itu, perlu dipelajari dan diamalkan semua yang berkaitan dengan pendidikan akhlak dan budi pekerti yang baik menurut agama, undang-undang, dan norma masyarakat.
68
Moedjiarto, Sekolah Unggul, (Jakarta:Duta Graha Pustaka, 2002), hlm.30. Ara Hidayat, Imam Machali, op.cit., hlm.73 70 Hikmat, op.cit., hlm. 217. 69
26
2) Pendidikan tentang dakwah yang menyemarakkan lingkungan masyarakat dengan berbagai kegiatan positif dan dijunjung tinggi dengan nilai-nilai keagamaan. 3) Pendidikan tentang sanksi sosial yang merusak nama baik lingkungan sosial-religiusnya.71 Pembentukan budaya tersebut tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, namun memerlukan waktu dan bahkan biaya yang tidak sedikit untuk dapat menerima nilai-nilai baru dalam organisasi. Setelah diterapkan, budaya organisasi diwujudkan dalam beberapa hal; seperti calon anggota kelompok akan diseleksi berdasarkan kesesuaian nilai dan perilakunya dengan budaya organisasi. Kepada anggota organisasi yang baru bisa diajarkan gaya kelompok secara eksplisit. Kisah-kisah atau historis bisa diceritakan terus menerus untuk mengingatkan setiap orang tentang nilai-nilai kelompok dan apa yang dimaksudkan dengannya.72 Pembentukan
budaya
menurut
Stephen
P.
Robbins
digambarkan sebagai berikut: Gambar. 1 Manajemen puncak Filosofi pendiri organisasi
kriteria seleksi
Budaya organisasi sosialisasi
Sumber: Proses pembentukan budaya, Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, 2003. Dari gambar tersebut terlihat jelas filsafat organisasi di mana pendiri memilik asumsi, persepsi, dan nilai-nilai yang harus diseleksi terlebih dulu. Hasil seleksi tersebut akan dimunculkan ke permukaan 71 72
Hikmat, op.cit., hlm. 241. Akhmad Sudrajat, op.cit., hlm.3.
27
melalui sosialisasi, setelah dipahami dan dianut oleh semua anggota, nilai-nilai tersebut nantinya akan menjadi karakteristik budaya organisasi. 73 Jadi, pada awal kemunculannya, budaya organisasi mengacu pada visi pendirinya yang dipengaruhi oleh cita-cita internal dan tuntutan eksternal yang melingkupinya. Kemudian, budaya yang dibangun dari nilai-nilai yang dianut akan memicu tumbuhnya komitmen anggota sehingga anggota dengan mudah memahami nilainilai dan norma yang dianut dalam satuan kerja dan menerapkannya dalam lingkungan kerja/sekolah sebagai pedoman dalam berperilaku. Kepala sekolah sangat berperan dalam mengembangkan budaya sekolah yang kondusif. Disinilah pentingnya manajemen budaya. Manajemen budaya sekolah memiliki fungsi untuk menata, mengatur, mengontrol, dan mengorganisir nilai-nilai yang difahami atau yang teridentifikasi dalam pola perilaku. Budaya ini dimanifestasikan dalam bentuk sikap dan perilaku sehari-hari kepala sekolah, guru, dan siswa. Kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya dapat memberikan contoh atau keteladanan dalam perilaku di sekolah yang mengarah kepada budaya sekolah yang kondusif kepada siswa. b. Karakteristik Budaya Sekolah Dengan memahami konsep yang telah diuraikan, dapat diketahui bahwa penerapan konsep budaya organisasi di sekolah sebenarnya tidak jauh berbeda dengan penerapan konsep budaya organisasi lainnya. Hanya terdapat sedikit perbedaan, yaitu pada jenis nilai dominan yang dikembangkannya dan karakateristik dari para pendukungnya. Nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah, tentunya tidak dapat dilepaskan dari keberadaan sekolah itu sendiri sebagai organisasi
73
Nurkolis, op.cit.
28
pendidikan, yang memiliki peran dan fungsi untuk mengembangkan, melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada para siswanya. Budaya organisasi dapat diketahui dari manifes-manifes yang muncul dalam bentuk perilaku beserta simbol-simbol karakteristik organisasi. Beberapa manifestasi budaya dapat diidentifikasi dari caracara para anggota berkomunikasi, bergaul, dan menempatkan diri dalam peranannya sebagai komunitas belajar dan pembelajar, atau dapat ditangkap dari cara-cara bersikap, kebiasaan anggota dalam melakukan keseharian operasionalisasi yang dapat berbentuk kegiatan, upacara, ritual, ataupun seragam yang dikenakan. 74 Merujuk pada pemikiran Fred Luthan dan Edgar Schein, berikut ini diuraikan tentang beberapa karakteristik penting dari budaya sekolah yang meliputi; obeserved behavioral regularities, norms, dominant value, philosophy, rules dan feelings. 75 1) Obeserved behavioral regularities, yaitu keberaturan cara bertindak dari para anggota yang tampak teramati. Ketika anggota organisasi beinteraksi dengan anggota lainnya, mereka mungkin menggunakan bahasa, istilah atau ritual tertentu. 2) Norms (norma-norma); yaitu berbagai standar perilaku yang ada, termasuk di dalamnya tentang pedoman sejauh mana suatu pekerjaan harus dilakukan. 3) Dominant values (nilai-nilai dominan); yaitu adanya nilai-nilai inti yang dianut bersama oleh seluruh anggota organisasi, misalnya tentang kualitas produk yanng tinggi, absensi yang rendah atau efisiensi yang tinggi. 4) Philosophy (filosofi); yaitu adanya keyakinan dari seluruh anggota organisasi dalam memandang tentang sesuatu secara hakiki, misalnya tentang waktu, manusia, dan sebagainya yang dijadikan sebagai kebijakan organisasi. 74 75
Yayat Hayati Djatmiko, Op.cit, hlm.74. Fred C. Lunenburg and Allan C. Ornstein, op.cit.
29
5) Rules (peraturan); yaitu adanya ketentuan dan aturan yang mengikat seluruh anggota organisasi. 6) Organization climate; merupakan perasaan keseluruhan (an overall feeling) yang tergambarkan dan disampaikan melalui kondisi tata ruang,
cara
berinteraksi
para
anggota,
dan
cara
anggota
memperlakukan dirinya dan pelanggan.76 Karakteristik yang telah disebutkan ini, dapat dijadikan sebagai indikator terciptanya budaya di sekolah, yang dalam penerapannya tidak dapat berdiri sendiri-sendiri dalam memunculkan inti budaya organisasi, tetapi harus direfleksikan secara bersamaan, sehingga terbentuklah konsep budaya organisasi yang kuat. Di sekolah terjadi interaksi yang saling mempengaruhi antara individu dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Lingkungan ini akan dipersepsi dan dirasakan oleh individu tersebut sehingga menimbulkan kesan dan perasaan tertentu. Kultur dan lingkungan pendidikan yang efektif selalu ditandai dengan suasana dan kebiasaan kondusif untuk kegiatan belajar secara fisik, sosial, mental psikologis maupun spiritual. 77 Moh. Surya menyebutkan bahwa lingkungan kerja yang kondusif baik lingkungan fisik, sosial maupun psikologis dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif.78 untuk itu, dapat diciptakan lingkungan fisik yang sebaik mungkin, misalnya kebersihan ruangan, tata letak, fasilitas dan sebagainya. Demikian pula, lingkungan sosial-psikologis, seperti hubungan antar pengawasan,
pribadi,
promosi,
kehidupan kelompok, kepemimpinan, bimbingan,
kekeluargaan dan sebagainya.
76
Hikmat, op.cit., hlm. 204-205. Mulyono, op.cit, hlm. 286. 78 Akhmad sudrajat, op.cit. 77
kesempatan
untuk
maju,
30
C. Manajemen Budaya Sekolah dalam Pendidikan Islam Menurut Quraish Shihab bahwa pelaksanaan pendidikan menurut Islam bertujuan untuk membina manusia secara pribadi dan kelompok, sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifahNya guna membangun dunia sesuai dengan yang ditetapkan Allah sejalan dengan risalah Islam. 79 Dengan demikian, dari berbagai definisi manajemen dan budaya yang telah diuraikan di muka, maka yang dimaksud manajemen budaya dalam pendidikan Islam disini adalah, manajemen yang diterapkan dalam pengembangan budaya di lembaga pendidikan Islam dengan niat/tujuan untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam yang pada akhirnya akan menjadi budaya Islami. 1. Budaya Islami di Sekolah Salah satu tugas yang diemban oleh pendidikan adalah mewariskan nilai-nilai luhur budaya kepada siswa dalam upaya membentuk kepribadian intelek yang bertanggung jawab melalui jalur pendidikan.80 Dan lembaga yang dipercaya oleh masyarakat ini adalah sekolah. Nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah, tentunya tidak dapat dilepaskan dari keberadaan sekolah itu sendiri sebagai organisasi pendidikan, yang memiliki peran dan fungsi untuk mengembangkan, melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada para siswanya. Sebagaimana peran sekolah yang tertulis dalam al Tarbiyah wa al Thuruq al Tadris bahwasanya,
“Sekolah merupakan sarana yang bekerjasama dengan keluarga untuk mendidik anak.” Oleh karena suatu organisasi terbentuk dari kumpulan individu yang berbeda baik sifat, karakter, keahlian, pendidikan, dan latar belakang pengalaman, maka perlu ada penyatuan pandangan yang akan berguna
79
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur'an, (Bandung: Mizan, 1992), hlm. 173. Nazarudin Rahman, Regulasi Pendidikan, (Yogyakarta:Pustaka Felicha), 2009, hlm.194. 81 Sholeh Abdul Aziz, Abdul Aziz Abdul Majid, al Tarbiyah wa al Thuruq al Tadris (Juz I), (Dar Al-Maarif: Mesir,1996.), hlm.78. 80
31
untuk pencapaian misi dan tujuan organisasi tersebut, agar tidak berjalan sendiri-sendiri. Penyatuan pandangan dari sumber daya manusia di dalam organisasi ini diperlukan dalam bentuk ketegasan dari manajemen, penyatuan pandangan ini dituangkan dalam bentuk budaya organisasi yang akan mencerminkan spesifikasi dan karakter organisasi tersebut. Budaya ini akan menjadi milik dan pedoman bagi seluruh lapisan individu yang ada di dalam organisasi tersebut dalam menjalankan tugasnya. Hal yang harus disadari bahwa sebuah organisasi yang baik dengan kepemimpinan yang baik, harus diikat pula oleh nilai-nilai yang diyakini oleh manajer dan bawahannya. Bagi manajer yang Islami, nilai-nilainya adalah nilai-nilai Islami. Bagaimanapun, sebuah organisasi akan sehat jika dikembangkan dengan nilai-nilai yang sehat yang bersumber dari agama.82 Dalam lembaga pendidikan Islam, budaya Islami akan menjadi kekuatan tersendiri. Nilai, kebiasaan, dan sikap positif yang terdapat dalam budaya Islami merupakan modal non-material yang kuat bagi terwujudnya lembaga pendidikan Islam yang unggul di era sekarang dan mendatang. Jika
melihat
pengertian pendidikan Islam,
yaitu
aktivitas
pendidikan yang diselenggarakan dan didirikan dengan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Maka berbagai komponen yang terdapat dalam suatu organisasi pendidikan Islam, seperti dasar pendidikan, tujuan, kurikulum, metode, pola hubungan dan lain sebagainya harus didasarkan pada nilai-nilai moral dan etis dalam ajaran Islam. 83 Hal inilah yang menjadi ciri khas yang membedakan antara organisasi yang Islami dengan yang tidak. Dari sini dapat diketahui, budaya Islami adalah norma hidup yang bersumber dari syariat Islam. budaya ini merupakan prasarana yang esensial untuk dikelola dalam rangka penerapan pengajaran berbasis nilai di sekolah, khususnya sekolah yang bercirikan Islam. Budaya Islami ini dapat 82
Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hlm.30. 83 Abuddin Nata, op.cit, hlm.173.
32
tercermin dalam sikap: tabassum (senyum), menghargai waktu, cinta ilmu, mujahadah (kerja keras dan optimal), tanafus dan ta’awun (berkompetisi dan tolong-menolong).84 2. Penerapan Manajemen Budaya Islami di Sekolah Konsep dari budaya ini adalah sebuah persepsi sadar bagi para anggota organisasi. Persepsi ini meliputi kata, tindakan, rasa, keyakinan, dan nilai-nilai yang dapat berpengaruh terhadap kinerja organisasi. 85 Oleh karena itu budaya sekolah harus dikelola agar tujuan yang telah ditetapkan sekolah dapat tercapai, khususnya dalam hal ini untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikan Islam. Di sekolah para siswa diarahkan untuk memahami dan mampu menyerap norma-norma taradisional sekolah seperti sopan-santun, menjaga kebersihan baik pribadi, kelas maupun lingkungan sekolah secara keseluruhan dan kedisiplinan atau ketaatan terhadap terhadap norma-norma sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin memiliki potensi yang besar untuk memantapkan dan menerapkan aspek-aspek budaya melalui lima mekanisme pokok, yaitu; perhatian, cara menghadapi krisis, model peran, pengalokasian penghargaan dan kriteria penyeleksian dan penghentian karyawan. Setiap aspek kegiatan sekolah senantiasa mengarah pada upaya peningkatan mutu. Sehingga terdapat beberapa upaya yang saling berkaitan dalam pelaksanaanya,86 antara lain: a. Memiliki perencanaan yang jelas, perencanaan ini meliputi prosedur dan mekanisme kerja. Prosedur dan mekanisme kerja merupakan caracara yang akan ditempuh dan bagaimana bentuk kegiatan operasional yang perlu dilakukan.87 Serta yang harus diingat dalam merencanakan adalah harus selalu mengacu pada visi misi sekolah.88 Agar dalam 84
Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, op.cit, hlm. 40. Ara Hidayat, Imam Machali, op.cit, hlm. 67. 86 Nurkolis, op.cit, hlm. 204. 87 Ibid, hlm. 205. 88 Direktorat Tenaga Kependidikan, Penerapan Budaya dan Iklim Pembelajaran di Sekolah, http://diknas/ac.id/contents/koleksi/pdf/08/03/2010. 85
33
penerapannya terarah dan sesuai tujuan. Sebagai pengejawantahan dari hadits,
: ,
:
,
.
. “Bercerita Abdullah bin Maslamah bin Qo’nab, bercerita Malik, dari Yahya bin Sa’id dari Muhammad bin Ibrahim dari Alqomah bin Waqos, dari Umar bin Khottob berkata: Rasulullah saw. bersabda; Sesungguhnya amal-amal perbuatan tergantung niatnya, dan bagi tiap orang apa yang diniatinya. Barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya untuk meraih kesenangan dunia atau menikahi wanita, maka hijrahnya adalah kepada apa yang ia hijrahi.” (HR. Muslim).90 Dari hadits tersebut, niat/tujuan adalah sesuatu yang direncanakan dengan sungguh-sungguh untuk diwujudkan dalam kenyataan karena mengharap ridha Allah. serta ditindaklanjuti dengan mujahadah, yakni berusaha bersungguh-sungguh untuk mewujudkan niat dalam bentuk amal dan konsisten dengan sesuatu yang direncanakan.91 b. Pengorganisasian, pada dasarnya komunitas sekolah merupakan sebuah tim/kumpulan individu yang bekerjasama untuk mencapai tujuan.92 Untuk itu, diperlukan pembentukan tim dan kerjasama, nilai kerjasama merupakan suatu keharusan dan kerjasama merupakan aktivitas yang bertujuan untuk membangun kekuatan-kekuatan atau sumberdaya yang dimiliki oleh personil sekolah.
89
Imam Muslim, Shahih Muslim, (Beirut: Dar-alKutub Al’Ilmi, 1994), Juz. 6, hlm. 657. Imam Nawawi, Terjemah Riyadh as-Shalihin I, terj. Achmad Sunarto, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), cet.4, hlm. 2. 91 Muhaimin, op.cit. 92 Direktorat Tenaga Kependidikan, op.cit. 90
34
c. Pengarahan, penerapan budaya sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang sedapat mungkin dapat diukur. Sasaran yang dapat diukur akan mempermudah pengukuran capaian kinerja.93 d. Adanya pengawasan/control, pengawasan ini penting untuk dilakukan, untuk mengantisipasi adanya penyimpangan dan pelanggaran di lapangan yang tidak sesuai program, sehingga bisa dilakukan koreksi secepatnya. e. Pemberian motivasi; dalam penerapan nilai-nilai Islami, pihak manajemen
perlu
memberikan dorongan dan pengakuan
atas
keberhasilan dan prestasi yang diraih anggota, bisa melalui pemberian penghargaan
(reward)
dan
sanksi
(punishment).
Pemberian
penghargaan ini tidak selalu dalam bentuk barang atau uang. Bentuk lainnya adalah penghargaan atau kredit point terutama bagi siswa yang menunjukkan perilaku positif yang sejalan dengan pengembangan budaya sekolah. Sedangkan sanksi pun bisa dalam bentuk kredit point.94 f. Tersedianya perangkat kerja berupa sarana dan fasilitas yang memadai, baik peralatan pokok yang harus ada maupun peralatan penunjang yang dapat memudahkan pelaksanaan program sehingga menghasilkan hasil kerja yang optimal. 95 g. Sistem evaluasi yang jelas, Untuk mengetahui indikator terlaksananya budaya sekolah perlu dilakukan evaluasi secara rutin dan bertahap: jangka pendek, sedang, dan jangka panjang. Karena itu perlu dikembangkan sistem evaluasi terutama dalam hal: kapan evaluasi dilakukan, bagaimana solusi dan mekanisme tindak lanjut yang harus dilakukan. Penerapan budaya Islami di sekolah memerlukan penanganan yang tepat, dalam pengelolaanya dapat dilakukan melalui penciptaan suasana keagamaan di sekolah. Suasana keagamaan tersebut bukan hanya makna
93
Ibid. Akhmad Sudrajat, op.cit. 95 Nurkolis, op.cit, hlm. 205. 94
35
simbolik tetapi lebih dari itu, berupa penanaman dan pengembangan nilainilai religius. 96 Penciptaan suasana keagamaan ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Mengajak agar seluruh warga sekolah bersikap dan berperilaku sesuai dengan ajaran Islam. 97 Kata mengajak mengandung pengertian meminta (mempersilahkan atau menyuruh). Dalam meminta, harus ada unsur lemah lembut dan persuasif. Dalam teori pendidikan dikenal dengan metode “learning and doing” yaitu belajar dengan mempraktekkan teori yang dipelajari. Dalam bahasa agama, istilah ini disebut dengan dakwah (berdakwah). Syeikh Ali Mahfudz dalam kitab Hidayah al-Mursyidin yang dikemukakan oleh Hamzah Ya’qub mendefinisikan dakwah sebagai suatu usaha mendorong manusia agar senantiasa melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk, serta mencegah dari perbuatan mungkar, agar mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ajakan kebaikan ini dalam bahasa lainnya adalah nasihat, dalam beragama, praktik untuk melakukan nasihat mendapatkan tempat yang sangat tinggi, 98 seperti dalam hadits berikut ini,
: . “Bercerita Sufyan dari Suhail, dari ‘Atho’ bin yazid, dari Tamim addari bahwa Rasulullah saw. Bersabda: Agama itu adalah nasihat. Kami bertanya, bagi siapa?, Beliau menjawab, bagi kitab-Nya, bagi Rasul-Nya, bagi para pemimpin umat Islam, dan bagi umat Islam pada umumnya.” (H.R. Muslim).100 96
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), cet.5, hlm. 151. 97 Ibid. 98 Nazarudin Rahman, op.cit, hlm.195 99 Imam Muslim, op.cit, Juz.1, hlm. 268. 100 Imam Nawawi, op.cit., hlm. 208.
36
b. Menciptakan hubungan yang Islami dalam bentuk rasa saling toleransi (tasaamuh),
saling
menghargai
(takaarum),
saling
menyayangi
(taraahum), saling membantu (ta’aawun), dan mengakui akan eksistensi masing-masing, mengakui dan menyadari akan hak dan kewajiban masing-masing. c. Menyediakan sarana pendidikan yang diperlukan dalam menunjang terciptanya ciri khas agama Islam. Sarana pendidikan tersebut antara lain: 1) Tersedianya mushalla/masjid sebagai pusat kegiatan ibadah dan aktifitas. 2) Tersedianya perpustakaan yang dilengkapi dengan buku-buku dari berbagai disiplin, khususnya mengenai ke-Islaman. 3) Terpasangnya kaligrafi ayat-ayat dan hadits Nabi, kata hikmah tentang semangat belajar, doa’-do’a, dan pengabdian kepada agama, serta pembangunan nusa dan bangsa. 4) Terpeliharanya suasana sekolah yang bersih, tertib, indah, dan aman serta tertanam rasa kekeluargaan.101 d. Adanya komitmen setiap warga sekolah menampilkan citra Islami, antara lain: 1) Cara dan model busana sesuai dengan aturan berbusana yang Islami. 2) Tata cara pergaulan yang sopan mencerminkan sikap akhlakul karimah. 3) Disiplin dengan waktu dan tata tertib yang ada, sehingga dapat menumbuhkan sikap interest dari masyarakat terhadap sekolah. 4) Memiliki semangat belajar yang tinggi dan pemikiran yang luas. Sehingga dalam menghadapi heterogenitas budaya global tidak bersikap fanatik.102 e. Melakukan pendekatan terpadu dalam proses pembelajaran dengan memadukan secara serentak pendekatan, yang meliputi: 101 102
Ramayulis, op.cit, hlm. 155. Ibid.
37
1) Memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagai sumber kehidupan makhluk. 2) Memberikan peluang kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengalaman ibadah dan akhlak dalam kehidupan. 3) Pembiasaan, Sidi Gazalba mengatakan, bahwa secara umum kepribadian dibentuk oleh pendidikan karena pendidikan merupakan sarana atau media dalam menanamkan perilaku yang kontinyu sehingga menjadi kebiasaan. Kebiasaan yang mendarah daging inilah kemudian menjadi norma. Ketika sudah menjadi norma maka akan menjadi budaya, bila sudah sampai kepada tingkat ini, maka akan memunculkan sanksi. 103 4) Rasional, memberikan peran pada rasio (akal) dalam memahami dan membedakan berbagai bahan ajar yang berkenaan dengan tindakan baik dan buruk yang ada dalam kehidupan. 5) Emosional, merupakan upaya menggugah emosi peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan agama dan budaya bangsa. 6) Fungsional, menyajikan materi-materi ajaran yang berguna dalam kehidupan peserta didik. 7) Keteladanan, Keteladanan dalam proses pendidikan atau pembinaan warga sekolah merupakan metode yang efektif, terutama dalam mempersiapkan dan membentuk sikap keagamaan. Karena pimpinan adalah contoh terbaik dalam pandangan anggotanya, yang akan ditiru dalam tindakan dan tata santunnya. 104 f. Melakukan berbagai kegiatan yang dapat mencerminkan suasana keagamaan, berupa: 1) Do’a
bersama
sebelum
pembelajaran.
103 104
Mukhtar, op.cit, hlm.66-68. Nazarudin Rahman, op.cit, hlm. 196.
dan
sesudah
melakukan
kegiatan
38
2) Tadarus al-Qur’an (15-20 menit) sebelum jam pertama dimulai, dipimpin oleh guru yang mengajar pada jam pertama. 3) Shalat dhuhur berjama’ah dan kultum (kuliah tujuh menit), atau bimbingn keagamaan secara berkala. 4) Mengisi peringatan hari-hari besar keagamaan dengan kegiatan yang menunjang internalisasi nilai-nilai agama, dan menambah ketaatan beribadah. 5) Mengintefsifkan praktik beribadah, baik ibadah mahdhah maupun ibadah sosial. 6)
Melengkapi bahan kajian mata pelajaran umum dengan nuansa keislaman yang relevan dengan nilai-nilai agama.105
3.
Faktor Pendukung dan Penghambat Manajemen Budaya Dalam pembentukan dan pengelolaan budaya di sekolah, tentunya manajemen menemui hal-hal yang dapat menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam penerapannya,106 dari beberapa pendukung yang ada, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: a) Bertambahnya jumlah anggota organisasi. b) Keyakinan anggota terhadap nilai-nilai yang dianut oleh organisasi. c) Keteladanan pemimpin organisasi. d) Penghargaan yang maksimal terhadap prestasi kerja anggota. e) Pendelegasian yang maksimal terhadap prestasi kerja anggota. f) Pendelegasian yang proporsional dan profesional. g) Pengembangan kesejahteraan anggota. h) Adaptabilitas yang mengakar dari anggota terhadap tata kerja dan sistem nilai yang dianut dalam berorganisasi.107 Sedangkan faktor yang dapat menjadi penghambat antara lain: a) Manajemen yang terlalu longgar, sehingga tidak adanya komitmen yang serius di antara anggota.
105
Ramayulis, op.cit, hlm. 156. Moh. Pabundu Tika, op.cit., hlm. 150. 107 Hikmat, op.cit., hlm. 2 . 106
39
b) Kurangnya
sosialisasi
dan
pengarahan
manajemen,
sehingga
menyebabkan terhambatnya komunikasi anggota sekolah dan orang tua siswa tentang budaya sekolah/budaya Islami yang diterapkan sekolah. c) Tidak tepatnya perencanaan program dan kegiatan operasional, sehingga tujuan yang ingin dicapai tidak jelas. d) Tidak tepatnya sistem reward and punishment. e) Nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi budaya organisasi kurang dianut, kurang dihayati, dan kurang dilaksanakan oleh anggota sekolah. f) Para manajer tidak menghargai kepemimpinan dan karyawan di semua tingkat yang bertanggung jawab. Mereka cenderung melumpuhkan inisiatif dan inovasi sentralistis. g) Kurang menghargai inisiatif perseorangan untuk melakukan perubahanperubahan budaya yang bermanfaat.108 Dari berbagai faktor pendukung dan penghambat tersebut kunci pokonya terletak pada manajemen, jika komitmen manajemen kuat, maka akan tercipta budaya sekolah yang kuat dan dihayati oleh seluruh anggota.
108
Moh. Pabundu Tika, op.cit., hlm. 150.
40
BAB III MANAJEMEN BUDAYA SEKOLAH ISLAMI DI SD ISLAM SULTAN AGUNG 04 SEMARANG
A. Gambaran Umum SD Islam Sultan Agung 04 Semarang 1.
Profil/Sejarah Berdirinya
SD Islam Sultan Agung 4 Semarang adalah lembaga pendidikan di bawah Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA). Yayasan Badan Wakaf didirikan oleh sekelompok cendekiawan muslim Jawa Tengah (Semarang) yang sadar dan menaruh perhatian terhadap perkembangan dan keadaan umat Islam juga bangsa Indonesia pada umumnya. Yayasan ini semula bernama Yayasan Badan Wakaf yang didirikan oleh sekelompok cendekiawan muslim Jawa Tengah (Semarang) yang sadar dan menaruh perhatian terhadap perkembangan dan keadaan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya sejak awal proklamasi kemerdekaan RI. Status sebagai badan wakaf diperoleh secara resmi pada tanggal 13 Juli 1950 dengan Akta Notaris Tan A Sioe No. 86 dengan pengurus pertama sebagai berikut : Pelindung
:
Residen Malino
Ketua
:
Dr. Abdul Gaffar Sd.M
Wakil Ketua
:
Ustadz Abu Bakar Assegaf
Penulis I
:
R. Soeryadi
Penulis II
:
Ali Al Idrus
Komisaris-Komisaris
:
Moh. Toyib Tohari
Zaenal Amien Abdul Kadir Al Idrus Wartono Seiring berjalanya waktu, badan hukum ini mengalami beberapa kali perubahan. Sedangkan yang terakhir dengan akta notaris RM. Soetomo No. 8 tanggal 13 Oktober 1980. Dalam akta tersebut diantaranya menyebutkan
41
bahwa Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung berlandaskan Pancasila dan bertujuan menyebarkan pendidikan dan ajaran Islam yang dijiwai oleh dakwah Islamiyah.109 Berdasarkan hal-hal tersebut dan didorong oleh keinginan luhur turut bertanggung jawab mencerdaskan bangsa dan dalam rangka mengisi kemerdekaan yang telah dicapai, maka YBWSA (Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung) mendirikan berbagai lembaga pendidikan mulai dari jenjang Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan, sampai Perguruan Tinggi serta lembaga lainnya guna mensyiarkan agama Islam. SD Islam Sultan Agung 4 sendiri merupakan pengembangan dari SD Islam Sultan Agung 1-3 di Jl. Kauman Semarang, karena perkembangan siswa yang semakin meningkat dan melebihi kapasitas maka pada tanggal 2 Juli 1962, SD Islam Sultan Agung 4 Semarang didirikan dengan lokasi gedung di Jl. R.Patah.No.263 Kelurahan Mlati Baru, Kecamatan Semarang Timur hingga sekarang. Pada awalnya Sekolah hanya memiliki satu unit gedung. Kemudian secara berangsur-angsur gedung diperbaharui dan ditambah hingga tiga lantai serta satu unit TK yang dipersiapkan sebagai calon siswa baru di SD Sultan Agung. 110 2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Dalam praktek pendidikan banyak sekali tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh lembaga pendidikan. Semua lembaga pendidikan mempunyai visi dan misi yang ingin dicapai karena visi merupakan cita-cita dan harapan yang ingin dicapai oleh lembaga. Begitu juga lembaga pendidikan SD Islam Sultan Agung menetapkan visi misi dan tujuan yang ingin dicapai. a. Visi SD Islam Sultan Agung Visi dikembangkan dengan memperhatikan kebutuhan dan harapan serta kegiatan utama lembaga, yaitu: “Sebagai lembaga pendidikan dasar Islam terkemuka dalam penanaman nilai-nilai dasar Islam dan
109 110
Dokumen YBWSA Hasi wawancara dengan Bp. Khasbullah, S. Ag, selaku kepala sekolah
42
meletakkan dasar-dasar ilmu pengetahuan untuk mempersiapkan kader umat yang siap tumbuh menjadi generasi khaira ummah ” b. Misi SD Islam Sultan Agung Misi dikembangkan dari kegiatan utama yang mengacu pada visi yang telah disepakati, 1) Mengembangkan konsep operasional kader umat yang siap tumbuh menjadi generasi khaira ummah, dan proses pendidikannya. 2) Mengembangkan kualitas bahan pendidikan dan bahan ajar sejalan dengan
nilai-nilai Islam dan perkembangan
mutakhir
ilmu
pengetahuan dan teknologi. 3) Megembangkan kualitas sistem, metode dan teknologi pendidikan dalam pendidikan nilai-nilai Islam dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sejalan perkembangan iptek di bidang pendidikan. 4) Membangun kualitas guru sebagai pendidik profesional yang tafaqquh fiddin. 5) Menyelenggarakan sarana dan prasarana pendidikan sejalan dengan kebutuhan pendidikan yang bermutu tinggi. 6) Menciptakan budaya sekolah Islami. 7) Menjadikan kemajuan dan keberhasilan peserta didik dalam proses pendidikan sebagai pusat orientasi dan tujuan yang paling diutamakan dalam semua kegiatan. 8) Meningkatkan penguasaan iptek agar siswa berprestasi secara kompetitif dengan menumbuhkan budaya Islami, sehingga terbentuk kader pemimpin umat yang berilmu, beriman, dan berakhlak mulia. c. Tujuan Sekolah Tujuan pendidikan dijabarkan berdasarkan visi dan misi yang telah dirumuskan. Berdasarkan visi dan misi tersebut maka tujuan pendidikan yang hendak dicapai sekolah adalah: 1) Terselenggaranya proses peningkatan kualitas sistem dan metode pendidikan secara terus – menerus, dan berkelanjutan. 2) Terwujudnya pemanfaatan dan pemutakhiran teknologi pendidikan.
43
3) Terselenggaranya proses berkelanjutan peningkatan kualitas guru sebagai pendidik professional, berakhlak mulia, tafaqquh fiddin, menjadi teladan bagi peserta didik. 4) Terselenggaranya proses berkelanjutan peningkatan kualitas guru dalam penguasaan bahan pendidikan dan bahan ajar, metodologi pembelajaran, dan teknologi pendidikan. 5) Terselenggaranya sarana prasarana pendidikan dan teknologi pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan pendidikan sekolah dasar bermutu tinggi. 6) Terwujudnya sistem pendidikan yang berorientasi kepada peserta didik dalam menumbuhkan dan mengembangkan aspek-aspek kepribadian, dan life skill secara komprehensif. 7) Terwujudnya budaya sekolah islami 8) Terwujudnya lulusan berakhlak mulia, sehat dan terampil, hafal Al Qur’an Juz ‘Amma dengan bacaan benar dan baik pada akhir kelas VI, serta menguasai dasar-dasar iptek dengan baik sebagai perwujudan kesiapan tumbuh menjadai generasi Khaira Ummah.111 Visi misi dan tujuan ini dirumuskan bersama oleh Tim Visi Misi dan Renstra Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (Kepala sekolah, komite sekolah dan staf dikdasmen), yang berdasar atas harapan masyarakat. Dan setelah disepakati, selanjutnya visi misi dan tujuan ini disosialisakan ke unit-unit SD Islam Sultan Agung 01-04. Di masing-masing unit sendiri dalam mensosialisasikan visi misi kepada seluruh anggota sekolah dilakukan dalam bentuk poster yang ditempel di posisi yang dapat dibaca semua anggota sekolah dan pihak eksternal sekolah yang berkunjung. Visi misi sekolah tidak bersifat statis, tapi dinamis dengan mengacu pada kebijakan umum pendidikan yang ditetapkan secara nasional. Faktor yang menjadi pertimbangan dalam perumusan visi misi adalah faktor eksternal dan internal. Faktor internal adalah potensi yang dimiliki sekolah dan eksternalnya adalah masyarakat yang menjadi pelanggan. 111
Dokumen SD Islam Sultan Agung 04 Semarang
44
Masyarakat yang menjadi pelanggan adalah masyarakat yang mayoritas adalah masyarakat dengan ekonomi menengah ke atas. Oleh karena itu, salah satu visi yang dirumuskan, untuk menanamkan nilai-nilai dasar Islam dan dasar-dasar ilmu pengetahuan untuk mempersiapkan kader umat yang menjadi generasi khaira ummah. 3. Struktur Organisasi Struktur organisasi adalah mekanisme kerja organisasi yang menggambarkan unit-unit
kerjanya
dengan
tugas-tugas
individu
didalamnya
beserta
kerjasamanya dengan individu-individu lain dan hubungan antara unit-unit kerja itu baik secara vertikal maupun horizontal. Adapun struktur organisasi SD Islam Sultan Agung 04 adalah seperti berikut; STRUKTUR ORGANISASI SD ISLAM SULTAN AGUNG 04 Tahun Pelajaran 2010/1011112
DIKDASMEN YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN SEMARANG TIMUR Kepala Sekolah M. KHASBULLAH, S.Ag.
KOMITE SEKOLAH WAKASEK PURWANTO NF,
TATA USAHA
Matori
Wali Kelas I SITI FATIMAH
Guru pendamping Kelas I Yunita F.
Wali Kelas II DIAN RIZQI R
Wali KelasIII ISWOYO
Wali Kelas IV-A MARYOTO
Wali Kelas IV-B ISTIKOMAH
S.Pd.
Wali Kelas V SUTOMO
112
Wali Kelas VI PURWANTO
GURU MAPEL A. AZWAR ANAS
GURU MAPEL H.MOCHTADION O
Dokumen SD Sultan Agung 04 Tahun Pelajaran 2010/2011
GURU TPQ M. NUR YAQIN
GURU TPQ SYAIKHUL HADI
45
GURU TPQ M. ANWAR AL-ASROR
GURU TPQ ZAENUL ULUM
GURU TPQ ENDANG SUHARTI
KARYAWAN M. ALI HANAFIAH
GURU TPQ S. MUSLIKHAH
SECURITY M. SAGI
SISWA
4. Kegiatan Pembelajaran di SD Sultan Agung SD Sultan Agung melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) mulai dari hari Senin sampai Sabtu, dengan ketentuan KBM kelas 1 dan kelas 2 dimulai Pukul 06.45 s.d 12.00 WIB (Senin s.d Kamis), KBM kelas 3 s.d 6 dimulai Pukul 06.45 s.d 13.10 WIB (Senin s.d Kamis), khusus pada hari senin, jum’at dan sabtu, bel masuk pada pukul 06.30 WIB dengan kegiatan sebagai berikut : a. Hari Senin
: Upacara Bendera
b. Hari Kamis
: Apel Pagi (sosialisasi BUSI)
c. Hari Sabtu
: Senam Pagi
SD Sultan Agung merupakan sekolah dasar berbasis Islam, oleh karena itu penanaman nilai-nilai agama dilakukan sejak dini, diantaranya: a. Sebelum pembelajaran jam pertama dimulai, yaitu pukul 06.45-07.00 seluruh siswa melaksanakan tadarus di dalam kelas masing-masing, yang dipimpin oleh guru. b. Memulai dan mengakhiri aktifitas pembelajaran dengan do’a dan salam. c. Pembiasaan untuk melakukan sholat dluha (terutama kelas VI), pada jam istirahat pertama (09.20-09.30) siswa melakukan sholat dluha secara mandiri.
46
d. Pada jam istirahat ke dua (11.50-12.00) seluruh guru, karyawan dan siswa
kelas
III-VI
diharuskan
melaksanakan
sholat
dhuhur
berjama’ah.113 Oleh karena itu tidak heran jika siswa selain mendapat mata pelajaran umum, juga kurikulum Madrasah Ibtidaiyah, seperti: Bahasa Arab, Tauhid, Sejarah Islam, Fiqh, Alqur’an Hadist ditambah dengan kegiatan penunjang seperti pesantren ramadhan, peringatan hari-hari besar Islam, Tadarus Alqur’an, kunjungan sosial dan manasik haji. Program unggulan terkait dengan proses belajar mengajar (PBM) yang dikembangkan oleh sekolah adalah muhadatsah dan conversation (masih pada tahap percakapan ringan), pembelajaran computer dan BTQ (Baca Tulis alQur’an) yang bekerja sama dengan lembaga Roudlotul Mujawidin (pemilik metode Qiro’ati), dalam jam yang sesuai dengan target dan tujuan sekolah yaitu hafal Al-qur’an juz ‘amma dengan baik dan benar pada akhir kelas VI serta menguasai dasar-dasar IPTEK sebagai perwujudan kesiapan tumbuh menjadi generasi khaira ummah.114 Program yang terkait dengan produk (lulusan) adalah tercapainya kelulusan dalam Ujian Nasional (UN) sebesar 100% dari seluruh siswa/i kelas VI yang mengikuti UN. Guna membekali dan menggali potensi
siswa, maka
dikembangkan program ekstrakurikuler terprogram sebagai wadah positif mencetak kader-kader khaira ummah yang ilmiah, beramaliah, bertaqwa, dan trampil. Antara lain seperti: Rebana, Drum band, Seni Baca Alqur’an, Olah raga, Komputer, Paskibraka, dan Pramuka.
B. Penerapan Manajemen BUSI (Budaya Sekolah Islami) di SD Islam Sultan Agung 0 Semarang 1. Latar Belakang dan Tujuan Pembentukan BUSI Untuk menuju dan meraih masa depan yang benar dan terarah, lembaga pendidikan dasar dan menengah Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung telah 113 114
Dokumen SD Sultan Agung 04 Hasil wawancara dengan Bp. Iswoyo, S.Ag.
47
merumuskan visi misi dan tujuan yang selanjutnya dijabarkan dalam Renstra (rencana strategis) dan Renop (rencana operasional). Cita-cita (visi misi tujuan) dan rencana (Renstra, Renop) akan terwujud jika ada usaha dan komitmen bersama, oleh karena itu diperlukan keseriusan gerakan dan istiqomah dalam membangun kultur pendidikan melalui spirit Islam. Gerakan yang dimaksud dinamakan budaya sekolah Islami (BUSI). Gerakan ini diimplementasikan
dalam
bentuk
membangun
budaya
iqra’
dan
Pengembangan budaya akhlakul karimah; a. Membangun budaya iqra’ (membaca), merupakan pengejawantahan dari wahyu pertama yang diturunkan kepada nabi Muhammad, saw. Budaya iqra’ oleh YBWSA diinterpretasikan sebagai perintah untuk mencerdaskan kehidupan manusia yang merupakan inti dari aktivitas pendidikan. Tujuan dari budaya iqra’ membentuk peserta didik untuk menjadi masyarakat pembelajar yang gemar membaca baik membaca dalam arti sebenarnya juga membaca fenomena-fenomena sosial, kegiatan ilmiah, menulis, menyampaikan pendapat, mengedepankan musyawarah dengan dilandasi IMTAQ.115 b. Pengembangan budaya akhlakul karimah, pengembangan budaya ini dilakukan melalui pembiasaan ; 1) Shalat berjama’ah 2) Berbusana islami 3) Lingkungan bersih dan sehat 4) Menebar ukhuwah melalui kebiasaan berkomunikasi secara Islami (senyum, salam, dan sapa).116 Kedua gerakan ini dilaksanakan bersamaan sebagai landasan untuk membangun karakter peserta didik berwawasan intelek yang memiliki integritas akhlak sesuai nilai-nilai Islam. Dalam pengembangan gerakan ini, identitas sebagai sekolah Islam tidak hanya berfungsi sebagai simbol untuk melengkapi nama sekolah. Lebih dari itu, gerakan ini juga menjadi spirit 115 116
Hasil wawancara dengan Bp. Mat Umar. Dokumen Materi Pelatihan BUSI (Budaya Sekolah Islami), 2007.
48
utama yang menjadi pemompa stamina para pengelola lembaga untuk mewujudkan visi misi.117 Ketua II bidang Dikdasmen, M. Nuridin, S.Ag, M.Pd. menuturkan, dalam mengembangkan pendidikannya lembaga mencanangkan lima (5) komponen sukses, kelimanya meliputi; BUSI, sukses kompetensi, sukses kompetisi (prestasi), sukses akademik serta sukses dalam mewujudkan lembaga pendidikan sebagai media dakwah. Hal ini dilandasi oleh keinginan untuk mengembangkan pendidikan dan upaya mencetak sumberdaya insani (SDI) yang berkualitas moral maupun spiritual. Dari aspek teknis, komponen-komponen ini sangat membutuhkan dukungan infrastruktur maupun SDI pengajar yang menguasai sekaligus sarat kompetensi. Oleh karena itu, lembaga terus memacu seluruh stakeholder untuk melaksanakan ke lima komponen sukses lembaga tersebut dalam rangka mewujudkan sebuah lembaga pendidikan dengan keunggulan di bidang IPTEK dan IMTAQ. Sebagaimana yang dituturkan oleh pengawas Dikdasmen, Bp. Mat Umar, jika dari segi penguasaan IPTEK sekolah masih memiliki keterbatasan, dan justru aspek inilah yang akan didorong secara bertahap sebagai konsekuensi dari implementasi program. Di lingkungan manajemen SD Islam Sultan Agung sendiri, sedang dirancang model pembelajaran dengan keunggulan dibidang penguasaan IPTEK. Yaitu pengembangan teknologi informasi dan penerapan model pembelajaran bilingual. Untuk mewujudkan Misi, sekolah memiliki strategi yaitu dengan menerapkan model pendidikan berbasis Quality Assurance (QAS), sehingga masyarakat percaya penuh dengan pendidikan putra-putrinya. Sebagaimana yang dituturkan oleh ibu Nur Hana, bahwa alasan menyekolahkan putranya di sekolah ini adalah karena pendidikan agamanya dan karena jaminan kualitas siswa yang diberikan oleh sekolah jelas dan terbukti,118 yaitu: a. Berakhlak mulia 117 118
Hasil wawancara dengan Bp. Mat Umar. Hasil wawancara dengan ibu Nur Hana, orangtua panji.
49
b. Taat beribadah dan patuh kepada orang tua c. Hafal juz ‘amma d. Cerdas, terampil, dan berprestasi e. Menguasai IPTEK. Selain itu SD Islam Sultan Agung juga melakukan standarisasi aturan, organisasi sekolah hingga standarisasi SDM. Dengan begitu, implementasinya akan menjamin kenyamanan, produktifitas dan kolektifitas. Dan yang paling penting lagi adalah menjalin komunikasi dan kerjasama dengan orangtua, masyarakat dan komponen pendidikan lainnya untuk meningkatkan efektifitas pendidikan, serta senantiasa melakukan benchmarking dan continous improvement. Pengembangan dari implementasi ini telah membawa peserta didik berprestasi di beberapa ajang kompetisi, seperti: a. Peringkat atas Olimpiade Matematika b. Juara Pildacil tingkat kota c. Juara Cerdas Cermat katagori putra dan putri tingkat Kota d. Juara I Telling Story Competition tingkat Jawa Tengah, e. Juara I Telling Story “Scary Story” tingkat Provinsi dua tahun berturut-turut. f. Sebagai sekolah swasta Islam tertinggi Se-kota Semarang dalam hasil UASBN tahun 2010, dan masih banyak lagi.119 SD Islam Sultan Agung merasa perlu untuk mengelola budaya dalam hubungannya dengan meningkatkan mutu sekolah secara kultural, dan sudah lama sekali diterapkan di YBWSA (Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung), namun saat itu masih dalam bentuk yang tidak resmi, hanya merupakan aturan-aturan yang tidak formal dan istilahnya adalah “adab Islami”. Baru kemudian pada tahun 2008, mulai disosialisasikan istilah BUSI (Budaya Sekolah Islami) dan mulai diresmikan pada tahun 2009. Dengan jargon “Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah”.120
119 120
Dokumentasi SD Islam Sultan Agung 04. Hasil wawancara dengan Bp. Azwar Anas.
50
Tujuan dari penerapan manajemen BUSI (Budaya Sekolah Islami) di SD Islam Sultan Agung adalah tercapainya tujuan sekolah yang arahnya untuk pembentukan generasi khaira ummah. Jadi, dalam hal ini budaya Islami sengaja dikelola sedemikian rupa agar tercipta kesatuan gerakan dan ciri khas sekolah, yaitu budaya sekolah Islami. 2. Manajemen BUSI (Budaya Sekolah Islami) Penerapan BUSI (Budaya Sekolah Islami) merupakan upaya serius dari manajemen YBWSA (Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung), dalam pelaksanaan BUSI di SD Islam Sultan Agung manajemen puncak cukup aktif dan selalu memotivasi timnya (koordinator bagian dari tiap unit dan anggota dari masing-masing sekolah) untuk dapat melaksanakan BUSI dengan efektif. BUSI diterapkan setelah seluruh personel atau tim motivator dari semua unit di SD Islam Sultan Agung memperoleh pelatihan BUSI, kemudian mereka membuat Standar Operasional Prosedur (SOP). SOP yang telah dibuat, disetujui oleh ketua motivator BUSI yang selanjutnya disahkan oleh ketua II bidang DIKDASMEN (Pendidikan Dasar dan Menengah) YBWSA. 121 Agar dalam melaksanakan kegiatan nyata tersebut bisa berjalan dengan baik maka diperlukan panduan yang jelas, mudah dan praktis yang bisa digunakan sebagai acuan, maka perlu disusun panduan pelaksanaan. Adapun standar operasional BUSI di SD Islam Sultan Agung adalah sebagai berikut:122 a. Penerapan adab di sekolah 1) Adab Masuk Sekolah a) Warga sekolah menyambut kedatangan siswa dengan senyum, salam, sapa, sopan dan santun b) Siswa mengucapkan salam dan berjabat tangan pada guru dan sebaliknya c) Bel berbunyi tanda masuk, petugas piket/satpam menutup pintu gerbang 121 122
Wawancara dengan Bp. Mat Umar, selaku pengawas TK-SD Dikdasmen YBWSA Buku panduan BUSI SD Islam Sultan Agung, 2009
51
d) Semua warga berikrar di halaman sekolah e) Warga sekolah dilarang melakukan kegiatan jual beli selama KBM berlangsung f) Tadarus Al-Qur’an pada jam pertama bagi semua warga sekolah g) Di waktu istirahat semua siswa keluar kelas dan guru mengamati h) Warga sekolah yang keluar lingkungan sekolah harus izin pada petugas(petugas piket, satpam atau kepala sekolah) i) Siswa dilarang membawa HP j) Dilarang merokok di lingkungan sekolah 2) Adab Berbusana Islami a) Busana harus menutup aurat sesuai ketentuan agama b) Model busana tidak ketat, dan sesuai dengan tata tertib sekolah c) Bahan busana tidak transparan, tidak bergambar hal-hal yang dilarang agama d) Tidak boleh menggunakan aksesoris wanita bagi laki-laki e) Wanita tidak dibenarkan menggunakan wewangian yang berlebihan f) Tidak dibenarkan mewarnai rambut, memakai wig dan bertato g) Tidak memakai perhiasan yang berlebihan 3) Adab di Luar Kelas a) Keluar kelas mendahulukan kaki kiri dengan berdo’a b) Turun tangga mendahulukan kaki kiri dengan membaca Subhanallah c) Naik tangga mendahulukan kaki kanan dengan membaca Allahu Akbar d) Berdo’a sebelum dan sesudah memasuki kamar kecil e) Mendahulukan kaki kiri ketika masuk kamar kecil dan mendahulukan kaki kanan ketika keluar f) Tidak berbicara di dalam kamar kecil g) Masuk kamar kecil satu persatu 4) Adab di Dalam Kelas
52
a) Mengucapkan salam sebelum dan sesudah KBM b) Mengawali KBM dengan berdo’a dan begitu pula ketika mengakhiri c) Guru menonaktifkan HP d) Menempati tempat duduk sesuai dengan aturan laki-laki terpisah dengan perempuan e) Guru dalam mengingatkan siswa dengan hikmah/bijaksana f) Menggunakan bahasa yang baik dan sopan g) Senantiasa menjaga kebersihan badan dan lingkungan h) Tidak diperkenankan memanggil dengan nama yang tidak pantas i) Selama KBM, wali siswa tidak diperkenankan masuk kelas dan berada di sekitar kelas 5) Adab Sholat Berjamaah a) Mendengar adzan, warga sekolah menghentikan aktifitas dan menjawab adzan b) Selesai adzan dikumandangkan, dilanjutkan berdo’a c) Warga sekolah menuju masjid dan wudhu dengan tertib d) Guru memimpin dan mengatur shaf siswa e) Selesai shalat dilanjutkan dengan membaca dzikir dan do’a f) Siswa keluar masjid sambil bersalaman dengan guru 6) Adab Makan Minum a) Awali dan akhiri makan dan minum dengan berdo’a b) Makan dan minum dengan duduk di tempat yang tersedia c) Makan dan minum dengan tangan kanan d) Membuang sampah pada tempatnya e) Makan makanan yang halal, bersih dan bergizi f) Tidak bergurau saat makan dan minum
7) Adab Kebersihan a) Membuang sampah pada tempatnya
53
b) Membiasakan mencuci tanga sebelum dan sesudah makan c) Menjaga kebersihan kelas dan sekolah d) Menjaga kebersihan diri (pakaian dan badan) dari kotoran e) Selalu dalam keadaan suci 8) Adab Berbicara a) Warga sekolah berbicara dengan sopan, santun serta tawadlu’ b) Mengucapkan salam bila bertemu dan berpisah c) Menghargai bantuan orang lain denga ucapan terimakasih d) Membiasakan mengucap kalimat thayyibah (kalimat yang baik) e) Hindari mengejek, mengolok-olok dan merendahkan orang lain 9) Adab Bergaul a) Menyayangi yang lebih muda b) Menghormati yang lebih tua c) Saling menghargai antar sesama warga sekolah d) Saling menasihati dalam hal kebenaran dan kesabaran e) Tolong menolong dalam hal kebaikan dan ketakwaan f) Kerja sama dalam hal kebaikan g) Meminta maaf dan memaafkan kesalahan orang lain h) Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi i) Menepati janji b. Reward dan sanksi yang diterapkan meliputi; 1) Pemberian penghargaan bagi siswa-siswi yang berprestasi dan berakhlakul karimah akan diikutsertakan dalam pemillihan putraputri generasi khaira ummah. 2) Putra putri khaira ummah ditunjuk sebagai tim motivator BUSI tingkat sekolah dan diberi beasiswa. 3) Apabila warga sekolah melanggar ketentuan BUSI maka harus bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukan dengan sanksi-sanksi yang telah ditentukan.
54
4) Bila pelanggaran berulang hingga point tertentu, maka wali kelas berhak melakukan tindakan dengan pemanggilan wali siswa sesuai ketentuan. 5) Pelanggaran yang dilakukan digunakan sebagai pertimbangan penilaian mata pelajaran keagamaan. Dalam manajemen BUSI di SD Islam Sultan Agung adalah dengan cara melaksanakan
semua
kegiatan
organisasi
sesuai
dengan
dokumen
(perencanaan) yang telah ditulis dan selalu berupaya untuk mengembangkan, dan memastikan bahwa BUSI tetap dapat dikelola dengan baik. Berdasarkan hasil interview yang telah peneliti lakukan dengan ketua motivator BUSI dan ketua tim BUSI, maka upaya-upaya yang telah dilakukan sekolah dalam manajemen BUSI adalah sebagai berikut: a. Menyusun dokumen yang akan dijadikan dasar perjalanan di dalam melaksanakan program BUSI. b. Mengadakan koordinasi dan rapat Koordinasi dan rapat-rapat diadakan untuk memberikan pengetahuan dan pelatihan tentang kepada semua anggota (Tim Motivator BUSI) yang berada di SD Islam Sultan Agung. Pada moment ini sekaligus digunakan sebagai muhasabah/evaluasi dari pelaksanaan BUSI di masing-masing unit. Memberikan pelatihan, workshop dan refresh, meliputi materi tentang BUSI, motivasi peningkatan kinerja, dan spirit keagamaan dengan mendatangkan berbagai narasumber, seperti Jose Rizal, pembawa berita di televisi, Ustad. Abdullah Gymnastiar, Tenaga pengajar dari UNISSULA (Universitas Islam Sultan Agung), dan lain-lain. c. Melakukan sosialisasi dan pembinaan teru menerus kepada semua anggota sekolah, yang dilakukan setiap kamis pagi (apel pagi) sebelum jam pelajaran pertama selama 15 menit, juga penempelan spanduk. Selain itu kepada orangtua siswa juga diberikan pengarahan, yang dilakukan pada awal tahun pelajaran baru. Serta adanya
55
penempelan do’a harian dan pembuatan mading (majalah dinding) yang berisi kajian keislaman dan science. d. Membentuk Tim Motivator BUSI (Budaya Sekolah Islami) e. Masing-masing unit di lingkungan SD Islam Sulatan Agung 01-04 membentuk tim motivator BUSI yang terdiri dari 3 (tiga) guru dari masing-masing unit SD Islam Sultan Agung 1-4 yang dipilih berdasarkan tingkat keilmuan agama dan akhlaknya, sedangkan di tingkat unit masing-masing dibentuk tim BUSI, yang terdiri dari kelas 3-5, masing-masing sekitar 8-10 siswa/siswi, siswa/siswi terpilih merupakan siswa yang berprestasi dan berakhlak baik. f. Motivasi, pemberian motivasi disini berbentuk peningkatan nilai dalam mata pelajaran agama, penghargaan sebagai generasi khaira ummah SD Islam Sultan Agung, dan bagi tim Motivator BUSI maka diberikan keistimewaan sama dengan mengajar tiga (3) jam pelajaran. g. Fasilitating, pemberian fasilitas dalam menyukseskan program BUSI, seperti rompi BUSI, pin BUSI, Spanduk BUSI dan jasa cleaning service. h. Monitoring dan teguran di tempat, ini merupakan tugas dari penegak disiplin sekolah (Tim BUSI), dimana setiap harinya terdapat petugas piket yang berjumlah 6-7 siswa/siswi, yang ditempatkan di beberapa titik, seperti pintu gerbang, tangga, dan di depan kelas. 123 Tugas mereka adalah menegur perilaku yang tidak sesuai dengan adab-adab BUSI (Budaya Sekolah Islami). i. Sedangkan bentuk monitoring yang formal berbentuk pembuatan buku catatan kedisiplinan siswa, guru dan karyawan. Dan adakalanya juga ada sidak (inspeksi mendadak) dari pengawas DIKDASMEN YBWSA. j. Evaluasi, evaluasi pelaksanaan BUSI dilaksanakan tiap dua (2) bulan sekali dengan Tim Motivator BUSI di tiap unit, sedangkan evaluasi
123
Hasil wawancara dengan aditya, ketua Tim BUSI (siswa)
56
tahunan dengan pihak YBWSA (Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung). Adapun susunan Motivator BUSI di SD Islam Sultan Agung 04 seperti berikut:
STRUKTUR TIM BUDAYA SEKOLAH ISLAMI Tahun Pelajaran 20010/2011 PELINDUNG Kepala Sekolah
SEKRETARIS
KETUA MOTIVATOR
AZWAR ANAS, S. Pdi
ISWOYO, S.Ag
BENDAHARA DIAN RIZQI, S. Pd
Tim BUSI (siswa)
Disini tanggung jawab manajemen BUSI terletak pada tim motivator BUSI dan tim BUSI (siswa), sedangkan kepala sekolah sebagai pengontrol. C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Penerapan BUSI (Budaya Sekolah Islami) di SD Islam Sultan Agung 04 Sebagai suatu praktik manajemen yang masih baru, penerapan BUSI (Budaya Sekolah Islami) di SD Islam Sultan Agung terdapat beberapa faktor yang muncul sebagai pendukung dan ada juga beberapa yang muncul sebagai penghambat dalam pelaksanaannya. Sebagaimana yang dipaparkan oleh pengawas bidang Dikdasmen, Bp. Mat Umar, bahwasanya kunci utama kesuksesan BUSI adalah adanya komitmen dan dukungan dari anggota, yang tentunya dalam penerapannya nanti akan manghadapi berbagai tantangan dan hambatan, baik itu dari anggota internal maupun eksternal. Di bawah ini akan dijelaskan dua faktor tersebut yang peneliti dapatkan melalui wawancara dan pengamatan selama penelitian
57
1. Faktor Pendukung Penerapan penerapan BUSI (Budaya Sekolah Islami) di SD Islam Sultan Agung a. Komitmen dari Top management Top management dalam hal ini adalah ketua YBWSA (Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung) yang saat ini dijabat oleh H. Hasan Toha Putra, MBA, komitmen ini diwujudkan dalam bentuk dukungan materi dan non-materi. b. Dukungan warga sekolah Komitmen dari puncak manajemen akan menjadi sia-sia tanpa diikuti dengan komitmen serta loyalitas yang penuh dari warga sekolah, yang dalam istilah manajemen disebut sebagai stakeholder internal sekolah. c. Diterapkannya sistem reward and punishment bagi guru dan karyawan , seperti adanya nilai tambah untuk kenaikan pangkat dan juga sanksi penundaan kenaikan pangkat bagi yang sering melanggar. d. Fasilitas pembelajaran yang representatif Fasilitas atau Sarana merupakan alat langsung yang digunakan dalam
sebuah
lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan, misalnya: ruangan, buku, laboratorium, dan sebagainya. Sedangkan prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam pendidikan, misalnya: lokasi, bangunan sekolah, lapangan olahraga, dan sebagainya. Adapun sarana prasarana penunjang terciptanya suasana belajar di SD Islam Sultan Agung yaitu bangunan atau gedung sekolah yang dilengkapi dengan fasilitas sekolah, antara lain: 1) Laboratorium IPA 2) Laboratorium Komputer dan internet 3) Perpustakaan 4) Sarana olah raga dan kesehatan 5) Sarana ibadah
58
6) Kantin 7) Kamar kecil yang bersih 8) Jasa cleaning servis 9) Pos satpam. 2. Faktor Penghambat Penerapan BUSI (Budaya Sekolah Islami) di SD Islam Sultan Agung a. Belum optimalnya tugas tim BUSI (siswa), dikarenakan usia yang sebaya dengan teman lainnya, sehingga dalam penegakan disiplin masih ada rasa setia kawan dan takut.124 b. Orang tua siswa belum terbiasa dengan BUSI, seperti adanya peringatan “area bebas rokok”, “area busana Islami” dan lain-lain. Hal ini diketahui dengan masih ditemuinya wali siswa yang merokok di area sekolah, dan busana wali siswa yang bellum memenuhi adab busana Islami ketika memasuki sekolah. c. Belum optimalnya penerapan sanksi, baik untuk guru, karyawan dan siswa, sanksi ini berlaku bagi seluruh anggota sekolah, yang dalam pengontrolannya dibuatkan buku control yang dipegang oleh tim motivator, berisi keaktifan mengikuti kegiatan shalat berjama’ah, kedisiplinan dan perilaku. Dengan bobot point dan bentuk sanksi yang telah disepakati. d. Kekhawatiran anggota akan persepsi masyarakat sebagai sekolah yang banyak aturan, dan bergaris keras.125 e. Ketidak siapan pihak internal akan konsekwensi logis yang harus dilaksanakan dalam perwujudan suasana keagamaan di sekolah. Dari beberapa faktor pendukung dan penghambat yang ada dalam manajemen BUSI (Budaya Sekolah Islami) di SD Sultan Agung, kesemuanya dianggap pengelola sekolah sebagai tantangan. Dengan kata lain, masih adanya hambatan dalam proses ini dianggap sebagai satu hal yang lumrah bagi lembaga, karena dalam berda’wah tentunya 124 125
Hasil wawancara dengan bella, siswi kelas 4. Wawancara dengan Bp. Mat Umar.
59
tidak langsung diterima, sebagaimana Nabi Muhammad ketika mensyiarkan Islam, semuanya membutuhkan proses panjang dan istiqomah, dan YBWSA selalu positif thinking bahwa niat/tujuan yang mulia pastinya dimudahkan oleh Allah swt. Namun tentunya dibarengi dengan rangkaian tindakan dan pengembangan secara tepat dan berkesinambungan oleh pihak manajemen sekolah.
60
BAB IV ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN BUDAYA SEKOLAH ISLAMI DI SD ISLAM SULTAN AGUNG 04 SEMARANG Sebagaimana yang telah tertera dalam Bab I bahwa tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bagaimana penerapan manajemen budaya sekolah Islami di SD Islam Sultan Agung 04, serta memberikan gambaran tentang beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam penerapannya. Mengingat bahwa data-data yang terkumpul bersifat kualitatif, maka dalam menganalisa data penulis menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Yaitu dengan mendeskripsikan dan mengkomparasikan antara penerapan manajemen budaya sekolah Islami dengan konsep yang ditemukan dalam studi kepustakaan. Dalam hal ini penulis menganalisis tentang penerapan manajemen budaya sekolah Islami di SD Islam Sultan Agung 04. Serta faktor pendukung dan penghambat penerapan manajemen budaya sekolah Islami di SD Islam Sultan Agung 04.
A. Analisis Penerapan Manajemen Budaya Sekolah Islami (BUSI) di SD Islam Sultan Agung 04 Semarang Sebuah
sekolah
yang
menerapkan
budaya
Islami
di
lingkungannya, berarti telah mengadakan perubahan penting di dalam organisasi tersebut yang berorientasi ke depan. Secara sederhana, ajaran agama Islam ditempatkan sebagai basic reference seluruh kegiatan pendidikan di sekolah. Ini berarti bahwa setiap kegiatan di sekolah memahami rujukan utama al-Qur’an dan sunnah Rasul, baik pada tingkat aplikasi maupun konseptual, atau dengan kata lain bahwa ajaran Islam merupakan pondasi seluruh aktifitas warga sekolah. Sementara itu, untuk mewujudkan lembaga pendidikan Islam yang berkualitas, ada banyak prasyarat yang harus dipenuhi untuk mewujudkan
61
cita-cita tersebut. Dalam perspektif manajemen ada beberapa karakteristik lembaga pendidikan Islam bermutu, antara lain; efektifitas proses pembelajaran, partisipasi warga sekolah dan masyarakat yang tinggi, kepemimpinan sekolah yang kuat, memiliki budaya yang kuat, kemudian kerjasama tim yang kompak.126 Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, siswa dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah.127 Tetapi perlu diingat, tujuan yang baik jika tidak dibarengi dengan pengelolaan yang baik pula, maka hasil yang efektif sulit untuk diwujudkan. Dari sinilah diperlukan satu bentuk pengelolaan atau manajemen yang mendukung terciptanya budaya sekolah yang efektif dan efisien. Hal ini harus diwujudkan di sekolah, karena budaya merupakan bagian integral dari pendidikan itu sendiri. Selain itu juga telah tercantum dalam UUD’45 Pasal 32 (2), yang berbunyi: “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.”128 Secara sederhana, manajemen budaya dalam pendidikan Islam adalah, manajemen yang diterapkan dalam pengembangan budaya di lembaga pendidikan Islam dengan niat/tujuan untuk mengejawantahkan ajaran dan
nilai-nilai
Islam
yang
melalui
proses
perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Tujuan tersebut dapat dijadikan kaidah pelaksanaan budaya sekolah. Kaidah tersebut, tentu saja harus menjadi titik tolak manajemen 126
Materi orientasi PPL 2009 di SMP Hidayatullah oleh pengawas yayasan. Abdul Aziz Wahab, Anatomi Orgaisasi&Kepemimpinan Pendidikan (Telaah Terhadap organisasi& pengelolaan Organisasi Pendidikan), (Bandung: Alfabeta), 2008, hlm.227. 128 Tim Srikandi, UUD’45 dan Amandemennya, (Surabaya: Srikandi, 2010), hlm.89. 127
62
budaya sekolah. Artinya, berhasil tidaknya penerapan budaya sangat terkait erat dengan bagaimana budaya itu dikelola. Dan pengelolaan itu akan berjalan dengan baik jika ada pemahaman yang komprehensif terhadap konsep budaya sekolah ini. Oleh SD Islam Sultan Agung Semarang, konsep tersebut diterjemahkan dalam bentuk budaya sekolah Islami (BUSI). Hal ini dilakukan bukan karena sekolah tersebut memiliki identitas sebagai sekolah ‘Islam’, yang hanya berfungsi sebagai simbol untuk melengkapi nama sekolah. Akan tetapi, gerakan ini menjadi spirit utama yang menjadi pemompa stamina para pengelola lembaga untuk mewujudkan visi misi. Sehingga suasana ke-Islaman tersebut bukan hanya makna simbolik tetapi lebih dari itu, berupa penanaman dan pengembangan nilai-nilai religius. Penciptaan suasana keagamaan ini dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut: g. Mengajak agar seluruh warga sekolah bersikap dan berperilaku sesuai dengan ajaran Islam. Dalam penerapan BUSI, SD Islam Sultan Agung tidak hentihentinya melakukan sosialisasi dan pembinaan teru menerus kepada semua anggota sekolah, yang dilakukan setiap kamis pagi (apel pagi) sebelum jam pelajaran pertama selama 15 menit, juga penempelan spanduk. Kepada anggota yang baru diajarkan nilai-nilai sekolah secara eksplisit. Selain itu kepada orangtua siswa juga diberikan pengarahan, yang dilakukan pada awal tahun pelajaran baru. Serta adanya penempelan do’a harian dan pembuatan mading (majalah dinding) yang berisi kajian keislaman dan keterpaduan islam dengan science. h. Menciptakan hubungan yang Islami dalam bentuk rasa saling toleransi (tasaamuh),
saling
menghargai (takaarum),
saling
menyayangi
(taraahum), saling membantu (ta’aawun), dan mengakui akan eksistensi masing-masing, mengakui dan menyadari akan hak dan kewajiban masing-masing.
63
Dalam hal ini SD Islam Sultan Agung mewujudkan dalam adab bergaul, yang meliputi: 1) Menyayangi yang lebih muda 2) Menghormati yang lebih tua 3) Saling menghargai antar sesama warga sekolah 4) Saling menasihati dalam hal kebenaran dan kesabaran 5) Tolong menolong dalam hal kebaikan dan ketakwaan 6) Kerja sama dalam hal kebaikan 7) Meminta maaf dan memaafkan kesalahan orang lain 8) Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi 9) Menepati janji i. Menyediakan sarana pendidikan yang diperlukan dalam menunjang terciptanya ciri khas agama Islam. Sarana pendidikan tersebut antara lain: Tersedianya mushalla/ masjid sebagai pusat kegiatan ibadah dan aktifitas. Tersedianya perpustakaan yang dilengkapi dengan buku-buku dari berbagai disiplin, khususnya mengenai ke-Islaman. Terpasangnya kaligrafi ayat-ayat dan hadits-hadits, kata-kata hikmah tentang semangat belajar, doa’-do’a harian dan pengabdian kepada agama, serta pembangunan nusa dan bangsa. Terpeliharanya suasana sekolah yang bersih, tertib, indah, dan aman serta tertanam rasa kekeluargaan. Untuk point ini SD Islam Sultan Agung telah memenuhi semua sarana penunjang BUSI, hanya satu yang masih belum terpenuhi, yaitu perpustakaan. Selama proses pengumpulan data di lapangan ini, penulis tidak menjumpai adanya ruangan perpustakaan yang resmi, tapi yang penulis jumpai hanyalah sebuah rak yang berada di setiap kelas, yang di dalamnya terdapat berbagai buku teks pelajaran. Hal ini ketika dikonfirmasikan kepada kepala sekolah, karena ruangan perpustakaan yang lama digunakan untuk penambahan ruang kelas baru, dikarenakan pertambahan jumlah siswa, sehingga untuk sementara waktu sambil
64
menunggu adanya ruang perpustakaan yang baru, maka buku-buku yang dibutuhkan diletakkan di ruang-ruang kelas. j. Adanya komitmen setiap warga sekolah menampilkan citra Islami, antara lain: berbusana Islami, tata cara pergaulan yang mencerminkan sikap akhlakul karimah, disiplin dengan waktu dan tata tertib yang ada, dan semangat belajar yang tinggi. Dalam penerapannya ini, SD Islam Sultan Agung telah mewujudkan dalam bentuk adab berbusana Islami, adab bergaul, dan adab masuk sekolah. k. Melakukan berbagai kegiatan yang dapat mencerminkan suasana keagamaan, SD Islam Sultan Agung juga telah menerapkan pembiasaan berdo’a, tadarus al-Qur’an sebelum jam pertama dimulai, shalat dhuhur berjama’ah, bimbingan keagamaan secara berkala, mengisi peringatan hari-hari besar keagamaan, mengintefsifkan praktik beribadah, baik ibadah mahdhah maupun ibadah sosial (kunjungan ke panti asuhan). Pentingnya membangun budaya di sekolah terutama berkenaan dengan upaya pencapaian tujuan sekolah dan peningkatan kinerja sekolah. SD Islam Sultan Agung 04 ini memiliki cita-cita mendidik putra-putri Indonesia untuk menjadi pemimpin bangsa yang amanah, cerdas, dan teladan lewat penguasaan IPTEK dengan landasan IMTAQ. Karena itu, sekolah mengusung misi untuk mewujudkan SD Islam Sultan Agung sebagai lembaga pendidikan dasar terkemuka dalam menanamkan nilai-nilai dasar Islam. Kemudian, menjadi lembaga pendidikan
yang
mampu
meletakkan
dasar-dasar
IPTEK
dalam
menyiapkan kader ummat yang siap tumbuh menjadi generasi khaira ummah. Selain itu, sekolah juga mengusung misi mengembangkan kualitas bahan pendidikan dan bahan ajar yang sejalan dengan nilai-nilai Islam, yang sejalan dengan perkembangan pendidikan di negeri ini. Diantaranya dengan membangun kualitas guru pendidik profesional yang tafaqquh fiddin dan menyelenggarakan sarana prasarana pendidikan sejalan dengan kebutuhan pendidikan bermutu tinggi. Dua misi terakhir yakni menciptakan
65
BUSI (Budaya Sekolah Islami) serta meningkatkan keberhasilan peserta didik dalam proses pendidikan sebagai pusat orientasi dan paling diutamakan dalam semua kegiatannya. Dalam perumusan visi misi ini, bukannya tanpa alasan, karena jika mengamati kondisi lingkungan sekolah, yang banyak dijumpai gambargambar tokoh pemikir Islam, kata-kata hikmah, dan kajian keIslaman, maka dapat ditafsirkan bahwa lembaga ini sangat terinspirasi oleh masa kejayaan para pemikir dan ilmuwan Islam yang sangat besar konstribusinya terhadap peradaban di muka bumi, sehingga pengelola berkeinginan untuk dapat mengulang kembali masa kejayaan umat Islam. Dari berbagai upaya manajemen SD Islam Sultan Agung untuk menciptakan BUSI adalah, dengan cara melaksanakan semua kegiatan organisasi sesuai dengan dokumen (perencanaan) yang telah ditulis dan selalu
berupaya
untuk
mengembangkan,
dan
memastikan
bahwa
pelaksanaan BUSI tetap sesuai dengan visi, misi dan tujuan sekolah. Disini manajemen puncak cukup aktif dalam menjalin komunikasi dengan timnya (koordinator bagian dari tiap unit dan anggota dari masingmasing sekolah) untuk dapat melaksanakan BUSI dengan efektif. Serta adanya sosialisasi terus menerus baik terhadap guru, siswa, karyawan, dan wali siswa. Sehingga dalam penyosialisasian, tim motivator BUSI juga dituntut untuk berda’wah. Selanjutnya, monitoring dan teguran di tempat, ini merupakan tugas dari penegak disiplin sekolah (Tim BUSI), tugas mereka adalah menegur perilaku yang tidak sesuai dengan adab-adab BUSI (Budaya Sekolah Islami). Sedangkan bentuk monitoring yang formal berbentuk pembuatan buku catatan kedisiplinan siswa, guru dan karyawan. adakalanya
juga
ada
sidak
(inspeksi
mendadak)
Dan
dari pengawas
DIKDASMEN YBWSA. Dan yang terakhir adanya evaluasi, yang dilaksanakan tiap dua (2) bulan sekali dengan Tim Motivator BUSI di tiap unit, sedangkan evaluasi tahunan dengan pihak YBWSA (Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung).
66
Tentunya dalam teknis pencapaian tujuan ini tidaklah mudah, komponen-komponen ini sangat membutuhkan dukungan infrastruktur maupun SDI pengajar yang menguasai sekaligus sarat kompetensi. Sehingga calon anggota baru (guru dan karyawan) akan diseleksi berdasarkan kesesuaian nilai dan perilakunya dengan budaya sekolah. Pembentukan budaya tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, namun memerlukan waktu dan bahkan biaya yang tidak sedikit untuk dapat menerima nilai-nilai baru dalam organisasi. Sehingga sudah menjadi sunnatullah, dengan diterapkannya BUSI di SD Islam Sultan Agung 04, maka pengelola harus siap dengan segala situasi dan kemungkinan. Kesuksesan BUSI tersebut juga tidak terlepas dari dukungan wali siswa di lingkungan YBWSA yang mayoritas adalah tingkat menengah ke-atas, keuntungan dari pembiayaan sekolah ini untuk mensubsidi sekolah-sekolah lain yang membutuhkan yang berada di lingkungan YBWSA. Sehingga tidak mengherankan jika fasilitas dan pelayanan yang diberikan memuaskan, seperti penciptaan lingkungan yang bersih, sehat dan representatif, dalam perwujudannya dilaksanakan melalui penyediaan jasa cleaning service, sehingga siswa tidak harus piket membersihkan kelas setiap pagi seperti yang masih banyak terlihat di beberapa sekolah, namun bukan berarti siswa dan semua warga sekolah dengan sekenanya mengotori sekolah, tetapi semua tetap diharuskan menjaga kebersihan. Selain itu SD Islam Sultan Agung juga melakukan standarisasi aturan, organisasi sekolah hingga standarisasi SDM. Dengan begitu, implementasinya
akan
menjamin
kenyamanan,
produktifitas
dan
kolektifitas. Dan yang paling penting lagi adalah menjalin komunikasi dan kerjasama dengan orangtua, masyarakat dan komponen pendidikan lainnya untuk meningkatkan efektifitas pendidikan, serta senantiasa melakukan benchmarking dan continous improvement.
67
Sedangkan indikator terciptanya budaya sekolah dapat dilihat dari karakteristik budaya yang ditunjukkan sekolah, 129 yaitu: 7)
Obeserved behavioral regularities (keberaturan perilaku), budaya
sekolah ditandai dengan adanya keberaturan cara bertindak dari seluruh anggota sekolah yang dapat diamati. Keberaturan berperilaku ini dapat berbentuk acara-acara ritual tertentu, bahasa umum yang digunakan atau simbol-simbol tertentu yang mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh anggota SD Islam Sultan Agung, hal tersebut terwujud dalam bentuk penciptaan kondisi fisik dan mental yang Islami, pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang Islami (mujahadah, pesantren ramadhan, budaya shalat berjama’ah, halal-bihalal, kajian keislaman dan lain-lain), serta peringatan hari-hari besar keagamaan dan nasional. 8)
Norms (norma-norma); budaya sekolah ditandai pula oleh adanya
norma-norma yang berisi tentang standar perilaku dari anggota sekolah, baik bagi siswa maupun guru. Standar perilaku siswa terutama berhubungan dengan pencapaian hasil belajar siswa, yang akan menentukan apakah seorang siswa dapat dinyatakan lulus/naik kelas atau tidak. Standar perilaku siswa tidak hanya berkenaan dengan aspek kognitif atau akademik semata namun menyangkut seluruh aspek kepribadian. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk; hafal Al-qur’an juz ‘amma dengan baik dan benar pada akhir kelas VI (sebagai persyaratan
kelulusan),
penilaian
mata
pelajaran
agama
yang
menggabungkan antara perilaku/ akhlak dan kemampuan siswa. Sedangkan berkenaan dengan standar perilaku guru, tentunya erat kaitannya dengan standar kompetensi yang harus dimiliki guru, yang akan menopang terhadap kinerjanya. Dalam perspektif kebijakan pendidikan
nasional,
sebagaimana
tercantum
dalam
Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu; Kompetensi pedagogik, Kompetensi kepribadian, Kompetensi 129
Ara Hidayat, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, (Bandung: Pustaka Educa, 2010), hlm.67.
68
professional, dan Kompetensi sosial. 130 Pengelola SD Islam Sultan Agung dalam merekrut tenaga pendidik telah mengacu pada kompetensi-kompetensi
tersebut,
namun
secara
khusus
yang
diutamakan adalah kompetensi keislaman, yang dalam hal ini meliputi; kemampuan membaca al-Qur’an, praktik beribadah, dan pemahaman akan hukum-hukum Islam. Karena hal tersebut semua merupakan pendukung penerapan BUSI. 9)
Dominant values (nilai-nilai dominan); jika dihubungkan dengan
tantangan pendidikan Indonesia dewasa ini yaitu tentang pencapaian mutu pendidikan, maka budaya sekolah seyogyanya diletakkan dalam kerangka pencapaian mutu pendidikan di sekolah. Adapun tentang makna dari mutu pendidikan itu sendiri dalam konteks Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, mutu pendidikan meliputi aspek input, proses dan output pendidikan. Pada aspek input, mutu pendidikan ditunjukkan melalui tingkat kesiapan dan ketersediaan sumber daya, perangkat lunak, dan harapan-harapan. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut. Sedangkan pada aspek proses, mutu pendidikan ditunjukkan melalui pengkoordinasian dan penyerasian serta pemanduan input sekolah, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benarbenar mampu memberdayakan peserta didik. Sementara, dari aspek output, mutu pendidikan dapat dilihat dari prestasi sekolah, khususnya prestasi siswa, baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Oleh SD Islam Sultan Agung hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya prestasi akademik dan lulus UASBN 100%, terciptanya produk (lulusan) yang berkualitas baik akademik, moral, spiritual maupun sosial.
130
UU R.I. NO.20 Th.2003 Tentang SISDIKNAS&PP. R.I. No.47 Th. 2008 Tentang Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara,2009), hlm.126.
69
10) Philosophy (filosofi); budaya organisasi ditandai dengan adanya keyakinan dari seluruh anggota organisasi dalam memandang tentang sesuatu secara hakiki, misalnya tentang waktu, manusia, dan sebagainya yang dijadikan sebagai kebijakan organisasi. Jika kita mengadopsi filosofi dalam dunia bisnis yang memang telah terbukti memberikan keunggulan pada perusahaan, di mana filosofi ini diletakkan pada upaya memberikan kepuasan kepada para pelanggan. Dari berbagai proses pengumpulan data ini, penulis mendapati bahwa sejak diterapkannya BUSI ini, prestasi siswa di berbagai bidang mata pelajaran (khususnya agama) dan beberapa kompetisi lain menunjukkan peningkatan yang signifikan. Oleh karena itu lembaga tidak ragu lagi untuk menerapkan model pendidikan berbasis Quality Assurance (QAS), yaitu jaminan kualitas siswa yang meliputi: berakhlak mulia, taat beribadah dan patuh kepada orang tua, hafal juz ‘amma, cerdas, terampil,
berprestasi,
dan
menguasai
iptek.
Karena
dengan
diterapkankannya model pendidikan berbasis Quality Assurance (QAS) ini, dapat meningkatkan kepercayaan dan kepuasan masyarakat akan pendidikan putra-putrinya selama ini. Hal tersebut adalah sebuah contoh nyata akan filosofi sekolah untuk membuat lembaga yang ditempatinya memiliki mutu yang tinggi di mata pelanggan pendidikan baik internal maupun eksternal. 11) Rules (peraturan); budaya sekolah ditandai dengan adanya ketentuan dan aturan main yang mengikat seluruh anggota organisasi. Aturan umum di SD Islam Sultan Agung ini dikemas dalam bentuk BUSI, di dalamnya berisikan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh warga sekolah, sekaligus dilengkapi pula dengan ketentuan sanksi jika melakukan pelanggaran. 12) Organization climate. merupakan perasaan keseluruhan (an overall feeling) yang tergambarkan dan disampaikan melalui kondisi tata ruang, cara berinteraksi para anggota, dan cara anggota memperlakukan dirinya dan pelanggan.
70
Sejauh yang peneliti temukan, sebagaimana yang telah disinggung dalam BAB III, bahwa kedekatan pimpinan sekolah dengan warga sekolah mulai dari tenaga tata usaha, siswa, guru, dan karyawan telah membuat pola komunikasi lebih dinamis dan harmonis. Dari iklim yang sehat ini, akhirnya akan berimplikasi positif pada setiap tamu yang datang baik untuk berkunjung atau menjalankan tugas, termasuk yang peneliti alami.Peneliti merasakan performance warga sekolah mulai ketika menyambut tamu, melayani tamu, sampai pada mengarahkan apa yang terbaik bagi tamu sangat bagus sekali. Pengaruh dari karakteristik budaya tersebut terhadap sekolah, yang terutama adalah terhadap sikap dan watak subjek dan objek pendidikan. Sikap hidup yang dibentuk oleh aturan moralitas yang bertitik tolak dari nilai-nilai agama, nilai-nilai sosial dapat dikembangkan secara edukatif oleh sekolah. Dengan demikian, seluruh civitas akademika menikmati budaya sekolah yang kondusif. Suasana belajar yang tenang, dinamis, ilmiah, teknologis, dan tentu saja enjoyable learning.
B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Manajemen Budaya Sekolah Islami di SD Islam Sultan Agung 1. Faktor Pendukung Penerapan BUSI (Budaya Sekolah Islami) di SD Islam Sultan Agung a. Komitmen dari Top management Top management dalam hal ini adalah ketua YBWSA (Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung) Semarang yang saat ini dijabat oleh H. Hasan Toha Putra, MBA, komitmen ini diwujudkan dalam bentuk dukungan materi dan non-materi. Pola hubungan/ komunikasi yang diterapkan juga dengan pendekatan pada masing-masing unit kerja di seluruh lingkungan manajemen YBWSA hingga di tingkat masing-masing unit pendidikan (kepala sekolah dan anggotanya), sehingga membuahkan kedekatan personal antara pimpinan puncak dengan pimpinan di
71
semua unit. Pola relasi yang lebih menekankan pada pendekatan perseorangan (personal approach) itulah yang membuat pola komunikasi kerja menjadi lebih efektif, sehingga program-program yang sejak awal telah menjadi sasaran peningkatan mutu sekolah menjadi lebih mudah untuk difahami dan dilaksanakan oleh stakeholder SD Islam Sultan Agung. b. Dukungan warga sekolah Komitmen dari puncak manajemen akan menjadi sia-sia tanpa diikuti dengan komitmen serta loyalitas yang penuh dari warga sekolah, Kinerja guru dan karyawan yang dilandasi semangat pengabdian kerja yang tinggi dan penuh keikhlasan demi memajukan lembaga. Serta semangat siswa yang tinggi untuk belajar dan berprestasi baik intra maupun ekstra, yang dibuktikan dalam prosentase kelulusan 100% dan prestasi dalam beberapa perlombaan. Sebagaimana yang telah disinggung di atas, bahwa kedekatan kepala sekolah , warga sekolah mulai dari satpam, tenaga tata usaha, siswa, guru, telah membuat pola komunikasi lebih dinamis dan harmonis. Ini berimplikasi positif pada setiap tamu yang datang baik untuk berkunjung atau menjalankan tugas, termasuk peneliti merasakan performance warga sekolah mulai ketika menyambut tamu, melayani tamu, sampai pada mengarahkan apa yang terbaik bagi tamu sangat bagus sekali, kenyamanan yang peneliti rasakan adalah sebuah contoh nyata akan dedikasi warga sekolah untuk membuat lembaga yang ditempatinya memiliki mutu yang tinggi di mata pelanggan pendidikan baik internal maupun eksternal. c. Diterapkannya sistem reward and punishment Sistem reward and punishment ini diberlakukan bagi guru, siswa dan karyawan, bagi guru dan karyawan, dengan adanya nilai
72
tambah untuk kenaikan pangkat dan juga sanksi penundaan kenaikan pangkat bagi yang sering melanggar. Sedangkan bagi siswa dengan: 6)Pemberian penghargaan bagi siswa-siswi yang berprestasi dan berakhlakul karimah akan diikutsertakan dalam pemilihan putraputri generasi khaira ummah 7)Putra putri khaira ummah ditunjuk sebagai tim motivator BUSI tingkat sekolah dan diberi beasiswa 8)Apabila warga sekolah melanggar ketentuan BUSI maka harus bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukan dengan sanksi-sanksi yang telah ditentukan, sebagaimana terlampir. 9)Pelanggaran yang dilakukan digunakan sebagai pertimbangan penilaian mata pelajaran keagamaan. d. Fasilitas pembelajaran yang representatif Fasilitas atau sarana merupakan alat langsung yang digunakan dalam sebuah lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya: ruangan kelas, buku, laboratorium, dan sebagainya. Sedangkan prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam pendidikan, misalnya: lokasi, bangunan sekolah, lapangan olahraga, dan sebagainya. Pentingnya sarana dan prasarana yang memadai dan mencakup kebutuhan sangat membantu dan menunjang keberhasilan pendidikan di lembaga pendidikan. Jika persediaan sarana dan prasarana
tidak
memadai,
maka
akan
menghambat
proses
pembelajaran (belajar mengajar). SD Islam Sultan Agung dalam penyediaan sarana dan prasarana sudah cukup lengkap, serta dapat mengikuti perkembangan zaman (era globalisasi). Namun
menurut
penulis,
lingkungan sekolah
belum
mendukung kondisi yang kondusif, hal tersebut dikarenakan lokasi yang berada di tepi jalan raya dan lahan yang terbatas, sehingga pembangunan
gedung
dilakukan
secara
ke
atas
sehingga
mempersulit dewan guru untuk memantau kondisi siswa. selain itu
73
juga suasana bising arus lalu lintas. Ini dapat berdampak pada fisik dan sosio psikologis siswa maupun guru. 2. Faktor Penghambat Penerapan BUSI (Budaya Sekolah Islami) di SD Islam Sultan Agung f. Belum optimalnya tugas tim BUSI (siswa), Belum optimalnya tugas tim busi ini dikarenakan beberapa hal, antaralain seperti; usia yang sebaya, sehingga dalam penegakan disiplin masih ada rasa setia kawan dan takut, ketika siswa melihat wali murid, guru, dan karyawan yang berprilaku tidak sesuai SOP BUSI, maka kebanyakan dari mereka tidak berani menegur, sehingga hanya bisa melaporkan kepada motivator BUSI. g. Orang tu siswa belum terbiasa dengan BUSI Hal ini diketahui dengan masih ditemuinya wali siswa yang merokok di area sekolah, dan pola busana yang tidak Islami, meskipun mereka mengetahui akan adanya larangan ini, tampaknya kesadaran dan rasa bertanggungjawab yang dimiliki masih kurang. h. Belum optimalnya penerapan sanksi Sanksi ini berlaku bagi seluruh anggota sekolah, yang dalam pengontrolannya dibuatkan buku kontrol yang dipegang oleh tim motivator, berisi keaktifan mengikuti kegiatan shalat berjama’ah, kedisiplinan dan perilaku. Dengan bobot point dan bentuk sanksi yang telah disepakati. Namun sejauh ini mengenai sanksi yang diberlakukan untuk guru dan karyawan belum berjalan, ketika dikonfirmasi pada kepala sekolah memang dibenarkan, karena masih dalam masa penggodokan. i. Kekhawatiran anggota akan persepsi masyarakat sebagai sekolah yang banyak aturan, dan bergaris keras, hal ini banyak dilontarkan masyarakat dan bahkan beberapa anggota yang belum memiliki kesamaan persepsi tentang visi misi tujuan sekolah.
74
j. Ketidak siapan pihak internal akan konsekwensi logis yang harus dilaksanakan dalam perwujudan suasana keagamaan di sekolah. Seperti gerakan shalat berjama’ah, peningkatan pengetahuan melalui semangat iqra’, dimana masih terdapat beberapa guru yang sulit untuk di ajak bekerjasama dalam menyukseskan gerakan ini. Padahal, seharusnya budaya sekolah merupakan suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan personil sekolah. Dari uraian ini, dapat dianalisis bagaimana manajemen budaya sekolah Islami yang dilaksanakan di SD Islam Sultan Agung 04. Dengan kata lain, apakah pengelolaan budaya Islami sudah memenuhi hal-hal yang menjadi indikator keberhasilan manajemen budaya sekolah atau belum. Jika melihat kompleksitas karakteristik yang dijadikan indikator keberhasilan pelaksanaan budaya Islami yang harus dipenuhi dalam sebuah sekolah, maka manajemen budaya Islami di SD Islam Sultan Agung 04 dapat dikategorikan sudah cukup baik, karena sudah menerapkan perencanaan, pengelolaan, pengarahan, monitoring, pemberdayaan, motivating, dan adanya evaluasi, meski belum sepenuhnya terlaksana dengan efektif, namun ikhtiar pengelola patut ditiru, karena pengelola selalu melakukan upaya perbaikan dari kekurangan-kekurangan tersebut, hal ini tidak lain karena komitmen lembaga yang tinggi terhadap penerapan budaya sekolah Islami.
75
BAB V PENUTUP A. SIMPULAN Dari paparan yang telah penulis sampaikan, ada beberapa hal yang menjadi kesimpulan dari pembahasan tentang penerapan manajemen budaya sekolah Islami: 1. SD Islam Sultan Agung merasa perlu untuk mengelola budaya dalam hubungannya dengan meningkatkan mutu sekolah secara kultural, hal ini mengacu pada visi pendirinya, membangun generasi khaira ummah yang dipengaruhi oleh cita-cita
internal dan tuntutan eksternal yang
melingkupinya, maka dibentuklah budaya sekolah Islami (BUSI). Budaya yang dibangun dari nilai-nilai yang dianut tersebut memicu tumbuhnya komitmen anggota sehingga anggota dengan mudah memahami nilai-nilai dan norma yang dianut dalam satuan kerja dan menerapkannya dalam lingkungan sekolah sebagai pedoman dalam berperilaku. Manajemen BUSI di SD Islam Sultan Agung 04 dapat dikategorikan sudah cukup baik, dengan indikator terlaksananya beberapa kegiatan yang sesuai dengan dokumen (perencanaan), meningkatnya prestasi akademik, terciptanya lingkungan sekolah yang bersih, terjalinnya hubungan yang harmonis antar seluruh warga sekolah, serta masih terdapat beberapa kekurangan baik dari segi perencanaan dan pelaksanaanya. Namun, Ikhtiar pengelola patut ditiru, karena pengelola selalu melakukan upaya perbaikan dari kekurangan-kekurangan tersebut, hal ini tidak lain karena komitmen lembaga yang tinggi terhadap mutu sekolah. 2. Adapun faktor pendukung dan juga penghambat dalam penerapan manajemen budaya Islami di SD Islam Sultan Agung 04 meliputi: a.
Faktor Pendukung 1) Komitmen dari top manajemen 2) Dedikasi warga madrasah 3) Diterapkannya sistem reward and punishment
76
4) Ketersediaan fasilitas pendidikan yang representatif. b.
Faktor Penghambat 1) Belum optimalnya tugas tim BUSI (siswa) 2) Orang tua siswa belum terbiasa dengan BUSI 3) Belum optimalnya penerapan sanksi 4) Kekhawatiran anggota akan persepsi masyarakat sebagai sekolah yang banyak aturan, dan bergaris keras 5) Ketidak siapan pihak internal akan konsekwensi logis yang harus dilaksanakan dalam perwujudan suasana keagamaan di sekolah.
B. SARAN Agar manajemen budaya Islami di SD Islam Sultan Agung 04 dapat terlaksana lebih baik, maka kiranya dapat mengikuti saran-saran berikut: 1. Bagi Pihak Sekolah a. Sebaiknya standar operasional BUSI ditinjau ulang, karena beberapa point di dalamnya terdapat kata-kata yang kurang tepat untuk untuk siswa/i usia SD. b. Sebaiknya buku panduan BUSI antara siswa dan guru dibedakan, karena dengan demikian akan lebih jelas mana aturan dan larangan unutuk siswa dana mana yang untuk guru. c. Untuk mengoptimalkan tugas Tim BUSI (siswa) maka, siswa yang dipilih harus benar-benar diseleksi, bukan hanya berdasarkan nilai tapi juga akhlaknya. Setelah terpilih kemudian di adakan semacam LDK (latihan dasar kepemimpinan), baru kemudian dilantik oleh kepala sekolah, tujuanya adalah untuk memotivasi sehingga mereka benarbenar merasa mendapat amanah untuk menegakkan BUSI. d. Sanksi maupun reward yang disepakati hendaknya benar-benar dilaksanakan, sehingga kepala sekolah dituntut ketegasannya disini. e. Dalam mensosialisasikan dan merumuskan SOP BUSI bisa juga melibatkan komite sekolah.
77
2. Bagi Pihak Luar: a. Hendaknya wali siswa dan stakeholder lain selalu memberikan dukungan atau saran yang bermanfaat terhadap program-program sekolah, sehingga sekolah dapat selalu survive dan unggul ditengahtengah globalisasi. b. Bagi masyarakat yang memasuki/ bertamu ke sekolah hendaknya menyesuaikan dan menghormati peraturan yang telah ada.
C. PENUTUP Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT penulis ucapkan sebagai ungkapan rasa syukur karena telah menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini dari awal hingga akhir. Semoga amal ibadah yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Meskipun telah berupaya dengan optimal, penulis yakin masih ada kekurangan dan kelemahan skripsi ini dari berbagai sisi. Namun demikian penulis berdo’a dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Atas saran dan kritik konstruktif untuk kebaikan dan kesempurnaan tulisan ini, penulis ucapkan terima kasih. Wallahu a’lam bi al-shawab.
78
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz, Sholeh, Abdul Aziz Abdul Majid, al Tarbiyah wa al Thuruq al Tadris Juz I, Dar Al-Maarif: Mesir,1996 Ahmad, Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, cet.5 Anwar, Saifuddin,“Metodelogi Penelitian”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1988 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002 Azizy, A. Qodry A., Pendidikan Agama Untuk Membangun Etika Sosial Semarang: Aneka Ilmu, cet.2, 2003 Direktorat Tenaga Kependidikan, Penerapan Budaya dan Iklim Pembelajaran di Sekolah, http://diknas/ac.id/contents/koleksi/pdf/08/03/2010. Djatmiko, Yayat Hayati, Perilaku Organisasi,Bandung: Alfabeta, 2008 Echols, John M. dan Hassan Shadily, 2003, An English-Indonesian Dictionary, Cet. XXV, Jakarta: PT Gramedia, 2003 Fattah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999 ____________, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004 Hafidhuddin, Didin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2003 Hamalik, Oemar, Perencanaan dan Manajemen Pendidikan, Bandung : Mandar Maju,1991 Hasan, M. Iqbal, Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002 Hasibuan, H. Malayu S.P., Manajemen Dasar, Pengertian, Dan Masalah, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, cet. 6. Hatta, Ahmad, Tafsir Qur’an Perkata Dilengkapi Asbabunnuzul&Tarjamah, Jakarta; Maghfirah Pustaka,2009, cet.3.
dengan
79
Hidayat, Ara, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, Bandung: Pustaka Educa, 2010 Hikamudin, Eviana, “Menciptakan Budaya Sekolah Yang Tetap Eksis”, http://datastudi. wordpress.com /27/03/2010. Hikmat, Manajemen Pendidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009 Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz. 6, Beirut: Dar-alKutub al’Ilmi, 1994 Imam Nawawi, Terjemah Riyadh as-Shalihin I, terj. Achmad Sunarto, Jakarta: Pustaka Amani, 1999, cet.4. Ishmat Muthowi’, Ibrahim dan Amin Ahmad Hasan, Al-Ushul al Idariyah li al Tarbiyah , Ar-Riyad: Dar al Syuruq, 1996 Jabbar, Abdul, “Peran Budaya Organisasi Dalam Peningkatan Kinerja Organisasi di Sekolah Menengah Pertama Ulul Albab Sepanjang Sidoarjo”, Skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2009 John M. Echols dan Hassan Shadily, 2003, An English-Indonesian Dictionary, Cet. XXV, Jakarta: PT Gramedia, 2003 Karwanto, Bahan-bahan Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan, Manajemen Pendidikan. Komariah, Aan, Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2005 L. Sisk, Henry, Principles of Management: a System Approach to the Management Process, England: South-Western Publishing Company, 1999 Lunenburg, Fred C. and Allan C. Ornstein, Educational Administration :Concepts And Practices, USA: Wodsworth, 2004, 4th Ed. M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur'an, Bandung: Mizan, 1992 Majid, Abdul dan Dian Andyani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Rosdakarya, 2005 Margono, S. “Metodologi Penelitian Pendidikan”, Cet. 2, Jakarta: Rineka Cipta, 2000 Materi orientasi PPL 2009 di SMP Hidayatullah oleh Pengawas Yayasan.
80
Mochtar, EK., Manajemen Suatu Islam, Jakarta: Bharata Karya Aksara, 1996
Pendekatan
Berdasarkan
Ajaran
Moedjiarto, Sekolah Unggul, Jakarta:Duta Graha Pustaka, 2002 Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi), Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007 Muhaimin, dkk, Manajemen Pendidikan, Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, Jakarta: Prenada Media Group, 2009 Mulyono, Manajemen Administrasi Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008, Cet. I.
dan
Organisasi
Pendidikan,
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi, Metodelogi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, Cet.7 Nata, Abuddin, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2010, cet.4.
Kelemahan
Noer Aly, Hery dan Munzier S., Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung Insani, 2003, Cet.2 Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta: PT. Grasindo, 2003 Rahman, Nazarudin, Regulasi Pendidikan, Yogyakarta:Pustaka Felicha, 2009 Rahmatiyah, Ita, “Peran Kultural Sekolah Dalam Meningkatkan Etoos Kerja Guru di MIN Buduran Sidoarjo”, Skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya, Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2006 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008, cet.5 Ruslan, Agus, “Agen Sosialisasi Budaya”, http://re-searchengines.agen budaya.com/07/04/2010. Sagala, Syaiful, Budaya dan Reinventing Organisasi Pendidikan,Bandung: Alfabeta, 2008. Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, Jakarta, Lentera Hati, 2004, Cet II. Siagian, Sondang P., Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, cet.2. Stoner, James A.F., dkk ,Manajemen ,terj. Alexander Sindoro,Jakarta: Prenhallindo,1996
81
Sudrajat, Akhmad, “Manfaat Prinsip dan Asas Pengembangan Budaya Sekolah”, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/03042010/. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan :Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2006 Syafiie, Inu Kencana, AlQur’an dan Ilmu Administrasi, Jakarta: Rineka Cipta, 2000 Tika, Moh. Pabundu, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006 Tim Motivator BUSI-SD, Buku Panduan BUSI SD Islam Sultan Agung. Tim Peneliti BKN, “Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan Pegawai Negeri Sipil”, http: //WWW. BKN. go.id/ 08072010/. Tim Srikandi, UUD’45 dan Amandemennya, Surabaya: Srikandi, 2010 Usman, Husaini, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, Cet. 1. UU R.I. NO.20 Th.2003 Tentang SISDIKNAS&PP. R.I. No.47 Th. 2008 Tentang Wajib Belajar, Bandung: Citra Umbara,2009 Wahab, Abdul Aziz, Anatomi Orgaisasi&Kepemimpinan Pendidikan Telaah Terhadap organisasi& pengelolaan Organisasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2008 Yusuf, Musfirotun, Manajemen Yogyakarta: Andi Offset, 2005
Pendidikan
Sebuah
Pengantar,
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta: Bigraf Publising, 2000
82
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Usfuriyah
NIM
: 063311030
Tempat, Tanggal Lahir
: Grobogan, 30 Oktober 1987
Alamat Asal
: Ds. Mlilir, RT. 01/ RW. 04, Kec. Gubug, Kab. Grobogan.
Pendidikan
:
1. TK Mamba’ul Hisan Sidayu
Lulus : Tahun 1996
2. MI Banin-Banat Sidayu
Lulus : Tahun 1999
3. MTs. Kanjeng Sepuh Sidayu
Lulus : Tahun 2002
4. MA. Mamba’us Sholihin Gresik
Lulus : Tahun 2005
5. IAIN Walisongo Semarang Angkatan 2006
Semarang, 17 Desember 2010 Penulis
Usfuriyah NIM. 063311030
Statistik Pendidikan A. Keadaan Sekolah 1. Nama Sekolah : SD Islam Sultan Agung 4 2. Nomor Induk Sekolah : '104380 3. Nomor Statistik Sekolah : 104036309054 4. Alamat Sekolah : Jl.R.Patah.No.263 Semarang 5. Nomor Telepon : (024) 3553805 6. Kota/Kabupaten : Semarang 7. Status Sekolah (akreditasi) : "A" 8. Sekolah didirikan pada : a. Tanggal : 2 Juli 1962 b. Nama Badan Penyelenggara : YBWSA c. Tgl/No.Akte Notaris Lama : d. Tgl/No.Akte Notaris Baru : e. No/Tgl.Akreditasi : 425.1/1326 / 17-11-2007 9. Waktu Belajar : Pagi hari Lama Belajar : 6 hari Jumlah jam/minggu : 54 jam 10. Nama Kepala Sekolah : Mohammad Khasbullah, S.Ag. 11. Nama Wakasek : Purwanto NF, S.Pd. 12. Status gedung : a. Untuk Kelas : 8 ruang b. Untuk Kantor : 1 ruang c. Untuk Perpustakaan : 1 ruang d. Untuk Laboratorium : 1 ruang e. Untuk Gudang : 1 ruang f. Untuk Mushola : -g. Untuk Audio Visual : -h. Untuk ruang kompuer : 1 ruang B. Keadaan Guru No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
STATUS Guru Tetap Yayasan(GT) Guru DPK/Bantu Guru Tidak Tetap (GTT) Tenaga Administrasi Tenaga Perpustakaan Pesuruh Satpam Guru Kontrak Guru TPQ Jumlah
L 5
P
JUMLAH KETERANGAN 5
1
1 1
1 2
1 1 1 1 3 4 15
1
4 2 9
1 1 1 1 7 6 25
C. Keadaan Siswa KELAS I A I B
SISWA L 15 14
P 18 11
JUMLAH 33 25 1
Dr Sekolah Dr Sekolah 3 Dr Sekolah
2 II III IV A IV B V VI JUMLAH
28 15 17 20 15 15 139
15 13 10 13 23 28 131
43 28 27 33 38 43 270
3
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG BIDANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SD ISLAM SULTAN AGUNG 4 Jl. Raden Patah No. 263 ( 024) 3553805 Semarang e-mail:
[email protected]
PERATURAN DAN TATA TERTIB SISWA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Waktu sekolah ( Kegiatan Belajar Mengajar ) 1. Lima belas menit sebelum bel masuk ( jam pelajaran pertama ), murid harus berada di lokasi sekolah. 2. Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM ) di mulai pukul 06.45 WIB sampai selesai ( sesuai dengan jadwal yang berlaku ). 3. Khusus pada hari senin, Jum’at dan Sabtu, bel masuk pada pukul 06.30 WIB dengan kegiatan sebagai berikut : d. Hari Senin : Upacara Bendera e. Hari Kamis : Apel Pagi (sosialisasi BUSI) f. Hari Sabtu : Senam Pagi Sebelum masuk kelas, murid wajib berbaris di depan / samping kelasnya, yang dipimpin oleh ketua kelas untuk hafalan surat-surat pendek/do’a kemudian memasuki ruang kelasnya secara teratur, tertib dan urut satu persatu. 4. Sebelum pelajaran pertama dimulai, murid wajib membaca do’a 5. Waktu istirahat lamanya 10 ( sepuluh ) menit. 6. Setelah tanda bel terakhir dibunyikan, murid berkemas-kemas untuk pulang kemudian duduk dengan tenang dan membaca do’a ( surat al-Ashr ). 7. Setelah selesai membaca do’a ( surat al-Ashr ), murid keluar dari kelasnya dengan tertib dan urut satu persatu sambil bersalaman dengan Bapak dan Ibu Guru. 8. Bagi murid kelas III s/d VI mengikuti shalat dhuhur berjamaah di Masjid.
Pakaian Sekolah 1. Pada waktu bersekolah baju harus dimasukan kedalam celana / rok. 2. Pada waktu bersekolah harus memakai pakaian seragam yaitu : a. Hari Senin : Berpakaian upacara lengkap (Baju putih, celana panjang/rok panjang merah, bertopi, berdasi, bersepatu hitam, berkaos kaki putih dan berikat pinggang hitam ) b. Hari Selasa : Berpakaian seragam sekolah (Sama dengan hari Senin, hanya saja tidak bertopi dan berdasi). c. Hari Rabu dan Kamis : Berpakaian seragam batik muslim lengkap, bagi siswa putra berpeci dan bagi yang putri berjilbab. d. Hari Jum’at dan Sabtu : Berpakaian seragam pramuka. e. Pakaian olah raga dipakai pada hari / jam pelajaran penjaskes dan pada hari Sabtu untuk melaksanakan SKJ / senam pagi bersama.
4
Lain-lain 1. Pada waktu istirahat semua murid harus keluar dari kelasnya, tapi tidak boleh keluar dari lokasi sekolah tanpa ijin dari Guru kelasnya. 2. Bagi murid perempuan dilarang mengenakan perhiasan yang mencolok. 3. Dilarang memelihara kuku panjang. 4. Dilarang berambut panjang bagi murid laki-laki. 5. Hal-hal yang belum tercantum akan ditentukan kemudian hari.
5
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG BIDANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
TK-SD ISLAM SULTAN AGUNG 4 Jl. Raden Patah No. 263 ( 024 ) 3553805 Semarang e-mail :
[email protected]
JADWAL KEGIATAN SEKOLAH SEMESTER I TAHUN AJARAN 2010/2011 NO
HARI/TANGGAL
KEGIATAN
1 2 3 4
Senin-Rabu; 12-14 Juli 10 Kamis, 15 Juli 10 Jum’at, 16 Juli 10 Sabtu, 24 Juli 10
MOS (Masa Orientasi Sekolah) Kuliah Umum Tentang BUSI Senam & Jalan Sehat Pertemuan dg Wali Murid
5 6
Selasa,17 Agustus 10 Selasa, 24 Agustus 10
7 8
Jum’at, 27 Agustus 10 Jum’at-ahad, 3-5 Sept.10
9
Senin, 20 September 10
10 11
Kamis-Sabtu, 14-16 Okt 10 Senin-Sabtu, 18-23 Okt 10
12 13
Sabtu, 23 Okt. 10 Sabtu, 30 Okt. 10
14 15 16 17 18 19 20 21
Rabu, 10 Nop. 10 Rabu, 17 Nop. 10 Kamis-Sabtu, 2-4 Des. 10 Senin-Sabtu, 6-11 Des.10 Senin-Rabu, 13-15 Des. 10 Kamis, 16 Des. 10 Jum’at, 24 Des. 10 Sabtu-Jum’at, 25 Des.2010 s/d 7 Januari 2011 Sabtu, 8 Januari 2011 Kamis-Sabtu, 27-29 Jan 11
Upacara HUT RI ke 65 Renungan Ramadhan di UNISSULA Peringatan Nuzulul Qur’an Pesantren Ramadhan di Pon.Pes Al-Maghfur Mranggen Halal Bihalal Sekolah & Yayasan Ulangan PAI +Bhs Arab Smt I Ulangan Mid Semester I Umum dan Agama Kemah Ta’aruf di UNISSULA Out Bond di Play ground TK Hidayatullah Banyumanik Field Trip Penyembelihan Hewan Qurban Ulangan PAI+Bhs Arab Smt I Ulangan Umum Semester I Remidi Uji Kompetensi BTQ (hafalan) Penerimaan Raport Semester I Libur Semester I
22 23
Awal Masuk Semester II Ujian (UAT) PAI + Bhs Arab
KETERANGAN
TK – Kelas VI Kelas I - VI Siswa Baru&kls. VVI Kelas III-VI Kelas IV-VI Ust. Dedy Kelas VI
Kelas VI Kelas I- VI Kelas V-VI TKA + TKB Kelas I-IV Guru+karyawan Kelas I-V Kelas I-VI Nilai dibawah KKM Oleh Tim KKG TPQ Diambil Wali Siswa TK - SD
Kelas VI
6
JADWAL PETUGAS PIKET BUSI SD ISLAM SULTAN AGUNG 04 SEMARANG Tahun Pelajaran 2010/2011
No. Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jum’at
Sabtu
1
Arbi
Nobel
Marcel
Helmy
Fafa
Eko
2
Aditya
Sekar
Aditya K.
Husain
Hafidz
Amir
3
Rara
Puput
Ulil
Nurul
Galih
Krisna
4
Diva
Livia
Vanes
Lala 1
Salsa B.
Fifi
5
Aldi
Panji
Tiara
Kunthi
Bella
Latifah
6
Ridho
Ircham
Z.Salsa
Dewi
Aina
Ihmi
7
Revy
Lala 2
Catatan: 1. Petugas penegak disiplin menyambut warga sekolah dengan berjabat tangan dan mengingatkan yang tidak mengucapkan salam 2. Pintu tangga lantai I ditutup pukul 06.45-07.00 WIB. 3. Siswa yang melakukan pelanggaran dicatat, kemudian diserahkan kepada wali kelas masing-masing 4. Ketentuan-ketentuan yang belum jelas, dapat diatur kemudian hari.
7 DAFTAR ANGGOTA TIM BUSI SD ISLAM SULTAN AGUNG 04 Tahun Pelajaran 2010/2011
NO. KELAS
NAMA SISWA
1
Tiara Preshinta Dewi
2
Diva Hasna Naailufa
3
Livia Mahsa Bella
4
Latifah Wahyu Nias Tuti
5
Alfi Bagas Saputra
6
III
Abdullah Ulil Albab
7
Panji Adhi Massaid
8
Husain Arrijal
9
Ienas Soraya Nafa al Musawa
1
Nabelia NW.
2
Aina Adika Agiel Khan
3
Zaahiratus Salsabila
4
Revy Amyneva Gulnoria
5
Ihmi Nur Fitriani
6
IV A
Aqila Navia
7
Helmy Anjani S.
8
Risky fadil J.
9
M. Irham Alfa Resa
10
M. Ridho Ardi Indrawan
1
Gavrilla Syahriani P.I.
2
Sekar Cahyaningtyas
3
Fara Arbin Aucelia
4
IV B
Bellia Nazla Rizqi
5
Kunthi Rizka Febiani
6
Vanesa Aurelia F.R.
7
Galih Tri Anggoro Mahmud
8
Aditya Kusuma Aji
9
Hafizh Ihsan Raihanudin
10
Ahmad Amir Mahmud
11
Krisna Mangivera Indica
1
Salsabila Ratu Pratama A.
8 2
M. Ghofar R.
3
M. Marcellino T.N.
4
M. Arby Dermawan
5
V
Afifah Luthfiana P.
6
Nurul Amalia Hidayah
7
Puri Indrasuari Fatima Dewi
8
Nobelia Salma Aisyah Fira
9
Rafli Aditya Pratama
10
Eko Harmoko Nur Pratama Jumlah
40 Siswa
9 STRUKTUR OGANISASI TIM BUDAYA SEKOLAH ISLAMI (BUSI) SD ISLAM SULTAN AGUNG 04
Tahun Pelajaran 2010/2011 PENGAWAS Kepala Sekolah
Sekretaris Azwar Anas, S. PdI
Ketua Motivator Iswoyo, S.Ag
Ketua Tim BUSI Aditya
Bendahara Dian Rizqi R. S. Pd
Wakil Ketua Aina Sekretaris Salsa
Sholat Berjama’ah Krisna Fifi Ridho Diva Hafidz
Seksi-seksi
Kebersihan Arbi Z.Salsa Kunthi Ulil Latifah Aditya
Makan-minum Dewi Revy Marcel Ihmi Tiara
Bendahara Nurul
Bergaul Fafa Puput Livia Husain Vanes
Adab di Luar Kelas Eko Galih Lala Panji A. Bella
Busana Islami Belia Salsa A. Husain Nobel Irham
10
CATATAN PELANGGARAN SISWA A. Pelanggaran Berat No Bentuk Pelanggaran
Poin Hukuman
1
10
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Meninggalkan Sholat 5 (lima) waktu(termasuk sholat dhuhur berjama’ah) Mengejek/menghina orang lain Mengambil barang milik orang lain Tidak mengikuti doa apel pagi Tidak mengikuti program BTQ Berkata-kata jorok/kotor Membolos/meninggalkan sekolah tanpa ijin Bertengkar dengan teman Membawa gambar-gambar pornografi Berbohong atau tidak jujur
Bulan Juli
Agustus
September
Bulan Juli
Agustus
September
Total Poin
5 5 5 5 5 5 5 5 5
B. Pelanggaran Ringan No Bentuk Pelanggaran
Poin Hukuman
1
2
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Mencoret-coret tembok, meja, kursi dll Tidak: mengucap salam, tersenyum, sapa pada orang lain Membuang sampah sembarangan Makan-minum sambil berdiri/ berjalan Membawa benda-benda tajam/ berbahaya Membawa/ membunyikan HP, dll pada saat jam belajar Tidak mengerjakan tugas/ PR (-1) Menganggu ketertiban sekolah Merusak barang-barang milik sekolah * Pelanggaran lain yang belum tertulis
2 2 2 2 2 2 2 2 2
Total Poin
11
POINT SANKSI Sanksi terhadap pelanggaran akan diberikan sesuai jumlah poin yang dilakukan, sebagai berikut: Jumlah Poin No. Bentuk Sanksi & Hukuman Pelanggaran Teguran dan nasehat mengucap kata taubat 1 1-10 Poin (Astaghfirullah…) 11x 2 11-20 Poin Dikenakan sanksi 1 dan peringatan ke-1 dari sekolah Dikenakan sanksi 1 dan hukuman yang mendidik, serta 3 21-30 Poin peringatan ke-2 dari sekolah Dikenakan sanksi 1 dan hukuman yang mendidik, serta 4 31-40 Poin dilakukan pemanggilan orang tua (mempengaruhi nilai mata pelajaran PAI yang sesuai) Peringatan keras, mengucap kata taubat 25x, hukuman yang mendidik, pemanggilan orang tua ke-2(mempengaruhi nilai 5 41-50 Poin mata pelajaran PAI yang sesuai) Peringatan keras, mengucap kata taubat 25x, hukuman yang 6 51-75 Poin mendidik, pemanggilan orang tua ke-3(mempengaruhi nilai mata pelajaran PAI yang sesuai) 7 76-100 Poin Dikembalikan kepada orang tua/ dikeluarkan dari sekolah
12
STANDAR OPERASIONAL BUDAYA SEKOLAH ISLAMI (BUSI) SD ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG Kata Pengantar “Sesungguhnya Islam benar-benar menaruh perhatian yang sangat besar kepada manusia di dalam segala urusannya agama dan dunianya disaat lapang maupun sempit, bangun maupun tidur, dikala bepergian maupun menetap, saat makan maupun minum, waktu bahagia maupun sedih. Singkat kata, tidak ada satu hal pun, baik kecil maupun besar melainkan telah dijelaskan oleh Islam.” Rosulullah SAW telah menggoreskan untuk kita melalui ucapan dan perbuatannya rambu-rambu adab yang seyogyanya ditempuh oleh setiap mu’min di dalam hidupnya. Rosulullah SAW telah menjelaskan, siapa saja yang menghendaki kebahagiaan, hendaklah ia menempuh jalan hidup Rasulullah SAW dan meneladani adabnya. Bahwa untuk menuju dan meraih masa depan yang benar dan terarah, Pendidikan Dasar dan Menengah (DIKDASMEN) Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA) telah merumuskan visi dan misi serta tujuan untuk membentuk generasi khaira ummah maka satu gerakan telah dirumuskan bersama yang disebut gerakan Budaya Sekolah Islami (BUSI). Agar dalam melaksanakan kegiatan nyata tersebut bisa berjalan dengan baik maka diperlukan panduan yang jelas, mudah dan praktis yang bisa digunakan sebagai acuan, maka perlu disusun panduan operasional . Panduan operasional ini mudah-mudahan salah satu ikhtiar bersama dengan semangat fastabiqul khairat mencapai hidup mulia secara kaffah dimata Allah SWT. 1. Adab Masuk Sekolah 2.
Adab Berbusana Islami
3.
Adab di Luar Kelas
4.
Adab di Dalam Kelas
5.
Adab Sholat Berjamaah
6.
Adab Makan dan Minum
7.
Adab Kebersihan (Thaharah)
8.
Adab Berbicara
9.
Adab Bergaul
10. Reward dan Sanksi 1. ADAB MASUK SEKOLAH a. Warga sekolah menyambut kedatangan siswa dengan salam, senyum, sapa, sopan dan santun b. Siswa mengucapkan salam dan berjabat tangan pada guru dan sebaliknya c. Bel berbunyi tanda masuk, petugas piket (satpam ) menutup pintu gerbang d. Semua warga sekolah berikrar dihalaman sekolah e. Warga sekolah dilarang melakukan kegiatan jual beli selama KBM berlangsung f. Tadarus al-Qur’an pada jam pertama wajib bagi semua warga sekolah. g. Di waktu istirahat semua siswa keluar kelas dan guru mengamatinya h. Warga sekolah yang keluar lingkungan sekolah harus ijin pada petugas (Petugas Piket, satpam atau Kepala Sekolah)
13 2. ADAB BERBUSANA ISLAMI a. Busana harus menutup aurat sesuai ketentuan agama b. Model busana menutup bentuk badan c. Bahan busana tidak transparan, tidak bergambar hal-hal yang dilarang agama d. Pria tidak boleh memakai anting dan kalung e. Wanita tidak dibenarkan menggunakan parfum yang menyengat f. Tidak dibenarkan mengecat rambut, memakai wig dan bertato g. Tidak memakai perhiasan yang berlebihan. 6. ADAB DI LUAR KELAS a. b. c. d. e. f. g. h.
Keluar kelas mendahulukan kaki kiri dengan berdoa Turun tangga dahulukan kaki kiri dengan membaca “Subhananallah” Saat bermain siswa laki-laki dan perempuan terpisah Naik tangga dahulukan kaki kanan dengan membaca “Allhahu Akbar” Berdoa sebelum dan sesudah keluar kamar mandi Dahulukan kaki kiri ketika masuk dan kaki kanan ketika keluar kamar mandi Tidak berbicara di dalam kamar mandi Masuk kamar mandi satu persatu 7. ADAB DI DALAM KELAS
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
Mengucapkan salam sebelum dan sesudah KBM Mengawali proses belajar mengjaar dimulai dan diakhiri dengan berdoa Warga sekolah menonaktifkan bunyi handphone atau sejenisnya Menempati tempat duduk sesuai denga aturan laki-laki terpisah dengan perempuan Guru dalam mengingatkan siswa yang kurang sopan , denga bijaksana /hikmah Disetiap pembicaraan siswa dan guru menggunakna bahasa yang baik dan sopan Warga sekolah tidak diperkenankan memanggil dengan bukan nama panggilan Warga sekolah senantiasa dalam keadaan bersih di dalam dan lingkungan kelas warga sekolah senantias menjaga kebersihan di dalam dan di luar sekolah Selama KBM, wali siswa tidak diperkenankan masuk kelas dan berada disekitar kelas. 8. 5. ADAB SHALAT BERJAMAAH
a. Mendengar adzan warga sekolah mengentikan aktifitas dan menjawab adzan b. Selesai adzan dikumandangkan, dilanjutkan berdoa c. berakhir KBM warga sekolah membaca Surat Al-Ashr dan doa kafaratul majlis, kemudia menuju masjid d. Wudhu dengan tertib dengan pengawasan guru e. Guru memimpin dan mengatur shaf anak-anak, setelah itu berdoa sesudah wudhu dan dzikir f. Iqomah dilakukan oleh siswa g. Sebelum shala dimulai, imam mengingatkan jamaah agar merapikan shaf. h. Sholat berjamaah dimulai, sebagian guru mengawasi shalat siswa i. Selesai shalat dilanjutkan dengan membaca dzikir dan doa dipimpin oleh imam j. Siswa keluar masjid sambil bersalaman dengan guru. 9. ADAB MAKAN DAN MINUM a. Berdoa sebelum dan sesudah makan b. Makan dan minun dengan duduk di tempat yang tersedia
14 c. d. e. f.
Makan dan minum dengan tangan kakan Buang sampah pada tempatnya Makan makanan yang halal, bersih dan bergizi Tidak bergurau saat makan dan minum 10. ADAB KEBERSIHAN (THAHARAH)
a. b. c. d. e.
Membuang sampah pada tempatnya Mencuci tangan sebelum sesudah makan Menjaga kebersihan kelas dan sekolah Menjaga Kebersihan diri (Pakaian dan badan ) dari najis Selalu dalam keadaan suci ( berwudhu) 11. ADAB BERBICARA
a. b. c. d. e.
Warga sekolah berbicara dengan sopan, santun serta tawadlu’ Mengucapkan salam bila bertemu dan berpisah Menghargai bantuan orang lain denga ucapan terimakasih Membiasakan mengucap kalimat thayyibah (kalimat yang baik) Hindari mengejek, mengolok-olok dan merendahkan orang lain 12. ADAB BERGAUL
a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Menyayangi yang lebih muda Menghormati yang lebih tua Saling menghargai antar sesama warga sekolah Saling menasihati dalam hal kebenaran dan kesabaran Tolong menolong dalam hal kebaikan dan ketakwaan Kerja sama dalam hal kebaikan Meminta maaf dan memaafkan kesalahan orang lain Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi Menepati janji 13. REWARD DAN SANKSI
a. Pemberian penghargaan bagi siswa-siswi yang berprestasi dan berakhlakul karimah akan diikutsertakan dalam pemillihan putra-putri generasi khaira ummah. b. Putra putri khaira ummah ditunjuk sebagai tim motivator BUSI tingkat sekolah dan diberi beasiswa. c. Apabila warga sekolah melanggar ketentuan BUSI maka harus bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukan dengan sanksi-sanksi yang telah ditentukan. d. Bila pelanggaran berulang hingga point tertentu, maka wali kelas berhak melakukan tindakan dengan pemanggilan wali siswa sesuai ketentuan. e. Pelanggaran yang dilakukan, digunakan sebagai pertimbangan penilaian mata pelajaran keagamaan.
15
SUSUNAN KEPENGURUSAN TIM MOTIVATOR BUSI SD ISLAM SULTAN AGUNG 1-4 YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
Pelindung
: Ketua II Bidang Dikdasmen YBWSA
Penasehat
: Pengawas TK/ SD Dikdasmen YBWSA Kepala SD Islam Sultan Agung 1-4
Ketua
: Drs. Agus Faturahman
Sekretaris
: Nurul Izzati, S.Pd
Bendahara : Fatimah S.Ag Anggota: 1. Sudarno, S.Pd.I 2. Masyhudi S.Ag 3. Johar, S.Pd 4. Sururi S.Ag 5. Iswoyo S.Ag 6. Mahmudi S.Pd 7. Dwi Wiwik S. S.Pd 8. Siti Zulfa A.Ma. Pd. 9. A. Azwar Anas, S.Pd.I 10. Dian Rizky. R., S. Pd 11. Abdul Halim, S. Ag 12. Hisyam, S. Pd.I 13. Heru Salimah, S. Pd.I
16
Menumbuhkan semangat iqra’ siswa melalui pelayanan perpustakaan
Tim BUSI menyambut kedatangan warga sekolah
Nuzulul Qur an sebagai salah satu kegiatan keagamaan sekolah
17
ujahadah bersama wali siswa sebagai bentuk sarana mempererat ukhuwah
Pemberian bantuan kepada dhuafa sebagai sarana ibadah sosial
Gedung SD Islam Sultan Agung 04 Semarang
18
Halal Bihalal sebagai sarana mempererat ukhuwah antar warga sekolah dengan wali siswa dan masyarakat
Sosialisasi BUSI kepada Wali siswa
Kegiatan School Expo sebagai sarana pembelajaran jual beli siswa
19
Gerakan shalat berjama’ah
Adab makan dan minum