SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG PENGARUH DORONGAN MANAJEMEN LINGKUNGAN, MANAJEMEN LINGKUNGAN PROAKTIF DAN KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP PUBLIC ENVIRONMENTAL REPORTING
Muhammad Ja'far S. 1 Universitas Islam Sultan Agung Semarang Dista Amalia Arifah 2 Universitas Islam Sultan Agung Semarang ABSTRACT
This study examined the impact of environmental management pressure, and environmental management proactive on the environmental performance. This study also examined the impact of three variables above on the whether exist or not public environmental disclosure in firms' annual report among Public Indonesian Companies. Many previous researches noted that non-financial variables are more important as discriminators of public environmental disclosure than financial variables. Sample were taken from 275 manufacturing companies in Jakarta Stock Exchange (secondary data) and their manager (primary data), selected 100 companies by using purposive random sampling, whereby resulted 53 companies. A regression analysis was used to test the impact of environmental management pressure, and environmental management proactive on the environmental performance. Hereinafter, discriminant analysis was used to examine the impact of environmental management pressure, environmental management proactive and environmental performance on the whether exist or not public environmental disclosure in firms' annual report. This study revealed that environmental management pressure; environmental management proactive and environmental performances are significantly predictor variables of the public annual report. Moreover, the relationship between environmental management pressure; environmental management proactive and public annual report is mediated by environmental performance.
Keyword: environmental management pressure; environmental management proactive; environmental performances; public annual report
1
Muhammad Ja'far S, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung, Semarang; Jl. Kaligawe Raya Km 4 Semarang, Jawa Tengah, Telp. Hp: 08122914799; 024-6725537, email:
[email protected] 2 Dista Amalia Arifah, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung, Semarang; Jl. Kaligawe Raya Km 4 Semarang, Jawa Tengah, Telp: 081325883360; 024-6707272
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
1
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG PENDAHULUAN Sadar atau tidak, dampak faham ekonomi kapitalis telah banyak menjalar pada dunia industri modern dewasa ini. Banyak perusahaan yang menerapkan konsep maksimasi laba (salah satu dari konsep yang dianut kaum kapitalis) namun bersamaan dengan itu mereka telah melanggar konsensus dan prinsip-prinsip maksimasi laba itu sendiri. Prinsip-prinsip yang dilanggar tersebut antara lain adalah kaidah biaya ekonomi (economic cost), biaya akuntansi (accounting cost) dan biaya kesempatan (opportunity cost). Implikasi dari pelanggaran terhadap prinsip-prinsip tersebut diantaranya adalah terbengkalainya pengelolaan (manajemen) lingkungan dan rendahnya tingkat kinerja lingkungan serta rendahnya minat perusahaan terhadap konservasi lingkungan. Pelanggaran terhadap opportunity cost misalnya, telah memberi dampak yang signifikan bagi keberlanjutan (sustainability) lingkungan global. Bagi Indonesia, permasalahan lingkungan merupakan faktor penting yang harus segera dipikirkan mengingat dampak dari buruknya pengelolaan lingkungan semakin nyata dewasa ini. Gejala ini dapat dilihat dari berbagai bencana yang terjadi akhir-akhir ini, seperti banjir bandang di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, tanah longsor di Desa Sijeruk Jawa Tengah dan daerah-daerah lainnya di Jawa dan Sumatera, serta kebakaran hutan di beberapa hutan lindung Kalimantan. Bahkan munculnya banjir lumpur bercampur gas sulfur akhir-akhir ini di daerah Sidoarjo Jawa Timur merupakan bukti rendahnya perhatian perusahaan terhadap dampak lingkungan dari aktifitas industrinya. Fakta ini merupakan implikasi, baik langsung maupun tidak langsung, dari rendahnya dorongan dan tindakan proaktif manajemen lingkungan dari berbagai sektor industri di Indonesia. Permasalahan lingkungan juga semakin menjadi perhatian yang serius, baik oleh
konsumen,
investor
maupun
pemerintah.
Investor
asing
memiliki
kecenderungan mempersoalkan masalah pengadaan bahan baku dan proses produksi yang terhindar dari munculnya permasalahan lingkungan, seperti: kerusakan tanah, rusaknya ekosistem, polusi air, polusi udara dan polusi suara. Senada dengan para investor, pemerintah
mulai memikirkan kebijakan ekonomi makro-nya terkait
dengan pengelolaan lingkungan dan konservasi alam. Penelitian terdahulu oleh Cahyono (2002) terhadap perusahaan tekstil, jamu dan kosmetik, sabun mandi, pupuk dan gas sebagai perusahaan yang rentan terhadap
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
2
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG lingkungan di Kota Semarang, hasilnya mengindikasikan bahwa sejumlah 66,7% dari perusahaan yang menjadi responden tidak berperan aktif dalam pembentukan Undang-undang / Peraturan mengenai lingkungan, baik secara individu maupun melalui asosiasi. Hasil lain mengindikasikan bahwa sebanyak 66,7% dari responden belum pernah mengikuti penyuluhan tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Lebih lanjut, fakta empirik ini juga mengindikasikan rendahnya tindakan proaktif perusahaan dalam menciptakan kepedulian terhadap lingkungan. Kepedulian kepada lingkungan sebenarnya juga muncul akibat berbagai dorongan dari pihak luar perusahaan (Berry dan Rondinelli, 1998), antara lain: pemerintah, konsumen, stakeholder dan persaingan. Untuk menindaklanjuti berbagai dorongan ini, maka perlu diciptakan pendekatan secara proaktif dalam meminimalkan dampak lingkungan yang terjadi. Hasil akhir tindakan proaktif manajemen lingkungan tersebut adalah terciptanya kinerja lingkungan perusahaan yang lebih baik. Penelitian Pfleiger et al (2005) menunjukkan bahwa usaha-usaha pelestarian lingkungan oleh perusahaan akan mendatangkan sejumlah keuntungan, diantaranya adalah ketertarikan pemegang saham dan stakeholder terhadap keuntungan perusahaan akibat pengelolaan lingkungan yang bertanggungjawab dimata masyarakat. Hasil lain mengindikasikan bahwa pengelolaan lingkungan yang baik dapat menghindari klaim masyarakat dan pemerintah serta meningkatkan kualitas produk yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan keuntungan ekonomi. Di sisi lain, sebagian perusahaan dalam industri modern menyadari sepenuhnya bahwa isu lingkungan dan sosial juga merupakan bagian penting dari perusahaan disamping usaha-usaha mencapai laba (Pflieger, et al, 2005). Lebih lanjut, Ferreira (2004) menyatakan bahwa persoalan konservasi lingkungan merupakan tugas setiap individu, pemerintah dan perusahaan. Sebagai bagian dari tatanan sosial, perusahaan seharusnya melaporkan pengelolaan lingkungan perusahannya dalam annual report. Hal ini karena terkait dengan tiga aspek persoalan pentingan: keberlanjutan aspek ekonomi, lingkungan dan kinerja sosial. Persoalannya memang pelaporan lingkungan dalam annual report, di sebagian besar negara termasuk Indonesia, masih bersifat voluntary. Di Indonesia sendiri, kewajiban pelaporan dampak linkungan yang ditetapkan oleh kementrian
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
3
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG lingkungan hidup RI hanyalah merupakan pengungkapan yang bersifat non-publik (khusus terhadap insitusi pemerintah yang terkait). Meskipun demikian, penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pelaporan lingkungan
(environmental
disclosure)
oleh
perusahaan
telah
mengalami
peningkatan yang signifikan sejak empat dekade terakhir (Bates, 2002; Welford, 1998). Secara umum, penelitian-penelitian mengenai
environmental disclosure
difokuskan pada hubungan antara kinerja lingkungan dengan environmental disclosure (Patten, 2002; Deegan dan Rankin, 1996), kualitas environmental disclosure (Cunningham & D. Gadenne, 2003; Gamble et al, 1995; Belal 2000), hubungan environmental disclosure dengan strategi (Niskanen dan Terhi Nieminen, 2001; Solomon dan Linda Lewis, 2002; Elkinton, 1994), dan perbandingan pelaporan environmental disclosure antar negara (Nyquist, 2003; Atkinton, 1999). Review yang dilakukan oleh Berthelot, et al, (2003) menunjukkan bahwa penelitian mengenai hubungan antara environmental disclosure
dengan kinerja
keuangan cukup banyak dilakukan. Beberapa peneliti umumnya menggunakan variabel kinerja keuangan atau pasar modal sebagai prediktor bagi kinerja lingkungan atau environmental disclosure itu sendiri (lihat Stanwick dan Peter A. Stanwick, 2000; Reichardson dan Welker, 2001; Cormier dan Magnan, 2001). Di Indonesia sendiri penelitian yang menguji hubungan kedua variabel telah dilakukan oleh Susy (2005). Dari hasil investigasi penelitian terdahulu tersebut, nampak bahwa penelitian yang menggunakan variabel non keuangan sebagai prediktor kinerja lingkungan masih sangat dilakukan. Disamping itu, penelitian mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi pengungkapan environmental performance dalam annual report juga masih sangat jarang dilakukan (Berthelot, et al, 2003). Mendasarkan pada pentingnya masalah lingkungan dan fakta empirik hasilhasil riset tentang environmental disclosure sebelumnya, penelitian ini dilakukan untuk menginvestigasi berbagai variabel non-keuangan sebagai prediktor bagi kinerja lingkungan. Penelitian juga dikembangkan pada investigasi terhadap berbagai variabel prediktor tersebut yang dapat mempengaruhi pengungkapan terhadap environmental performance oleh perusahaan. Persoalan ada tidaknya pengungkapan dalam public disclosure seperti annual report merupakan hal penting mengingat sifat pengungkapan environmental disclosure itu sendiri masih voluntary. Berry dan Rondinelli (1998) dan Pfleiger et al (2005) menyatakan bahwa kinerja lingkungan sangat dipengaruhi oleh sejauh mana dorongan terhadap Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
4
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG pengelolaan lingkungan dilakukan oleh berbagai instansi khusunya instansi pemerintah. Kinerja lingkungan juga akan tercapai pada level yang tinggi jika perusahaan secara proaktif melakukan berbagai tindakan manajemen lingkungan secara terkendali. Berangkat dari pemikiran tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi variabel dorongan manajemen lingkungan dan manajemen lingkungan proaktif sebagai prediktor bagi kinerja lingkungan perusahaan. Selanjutnya, dengan adanya dorongan dan tindakan proaktif perusahaan dalam pengelolaan lingkungan serta adanya kinerja lingkungan yang tinggi, manajemen perusahaan diharapkan akan terdorong untuk mengungkapkan tindakan manajemen lingkungan tersebut dalam annual report. RUMUSAN DAN TUJUAN PENELITIAN Mendasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan dalam pendahuluan, masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana dorongan manajemen lingkungan dan manajemen lingkungan proaktif berpengaruh terhadap kinerja lingkungan, serta sejauh mana ketiga variabel tersebut mempengaruhi ada tidaknya environmental disclosure dalam annual report. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap sejauh mana pengaruh dorongan manajemen lingkungan, manajemen lingkungan proaktif dan kinerja lingkungan mempengaruhi kinerja lingkungan, serta sejauh mana pola hubungan keempat variabel tersebut.
REVIEW LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Dorongan Manajemen Lingkungan, Manajemen Lingkungan Proaktif dan Kinerja Lingkungan
Berry dan Rondinelly (1998), mensinyalir ada beberapa kekuatan yang mendorong perusahaan untuk melakukan tindakan manajemen lingkungan. Faktor-faktor tersebut adalah: 1. Regulatory demand, tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan muncul sejak 30 tahun terakhir ini, setelah masyarakat meningkatkan tekanannya kepada pemerintah untuk menetapkan peraturan pemerintah sebagai dampak meluasnya polusi. Sistem pengawasan manajemen lingkungan menjadi dasar untuk skor lingkungan, seperti program-program kesehatan dan keamanan lingkungan. Perusahaan merasa penting untuk bisa mendapatkan penghargaan di bidang lingkungan, dengan berusaha menerapkan prinsip-prinsip TQEM secara efektif, Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
5
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG misalnya dengan penggunaan tehnologi pengontrol polusi melalui penggunaan clean technology. Di sisi lain, berbagai macam regulasi tentang lingkungan belum mampu menciptakan win-win solution diantara pihak terkait dalam menciptakan inovasi dan persaingan serta tingkat produktivitas yang tinggi terhadap seluruh perusahaan. Porter (1995), mengindikasikan bahwa dalam pembuatan regulasi lingkungan hendaknya melibatkan para enviromentalist, legeslatif dan perusahaan, sehingga dapat menciptakan mata rantai ekonomi, yakni environment, produktivitas sumber daya, inovasi dan persaingan. 2. Cost factors, adanya komplain terhadap produk-produk perusahaan, akan membawa konsekwensi munculnya biaya pengawasan kualitas yang tinggi, karena semua aktivitas yang terlibat dalam proses produksi perlu dipersiapkan dengan baik. Hal ini secara langsung akan berdampak pada munculnya biaya yang cukup tinggi, seperti biaya sorting bahan baku, biaya pengawasan proses produksi, dan biaya pengetesan. Konseksensi perusahaan untuk mengurangi polusi juga berdampak pada munculnya berbagai biaya, seperti penyediaan pengolahan limbah, penggunaan mesin yang clean technology, dan biaya pencegahan kebersihan. 3. Stakeholder forces. Strategi pendekatan proaktif terhadap manajemen lingkungan dibangun berdasarkan prinsip-prinsip manajemen, yakni mengurangi waste dan mengurangi biaya produksi, demikian juga respond terhadap permintaan konsumen dan stakeholder. Perusahaan akan selalu berusaha untuk memuaskan kepentingan stakeholder yang bervariasi dengan menemukan berbagai kebutuhan akan manajemen lingkungan yang proaktif. 4. Competitive requirements, semakin berkembangnya pasar global dan munculnya berbagai kesepakatan perdagangan sangat berpengaruh pada munculnya gerakan standarisasi manajemen kualitas lingkungan. Persaingan nasional maupun internasional telah menuntut perusahaan untuk dapat mendapatkan jaminan dibidang kualitas, antara lain seri ISO 9000. Sedangkan untuk seri ISO 14000 dominan untuk standar internasional dalam sistem manajemen lingkungan. Keduanya memiliki perbedaan dalam kriteria dan kebutuhannya, namun dalam pelaksanaannya saling terkait, yakni dengan mengintegrasikan antara sistem manajemen lingkungan dan sistem manajemen perusahaan. Untuk mencapai keunggulan dalam persaingan, dapat dilakukan dengan menerapkan green Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
6
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG alliances (Hartman dan Stafford, 1995). Green alliances merupakan partner diantara pelaku bisnis dan kelompok lingkungan untuk mengintegrasikan antara tanggungjawal lingkungan perusahaan dengan tujuan pasar. Berbagai dorongan di atas mengkondisikan perusahaan untuk melakukan manajemen lingkungan secara proaktif. Sistem manajemen proaktif merupakan sistem manajemen lingkungan yang komprehensif yang terdiri dari kombinasi lima (5)pendekatan, yaitu: (1) meminimalkan dan mencegah waste, (2) manajemen demand side, (3) desain lingkungan (4) product stewardship dan (5) akuntansi fullcosting. Meminimalkan dan mencegah waste, merupakan perlindungan lingkungan efektif yang sangat membutuhkan aktivitas pencegahan terhadap aktivitas yang tidak berguna. Pencegahan polusi merupakan penggunaan material atau bahan baku, proses produksi atau praktek-praktek yang dapat mengurangi, miminimalkan atau mengeliminasi penyebab polusi atau sumber-sumber polusi. Tehnologi yang terkait dengan pencegahan polusi dalam bidang manufaktur meliputi: pengganti bahan baku, modifikasi proses, penggunaan kembali material, recycling material dalam proses selanjutnya, dan penggunaan kembali material dalam proses yang berbeda (reuse). Tuntutan aturan dan cost untuk pengawasan polusi yang semakin meningkat merupakan faktor penggerak bagi perusahaan untuk menemukan cara-cara yang efektif dalam mencegah polusi. Demand-side
management,
merupakan
sebuah
pendekatan
dalam
pencegahan polusi yang asal mulanya digunakan dalam dunia industri. Konsep ini difokuskan pada pemahaman kebutuhan dan preferensi konsumen dalam penggunaan produk, dan didasarkan pada tiga prinsip yang mendasar, yaitu: tidak menyisakan produk yang waste, menjual sesuai dengan jumlah kebutuhan konsumen dan membuat konsumen lebih effisien dalam menggunakan produk. Demand-side management industri mengharuskan perusahaan untuk melihat dirinya sendiri dalam cara pandang baru, sehingga dapat menemukan peluang-peluang bisnis baru. Desain lingkungan, merupakan bagian integral dari proses pencegahan polusi dalam manajemen lingkungan proaktif. Perusahaan sering dihadapkan pada ineffisiensi dalam mendesain produk, misalnya produk tidak dapat dirakit kembali, di-upgrade kembali, dan di-recycle. Design for environmental (DFE) dimaksudkan untuk mengurangi biaya reprocessing dan mengembalikan produk ke pasar secara lebih cepat dan ekonomis. Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
7
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Produk stewardship merupakan praktek-praktek yang dilakukan untuk mengurangi resiko terhadap lingkungan melalui masalah-masalah dalam desain, manufaktur, distribusi, pemakaian atau penjualan produk. Di beberapa negara telah muncul peraturan bahwa perusahaan bertanggung jawab untuk melakukan reclaim, recycling dan re-manufacturing produk mereka. Dengan menggunakan life-cycleassesment (LCA) dapat ditentukan cara-cara perusahaan dalam mengurangi atau mengelimasi waste dalam seluruh tahapan, mulai dari bahan mentah, produksi, distribusi dan penggunaan oleh konsumen (Dias et al, 2004). Alternatif produk yang memiliki less pollution dan alternatif material, sumber energi, metode prosessing yang mengurangi waste menjadi kebutuhan bagi perusahaan. Full cost environmental accounting, merupakan konsep cost environmental yang secara langsung akan berpengaruh terhadap individu, masyarakat dan lingkungan yang biasanya tidak mendapatkan perhatian dari perusahaan. Full cost accounting
berusaha
mengidentifikasi
dan
mengkuantifikasi
kinerja
biaya
lingkungan sebuah produk, proses produksi dan sebuah proyek dengan mempertimbangkan empat macam biaya, yaitu : (1) biaya langsung, seperti biaya tenaga kerja, biaya modal dan biaya bahan mentah. (2) biaya tidak langsung, seperti biaya monitoring dan reporting. (3) biaya tidak menentu, misalnya biaya perbaikan. (4) biaya yang tidak kelihatan, seperti biaya publik relation dan good will. Sebagai ukuran keberhasilan perusahaan dalam melaksanakan menejemen lingkungan proaktif, maka dapat dilakukan dengan mengidentifikasi kinerja lingkungan proaktif. Penerapan manajemen lingkungan proaktif memerlukan keterlibatan beberapa prinsip dasar kedalam strategi perusahaan. Prinsip-prinsip tersebut antara lain : a. Mengadopsi kebijakan lingkungan yang bertujuan mengeleminasi polusi berdasarkan pada posisi siklus hidup operasional perusahaan, dan mengkomunikasikan kebijakan keseluruh perusahaan dan para stakeholder. b. Menetapkan secara obyektif kriteria efektivitas program lingkungan. c. Membandingkan kinerja lingkungan perusahaan dengan perusahaanperusahaan
yang
merupakan
leader
dalam
satu
industri
dengan
benchmarking dan menetapkan praktik terbaik (best practice). d. Menetapkan budaya perusahaan bahwa kinerja lingkungan merupakan tanggung jawab seluruh karyawan.
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
8
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG e. Menganalisis dampak berbagai isue lingkungan dalam kaitannya dengan permintaan dimasa depan terhadap produk dan persaingan industri. f. Memberanikan diri melakukan diskusi tentang isu-isu lingkungan, khususnya melalui rapat pimpinan. g. Mengembangkan anggaran untuk pembiayaan lingkungan. h. Mengidentifikasi dan mengkuantifikasikan pertanggungjawaban lingkungan.
Meskipun demikian, selama ini pengukuran terhadap kinerja lingkungan masih belum ada kesepakatan final. Hal ini karena setiap negara memiliki cara pengukuran sendiri tergantung situasi dan kondisi lingkungan negara masingmasing. Sebagai contoh, Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia telah menerapkan PROPER sebagai alat untuk memeringkat kinerja lingkungan perusahaan-perusahaan yaang ada di Indonesia. Terdapat 42 karakteristik untuk menilai kinerja lingkungan dengan 5 peringkat: (1) Gold dengan 42 karakteristik, (2) Green dengan 37 karaketriskan penilaian, (3) Blue dengan 19 karakteristik, (4) Red dengan 5 karakteristik, serta (4) Black dengan karakteristik kurang dari 5. Sistem penilaian yang diatur berdasar sistem gugur. Wiseman (1982) menggunakan 4 dimensi untuk mengukur sistem peringkat kinerja lingkungan, masing-masing adalah dimensi ekonomi, pertauran hukum, pengurangan polusi, dan informasi lingkungan yang terkait. Berbagai konsep pengukuran lainnya telah dikembangkan oleh Robert (1991), SustainAbility (1997) dan Krrt dan Munis (1998). Review yang telah dilakukan oleh Jones dan T. Alabaster (1999) menunjukkan bahwa dari sekian konsep yang ada, hanya konsep Krut dan Munis (1998) yang dipandang memenuhi standar pengukuran dalam pespektif axiomatis dari skala ordinal. Berbagai penelitian terdahulu telah dilakukan untuk menunjukkan bahwa kinerja lingkungan berhubungan dengan faktor-faktor non keuangan serta faktorfaktor keuangan seperti kinerja keuangan, harga saham, dan biaya modal. Namun hasil-hasil penelitian tersebut justru menunjukkan bahwa faktor non keuangan merupakan explanatory varibles penting bagi environmental disclosure. Guthrie dan Parker (1989) menunjukkan bahwa hubungan antara environmental disclosure dengan kinerja keuangan sangat lemah. Penelitian Pattern (1991, 1992) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (size) dan industry merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi environmental
Padang, 23-26 Agustus 2006
disclosure,
K-AKPM 27
namun
profitability
bukan 9
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG merupakan explanatory variables bagi environmental disclosure. Hogner (1982) membuktikan bahwa social disclosure merupakan respon dari dorongan dan perilaku sosial. Brown dan Deegan (1998)
menguji hubungan antara tekanan media cetak
terhadap tingkat environmental disclosure dalam annual report. Hasilnya menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Neu, et al, (1998) membuktikan bahwa
voluntary
environmental
disclosure
berhubungan
negatif
dengan
profitabilitas, tetapi berhubungan positif dengan tekanan dan lingkungan media terhadap faktor lingkungan serta kuantitas dari voluntary environmental disclosure lainnya. Di Indonesia, penelitian yang menghubungkan antara faktor non-keuangan, seperti ukuran dan profil dewan komisaris, terhadap corporate social responsibilty disclosure dilakukan oleh Sembiring (2005). Hasilnya menunjukkan adanya hubungan signifikan antara kedua variabel. Dalam penelitian yang sama, Sembiring (2005) juga menguji hubungan antara variabel profitabilitas dan leverage dengan corporate social disclosure, namun hasilnya tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Menurut Berry dan Rondinelli (1998) dan Pfleiger et al (2005), kinerja lingkungan sangat dipengaruhi oleh adanya faktor eksternal seperti kebijakan pemerintah dan tekanan media yang mendorong bagi pengelolaan lingkungan, serta faktor internal seperti kemauan manajemen untuk melakukan manajemen lingkungan secara proaktif. Lebih jauh, manajemen perusahaan juga akan terdorong untuk melakukan pengungkapan environmental disclosure dalam annual report sebagai bagian dari tanggungjawab sosial perusahaan. Persoalan pengungkapan environmental disclosure dalam media publik seperti annual report merupakan hal penting bagi perusahaan ditinjau dari perspektif strategi dan tanggungjawab sosial terhadap publik. Environmental disclosure itu sendiri merupakan perilaku yang berbasis pada legitimacy theory (Cormier, et al, 2004). Berdasarkan problem riset, kajian teori dan penelitian terdahulu yang telah dijelaskan tersebut, dapat digambarkan kerangka pemikiran teoritis sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1. Mendasarkan pada kajian teori dan penelitian terdahulu tersebut hipotesis penelitian juga dapat diungkapkan sebagai berikut:
Hipotesis 1: Dorongan manajemen lingkungan dan Manajemen lingkungan proaktif mempengaruhi Kinerja lingkungan Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
10
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Hipotesis 2: Dorongan manajemen lingkungan, Manajemen lingkungan proaktif dan Kinerja lingkungan merupakan prediktor bagi ada tidaknya public environmental disclosure.
METODOLOGI PENELITIAN Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah ada tidaknya pengungkapan manajemen/kinerja lingkungan perusahaan dalam public environmental disclosur. Sedangkan variabel independennya adalah
dorongan manajemen lingkungan,
manajemen lingkungan proaktif dan kinerja lingkungan. Dalam hal ini kinerja lingkungan berlaku juga sebagai variabel mediasi hubungan antara dorongan manajemen lingkungan dan manajemen lingkungan proaktif
terhadap public
environmental disclosure. Jenis data dalam penelitian ini adalah data subyek untuk variabel dorongan manajemen lingkungan, manajemen lingkungan proaktif dan kinerja lingkungan, sedangkan untuk variabel public environmental disclosure merupakan data obyek. Sumber data penelitian adalah primer (untuk data subyek) dan sekunder (untuk data obyek). Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara: mail / electronic mail / direct survey (data subyek) dan literatur survey (data obyek). Penelitian ini dilakukan pada tahun 2006 dengan mengambil data dari perusahaan go public yang terdaftar di BEJ. Data public environmental disclosure diambil melalui annual report (2005) dan ICMD (2005). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive random sampling. Purposive ditentukan dengan kriteria perusahaan yang tergolong dalam industri manufaktur. Pertimbangan industri manufaktur digunakan karena industri ini paling potensial menghasilkan limbah dan pencemaran lingkungan dibanding perdagangan dan jasa. Dari 275 perusahaan yang tergolong dalam industri manufaktur dipilih 100 perusahan dengan cara random. Penentuan jumlah 100 perusahaan atas dasar teorema limit bahwa sampel minimal dalam suatu populasi adalah 30 untuk memenuhi distribusi normal. Dengan tingkat respon rate minimal 30%, maka jumlah sampel dianggap tercukupi jika pengiriman kuesioner dilakukan terhadap 100 responden. Dari 100 kuesioner yang dikirimkan via pos, 27 perusahaan memberikan jawaban lewat kuesioner, 9 perusahaan berhasil dihubungi untuk memberikan jawaban lewat wawancara langsung, dan 17 perusahaan menjawab via email. Total respon perusahaan adalah 53 perusahaan dengan respon rate 53%. Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan multiple Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
11
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG regression sedangkan untuk hipotesis kedua digunakan discriminant analysis. Penggunaan discriminant analysis dilakukan karena variabel dependent (ada tidaknya public environmental disclosure) merupakan variabel kategor, dan seluruh variabel independent memiliki distribusi normal seperti teruji dalam Tabel 1b, dimana nilai (Skewness/Standar Error of Skewness) memiliki nilai dibawah 1,96 (nilai Z untuk sampel berdistribusi normal) (Ghozali, 2006). Variabel dependent diproksikan dalam angka 0 yang mewakili 'tidak ada environmental disclosure' dan angka 1 yang mewakili 'ada environmental disclosure'. Ada tidaknya environmental disclosure ditunjukkan oleh statement perusahaan mengenai manajemen lingkungan yang dilihat dari kriteria 'berbagai informasi tentang pelaporan lingkungan yang mengkomunikasikan antara stake holder dan perusahaan' (Cormier, et al, 2004). Sedangkan variabel dorongan manajemen lingkungan dan variabel manajemen lingkungan proaktif diadopsi dari konsep Berry dan Rondinelli (1998). Variabel dorongan manajemen lingkungan diproksikan oleh 4 indikator, yaitu Tuntutan peraturan Pemerintah, tuntutan cost factors, tuntutan kekuatan stakeholder, dan tuntutan persaingan. Sedangkan variabel dorongan manajemen lingkungan diproksikan dalam 5 indikator, yaitu minimisasi waste, pencegahan polusi, sisi permintaan, desain lingkungan, product stewardship, dan full-cost environmental accounting. Sementara itu variabel kinerja lingkungan diproksikan dalam 4 dimensi yang diadopsi dan dimodifikasi dari Krut dan Munis (1998). Dimensi-dimensi tersebut adalah (1) dimensi produk, proses dan jasa dipandang dari perspektif lingkungan (3 indikator), (2)
dimensi intregasi
pertumbuhan ekonomi dengan sustainable development (2 indikator), (3) jaminan bagi kesehatan dan ekosistem (2 indikator), dan (4) partisipasi stakeholder dalam sustainability development (3 indikator). Pengukuran seluruh variabel independent dilakukan dengan menggunakan skala 6, dengan angka 1 mewakili pendapat sangat tidak setuju dan angka 6 mewakili pendapat sangat setuju. Penggunaan 6 skala tersebut dikarenakan ekspektasi agar responden tidak memberi jawaban pada nilai netral. HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai statistik deskripsi dari responden diringkas pada Tabel 1.a. Dari tabel tersebut diketahui bahwa jumlah reponden terbanyak adalah laki-laki (kode 1:lakilaki; 2:wanita) dan rata-rata pendidikan responden adalah S1 (kode 1:S1; kode 2:S2/S3). Rata-rata responden memiliki posisi bekerja pada bagian Akuntansi (kode Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
12
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG 1) dibandingkan pada posisi Kelola Lingkungan/ limbah/ produksi (kode 2), bagian riset dan pengembangan (kode 3) atau lainnya (kode 4). Level jabatan responden terbanyak adalah level Manajer (kode 1) sedangkan sebagian kecil memiliki jabatan level Direksi (kode 2). Nilai statistik variabel-variabel penelitian dideskripsikan pada Tabel 1.b. Rata-rata variabel manajemen lingkungan proaktif dan kinerja lingkungan memiliki rata-rata (rata-rata total dibagi jumlah indikator) diatas nilai 4 yang berarti menunjukkan adanya tindakan proaktif pihak manajemen untuk melakukan manajemen lingkungan dan rata-rata kinerja lingkungan mereka cukup tinggi. Sementara itu nilai dorongan manajemen lingkungan mereka rata-rata di atas 3 yang berarti manajer mempersepsikan bahwa dorongan manajemen lingkungan yang dilakukan pihak eksternal berada pada level sedang. Dari Tabel 2 diketahui bahwa dari 53 perusahaan sampel, 20 perusahaan menerbitkan environmental disclosure dalam annual report mereka. Uji Validitas dan Reliabilitas Pengujian validitas variabel-variabel independen dilakukan dengan uji korelasi Pearson. Hasil pengujian validitas ditampilkan pada tabel 3, 4, dan 5. Hasilnya menunjukkan bahwa seluruh indikator valid dengan tingkat signifikansi dibawah 5%. Demikian juga untuk nilai reliabilitas mereka (Tabel 6) menunjukkan nilai diatas 0,787; 0,863 dan 0,97 masing-masing untuk variabel dorongan manajemen lingkungan, manajemen lingkungan proaktif, dan kinerja lingkungan. Nilai tersebut menurut Nunally (dalam Ghozali, 2005) sangat reliabel karena jauh diatas nilai 0,6. Pengujian Hipotesis 1 Pengujian terhadap pengaruh dorongan manajemen lingkungan dan manajemen lingkungan proaktif terhadap kinerja lingkungan menunjukkan pengaruh yang signifikan (Tabel 7) dengan nilai signifikansi 0,03 dan 0,000 masing-masing untuk variabel dorongan manajemen lingkungan dan manajemen lingkungan proaktif. Nilai R2 adjusted 88,3% dengan nilai VIF jauh dibawah 10 yang berarti tidak ada maalah multikolinieritas. Nilai masing-masing koefisien (standardized koefesien) adalah 0,325 dan 0,642. Hasil pengujian linieritas (Langrange Multiplier, Tabel 8) dan heteroskedastistias (Glejser test, Tabel 9) menunjukkan bahwa fungsi regresi bersifat linier dan homoskedastis. Nilai signifikansi regresi dorongan manajemen lingkungan Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
13
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG dan manajemen lingkungan proaktif terhadap unstandardized residual menunjukkan 0,954 (>0,05), demikian juga nilai signifikansi regresi dorongan manajemen lingkungan dan manajemen lingkungan proaktif
terhadap nilai absolut
unstandardized residual (Absolut Res1) menunjukkan nilai 0,877 (>0,05). Sementara itu berdasar Tabel 1.b, nilai masing-masing variabel memiliki distribusi normal dengan nilai (Skewness/ Standar Error of Skewness) < 1,96 (nilai Z tabel pada 5% dan n > 100). Normalitas ini juga dapat ditunjukkan pada gambar 2 dimana sebaran data terletak sepanjang garis normality probability plot dengan jarak yang tidak terlalu jauh (Ghozali, 2005). Pengujian Hipotesis 2 Hasil analisis discriminant untukmenguji hipotesis 2 ditunjukkan pada Tabel 10. Perbedaan rata-rata masing-masing variabel independen ditunjukkan pada Tabel 10.a. Nilai mutlak t hitung variabel dorongan manajemen lingkungan, manajemen lingkungan proaktif dan kinerja lingkungan masing-masing adalah 13,336; 16,494 dan 13,874 dengan tingkat signifikansi 0,000 (<0,0) yang berarti bahwa semua variabel independen mampu membedakan kedua kelompok perusahaan yang menerbitkan dan tidak menebitkan environmental disclosure. Penilaian signifikansi variabel diskriminan dapat dilihat dari dapat juga dilakukan dengan menggunakan nilai Wilk's Λ test statistic (Tabel 10.b). Dari nilai test Wilk's Λ tersebut diketahui bahwa mean variabel independen berbeda secara signifikan (0,000<0,05) Persamaan estimasi fungsi diskriminan unstandardized dapat dilihat dari output Cannonical Discriminant Funtion Coeffesient dengan persamaan: Z = -11,275 + 0,216 X1 + 0,329 X2 + 0,037 X3 ........................................... (1) dan dapat ditulis menjadi bentuk: Z = w1 X1 + w2 X2 + w3 X3 ........................................................................ (2) Dimana, X1, X2 dan X3 masingmasing mewakili variabel dorongan manajemen lingkungan, manajemen lingkungan proaktif dan kinerja lingkungan. Hasil perhitungan nilai w1, w2 dan w3 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 10.c diperoleh persamaan fungsi diskriminan: Z
=
0,546
X1
+
0,832
X2
+
0,094
X3
...........................................................(3)
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
14
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG dengan nilai Wilk's Lambda 0,135 yang dignifikan pada 0,000 (<0,05). Nilai Canonical Correlation (CR2) sama dengan 0,897 yang berarti 89,7% variasi antara kelompok perusahaan yang menerbitkan / tidak menerbitkan environmental disclosure dapat dijelaskan oleh variabel diskriminan dorongan manajemen lingkungan, manajemen lingkungan proaktif dan kinerja lingkungan. Berdasarkan hasil-hasil statistik yang telah dikemukakan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa variabel dorongan manajemen lingkungan dan manajemen lingkungan proaktif berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja lingkungan perusahaan. Kedua variabel tersebut bersama-sama dengan variabel kinerja lingkungan juga berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan perusahaan dalam menerbitkan / tidak menerbitkan public environmental disclosure dalam annual report. Dengan demikian variabel kinerja lingkungan meupakan variabel independen bagi ada tidaknya public environmental disclosure dan sekaligus sebagai variabel mediasi antara variabel
dorongan manajemen lingkungan, manajemen
lingkungan proaktif dan ada tidaknya public environmental disclosure. Berdasar pengujian hipotesis 1 dan hipotesis 2, maka dapat dihitung pengaruh total dorongan manajemen lingkungan dan manajemen lingkungan proaktif terhadap ada tidaknya public environmental disclosure.
1) Pengaruh dorongan manajemen lingkungan terhadap environmental disclosure. Pengaruh langsung
= 0, 546
Pengaruh tidak langsung (0,325 x 0,094)
= 0,03055
Pengaruh total
= 0,57655
2) Pengaruh manajemen lingkungan proaktif terhadap environmental disclosure. Pengaruh langsung
= 0, 832
Pengaruh tidak langsung (0,325 x 0,094)
= 0,060348
Pengaruh total
= 0,892348
Keterbatasan Penelitian Beberapa keterbatasan penelitian ini adalah: pertama, tidak adanya perlakuan non respon bias terhadap kuesioner yang disebar kepada respnden. Perlakuan ini Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
15
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG penting untuk meyakinkan bahwa data yang diperoleh tidak bias yang dapat berakibat pada biasnya hasil risetKedua, penelitian ini tidak memasukkan variabel kontrol seperti size dan aspek strategi manajemen yang berdasar penelitian terdahulu terbukti mempengaruhi ada tidaknya publik environmental disclosure. Diakui bahwa ada tidaknya penerbitan publik environmental disclosure merupakan bagian penting dari legitimasi publik dan strategi perusahaan untuk memperoleh laba dalam jangka panjang. Ketiga, bagaimanapun, penelitian ini memiliki keterbatasan dalam pengukuran rangking kinerja lingkungan. Meskipun alat ukur yang dikembangkan Krut dan Munnis (1998) terbukti bias dari aksioma skala ordinal, namun masih perlu diperhatikan beberapa alat ukur lain yang mungkin lebih tepat seperti PROPER yang digunakan oleh Kementrian Lingkungan hidup.
References: Bates, GM. 2002. Environmental Law in Australia. (Sydney: Butterworths). Belal, Ataur Rahman. 2000. Environmental Reporting in Developing Countries: Empirical evidence from Bangladesh. Eco-Management and Auditing. 7(3) .114. Berry A Michael dan Dennis A Rondinelli. 1998. Proactive Corporate Environmental Management: A New Industrial Revolution. Academy of Management Executive. 12(2). 38-50. Brown N. and C. Deegan.1998. The Public Disclosure of environmental performance information- dual test of media agenda setting theory and legitimacy theory. Journal Accounting and Business Reaserch. 29(1). 21-41. Bertehelot, Sylvie; Denis Cormier; Michel Magnan. 2003. Environemntal Disclosure Research: eview and Synthesis. Journal of Accounting Review. 22. 1-44. Cahyono, B. 2002. Pengaruh kualitas manajemen lingkungan terhadap kinerja pada industri manufaktur di Kota Semarang. Jurnal bisnis strategi Program MM Undip, Vol. 9/Juli/Th.VII. Terakreditasi SK No. 118/DIKTI/KEP.2001. Cormier, D. dan N. Magnan. 2001. La Communication d'information environnementalle: Un outil digestion at de creation de valeur. Electronic accounting review www.er.uqam.ca/novell/rec.
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
16
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Cormier, D. Irene M Gordon, Michael Magnan. 2004. Corporate Environmental Disclosure; Contrasting Managements perception with reality. Journal of Business Ethices. 49. 143. Cunnigham, Stacey, and D. Gaddene. 2003. Do corporation perceive mandatory publication of pollution information for key stakeholders as a legitimacy treath?. Journal of Environmental Assessment Policy and Management. 5(4). 523-549. Deegan, C. and M. Rankin. 1996. Do Australian Compagnies Report Environemntal Disclosure by Firms prosecuted successfully by environmental protection authority. Aacounting, Auditing & Accountability Journal. 9(2): 50-67. Dias, Ana Claudia; Margarida Louro; Luis Arroja; Isabel Capela . 2004. Evaluation of the environmental performance of printing and writing paper using life cycle assessment. Management of Environmental. Vol. 15, No. 5. Ferreira, Clementina. 2004. Environmental accounting: the Portuguese case, Management of Environmental. Vol. 15, No. 6. Gamble, George O., et al. 1995. Environmental disclosure in annual report and 10Ks: an examination. Accounting Horizons. 9(3) 34-54 Ghozali, Imam.2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS (Badan Penebit Universitas Diponegoro, Semarang). Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (Badan Penebit Universitas Diponegoro, Semarang). Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS (Badan Penebit Universitas Diponegoro, Semarang). Hartman L Cathy dan Stafford R Edwin. 1997. Green Alliances: Building New Business with Environmental Group. Long Range Planning. Vol. 30, no.2, pp. 184196. Jones dan T. Alabaster (1999), Critical Analysis of corporate environmental reporting scoring system. Journal of Environmental Assessment Policy and Management 1(1). 27-60. Krut, R. & Munis, K. 1998. Sustainable industrial development: Benchmarking
environmental policies and reports. Greener Management International. 21. 87–98 Neu, D.H. Warsam dan K. Pedwell. 1998. Managing Public Impression: Environemntal disclosure in annual report. Accounting Organization and Society. 23(3). 265-286 Niskanen, Jyrki, dan Terhi Nieminen. 2001. The Objectivity of Corporate environemntal reporting: a study of finish listed firms' environemental disclosure. Business Strategy and The Environment. 10(1). 29.
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
17
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Nyquis, Siv. 2003. The Legislation of environmental disclosure in three Nordic Countries – a comparisons. Bussiness Strategy and The Envronment. 12(1). 12. Patten, D.M.1991. Exposure legitimacy, and social disclosure. Journal of Accounting and Public Policy. 10. 297-308. Patten, D.M. 1992. Intra Industry Environmental Disclosures in response to the Alaskan oil spill: a note on legitimacy theory. Accounting, Organization and Society. 17(5). 471-475. Patten, D.M. 2002. The relation between environmental performance and environmental disclosure: a research note. Accounting, Organization and Society. 27. 763-773. Pflieger, Juli; Matthias Fischer; Thilo Kupfer; Peter Eyerer. 2005. The contribution of life cycle assessment to global sustainability reporting of Organization. Management of Environmental. Vol. 16, No. 2. Porter, E Michael and Claas van der Linde. 1995. Green and Competitive. Harvard Business Review. September-October, pp. 120-134 Richardson, A.J. and M. Welker. 2001. Social Disclosure, Financial Disclosure and The Cost of Capital. Journal Accounting, Organization and Society. 26(7/8). 597616. Roberts, C. (1991) Environmental disclosures: A note on reporting practices in mainland Europe. Accounting, Auditing and Accountability, 4(3), 62–71 Stanwick, Sarah D., dan Peter Stanwick. 2000. The Relationship Between Environemntal disclosure and financial performance: and empirical study of US Firms. Eco-Management and Auditing. 7(4). 155. Sembiring, Eddy Rismanda, Karakteristik Perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial: study empiris pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Seminar Nasional Akuntansi VII. Solo. 379-395. Solomon, Aris, and Linda Lewis. 2002. Incentives and disincentives corporate environmental disclosure. Busines Strategy and The Environment. 11(3). 154. Susi. 2005. The Relationship performance and financial performance among Indonesia Companies. Seminar Nasional Akuntansi VII. Solo. 37-45. SustainAbility/UNEP (1997) Engaging Stakeholders: The 1997 Benchmark Survey — The 3rd International Progress Report on Company Environmental Reporting (London: SustainAbility) Welford, R.1998. Corporate Environmental Management (London: Eartscan Publication).
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
18
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Wiseman, J. 1982. An evaluation of environmental disclosures made in corporate annual reports. Accounting, Organization and Society. 7(1). 53-63.
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
19
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Tabel 1a. Deskripsi Statistik Responden Statistics of Respondents
N
Valid Missing
Mode Std. Deviation
Jenis Kelamin 53 0 1.00 .44510
Posisi 53 0 1.00 .95623
Jabatan 53 0 2.00 .37906
Pendidikan 53 0 1.00 .49745
Tabel 1.b. Deskripsi Statistik Variabel-variabel Penelitian
Statistics
N
Environmental Report to Public Annual 53 0 .3774 .0000 .48936 .521 .327 -1.798 .644 .00 1.00
Valid Missing
Mean Median Std. Deviation Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis Minimum Maximum
Dorongan Manajemen Lingkungan 53 0 14.1132 13.0000 3.68813 .313 .327 -1.038 .644 8.00 22.00
Manajemen Lingkungan Proaktif 53 0 20.4906 18.0000 4.93271 .369 .327 -1.421 .644 13.00 29.00
Kinerja Lingkungan 53 0 40.7170 37.0000 9.66432 .463 .327 -1.207 .644 27.00 59.00
Tabel 2. Kumulasi Perusahaan yang Menerbitkan Laporan Lingkungan (Kode 1) Cumulative Percent 62.3 100.0
Valid Percent 62.3
Percent 62.3
Frequency 33
37.7
37.7
20
1.00
100.0
100.0
53
Total
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
.00
Valid
20
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Tabel 3. Uji Validitas Variabel Dorongan Manajemen Lingkungan Correlations
DML1 DML1
DML2
DML3
DML4
Dorongan Manajemen Lingkungan
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 . 53 .072 .609 53 .620** .000 53 .716** .000 53 .836** .000 53
DML2 .072 .609 53 1 . 53 .334* .015 53 .215 .122 53 .419** .002 53
DML3 .620** .000 53 .334* .015 53 1 . 53 .727** .000 53 .879** .000 53
Dorongan Manajemen Lingkungan DML4 .716** .836** .000 .000 53 53 .215 .419** .122 .002 53 53 .727** .879** .000 .000 53 53 1 .902** . .000 53 53 .902** 1 .000 . 53 53
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Tabel 4. Uji Validitas Variabel Manajemen Lingkungan Proaktif Correlations
MLP1 MLP1
MLP2
MLP3
MLP4
MLP5
Manajemen Lingkungan Proaktif
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 . 53 .476** .000 53 .580** .000 53 .608** .000 53 .764** .000 53 .855** .000 53
MLP2 .476** .000 53 1 . 53 .371** .006 53 .539** .000 53 .494** .000 53 .720** .000 53
MLP3 .580** .000 53 .371** .006 53 1 . 53 .554** .000 53 .630** .000 53 .772** .000 53
MLP4 .608** .000 53 .539** .000 53 .554** .000 53 1 . 53 .556** .000 53 .807** .000 53
MLP5 .764** .000 53 .494** .000 53 .630** .000 53 .556** .000 53 1 . 53 .863** .000 53
Manajemen Lingkungan Proaktif .855** .000 53 .720** .000 53 .772** .000 53 .807** .000 53 .863** .000 53 1 . 53
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
21
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Tabel 5. Uji Validitas Variabel Kineja Lingkungan Correlations KL1 KL1
Pearson Correlatio Sig. (2-tailed) N KL2 Pearson Correlatio Sig. (2-tailed) N KL3 Pearson Correlatio Sig. (2-tailed) N KL4 Pearson Correlatio Sig. (2-tailed) N KL5 Pearson Correlatio Sig. (2-tailed) N KL6 Pearson Correlatio Sig. (2-tailed) N KL7 Pearson Correlatio Sig. (2-tailed) N KL8 Pearson Correlatio Sig. (2-tailed) N KL9 Pearson Correlatio Sig. (2-tailed) N KL10 Pearson Correlatio Sig. (2-tailed) N Kinerja LingkungaPearson Correlatio Sig. (2-tailed) N
1 . 53 .158 .258 53 .316* .021 53 .311* .023 53 .162 .248 53 .292* .034 53 .615** .000 53 .337* .014 53 .431** .001 53 .231 .097 53 .530** .000 53
KL2 .158 .258 53 1 . 53 .411** .002 53 .529** .000 53 .618** .000 53 .583** .000 53 .484** .000 53 .451** .001 53 .560** .000 53 .652** .000 53 .757** .000 53
KL3 .316* .021 53 .411** .002 53 1 . 53 .262 .058 53 .661** .000 53 .379** .005 53 .458** .001 53 .777** .000 53 .692** .000 53 .459** .001 53 .745** .000 53
KL4 .311* .023 53 .529** .000 53 .262 .058 53 1 . 53 .272* .049 53 .434** .001 53 .475** .000 53 .304* .027 53 .537** .000 53 .565** .000 53 .655** .000 53
KL5 .162 .248 53 .618** .000 53 .661** .000 53 .272* .049 53 1 . 53 .251 .070 53 .419** .002 53 .694** .000 53 .438** .001 53 .561** .000 53 .699** .000 53
KL6 .292* .034 53 .583** .000 53 .379** .005 53 .434** .001 53 .251 .070 53 1 . 53 .420** .002 53 .371** .006 53 .456** .001 53 .420** .002 53 .644** .000 53
KL7 .615** .000 53 .484** .000 53 .458** .001 53 .475** .000 53 .419** .002 53 .420** .002 53 1 . 53 .548** .000 53 .571** .000 53 .690** .000 53 .781** .000 53
KL8 .337* .014 53 .451** .001 53 .777** .000 53 .304* .027 53 .694** .000 53 .371** .006 53 .548** .000 53 1 . 53 .685** .000 53 .578** .000 53 .794** .000 53
Kinerja KL9 KL10 Lingkungan .431** .231 .530** .001 .097 .000 53 53 53 .560** .652** .757** .000 .000 .000 53 53 53 .692** .459** .745** .000 .001 .000 53 53 53 .537** .565** .655** .000 .000 .000 53 53 53 .438** .561** .699** .001 .000 .000 53 53 53 .456** .420** .644** .001 .002 .000 53 53 53 .571** .690** .781** .000 .000 .000 53 53 53 .685** .578** .794** .000 .000 .000 53 53 53 1 .589** .824** . .000 .000 53 53 53 .589** 1 .796** .000 . .000 53 53 53 .824** .796** 1 .000 .000 . 53 53 53
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
22
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Tabel 6. Uji Reliablitas Variabel-variabel Penelitian a. Dorongan Manajemen Lingkungan Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .787
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .764
N of Items 4
Item-Total Statistics
DML1 DML2 DML3 DML4
Scale Mean if Item Deleted 10.1509 12.2075 10.0000 9.9811
Scale Variance if Item Deleted 7.169 11.821 7.385 6.403
Corrected Item-Total Correlation .655 .227 .761 .778
Squared Multiple Correlation .550 .144 .589 .644
Cronbach's Alpha if Item Deleted .704 .867 .646 .627
b. Manajemen Lingkungan Proaktif
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .863
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .863
N of Items 5
Item-Total Statistics
MLP1 MLP2 MLP3 MLP4 MLP5
Scale Mean if Item Deleted 16.3396 16.3774 16.4151 16.3019 16.5283
Scale Variance if Item Deleted 15.459 17.009 16.940 16.253 14.869
Padang, 23-26 Agustus 2006
Corrected Item-Total Correlation .760 .558 .648 .691 .762
K-AKPM 27
Squared Multiple Correlation .638 .348 .463 .495 .650
Cronbach's Alpha if Item Deleted .814 .865 .843 .832 .813
23
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG c. Kinerja Lingkungan Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .897
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .898
N of Items 10
Item-Total Statistics
KL1 KL2 KL3 KL4 KL5 KL6 KL7 KL8 KL9 KL10
Scale Mean if Item Deleted 36.6604 36.7736 36.4151 36.6792 36.5849 36.6604 36.6604 36.5660 36.6415 36.8113
Scale Variance if Item Deleted 81.382 75.294 76.786 77.491 77.671 77.882 76.729 73.635 74.196 74.118
Padang, 23-26 Agustus 2006
Corrected Item-Total Correlation .418 .686 .677 .559 .621 .545 .725 .729 .772 .734
K-AKPM 27
Squared Multiple Correlation .516 .725 .733 .471 .741 .482 .704 .743 .737 .704
Cronbach's Alpha if Item Deleted .902 .884 .885 .893 .888 .894 .882 .881 .878 .881
24
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Tabel 7. Hasil Uji Regresi Dorongan Manajemen Lingkungan dan Manajemen Lingkungan Proaktif terhadap Kinerja Lingkungan
Model Summaryb Model 1
Adjusted R Square .883
R R Square .942a .888
Std. Error of the Estimate 3.29874
DurbinWatson 1.369
a. Predictors: (Constant), Manajemen Lingkungan Proaktif, Dorongan Manajemen Lingkungan b. Dependent Variable: Kinerja Lingkungan
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 4312.670 544.085 4856.755
df 2 50 52
Mean Square 2156.335 10.882
F 198.162
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Manajemen Lingkungan Proaktif, Dorongan Manajemen Lingkungan b. Dependent Variable: Kinerja Lingkungan
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Dorongan Manajemen Lingkungan Manajemen Lingkungan Proaktif
Unstandardized Coefficients B Std. Error 2.932 1.958
Standardized Coefficients Beta
t 1.497
Sig. .141
Collinearity Statistics Tolerance VIF
.852
.270
.325
3.158
.003
.211
4.729
1.257
.202
.642
6.234
.000
.211
4.729
a. Dependent Variable: Kinerja Lingkungan
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
25
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Tabel 8. Hasil Uji Linieritas dengan Langrange Multiplier
Model Summary Model 1
R R Square .043a .002
Adjusted R Square -.038
Std. Error of the Estimate 3.29562042
a. Predictors: (Constant), Kuadrat MLP, Kuadrat DML
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 1.029 543.056 544.085
df 2 50 52
Mean Square .515 10.861
F .047
Sig. .954a
a. Predictors: (Constant), Kuadrat MLP, Kuadrat DML b. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Tabel 9. Hasil Uji Glejser untuk Deteksi Heteroskedasitas
Coefficientsa
Model 1 (Constant) Dorongan Manajemen Lingkungan Manajemen Lingkungan Proaktif
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -1.786 1.269
t -1.408
Sig. .165
.312
.175
.490
1.785
.080
-.020
.131
-.043
-.155
.877
a. Dependent Variable: Absolut Res1
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
26
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Tabel 10. Hasil Uji Analisis Diskriminan a. Penentuan Variabel Diskriminator terhadap Perusahaan yang Menerbitkan/Tidak Menerbitkan Laporan Lingkungan dengan Independent Sampel t Test
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Dorongan Manajemen Lingkungan
Manajemen Lingkungan Proaktif
Kinerja Lingkungan
Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed
t-test for Equality of Means
Sig.
.378
.003
1.246
t
.542
.956
.270
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
-13.336
51
.000
-6.64394
.49819
-7.64411
-5.64377
-13.762
44.230
.000
-6.64394
.48278
-7.61678
-5.67110
-16.494
51
.000
-9.25000
.56082
-10.37590
-8.12410
-17.182
45.389
.000
-9.25000
.53834
-10.33402
-8.16598
-13.874
51
.000
-17.55909
1.26561
-20.09991
-15.01827
-13.251
34.616
.000
-17.55909
1.32515
-20.25036
-14.86783
b. Nilai Statistik dan Test of Equality Group Statistics Environmental Report to Public Annual .00
1.00
Total
Mean Dorongan Manajemen Lingkungan Manajemen Lingkungan Proaktif Kinerja Lingkungan Dorongan Manajemen Lingkungan Manajemen Lingkungan Proaktif Kinerja Lingkungan Dorongan Manajemen Lingkungan Manajemen Lingkungan Proaktif Kinerja Lingkungan
Std. Deviation
Valid N (listwise) Unweighted Weighted
11.6061
1.83609
33
33.000
17.0000
2.09165
33
33.000
34.0909
4.13343
33
33.000
18.2500
1.61815
20
20.000
26.2500
1.77334
20
20.000
51.6500
4.97652
20
20.000
14.1132
3.68813
53
53.000
20.4906
4.93271
53
53.000
40.7170
9.66432
53
53.000
Tests of Equality of Group Means Wilks' Lambda Dorongan Manajemen Lingkungan Manajemen Lingkungan Proaktif Kinerja Lingkungan
Padang, 23-26 Agustus 2006
F
df1
df2
Sig.
.223
177.850
1
51
.000
.158
272.041
1
51
.000
.209
192.488
1
51
.000
K-AKPM 27
27
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG c. Penentuan Fungsi Diskriminan
Canonical Discriminant Function Coefficients Function 1 Dorongan Manajemen Lingkungan Manajemen Lingkungan Proaktif Kinerja Lingkungan (Constant)
.216 .329 .037 -11.274
Unstandardized coefficients
Canonical Discriminat Function Koefesien Fungsi: Z = w1 TDML + w2 TMLP + w3 KL Canonical Discriminat Function Coefficients Squareroot of (Koef TDML^2 + Koef TMPL ^2 + Koef KL^2) TDML TMPL TKL Koefesien 0.216 0.329 0.037 0.395304946 w1 0.546 Fungsi: Z = 0.546 TDML + 0.832 TMLP + 0.094 KL w2 0.832 w23 0.094
Wilks' Lambda Test of Function(s) 1
Wilks' Lambda .135
Chi-square 99.052
df 3
Sig. .000
Eigenvalues Function 1
Eigenvalue % of Variance 6.397a 100.0
Cumulative % 100.0
Canonical Correlation .930
a. First 1 canonical discriminant functions were used in the analysis.
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
28
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG d. Standardize Canonical Discriminant Function dan Structure Matrix
Standardized Canonical Discriminant Function Coefficients Function 1 Dorongan Manajemen Lingkungan Manajemen Lingkungan Proaktif Kinerja Lingkungan
.381 .650 .163
Structure Matrix Function 1 Manajemen Lingkungan Proaktif Kinerja Lingkungan Dorongan Manajemen Lingkungan
.913 .768 .738
Pooled within-groups correlations between discriminating variables and standardized canonical discriminant functions Variables ordered by absolute size of correlation within function.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Dorongan Manajemen Lingku ngan
Kinerja Lingkungan
Environmental Disclouse
Manajemen Lingku ngan Proaktif
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
29
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG
Gambar 2. Uji Normal Probability Regression Standardized Residual
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Kinerja Lingkungan 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Padang, 23-26 Agustus 2006
K-AKPM 27
30