PENERAPAN “CASE BASED LEARNING” DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA KEPERAWATAN
Naskah Publikasi
Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
FERAWATI 20141050046
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
PENERAPAN “CASE BASED LEARNING” DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA Ferawati1, Elsye Maria Rosa2 ABSTRAK Latar Belakang: Metode pembelajaran lecturing dirasa belum mampu mengasah kemampuan analisis mahasiswa, kepekaan terhadap permasalahan, melatih pemecahan masalah serta kemampuan mengevaluasi permasalahan terutama pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah (KMB) yang memerlukan analisis tinggi dan berpikir kritis. Case based learning merupakan salah satu metode pembelajaran student center learning berbasis kasus yang dirancang untuk meningkatkan berpikir tingkat tinggi dalam memecahkan suatu kasus. Dengan penggunaan metode ini diharapkan mahasiswa mampu mengasah critical thinking untuk memecahkah permasalahan secara holistik terutama pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah (KMB). Metode Penelitian: Menggunakan action research untuk penelitian tindakan dalam menerapkan Case Based Learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester VII sebanyak 27 orang dan dosen keperawatan medikal bedah sebanyak 4 orang. Analisis yang digunakan yaitu analisis data kualitatif dan kuantitatif. Hasil Penelitian: Hasil uji Paired T-Test menunjukkan nilai sig. < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berpikir kritis dan keaktifan mahasiswa sebelum dan sesudah intervensi Case Based Learning (CBL). Hasil indepth interview ditemukan tema yang meliputi berpikir kritis mahasiswa belum optimal, serta sumber daya manusia yang belum memadai dan diharapkan metode Student Center Learning khususnya CBL bisa mengatasi masalah tersebut Kesimpulan:.Kemampuan berpikir kritis dan keaktifan mahasiswa Keperawatan di STIKes Insan Cendekia Husada Bojonegoro meningkat setelah perubahan strategi pembelajaran menjadi Case Based Learning Kata kunci : Case Based Learning, Berpikir Kritis, Keaktifan 1
Mahasiswa Program Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2
Dosen Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
THE IMPLEMENTATION OF “CASE BASED LEARNING” IN INCREASING STUDENTS’ CRITICAL THINKING ABILITY
Ferawati¹, Elyse Maria Rosa²
ABSTRACT Background of Study: Lecturing as learning method still cannot hone students’ analysis ability, about their sensitivity on problems, then train their problem solving and also problem evaluation abilities especially in Surgical-Medical Nursing subject that needs high analysis and critical thinking abilities. Case Based Learning is one of learning methods from Student Centered Learning methods based on case which is designed to increase students’ thinking in high level especially in solving a case. By using this method, it is expected that students are able to sharpen their critical thinking to solve the problems through holistic way especially in Medical-Surgical Nursing subject. Research Method: This research used action research for the action research in implementing the case based learning in increasing students critical thinking ability. Respondents for this research were 27 students from 7th semester, and 4 lecturers from medical-surgical nursing. This research used Quantitative-qualitative data analysis. Research Result: The result of Paired T-Test showed sig. value < 0.05, which meant there were significant differences between critical thinking ability and liveliness of students before and after Case Based Learning (CBL) implementations. Based on in-depth interview result, it was found that theme which covered students’ critical thinking was not optimal, moreover the human resources (lecturers) were not sufficient yet and it was expected that Student Centered Learning method especially CBL could solve those problems. Conclusion: Critical thinking ability and liveliness of nursing students in STIKes Insan Cendekia Husada Bojonegoro had increased after got learning strategy modification, from previous method to Case Based Learning. Key Words: Case-Based Learning, Critical Thinking, liveliness ¹Student of Master of Nursing Program, Postgraduate Program of Muhammadiyah University of Yogyakarta. ²Lecturer of Medical Study Program, Faculty of Medical and Health Sciences Muhammadiyah University of Yogyakarta.
Latar Belakang
keperawatan. Perawat dituntut untuk cermat, tepat,
Mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
dan tanggap bertindak, sehingga perawat harus
meerupakan salah satu materi pokok dalam
mempunyai kemampuan berpikir kritis agar mampu
pendidikan keperawatan dalam kurikulum KBK
menyelesaikan tugas pelayanan keperawatannya
AIPNI 2010. Bobot SKS mata kuliah tersebut
secara optimal.
cukup besar yaitu 22 SKS. Mata kuliah ini diasuh
kemampuan/keterampilan
oleh sebuah tim yang terdiri dari 3 – 4 dosen.
menganalisis dan mengevaluasi suatu hal dengan
Selama ini prestasi belajar mahasiwa untuk mata
menggunakan proses yang sistematis sehingga
kuliah tersebut belum memuaskan. Hasil studi
menghasilkan daya berpikir atau suatu pemikiran
pendahuluan
strategi
yang intelektual didalam ide-ide yang digagas1. Oleh
pembelajaran Mata kuliah Keperawatan Medikal
karenanya, pendidikan keperawatan diharapkan
Bedah masih menggunakan metode lecturing, hasil
mampu
observasi dalam proses pembelajaran Mata kuliah
kemampuan berpikir krtitis mahasiswnya agar
Keperawatan Medikal Bedah menunjukkan bahwa
mahasiswa
mahasiswa kurang aktif, kurang berinteraksi dengan
tersebut saat memasuki dunia profesinya.
didapatkan
bahwa
Berpikir kritis merupakan suatu
mengembangkan
mampu
seseorang
dan
untuk
meningkatkan
menerapkan
kemampuan
dosen maupun mahasiswa lain terkait dengan mata
Hasil wawancara dengan dosen didapatkan
kuliah dalam proses pembelajaran, mengantuk saat
dosen mengeluh karena sebagian besar mahasiswa
dosen menjelaskan, kurang termotivasi untuk
kurang
mencari informasi di luar jam belajar, serta jarang
diberikan. Mahasiswa sedikit bertanya, pasif, kurang
mengerjakan tugas yang diberikan dosen dan sering
minat dan kurang termotivasi mengikuti proses
terlambat kuliah.
pembejaran. Hasil wawancara dengan mahasiswa,
Hasil evaluasi belajar Mata kuliah Keperawatan
didapatkan bahwa metode pembelajaran yang
Medikal
diterapkan
Bedah
mahasiswa memuaskan.
menunjukkan
mendapatkan Hal
nilai
tersebut
sebagian yang
besar
antusias
terhadap
kurang
mata
menstimulus
kuliah
yang
keingintauhan
kurang
mahasiswa serta kurang memotivasi mahasiswa
mengindikasikan
untuk partisipasi dan keaktifan mahasiswa dalam
kemampuan berfikir kritis mahasiswa masih lemah. Padahal seorang perawat sering kali dihadapkan dengan berbagai permasalahan dalam pelayanan
proses pembelajaran. Untuk
meningkatkan
prestasi
belajar
mahasiswa Mata kuliah Keperawatan Medikal
5 Bedah, tim dosen melakukan evaluasi. Hasil evaluasi
strategi pembelajaran Case Based Learning dan
tersebut menyimpulkan bahwa salah satu penyebab
dampaknya
prestasi
belajar
peningkatan
kemampuan
karena
strategi
berpikir kritis mahasiswa di STIKes INSAN
tepat.
Strategi
CENDEKIA HUSADA (ICSADA) Bojonegoro.
pembelajaran lecturing atau TCL dianggap oleh tim
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
dosen pengasuh mata kuliah Keperawatan Medikal
metode pembelajaran Case Based Learning sehingga
Bedah sudah tidak relevan lagi sehingga perlu
berdampak pada peningkatan kemampuan berpikir
strategi yang lain untuk meningkatkan prestasi
kritis mahasiswa Keperawatan di STIKes Insan
belajar dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa.
Cendekia Husada Bojonegoro
pembelajaran
mahasiswa
terhadap
yang
kurang
Tim dosen telah sepakat untuk mengubah strategi pembelajaran dengan metode Case Based Learning. Alasan
utama
memilih
Desain Penelitian
pembelajaran
Desain pada penelitian ini menggunakan penelitian
berbasis kasus sebagai strategi dalam mata kuliah
tindakan (action research) yang dilaksanakan selama
dalam Keperawatan Medikal Bedah memerlukan
dua
adanya ilustrasi kasus nyata dalam penerapan teori.
pengumpulan
Mahasiswa telah mempunyai pengetahuan dasar
Adapun Instrumen yang digunakan adalah pedoman
untuk menyelesaikan kasus dalam pembelajaran
wawancara mendalam, ceklis, kuisioner dan catatan
Keperawatan Medikal Bedah karena mata kuliah
lapangan. Obyek penelitian ini adalah dosen dan
tersebut merupakan mata kuliah semester akhir.
mahasiswa mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Diskusi kelompok CBL berfokus pada pemecahan
serta manajemen STIKes Insan Cendekia Husada
masalah secara kreatif sehingga membutuhkan
Bojonegoro pengelola kurikulum.
siklus
(putaran) data
dan
dengan
kualitatif
dan
metode
kuantitatif.
pengetahuan yang luas2. Diskusi CBL merupakan startegi pembelajaran yang inquiry, sehingga peran
Hasil Penelitian
dosen mengarahkan mahasiswa untuk berfikir pada
1. Temuan Siklus I
pemecahan kasus yang diberikan2.
Hasil
Dari
fenomena
perubahan
strategi
analisis
wawancara
mendalam
dengan
partisipan memfokuskan pada topik mengenai
pembelajaran dari lecturing ke Case Based Learning
pengembangan
kemampuan
menarik untuk dikaji. Oleh karenanya peneliti
mahasiswa
metode
tertarik untuk mengamati proses pengembangan
meningkatkan kemampuan berfikir kritis mahasiswa.
dan
berfikir
kritis
pembelajaran
untuk
6 Assessment dilakukan untuk menggali pengetahuan dan persepsi partisipan mengenai kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Hasil wawancara mendalam dengan para informan
Tabel 4.4 Kemampuan berfikir Kritis dan Keaktifan Mahasiswa sebelum pelaksanaan strategi pembelajaran CBL
dapat disimpulkan bahwa kemampuan berfikir kritis
Variabel
dianggap sangat penting bagi mahasiswa dan kondisi
Kemampuan berfikir kritis (Pretes) Keaktifan Mahasiswa mengikuti PBM (Pretes)
saat ini sangat kurang sehingga perlu di tingkatkan lagi, karena dengan berfikir kritis mahasiswa dapat terlatih
menganalisa
dan
memecahkan
suatu
masalah sehingga sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk bekal ketika mereka memasuki dunia kerja. Kemampuan berfikir kritis mahasiswa Program Profesi Ners STIKes Insan Cendekia Husada Bojonegoro masih dianggap belum sesuai standar yang diharapkan. Fakta yang dilihat dosen sebagai indikasi mahasiswa belum sesuai standar yang diharapkan
mahasiswa
belum
mempunyai
kemampuan untuk melakukan interpretasi dan melakukan analisa data dan memberikan penjelasan dengan baik. Mahasiswa masih kurang peduli dengan masalah kecil yang dapat menimbulkan masalah besar.
kemampuan
SD
68,59
4,19
69,52
14,85
Skor rata-rata pretes mengenai kemampuan berfikir kritis responden sebesar 68, 59 persen dengan nilai terendah 54, 55 persen dan nilai tertinggi 72, 73 persen. Skor keaktifan responden sebesar 69, 52 persen dengan nilai terendah 46, 15 persen dan nilai tertinggi 100, 00 persen. Kemampuan berfikir kritis dapat dikembangkan melalui strategi pembelajaran yang tepat. Startegi pembelajaran di STIKes ICsada Bojonegoro selama itu masih banyak dosen yang menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada dosen, sehingga mahasiswa masih pasif dalam proses pembelajaran. Metode ini dianggap kurang memotivasi mahasiswa untuk berfikir kritis karena mahasiswa hanya
Hasil rekapitulasi data pretes juga menunjukkan bahwa
Mean
berfikir
dan
keaktifan
mahasiswa dalam proses belajar masih rendah. Hasil observasi keaktifan mahasiswa dan hasil pretes berfikir kritis didapatkan hasil sebagai berikut:
mendapatkan
informasi
hanya
dari
dosen.
Mahasiswa jarang mengeksplorasi yang diketahuinya dengan mencari informasi dari sumber lain. Penggunaan strategi pembelajaran yang masih berorientasi pada dosen disebabkan karena sebagian besar SDM tenaga pengajar di STIKes Icsada Bojonegoro
belum
mampu
mengembangkan
7 strategi pembelajaran yang lain. Oleh karenanya
perencanaan
dibutuhkan pengembangan skill dan pengetahuan
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
para dosen mengenai strategi pembelajaran melalui
berfikir kreatif mahasiswa.
pelatihan/workshop atau bahkan mengirim dosen
untuk
memperbaiki
strategi
a. Perencanaan
untuk mengikuti studi kependidikan keperawatan.
Rencana kegiatan pada siklus I adalah meningkatkan
Dari hasil wawancara dengan para informan dapat
kompetensi dosen yang berkaitan dengan strategi
disimpulkan bahwa berfikir kritis mahasiswa belum
pembelajaran CBL agar mampu meningkatkan
optimal, serta sumber daya manusia tenaga pengajar
kemampuan berfikir kritis mahasiswa. Kegiatan
yang ada belum memadai dan diharapkan metode
yang direncanakan adalah melakukan workshop
Student Center Learning khususnya Case Based Learning
tentang strategi pembelajaran CBL karena CBL
bisa mengatasi masalah tersebut.
merupakan salah satu strategi pembelajaran yang
Hasil assessment tersebut menjadi pijakan peneliti
dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis.
untuk menyusun rencana kegiatan penelitian.
b. Pelaksanaan
Masalah
pengembangan
Workshop dosen mengenai strategi pembelajaran
kemampuan berfikir kritis mahasiswa program ners
diselenggarakan selama satu hari, yaitu pada tanggal
STIKes
10 September 2016 yang dibagi menjadi 2 sesi.
yang
Icsada
ditemui
dalam
Bojonegoro
adalah
strategi
pembelajaran yang kurang tepat dan keterbatasan
Narasumber
kompetensi SDM. Selama ini strategi pembelajaran
Muhammadyah Yogyakarta atas nama Dr. dr. Sri
masih
Strategi
Sundari, M.Kes. Workshop diikuti oleh 6 orang
pembelajaran tersebut dinilai kurang tepat dan perlu
dosen. Partisipan terdiri dari 4 orang dosen dan 2
dilakukan perubahan strategi yang berorientasi pada
orang pejabat pengelola program Ners yang
mahasiswa.
merangkap menjadi dosen. Jadwal acara workshop
Hasil wawancara mendalam mendapatkan bahwa
adalah di sesi pertama yaitu melakukan workshop
strategi
pada
terkait metode Case Based Learning, menetapkan
mahasiswa yang dianggap tepat adalah strategi
tujuan pembelajaran serta pembuatan kasus yang
pembelajaran diskusi untuk memecahkan kasus
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, termasuk
terurtama mata kuliah yang mempunyai kasus yang
tujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir
sangat variatif seperti mata kuliah medikal bedah.
kritis mahasiswa. Sesi kedua yaitu membuat kasus
Dari
sesuai dengan aturan atau tata cara yang sudah
berorientasi
pembelajaran
rangkaian
pada
yang
dosen.
berorientasi
permasalahan
disusun
suatu
yaitu
dosen
dari
Universitas
8 diberikan di saat workshop, kemudian dosen
Modul digunakan sebagai panduan dalam proses
mempresentasikan kasus yang sudah dibuat.
belajar mengajar, sehingga prosedur dalam proses pembelajaran mempunyai Learning Outcome (LO)
c. Pengamatan
yang sama. Modul disusun oleh tim dosen yang
Rata-rata skor keaktifan partisipan mengikuti
mengampu pada mata kuliah tersebut beserta tim
workshop cukup bagus hampir 90 persen. Skor
Kurikulum yang ada agar dapat saling koreksi.
keaktifan tersebut menunjukkan bahwa partisipan
Modul
sangat
strategi
khususnya tentang Sistem integumen di semester
pembelajaran CBL tersebut. Dari penilaian nara
VII (Tujuh). Selain tujuan dan kompetensi yang
sumber, dosen peserta workshop telah mampu
akan dicapai dalam modul telah dibuatkan kasus
membuat kasus untuk materi pembelajaran dengan
untuk ditelaah dan diskusikan secara berkelompok.
strategi CBL.
Implementasi metode CBL dilakukan 2 kali
d. Refleksi
pertemuan. Mata kuliah medikal bedah pada tahun
antusias
terhadap
workshop
berisi
materi
kuliah
Medikal
Bedah
Dosen peserta workshop telah mampu membuat
ajaran 2016/2017 diikuti 27 mahasiswa.
kasus untuk materi pembelajaran dengan strategi
dibagi
CBL, sehingga diharapkan dosen dapat menerapkan
kelompok terdiri dari 6-7 orang mahasiswa.
pembuatan kasus untuk materi kuliah KMB.
Kelompok dibentuk berdasarkan indeks prestrasi
Pada siklus II direncanakan untuk menerapkan strategi pembelajaran CBL pada mata kuliah Keperawatan
Medikal
direncanakan
dalam
Bedah.
Kegiatan
yang
antara
lain
kelompok
dan
penerapan membagi
melaksanakan pembelajaran dengan strategi CBL serta
mengukur
kemampuan
berfikir
kritis
mahasiswa sesudah pelaksanaan CBL dilakukan. b. Pelaksanaan
kelompok.
Masing-masing
yang bagus didistribusikan dan digabung dengan
a. Perencanaan
modul,
4
komulatif (IPK) mahasiswa. Mahasiswa dengan IPK
2. Temuan Siklus 2
menyusun
menjadi
Mereka
mahasiswa yang mempunyai nilai yang kurang bagus sehingga kelompok yang terbentuk diharapkan mempunyai kemampuan akademis yang sama. Pada pertemuan pertama dosen menjelaskan tujuan pembelajaran dan metode yang dibuat. Dosen juga menjelaskan secara garis besar mengenai materi dipelajari dan memberikan kasus untuk dipecahkan secara berkelompok. Pada pertemuan kedua, setiap kelompok dipandu oleh satu orang dari tim dosen untuk melakukan diskusi mengenai kasus yang
9 diberikan sebelumnya. Dosen bertugas sebagai
kemampuan berfikir kritis dan keaktifan mahasiswa
fasilitator dan mengarahkan diskusi agar diskusi
meningkat secara signifikan. Hal tersebut bearti
tetap dalam upaya memecahkan masalah yang
tujuan pengembangan strategi pembelajaran dengan
diberikan.
CBL tercapai. Oleh karena itu CBL dapat
c. Pengamatan
diterapkan
untuk
meningkatkan
kualitas
Peneliti melakukan observasi kepada dosen terkait
pembelajaran di STIKes Insan Cendekia Husada
penerapan metode pembelajaran CBL mengenai
Bojonegoro. Sosialisasi proses CBL dapat dilakukan
kesesuaian langkah–langkah penerapan dengan yang
kepada dosen terkait.
diajarkan saat workshop. Setelah
penerapan
CBL,
peneliti
melakukan
Pembahasan
observasi terhadap keaktifan mahasiswa dalam
Berfikir
kritis
didefinisikan
partisipan
proses belajar mengajar dan membagikan kuisioner
sebagai kemampuan atau proses berfikir detil dan
mengenai berfikir kritis (postes). Rekapitulasi data
sistematis untuk memecahkan masalah dengan
postes dijelaskan dalam tabel berikut.
menganalisa
Tabel 4.6 Kemampuan berfikir dan Keaktifan Mahasiswa setelah pelaksanaan strategi pembelajaran CBL Variabel Keaktifan dalam PBM (Postes) Keaktifan dalam PBM (Postes)
Mean 81,28 89,74
SD 4,28 9,05
Setelah terpapar CBL, skor rata-rata kemampuan berfikir responden sebesar 81,28 persen dengan nilai terendah 73,64 persen dan nilai tertinggi 90,91 persen. Skor keaktifan responden sebesar 89,74 persen dengan nilai terendah 69,23 persen dan nilai tertinggi 100,00 persen.
workshop.
telah Hasil
yang
dimilikinya. Partisipan menganggap bahwa berfikir kritis adalah bagian yang penting dalam proses pembelajaran terlebih pembelajaran keperawatan. Kemampuan dalam berpikir kritis dan pemecahan masalah merupakan keahlian yang penting serta sangat
dibutuhkan
menghadapi
oleh
beragam
seseorang
permasalahan,
dalam termasuk
pendidikan keperawatan3. Kemampuan berfikir kritis penting bagi mahasiswa perawat karena kemampuan berpikir kritis melibatkan proses
berbagai
Pada saat proses penerapannya, Langkah-langkah CBL
pengetahuan
penalaran atau logika dalam mengevaluasi serta
d. Refleksi
proses
berdasarkan
dilakukan
sesuai
perbandingan
dengan rata-rata
faktor
yang
dipertimbangkan
dalam
membuat sebuah keputusan4. Partisipan
(dosen)
menilai
bahwa
kemampuan berfikir mahasiswa Sekolah Tinggi
10 Ilmu
Kesehatan
Insan
Cendekia
Husada
yang melibatkan mahasiswa dalam pemecahan
Bojonegoro masih rendah. Hal tersebut didukung
masalah serta melatih mahasiswa untuk berfikir
hasil pretes yang menunjukkan bahwa skor rata-rata
kritis, seperti analisis, sintesis dan evaluasi, baik
kemampuan berpikir kritis mahasiswa hanya sebesar
secara individu maupun berkelompok. Pendidikan
68,59 dan keaktifan dalam PBM
sebesar 69,52.
keperawatan di perguruan tinggi harus terus
Partisipan menduga penyebab hal tersebut karena
menerus menerapkan strategi pengajaran baru untuk
strategi pembelajaran yang kurang tepat.
meningkatkan
berpikir
kritis
mahasiswa
Selama ini strategi pembelajaran di Sekolah
keperawatan dalam mengatasi kesehatan yang terus
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Husada
berubah. Diskusi diharapkan mampu melatih
Bojonegoro belum mendorong mahasiswa aktif
mahasiswa untuk berfikir kritis5.
dalam proses belajar mengajar dan mahasiswa
CBL merupakan salah satu metode yang
kurang terlatih untuk berfikir kritis karena proses
berbasis pada siswa dan mengedepankan diskusi.
belajar mengajar lebih beroreintasi pada dosen.
Metode CBL merupakan metode pembelajaran yang
Pembelajaran yang diterapkan saat ini berfokus pada
lazim digunakan dalam pendidikan keperawatan6,
pemahaman materi saja, sehingga, mahasiswa tidak
karena Case Based Learning menggunakan pendekatan
memiliki gambaran penerapan materi pada dunia
berbasis kasus yang melibatkan siswa dalam diskusi
kerja.
untuk
dari situasi yang spesifik dan contoh kejadian nyata
mempersiapkan calon perawat memasuki dunia
di dunia. Penerapan CBL melibatkan siswa dan guru
kerja.
dalam dialog analitik dalam situasi keperawatan.
Strategi
ini
kurang
efektif
Hasil identifikasi masalah menunjukkan
Problematika
penerapan
strategi
bahwa perubahan strategi pembelajaran yang
pembelajaran yang berorientasi pada mahasiswa di
diharapkan adalah perubahan strategi pembelajaran
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia
yang berorientasi pada mahasiswa dengan metode
Husada Bojonegoro adalah keterbatasan kualitas
diskusi. Perubahan tersebut sejalan dengan anjuran
dosen di sekolah tinggi tersebut. Dosen Sekolah
Direktorat
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Husada
Jenderal Pendidikan
mendorong
pendidikan
mengembangkan
metode
Tinggi
untuk
keperawatan
pembelajaran
Bojonegoro
belum
mampu
mengembangkan
Student
strategi pembelajaran yang berbasis mahasiswa.
Center Learning (SCL). Metode pembelajaran Student
Salah satu penyebab kemampuan berfikir kritis
Center Learning (SCL) adalah metode pembelajaran
mahasiswa lemah adalah dosen kurang memahami
11 metode pengajaran yang dapat meningkatkan
biasanya dibatasi pada masalah yang berasal dari
kemampuan berpikir kritis7.
mereka sendiri dan partisipasi diharapkan untuk
Kinerja seseorang merupakan kulminasi tiga elemen
penting
yang
yaitu
adalah pertemuan khusus yang dihadiri sekelompok
ketrampilan, upaya dan sifat keadaan-keadaan
manusia yang bergerak dalam lingkungan bidang
eksternal8. Jika salah satu elemen tidak cukup atau
kerja yang sejenis. Hasil penelitian sebelumnya
mendukung, kinerja seseorang akan terganggu.
membuktikan bahwa workshop dapat meningkatkan
Kompetensi dosen merupakan bagian dari unsur
kompetensi guru untuk melakukan Penelitian
keterampilan dosen dalam kinerjanya. Agar dosen
Tindakan
dalam mengelola kegiatan pembelajaran dapat
menunjukkan
berhasil
diperlukan
meningkatkan kemampuan partisipan membuat
kompetensi atau kemampuan guru dalam mengatur
kasus dengan baik sebagai bahan materi CBL.
diri maupun mengelola diri dengan menemukan
Peningkatan kompetensi tersebut disebabkan oleh
siasat dan teknik-teknik tertentu dalam proses
tingkat keaktifan dosen yang cukup tinggi dalam
pembelajaran sehingga memudahkan murid dalam
mengikuti kegiatan workshop.
dengan
saling
maksimal,
berkaitan
dapat menghasilkan produk tertentu9. Workshop
maka
proses belajar mengajar. Dengan kompetensi yang
Kelas10.
Hasil
penelitian
bahwa
ini
workshop
juga
mampu
Hasil dari workshop yang direalisasikan
dimiliki maka dosen akan dapat mengatur diri,
mengimplementasikan
mengelola diri, menggerakkan dirinya ke arah
strategi pembelajaran yang bersifat mutidisipliner
kemandirian. Ciri kompetensi dosen tersebut harus
dan
tetap dipelihara dan ditingkatkan dalam rangka
mengintegrasikan
mempertahankan mutu pendidikan
menyelesaikan suatu masalah11. Oleh karenanya,
Upaya
memperbaiki
komptensi
dosen
dan
membutuhkan
mengembangkan
Husada Bojonegoro berdasarkan hasil identifikasi
mahasiswa
merujuk
untuk
melakukan
berbagai
CBL
merupakan
kemampuan
untuk
pengetahuan
untuk
CBL dianggap sebagai metode yang tepat untuk
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia
masalah
CBL.
workshop
kemampuan
berfikir
kritis
CBL dianggap efektif digunakan untuk
mengenai strategi pembelajaran yang berbasis
mata
kuliah
yang
bersifat
mahasiswa, khususnya metode pembelajaran CBL.
membutuhkan
Hal tersebut dikarenakan workshop adalah pertemuan
pengetahuan. Mata kuliah yang kompleks biasanya
orang yang bekerja sama dalam kelompok kecil,
ditempatkan pada semester akhir. Hasil diskusi
pemahaman
kompleks dari
dan
berbagai
12 dalam workshop dipilih mata kuliah Medikal bedah
terjadi diskusi antar anggota untuk memecahkan
karena mata kuliah Medikal Bedah memerlukan
kasus tersebut.
ilustrasi kasus nyata dalam penerapan teori.
Penerapan CBL setelah penyusunan modul
Keterkaitan antara teori dan praktek merupakan
adalah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
tujuan
seperti
dengan metode CBL. Dalam penerapan metode
pengembangan penalaran klinis dalam program
pembelajaran CBL, mahasiswa dibagi menjadi
kesehatan12.
kelompok
umum
Hasil
dari
program
workshop
CBL,
Metode
CBL
mendorong
dalam
pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil12.
pembuatan modul. Pada dasarnya modul tersebut
Diskusi kecil memungkinkan semua peserta terlibat
merupakan perencanaan program pembelajaran
secara intens dalam interaksi antar peserta diskusi.
yang akan dilakukan dengan menggunakan metode
Peserta
CBL.
mengenai
Penyusunan
diaplikasikan
kecil.
modul
bertujuan
agar
pelaksanaan dalam proses pelaksanaan berjalan
diskusi kasus
didorong yang
untuk
berpendapat
ditelaah
berdasarkan
pengetahuannya.
sesuai yang diharapkan. Kegiatan perencanaan
Terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan
dalam pembelajaran dimaksudkan sebagai upaya
dalam
pembentukan
kelompok
belajar
agar
menjamin belajar mahasiswa dapat belangsung
kelompok belajar tersebut dapat berkembang, yaitu:
dengan lancar dan efektif13.
sumber daya kelompok yang memadai agar
Penelitian ini tidak menilai kualitas modul
kelompok tersebut mampu menyelesaikan tugas-
yang dibuat oleh tim dosen. Penelitian ini hanya
tugasnya, dalam kelompok tidak ada koalisi
mengamati proses penyusunan modul. Dalam
keanggotaan yang akan mengganggu kekompakan
modul dijelaskan mengenai tujuan dan kompetensi
kelompok serta kelompok memiliki kesempatan
yang akan dicapai, diantaranya mampu mengetahui
untuk berkembang menjadi tim belajar14.
dan menjelaskan konsep penyakit dari etiologi
Pembentukan kelompok dengan melakukan
hingga tatalaksana asuhan keperawatan serta mampu
pemetaan kemampuan setiap mahasiwa berdasarkan
melakukan komunikasi yang efektif mengenai
IPK. Mahasiswa yang mempunyai IPK bagus
asuhan keperawatan pada pasien. Dalam modul
didistribusikan pada setiap kelompok. Pembagian
disertakan kasus yang harus ditangani setiap
kelompok yang demikian bertujuan agar setiap
kelompok kecil sehingga dalam kelompok tersebut
kelompok mempunyai kemampuan akademis yang merata dan diharapkan saling mendukung antar
13 anggotanya. Pembentukan kelompok yang demikian
tingkat intelegensi/kecerdasan seseorang, motivasi
terbukti meningkatkan motivasi belajar karena ada
yang dimiliki, pengalaman-pengalaman yang telah
persaingan antar kelompok untuk mendapatkan nilai
diperoleh, faktor latar belakang dan budaya
yang terbaik. Tingkat keaktifan mahasiswa dalam
seseorang, keadaan emosi/ kecemasan, dan kondisi
penelitian ini tidak diukur, namun hasil observasi
fisik16.
dalam proses diskusi dalam kelompok maupun antar
CBL
juga
mahasiswa
cukup baik. Kaitkan dengan literatur yang ada
Peningkatannya hampir 20 persen. Keaktifan
bahwa
kemampuan
berfikir
belajar
mengajar.
mahasiswa yang meningkat dapat dimaknai bahwa
mahasiswa
mahasiswa tertarik dengan strategi pembelajaran
meningkat sekitar 13 persen. Sebelum terpapar CBL
CBL. Ketertarikan tersebut memotivasi mahasiswa
kemampuan berfikir kritis responden hanya sekitar
untuk mengikuti proses belajar mengajar. Salah satu
68 persen, setelah terpapar CBL kemampuan
keuntungan penerapan CBL adalah siswa terlihat
berfikir kritis responden meningkat sekitar 81
lebih terlibat, tertarik, dan melibatkan diri dalam
persen. Peningkatan tersebut signifikan secara
pembelajaran.
statistik (p<0,05). Keuntungan penerapan CBL
mahasiswa untuk lebih bertanggung jawab terhadap
diantaranya menambah pengertian siswa dengan
proses pembelajaran yang sedang mereka lalui dan
adanya kesempatan untuk melihat teori dalam
berdiskusi mengenai materi atau ilmu yang sedang
prakteknya serta Pembelajaran berbasis kasus dapat
mereka pelajari17. Metode CBL menciptakan minat
mengembangkan
dalam
siswa untuk belajar hal yang baru serta siswa lebih
pembelajaran kelompok, berbicara, dan berpikir
mudah menghubungkannya dengan kasus pasien
kritis11. Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa
dalam kehidupan nyata sehingga siswa merasakan
nilai pretest mahasiswa yang menggunakan CBL
seperti praktek klinis16. Hasil penelitian lain juga
terjadi peningkatan yang signifikan dibandingkan
menemukan bahwa CBL mampu memotivasi
dengan yang menggunakan ceramah/tradisional15.
mahasiswa kedokteran untuk belajar mandiri dan
ketrampilan
kritis
proses
keaktifan
kelompok terlihat tingkat partisipasi mahasiswa
Dalam implementasi CBL ditemukan
dalam
meningkatkan
siswa
Peningkatan kemampuan berfikir kritis
CBL
mengembangkan
memberi
analitis
masalah11.
serta Siswa
kesempatan
kemampuan
tidak semata-mata karena CBL. Kemampuan
memecahkan
maupun
guru
berfikir kritis seseorang dipengaruhi cara pandang
menikmati proses pembelajaran dengan metode
seseorang didalam memahami dan menilai sesuatu,
CBL12. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa case
14 based learning dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis mahasiswa keperawatan di STIKes Insan Cendekia Husada Bojonegoro. CBL merupakan salah satu bentuk inovasi alternatif untuk memperbaiki mutu pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Husada
Bojonegoro.
Penerapan
metode
pembelajaran CBL perlu memperhatikan materi pembelajaran, rasio mahasiswa, kemampuan SDM dan sumber daya yang lainnya agar penerapan metode pembelajaran CBL berjalan efektif dan membawa dampak yang optimal. Dosen yang akan memanfaatkan metode ini perlu menyusun perencanaan yang tepat, mengelola kelompok dengan baik serta memberikan feedback yang cepat.
Daftar Pustaka 1. Paul, R., & Elder, L. (2006). The miniature guide to critical thinking: Concepts & tools. Foundation Critical Thinking. 2. Srinivasan, M; Wilkes, M; Stevenson, F; Nguyen, T; and Slavin, S (2007) Comparing Problem-Based Learning with Case-Based Learning: Effects of a Major Curricular Shift at Two Institutions, Academic Medicine, Vol. 82, No. 1 , p. 74-82. 3. Binkley, M., Erstad, O., Herman, J., Raizen, S., Ripley, M., & Rumble, M. (2010). Defining 21st century skills. (www.atc21s.org). 17 November 2016 4. Scott, S. (2008). Perceptions of students’ learning critical thinking through debate in a technology classroom: a case study.The Journal of Technology Studies.
5. Wu et al, (2013). Application exploration of case method in ecological landscape desaign course. Journal of Applied Science, 13(16), 3295-3299. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/1460573 498?accountid=38628 6. Kaddoura M.A(2011). Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Keperawatan dalam Pengajaran Kuliah Berbasisdan Case-Based Learning (CBL). 7. Pithers RT, Soden R., 2000, Critical Thinking Skills, Centre for Learning and Development, Edith Cowan University 8. Robbins, S. P. 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta : Indeks Kelompok Gramedia. 9. Suprijanto. 2008. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 10. Simbolon, R (2014) Peningkatan Kompetensi Guru Membuat Penelitian Tindakan Kelas Melalui Workshop Model P2FR, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan, Volume 20 Nomor 2. 11. Gade, S dan Chari, S (2014). CBL dalam Fisiologi Endokrin : Pendekatan terhadap Belajar mandiri dan Pengembangan soft skill pada Mahasiswa Kedokteran. 12. Thistlethwaite et al (2012). The Effectiveness of case based learning in health professional education. A BEME Systematic Review: BEME Guide n0. 23. Medical teacher. Diakses tanggal 21 september 2016 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/225780 51 13. Senjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group 14. Michaelsen, L, Sweet, Premelee, D. (2009). The Essential Elements of Team Based Learning. New Directions in Teaching and learning. Vol. 7: 27. Wiley online library 15. Kireeti dan Reddy (2015). Case based learning (CBL), a better option to traditionalteaching for undergraduate studentin curriculum of paediatrics 16. Sobur, A. (2003). Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: CV. Pustaka Setia. 17. Budiati, Rina Veni. (2014). Pengaruh pelaksanaan Tutorial klinik dengan metode Case Based Learning (CBL) terhadap kemampuan brerfikir kritis