Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 2, April 2016 (Edisi Khusus)
ISSN 0854-2172
PENERAPAN BUKU PINTAR ELEKTRONIK (BPE) DALAM MATERI PEMBELAJARAN SISTEM REPRODUKSI MANUSIA Anissa Kristi1, Eko Supraptono1, Elisa Efriyani2 1
Prodi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Unnes, Indonesia 2 SMA Negeri 2 Pemalang, Jawa Tengah
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif siswa melalui penerapan Buku Pintar Elektronik ‘siprom’ di dalam model ceramah. Buku Pintar Elektronik merupakan bentuk realisasi dari model Computer Assisted Instruction (CAI) yang berfungsi menampilkan visualisasi dari proses suatu gejala pada materi sistem reproduksi manusia. Sampel yang menjadi subjek adalah 34 siswa kelas XI program Ilmu Pengetahuan Alam 3 dari SMA Negeri 2 Pemalang. Pengambilan subjek didasarkan pada tingkat pengetahuan yang rendah dan sikap celoteh. Metode yang digunakan yakni model pengembangan yang dilakukan berulangulang atau dikenal dengan Penelitian Tindakan Kelas. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah instrumen tes yang terintegrasi dalam komputer, instrumen observasi guru/siswa dan angket uji validasi materi/multimedia. Sedangkan, teknik analisis data digunakan analisis deskriptif kuantitatif/kulitatif, uji kolmologrov smirnov dan uji t. Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini yakni penerapan Buku Pintar Elektronik ‘siprom’ dalam model ceramah mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta sikap positif siswa. © 2016 Dinamika Kata Kunci: Computer Assisted Instruction; Buku Pintar Elektronik; Ceramah; Sistem Reproduksi Manusia; Penelitian Tindakan Kelas
PENDAHULUAN Masuknya arus Teknologi Informasi (TI) ke dalam dunia pendidikan telah mengubah pola dan model pembelajaran menjadi pembelajaran berbasis komputer (Computer Based Education). Dengan adanya teknologi, proses belajar menjadi dipermudah sehingga mutu dan efisiensi pendidikan dapat ditingkatkan (Riastuti, 2006; Darmawan, 2003:11). Beragam strategi dikembangkan dalam pembelajaran untuk mencapai hasil belajar. Hasil belajar yang muncul merupakan perubahan tingkah laku (pengetahuan, keterampilan dan sikap) yang digambarkan dalam bentuk skor nilai sebagai tingkatan hasil belajar (Anori, dkk, 2013; Ratnasari dan Ani, 2013). Jika nilai yang diperoleh tinggi, maka selama proses pembelajaran siswa mengalami keberhasilan dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap positif. Hasil wawancara dengan guru Mata Pelajaran Biologi dan pengamatan di dalam kelas, diketahui bahwa model instruksi tradisional talk and chalk cenderung diterapkan dari awal hingga akhir tanpa penggunaan media pembelajaran secara bijaksana. Guru menerangkan kemudian menulis informasi di papan. Model ceramah inilah yang diterapkan selama beberapa tahun terakhir. PENERAPAN BUKU PINTAR ELEKTRONIK (BPE) DALAM MATERI PEMBELAJARAN SISTEM REPRODUKSI MANUSIA Anissa Kristi, Eko Supraptono, Elisa Efriyani
1
Model pembelajaran tanpa melibatkan media pembelajaran yang mampu memberi gambaran lebih tentang materi yang disampaikan sangatlah kurang untuk mencapai target hasil belajar. Kecuali, jika para siswa telah memiliki pengalaman sebelumnya beserta pengetahuan, keterampilan yang cukup mengenai materi sistem reproduksi manusia. Hasil survei terhadap nilai ulangan harian sistem reproduksi manusia pada tahun pelajaran 2011 s/d 2014 rata-rata 69,74% siswa tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Berlandaskan dari gambaran tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah inovasi pembelajaran dengan teknologi. Salah satu pengembangan inovasi adalah peranan CAI. Fincher dan Wright (1996) mendefinisikan CAI sebagai berbagai bentuk instruksi yang digunakan komputer untuk mengahadirkan informasi pembelajaran (Vernadakis, 2008). Dalam peranya sebagai media pembelajaran, CAI bertindak menampilkan visualisasi konsep abstrak yang hampir tidak mudah untuk dijelaskan secara lisan (Ratnasari dan Ani, 2013). Karena, hakikat pembelajaran sistem reproduksi manusia adalah mempelajari objek yang sulit ditemukan dalam lingkungan belajar maupun tidak dapat dilihat secara langsung ketika berada di dalam kelas (Anori, dkk, 2013). Konsep visual memiliki kekuatan yang dapat menstimulus indera penglihatan. Dari pengaruh stimulus tersebut, akan mempengaruhi indera pendengaran, sehingga pembelajaran menjadi lebih fokus (Halingkar, dkk, 2013). Jika pembelajaran fokus, pemberian informasi akan lebih maksimal. Diperkirakan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar 70%, sedangkan melalui indera pendengaran sekitar 13% dan melalui indera lainya sekitar 12% (Arsyad, 2011:10). Berdasarkan pemecahan masalah yang ada, dibuatlah media pembelajaran sebagai solusi penerapan model visual untuk menjelaskan konsep abstrak yang diberi nama Buku Pintar Elektronik ‘siprom’. Buku Pintar Elektronik ‘siprom’ merupakan bentuk buku elektronik dalam format pdf. Format pdf dipilih, karena sudah sangat umum digunakan oleh para pengguna. Oleh sebab itu, banyak perangkat lunak yang bersifat terbuka pada format ini. Sehingga, banyak aplikasi pdf reader yang telah terinstal pada perangkat komputer mereka. Alasan lain, pengguna dapat melakukan pencarian kata maupun halaman dengan cepat menggunakan bantuan pdf reader yang hampir semua mempunyai fasilitas search. Pengguna dapat menambahkan catatan di dalamnya sebagai tambahan informasi dengan bantuan pdf reader. Selain itu, model visual ditampilkan dalam animasi dan video yang dapat langsung di-play dan bermain di dalamnya tanpa harus terintegrasi dengan file asli dalam satu folder bersama. Secara teknis, Buku Pintar Elektronik ‘siprom’ merupakan suatu alat yang dikembangkan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman seperti yang dikemukakan oleh Arsyad (2011:2), bahwa “perkembangan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar”. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dikembangkan pada penelitian ini adalah model pengembangan yang dilakukan berulang-ulang atau dikenal dengan istilah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari beberapa langkah berurutan yakni perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting) yang dikembangkan pertama kali oleh Kurt Lewin (Hamid, 2009:16). Model Kurt Lewin kemudian dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Mereka berasumsi, bahwa tindakan dan pengamatan dipandang sebagai langkah yang dapat dilakukan pada waktu bersamaan (Hamid, 2009:18). Hasil dari gabungan ini, kemudian dicerminkan pada refleksi. Jika hasil yang diperoleh dirasa belum sesuai harapan. Maka, dapat dilakukan tindakan dan 2
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 2, April 2016 (Edisi Khusus)
pengamatan kembali secara berulang untuk melengkapi kekurangan pada tindakan sebelumnya. Dari gambaran tersebut, proses yang demikian akan membentuk sebuah siklus (Arikunto, 2010:132). Pelaksanaan peneltian dilakukan di SMA Negeri 2 Pemalang. Alasanya, metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru mata pelajaran adalah model ceramah berbantuan teknologi yang kurang inovatif. Hal ini diduga menjadi penyebab rendahnya hasil ulangan harian (UH) siswa selama beberapa tahun terakhir. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perbaikan terutama pada model pembelajaranya. Hasil survei didapat, hampir sebagian siswa memiliki notebook. Notebook digunakan sebagai alat pendukung pembelajaran untuk mencari materi, praktik mandiri bagi mata pelajaran tertentu dan berbagai kegiatan lain yang mendukung proses belajar. Maka, syarat sebagai uji coba penelitian telah terpenuhi. Subjek yang menjadi sasaran uji coba adalah 34 siswa kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 3. Dari lima kelas yang ada, kelas IPA 3 dipilih, karena memiliki kemampuan terendah dengan karakteristik celoteh. Celotehan dilakukan setiap kali materi disampaikan, baik itu yang berkenaan dengan materi maupun tidak. Hal ini didasari dari hasil pengamatan guru mata pelajaran biologi selama tahun pelajaran berlangsung. Pada dasarnya, uji coba penelitian yang dilakukan adalah dengan menerapkan Buku Pintar Elektronik ‘siprom’ di dalam model ceramah pada penyampaian materi sistem reproduksi manusia. Diharapkan, perpaduan ini mampu mendapat respon positif dari siswa dan berhasil memecahkan masalah yang ada. Oleh sebab itu, tingkat ketelitian pada proses pengembangan Buku Pintar Elektronik sangat penting untuk diperhatikan agar tingkat kelayakanya terpenuhi. Tahap awal dalam proses pembuatan adalah merancang desain antar muka atau story board. Story board dikembangkan dengan berpedoman pada flowchart yang telah dirancang sebelumnya. Flowchart digunakan sebagai alur penggambaran jalanya program. Sehingga, dalam tahap pembuatan nanti program telah terstruktur dengan jelas dan baik. Setelah Buku Pintar Elektronik selesai dirancang, tahap selanjutnya adalah validasi. Validasi dilakukan untuk mengecek tingkat kelayakan Buku Pintar Elektronik sebelum diterapkan dalam pembelajaran. Proses validasi dilakukan oleh dua ahli, yakni ahli bidang multimedia dan ahli bidang materi melalui pengisian angket. Masing-masing bidang, divalidasi oleh tiga validator. Hal ini untuk menentukan kelayakan melalui keputusan validator ke-3. Begitu pula dengan soal tes. Namun, hanya sebatas ahli bidang materi saja. Terdapat empat teknis analisis untuk melakukan tabulasi data. Analisis deskriptif kuantitatif untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa, analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui perubahan sikap siswa dan validasi media, uji kolmologrov smirnov untuk menguji normalitas dan uji t untuk menguji kebenaran hipotesis. Berikut rumus rerata dan persentase jumlah siswa yang harus memenuhi Kriteria Ketuntasan (KK) pada teknik analisis deksriptif kuantitatif (Hidayat dan Aip, 2010:58-59) :
P=
x 100%
M=
Keterangan : M = Rata-rata (mean) P = Persentase = Total nilai siswa f = Frekuensi nilai siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan ≥ 80% x = Nilai siswa PENERAPAN BUKU PINTAR ELEKTRONIK (BPE) DALAM MATERI PEMBELAJARAN SISTEM REPRODUKSI MANUSIA Anissa Kristi, Eko Supraptono, Elisa Efriyani
3
n = Jumlah siswa Sedangkan, rumus perhitungan yang digunakan pada teknik analisis kualitatif adalah sebagai berikut :
M=
x 100%
Konsep uji kolmologrov smirnov adalah membandingkan distribusi data normal baku (D) dengan nilai tabel kolmologrov smirnov pada taraf signifikan 0,05. Data baku yang diperoleh merupakan hasil selisih maksimal dari distribusi frekuensi kumulatif [S(x)] dengan frekuensi teoritis [Fo(x)]. Dilakukanya uji kolmologrov smirnov adalah untuk memenuhi syarat uji t bahwa data harus terdistribusi normal barulah uji t dilakukan. Untuk mengetahui normalitas data, nilai maksimal data normal baku (D) dibandingkan dengan nilai signifikansi kolmologrov smirnov dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut (Biahimo, 2014) : 1. Nilai maksimal data normal baku (Dhitung) < nilai tabel signifikansi kolmologrov smirnov (Dtabel), maka data terdistribusi normal 2. Nilai maksimal data normal baku (Dhitung) > nilai tabel signifikansi kolmologrov smirnov (Dtabel), maka data tidak terdistribusi normal Selanjutnya, uji t dilakukan apakah hasil penelitian sesuai dengan pernyataan hipotesis. uji t merupakan analisis perbandingan variabel yang ada dalam penelitian (Riduwan dan Sunarto, 2010:116). Jumlah variabel yang dihipotesiskan akan berpengaruh terhadap proses pengujian. Oleh sebab itu, sebelum penelitian dilakukan, perlu ditentukan terlebih dahulu variabel-variabel penelitian pada tahap perumusan masalah. Dalam penelitian ini, hanya ada perbandingan satu variabel bebas. maka, rumus perhitungan yang akan digunakan adalah sebagai berikut (Riduwan dan Sunarto, 2010:116) :
Keterangan : thitung= Harga t yang dihitung = Rata-rata nilai dari hasil pengumpulan data = Nilai yang dihipotesiskan s n
= Standar deviasi sampel yang dihitung = Jumlah sampel
Jika harga thitung sudah diperoleh, selanjutnya bandingkan dengan taraf signifikan ttabel (umumnya 0,05) pada sistematika tabel T. Apakah thitung lebih besar atau lebih kecil dari ttabel . Dari hasil perbandingan tersebut, dapat diketahui hipotesis diterima atau tidak sesuai pihak kriteria pengujian hipotesis.
4
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 2, April 2016 (Edisi Khusus)
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sebelum tindakan pembelajaran, dilakukan koordinasi uji kelayakan Buku Pintar Elektronik. Pertama, uji multimedia yang dilakukan oleh dua dosen jurusan teknik elektro universitas negeri semarang dan satu guru TIK di sekolah penelitian. Kemudian, uji materi oleh tiga guru biologi yang juga dari sekolah penelitian. Dari kedua uji validasi tersebut, diperoleh kriteria layak diujicobakan pada siswa. Pengukuran juga dilakukan pada instrumen soal tes. Tujuanya, untuk mengetahui tingkat ketangguhan sebagai alat yang mampu mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa. Instrumen soal harus mengandung semua materi dalam sistem reproduksi manusia. Sehingga, ketercapaian siswa akan kedalaman materi merata. Validator selaku ahli materi memberi nilai pada setiap butir soal. Kemudia dilakukan perhitungan dan dikatakan bahwa soal tes dinyatakan ‘baik’ untuk digunakan. Adapun validator penguji yakni dokter bidang ahli anatomi fisiologi manusia yang juga merupakan dosen Universitas Negeri Semarang. Sedangkan dua lainya guru biologi di sekolah penelitian. Setelah uji coba penerapan di kelas, diperoleh dua data berupa aspek proses dan aspek hasil. Data aspek proses dituangkan ke dalam bentuk nilai tes prestasi yang mengukur tingkat pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan, data aspek hasil dituangkan ke dalam observasi siswa yang mengukur tingkat sikap. Dari kedua perolehan data tersebut, terangkum ke dalam dua siklus tindakan. Berikut hasil perolehan dari kedua siklus tersebut :
Gambar 1. Persentase Hasil Penerapan Buku Pintar Elektronik Pembahasan Alasan dilakukan tindakan siklus kedua, karena ditemukan dua kelemahan. Kelemahan pertama, berasal dari guru dalam performa mengajar. Penggunaan Buku Pintar Elektronik hanya sekilas untuk menampilkan pembuktian gambar, selebihnya penjelasan lebih difokuskan pada ceramah tanpa dibarengi dengan penujukan gambar. Kelemahan kedua, siswa kurang memperhatikan guru ketika diberi penjelasan. Mereka sibuk dengan telepon genggam yang mereka bawa dan berdiskusi dengan teman sebangku. Sehingga, dari kelemahan siswa inilah yang diduga menjadi akibat dari kelemahan guru. Meskipun, persentase jumlah siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan telah mencapai target. Akan tetapi, perlu dilakukan siklus kedua guna memperbaiki kelemahan yang ada. Ada dua rencana tindakan yang akan dilakukan. Tindakan pertama bertujuan untuk memberi fokus belajar. Guru akan lebih banyak menampilkan isi Buku Pintar Elektronik dalam PENERAPAN BUKU PINTAR ELEKTRONIK (BPE) DALAM MATERI PEMBELAJARAN SISTEM REPRODUKSI MANUSIA Anissa Kristi, Eko Supraptono, Elisa Efriyani
5
menyampaikan materi. Sehingga, siswa mengamati visualisasi yang ada di depan. Dengan demikian, fokus siswa dapat dikendalikan. Tindakan lain, guru akan memperbanyak pertanyaan baik untuk menguji pemahaman maupun mengundang keingintahuan. Karena, frekuensi bertanya pada siklus pertama masih relatif sedikit. Hal ini tidak sejalan dengan karakteristik siswa. Seharusnya, dengan pengenalan sesuatu yang baru dapat menggugah rasa keingintahuan mereka dengan bertanya. Setelah pelaksanaan tindakan siklus kedua, pengukuran kembali dilakukan. Aspek hasil maupun aspek proses mengalami peningkatan dan mampu mencapai batas Kriteria Ketuntasan. Meski sebenarnya sikap siswa belum sepenuhnya berada pada target ketentuan. Akan tetapi, angka yang diperolehan hampir mencapai batas Kriteria Ketuntasan dan meningkat dari siklus pertama. Dengan demikian, sekiranya penerapan Buku Pintar Elektronik mampu memberi efek peningkatan sikap positif. Dari keseluruhan rangkaian penelitian, penerapan model instruksi tradisional dengan bantuan teknologi yang baik, diyakini mampu membangun proses pembelajaran yang berkualitas. Hal ini didasari dari hakikat belajar yang sesungguhnya, dimana terjadi interaksi antara guru dan siswa secara langsung guna memberi arahan pandangan terhadap ilmu pengetahuan yang diberikan. Jika, arahan pandangan dibantu dengan teknologi yang lebih dapat memberi gambaran secara pasti bagaimana ilmu pengetahuan itu terjadi. Maka pencapaian tujuan pembelajaran menjadi semakin tinggi. Sejalan dengan beberapa penelitian yang menerapankan model CAI di dalam model instruksi tradisional untuk memberi pemahaman secara pasti kepada siswa. Ada tiga hasil penelitian yang menyatakan bahwa suatu konsep baik itu abstrak maupun suatu gejala yang memang belum pernah sama sekali diketahui oleh siswa, haruslah digambarkan agar mendekati suasana yang sebenarnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi miskonsepsi pada pemikiran masing-masing siswa. Jika dari awal mereka telah menerima suatu konsep yang salah, maka akan terjadi kesalahan yang berkelanjutan. Atas dasar pemikiran inilah, pemberian konsep visualisasi sangat diperlukan. Masingmasing penelitian tersebut menyatakan, bahwa pemberian objek visual terhadap kata umumnya mampu diingat lebih lama dan lebih baik. Proses pembelajaran menjadi semakin menarik. Sehingga, berdampak pada tingkat pemahaman materi yang tinggi seperti yang dikemukakan oleh Mursiti, et al (2006); Vernadakis, et al (2008) serta Keengwe and Farhan (2014). Pemberian tampilan visual dari proses suatu gejala dan konsep abstrak, mempermudah guru dalam hal menyampaikan materi. Selain itu, siswa juga terbantu untuk memahami konsep materi yang diberikan. Proses penyampaian materipun menjadi lebih efektif dan efisien. Alhasil, penerapan Buku Pintar Elektronik mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif. Untuk membukikan kebenaran diatas, perlu dilakukan uji hipotesis. Langkah pertama yang dilakukan adalah uji normalitas pada data nilai tes prestasi. Berikut hasil analisis yang dilakukan: Tabel 1. Tabel Hasil Uji Kolmologrov Smirnov Mean Standar Deviasi Dhitung Dtabel n (sampel)
6
Siklus 1 89,41 8,58 0,14 0,23 34
Siklus 2 93,29 6,87 0,19
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 2, April 2016 (Edisi Khusus)
Dari hasil analisis, diperoleh bahwa Dhitung < Dtabel baik pada siklus 1 maupun siklus 2. Sehingga, berdasarkan pengambilan keputusan dinyatakan bahwa data terdistribusi normal. Selanjutnya, diuji hipotesis dan berikut hasil analisis yang telah dilakukan: Ha : Melalui penerapan Buku Pintar Elektronik berdampak pada peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap positif siswa pada pencapaian KD Sistem Reproduksi Manusia Ho : Melalui penerapan Buku Pintar Elektronik berdampak pada penurunan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap negatif siswa pada pencapaian KD Sistem Reproduksi Manusia Tabel 2. Tabel Hasil Uji T Mean Standar Deviasi thitung ttabel derajat kebebasan n (sampel)
Siklus 1 89,41 8,58 6,40
Siklus 2 93,29 6,87 11,28 2,03 33 34
Pengambilan keputusan menggunakan uji pihak kanan, berdasarkan pengambilan keputusan awal (Ho). Jika, t tabel ≥ t hitung maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dari hasil analisis, ternyata t tabel < t hitung baik siklus 1 maupun siklus 2. Maka, Ho ditolak dan Ha diterima sehingga melalui penerapan Buku Pintar Elektronik berdampak pada peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif pada pencapaian materi sistem reproduksi manusia benar adanya. SIMPULAN Sesuai hasil penelitian dan pembahasan melalui penerapan Buku Pintar Elektronik ‘siprom’, dapat diambil dua kesimpulan. Pertama, pengetahuan dan keterampilan siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Pemalang meningkat pada pencapaian materi sistem reproduksi manusia. Kedua, sikap siswa selama pembelajaran di dalam kelas berubah positif. Ditandai dari perilaku interaktivitas dan verbalitas seperti bertanya, mengemukakan, kesiapan, mendengarkan dan mengamati. Adanya dampak perubahan diatas, Buku Pintar Elektronik ‘siprom’ telah memenuhi kriteria kelayakan uji validasi ahli multimedia dan ahli materi. Hasil uji multimedia yang diperoleh, dinilai dari variabel tampilan media dan pemrograman dikatakan ‘sangat layak’ untuk diujicobakan dengan persentase 88,89%. Sedangkan, hasil uji materi yang dinilai dari variabel pembelajaran dan isi dikatakan ‘layak’ dengan skor persentase 85,65%. Pemilihan format pdf didasarkan pada beberapa keunggulan. Pertama, dalam hal pensharing-an. Buku Pintar Elektronik ‘siprom’ dapat dishare melalui berbagai perangkat seperti flashdisk, compact disk bahkan e-mail karena ukuranya yang relatif kecil. Kedua, dalam hal penggunaan. File Buku Pintar Elektronik ‘siprom’ tinggal dibuka dan dapat langsung digunakan karena hampir semua perangkat komputer sudah terpasang pdf reader dan flash player. Baik pdf reader dan flash payer merupakan aplikasi yang sangat penting untuk membuka dokumen bentuk pdf dan memainkan animasi/video. Karena, format pdf dan video sudah sangat populer sehingga harus ada pada perangkat komputer.
PENERAPAN BUKU PINTAR ELEKTRONIK (BPE) DALAM MATERI PEMBELAJARAN SISTEM REPRODUKSI MANUSIA Anissa Kristi, Eko Supraptono, Elisa Efriyani
7
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih ditujukan kepada Dr. H. Supa’at, M.Pd. selaku Kepala Sekolah, Elisa Efriyani, S.Pd., M.Si., selaku guru biologi dan Drs. Suseno selaku observer (guru fisika) di SMA Negeri 2 Pemalang. Feddy Setyo Pribadi, S.Pd., M.T. dan Drs. Suryono, M.T. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer dan Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang. DAFTAR PUSTAKA Anori, S., A. Putra, dan Asrizal. 2013. Pengaruh Penggunaan Buku Ajar Elektronik dalam Model Pembelajaran Langsung Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMAN 1 Lubuk Alung. Pillar of Physics Education 1(1) : 104-111. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Cetakan Ke-empat belas. PT Rineka Cipta. Jakarta. Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Edisi Pertama. Cetakan Ke-lima belas. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. Biahimo, M. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Thresna Wredha "Ilomata" Kota Gorontalo. Tesis. Universitas Negeri Gorontalo. Kota Gorontalo. Darmawan, D. 2013. Teknologi Pembelajaran. Cetakan Ke-tiga. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Halingkar, L., IGN Ardana, dan T. Handoko. 2013. Perancangan Buku Digital Interaktif Mengenai Kehidupan J.R.R. Tolkien sebagai Tokoh Inspiratif untuk Remaja 12-15 Tahun. Jurnal DKV Adiwarna 1(2) : 1-11. Hamid, A. A. 2009. Penelitian Tindakan, Penelitian Kelas dan Penelitian Tindakan Kelas. Edisi Pertama. Pusat Pengembangan Instruksional Sains (P2IS). FMIPA UNY. Yogyakarta. Hidayat, D. R. dan A. Badrujaman. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Mata Pelajaran dan Guru Kelas. Cetakan Pertama. CV Trans Info Media. Jakarta. Keengwe, J. and F. Hussein. 2014. Using Computer-Assisted Instruction to Enhance Achievement of English Language Learner. Education Information Technology 19(2) : 295-306. Mursiti, S., D. S. Fardhyanti, E. Cahyono and Sudarmin. 2006. Misconception Remediation of Atomic Orbital, Molecular Orbital, and Hibridiziation Concepts by Computer Assisted Instruction with Animation and Simulation Model. Indonesia Journal Chemistry 6(1) : 104-110. Ratnasari, M. dan A. Widayati. 2013. Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Profesionalisme Guru dan Penggunaan Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan Siswa Kelas XI Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Depok Tahun Ajaran 2011/2012. Kajian Pendidikan dan Akuntansi Indonesia 2(1) : 208-225. Riastuti, D. 2006. Pengembangan Computer Assisted Instruction (CAI) untuk Pembelajaran Biologi SMA Kelas XI. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan 8(1) : 69-84. Riduwan dan Sunarto. 2010. Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Cetakan Ke-3. Alfabeta. Bandung. Vernadakis, N., E. Zetou, E. Tsitskari, M. Giannousi, and E. Kioumourtzoglou. 2008. Student Attitude and Learning Outcomes of Multimedia Computer-Assisted Versus Traditional Instruction in Basketball. Education Information Technology 13(3) : 167-183.
8
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 2, April 2016 (Edisi Khusus)