PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus Pada Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung)
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi
QURROTUL FARIDA 0310230112
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2007
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul: PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus Pada Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung) Yang disusun oleh: Nama
: Qurrotul Farida
Nim
: 0310230112
Fakultas : Ekonomi Jurusan : Akuntansi Telah dipertahankan di depan dewan penguji tanggal 30 Januari 2007 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima. SUSUNAN DEWAN PENGUJI 1. Muchammad Suhadak, SE., MM., Ak. Nip: 130 704 319
……………………….
(Dosen Pembimbing/ Penguji I) 2. Dr. Unti Ludigdo, SE., M.Si., Ak. Nip: 132 086 159
………………………..
(Dosen Penguji II) 3. Drs. Nurkholis, M.Bus., Ak. Nip: 131 943 892
………………………
(Dosen Penguji III)
Malang, 1 Februari 2007 Ketua Jurusan Akuntansi
Drs., Roekhudin, M.Si., Ak. Nip: 131 759 769
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Qurrotul Farida
Nim
: 0310230112
Tempat/ Tanggal Lahir : Tulungagung/ 5 April 1985 Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat Rumah
: RT II, RW I, No 14 Gading, Suruhanlor, Bandung, Tulungagung, Jawa Timur 66274
Riwayat Pendidikan ●
Taman Kanak-kanak Dharma Wanita Suruhanlor (1990-1991)
●
Sekolah Dasar Negeri Suruhanlor I (1991-1997 )
●
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri I Bandung (1997-2000)
●
Sekolah Menengah Umum Negeri I Boyolangu Tulungagung ( 2000-2003 )
●
Jurusan Akuntansi Reguler A Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang (2003-2007)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb Subhanallah Walhamdulillah Walailahailallah Wallahu Akbar. Tiada ungkapan paling indah kecuali puji syukur kehadirat ALLOH SWT, yang dengan penuh kasih telah membuka hati dan pemikiran penulis sehingga penulisan skripsi yang berjudul “PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus Pada Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung)”, sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Brawijaya dapat terselesaikan. “Thanks God, You always love me”. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang senantiasa istiqomah dalam memperjuangkan Islam. Atas perjuangan dan kesabaran beliaulah keindahan Islam dapat terasa sebagai rahmat seluruh alam. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan serta do’a restu dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada: 1.
Alloh SWT pemilik jiwa, raga dan alam semesta beserta isinya.
2.
Bapak Prof. Dr. Bambang Subroto SE., MM., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.
3.
Bapak Roekhudin, SE, MSi, Ak,. selaku Ketua Jurusan Akuntansi.
4.
Bapak Muchammad Suhadak SE., MM., Ak., selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis.
i
5.
Bapak Muhaimin dan Ibu Binti Musyaropah, selaku pimpinan Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung.
6.
Bapak Drs. Sutrisno selaku manajer Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung yang telah memberikan informasi serta meluangkan waktunya untuk diskusi waktu penelitian.
7.
Keluarga besar (Ibu, Bapak tersayang, dan kakak-kakakku tercinta), yang telah memberikan kasih sayang, serta dorongan moril maupun materiil serta do’a yang tiada terputus.
8.
Teman-teman Kuliah (khususnya akuntansi 2003), keluarga besar Gajayana 14 C Malang, teman-temanku di Perumahan Pondok Jurang Mangu Indah, temantemanku semuanya yang telah memberikan saran dan semangat untuk berkompetisi.
9.
Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini dan siapa saja yang mengenalku. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat kekurangan,
namun besar harapan penulis skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya. Semoga kasih sayang ALLOH SWT selalu terlimpah untuk kita semua. Amin.
Malang,
Januari 2007
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Hal KATA PENGANTAR...........................................................................................
i
DAFTAR ISI..........................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL................................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR............................................................................................
xii
ABSTRAKSI........................................................................................................ xiii ABSTRACT.........................................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang................................................................................
1
1.2.
Rumusan Masalah...........................................................................
5
1.3.
Tujuan Penelitian............................................................................
5
1.4. Manfaat Penelitian...........................................................................
6
1.5. Sistematika Penulisan......................................................................
7
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Akuntansi Biaya, Tujuan Akuntansi Biaya, dan Pengertian Biaya Produksi.....................................................
9
2.1.1. Pengertian Akuntansi Biaya................................................
9
2.1.2. Tujuan Akuntansi Biaya......................................................
9
2.1.3. Pengertian Biaya Produksi..................................................
10
2.2. Klasifikasi Biaya dan Pemisahan Biaya Semi Variabel…………..
11
iii
2.2.1. Klasifikasi Biaya…………………………………….……
11
2.2.2. Pemisahan Biaya Semi Variabel…………………….……
12
2.3. Perencanaan dan Pengendalian……………………………….…..
18
2.3.1. Perencanaan dan Fungsi Perencanaan……………………
18
2.3.2. Pengendalian dan Fungsi Pengendalian……………….….
20
Harga Pokok Standar……………………………………………..
21
2.4.1. Pengertian Harga Pokok Standar………………………….
21
2.4.2. Manfaat Harga Pokok Standar…………………………….
22
2.4.3. Jenis-jenis Standar……………………………………..….
23
2.4.4. Hubungan Biaya Standar Dengan Anggaran.......................
24
2.5. Penentuan Harga Pokok Standar……………………………...…..
25
2.5.1. Penentuan Biaya Bahan Baku Langsung Standar...............
25
2.5.2. Penentuan Biaya Tenaga Kerja Langsung Standar……….
26
2.5.3. Penentuan Biaya Overhead Pabrik Standar.........................
26
2.6. Analisis Selisih Biaya………………………………………….…
27
2.6.1. Analisis Selisih Biaya Bahan Baku Langsung....................
27
2.6.2. Analisis Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung…………..
28
2.6.3. Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik..............................
30
2.7. Laporan Kinerja dan Tanggung Jawab atas Selisih Biaya………..
31
2.7.1. Laporan Kinerja………………………………………...…
31
2.7.2. Tanggung Jawab atas Selisih Biaya…………………..…..
32
2.4.
2.7.2.1. Tanggung Jawab atas Selisih Biaya Bahan Baku Langsung……………………….…
iv
32
2.7.2.2. Tanggung Jawab atas Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung……………………..….
33
2.7.2.3. Tanggung Jawab atas Selisih Biaya Overhead Pabrik……………………………..….
33
2.8. Penyelidikan Penyimpangan Biaya…………………………….…
34
2.8.1. Pedoman Penyelidikan Penyimpangan Biaya……….……
34
2.8.2. Analisis Statistical Quality Control…………………..…..
35
Penelitian Terdahulu……………………………………………...
37
2.9.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.
Lokasi Penelitian............................................................................
41
3.2.
Jenis Penelitian...............................................................................
41
3.3.
Variabel Penelitian.........................................................................
42
3.4.
Sumber Data...................................................................................
43
3.5.
Teknik Pengumpulan Data.............................................................
44
3.6.
Metode Analisis Data.....................................................................
45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan…………………………...……….
47
4.1.1. Sejarah Perusahaan……………………………………….
47
4.1.2. Lokasi Perusahaan………………………………………..
50
4.1.3. Tujuan Perusahaan………………………………………..
50
4.1.4. Struktur Organisasi……………………………………….
51
4.1.5. Personalia…………………………………………………
57
4.1.5.1. Jumlah Karyawan…………………………….....
57
v
4.1.5.2. Jam Kerja Karyawan…………………….……...
59
4.1.5.3. Sistem Penggajian……………………….….…..
60
4.1.5.4.
Tunjangan…………………………………...…
62
4.1.6. Produksi………………………………………………..…
62
4.1.6.1. Bahan-Bahan yang Digunakan…………......…..
62
4.1.6.2. Peralatan Produksi………………………......….
64
4.1.6.3. Proses Produksi……………………………...….
66
4.1.6.4. Hasil Produksi………………………………..…
71
4.1.7. Pemasaran…………………………………………..…….
71
4.1.7.1. Daerah Pemasaran…………………..……….….
71
4.1.7.2. Saluran Distribusi……………………….……....
71
4.1.7.3. Harga dan Kebijaksanaan Harga………………..
72
4.1.7.4. Penjualan dan Pembayaran………………..........
72
4.1.7.5. Pesaing……………………………………….....
72
4.2. Analisis Data……………………...………………………………
73
4.2.1. Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi di Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung………….…….
73
4.2.2. Pemisahan Biaya Semi Variabel Overhead Pabrik menjadi Unsur Biaya Tetap Overhead Pabrik dan Biaya Variabel Overhead Pabrik…………….…….…
73
4.2.3. Penentuan Standar Biaya Overhead Pabrik…………….…
87
4.2.4. Biaya Standar Sebagai Alat Perencanaan Biaya Produksi..
89
4.2.5. Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi..
90
vi
4.3.
4.2.5.1. Pengendalian Biaya Bahan Baku Langsung........
90
4.2.5.2. Pengendalian Biaya Tenaga Kerja Langsung......
98
4.2.5.3. Pengendalian Biaya Overhead Pabrik................
102
Diskusi Hasil……………………………………………………
105
BAB V PENUTUP 5.1.
Kesimpulan...................................................................................
107
5.2.
Saran............................................................................................
110
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 2.1.
Biaya dan Waktu Penyetelan PT GADING Tahun 2005..............................................................
Tabel 2.2.
13
Biaya Penyetelan Bulanan PT GADING Tahun 2005..............................................................
17
Tabel 2.3.
Tabel Faktor A2..............................................................................
37
Tabel 4.1.
Rincian Karyawan Teknis Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005......................
Tabel 4.2.
Rincian Karyawan Non Teknis Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005......................
Tabel 4.3.
76
Pemisahan Biaya Overhead Pabrik Utiliy Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005......................
Tabel 4.7.
75
Pemisahan Biaya Bahan Bakar Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005......................
Tabel 4.6.
60
Pemisahan Biaya Bahan Pembantu Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005......................
Tabel 4.5.
59
Jam Kerja Karyawan Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005......................
Tabel 4.4.
57
77
Pemisahan Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005......................
viii
78
Tabel 4.8.
Pemisahan Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005......................
Tabel 4.9.
79
Pemisahan Beban Sosial Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005......................
81
Tabel 4.10. Pemisahan Biaya Penyusutan Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005.......................
82
Tabel 4.11. Pemisahan Biaya Kantor Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005......................
83
Tabel 4.12. Pemisahan Biaya Lain-Lain Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005......................
84
Tabel 4.13. Klasifikasi Biaya Overhead Pabrik Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005......................
85
Tabel 4.14. Rekapitulasi Pemisahan Biaya Semi Variabel Pada Kapasitas Normal 26.000 Pak Per Bulan Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005......................
86
Tabel 4.15. Rekapitulasi Pemisahan Biaya Semi Variabel Pada Kapasitas Normal 312.000 Pak Per Tahun Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005......................
86
Tabel 4.16. Anggaran Biaya Overhead Pabrik dan Realisasi Biaya Overhead Pabrik Setelah Pemisahan Biaya Semi Variabel Pada Kapasitas Normal 312.000 Pak Per Tahun Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005......................
ix
88
Tabel 4.17. Anggaran Biaya Produksi Berdasarkan Biaya Standar Kapasitas Normal 312.000 Pak Per Tahun Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005......................
90
Tabel 4.18. Analisis Selisih Bahan Baku Tembakau Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005......................
92
Tabel 4.19. Analisis Selisih Bahan Baku Cengkeh Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005......................
93
Tabel 4.20. Perhitungan Control Limit Kuantitas Pemakaian Bahan Baku Tembakau Pada Kapasitas Normal Produksi 26.000 Pak Per Bulan (Dalam Kg) Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005......................
95
Tabel 4.21. Perhitungan Control Limit Harga Bahan Baku Tembakau Produk Rokok Dua Dewi Per Kg (Dalam Rupiah) Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005......................
96
Tabel 4.22. Perhitungan Control Limit Kuantitas Pemakaian Bahan Baku Cengkeh Pada Kapasitas Normal Produksi 26.000 Pak Per Bulan (Dalam Kg) Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005......................
97
Tabel 4.23. Perhitungan Control Limit Harga Bahan Baku Cengkeh Produk Rokok Dua Dewi Per Kg (Dalam Rupiah) Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005......................
98
Tabel 4.24. Analisis Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005.....................
x
100
Tabel 4.25. Perhitungan Control Limit Realisasi Pemakaian Jam Kerja Langsung Pada Kapasitas Normal Produksi 26.000 Pak Per Bulan (Dalam Jam) Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005.....................
101
Tabel 4.26. Perhitungan Control Limit Realisasi Biaya Overhead Pabrik Pada Kapasitas Normal Produksi 26.000 Pak Per Bulan (Dalam Rupiah) Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005.....................
xi
104
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar 2.1.
Grafik Scatter..............................................................................
15
Gambar 4.1.
Struktur Organisasi Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung.......
52
Gambar 4.2.
Alur Proses Produksi Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung....
70
xii
PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus Pada Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung)
ABSTRAKSI Oleh: Qurrotul Farida Dosen Pembimbing: Muchammad Suhadak SE., MM., Ak.
Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, serta faktor-faktor lain tertentu. Penetapan biaya standar yang tepat dapat diandalkan sebagai alat untuk merencanakan dan mengendalikan biaya produksi. Skripsi ini mengupas bagaimana penerapan biaya standar untuk merencanakan dan mengendalikan biaya produksi (biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan baiya overhead pabrik), di Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung, serta menentukan batas-batas pengendalian dari setiap biaya produksi tersebut. Sebagai alat perencanaan, biaya standar dapat digunakan untuk suatu proses produksi (standar), serta biaya sesungguhnya (aktual) terjadi. Sementara itu dalam sebagai alat pengendalian, biaya standar membandingkan biaya yang distandarkan dengan biaya yang sesungguhnya melalui analisis varians untuk mengetahui terjadinya penyimpangan. Hanya penyimpangan yang muncul di luar kisaran yang dapat diterima saja yang perlu diselidiki lebih lanjut oleh pihak manajemen. Untuk menentukan penyimpangan mana yang tidak perlu diselidiki lebih lanjut digunakan analisis statistical quality control. Dari hasil analisis varians diketahui bahwa banyak terdapat penyimpangan antara biaya produksi yang distandarkan dengan biaya produksi aktual di Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung. Pengendalian terhadap bahan baku langsung, dan biaya overhead pabrik perlu ditingkatkan lagi. Sementara itu, pengendalian terhadap jam tenaga kerja langsung sudah bagus, dan sebaiknya terus dipertahankan karena masih dalam batas pengendalian manajemen. Kata Kunci : Biaya Standar, Perencanaan, Pengendalian, Biaya Produksi, Analisis Varians, Analisis Statistical Quality Control.
xiii
THE APPLICATION OF STANDARD COST AS PLANNING AND CONTROLLING PRODUCTION COST (Case Study On Dua Dewi Tulungagung Cigarette Factory)
ABSTRACT By: Qurrotul Farida Advisor Lecturer: Muchammad Suhadak SE., MM., Ak.
Standard cost is cost paid in advance, is total cost that need to be turned out to make one unit product or expense certain activity, under economic condition assumption, efficiency, and other specific factors. The determination of standard cost accurately can be traded on as a tool to plan and control production cost. This paper explains about how standard cost application to plan and manage production cost (direct material cost, direct labour cost, and factory everhead cost), in Dua Dewi Tulungagung Cigarette Factory, also decides limits of control from all of the production costs. As the planning asset, standard cost can be used to detect how much total of production cost that need to be turned out for certain production process (standard), and actual cost happened. While as a control asset, cost standard compares standarization cost with actual cost through varians analysis to find out the deviation. Only out of limits deviation can be accepted to be researched detailed by management side. For deciding which deviation need to be researched detailed, and don’t need to be researched, its be used statistical quality control analysis. From results of varians analysis, there was many deviations between standarization production cost and actual production cost in Dua Dewi Tulungagung Cigarette Factory. Control of direct material and factory overhead cost need to be increased. Besides, control of time direct labour is good, and should be defended continously because its still under management control limits. Key Word : Standard Cost, Planning, Controlling, Production Cost, Varians Analysis, Statistical Quality Control Analysis.
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi era persaingan bebas saat ini, setiap perusahaan dituntut untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensinya dalam menjalankan proses produksi. Hal ini mutlak diperlukan jika perusahaan ingin tetap bertahan di dalam persaingan yang semakin ketat dewasa ini. Perusahaan-perusahaan yang bersaing ketat seperti Federal Express, Southwest Airlines, Dell Computer, Shell Oil dan Toyota harus dapat menyediakan barang dan jasa yang berkualitas tinggi pada harga yang rendah. Jika mereka tidak melakukan hal itu, perusahaan-perusahaan tersebut akan bangkrut. Berdasarkan kenyataan, manajer harus memperoleh input seperti bahan baku, tenaga kerja langsung, serta overhead pada harga yang serendah mungkin dan harus menggunakan seefektif mungkin. Jika input dibeli pada harga yang terlalu tinggi atau menggunakan input yang lebih banyak dari yang sebenarnya dibutuhkan, maka akan terjadi biaya yang lebih tinggi (Garrison dan Noreen, 2000: 469). Bagaimana manajer mengendalikan harga-harga yang mereka bayarkan untuk mendapatkan input dan kuantitas yang digunakan?. Mereka dapat menguji setiap transaksi secara detail, tetapi akan menjadi tidak efisien. Bagi
beberapa perusahaan, jawaban atas masalah tersebut terletak dalam biaya standar. Standar adalah suatu benchmark atau “norma” untuk pengukuran kinerja. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan standar. Pertimbangkan apa yang akan terjadi ketika seorang pengemudi duduk di kursi pengemudi mobil. Pengemudi itu memasukkan kunci di kontaknya, memutar kunci dan mesin mobil akan hidup. Harapan pengemudi (standar) bahwa mesin mobil akan hidup, sehingga pengemudi tidak perlu membuka kap mobil dan mengecek aki, kabel-kabel yang berhubungan, selang bensin dan lain-lain. Jika pengemudi memutar kunci dan mesin mobil tidak mau hidup, maka yang terjadi adalah ketidakcocokan (selisih). Selanjutnya pengemudi harus menyelidiki mengapa mesin mobil tidak mau hidup. Akan lebih bijaksana jika pengemudi menyelidiki penyebabnya jika sudah menghidupkan mobil dua kali. Jika penyebabnya tidak ditemukan dan diperbaiki, masalah yang lebih buruk akan muncul kembali. Di dalam suatu perusahaan kegiatan produksi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting, sehingga memerlukan perencanaan dan pengendalian biaya produksi. Biaya produksi itu sendiri dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Ketiga jenis biaya produksi di atas nantinya akan membentuk harga pokok produksi. Dalam pembebanan harga pokok kepada produk dapat digunakan sistem harga pokok sesungguhnya, yaitu harga pokok produk yang sesuai dengan harga pokok yang sesungguhnya terjadi. Tetapi, ditinjau dari tujuan pokok akuntansi
biaya, sistem harga pokok sesungguhnya mengandung kelemahan karena harga pokok produk baru bisa diketahui pada akhir periode sehingga sistem ini tidak dapat digunakan untuk tujuan pengendalian serta pengambilan keputusan. Untuk mengatasi keterbatasan sistem harga pokok yang sesungguhnya, pihak manajemen memerlukan suatu metode yang tepat untuk mengukur dan mengendalikan biaya melaui penentuan harga pokok produksi yang ditentukan di muka. Melalui penentuan harga pokok produksi yang ditentukan di muka, pihak manajemen perusahaan bisa memperoleh informasi yang tepat waktu dan akurat dari biaya produksi yang sesungguhnya. Selain itu, penentuan harga pokok produksi yang ditentukan di muka juga dapat membantu mengendalikan biaya serta memaksimalkan laba yang diperoleh. Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biya, biasanya manajemen menggunakan prosedur pengendalian melalui
anggaran.
Namun,
untuk
memudahkan
dalam
mengevaluasi
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi maka sistem anggaran diperluas ke proyeksi biaya per unit barang yang diproduksi. Sistem biaya yang menggunakan estimasi terperinci dari unsur biaya produksi yang masuk ke dalam barang jadi disebut sistem biaya standar. Penetapan biaya standar yang didasarkan atas koreksi data dari fakta-fakta, penelitian serta analisa yang cermat dapat diandalkan sebagai sarana untuk merencanakan dan mengendalikan biaya produksi yang terjadi. Penetapan biaya standar bahan baku, biaya standar tenaga kerja langsung, dan biaya standar overhead pabrik sebagai alat perencanaan dapat digunakan untuk mengetahui
berapa biaya produksi yang seharusnya dikeluarkan untuk suatu proses produksi (standar), serta biaya sesungguhnya (aktual). Selain itu, biaya standar juga berfungsi sebagai alat pengendalian, yaitu dengan membandingkan biaya yang distandarkan dengan biaya aktual untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi. Setelah penyimpangan diketahui, tahap selanjutnya adalah mengevaluasi penyebab terjadinya penyimpangan serta pihak yang harus bertanggungjawab atas terjadinya penyimpangan tersebut. Survei pada perusahaan manufaktur dengan penjualan per tahun melebihi $ 500 juta ditemukan bahwa 87% nya menggunakan standard costing. Survei ini juga menemukan bahwa terjadi kenaikan dalam penggunaan sistem biaya standar dan bahwa standar tersebut telah diterapkan dalam unit-unit yang lebih kecil dalam suatu perusahaan (Gaumnitz dan Kollaritsch, 1991). Studi lainnya yang melibatkan 224 perusahaan manufaktur tradisional, operasi teknologi tinggi dan aktivitas jasa telah ditemukan bahwa 67% dari perusahaan-perusahaan tersebut menggunakan sistem biaya standar. Tidak ada pembedaan signifikan secara statistik dalam penggunaan biaya standar berdasarkan tipe operasi atau ukuran perusahaan (Cohen dan Paquette, 1991). Biaya standar juga digunakan oleh perusahaan besar di dunia. Studi komparatif terhadap praktek akuntansi biaya menunjukkan bahwa perusahaan yang disurvei di Negara Inggris, 2/3 perusahaan yang disurvei di Canada dan 40% perusahaan yang disurvei di Jepang menggunakan sistem biaya standar (Inoue, 1988: 17).
Meskipun demikian, peranan biaya standar untuk perencanaan dan pengendalian biaya sangat berkaitan dengan kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian yang selalu berubah, mengharuskan pihak manajemen untuk mengevaluasi sistem biaya standar yang diterapkan dalam perusahaan itu sendiri. Dengan titik tolak dari uraian tersebut, maka penulisan skripsi ini diberi judul: PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus Pada Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung)
1.2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan biaya standar sebagai alat perencanaan dan pengendalian biaya produksi? 2. Bagaimana penerapan analisis biaya standar dengan menggunakan metode analisis varians dalam mendeteksi penyimpangan yang terjadi? 3. Apakah setiap varians perlu diselidiki? Bagaimana menentukan variansvarians yang selanjutnya memerlukan perhatian manajemen lebih lanjut?
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui penerapan biaya standar sebagai alat perencanaan dan pengendalian biaya produksi.
2. Untuk mengetahui penerapan analisis biaya standar dengan menggunakan metode analisis varians dalam mendeteksi dan menganalisis penyimpangan yang terjadi. 3. Untuk menentukan batas-batas kendali varians, sehingga dapat diketahui varians mana yang perlu untuk diperhatikan dan varians mana yang tidak perlu diperhatikan lebih lanjut.
1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi penulis Membantu penulis dalam memperdalam ilmu yang telah diterima selama perkuliahan
dengan
membandingkan
teori
dengan
praktek
yang
sesungguhnya di perusahaan. 2. Bagi ilmu akuntansi Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan ilmu akuntansi khususnya mengenai kajian akuntansi biaya. 3. Bagi perusahaan Perusahaan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam mencapai tujuannya. 4. Bagi masyarakat Masyarakat diharapkan dapat memperoleh informasi khususnya yang berkaitan dengan biaya standar melalui hasil penelitian ini.
1.5. Sistematika Penulisan Secara garis besar, penulisan laporan penelitian ini terdiri dari lima bab yang saling berkaitan antara bab yang satu dengan yang lain. Adapun sistematika penulisan laporan penelitian ini, yaitu: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dikemukakan tentang latar belakang penulis melakukan penelitian, serta judul yang diambil. Selain itu, juga disebutkan rumusan masalah penelitian, serta tujuan dan manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan penelitian ini. BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini dikemukakan landasan teori, yang meliputi konsepkonsep serta teori yang relevan sehingga masalah penelitian dapat dipecahkan dengan tepat nantinya. BAB III METODE PENELITIAN Penggunaan metode penelitian yang sesuai serta konsep yang tepat sangat diperlukan. Dalam bab ini, metode penelitian yang meliputi: lokasi penelitian, variabel penelitian, jenis penelitian, jenis data, teknik pengumpulan data, serta metode analisis data disajikan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian yang telah penulis lakukan dikemukakan dalam bab ini. Selain itu juga pembahasan yang meliputi perhitungan dan analisisnya juga penulis sajikan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis yang telah penulis lakukan, serta saran yang diberikan demi kemajuan perusahaan.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Akuntansi Biaya, Tujuan Akuntansi Biaya, dan Pengertian Biaya Produksi 2.1.1. Pengertian Akuntansi Biaya Berdasarkan praktek yang ada sekarang, akuntansi biaya dapat didefinisikan sebagai proses mengukur, menganalisis, menghitung dan melaporkan biaya, profitabilitas serta pelaksanaan operasi (Prayitno, 1982: 25). Sementara itu menurut Mulyadi (1991: 6), akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa obyek dari akuntansi biaya adalah biaya. 2.1.2. Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (1991: 7), pada intinya akuntansi biaya itu mempunyai tiga tujuan pokok, yaitu: 1. Penentuan Harga Pokok Produk Akuntansi biaya mencatat, menggolongkan, dan meringkas biayabiaya pembuatan produk atau penyerahan jasa.
2. Pengendalian Biaya Akuntansi biaya bertugas untuk memantau apakah pengeluaran biaya yang sesungguhnya sesuai dengan biaya yang seharusnya tersebut. 3. Pengambilan Keputusan Khusus. Akuntansi biaya untuk pengambilan keputusan khusus menyajikan biaya masa yang akan datang (future cost), karena pengambilan keputusan khusus menyangkut masa yang akan datang. 2.1.3. Pengertian Biaya Produksi Biaya produksi yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi (Sulastiningsih dan Zulkifli, 1999: 83). Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2001: 45), biaya produksi adalah biaya yang berhubungan dengan produksi barang atau penyediaan jasa. Biaya produksi terdiri dari: 1. Biaya Bahan Baku Langsung Biaya bahan baku langsung adalah biaya bahan baku yang dapat ditelusuri pada barang atau jasa yang dihasilkan. Contoh: baja pada mobil, kayu pada perabotan, alkohol pada cologne dan lain-lain. 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau pelayanan yang dihasilkan. Contoh: pekerja lini perakitan pada Chrysler, seorang juru masak pada rumah
makan, perawat dokter bedah yang mengikuti operasi pembukaan hati, dan lain-lain. 3. Biaya Overhead Biaya overhead adalah semua biaya produksi selain dari biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Contoh: biaya depresiasi bangunan, biaya pajak properti, biaya pertamanan halaman pabrik, dan lain-lain.
2.2. Klasifikasi Biaya Dan Pemisahan Biaya Semi Variabel 2.2.1. Klasifikasi Biaya Berdasarkan hubungannya dengan volume kegitan, biaya dapat diklasifikasikan menjadi tiga (Sulastiningsih dan Zulkifli, 1999: 83), yaitu: 1. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya sampai tingkat kegiatan tertentu relatif tetap dan tidak terpengaruh oleh perubahan volume kegiatan. Contoh: biaya sewa gedung dan asuransi, gaji bagian produksi dan biaya depresiasi yang menggunakan metode satuan produksi. 2. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh: biaya bahan
langsung, biaya tenaga kerja langsung, bahan bakar, tenaga listrik pabrik dan uang lembur. 3. Biaya Semi Variabel Biaya semi variabel adalah biaya yang sebagian tetap dan sebagian lagi berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh: biaya listrik yang digunakan untuk penerangan cenderung menjadi biaya tetap karena berapapun jumlah keluaran yang dihasilkan, penerangan akan tetap diperlukan oleh pabrik yang sedang beroperasi, sebaliknya tenaga listrik yang digunakan sebagai sumber daya untuk mengoperasikan peralatan akan bervariasi sesuai dengan pemakaian peralatan tersebut. 2.2.2. Pemisahan Biaya Semi Variabel Ada tiga metode untuk memisahkan biaya semi variabel ke dalam komponen tetap dan variabel, yaitu: 1. Metode Tinggi Rendah Metode tinggi rendah adalah suatu metode untuk menentukan persamaan suatu garis lurus dengan terlebih dahulu memilih dua titik (titik tinggi dan titik rendah) yang akan digunakan untuk menghitung parameter pemintas dan kemiringan. Berikut ini penulis sajikan persamaan untuk menentukan biaya variabel per unit dan biaya tetap per unit:
Biaya tetap = biaya total titik tinggi - (biaya variabel per unit x output tinggi) atau Biaya tetap = biaya total titik rendah – ( biaya variabel per unit x output rendah)
Biaya variabel / unit = perubahan biaya / perubahan output atau Biaya variabel/ unit = (biaya tinggi-biaya rendah/ output tinggi-output rendah)
Contoh: Data telah diakumulasikan untuk aktivitas penyetelan pada PT GADING tahun 2005. Manajer PT GADING percaya bahwa waktu penyetelan adalah penggerak yang bagus untuk aktivitas penyetelan lini produksi. Anggaplah bahwa catatan akuntansi PT GADING memperlihatkan biaya dan waktu penyetelan berikut ini selama lima bulan terakhir: Tabel 2.1. Biaya dan Waktu Penyetelan PT GADING Tahun 2005 Bulan Januari Februari Maret April Mei
Biaya Penyetelan Rp 1.000 Rp 1.250 Rp 2.250 Rp 2.500 Rp 3.750
Waktu Penyetelan (Jam) 100 200 300 400 500
Sumber: Hansen dan Mowen (2004: 102)
Berdasarkan persamaan diatas, maka biaya variabel per unit dan biaya tetap dapat dihitung sebagai berikut:
Biaya variabel per unit = (biaya tinggi-biaya rendah) (output tinggi-output rendah) = (Rp 3. 750 – Rp 1.000) (500 – 100) = Rp 2.750 / 400 = Rp 6,875 Biaya tetap = biaya total titik tinggi – (biaya variabel/ unit x output tinggi) = Rp 3.750 – (Rp 6,875 x 500) = Rp 3.750 – Rp 3437,5 = Rp 312,5 2. Metode Scatterplot Metode scatterplot adalah suatu metode penentuan persamaan suatu garis dengan memplot data dalam suatu grafik. Langkah pertama dalam menerapkan metode scatterplot adalah memplot titiktitik data sehingga hubungan antara biaya penyetelan tingkat aktivitas dapat dilihat. Plot ini disebut grafik scatter. Dengan menggunakan data pada tabel 1, grafik scatter ditunjukkan dalam gambar berikut ini:
Biaya penyetelan (Rp) y Rp 4.000 ●5 Rp 3.000 ●4 ●3 Rp 2.000 ●2 Rp 1.000
●1
0
100
200
300
400
500
x Waktu penyelesaian
Gambar 2.1. Grafik Scatter Sumber: Hansen dan Mowen (2004: 105)
Dengan asumsi pilihan garis terbaik adalah garis yang melalui titik 1 dan 3, biaya variabel per unit dapat dihitung dengan cara berikut ini: Titik 1 (100, Rp 1.000;) Titik 3 (300, Rp 2.250;) maka: biaya variabel per unit = (Rp 2.250; -Rp 1.000;) / (300-100) = Rp 1.250; / 200 = Rp 6,25; Biaya tetap (titik 1 yang digunakan) dapat dihitung dengan: Biaya tetap = Rp 1.000; - (Rp 6,25; x 100)
= Rp 375; Sedangkan (jika titik 3 digunakan) juga akan menghasilkan jawaban yang sama. Biaya tetap = Rp 2.250; - (Rp6,25 x 300) = Rp 375; 3. Metode Kuadrat Terkecil Metode ini menganggap bahwa hubungan antara biaya dengan volume kegiatan berbentuk garis lurus dengan persamaan: y = a + bx dimana: y = biaya total a = jumlah biaya tetap b = biaya variabel/ unit x = unit/ output Rumus perhitungan dari a dan b di atas dapat dilihat sebagai berikut: b = n Σ xy – ΣxΣy n Σx2 – ( Σx)2 a = Σy – b Σx n
Tabel 2.2. Biaya Penyetelan Bulanan PT GADING Tahun 2005 Bulan
Biaya Penyetelan
Januari Februari Maret April Mei n=5
Rp 1.000 Rp 1.250 Rp 2.250 Rp 2.500 Rp 3.750 10.750 Σy
Waktu Penyetelan (Jam) x 100 200 300 400 500 1.500 Σx
xy
x2
100.000 250.000 675.000 1.000.000 1.875.000 3.900.000 Σxy
10.000 40.000 90.000 160.000 250.000 550.000 Σx2
Sumber: Hansen dan Mowen (2004: 102)
Dari tabel di atas, nilai b dan a dapat dihitung sebagai berikut: b = n Σ xy – ΣxΣy n Σx2 – ( Σx)2 = ( 5 x 3.900.000) – (1.500 x 10.750) ( 5 x 550.000) – (1.500)2 = 19.500.000 – 16. 125.000 2.750.000 – 2.250.000 = 3.375.000 500.000 = 6,75 a = Σy – b Σx n = 10.750 – 6,75(1.500) 5
= 10.750-10.125 5 = 625 5 = 125 Jadi biaya variabelnya = 6,75/ jam mesin, dan biaya tetapnya = 125/ bulan.
2.3. Perencanaan Dan Pengendalian 2.3.1. Perencanaan Dan Fungsi Perencanaan Berikut ini definisi perencanaan menurut beberapa ahli: Horngren (1994: 3) mendefinisikan perencanaan sebagai penggambaran tujuan (sasaran), peramalan hasil yang mungkin diraih dengan berbagai cara pencapaian tujuan (sasaran), dan keputusan tentang bagaimana hasil yang diinginkan akan dicapai. Tisnawati dan Saefullah (2005: 96) mendefinisikan perencanaan sebagai sebuah proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, serta
merumuskan
sistem
perencanaan
yang
menyeluruh
untuk
mengintegrasikan dan mengkoordinasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi. Pada intinya perencanaan dibuat sebagai upaya untuk merumuskan apa yang sesungguhnya ingin dicapai oleh sebuah organisasi atau
perusahaan serta bagaimana sesuatu yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi atau perusahaan serta bagaimana sesuatu yang ingin dicapai tersebut dapat diwujudkan melalui serangkaian rumusan kegiatan tertentu. Pengertian diatas membawa kita kepada fungsi perencanaan dalam manajemen. Ada empat fungsi dari perencanaan, yaitu: 1.
Perencanaan Sebagai Pengarah Perencanaan akan menghasilkan upaya untuk meraih sesuatu dengan cara lebih terkoordinasi.
2.
Perencanaan Sebagai Minimalisasi Ketidakpastian Dengan adanya perencanaan, diharapkan ketidakpastian yang mungkin akan tejadi dimasa mendatang dapat diantisipasi jauh–jauh hari.
3.
Perencanaan Sebagai Minimalisasi Pemborosan Sumber Daya Jika perencanaan dilakukan dengan baik, maka jumlah sumber daya yang diperlukan dengan cara bagaimana penggunaanya, dan untuk penggunaan apa saja dengan lebih baik dipersiapkan sebelum kegiatan dijalankan.
4.
Perencanaan Sebagai Penetapan Standar Dalam Pengawasan Kualitas Dalam perencanaan, perusahaan menentukan tujuan dan rencanarencana untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam pengawasan, perusahaan membandingkan antara tujuan yang ingin dicapai dengan realisasi di lapangan, mengevaluasi penyimpangan-penyimpangan
yang mungkin terjadi, hingga mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk memperbaiki kinerja perusahaan. 2.3.2. Pengendalian Dan Fungsi Pengendalian Pengendalian adalah suatu proses untuk memastikan bahwa segala aktivitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pada intinya pengendalian tidak hanya berfungsi untuk menilai apakah suatu itu berjalan ataukah tidak, akan tetapi termasuk tindakan koreksi yang mungkin diperlukan maupun penentuan sekaligus penyesuaian standar yang terkait dengan pencapaian tujuan dari waktu ke waktu. Terdapat empat fungsi dari pengendalian, yaitu: 1. Adaptasi Lingkungan Tujuan pertama dari fungsi pengendalian adalah agar perusahaan dapat terus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan perusahaan, baik lingkungan yang bersifat internal maupun lingkungan eksternal. 2. Meminimumkan Kegagalan Ketika perusahaan memiliki target produksi sebanyak 10.000 unit, maka
perusahaan
berharap
bahwa
bagian
produksi
dapat
menghasilkan produk sebanyak unit tersebut. Ketika bagian produksi ternyata hanya mampu menghasilkan 9.000 unit yang memenuhi standar, dan 1.000 unit yang tidak memenuhi standar, maka perusahaan mengalami 1.000 unit kegagalan dalam produksi, dan hal tersebut akan sangat merugikan perusahaan karena target tidak
tercapai. Oleh karena itu perusahaan perlu menjalankan fungsi pengendalian
agar
kegagalan-kegagalan
tersebut
dapat
diminimumkan. 3. Meminimumkan Harga Fungsi pengendalian melalui penetapan standar tertentu dapat meminimumkan kegagalan dalam produksi, misalnya akan dapat meminimumkan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. 4. Antisipasi Kompleksitas Organisasi Kompleksitas terjadi mulai dari pengolahan terhadap produk, tenaga kerja, hingga berbagai prosedur yang terkait dengan manajemen organisasi. Oleh karena itu jelas fungsi pengendalian memiliki peran penting untuk menjamin bahwa kompleksitas tersebut dapat diantisipasi dengan baik.
2.4. Harga Pokok Standar 2.4.1. Pengertian Harga Pokok Standar Harga pokok standar adalah pembebanan harga pokok kepada produk atau jasa tertentu yang ditentukan dimuka dengan cara menentukan besarnya biaya standar dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik untuk mengolah satu satuan produk atau jasa tertentu (Sulastiningsih dan Zulkifli 1999: 224). Sedangkan yang dimaksud dengan biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk
membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu Mulyadi (1991: 415). Pada dasarnya harga pokok standar terdiri dari tiga aktivitas (Sulastiningsih dan Zulkifli 1999: 224), yaitu: 1. Penentuan Standar Langkah pertama dalam menerapkan harga pokok standar adalah menentukan standar yang digunakan untuk menilai hasil pelaksanaan atau kinerja. 2. Pengumpulan Biaya yang Sesungguhnya Terjadi Pengumpulan
biaya
sesungguhnya
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan harga pokok pesanan maupun harga pokok proses. Setelah biaya sesungguhnya dikumpulkan, kemudian dibandingkan dengan biaya standar dalam laporan pelaksanaan. 3. Analisis Selisih Biaya Standar dengan Biaya Sesungguhnya Analisis selisih biaya merupakan proses yang sistematis untuk menentukan besarnya selisih biaya dengan membandingkan biaya yang sesungguhnya dengan biaya standar, dan menginterpretasikan penyebabnya. 2.4.2. Manfaat Harga Pokok Standar Pemakaian harga pokok standar memberikan manfaat kepada perusahaan untuk: 1. Perencanaan dan penyusunan anggaran
2. Pembuatan
keputusan
tentang
harga
jual
produk,
strategi
pengembangan produk dan lain sebagainya 3. Pengendalian biaya 4. Menilai hasil pelaksanaan 5. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya penghematan biaya 6. Menerapkan Management By Objective (MBO) 7. Membebankan biaya yang telah dikeluarkan ke produk selesai dan persediaan dalam proses 8. Menekan biaya administrasi dengan menyederhanakan prosedur akuntansi 9. Menyajikan laporan biaya dengan cepat. 2.4.3. Jenis-Jenis Standar Biaya standar berdasarkan faktor tingkat produksi diklasifikasikan menjadi empat (Supriyono, 1986: 99), yaitu: 1. Standar Kapasitas Teoritis Standar kapasitas teoritis mendasarkan kepada kemampuan produksi suatu departemen atau pabrik pada kecepatan penuh tanpa berhenti. 2. Standar Kapasitas Praktis Standar kapasitas praktis didasarkan kepada tingkatan produksi teoritis dikurangi dengan hambatan-hambatan kegiatan produksi yang tidak dapat dihindari karena faktor internal perusahaan, jadi didasarkan pada kegiatan pabrik dengan tingkat efisiensi yang diharapkan dapat dicapai pada kondisi pemakaian standar.
3. Standar Kapasitas Normal Standar kapasitas normal adalah standar kegiatan produksi yang dihitung dari standar kegiatan teoritis dikurangi hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindari baik yang datangnya dari faktor internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. 4. Standar Kapasitas yang Diharapkan Standar kapasitas yang diharapkan mendasarkan pada kegiatan produksi yang diharapkan dapat dicapai pada periode akuntansi pemakaian standar, sehingga merupakan pendekatan jangka pendek. 2.4.4. Hubungan Biaya Standar Dengan Anggaran Sistem biaya standar pada dasarnya adalah sistem anggaran yang lebih mendetail (Anonim, 2001). Perbedaan antara dua istilah tersebut adalah bahwa standar dinyatakan dalam jumlah unit, sedangkan anggaran dinyatakan dalam jumlah total (Garrison dan Noreen, 2000: 476). Sebagai contoh: biaya standar bahan baku pabrik ”SETYO” adalah Rp 25.000; per unit. Jika 1000 unit diproses selama periode anggaran, maka biaya bahan baku yang dianggarkan menjadi Rp 25.000.000;. Jadi, sebenarnya suatu standar dapat dipandang sebagai biaya yang dianggarkan untuk satu unit produk.
2.5. Penentuan Harga Pokok Standar Harga pokok standar menyangkut biaya produksi standar. Sedangkan biaya produksi standar, meliputi: (1). Biaya bahan baku langsung standar (2). Biaya tenaga kerja langsung standar, dan (3). Biaya overhead pabrik standar. 2.5.1. Penentuan Biaya Bahan Baku Langsung Standar Biaya bahan baku langsung standar adalah biaya bahan baku yang seharusnya terjadi untuk membuat satu satuan produk tertentu (Sulastiningsih dan Zulkifli, 1999: 227). Biaya bahan baku langsung standar terdiri dari dua komponen, yaitu: 1. Harga Bahan Baku Langsung Standar Harga bahan baku langsung standar adalah harga bahan baku yang diharapkan oleh perusahaan berlaku selama periode tertentu. Standar harga bahan baku langsung biasanya dibuat oleh departemen pembelian yang didasarkan pada daftar harga pemasok dikurangi potongan penjualan yang diharapkan dan ditambah biaya angkut yang diperkirakan terjadi untuk mendapatkan bahan baku. 2. Kuantitas Bahan Baku Langsung Standar Kuantitas bahan baku langsung standar adalah kuantitas bahan baku langsung yang seharusnya dipakai untuk membuat satu satuan produk tertentu. Kuantitas bahan baku langsung standar umumnya didasarkan pada informasi yang disediakan oleh bagian perancangan atau bagian teknik yang khusus merancang dan menganalisis spesifikasi produk yang akan dihasilkan.
2.5.2. Penentuan Biaya Tenaga Kerja Langsung Standar Biaya tenaga kerja langsung standar adalah biaya tenaga kerja langsung yang seharusnya terjadi untuk membuat satu satuan produk tertentu (Sulastiningsih dan Zulkifli, 1999: 227). Biaya tenaga kerja langsung standar terdiri dari dua komponen, yaitu: 1. Tarif Upah Langsung Standar Tarif upah langsung standar adalah tarif upah langsung yang seharusnya terjadi untuk setiap satu satuan pengupahan (per jam atau per unit) dalam membuat produk tertentu. Tarif upah langsung standar umumnya didasarkan pada informasi yang diberikan oleh bagian personalia, bagian teknik, dan bagian akuntansi. 2. Jam Kerja Langsung Standar Jam kerja langsung standar adalah jam kerja yang seharusnya dipakai untuk membuat satu satuan produk tertentu. Jam kerja langsung standar umumnya ditentukan dengan menggunakan analisis teknik. 2.5.3. Penentuan Biaya Overhead Pabrik Standar Menurut Mulyadi (1991: 422), prosedur penentuan biaya overhead pabrik standar dapat dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu: 1. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik 2. Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik ke produk Dasar pembebanan yang dipakai, bisa menggunakan: a. Satuan produk
b. Biaya bahan baku langsung c. Biaya tenaga kerja langsung d. Jam tenaga kerja langsung e. Jam mesin 3. Menghitung tarif biaya overhead pabrik Tarif overhead pabrik standar dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead yang dianggarkan pada kegiatan normal dengan kapasitas normal.
2.6. Analisis Selisih Biaya Analisis selisih biaya merupakan suatu proses untuk menganalisis biaya yang timbul karena perbedaan biaya produksi yang sesungguhnya terjadi dibandingkan dengan biaya produksi standar, serta menentukan penyebab selisih biaya produksi tersebut. Informasi yang diberikan melalui analisis selisih biaya ini berguna sebagai titik perhatian atau peringatan bagi biaya standar yang ada (Cheatham dan Cheatham, 1996). Untuk kepentingan analisis biaya produksi, maka selisih biaya produksi dianalisis menurut tiga jenis biaya produksi tersebut. 2.6.1. Analisis Selisih Biaya Bahan Baku Langsung Selisih biaya bahan baku langsung terdiri dari dua jenis, yaitu: 1. Selisih Harga Bahan Baku Langsung Selisih harga bahan baku langsung adalah selisih biaya yang disebabkan oleh adanya perbedaan antara harga bahan baku
langsung standar dengan harga bahan baku yang sesungguhnya. Rumus untuk menghitung selisih harga bahan baku langsung adalah: SHB = (Hss - Hst) x Ksp Keterangan: SHB
= Selisih harga bahan baku langsung
Hss
= Harga bahan baku langsung sesungguhnya
Hst
= Harga bahan baku langsung standar
Ksp
= Kuantitas sesungguhnya bahan baku langsung
2. Selisih Kuantitas Bahan Baku Langsung Selisih kuantitas bahan baku langsung adalah selisih biaya yang disebabkan oleh adanya perbedaan antara harga kuantitas bahan baku langsung yang sesungguhnya dipakai dengan kuantitas standar. Rumus untuk menghitung selisih kuantitas bahan baku langsung adalah: SKB = (Kss - Kst) x Hst Keterangan: SKB
= Selisih kuantitas bahan baku langsung
Kss
= Kuantitas bahan baku langsung yang sesungguhnya dipakai
Kst
= Kuantitas bahan baku langsung standar
Hst
= Harga bahan baku langsung standar
2.6.2. Analisis Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung Selisih biaya tenaga kerja langsung terdiri dari dua jenis, yaitu: 1. Selisih Tarif Upah Langsung
Selisih tarif upah langsung adalah selisih biaya yang disebabkan oleh adanya perbedaan tarif upah langsung yang sesungguhnya dibayarkan dengan tarif upah standar. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut: STU = (Tss – Tst) x JKss Keterangan: STU
= Selisih tarif upah langsung
Tss
= Tarif upah langsung
Tst
= Tarif upah langsung per jam standar
JKss
= Jam kerja sesungguhnya
2. Selisih Efisiensi Upah Langsung Selisih efisiensi upah langsung adalah selisih biaya yang disebabkan oleh adanya perbedaan antara jam kerja sesungguhnya yang dipakai dengan jam kerja standar. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut: SEU = (JKss – JKst) x Tst keterangan: SEU
= Selisih efisiensi upah langsung
JKss
= Jam kerja sesungguhnya
JKst
= Jam kerja standar
Tst
= Tarif upah langsung standar per jam
2.6.3. Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik Analisis selisih biaya overhead pabrik terdiri dari dua jenis (metode analisis dua varians), yaitu: 1. Selisih Terkendalikan Selisih terkendalikan adalah selisih biaya yang disebabkan oleh perbedaan antara biaya overhead yang sesungguhnya terjadi dengan biaya overhead yang dianggarkan pada kapasitas standar. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut: ST = BOPss – BOPKst Keterangan: ST
= Selisih terkendalikan
BOPss
= Biaya overhead pabrik sesungguhnya
BOPKst = Biaya overhead pabrik yang dianggarkan pada kapasitas standar 2. Selisih Volume Selisih volume adalah selisih biaya yang disebabkan oleh adanya perbedaan antara biaya overhead yang dianggarkan pada kapasitas standar dengan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut: SV = BOPKst - BOPst Keterangan: SV
= Selisih volume
BOPKst = Biaya overhead pabrik dianggarkan pada kapasitas standar BOPst
= Biaya overhead pabrik standar
2.7. Laporan Kinerja dan Tanggungjawab atas Selisih Biaya 2.7.1. Laporan Kinerja Laporan kinerja digunakan dalam sistem biaya standar untuk mengkomunikasikan data selisih kepada manajemen (Garrison dan Noreen, 2000: 487). Laporan kinerja ini penting, karena kemampuan mengukur kuantitas kinerja dapat menghasilkan dua keuntungan (Dutta dan Manzoni, 1999), yaitu: 1. Umpan balik kinerja (performance feedback) dapat membantu meningkatkan ”proses produksi” melalui suatu pengertian yang lebih baik pada apa yang sudah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan, contohnya: melihat bahwa jalan ini lebih baik daripada jalan yang itu. 2. Umpan balik kinerja dapat membantu menumbuhkan motivasi dan usaha, karena hal ini dapat dijadikan sebagai dorongan dan atau karena hal ini menyarankan kita bahwa jika lebih banyak usaha yang kita buat lebih banyak hasil yang dapat dicapai. Dengan adanya standar kinerja sebagai langkah pengendalian maka perusahaan sangat memerlukan adanya laporan kinerja yang telah terealisasi. Laporan kinerja ini perlu diadakan secara periodik, untuk
kemudian dilaporkan. Dengan demikian dapat dibandingkan antara standar dengan hasil yang sesungguhnya, yang pada akhirnya dapat menunjukkan
adanya
penyimpangan
terhadap
kinerja
yang
direncanakan. Jadi, biaya standar dimonitor sebagai dasar untuk membandingkan antara harapan dan realisasi (Anonim, tanpa tahun). Laporan kinerja ini berawal dari manajer bawah kemudian ke manajer atas, dimana manajer di masing-masing tingkatan menerima informasi kinerja mereka masing-masing dan informasi kinerja manajer lain dalam rantai pertanggungjawaban (Garrison dan Noreen, 2000: 489). Informasi selisih ini mengalir ke atas dari level ke level dalam model piramida, dan akhirnya pimpinan menerima ringkasan semua aktivitas organisasi (Garrison dan Noreen, 2000: 489). Dengan demikian sistem biaya standar dapat digunakan untuk mengendalikan perilaku para manajer melalui pemberian insentif untuk mencapai standar (Anonim, tanpa tahun). 2.7.2. Tanggung Jawab atas Selisih Biaya Pada umumnya yang bertanggung jawab terhadap selisih biaya produksi adalah: 2.7.2.1. Tanggung Jawab atas Selisih Biaya Bahan Bahan Baku Langsung Selisih harga bahan baku langsung pada umumnya merupakan tanggung jawab bagian pembelian, karena bagian tersebut telah membeli bahan baku langsung dengan harga
lebih tinggi atau lebih rendah dibanding standar. Sedangkan selisih kuantitas bahan baku langsung pada umumnya merupakan
tanggung
jawab
bagian
produksi
yang
menggunakan bahan baku langsung tersebut, karena selisih ini umumnya diakibatkan bagian produksi telah melakukan kegiatan secara efisien atau tidak efisien (Sulastiningsih dan Zulkifli, 1999: 250). 2.7.2.2. Tanggung Jawab atas Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung Selisih tarif upah langsung merupakan tanggung jawab bagian personalia karena selisih ini diakibatkan bagian personalia telah bekerja secara efisien atau tidak. Sedangkan selisih efisiensi upah langsung merupakan tanggung jawab bagian produksi yang memakai tenaga kerja tersebut, apabila selisih ini disebabkan oleh bagian yang bersangkutan telah bekerja secara efisien atau tidak (Sulastiningsih dan Zulkifli, 1999: 251). 2.7.2.3. Tanggung Jawab atas Selisih Biaya Overhead Pabrik Selisih terkendalikan pada dasarnya adalah tanggung jawab kepala bagian produksi, karena bagian ini berhubungan dengan biaya overhead variabel yang biasanya dapat dikendalikan oleh kepala bagian produksi. Sedangkan selisih volume umumnya merupakan tanggung jawab manajemen
puncak, karena selisih biaya ini berhubungan dengan biaya overhead tetap yang berada di luar pengendalian kepala produksi (Sulastiningsih dan Zulkifli, 1999: 251).
2.8. Penyelidikan Penyimpangan Biaya 2.8.1. Pedoman Penyelidikan Penyimpangan Biaya Apakah setiap varians perlu diselidiki? Bagaimana menentukan varians-varians yang selanjutnya memerlukan perhatian manajemen lebih lanjut? Konsep biaya dan manfaat dapat dijadikan dasar untuk menjawab pertanyaan tersebut. Merupakan hal yang sangat jarang bahwa kinerja aktual tepat sesuai dengan standar yang ditetapkan. Variansi acak disekitar standar sudah tentu diperkirakan manajemen. Oleh sebab itu, pihak manajemen harus mempunyai pemikiran tentang suatu kisaran kinerja yang dapat diterima. Ketika varians berada dalam kisaran ini, mereka diasumsikan disebabkan oleh berbagai faktor secara acak (random). Ketika varian ada di luar kisaran ini, penyimpangan biasa terjadi karena berbagai faktor secara tidak acak (non-random), apakah itu karena faktor-faktor yang dapat dikendalikan manajemen atau tidak (Hansen dan Mowen, 2001: 714). Dalam kasus yang tidak dapat dikendalikan, para manajer perlu merevisi standar. Di satu sisi penyelidikan penyimpangan biaya memerlukan biaya penyelidikan. Jika dari penyelidikan di atas disimpulkan bahwa standar
harus diubah maka diperlukan biaya untuk merevisi standar yang telah ada. Di sisi lain, penyelidikan dan revisi tersebut bermanfaat untuk menekan biaya. Akan tetapi perlu diperhitungkan juga bahwa penyelidikan tidak selalu menghasilkan manfaat tersebut, sehingga biaya penyelidikan dapat menimbulkan pemborosan bagi perusahaan. Untuk membantu pihak manajemen dalam menangani masalah ini, dapat digunakan pendekatan-pendekatan penyelidikan penyimpangan biaya. 2.8.2. Analisis Statistical Quality Control Analisis statistical quality control digunakan untuk menentukan kriteria pemisahan varians yang diakibatkan oleh sebab-sebab random dari varians yang tidak diakibatkan oleh sebab-sebab random. Kita dapat menggunakan grafik pengendali sebagai alat pengendalian manajemen guna mencapai tujuan tertentu berkenaan dengan kualitas proses. Garis tengah dan batas-batas pengendali (batas pengendali atas, batas pengendali bawah) mungkin nilai-nilai standar yang dipilih oleh manajemen sedemikian hingga mereka menghendaki proses dalam keadaan terkendali pada tingkat kualitas itu. Grafik pengendali adalah suatu alat pengendali manajemen yang terpenting; grafik itu sama pentingnya
dengan
pengendali
(Montgomery, 1990: 127).
biaya
dan
pengendali
material
Berikut ini yang perlu diperhatikan dalam statistical quality control (Supriyono, 1986: 270) : UCL = X + A2 R LCL = X - A2 R Dimana: UCL = Upper Control Limit LCL = Lower Control Limit X
= Sample average
X
= Average of sample average
R
= Sample range
R
= Average of sample range
A2
= Control limit factor Tabel 2.3. Tabel Faktor A2
Jumlah Pengamatan dalam Sub Grup n 2
Faktor untuk Batas Pengendali A2 1,88
3
1,02
4
0,73
5
0,58
6
0,48
7
0,42
8
0,37
9
0,34
10
0,31
Sumber: Grant dan Leavenworth (1994: 404)
Dari rumus diatas dapat dilakukan penyelidikan jika penyimpangan berada di atas batas pengendali atas dan di bawah batas pengendali bawah. Jika penyimpangan masih berada diantara batas pengendali atas dan batas pengendali bawah, maka kegiatan penyelidikan tidak perlu dilakukan karena penyimpangan masih dalam kendali manajemen.
2.9. Penelitian Terdahulu Ocktavianingsih (2000), melakukan penelitian tentang analisis biaya standar pada penelitiannya yang berjudul ”Analisa Biaya Standar Sebagai Alat Pengendali Biaya Overhead Pabrik”. Penelitian tersebut menggunakan analisis varians dengan menggunakan metode dua selisih, tiga selisih, dan empat selisih untuk menemukan penyimpangan yang terjadi. Dengan cara tersebut, dapat diketahui
seberapa
besar
penyimpangan
tersebut
serta
sebab-sebab
penyimpangannya. Hal ini dapat digunakan oleh pihak perusahaan untuk menentukan
tindakan-tindakan
koreksi
yang
perlu
dilakukan
untuk
pengendalian biaya overhead pabrik. Retna (2000), melakukan aplikasi model dalam menerapkan metode teori tentang biaya standar pada perusahaan kompor di Malang. Alat analisis yang digunakan untuk menetapkan biaya standar adalah pertama memisahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik; kedua memisahkan adanya biaya langsung dan biaya tidak langsung yang berhubungan dengan biaya produksi; ketiga menentukan biaya standar produksi yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan; dan keempat menghitung biaya produksi baik
dengan biaya standar maupun biaya produksi sesungguhnya; dan kelima melakukan perbandingan biaya sebelum dan sesudah menentukan biaya standar. Hasil perhitungan dan analisis menunjukkan bahwa banyak perusahaan yang belum mampu membuat biaya standar, hal ini terbukti adanya penyimpangan biaya yang lumayan besar bila dibandingkan dengan biaya sesungguhnya terjadi (pada hampir semua perusahaan yang diteliti). Hanya perusahaan kompor Terang bulan yang memiliki standar biaya produksi hal ini terbukti adanya biaya produksi yang terjadi lebih rendah bila dibandingkan dengan biaya standarnya yaitu sebesar Rp 650 per unit. Hansen dan Mowen (2001), dalam bukunya yang berjudul ”Manajemen Biaya” juga menyoroti tentang biaya standar khususnya mengenai overhead pabrik. Buku tersebut lebih menekankan analisis varians overhead pabrik ke dalam metode empat selisih (dua varians untuk overhead variabel, dan dua varians untuk overhead tetap). Walaupun metode empat varians memberikan rincian yang paling lengkap, metode ini juga mensyaratkan perusahaan mengidentifikasi biaya variabel aktual dan biaya tetap aktual sekaligus biaya dan tarif yang dianggarkan. Kurniasari (2003), menganalisis biaya Factory Overhead (FOH) pada PT. Kebon Agung Malang. Penelitian ini mengambil hipotesis: diduga biaya Factory Overhead (FOH) PT. Kebon Agung Malang belum terkendali. Berdasarkan
analisis,
disimpulkan
bahwa
sistem
pengendalian
intern
perusahaan hendaknya digunakan secara maksimal. Dengan mengadakan analisis selisih, perusahaan dapat mengetahui penyimpangan yang terjadi dan
perusahaan dapat melakukan tindakan-tindakan yang nyata (peninjauan kembali peningkatan efisiensi waktu perbaikan mesin). Setiawan
(2004),
melakukan
penelitian
untuk
mengetahui
proses
penyusunan anggaran biaya produksi dan untuk mencapai efisiensi biaya produksi. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data sesuai dengan objek yang diteliti. Data yang diperoleh diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut dengan teori yang mendasarinya, sehingga menghasilkan kesimpulan yang memperjelas gambaran objek yang diteliti. Setiawan berkesimpulan bahwa perusahaan telah menerapkan biaya standar dalam pencapaian efisiensi biaya produksi. Selisih yang terjadi diukur tingkat efisiensi biayanya guna mengetahui keefisienannya agar biya standar menjadi lebih realistis dan pencapaian efisiensi biaya produksi meningkat di masa yang akan datang. Sementara itu Rachmawati (2006), juga mengadakan penelitian serupa mengenai biaya standar. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa masih terdapat keakuratan penyusunan standar serta ketidaktepatan manajemen khususnya bagian produksi dalam memprediksi jumlah anggaran yang ditetapkan. Dengan menggunakan metode satu selisih, dua selisih, tiga selisih, dan empat selisih, maka perusahaan akan lebih mudah dalam melakukan pengawasan dan pengendalian aktivitas perusahaan terutama di bagian produksi.
Dengan
demikian
perusahaan
bisa
mengetahui
tindakan
penyimpangan dalam biaya overhead pabrik. Setelah itu diharapkan perusahaan dapat mencari tindakan korektif untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
BAB III METODE PENELITIAN
Menurut Sekaran (1992: 4), Research can be described as a systematic and organized effort investigate problem that needs solution. Kalimat tersebut berarti bahwa penelitian dapat dideskripsikan sebagai suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah yang membutuhkan pemecahan. Dalam suatu penelitian ilmiah, penggunaan metode penelitian yang sesuai, serta konsep yang tepat sangat diperlukan.Hal ini dimaksudkan agar penelitian yang dilakukan berjalan lancar, susunannya sistematis, serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dengan penggunaan metode penelitian yang sesuai diharapkan kegiatan penelitian lebih terarah, hasilnya representatif, serta dapat memenuhi tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pabrik Rokok Dua Dewi, yang beralamatkan di Dusun Tempel, Desa Tanggul Kundung, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, Propinsi Jawa Timur.
3.2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Menurut Nawawi (1983: 63), metode
deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan yang subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode ini tidak terbatas sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi juga analisa dan interpretasi tentang arti data itu. Adapun tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan current status dari subyek yang diteliti (Indriantoro dan Supomo, 2000: 26). Sedangkan studi kasus merupakan penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subyek yang diteliti, serta interaksinya dengan lingkungan (Indriantoro dan Supomo, 2000: 26). Tujuan dari studi kasus adalah melakukan penyelidikan secara mendalam mengenai subyek tertentu untuk memberikan gambaran yang lengkap mengenai subyek tertentu.
3.3. Variabel Penelitian Variabel merupakan atribut, ciri, sifat, kemampuan dan ukuran lainnya yang berbeda-beda (bervarisi) yang ditetapkan oleh peneliti untuk dikaji dan dipelajari (Widayat dan Amirullah, 2002: 18). Dalam penelitian ini, variabel penelitian yang peneliti gunakan antara lain: 1. Biaya Standar Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan
produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu. 2. Analisis Varians Analisis varians merupakan suatu proses menganalisis selisih biaya yang timbul karena perbedaan biaya yang sesungguhnya terjadi dibandingkan dengan biaya standar, dan menentukan penyebab selisih biaya tersebut. 3. Analisis Statistical Quality Control Analisis statistical quality control digunakan untuk menentukan kriteria pemisahan varians yang diakibatkan oleh sebab-sebab random dari varians yang tidak diakibatkan oleh sebab-sebab random. 4. Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi Perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, serta merumuskan sistem perencanaan yang menyeluruh untuk
mengintegrasikan
dan
mengkoordinasikan
seluruh
pekerjaan
organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi. Sedangkan pengendalian adalah suatu proses untuk memastikan bahwa segala aktivitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
3.4. Sumber Data Sumber data merupakan sesuatu yang menjelaskan dari mana data tersebut diperoleh. Sumber data dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu data primer,
dan data sekunder (Sekaran, 1992: 189). Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data tersebut, yaitu: 1. Data primer merupakan data yang belum diolah dan diperoleh secara langsung dari sumbernya. Adapun data primer yang digunakan oleh peneliti yaitu: standar biaya bahan baku, standar biaya tenaga kerja langsung, realisasi jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya overhead pabrik, realisasi biaya overhead pabrik, dan realisasi biaya bahan baku langsung, untuk membuat Rokok Dua Dewi dalam periode tahun 2005. 2. Data sekunder merupakan data yang diperolah dari perusahaan, tanpa proses pengolahan data. Adapun data sekunder yang digunakan oleh peneliti yaitu: sejarah Pabrik Rokok Dua Dewi, tujuan Pabrik Rokok Dua Dewi, stuktur organisasi Pabrik Rokok Dua Dewi, personalia Pabrik Rokok Dua Dewi, produksi (bahan-bahan yang digunakan, peralatan produksi, proses produksi, hasil produksi) Pabrik Rokok Dua Dewi, pemasaran Pabrik Rokok Dua Dewi dan lain-lain.
3.5. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini antara lain:
1. Wawancara (interview) Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian. Penulis melakukan wawancara dengan berbagai pihak yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi penulis seperti: bagian penjualan, bagian pembelian, bagian akuntansi, dan lain-lain. 2. Observasi Observasi yaitu proses pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek (benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan metode pengumpulaan data yang dilakukan dengan mempelajari catatan-catatan atau dokumen yang ada pada obyek penelitian.
3.6. Metode Analisis Data Dalam memecahkan masalah penelitian yang ada, penulis melakukan analisis terhadap data yang beraneka ragam dan jumlahnya banyak, lalu dipadatkan menjadi keterangan empiris yang ringkas dan mudah dimengerti. Adapun analisis data yang dilakukan penulis yaitu:
1. Analisis perilaku biaya, yaitu metode analisis yang dilakukan untuk mengetahui perilaku biaya dengan cara memisahkan biaya ke dalam unsur biaya tetap dan biaya variabel. Dalam analisa perilaku biaya ini digunakan metode kuadrat terkecil. 2. Analisis varians biaya, yaitu metode analisis yang dilakukan dengan membandingkan anggaran yang disusun berdasarkan biaya standar dengan biaya yang sesungguhnya terjadi. 3. Analisis statistical quality control, yaitu metode analisis yang digunakan untuk menentukan varians mana yang perlu diselidiki lebih lanjut dan mana yang tidak memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung adalah suatu perusahaan rokok perseorangan yang didirikan pada bulan April 2004. Pabrik rokok ini didirikan oleh Bapak H. Muhaimin dan istrinya Ibu Hj. Musyaropah. Sebelum mendirikan Pabrik Rokok Dua Dewi ini, H. Muhaimin dan Hj. Musyaropah ini dikenal sebagai pengusaha tebu yang ulet dan tangguh. Namun pada tahun 2002 usaha tebunya ini mengalami kebangkrutan yang disebabkan oleh perubahan harga gula yang ditetapkan oleh pemerintah. Pada tahun itu, terjadi impor gula secara besar-besaran dari Thailand yang mengakibatkan harga gula lokal kalah bersaing. Dalam kondisi serba sulit tersebut, H. Muhaimin mendapat tawaran dari keponakannya untuk memasarkan rokok bermerk ”Koboy” yang diproduksi oleh keponakannya di Trenggalek. Ternyata H. Muhaimin mampu melaksanakan tugas ini dengan baik, hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya volume penjualan Rokok Koboy ini. Akhirnya H. Muhaimin mendapat kepercayaan dari keponakannya untuk membuat rokok sendiri dengan bahan baku dari keponakannya tersebut.
Seiring dengan bergulirnya waktu, fakta membuktikan bahwa usaha dari H. Muhaimin terus menunjukkan peningkatan. Berdasarkan pengalaman yang ia peroleh sebagai pemasar, H. Muhaimin mampu menciptakan rokok yang lebih unggul dan enak dari rokok produksi keponakannya. Hal ini disebabkan oleh kedekatan H. Muhaimin dengan para konsumenya, sehingga dia mengetahui selera konsumen. Pada tahap selanjutnya, dengan menggunakan modal sebesar Rp 1.200.000;, H. Muhaimin mulai mencari sendiri bahan baku untuk rokoknya, tanpa menggantungkan pada keponakannya. H. Muhaimin mengajukan permohonan pendirian pabrik rokok pada Menteri Perindustrian Dan Perdagangan pada tanggal 26 Maret tahun 2004, dan akhirnya dikabulkan pada bulan April 2004. Melalui SIUP No. 488/ BC.4/ 2004 dan NPWP: 09.766.666.3-629.000, dia mulai membuat rokok sendiri, di atas lahan seluas 6m x 8m, dengan jumlah karyawan sebanyak 6 orang (4 orang karyawan penggiling dan 2 orang karyawan pengepak). H. Muhaimin dan Hj. Musyaropah sepakat memberi nama “Dua Dewi” pada pabrik rokoknya tersebut, sedangkan rokoknya sendiri diberi nama “Rokok Dua Dewi“. Nama ini terinspirasi oleh adanya dua nama “Dewi” di dalam keluarga besar mereka. Dewi yang pertama adalah anak H. Muhaimin sendiri yang bernama lengkap “Dewi Yuhanida“, sedangkan Dewi yang satunya lagi adalah anak dari keponakannya yang telah membantunya merintis usaha rokok ini.
Hari demi hari Pabrik Rokok Dua Dewi ini terus menunjukkan peningkatan yang pesat. Sebagai buktinya, dalam enam bulan pertama sejak pendiriannya saja, Pabrik Rokok Dua Dewi telah berhasil menyamai Pabrik Rokok Koboy milik keponakan bapak H. Muhaimin. Bahkan dalam jangka waktu satu tahun setelah pendiriannya, Pabrik Rokok Dua Dewi telah mampu melebihi pabrik rokok keponakannya, baik secara kuantitas (jumlah produksi) maupun kualitas rasa. Sebagai ilustrasi, jika dalam waktu satu hari Pabrik Rokok Koboy mampu memproduksi 75 ball (180.000 batang), maka Pabrik Rokok Dua Dewi sudah mampu memproduksi 150 ball (360.000 batang). Melihat prospek yang bagus dari Pabrik Rokok Dua Dewi ini, seorang
pedagang
tembakau
yang
bernama
Bapak
Purwanto
menawarkan kerjasama dengan H. Muhaimin. Awalnya Bapak Purwanto meminjami
H.
Muhaimin
20
ton
tembakau
(senilai
±
Rp
250.000.000,00), dengan konsekuensi membayar pinjaman tersebut setiap bulan setelah hasil produksi rokoknya laku. Kerjasama ini sampai sekarang terus berjalan. Pada akhirnya Bapak Purwanto ini diangkat sebagai geader (orang yang khusus mencarikan tembakau) bagi Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung ini. Dengan adanya perkembangan Pabrik Rokok Dua Dewi yang semakin pesat ini, mengakibatkan luas tanah yang semula hanya 48m2 tersebut tidak mencukupi lagi. Untuk mengatasi masalah ini, H. Muhaimin mengambil kebijaksanaan untuk menambah luas pabrik
menjadi 2570 m2, dan diperkirakan akan terus mengalami perluasan di masa yang akan datang. 4.1.2. Lokasi perusahaan Pada dasarnya lokasi perusahaan itu dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tempat kedudukan perusahaan dan tempat kediaman perusahaan. Yang dimaksud tempat kedudukan perusahaan adalah tempat dimana perusahaan mengadakan aktivitas administrasinya, sedangkan tempat kediaman perusahaan adalah tempat dimana perusahaan menjalankan proses produksinya. Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung ini, mempunyai tempat kedudukan dan tempat kediaman yang sama, yaitu di Dusun Tempel, Desa Tanggul Kundung, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, Propinsi Jawa Timur. 4.1.3. Tujuan Perusahaan Tujuan perlu ditetapkan untuk mengarahkan perumusan sasaran kebijakan, program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Adapun tujuan Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung ini, dibedakan menjadi: 1. Tujuan Jangka Pendek Tujuan jangka pendek merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam kurun waktu relatif singkat atau satu periode yang biasanya dalam waktu satu tahun. Adapun tujuan jangka pendek dari Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung, antara lain: a. Meningkatkan volume penjualan Rokok Dua Dewi agar mampu memenuhi permintaan konsumen.
b. Mencapai proses produksi yang efektif dan efisien untuk menghindari terjadinya pemborosan biaya produksi. c. Menyerap tenaga kerja khususnya tenaga kerja wanita. 2. Tujuan Jangka Panjang Tujuan jangka panjang merupakan tujuan perusahaan yang pencapaiannya membutuhkan waktu yang relatif lama atau lebih dari satu periode atau lebih dari satu tahun. Adapun tujuan jangka pendek dari Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung, antara lain: a. Memperkuat posisi Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung dalam persaingan di pasar (memperluas daerah pemasaran). b. Mencapai keuntungan yang maksimal. c. Meningkatkan kualitas produk melalui sigaret kretek mesin. d. Membuktikan kepada masyarakat luas, bahwa “orang desa juga bisa sukses jika mau bekerja keras”. 4.1.4. Struktur Organisasi Adanya struktur organisasi mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan untuk mengetahui secara jelas batas-batas wewenang seseorang dalam suatu organisasi. Struktur organisasi yang digunakan oleh Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung ini adalah struktur organisasi lini. Adapun struktur organisasi Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung DIREKTUR UTAMA
MANAJER
GEADER
KABAG. PEMASARAN
MANDOR PENCAMPUR
KABAG. UMUM dan PERSONALIA
MANDOR PENGGILING
KABAG. KEUANGAN
MANDOR PEMBUNGKUS
BAGIAN GUDANG
KABAG. PRODUKSI
BAGIAN PEMBELIAN
Sumber: Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung
Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
1. Direktur Utama Jabatan ini menempati kedudukan tertinggi di Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung. Direktur utama bertugas untuk mengawasi dan bertanggung jawab secara menyeluruh. 2. Manajer •
Membantu tugas Direktur Utama.
•
Bartanggung jawab dalam pengawasan pelaksanaan dan kelancaran program direktur utama.
•
Mewakili direktur utama dalam menjalankan tugasnya apabila direktur utama sedang berhalangan.
3. Geader Bertugas secara khusus untuk mencarikan tembakau bagai Pabrik Rokok Dua Dewi 4. Kepala Bagian Pemasaran •
Bertanggung jawab kepada Direktur Utama dan Manajer.
•
Melaksanakan
promosi
penjualan
sesuai
dengan
pemasaran yang ditentukan. •
Mengawasi dan mengkoordinasikan kegiatan penjualan.
5. Kepala Bagian Umum dan Personalia •
Bertanggung jawab kepada Direktur Utama dan Manajer.
standar
•
Bertindak untuk dan atas nama perusahaan, mengurus izin-izin ke Pemerintah Daerah, kantor perindustrian, departemen tenaga kerja, dan lain-lain.
•
Menyediakan
sarana
umum
untuk
menunjang
kegiatan
perusahaan. •
Menerima dan menyeleksi, dan menempatkan karyawan baru.
•
Membuat data-data yang berhubungan dengan kepegawaian.
•
Menyelenggarakan fungsi kerumah tanggaan, serta keamanan dan keselamatan karyawan, termasuk absensi.
6. Kepala Bagian Keuangan •
Bertanggung jawab kepada Direktur Utama dan Manajer.
•
Menjalankan kebijakan Direktur Utama dan Manajer dibidang keuangan dan pembukuan.
•
Mengevaluasi dan menyusun laporan (keuangan) dari hasil kerjanya pada direktur utama.
•
Mengatur kelancaran administrasi keuangan.
•
Menyusun dan melaporkan perkembangan usaha secara berkala kepada Direktur Utama atas kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
7. Kepala Bagian Produksi •
Bertanggung jawab kepada Direktur Utama dan Manajer.
•
Bertanggung jawab atas pelaksanan proses produksi.
•
Bertanggung jawab atas pelaksanaan proses produksi dan mengadakan pengawasan terhadap aktivitas produksi agar proses produksi dapat berjalan secara lancar.
•
Mengawasi pelaksanaan standar-standar yang telah ditetapkan dalam produksi Rokok Dua Dewi dan keuangannya.
Ketua bagian produksi membawahi: a. Bagian Pembelian •
Bertanggung jawab kepada kepala bagian produksi.
•
Mengadakan penelitian mengenai situasi pasar.
•
Mempersiapkan informasi tentang kapasitas yang diperlukan, waktu, tempat, harga, dan bahan baku atau bahan baku yang akan dibeli dan pengawasan pelaksanaannya.
•
Menyajikan daftar harga kepada kepala bagian produksi mengenai bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.
• Menentukan dan memilih kualitas bahan yang sesuai dengan kebutuhan produksi. •
Membeli segala sesuatu yang dibutuhkan perusahaan.
b. Bagian Pencampuran • Bertanggung jawab kepada kepala bagian produksi • Mengawasi proses pencampuran tembakau dan cengkeh. • Menentukan komposisi dari bahan-bahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan.
c. Bagian Penggilingan • Bertanggung jawab kepada kepala bagian produksi. • Mengawasi pekerjaan penggilingan. • Mengawasi kualitas dan kuantitas produksi. d. Bagian Pembungkusan •
Bertanggung jawab kepada kepala bagian produksi.
•
Bertanggung jawab atas hasil pembungkusan Rokok Dua Dewi.
• Mengawasi dan memeriksa proses pembungkusan hasil produksi mulai dari rokok dalam bentuk batangan menjadi pak, press, dan ball. •
Membuat laporan mengenai hasil pembungkusan kepada bagian pemasaran.
e. Bagian Gudang •
Bertanggung jawab kepada kepala bagian produksi.
•
Bertanggung jawab terhadap penyimpanan dan keamanan bahan baku dan barang jadi.
•
Mengatur penyimpanan dan keamanan bahan baku serta barang jadi.
• Melakukan pencatatan terhadap keluar masuknya bahan baku dan barang jadi.
•
Bertanggung jawab atas kerusakan bahan baku dan barang jadi yang disimpan di gudang.
•
Memantau jumlah persediaan di gudang dan memberikan informasi terhadap pihak yang berkepentingan.
4.1.5. Personalia 4.1.5.1
Jumlah karyawan Dalam melaksanakan kegiatan operasinya, karyawan Pabrik Rokok Dua Dewi dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Karyawan teknis Karyawan teknis merupakan karyawan yang langsung bekerja pada bagian-bagian produksi. Adapun jumlah karyawan teknis pada Pabrik Rokok Dua Dewi ini sebanyak 394 orang, dengan perincian sebagai berikut: Tabel 4.1. Rincian Karyawan Teknis Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung No.
Keterangan
Jumlah
1.
Karyawan pencampur
14 orang
2.
Karyawan penggiling
309 orang
3.
Karyawan pembungkus Total Karyawan Teknis
Sumber: Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung
71 orang 394 orang
2. Karyawan Non Teknis Karyawan non teknis adalah karyawan yang tidak langsung bekerja pada bagian-bagian produksi. Adapun jumlah karyawan non teknis pada Pabrik Rokok Dua Dewi ini sebanyak 31 orang, dengan perincian sebagai berikut
Tabel 4.2. Rincian Karyawan Non Teknis Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung No.
Keterangan
Jumlah
1.
Direktur utama
2 orang
2.
Manajer
1 orang
3.
Geader
1 orang
4.
Kepala Bagian Pemasaran
1 orang
5.
Kepala Bagian Umum dan Personalia
1 orang
6.
Kepala Bagian Keuangan
1 orang
7.
Kepala Bagian Produksi
1 orang
8.
Mandor Pengaduk
2 orang
9.
Mandor Penggiling
4 orang
10.
Mandor Pembungkus
3 orang
11.
Bagian Keamanan
1 orang
12.
Bagian Pengawasan Teknis
1 orang
13.
Bagian Pemasaran Total Karyawan Teknis
12 orang 31 orang
Sumber: Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung
4.1.5.2
Jam kerja karyawan Adapun jumlah hari kerja pada Pabrik Rokok Dua Dewi adalah 6 hari kerja dalam seminggu (hari senin sampai dengan
sabtu). Adapun jadwal jam kerja normal pada Pabrik Rokok Dua Dewi, adalah sebagai berikut: Tabel 4.3. Jadwal Jam Kerja Normal Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung No.
Bagian
1.
Teknis Pencampur
Hari
Masuk
Istirahat
Pulang
Senin s.d
07.00 WIB
11.30-13.00 WIB
16.00 WIB
07.00 WIB
11.30-12.30 WIB
16.00 WIB
07.00 WIB
11.30-12.30 WIB
16.00 WIB
07.00 WIB
11.30-12.30 WIB
16.00 WIB
Sabtu Penggiling
Senin s.d Sabtu
Pembungkus
Senin s.d Sabtu
2.
Non Teknis
Senin s.d Sabtu
Sumber: Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung
4.1.5.3
Sistem Penggajian Sistem penggajian pada Pabrik Rokok Dua Dewi diklasifikasikan berdasarkan kedudukan karyawan dalam Pabrik Rokok Dua Dewi. Adapun pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut: 1. Karyawan Teknis •
Bagian Pencampur Sistem penggajian harian diterapkan pada bagian pencampur ini. Adapun besarnya gaji harian yang
diterima oleh bagian pencampur ini adalah Rp 25.000,00/ orang. •
Bagian Penggiling Sistem penggajian borongan selama sepuluh hari diterapkan
pada
bagian
penggiling
ini.
Sistem
penggajian borongan maksudnya adalah suatu sistem penggajian dimana besar kecilnya gaji karyawan ditentukan oleh keluaran yang karyawan hasilkan. Adapun besarnya gaji harian yang diterima oleh bagian pencampur ini adalah Rp 9,00/ batang. •
Bagian Pembungkus Sistem penggajian borongan selama sepuluh hari diterapkan pada pembungkus ini. Adapun besarnya gaji harian yang diterima oleh bagian pencampur ini adalah Rp 5000,00/ ball.
2. Karyawan Non Teknis Sistem penggajian bulanan diterapkan pada karyawan non teknis. Adapun besarnya gaji bulanan yang diterima oleh karyawan non teknis ini, tergantung dari tingkat jabatan mereka dalam Pabrik Rokok Dua Dewi.
4.1.5.4
Tunjangan Selain gaji, karyawan pada Pabrik Rokok Dua Dewi juga menerima tunjangan. Adapun tunjangan-tunjangan yang diterima oleh karyawan pada Pabrik Rokok Dua Dewi ini antara lain: tunjangan hari raya, tunjangan jaminan sosial tenaga kerja, seragam kerja dan lain-lain.
4.1.6. Produksi 4.1.6.1. Bahan-bahan yang digunakan Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk membuat Rokok Dua Dewi dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama, yaitu: 1. Bahan Baku Bahan baku adalah bahan yang membentuk suatu bagian yang menyeluruh dari barang jadi yang dapat dimasukkan secara langsung dalam perhitungan biaya produksi. Adapun bahan baku yang digunakan oleh Pabrik Rokok Dua Dewi ini antara lain: a. Tembakau Tembakau yang digunakan oleh Pabrik Rokok Dua Dewi ini ada empat jenis, yaitu tembakau Paiton, tembakau Kalituri, tembakau Kripik, dan tembakau Temanggung.
b. Cengkeh Cengkeh yang digunakan adalah cengkeh lokal, yang berasal dari Tulungagung, Trenggalek, dan Pacitan. 2. Bahan Penolong Bahan-bahan lain untuk membantu pembuatan Rokok Dua Dewi. Bahan pembantu pembutan Rokok Dua Dewi antara lain: a. Kertas Ambri Digunakan untuk membungkus tembakau yang sudah dicampur dengan cengkeh. b. Aluminium Foil Digunakan untuk membungkus Rokok Dua Dewi yang sudah jadi. c. Kertas Etiket Digunakan untuk membungkus (packing), serta sebagai penunjuk identitas Pabrik Rokok Dua Dewi. d. Kertas Pita Cukai Kertas pita cukai ini ditempelkan pada setiap pak Rokok Dua Dewi, sebagai bukti bahwa Rokok Dua Dewi tersebut telah meluanasi kewajiban bea cukai.
e. Kertas Kaca Digunakan
untuk
melindungi
merk
dan
warna
pembungkus Rokok Dua Dewi agar tidak mudah rusak atau kotor. f. Kertas Segel Digunakan sebagai pelindung kemasan, dan sebagai bukti bahwa kemasan belum pernah dibuka. g. Kertas Press Digunakan untuk membungkus Rokok Dua Dewi yang telah dipak ke dalam press. h. Kertas Ball (Kraft) Digunakan untuk membungkus rokok yang telah dipress ke dalam ball. i. Lem Digunakan untuk melekatkan kertas ambri, kertas kaca, kertas press, serta kertas ball. 4.1.6.2. Peralatan Produksi Dalam menjalankan proses produksinya, Pabrik Rokok Dua Dewi menggunakan peralatan produksi sebagai berikut: 1. Mesin Perajang Tembakau Digunakan untuk merajang tembakau, sehingga diperoleh ukuran yang sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan. Selain itu, mesin perajang tembakau juga
berfungsi untuk memisahkan kotoran yang melekat pada tembakau tersebut. 2. Mesin Perajang Cengkeh Digunakan untuk merajang cengkeh, sehingga diperoleh ukuran yang sesuai dengan standar yang ditetapkan Pabrik Rokok Dua Dewi. 3. Kotak Tembakau Digunakan sebagai tempat untuk memindahkan tembakau yang telah dicampur dengan cengkeh. 4. Mesin Penggiling Digunakan untuk menggiling campuran tembakau dan cengkeh menjadi batangan Rokok Dua Dewi. 5. Gunting Digunakan untuk merapikan ujung-ujung Rokok Dua Dewi yang telah digiling. 6. Type Pen Sebagai standar untuk menentukan besar kecilnya ukuran Rokok Dua Dewi. 7. Alat Pengepak Digunakan untuk mengepak batangan Rokok Dua Dewi menjadi pak, press, dan ball.
8. Mesin Diesel Digunakan untuk menggerakkan mesin perajang (perajang tembakau dan perajang cengkeh). 9. Timbangan Digunakan untuk menentukan komposisi tembakau dan cengkeh yang akan dicampur. 4.1.6.3. Proses Produksi Proses produksi merupakan proses pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi. Adapun tahap-tahap dalam proses produksi yang dilaksanakan oleh Pabrik Rokok Dua Dewi ini, yaitu: Tahap I Proses Perajangan Tembakau Tembakau yang sudah dipres dirajang (diodol) dengan mesin, agar gumpalan-gumpalan yang masih dalam keadaan padat terurai dan kotoran yang masih melekat pada tembakau terpisah. Tahap II Proses Perajangan Cengkeh Cengkeh yang sudah dipotong, kemudian direndam dalam air ± 8 jam untuk menghilangkan kadar minyak cengkeh, sehingga bau harunya bisa muncul. Setelah itu, cengkeh dimasukkan ke dalam mesin perajang cengkeh untuk memperoleh ukuran yang sesuai dengan
standar yang ditetapkan Pabrik Rokok Dua Dewi. Setelah cengkeh dirajang, cengkeh tersebut dijemur. Tahap III Proses Pencampuran Tembakau dan cengkeh dicampur jadi satu, dengan perbandingan: tembakau : cengkeh = 60% : 40%. Tahap IV Proses Penyimpanan Tembakau dan cengkeh yang telah dicampur disimpan selama ± dua minggu, untuk menemukan rasa yang mantap. Tahap V Proses Pemecahan Tembakau dan cengkeh yang telah disimpan selama ± dua minggu dipecah lagi agar diperoleh kepadatan yang sesuai. Tahap VI Proses Penggilingan Tembakau dan cengkeh yang telah dicampur digiling dengan mesin penggiling menjadi batangan-batangan Rokok Dua Dewi. Tahap VII Proses Pengguntingan Batangan-batangan Rokok Dua Dewi hasil dari proses penggilingan (tahap VI), digunting pada kedua ujungnya. Proses pengguntingan ini bertujuan untuk merapikan batangan-batangan Rokok Dua Dewi agar
ukurannya sama dengan standar yang telah ditetapkan oleh Pabrik Rokok Dua Dewi. Tahap VIII Proses Penyortiran Batangan-batangan Rokok Dua Dewi yang sudah melewati proses pengguntingan (tahap VII) diperiksa kualitasnya, yang meliputi: 1. Kepadatan hasil gilingan Rokok Dua Dewi. 2. Ketepatan ukuran dan kebulatan Rokok Dua Dewi. 3. Kerapian bentuk Rokok Dua Dewi. Tahap IX Proses Pengovenan Batangan-batangan Rokok Dua Dewi yang telah lolos dalam proses penyortiran dimasukkan ke dalam oven dengan panas 40°C - 50°C, agar batangan-batangan Rokok Dua Dewi tersebut tahan lama dan rasanya mantap. Tahap X Proses Pembungkusan Batangan-batangan Rokok Dua Dewi yang telah dioven lalu dibungkus (1 pak = 12 batang). Tujuan pembungkusan ini antara lain: 1. Agar Rokok Dua Dewi tahan lama. 2. Menjaga agar kualitas Rokok Dua Dewi tetap terjamin.
3. Sebagai ciri khas yang mencantumkan merek Rokok Dua Dewi, sehingga konsumen mudah mengenalinya. 4. Memperindah penampilan Rokok Dua Dewi, sehingga dapat menarik konsumen. Tahap XI Proses Pengepressan Rokok yang telah dibungkus ditempatkan pada suatu wadah yang lebih besar lagi (1 press = 10 pak). Adapun tujuan pengepresan ini antara lain: 1. Mempermudah pendistribusian Rokok Dua Dewi kepada konsumen. 2. Agar lebih praktis dibawa kemana-mana. Tahap XII Proses Pengeballan Rokok Dua Dewi yang telah dipress dimasukkan kedalam suatu wadah yang lebih besar lagi (1 ball = 20 press), agar pendistribusian ke konsumen menjadi lebih mudah. Tahap XIII Proses Penggudangan Rokok Dua Dewi yang telah diball disimpan di dalam gudang agar terpelihara kualitasnya.
Gambar 4.2. Alur Proses Produksi Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung
PROSES PERAJANGAN TEMBAKAU
PROSES PERAJANGAN CENGKEH
PROSES PENCAMPURAN
PROSES PENYIMPANAN
PROSES PENMECAHAN
PROSES PENGGUDANGAN
PROSES PENGGUNTINGAN
PROSES PENGEBALAN
PROSES PENGEPRESSAN
PROSES PENGGILINGAN
PROSES PENYORTIRAN
PROSES PEMBUNGKUSAN
Sumber: Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung
PROSES PENGOVENAN
4.1.6.4. Hasil Produksi Jenis rokok yang dihasilkan oleh Pabrik Rokok Dua Dewi ini yaitu: sigaret kretek tangan, tanpa campuran saos. Adapun spesifikasinya adalah sebagai berikut: Nama
: Rokok Dua Dewi
Cap
: Dua Dewi
Isi/ pak
:12 batang
Harga yang tertulis pada pita cukai : Rp 4300,00. 4.1.7. Pemasaran 4.1.7.1. Daerah Pemasaran Adapun daerah pemasaran Rokok Dua Dewi ini meliputi: Tulungagung, Trenggalek, Ponorogo, Pacitan, Blitar, Kediri, dan lain-lain. Sedangkan pasar sasarannya adalah golongan menengah ke bawah. 4.1.7.2. Saluran Distribusi Pabrik Rokok Dua Dewi mendistribusikan Rokok Dua Dewi ini menggunakan tiga saluran distribusi, yaitu: 1. Pabrik
agen
palen
konsumen
2. Pabrik
grosir
palen
konsumen
3. Pabrik
retail
palen
konsumen
4.1.7.3. Harga Dan Kebijaksanaan Harga Harga jual yang ditetapkan dengan menghitung biaya produksi secara keseluruhan, kemudian ditambah dengan sejumlah laba yang diinginkan (cost plus pricing method). Harga jual = biaya produksi + laba yang diinginkan. 4.1.7.4. Penjualan Dan Pembayaran Pabrik Rokok Dua Dewi ini menggunakan dua sistem penjualan, yaitu: 1. Sistem Penjualan Tunai Diterapkan bagi agen atau pengecer yang baru melakukan kerjasama dengan Pabrik Rokok Dua Dewi. 2. Sistem Penjualan Kredit Diterapkan bagi agen atau pengecer yang sudah lama melakukan kerjasama dengan Pabrik Rokok Dua Dewi. 4.1.7.5. Pesaing Adapun pesaing dari Rokok Dua Dewi ini antara lain: 1. Koboy 2. Djarum 76 3. Gudang Garam Merah 4. Djarum Coklat
4.2. Analisis Data 4.2.1. Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi di Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Untuk merencanakan dan mengendalikan biaya produksinya, Pabrik Rokok Dua Dewi telah menggunakan anggaran. Sedangkan di dalam pembebanan harga pokok produksi pada produk yang dihasilkan digunakan biaya sesungguhnya. Dalam proses produksinya, Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung telah menetapkan standar biaya bahan baku langsung dan standar biaya tenaga kerja langsung (lampiran 1 dan 2). Sedangkan untuk merencanakan dan mengendalikan biaya overhead pabrik, Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung belum menentukan besarnya biaya overhead pabrik standar. Meskipun demikian, Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung telah menyusun anggaran biaya overhead pabrik yang didasarkan pada data historis tahun lalu ditambah taksiran-taksiran perubahan pada tahun yang akan datang. Sementara itu, pada akhir periode dilakukan perbandingan antara anggaran dan biaya yang terjadi. 4.2.2. Pemisahan Biaya Semi Variabel Overhead Pabrik menjadi Unsur Biaya Tetap dan Biaya Variabel Overhead Pabrik Dari tabel anggaran biaya overhead (lampiran 5), dapat diketahui bahwa Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung tidak memisahkan biaya overhead pabrik kedalam biaya tetap dan biaya variabel sehingga tidak dapat diketahui perilaku biaya. Pemisahan biaya semi variabel menjadi
biaya tetap dan biaya variabel penting untuk merencanakan dan mengendalikan biaya overhead pabrik. Dengan adanya pemisahan biaya semi variabel menjadi biaya tetap dan biaya variabel dapat ditentukan standar biaya overhead pabrik, yang merupakan patokan untuk dasar penyusunan anggaran dan tolak ukur prestasi pekerja. Penulis memisahkan biaya overhead pabrik ke dalam biaya tetap dan biaya variabel dengan metode kuadrat terkecil. Metode kuadrat terkecil menganggap bahwa hubungan biaya dengan tingkat kegiatan berbentuk garis lurus dengan persamaan: y = a + bx, dimana variabel y merupakan biaya semi variabel, sedangkan variabel x merupakan tingkat kegiatan. untuk mencari nilai a (jumlah biaya tetap) dan b (biaya variabel/ unit) digunakan rumus: b = n Σ xy – ΣxΣy n Σx2 – ( Σx)2 a = Σy – b Σx n Perhitungan biaya semi variabel dihitung per bulan, dan berdasarkan realisasi biaya (lampiran 6) untuk mengetahui sesuai tidaknya anggaran yang telah disusun dengan realisasi biaya pada tahun bersangkutan. Perhitungan tersebut digunakan sebagai dasar untuk menyusun anggaran biaya overhead pabrik bulanan pada tahun berikutnya. Unit produksi dipilih sebagai dasar pembebanan yang digunakan. Berikut ini perhitungan pemisahan biaya overhead pabrik ke dalam biaya tetap dan biaya variabel (tabel 4.4. sampai tabel 4.12.)
Tabel 4.4. Pemisahan Biaya Bahan Pembantu Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005 Bulan Ke 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. n
Unit Produksi (x) Biaya (y) 12.000,00 10.000.250,00 14.000,00 11.050.000,00 16.400,00 11.830.050,00 19.200,00 11.970.050,00 20.600,00 12.025.000,00 23.600,00 13.170.500,00 28.400,00 14.300.100,00 32.800,00 15.410.500,00 34.400,00 16.633.400,00 36.800,00 17.891.000,00 38.400,00 19.150.050,00 40.000,00 20.152.000,00 316.600,00 173.582.900,00
xy 120.003.000.000,00 154.700.000.000,00 194.012.820.000,00 229.824.960.000,00 247.715.000.000,00 310.823.800.000,00 406.122.840.000,00 505.464.400.000,00 572.188.960.000,00 658.388.800.000,00 735.361.920.000,00 806.080.000.000,00 4.940.686.500.000,00
x2 144.000.000,00 196.000.000,00 268.960.000,00 368.640.000,00 424.360.000,00 556.960.000,00 806.560.000,00 1.075.840.000,00 1.183.360.000,00 1.354.240.000,00 1.474.560.000,00 1.600.000.000,00 9.453.480.000,00
Sumber: Data diolah dari lampiran 3 dan lampiran 6
b = n Σ xy – ΣxΣy n Σx2 – ( Σx)2 b = (12x4.940.686.500.000,00) - ( 316.600,00x173.582.900,00) (12x9.453.480.000,00) - (316.600,00) 2 b = 328,02 a = Σy – b Σx n a = 173.582.900,00 – (328,02x316.600,00) 12 a = 5.810.980,67 y = Rp 5.810.980,67 + Rp 328,02 x Dari analisa diatas, dapat diketahui bahwa biaya bahan pembantu merupakan biaya semi varibel karena didalamnya terdapat unsur biaya
tetap dan biaya variabel. Nilai b yang mewakili biaya variabel bernilai Rp 328,02, sedangkan nilai a yang mewakili biaya tetap bernilai Rp 5.810.980,67. Tabel 4.5. Pemisahan Biaya Bahan Bakar Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005 Bulan Unit Produksi Ke (x) Biaya (y) xy 1. 12.000,00 4.525.100,00 54.301.200.000,00 2. 14.000,00 5.633.000,00 78.862.000.000,00 3. 16.400,00 7.641.050,00 125.313.220.000,00 4. 19.200,00 8.795.000,00 168.864.000.000,00 5. 20.600,00 9.910.000,00 204.146.000.000,00 6. 23.600,00 8.741.000,00 206.287.600.000,00 7. 28.400,00 10.810.500,00 307.018.200.000,00 8. 32.800,00 10.831.000,00 355.256.800.000,00 9. 34.400,00 11.,849.050,00 407.607.320.000,00 10. 36.800,00 11.610.500,00 427.266,400.000,00 11. 38.400,00 12.825.050,00 492.481.920.000,00 12. 40.000,00 13.991.000,00 559.640.000.000,00 n 316.600,00 117.162.250,00 3.387.044.660.000,00
x2 144.000.000,00 196.000.000,00 196,000.000,00 368.640.000,00 424.360.000,00 556.960.000,00 806.560.000,00 1.075.840.000,00 1.183.360.000,00 1.354,240.000,00 1.474.560.000,00 1.600.000.000,00 9.453,480.000,00
Sumber: Data diolah dari lampiran 3 dan lampiran 6
b = n Σ xy – ΣxΣy n Σx2 – ( Σx)2 b = (12x3.387.044.660.000,00) - ( 316.600,00x117.162.250,00) (12x) - (316.600,00) 2 b = 268,89 a = Σy – b Σx n a = 117.162.250,00 – (268,89x316.600,00) 12 a = 2.669.306,33
y = Rp 2.669.306,33 + Rp 268,89 x Dari analisa diatas, dapat diketahui bahwa biaya bahan bakar merupakan biaya semi varibel karena didalamnya terdapat unsur biaya tetap dan biaya variabel. Nilai b yang mewakili biaya variabel bernilai Rp 268,89, sedangkan nilai a yang mewakili biaya tetap bernilai Rp 2.669.306,33. Tabel 4.6. Pemisahan Biaya Overhead Pabrik Utility Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005 Bulan Ke 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. n
Unit Produksi (x) 12.000,00 14.000,00 16.400,00 19.200,00 20.600,00 23.600,00 28.400,00 32.800,00 34.400,00 36.800,00 38.400,00 40.000,00 316.600,00
Biaya (y) xy 2.696.200,00 32.354.400.000,00 2.698.100,00 37.773.400.000,00 2.695.200,00 44.201.280.000.00 3.555.100,00 68.257.920.000,00 3.791.250,00 78.099.750.000,00 3.881.750,00 91.609.300.000,00 3.797.000,00 107.834.800.000,00 3.998.000,00 131.134.400.000,00 4.150.500,00 142.777.200.000,00 4.600.000,00 169.280.000.000,00 4.569.200,00 175.457.280.000,00 4.927.050,00 197.,082.000.000,00 45.359.350,00 1.275.861.730.000,00
x2 144.000.000,00 196.000.000,00 268.960.000,00 368.640.000,00 424.360.000,00 556.960.000,00 806.560.000,00 1.075.840.000,00 1.183.360.000,00 1.354.240.000,00 1.474.560.000,00 1.600.000.000,00 9.453.480.000,00
Sumber: Data diolah dari lampiran 3 dan lampiran 6
b = n Σ xy – ΣxΣy n Σx2 – ( Σx)2 b = (12x1.275.861.730.000,00) - ( 316.600,00x45.359.350,00) (12x9.453.480.000,00) - (316.600,00) 2 b = 71,90 a = Σy – b Σx n
a = 45.359.350,00 - (71,90x316.600,00) 12 a = 1.882.984,17 y = Rp 1.882.984,17 + Rp 71,90 x Dari analisa diatas, dapat diketahui bahwa biaya bahan bakar merupakan biaya semi varibel karena didalamnya terdapat unsur biaya tetap dan biaya variabel. Nilai b yang mewakili biaya variabel bernilai Rp 71,90, sedangkan nilai a yang mewakili biaya tetap bernilai Rp 1.882.984,17. Tabel 4.7. Pemisahan Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005 Bulan Ke 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. n
Unit Produksi (x) Biaya (y) 12.000,00 15.600.000,00 14.000,00 18.600.000,00 16.400,00 20.600.000,00 19.200,00 22.200.000,00 20.600,00 24.200.000,00 23.600,00 26.920.000,00 28.400,00 28.920.000,00 32.800,00 30.500.000,00 34.400,00 32.600.000,00 36.800,00 32.600.000,00 38.400,00 33.800.000,00 40.000,00 34.800.000,00 316.600,00 321.340.000,00
xy 187.200.000.000,00 260.400.000.000,00 337.840.000.000,00 426.240.000.000,00 498.520.000.000,00 635.312.000.000,00 821.328.000.000,00 1.000.400.000.000,00 1.121.440.000.000,00 1.199.680.000.000,00 1.297.920.000.000,00 1.392.000.000.000,00 9.178.280.000.000,00
x2 144.000.000,00 196.000.000,00 268.960.000,00 368.640.000.00 424.360.000,00 556.960.000,00 806.560.000,00 1.075.840.000,00 1.183.360.000,00 1.354.240.000,00 1.474.560.000,00 1.600.000.000,00 9.453.480.000,00
Sumber: Data diolah dari lampiran 3 dan lampiran 6
b = n Σ xy – ΣxΣy n Σx2 – ( Σx)2 b = (12x9.178.280.000.000,00) - ( 316.600,00x321.340.000,00) (12x9.453.480.000,00) - (316.600,00) 2 b = 636,30
a = Σy – b Σx n a = 321.340.000,00 - (636,30x316.600,00) 12 a = 9.990.618,33 y = Rp 9.990.618,33 + Rp 636,30 x Dari analisa diatas, dapat diketahui bahwa biaya bahan bakar merupakan biaya semi varibel karena didalamnya terdapat unsur biaya tetap dan biaya variabel. Nilai b yang mewakili biaya variabel bernilai Rp 636,30, sedangkan nilai a yang mewakili biaya tetap bernilai Rp 9.990.618,33. Tabel 4.8. Pemisahan Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005 Bulan Ke 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. n
Unit Produksi (x) Biaya (y) xy 12.000,00 2.025.600,00 24.307.200.000,00 14.000,00 3.028.350,00 42.396.900.000,00 16.400,00 3.053.400,00 50.075.760.000,00 19.200,00 3.101.000,00 59.539,200.000,00 20.600,00 3.100.900,00 63.878,540.000,00 23.600,00 3.254.000,00 76.794,400.000.00 28.400,00 3.298.200,00 93.668,880.000,00 32.800,00 3.401.300,00 111.562,640.000,00 34.400,00 3.491.300,00 120.100.720.000,00 36.800,00 3.402.800,00 125.223.040.000,00 38.400,00 3.650.000,00 140.160.000.000,00 40.000,00 3.728.300,00 149.132.000.000,00 316.600,00 38.535.150,00 1.056.839.280.000,00
Sumber: Data diolah dari lampiran 3 dan lampiran 6
b = n Σ xy – ΣxΣy n Σx2 – ( Σx)2
x2 144.000.000,00 196.000.000,00 268.960.000,00 368.640.000,00 424.360.000,00 556.960.000,00 806.560.000,00 1.075.840.000,00 1.183.360.000,00 1.354.240.000,00 1.474.560.000,00 1.600.000.000,00 9.453.480.000,00
b = (12x1.056.839.280.000,00) - ( 316.600,00x38.535.150,00) (12x9.453.480.000,00) - (316.600,00) 2 b = 36,49 a = Σy – b Σx n a = 38.535.150,00 - (36,49x316.600,00) 12 a = 2.248.534,67 y = Rp 2.248.534,67 + Rp 36,49 x Dari analisa diatas, dapat diketahui bahwa biaya bahan bakar merupakan biaya semi varibel karena didalamnya terdapat unsur biaya tetap dan biaya variabel. Nilai b yang mewakili biaya variabel bernilai Rp 36,49, sedangkan nilai a yang mewakili biaya tetap bernilai Rp 2.248.534,67.
Tabel 4.9. Pemisahan Beban Sosial Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005 Bulan Ke 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. n
Unit Produksi (x) Biaya (y) 12.000,00 2.500.000,00 14.000,00 2.500.000,00 16.400,00 2.500.000,00 19.200,00 2.500.000,00 20.600,00 2.500.000,00 23.600,00 2.500.000,00 28.400,00 2.500.000,00 32.800,00 2.500.000,00 34.400,00 2.500.000,00 36.800,00 2.500.000,00 38.400,00 2.500.000,00 40.000,00 2.500.000,00 316.600,00 30.000.000,00
xy 30.000.000.000,00 35.000.000.000,00 41.000.000.000,00 48.000.000.000,00 51.500.000.000,00 59.000.000.000,00 71.000.000.000,00 82.000.000.000,00 86.000.000.000,00 92.000.000.000,00 96.000.000.000,00 100.000.000.000,00 791.500.000.000,00
x2 144.000.000,00 196.000.000,00 268.960.000,00 368.640.000,00 424.360.000,00 556.960.000,00 806.560.000,00 1.075.840.000,00 1.183.360.000,00 1.354.240.000,00 1.474.560.000,00 1.600.000.000,00 9.453.480.000,00
Sumber: Data diolah dari lampiran 3 dan lampiran 6
b = n Σ xy – ΣxΣy n Σx2 – ( Σx)2 b = (12x791.500.000.000,00) - ( 316.600,00x30,000.000,00) (12x9.453.480.000,00) - (316.600,00) 2 b = 0,00 a = Σy – b Σx n a = 30.000.000,00 - (0,00x316.600,00) 12 a = 2.500.000,00 y = Rp 2.500.000,00 + Rp 0,00 x
Dari analisa diatas, dapat diketahui bahwa biaya bahan bakar merupakan biaya tetap. Nilai b yang mewakili biaya variabel bernilai Rp 0,00, sedangkan nilai a yang mewakili biaya tetap bernilai Rp 2.500.000,00. Tabel 4.10. Pemisahan Biaya Penyusutan Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005 Bulan Ke 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. n
Unit Produksi (x) Biaya (y) xy 12.000,00 2.125.000,00 25.500.000.000,00 14.000,00 2.125.000,00 29.750.000.000,00 16.400,00 2.125.000,00 34.850.000.000,00 19.200,00 2.125.000,00 40.800.000.000,00 20.600,00 2.125.000,00 43.775.000.000,00 23.600,00 2.125.000,00 50.150.000.000,00 28.400,00 2.125.000,00 60.350.000.000,00 32.800,00 2.125.000,00 69.700.000.000,00 34.400,00 2.125.000,00 73.100.000.000,00 36.800,00 2.125.000,00 78.200.000.000,00 38.400,00 2.125.000,00 81.600.000.000,00 40.000,00 2,125.000,00 85.000.000.000,00 316.600,00 25.500.000,00 672.775.000.000,00
x2 144.000.000,00 196.000,000,00 268.960.000,00 368.640.000,00 424.360.000,00 556.960.000,00 806.560.000,00 1.075.840.000,00 1.183.360.000,00 1.354.240.000,00 1.474.560.000,00 1.600.000.000,00 9.453.480.000,00
Sumber: Data diolah dari lampiran 3 dan lampiran 6
b = n Σ xy – ΣxΣy n Σx2 – ( Σx)2 b = (12x672.775.000.000,00) - ( 316.600,00x25.500.000,00) (12x9.453.480.000,00) - (316.600,00) 2 b = 0,00 a = Σy – b Σx n a = 25.500.000,00- (0,00x316.600,00) 12 a = 2.125.000,00
y = Rp 2.125.000,00 + Rp 0,00 x Dari analisa diatas, dapat diketahui bahwa biaya bahan bakar merupakan biaya tetap. Nilai b yang mewakili biaya variabel bernilai Rp 0,00, sedangkan nilai a yang mewakili biaya tetap bernilai Rp 2.125.000,00.
Tabel 4.11. Pemisahan Biaya Kantor Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005 Bulan Ke 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. n
Unit Produksi (x) 12.000,00 14.000,00 16.400,00 19.200,00 20.600,00 23.600,00 28.400,00 32.800,00 34.400,00 36.800,00 38.400,00 40.000,00 316.600,00
Biaya (y) 700.500,00 910.800,00 1.080.100,00 1.222.000,00 1.462.100,00 1.541.000,00 1.671.350,00 1.692.850,00 1.715.200,00 1.821.650,00 1.911.700,00 1.954.300,00 17.683.550,00
xy 8.406.000.000,00 12.751.200.000,00 17.713.640.000,00 23.462.400.000,00 30.119.260.000,00 36.367.600.000,00 47.466.340.000,00 55.525.480.000,00 59.002.880.000,00 67.036.720.000,00 73.409.280.000,00 78.172.000.000,00 509.432.800.000,00
x2 144.000.000,00 196.000.000,00 268.960.000,00 368.640.000,00 424.360.000,00 556.960.000,00 806.560.000,00 1.075.840.000,00 1.183.360.000,00 1.354.240.000,00 1.474.560.000,00 1.600.000.000,00 9.453.480.000,00
Sumber: Data diolah dari lampiran 3 dan lampiran 6
b = n Σ xy – ΣxΣy n Σx2 – ( Σx)2 b = (12x509.432.800.000,00) - ( 316.600,00x17.683.550,00) (12x9.453.480.000,00) - (316.600,00) 2 b = 38,97 a = Σy – b Σx n a = 17.683.,550,00- (38,97x316.600,00) 12
a = 445.470,67 y = Rp 445.470,67 + Rp 38,97 x Dari analisa diatas, dapat diketahui bahwa biaya bahan bakar merupakan biaya semi varibel karena didalamnya terdapat unsur biaya tetap dan biaya variabel. Nilai b yang mewakili biaya variabel bernilai Rp 38,97, sedangkan nilai a yang mewakili biaya tetap bernilai Rp 445.470,67. Tabel 4.12. Pemisahan Biaya Lain-lain Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005 Bulan Ke 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. n
Unit Produksi (x) 12.000,00 14.000,00 16.400,00 19.200,00 20.600,00 23.600,00 28.400,00 32.800,00 34.400,00 36.800,00 38.400,00 40.000,00 316.600,00
Biaya (y) 241.000,00 341.500,00 245.100,00 246.300,00 395.000,00 397.250,00 499.500,00 541.250,00 523.100,00 564.200,00 565.600,00 671.000,00 5.230.800,00
xy 2.892.000.000,00 4.781.000.000,00 4.019.640.000,00 4.728.960.000,00 8.137.000.000,00 9.375.100.000,00 14.185.800.000,00 17.753.000.000,00 17.994.640.000,00 20.762.560.000,00 21.719.040.000,00 26.840.000.000,00 153.188.740.000,00
x2 144.000.000,00 196.000.000,00 268.960.000,00 368.640.000,00 424.360.000,00 556.960.000,00 806.560.000,00 1.075.840.000,00 1.183.360.000,00 1.354.240.000,00 1.474.560.000,00 1.600.000.000,00 9.453.480.000,00
Sumber: Data diolah dari lampiran 3 dan lampiran 6
b = n Σ xy – ΣxΣy n Σx2 – ( Σx)2 b = (12x153.188.740.000,00) - ( 316.600,00x5.230.800,00) (12x9.453.480.000,00) - (316.600,00) 2 b = 13,80
qa = Σy – b Σx n a = 5.230.800,00- (13,80x316.600,00) 12 a = 71.810,00 y = Rp 71.810,00 + Rp 13,80x Dari analisa diatas, dapat diketahui bahwa biaya bahan bakar merupakan biaya semi varibel karena didalamnya terdapat unsur biaya tetap dan biaya variabel. Nilai b yang mewakili biaya variabel bernilai Rp 13,80, sedangkan nilai a yang mewakili biaya tetap bernilai Rp 71.810,00. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data diatas, maka elemen biaya
overhead
Pabrik
Rokok
Dua
Dewi
Tulungagung
diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 4.13. Klasifikasi Biaya Overhead Pabrik Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung tahun 2005 Keterangan Biaya Bahan Pembantu Biaya Bahan Bakar Biaya Overhead Pabrik Utility Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap Beban Sosial Biaya Penyusutan Biaya Kantor Biaya Lain-lain Sumber: Data diolah dari tabel 4.4. Sampai tabel 4.12.
Biaya Overhead Pabrik Tetap Variabel T V T V T V T V T V T T T V T V
dapat
Berdasarkan hasil perhitungan dari pemisahan biaya tetap dan biaya variabel tersebut, maka dapat disusun rekapitulasi pemisahan biaya semi variabel sebagai berikut: Tabel 4.14. Rekapitulasi Pemisahan Biaya Semi variabel Pada Kapasitas Normal 26.000 Pak Per Bulan Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005 Keterangan Biaya bahan pembantu Biaya bahan bakar Biaya overhead pabrik utility Biaya tenaga kerja tak langsung Biaya pemeliharaan aktiva tetap Biaya kantor Biaya lain-lain Total Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik Variabel (Rp/ Unit Tetap (Rp) produksi) 5.810.980,67 328,02 2.669.306,33 268,89 1.882.984,17 71,90 9.990.618,33 636,30 2.248.534,67 36,49 445.470,67 38,97 71.810,00 13,80 23.119.704,84 1.394,37
Sumber: Data diolah dari tabel 4.4. sampai tabel 4.12.
Tabel 4.15. Rekapitulasi Pemisahan Biaya Semi variabel Pada Kapasitas Normal 312.000 Pak Per Tahun Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005 Keterangan Biaya bahan pembantu Biaya bahan bakar Biaya overhead pabrik utility Biaya tenaga kerja tak langsung Biaya pemeliharaan aktiva tetap Biaya kantor Biaya lain-lain Total Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik Variabel (Rp/ Unit Tetap (Rp) produksi) 69.731.768,04 328,02 32.031.675,96 268,89 22.595.810,04 71,90 119.887.420,00 636,30 26.982.416,04 36,49 5.345.648,04 38,97 861.720,00 13,80 277.436.458,12 1.394,37
Sumber: Data diolah dari tabel 4.4. sampai tabel 4.12.
4.2.3. Penentuan Standar Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik yang telah dipisahkan ke dalam unsur biaya tetap dan biaya variabel digunakan untuk menyusun anggaran biaya overhead pabrik, yang nantinya akan digunakan sebagai dasar penentuan standar tarif biaya overhead pabrik. Tingkat kapasitas normal digunakan untuk menentukan tarif biaya overhead pabrik, karena kapasitas normal berfungsi untuk menyesuaikan perubahan biaya overhead variabel dengan fluktuasi tingkat aktivitas yang mungkin akan terjadi. Berikut ini anggaran biaya overhead pabrik dan realisasinya (setelah dilakukan pemisahan biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead pabrik variabel) yang disusun berdasarkan pada tingkat kapasitas normal selama satu tahun:
Tabel 4.16. Anggaran Biaya Overhead Pabrik dan Realisasi Biaya Overhead Pabrik Setelah Pemisahan Biaya Semi variabel Pada Kapasitas Normal 312.000 Pak Per Tahun Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005 Uraian
Anggaran Biaya Overhead Pabrik (Rp)
Biaya Overhead Pabrik Tetap: Beban sosial Biaya penyusutan Biaya bahan pembantu Biaya bahan bakar Biaya overhead pabrik utility Biaya tenaga kerja tak langsung Biaya pemeliharaan aktiva tetap Biaya kantor Biaya lain-lain Total Biaya Overhead Pabrik Tetap Biaya Overhead Pabrik Variabel: Biaya bahan pembantu Biaya bahan bakar Biaya overhead pabrik utility Biaya tenaga kerja tak langsung Biaya pemeliharaan aktiva tetap Biaya kantor Biaya lain-lain Total Biaya Overhead Pabrik Variabel Total Biaya Overhead Pabrik
Realisasi Biaya Overhead Pabrik (Rp)
30.000.000,00 25.500.000,00 69.731.768,04 32.031.675,96 22.595.810,04 119.887.420,00 26.982.416,04 5.345.648,04 861.720,00 332.936.458,10
30.000.000,00 25.500.000,00 69.731.768,04 32.031.675,96 22.595.810,04 119.887.420,00 26.982.416,04 5.345.648,04 861.720,00 332.936.458,10
80.268.231,96 87.468.324,04 20.204.189,96 180.112.580,00 8.517.583,96 12.654.351,96 4.138.280,00 393.363.541,90 726.300.000,00
103.851.132,06 85.130.574,04 22.763.539,96 201.452.580,00 11.552.733,96 12.337.901,96 4.369.080,00 441. 457.541,90 774.394.000,00
Sumber: Data diolah dari lampiran 5, lampiran 6, dan tabel 4.15.
Berdasarkan anggaran biaya overhead pabrik diatas, maka biaya overhead pabrik standar pada kapasitas normal 312.000 pak untuk tahun 2005 dapat ditentukan sebagai berikut: Tarif BOP
=
BOP Yang Dianggarkan Taksiran Dasar Pembebanan Pada Kapasitas Normal
Tarif BOP Tetap
= 332.936.458,10 = 1.067,10 per pak 312.000,00
Tarif BOP Variabel = 393.363.541,90 = 1.260,78 per pak 312.000,00 Tarif BOP Total
= 726.300.000,00 = 2.327,88 per pak 312.000,00
Unit Produksi Standar = (anggaran unit produksi : kapasitas produksi) x realisasi unit produksi = (296.000,00 : 312.000,00) x 316.600,00 = 300.364,10 4.2.4. Biaya Standar Sebagai Alat Perencanaan Biaya Produksi Adanya standar biaya produksi, akan memudahkan pihak manajemen dalam perencanaan biaya produksi. Pihak manajemen dapat merencanakan alokasi dana yang dibutuhkan dalam proses produksi secara tepat. Melalui data standar biaya yang ada, perusahaan dapat menyusun anggaran biaya produksi untuk tahun 2006 dengan jumlah produksi yang dianggarkan sebesar 312.000 pak per tahun dengan jam kerja standar 21.000 jam adalah sebagai berikut:
Tabel 4.17. Anggaran Biaya Produksi Berdasarkan Biaya Standar Pada Kapasitas Normal 312.000 Pak Per Tahun Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005
Keterangan Biaya Bahan Baku Langsung Tembakau Cengkeh Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead pabrik BOP Tetap BOP Variabel Total Anggaran Biaya Produksi
Unit/ Jam Kerja Langsung Standar
Biaya (Rp)
312.000,00 Pak 312.000,00 Pak 21.000,00 Jam
Total Biaya (Rp)
483,00 634,95 494,46
150.696.000,00 198.104.400,00 10.383.660,00
312.000,00 Pak 332.936.458,00 312.000,00 Pak 1.260,78
332.936.458,00 393.363.360,00 1.085.483.878,00
Sumber: Data diolah dari lampiran 1, lampiran 2, dan tabel 4.16.
Berdasarkan anggaran biaya produksi diatas, dapat diketahui bahwa biaya yang dibutuhkan oleh pihak manjemen untuk memproduksi Rokok Dua Dewi 312.000 pak per tahun adalah Rp 1.085.483.878,00. 4.2.5. Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi Biaya standar berfungsi sebagai alat pengendalian biaya produksi, terutama melalui upaya penggunaan sumber daya perusahaan secara efisien. standar biaya produksi yang ada dapat dijadikan acuan bagi perusahaan di dalam operasinya. Pengendalian yang dapat dilakukan meliputi pengendalian biaya bahan baku langsung, pengendalian biaya tenaga kerja langsung dan pengendalian biaya overhead pabrik. 4.2.5.1. Pengendalian Biaya Bahan Baku Langsung Pengendalian biaya bahan baku langsung dimaksudkan agar biaya bahan baku langsung tidak melebihi biaya yang sudah
ditetapkan. Pengendalian ini sangat penting, karena bahan baku merupakan komponen vital di dalam proses produksi. Untuk tujuan pengendalian biaya bahan baku langsung ini, penulis membandingkan biaya bahan baku langsung yang sesungguhnya terjadi dengan biaya bahan baku langsung yang dianggarkan atas dasar biaya standar. Setelah itu, penulis menggunakan
analisis
stastistical
quality
control
untuk
menentukan kriteria pemisahan varians yang diakibatkan oleh sebab-sebab random dari varians yang tidak diakibatkan oleh sebab-sebab random. Dengan cara demikian, dapat ditentukan batas-batas pengendalian yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen. Berikut ini tabel hasil perhitungan selisih biaya bahan baku langsung yang terjadi selama tahun 2005:
Dari perhitungan tabel 4.18 dan 4.19 tersebut,
dapat
diketahui bahwa bahwa kuantitas kedua bahan baku langsung selama tahun 2005 terjadi selisih yang tidak menguntungkan sebesar
Rp
13.318.200,00
untuk
tembakau,
dan
Rp
17.957.050,00 untuk cengkeh. Secara umum, terjadinya selisih kuantitas bahan baku ini disebabkan karena pengawasan terhadap pemakaian bahan baku yang rendah danstandar kuantitas bahan baku yang ditetapkan terlalu rendah. Pada tahun 2005 ini terjadi selisih harga yang tidak menguntungkan sebesar Rp 2.993.500,00 untuk tembakau, sementara itu untuk cengkeh terjadi selisih harga yang tidak menguntungkan
sebesar
Rp
2.219.680,00.
Selisih
harga
tembakau dan cengkeh yang tidak menguntungkan ini terjadi karena perusahaan menetapkan harga bahan baku yang lebih rendah, serta adanya kenaikan harga bahan baku. Adapun perhitungan batas-batas pengendalian pemakaian bahan baku dan harga bahan baku untuk tahun 2005 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.20. Perhitungan Control Limit Kuantitas Pemakaian Bahan Baku Tembakau Pada Kapasitas Normal Produksi 26.000 Pak Per Bulan (Dalam Kg) Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005 Kwartal I II III
1 300,00 515,00 860,00
Sampel ke 2 3 4 350,00 410,00 480,00 590,00 710,00 820,00 920,00 960,00 1.000,00 Jumlah
X
385,00 658,75 935,00 1.978,75
R 180,00 305,00 140,00 625,00
Sumber: Data diolah dari lampiran 7
X = 1.978,75: 3 = 659,58 R = 625,00: 3 = 208,33
UCL = 659,58 + (0,73 x 208,33) UCL = 811,67 LCL = 659,58 - (0,73 x 208,33) LCL = 507,50 Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa pemakaian bahan baku langsung tembakau dalam batas pengendalian antara 507,50 Kg - 811,67 Kg. Dengan demikian pemakaian tembakau yang perlu diselidiki adalah pemakaian pada bulan ke 1, 2, 3, 4, 8, 9, 10, 11, 12.
Tabel 4.21. Perhitungan Control Limit Harga Bahan Baku Tembakau Produk Rokok Dua Dewi Per Kg (Dalam Rupiah) Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005 Kwartal I II III
Sampel ke 1 2 3 4 22.000,00 22.000,00 21.800,00 21.500,00 21.500,00 21.200,00 21.000,00 20.000,00 20.000,00 20.000,00 21.000,00 25.000,00 Jumlah
X
21.825,00 20.925,00 21.500,00 64.250,00
R 500,00 1.500,00 5.000,00 7.000,00
Sumber: Data diolah dari lampiran 7
X = 64.250,00: 3 = 21.416,67 R = 7.000,00: 3 = 2.333,33
UCL = 21.416,67 + (0,73 x 2.333,33) UCL = 23.120,00 LCL = 21.416,67 - (0,73 x 2.333,33) LCL = 19.713,33 Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa harga bahan baku langsung tembakau dalam batas pengendalian antara Rp 19.713,33 per Kg – Rp 23.120,00 per Kg. Dengan demikian realisasi harga tembakau yang perlu diselidiki lebih lanjut adalah harga tembakau pada bulan ke 12.
Tabel 4.22. Perhitungan Control Limit Kuantitas Pemakaian Bahan Baku Cengkeh Pada Kapasitas Normal Produksi 26.000 Pak Per Bulan (Dalam Kg) Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005 Kwartal I II III
1 200,00 343,34 573,33
Sampel ke 2 3 233,34 273,34 393,33 473,33 613,33 640,00 Jumlah
4 320,00 546,67 666,67
X
256,67 439,17 623,33 1.319,17
R 120,00 203,33 93,34 416,67
Sumber: Data diolah dari lampiran 7
X = 1.319,17: 3 = 439,72 R = 416,67: 3 = 138,89
UCL = 439,72 + (0,73 x 138,89) UCL = 541,11 LCL = 439,72 - (0,73 x 138,89) LCL = 338,33 Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa pemakaian bahan baku langsung cengkeh dalam batas pengendalian antara 338,33 Kg – 541,11 Kg. Dengan demikian pemakaian tembakau yang perlu diselidiki adalah pemakaian pada bulan ke 1, 2, 3, 4, 8, 9, 10, 11, 12.
Tabel 4.23. Perhitungan Control Limit Harga Bahan Baku Cengkeh Produk Rokok Dua Dewi Per Kg (Dalam Rupiah) Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005 Kwartal I II III
Sampel ke X 1 2 3 4 40.000,00 40.800,00 42.000,00 41.500,00 41.075,00 43.000,00 43.500,00 41.600,00 40.200,00 42.075,00 40.200,00 41.500,00 42.000,00 45.000,00 42.175,00 Jumlah 125.325,00
R 1.200,00 3.300,00 4.800,00 9.300,00
Sumber: Data diolah dari lampiran 7
X = 125.325,00: 3 = 41.775,00 R = 9.300,00: 3 = 3.100,00
UCL = 41.775,00 + (0,73 x 3.100,00) UCL = 44.038,00 LCL = 41.775,00 - (0,73 x 3.100,00) LCL = 39.512,00 Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa harga bahan baku langsung cengkeh dalam batas pengendalian antara Rp 39.512,00 per Kg – Rp 44.038,00 per Kg. Dengan demikian realisasi harga cengkeh yang perlu diselidiki lebih lanjut adalah harga tembakau pada bulan ke 12. 4.2.5.2. Pengendalian Biaya Tenaga Kerja Langsung Pengendalian biaya tenaga kerja langsung dimaksudkan agar biaya bahan baku langsung tidak melebihi biaya yang sudah ditetapkan. Pengendalian ini sangat penting, karena tenaga kerja merupakan komponen vital di dalam proses produksi.
Untuk tujuan pengendalian biaya tenaga kerja langsung ini, ditetapkanlah biaya standar sebagai alat untuk melakukan pengendalian biaya dan efisiensi tenaga kerja langsung. Untuk mengevaluasi penerapan biaya standar tenaga kerja langsung di Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung, penulis membandingkan biaya bahan baku langsung yang sesungguhnya terjadi dengan biaya bahan baku langsung yang dianggarkan atas dasar biaya standar. Setelah itu, penulis menggunakan analisis stastistical quality control untuk menentukan batas-batas pengendalian manajemen (kisaran yang masih dapat diterima oleh pihak manajemen). Berikut ini tabel hasil perhitungan selisih biaya tenaga kerja langsung di Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung selama tahun 2005:
Dari tabel 4.24. tersebut, dapat diketahui bahwa selama tahun 2005 terjadi selisih efisiensi biaya tenaga kerja langsung yang menguntungkan sebesar Rp 232.979,66. Secara umum penyebab selisih biaya tenaga kerja langsung
ini adalah
penggunaan tenaga kerja yang produktif dan terampil. Pabrik Rokok Dua Dewi ini banyak menggunakan tenaga kerja yang memiliki semangat kerja tinggi dengan umur antara 17 tahun sampai 30 tahun. Aturan kerja yang tegas bagi para pekerja juga menjadikan proses produksi lebih efisien. Setiap hari ada mandor yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan terhadap proses produksi para tenaga kerja. Adapun perhitungan batas-batas pengendalian pemakaian tenaga kerja langsung untuk tahun 2005 adalah sebagai berikut: Tabel 4.25. Perhitungan Control Limit Realisasi Pemakaian Jam Kerja Langsung Pada Kapasitas Normal Produksi 26.000 Pak Per Bulan (Dalam Jam) Pabrik Rokok Dua Dewi Tahun 2005 Kwartal I II III
Sampel ke 1 2 3 4 555,00 795,00 1.195,00 1.195,00 1.593,00 1.593,00 1.993,00 1.993,00 1.993,00 2.393,00 2.393,00 3.145,00 Jumlah
Sumber: Data diolah dari lampiran 4
X = 5.141,50 : 3 = 1.713,83 R = 2.192,00 : 3 = 730,67
UCL = 1.713,83 + (0,73 x 730,67)
X
867,50 1.793,00 2.481,00 5.141,50
R 640,00 400,00 1.152,00 2.192,00
UCL = 2.247,22 LCL = 1.713,83 - (0,73 x 730,67) LCL = 1.180,44 Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa batas pengendalian pemakaian jam kerja langsung untuk memproduksi Rokok Dua Dewi per 26.000 pak adalah antara 1.180,44 jam 2.247,22 jam. Dengan demikian penyimpangan biaya tenaga kerja langsung yang perlu diselidiki adalah bulan ke 1, 2, 10, 11, dan 12. 4.2.5.3. Pengendalian Biaya Overhead Pabrik Pengendalian biaya overhead pabrik digunakan untuk meminimalkan penyimpangan yang terjadi. Dengan adanya standar biaya overhead pabrik, biaya overhead tetap dan biaya overhead variabel dibedakan, sehingga dapat diketahui penyebab penyimpangan yang terjadi. Apakah penyimpangan biaya overhead yang terjadi disebabkan oleh biaya tetap per unit produksi yang lebih tinggi (karena volume produksi yang lebih rendah), atau disebabkan oleh besarnya biaya yang timbul dari standar yang telah ditetapkan. Penulis membandingkan antara biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dengan biaya overhead pabrik yang dianggarkan atas dasar biaya overhead pabrik yang telah ditetapkan. Dari data realisasi biaya overhead pabrik, kemudian
dibuat analisis stastistical quality control untuk menentukan batas-batas pengendalian manajemen (kisaran yang masih dapat diterima oleh pihak manajemen). Adapun analisis dan perhitungan selisih biaya overhead Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung tahun 2005 dapat dilihat sebagai berikut (analisis dua varians): 1. Selisih Terkendali BOP sesungguhnya: BOP tetap:
Rp 774.394.000,00 Rp 332.936.458,00
BOP variabel: = Unit produksi standar x tarif BOP variabel standar = 300,364.10 x 1,260.78 = Rp 378.693.050,00 BOP standar:
Rp 711.629.508,00
Selisih terkendali:
Rp 62.764.492,00 (tidak menguntungkan)
2. Selisih Volume BOP tetap:
Rp 332.936.458,00
BOP variabel: = Unit produksi standar x tarif BOP variabel standar = 300,364.10 x 1,260.78 = Rp 378.693.050,00 BOP standar: BOP yang dibebankan: = Unit produksi standar x tarif BOP
Rp 711.629.508,00
= (300.364,10 x 2.327,88) =
Rp 699.211.581,11 Rp 12.417.926,89 (tidak menguntungkan)
Dari perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa selama tahun 2005 telah terjadi selisih terkendali yang tidak menguntungkan sebesar
Rp
62.764.492,00
dan
selisih
volume
tidak
menguntungkan sebesar Rp 12.417.926,89. Selisih terkendali tersebut disebabkan karena pengeluaran-pengeluaran biaya overhead pabrik yang kurang dapat dikendalikan oleh pihak manajemen.
Sedangkan
selisih
volume
yang
tidak
menguntungkan disebabkan karena unit yang diproduksi oleh perusahaan pada tahun 2005 diatas yang diperkirakan oleh perusahaan. Adapun perhitungan batas-batas pengendalian realisasi biaya overhead pabrik untuk tahun 2005 adalah sebagai berikut: Tabel 4.26. Perhitungan Control Limit Realisasi Biaya Overhead Pada Kapasitas Normal Produksi 26.000 Pak (Dalam Rupiah) Pabrik Rokok Dua Dewi Tahun 2005 Kwartal
Sampel ke
I II III
1 2 3 4 40.413.650,00 46.886.750,00 51.769.900,00 55.714.450,00 59.509.250,00 62.530.500,00 67.921.650,00 70.999.900,00 75.587.550,00 77.115.150,00 81.096.600,00 84.848.650,00 Jumlah
Sumber: Lampiran 6
X
R
48.696.187,50 15.300.800,00 65.240.325,00 11.490.650,00 79.661.987,50 9.261.100,00 193.598.500,00 36.052.550,00
X = 193.598.500,00 : 3 = 64.532.833,33 R = 36.052.550,00 : 3 = 12.017.516,67
UCL = 64.532.833,33 + (0,73 x 12.017.516,67) UCL = 73.305.620,50 LCL = 64.532.833,33 - (0,73 x 12.017.516,67) LCL = 55.760.046,17 Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa batas pengendalian
realisasi
biaya
overhead
pabrik
untuk
memproduksi Rokok Dua Dewi per 26.000 pak adalah antara Rp 55.760.046,17
–
Rp73.305.620,50.
Dengan
demikian
penyimpangan biaya overhead pabrik yang perlu
diselidiki
adalah bulan ke 1, 2, 3, 4, 9, 10,11, dan 12.
4.3. Diskusi Hasil Penerapan biaya standar sebagai alat perencanaan dan pengendalian biaya produksi di Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung dapat memberikan keuntungan untuk menilai prestasi kerja dari berbagai bagian di dalam Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung. Melalui analisis varians dapat diketahui bagian mana saja yang telah bekerja sesuai dengan standar Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung, dan bagian mana yang tidak bekerja sesuai dengan standar Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung. Namun penerapan biaya standar di Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung juga mempunyai kelemahan, yaitu: biaya
standar hanya dipakai sebagai simbol bagi penilaian kinerja, tanpa ada usaha untuk menindak lanjutinya. Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung seharusnya bisa memanfaatkan secara maksimal penerapan biaya standarnya. Apabila terjadi selisih sebaiknya pihak manajemen perusahaan segera mengadakan tindakan koreksi mengenai sebab-sebab terjadinya selisih, siapa yang harus bertanggung jawab, dan menindak lanjuti selisih tersebut. Dengan demikian diharapkan Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung dapat memperbaiki kinerjanya di masa depan. Dengan adanya perbaikan kinerja ini maka Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung akan mampu mencapai tujuannya melalui perencanaan dan pengendalian biaya produksi. Contohnya: dari hasil pemeriksaan diungkapkan bahwa salah satu penyebab varians pemakaian bahan baku yang tidak menguntungkan adalah tindakan bagian produksi yang telah membuang 100 kg campuran bahan baku langsung (tembakau dan cengkeh) karena rasa yang buruk. Telah terjadi kesalahan pengaturan dalam proses pencampuran bahan baku langsung. Jika pengaturan ini diperbaiki maka masalah yang serupa tidak akan terjadi lagi di masa mendatang. Sebaliknya jika hal ini dibiarkan saja, maka akan timbul masalah sehubungan dengan pemakaian bahan baku langsung. Hal ini akan berakibat pada peningkatan biaya produksi untuk membuat Rokok Dua Dewi.
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, hasil pengamatan, serta analisis yang telah dilakukan oleh penulis selama melaksanakan penelitian di Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Prosedur anggaran telah diterapkan sebagai alat untuk merencanakan dan mengendalikan biaya produksi di Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung. Untuk kuantitas dan harga bahan baku langsung serta tenaga kerja langsung telah ditetapkan standarnya. Namun untuk biaya overhead pabrik di Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung ini belum ditetapkan standarnya. Meskipun demikian, Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung telah menyusun anggaran biaya overhead pabrik yang didasarkan pada data historis tahun lalu ditambah taksiran-taksiran perubahan pada tahun yang akan datang. 2. Perencanaan dan pengendalian biaya produksi dengan menggunakan biaya standar dinilai sangat membantu perusahaan dalam menyusun anggaran di Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung. Dalam fungsinya sebagai alat perencanaan, biaya standar dapat digunakan untuk mengetahui berapa biaya produksi yang seharusnya dikeluarkan untuk suatu proses produksi (standar), serta biaya sesunggunya (aktual). Sebagai alat pengendalian,
biaya standar berfungsi untuk membandingkan biaya yang distandarkan dengan biaya aktual untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi. Setelah penyimpangan diketahui, tahap selanjutnya adalah mengevaluasi penyebab terjadinya penyimpangan serta pihak yang harus bertanggungjawab atas terjadinya penyimpangan tersebut. 3. Analisis varians bermanfaat untuk mendeteksi penyimpangan yang terjadi atas standar yang telah ditetapkan. Baik varians yang menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis statistical quality control untuk mengetahui apakah varians yang terjadi perlu diselidiki lebih lanjut atau tidak. Malalui analisis statistical quality control, manajer dapat menentukan varians mana yang signifikan dan dapat menetapkan kisaran mana yang dapat diterima. Kisaran yang dapat diterima merupakan standar plus atau minus dari deviasi (penyimpangan)yang dapat diterima. Varians harus berjumlah cukup besar dan disebabkan oleh sesuatu di luar faktor acak untuk menjustifikasi biaya pemeriksaan dan tindakan perbaikan. 4. Selama tahun 2005 telah terjadi: a.
Selisih kuantitas bahan baku langsung dari kedua pemakaian kuantitas bahan baku langsung. Untuk tembakau terdapat selisih yang tidak menguntungkan sebesar Rp 13.318.200,00. Sedangkan untuk cengkeh terdapat selisih yang tidak menguntungkan sebesar Rp 17.957.050,00. Sementara itu, untuk realisasi harga terjadi selisih harga yang tidak menguntungkan sebesar Rp 2.993.500,00 untuk tembakau, dan selisih
harga yang tidak menguntungkan sebesar Rp 2.219.680,00 untuk cengkeh. b.
Selisih efisiensi jam kerja langsung yang menguntungkan sebesar Rp 232.979,66. Sementara itu, tidak terjadi selisih tarif upah tenaga kerja langsung karena upah yang dibayarkan telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
c.
Terjadi selisih BOP terkendali yang tidak menguntungkan sebesar Rp 62.764.492,00 dan selisih volume yang tidak menguntungkan sebesar Rp 12.417.926,89.
5. Melalui analisis statistical quality control dapat diketahui bahwa: a.
Pemakaian bahan baku langsung berada dalam batas pengendalian antara 507,50 Kg - 811,67 Kg untuk tembakau, dan antara 338,33 Kg – 541,11 Kg untuk cengkeh. Sementara itu, untuk harga bahan baku langsung berada dalam batas pengendalian antara Rp 19.713,33 per Kg – Rp 23.120,00 per Kg untuk tembakau, dan antara Rp 39.512,00 per Kg – Rp 44.038,00 per Kg untuk cengkeh.
b.
Batas pengendalian untuk pemakaian jam kerja langsung dalam memproduksi Rokok Dua Dewi per 26.000 pak adalah antara 1.180,44 jam – 2.247,22 jam.
c.
Batas pengendalian untuk biaya overhead pabrik adalah antara Rp 55.760.046,17 – Rp 73.305.620,50 per bulan.
5.2. Saran Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan bagi Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung ini, antara lain: 1. Dalam perencanaan dan pengendalian biaya produksi, Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung hendaknya menggunakan biaya standar untuk mengetahui penyimpangan biaya produksi yang terjadi. Dengan mengetahui penyimpangan biaya yang terjadi, selanjutnya Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung dapat menilai prestasi kerja karyawannya, serta menyelidiki penyimpangan yang terjadi (penyimpangan diluar kisaran yang dapat diterima). 2. Pengendalian terhadap pemakaian bahan baku langsung perlu untuk ditingkatkan lagi. Dalam hal pemakaian bahan baku, Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung hendaknya meneliti kembali standar yang telah ditetapkan. Perusahaan seharusnya lebih memfokuskan perhatian pada kenaikan jumlah kuantitas yang produksi yang jumlahnya melampaui standar yang ada. Sedangkan untuk harga bahan baku langsung, hendaknya Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung memeriksa kembali kebijakan penetapan harga bahan bakunya. 3. Pengendalian terhadap penggunaan jam kerja langsung untuk memproduksi Rokok Dua Dewi sebaiknya terus dipertahankan karena masih berada di dalam batas pengendalian. 4. Pengendalian terhadap biaya overhead pabrik perlu untuk ditingkatkan lagi. Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung hendaknya meneliti kembali
anggaran biaya overhead pabriknya dengan memperhatikan adanya kenaikan jumlah produksi Rokok Dua Dewi, serta melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap biaya overhead pabriknya. 5. Hasil analisis varians (baik yang menguntungkan atau yang tidak menguntungkan) bukan merupakan hasil akhir untuk menilai prestasi perusahaan, namun melalui hasil yang diperoleh tersebut, Pabrik Rokok Dua Dewi dapat menyelidiki penyimpangan yang terjadi. Untuk mengevaluasi penyimpangan terhadap biaya produksi yang terjadi, Pabrik Rokok Dua Dewi dapat menggunakan analisis statistical quality control. Sebagai petunjuk umum, Pabrik Rokok Dua Dewi seharusnya hanya memeriksa varians yang muncul diluar kisaran yang dapat diterima. Varians harus berjumlah cukup besar dan disebabkan oleh sesuatu di luar faktor acak untuk menjustifikasi biaya pemeriksaan dan tindakan perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA 1. Buku Garrison, Ray dan Noreen, Eric, 2000, Akuntansi Manajerial, (Terjemahan), Totok Budisantoso, Salemba Empat, Jakarta. Hansen, Don dan Mowen, Maryanne, 2001, Manajemen Biaya, (Terjemahan), Totok Budisantoso, Salemba Empat, Jakarta. Hansen, Don dan Mowen, Maryanne, 2004, Akuntansi Manajemen, (Terjemahan), Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary, Salemba Empat, Jakarta. Horngren, Charles, dan Foster, George, 1994, Akuntansi Biaya Suatu Pendekatan Manajerial, (Terjemahan), Marianus Sinaga, Erlangga, Jakarta. Indriantoro Nur dan Bambang Supomo, 2000, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama BPFE, Yogyakarta. Montgomery, Douglas, 1990, Pengantar Pengendalian Kualitas Statistic, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Mulyadi, 1991, Akuntansi Biaya, Edisi Kelima STIE YKPN, Yogyakarta. Nawawi Hadari, 1983, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Prayitno Djojopawiro, 1982, Akunting Biaya, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Sekaran, Uma, 1992, Research Method for Business: A Skill Bulding Approach, Second Edition, New York John Willey A. Sons Inc, U.S.A. Sulastiningsih dan Zulkifli, 1999, Akuntansi Biaya Dilengkapi Dengan Isu Kontemporer, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Supriyono, 1986, Akuntansi Biaya Perencanaan Dan Pengendalian Biaya, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta. Tisnawati Ernie dan Kurniawan Saefullah, 2005, Pengantar Manajemen, Edisi Pertama, Kencana Jakarta. Widayat dan Amirullah, 2002, Riset Bisnis, Edisi Pertama, Graha Ilmu Yogyakarta.
2. Skripsi Retna, 2000, Penentuan Biaya Standar Pada Usaha Kompor Di Malang. Skripsi (S1), Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang. Kurniasari, 2003, Analisis Selisih Biaya Factory Overhead (FOH) Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi Pada PT. Kebon Agung Malang. Skripsi (S1), Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammmadiyah Malang. Ocktavianingsih, 2000, Analisa Biaya Standar Sebagai Alat Pengendali Biaya Overhead Pabrik. Skripsi (S1), Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang. Rachmawati, 2006, Analisa Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Overhead Pabrik. Skripsi (S1), Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang. Setiawan, 2004, Peranan Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi Dalam Pencapaian Usaha Efisiensi Pada P.T. Thohira Bandung. Skripsi (S1), Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.
3. Jurnal Cheatham, Carole B., dan Cheatham, Leo R., 1996, “Redesigning Cost Systems: Is Standard Costing Obsolete?” Accounting Horizon. Vol. 10. No. 4 December. Cohen, Jeffrey R. dan Paquette Laurence, 1991, “Management Accounting Practices: Perceptions of Controllers”, Journal of Cost Management Vol. 5. No. 3. Dutta, Soumitra dan Manzoni, Jean-Francois, 1999, Process Reengineering, Organizational Change and Performance Improvement. Gaumnitz, Bruce R. dan Kollaritsch, Felix P., 1991, “Manufacturing Cost Variances: Current Practice and Trends”, Journal of Cost Management Vol 5. No. 1 Inoue, Shin’ichi, 1988, “Comparative Studies of Recent Development of Cost Management Problem in U.S.A., Canada and Japan“, Research Paper No. 29.
4. Internet
Anonim, tanpa tahun, Standard % 20 Costing (http:// www.business.uiuc.edu/doogar/accy403msfa01review2.pdf#search=’standard%2 0costing.pdf. diakses 7 nopember 2006). Anonim, tanpa tahun, Standard Costing, Method of Costing Identified in Budget (http://www.business.enotes.com/business_finance_encyclopedia/standardcosting . diakses 6 Nopember 2006). Anonim, 2001, “Planning and Control: Standard Costing” (http://www. Bath.ac.UK/~mnsipc/man 069/Ans_store/Chapter 16.pdf. diakses 6 Nopember 2006).
Lampiran 1. Standar Biaya Bahan Baku Pembuat Rokok Dua Dewi (Per Pak) Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005 Jenis Bahan Tembakau Cengkeh Total
Kuatitas (Kg) 0,0230 0,0153 0,0383
Sumber: Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung
Harga (Rp) 21.000,00 41.500,00 61.500,00
Biaya Produksi (Rp) 483,00 634,95 1.117,95
Lampiran 2. Standar Biaya Tenaga Kerja Langsung Pembuat Rokok Dua Dewi Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005 Standar Biaya Tenaga Kerja Langsung Pada Kapasitas Normal 26.000 Pak Per Bulan (312.000 Per Tahun) Jenis
Unit Produksi
Standar
Produk
(Pak)
Waktu (Jam)
Rokok Dua
312.000
21.000
1
0,0673
Dewi
Sumber: Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung
Tarif Upah
Biaya Produksi (Rp)
494,46 per pak
10.383.660,00 33,28
Lampiran 3. Anggaran Produksi Dan Realisasi Produksi Rokok Dua Dewi Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Total
Anggaran Produksi (Pak) 11.000,00 13.000,00 15.000,00 17.000,00 19.000,00 21.000,00 23.000,00 27.000,00 31.500,00 36.000,00 40.500,00 42.000,00 296.000,00
Sumber: Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung
Realisasi Produksi (Pak) 12.000,00 14.000,00 16.400,00 19.200,00 20.600,00 23.600,00 28.400,00 32.800,00 34.400,00 36.800,00 38.400,00 40.000,00 316.600,00
Lampiran 4. Realisasi Jam Tenaga Kerja Langsung Dan Biaya Tenaga Kerja Langsung Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Total
Realisasi Jam Tenaga Kerja Langsung (Jam) 555,00 795,00 1.195,00 1.195,00 1.593,00 1.593,00 1.993,00 1.993,00 1.993,00 2.393,00 2.393,00 3.145,00 20.836,00
Sumber: Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung
Realisasi Biaya Tenaga Kerja Langsung (Rp) 8.126.000,00 7.897.000,00 8.972.200,00 8.851.600,00 12.240.500,00 12.297.800,00 12.948.200,00 13.894.400,00 13.761.200,00 14.086.400,00 14.303.200,00 14.520.000,00 141.898.500,00
Lampiran 5. Anggaran Biaya Overhead Pabrik Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005
Uraian Bahan Pembantu Bahan Bakar Biaya Overhead Pabrik Utility Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Biaya Overhead Pabrik Pemeliharaan Aktiva Tetap Beban Sosial Biaya Penyusutan Biaya Kantor Biaya Lain-lain Total Sumber: Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung
Anggaran Biaya Overhead Pabrik (Rp) 150.000.000,00 119.500.000,00 42.800.000,00 300.000.000,00 35.500.000,00 30.000.000,00 25.500.000,00 18.000.000,00 5.000.000,00 726.300.000,00
Lampiran 7. Realisasi Biaya Bahan Baku Langsung Rokok Dua Dewi Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Total
Tembakau Kuantitas (Kg) Jumlah (Rp) 300,00 6.600.000,00 350,00 7.700.000,00 410,00 8.938.000,00 480,00 10.320.000,00 515,00 11.072.500,00 590,00 12.508.000,00 710,00 14.910.000,00 820,00 16.400.000,00 860,00 17.200.000,00 920,00 18.400.000,00 960,00 20.160.000,00 1.000,00 25.000.000,00 7.915,00 169.208.500,00
Sumber: Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung
Cengkeh Kuantitas (Kg) Jumlah (Rp) 200,00 8.000.000,00 233,34 9.520.272,00 273,34 11.480.280,00 320,00 13.280.000,00 343,34 14.763.620,00 393,33 17.109.855,00 473,33 19.690.528,00 546,67 21.976.134,00 573,33 23.047.866,00 613,33 25.453.195,00 640,00 26.880.000,00 666,67 30.000.150,00 5.276,68 221.201.900,00
Lampiran 6 Realisasi Biaya Overhead Pabrik Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005 Bulan
Total Biaya Overhead Pabrik (Rp)
Bahan Pembantu (Rp)
Bahan bakar (Rp)
Biaya Overhead Pabrik Utility (Rp)
Biaya Overhead Pabrik Biaya Tenaga Biaya Kerja pemeliharaan Tak Langsung aktiva tetap (Rp) (Rp)
Beban Sosial (Rp)
Biaya Penyusutan (Rp)
Biaya kantor (Rp)
Biaya Lain-lain (Rp)
1.
40.413.650,00
10.000.250,00
4.525.100,00
2.696.200,00
15.600.000,00
2.025.600,00
2.500.000,00
2.125.000,00
700.500,00
241.000,00
2.
46.886.750,00
11.050.000,00
5.633.000,00
2.698.100,00
18.600.000,00
3.028.350,00
2.500.000,00
2.125.000,00
910.800,00
341.500,00
3.
51.769.900,00
11.830.050,00
7.641.050,00
2.695.200,00
20.600.000,00
3.053.400,00
2.500.000,00
2.125.000,00
1.080.100,00
245.00,00
4.
55.714.450,00
11.970.050,00
8.795.000,00
3.555.100,00
22.200.000,00
3.101.000,00
2.500.000,00
2.125.000,00
1.222.000,00
246.300,00
5.
59.509.250,00
12.025.000,00
9.910.000,00
3.791.250,00
24.200.000,00
3.100.900,00
2.500.000,00
2.125.000,00
1.462.100,00
395.000,00
6.
62.530.500,00
13.170.500,00
8.741.000,00
3.881.750,00
26.920.000,00
3.254.000,00
2.500.000,00
2.125.000,00
1.541.000,00
397.250,00
7.
67.921.650,00
14.300.100,00
10.810.500,00
3.797.000,00
28.920.000,00
3.298.200,00
2.500.000,00
2.125.000,00
1.671.350,00
499.500,00
8.
70.999.900,00
15.410.500,00
10.831.000,00
3.998.000,00
30.500.000,00
3,401.300,00
2.500.000,00
2.125.000,00
1.692.850,00
541.250,00
9.
75.587.550,00
16.633.400,00
11.849.050,00
4.150.500,00
32.600.000,00
3.491.300,00
2.500.000,00
2.125.000,00
1.715.200,00
523.100,00
10.
77.115.150,00
17.891.000,00
11.610.500,00
4.600.000,00
32.600.000,00
3.402.800,00
2.500.000,00
2.125.000,00
1.821.650,00
564.200,00
11.
81.096.600,00
19.150.050,00
12.825.050,00
4.569.200,00
33.800.000,00
3.650.000,00
2.500.000,00
2.125.000,00
1.911.700,00
565.600,00
12.
84.848.650,00
20.152.000,00
13.991.000,00
4.927.050,00
34.800.000,00
3.728.300,00
2.500.000,00
2.125.000,00
1.954.300,00
671.000,00
Total
774.394.000,00
173.582.900,00
117.162.250,00
45.359.350,00
321.340.000,00
38.535.150,00
30.000.000,00
25.500.000,00
17.683.550,00
5.230.800,00
Sumber: Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung
Tabel 4.18. Analisa Selisih Bahan Baku Tembakau Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2006 Realisasi Standar Realisasi Pemakaian Selisih Pemakaian Produksi Bahan Baku Bahan Baku Kuantitas Bulan (Kg) (Kg) (Kg) (Pak) (1) (2) (3) (4) (5 = 4-3) 1. 12.000,00 300,00 276,00 (24,00) 2. 14.000,00 350,00 322,00 (28,00) 3. 16.400,00 410,00 377,20 (32,80) 4. 19.200,00 480,00 441,60 (38,40) 5. 20.600,00 515,00 473,80 (41,20) 6. 23.600,00 590,00 542,80 (47,20) 7. 28.400,00 710,00 652,20 (57,80) 8. 32.800,00 820,00 754,40 (65,60) 9. 34.400,00 860,00 791,20 (68,80) 10. 36.800,00 920,00 846,40 (73,60) 11. 38.400,00 960,00 883,20 (76,80) 12. 40.000,00 1.000,00 920,00 (80,00) Total 316.600,00 7.915,00 7.280,80 (634,20) Sumber: Data diolah dari lampiran 1, lampiran 3, dan lampiran 7
Jumlah Selisih Kuantitas F/(UF) (6) (504.000,00) (588.000,00) (688.800,00) (806.400,00) (865.200,00) (991.200,00) (1.213.800,00) (1.377.600,00) (1.444.800,00) (1.545.600,00) (1.612.800,00) (1.680.000,00) (13.318.200,00)
Realisasi Biaya Bahan Baku (Rp) (7) 6.600.000,00 7.700.000,00 8.938.000,00 10.320.000,00 11.072.500,00 12.508.000,00 14.910.000,00 16.400.000,00 17.200.000,00 18.400.000,00 20.160.000,00 25.000.000,00 169.208.500,00
Biaya Bahan Berdasar Harga Standar (8) 6.300.000,00 7.350.000,00 8.610.000,00 10.080.000,00 10.815.000,00 12.390.000,00 14.910.000,00 17.220.000,00 18.060.000,00 19.320.000,00 20.160.000,00 21.000.000,00 166.215.000,00
Selisih Harga Bahan Baku F/ (UF) (9 = 8-7) (300.000,00) (350.000,00) (328.000,00) (240.000,00) (257.500,00) (118.000,00) 0,00 820.000,00 860.000,00 920.000,00 0,00 (4.000.000,00) (2.993.500,00)
Total Selisih Bahan Baku F/ (UF) (10 = 6+9) (804.000,00) (938.000,00) (1.016.800,00) (1.046.400,00) (1.122.700,00) (1.109.200,00) (1.213.800,00) (557.600,00) (584.800,00) (625.600,00) (1.612.800,00) (5.680.000,00) (16.311.700,00)
Tabel 4.19. Analisis Selisih Bahan Baku Cengkeh Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005 Realisasi Standar Jumlah Realisasi Selisih Selisih Pemakaian Pemakaian Kuantitas Bahan Bahan Baku Kuantitas Produksi Bulan (Kg) F/(UF) (Pak) Baku (Kg) (Kg) (2) (4) (5 = 4-3) (6) (1) (3) 1. 12.000,00 200,00 183,60 (16,40) (680.600,00) 2. 14.000,00 233,34 214,20 (19,14) (794.310,00) 3. 16.400,00 273,34 250,92 (22,42) (930.430,00) 4. 19.200,00 320,00 293,76 (26,24) (1.088.960,00) 5. 20.600,00 343,34 315,18 (28,16) (1.168.640,00) 6. 23.600,00 393,33 361,08 (32,25) (1.338.375,00) 7. 28.400,00 473,33 434,52 (38,81) (1.610.615,00) 8. 32.800,00 546,67 501,84 (44,83) (1.860.445,00) 9. 34.400,00 573,33 526,32 (47,01) (1.950.915,00) 10. 36.800,00 613,33 563,04 (50,29) (2.087.035,00) 11. 38.400,00 640,00 587,52 (52,48) (2.177.920,00) 12. 40.000,00 666,67 612,00 (54,67) (2.268.805,00) Total 316.600,00 5.276,68 4.843,99 (432,70) (17.957.050,00) Sumber: Data diolah dari lampiran 1, lampiran 3, dan lampiran 7
Realisasi Biaya Bahan Baku (Rp) (7) 8.000.000,00 9.520.272,00 11.480.280,00 13.280.000,00 14.763.620,00 17.109.855,00 19.690.528,00 21.976.134,00 23.047.866,00 25.453.195,00 26.880.000,00 30.000.150,00 221.201.900,00
Biaya Bahan Berdasar Harga Standar (8) 8.300.000,00 9.683.610,00 11.343.610,00 13.280.000,00 14.248.610,00 16.323.195,00 19.643.195,00 22.686.805,00 23.793.195,00 25.453.195,00 26.560.000,00 27.666.805,00 218.982.220,00
Selisih Harga Bahan Baku F/ (UF) (9 = 8-7) 300.000,00 163.338,00 (136.670,00) 0,00 (515.010,00) (786.660,00) (47.333,00) 710.671,00 745.329,00 0,00 (320.000,00) (2.333.345,00) (2.219.680,00)
Total Selisih Bahan Baku F/ (UF) (10 = 6+9) (380.600,00) (630.972,00) (1.067.100,00) (1.088.960,00) (1.683.650,00) (2.125.035,00) (1.657.948,00) (1.149.774,00) (1.205.586,00) (2.087.035,00) (2.497.920,00) (4.602.150,00) (20.176.730,00)
Tabel 4.24. Analisis Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung Tahun 2005
Bulan (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Total
Realisasi Realisasi Produksi Pemakaian JKL (Pak) (Jam) (2) (3) 12.000,00 555,00 14.000,00 795,00 16.400,00 1.195,00 19.200,00 1.195,00 20.600,00 1.593,00 23.600,00 1.593,00 28.400,00 1.993,00 32.800,00 1.993,00 34.400,00 1.993,00 36.800,00 2.393,00 38.400,00 2.393,00 40.000,00 3.145,00 316.600,00 20.836,00
Standar Pemakaian Jam Kerja Langsung (Jam) (4) 807,60 942,20 1.103,72 1.292,16 1.386,38 1.588,28 1.911,32 2.207,44 2.315,12 2.476,64 2.584,32 2.692,00 21.307,18
Sumber: Data diolah dari lampiran 2, lampiran 3, dan lampiran 4
Selisih Efisiensi (Jam) (5 = 4-3) 252,60 147,20 (91,28) 97,16 (206,62) (4,72) (81,68) 214,44 322,12 83,64 191,32 (453) 471,18
Tarif Upah Standar (Rp) (6) 494,46 494,46 494,46 494,46 494,46 494,46 494,46 494,46 494,46 494,46 494,46 494,46
Jumlah Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung F/UF (7 = 5 x 6) 124.900,60 72.784,51 (45.134,31) 48.041,73 (102.165,33) (2.333,85) (40.387,49) 106.032,00 159.275,46 41.356,63 94.600,09 (223.990,38) 232.979,66