Penentuan Kualitas Air di Danau Kelapa Gading Kelurahan Kisaran Naga Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara. ( Determination of Water Quality in Lake Kelapa Gading in Kisaran Naga, Asahan District, North Sumatera) 1
Nathasya Zaharuddin, 2Hesti Wahyuningsih, 2Ahmad Muhtadi
1
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155, email:
[email protected] 2 Staff Pengajar Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155 3 Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155
ABSTRACT Lake Kelapa Gading is an artificial lake located in Kisaran Naga district, Asahan. Through the time, Lake Kelapa Gading has been used not only as a rain shelter, but also as a tourism place and floating fish cage. The purpose of this study was to determine the status of water quality of Lake Kelapa Gading. This research used Purposive Random Sampling method by selecting five activity-based-stations on Lake Kelapa Gading. Data were analyzed by using Storet Method and Pollution Index. Water sampling is done by using a modified Van Dorn Water Sampler. The measured parameters were Physics (temperature, TSS, Brightness and conductivity), Chemistry (DO, pH, BOD, COD, Nitrate and Phosphate) and Biology (total coliform). The result of water quality status using Storet Method, based on standard class II and III, scored -30 and -7 of each. The status of water quality using pollution index method, based on class II and III, scored 2.75 and 1.53 of each. Based on the Storet Method, the status of water quality of Lake Kelapa Gading was medium-polluted, while based on the pollution index, it was low-polluted. Keywords : Kisaran, Lake, Pollution, Water Quality.
PENDAHULUAN Danau merupakan perairan berbentuk cekungan berisi air yang dikelilingi oleh daratan baik terbentuk secara alami maupun buatan. Danau mempunyai fungsi sebagai bahan baku air minum, keramba maupun untuk aktifitas lainnya seperti ekowisata dan lain-lain. Maanfaatan lainnya juga sebagai penampung air hujan dan sumber air saat musim kemarau. Danau Kelapa Gading terletak di Kota Kisaran Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara dikelilingi oleh Perumahan, wisata, serta aktivitas masyarakat lainnya seperti keramba jaring apung. Aktivitas yang terjadi disekitar danau kelapa Gading dapat mempengaruhi Kualitas Perairan danau tersebut. Danau Kelapa Gading ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomi. Fungsi ekologis dan sebagai habibat
oraganisme seperti ikan dan tempat penampung air hujan. Fungsi ekonomi Danau Kelapa Gading sebagai tempat wisata. Aktivitas yang terjadi di perairan danau maupun di sekitar danau mempengaruhi kualitas perairan danau dan dapat menyebabkan pencemaran perairan. Pencemaran merupakan kegiatan yang dapat mempengaruhi kualitas perairan. Pencemaran air menurut PP No: 82 Tahun 2001 adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Peruntukan adalah fungsi utama danau yang tidak sesuai dengan kualitas air dikarenakan faktor fisika, faktor kimia, dan faktor biologi tidak sesuai dengan baku mutu yang ada. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001, baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemaran yang di tenggang keberadaannya di dalam air. Kriteria mutu air dan penentuan kelas terdiri dari kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Penentuan status kualitas air dapat ditentukan berdasarkan parameter fisika, kimia, dan biologi. Parameter fisika terdiri dari suhu, kecerahan, kekeruhan dan konduktivitas. Parameter Kimia terdiri dari DO, BOD, COD, pH, nitrat, dan fosfat. Parameter biologi dapat dilihat dengan jumlah total coliform yang ada diperairan danau. Maka dari itu diperlukan suatu kajian tentang analisis kualitas air yang dapat menetukan perairan Danau Kelapa Gading Kota Kisaran Kabupaten Asahan Sumatera Utara tercemar atau tidak.
METODE PENELITIAN Penelitian ini akan di laksanakan pada bulan Februari 2016 sampai April2016 di perairan Danau Kelapa Gading Kota Kisaran Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara. Sampel air yang diidentifikasi dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas 1 Medan dan Riset dan Standardisasi Industri Medan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah termometer, GPS (Global positioning System), pH meter, botol sampel air, Secchi disk, botol sampel BOD5, botol Winkler 250 ml, labu Erlenmeyer, pipet tetes, alat yang sejenis Van Dorn Water Sampler, kertas label,coolbox, alat tulis dan kamera digital. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air danau Kelapa Gading dan bahan kimia untuk titrasi MnSO4, KOH-KI, H2SO4 dan Na2S2O3 dan amilum. Lokasi pengambilan sampel berada di perairan Danau Kelapa Gading Kota Kisaran Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang memiliki luas 1,19 ha (Ridoan., dkk, 2016). Di danau ini terdapat berbagai aktivitas masyarakat, seperti perumahan, Kegiatan wisata dan lain-lain.Lokasi penelitian di Danau Kelapa Gading dapat dilihat pada Gambar1.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian. Prosedur Penelitian Metode yang digunakan dalam menentukan lokasi/stasiun penelitian adalah Purpossive Random Sampling yaitu dengan cara memilih 5 (lima) stasiun penelitian berdasarkan rona lingkungan yang dianggap sesuai dengan tujuan penelitian. Pengambilan sampel air dilakukan menggunakan alat yang sejenis Van Dorn Water Sampler. Parameter fisika dan parameter kimia dilakukan melalu cara in situ yaitu pengukuran secara langsung data di lokasi penelitian dan cara ex situ yaitu hasil sampel merupakan data hasil laboratorium. Pengukuran Parameter Fisika, Kimia dan Biologi Perairan Pengukuran Faktor Fisika Perairan 1. Suhu Pengukuran suhu air dilakukan dengan menggunakan alat termometer. Termometer dimasukkan ke dalam air sampel selama lebih kurang 10 menit. Kemudian dibaca skala pada termometer tersebut. Pengukuran suhu air dilakukan setiap pengamatan dilapangan. 2. Total Suspended Solid (TSS) Total Suspended Solid (TSS) diukur dengan mengambil sampel air danau sebanyak 1 liter kedalam botol sampel. Setelah itu di awetkan dengan pendinginan menggunakan es. Sampel air dibawa ke Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas 1 Medan untuk dianalisis.
3. Kecerahan Pengukuran kecerahan air dilakukan dengan menggunakan alat sechi disc. Sechi disc dimasukkan perlahan kedalam perairan sampai tidak terlihat lagi, lalu catat berapa meter panjang tali ketika sechi disc mulai tidak terlihat lagi. Setelah itu masukkan kembali sechi disc kedalam perairan sampai benar-benar tidak terlihat dan kemudian ditarik keatas dengan perlahan sampai sechi disc mulai terlihat, lalu catat berapa panjang tali tersebut. Setelah itu buat rata-rata dari panjang tali yang telah diukur tadi. Pengukuran kecerahan dilakukan setiap pengamatan lapangan. 4. Konduktivitas Konduktivitas diukur dengan mengambil sampel air danau sebanyak 1 liter kedalam botol sampel. Setelah itu diawetkan dengan pendinginan menggunakan es. Sampel air dibawa ke BTKLPP Kelas 1 Medan untuk dianalisis. Pengukuran Faktor Kimia Perairan 1. pH Air Pengukuran pH air dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Sampel air diambil menggunakan ember lalu bagian elektroda dimasukkan kedalam sampel air hingga nilai pada display konstan.Pengukuran pH dilakukan setiap pengamatan lapangan. 2. Kelarutan Oksigen (Dissoved Oxygen) Pengukuran DO air dilakukan dengan menggunakan metode Winkler dapat dilihat pada Lampiran 1. Pengukuran DO dilakukan pada setiap pengamatan lapangan. Sampel air dimasukkan ke dalam botol Winkler 250 ml. 3.
Biochemical Oxygen Demand (BOD5) Pengukuran BOD5 dilakukan dengan menggunakan metode Winkler dapat dilihat pada Lampiran 2. Pengukuran terdiri atas dua tahapan, yaitu pertama pengukuran DO sampel air langsung di lokasi dan kedua pengukuran DO sampel air setelah diinkubasi selama lima hari. BOD5= DO Awal β DO Akhir
4.
Chemical Oxygen Demand (COD) Pengukuran COD diukur dengan mengambil sampel air danau sebanyak 1 liter kedalam botol sampel. Setelah itu diawetkan dengan menambahkan H2SO4 kedalam sampel air sampai pH 2. Sampel air dibawa ke BTKLPP Kelas 1 Medan untuk dianalisis menggunakan metode Refluks dapat dilihat pada Lampiran 3. Sampel air diambil dari danau kemudian diberi perlakuan sesuai dengan metode Refluks. COD = ((A-B) x N x 8000)/volume sampel) Keterangan : A : Volume FAS yang dibutuhkan blanko (ml) B : Volume larutan FAS yang dibutuhkan untuk sampel Batas COD (100-300) mg/L N : Normalitas Larutan FAS 5. Nitrat Pengukuran Nitrat diukur dengan mengambil sampel air danau sebanyak 1 liter kedalam botol sampel. Setelah itu diawetkan dengan menambahkan H2SO4 kedalam sampel air sampai pH 2. Sampel air dibawa ke BTKLPP Kelas 1 Medan untuk dianalisisdengan metode spektrofotometri dapat dilihat pada Lampiran 4. Pengukuran absorban dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer SP 300 pada panjang gelombang = 410 nm. 6. Fosfat Pengukuran Fosfat diukur dengan mengambil sampel air danau sebanyak 1 liter kedalam botol sampel. Setelah itu diawetkan dengan pendinginan menggunakan es.Sampel air dibawa ke BTKLPP Kelas 1 Medan untuk dianalisisdengan metode spektrofotometri dapat dilihat pada Lampiran 5. Pengukuran absorban dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer SP 300 pada panjang gelombang = 880 nm.
Pengukuran Faktor Biologi Perairan 1. Total Coliform Pengukuran Total Coliform dilakukan dengan mengambil sampel air belawanan arah dengan arus air dengan menggunakan botol sampel yang steril sehingga tidak terjadi kontaminasi. Sampel air diawetkan dengan pendinginan dengan menggunakan es.Sampel air dibawa ke BTKLPP Kelas 1 Medan untuk dianalisis. Analisis Data 1.
Parameter Kualitas Air Nilai parameter fisika dan kimia perairan yang diperoleh dibandingkan dengan kriteria mutu air dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang dapat dilihat pada Tabel 1. I
Kelas II
III
C mg/L Meter Β΅mhos/cm
Deviasi 3 50 -
Deviasi 3 50 -
Deviasi 3 400 -
mg/L mg/L mg/L
6 6-9 2 10
4 6-9 3 25
3 6-9 6 50
mg/L
10
10
20
mg/L
0.2
0.2
1
Jml/100 ml
1000
5000
10000
Parameter
Satuan
Fisika Suhu TSS Kecerahan Konduktifitas Kimia DO pH BOD COD Nitrat (NO3N) Fosfat (PO4P) Biologi Total Coliform
o
Tabel 1. Kriteria Mutu Air Bedasarkan PP No. 82/2001
2.
Indeks Pencemaran Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 115 tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air, Indeks Pencemaran (Pollution Indeks) yang digunakan utuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diizinkan (Nemerow, 1974). Indeks Pencemaran (IP) mencakup berbagai kelompok parameter kualitas yang independen dan bermakna.Metode ini dapat
langsung menghubungkan tingkat ketercemaran dengan dapat atau tidaknya perairan dipakai untuk penggunaan tertentu dan dengan nilai paramerter-parameter tertentu. MenurutKeputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 115 tahun 2003 nilai IP dapat ditentukan dengan memilih parameter-parameter yang jika harga parameter rendah maka kualitas air akan membaik. Kemudian pilih konsentrasi parameter baku mutu yang tidak memiliki rentang.Dan hitung harga Ci/Lij untuk tiap parameter pada setiap lokasi pengambilan. Jika nilai konsentrasi parameter yang menurun menyatakan tingkat pencemaran meningkat, missal DO.Tentukan nilai teoritik atau nilai maksimum Cim (missal untuk DO, maka Cim merupakan nilai DO jenuh). Dalam kasus ini nilai Ci/Lij hasil pengukuran diganti oleh Ci/Lij hasil perhitungan, Cim β Ci(hasil pengukuran) (πΆπ πΏππ)ππππ’ = Cim β Lif Jika nilai baku mutu Lij memiliki rentang, untuk Ci β€ Lij rata-rata: (πΆπ πΏππ)ππππ’ [Cim β (Lij)πππ‘π βπππ‘π ] = {(Lij)ππππππ’π β (Lij)πππ‘π βπππ‘π } untuk Ci β₯ Lij rata-rata: (πΆπ πΏππ)ππππ’ [Cim β (Lij)πππ‘π βπππ‘π ] = {(Lij)ππππ πππ’π β (Lij)πππ‘π βπππ‘π } Keraguan timbul jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan acuan 1,0 misal C1/L1j = 0,9 dan C2/L2j = 1,1 atau perbedaan yang sangat besar missal C3/L3j = 5,0 dan C4/L4j = 10,0. Dalam contoh ini tingkat kerusakan badan air sulit ditentukan. Cara untuk mengatasi kesulitan ini adalah dengan menggunakan nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran kalau nilai lebih dari 1,0. Penggunaan nilai (Ci/Lij) baru jika nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran lebih besar dari 1,0. (Ci/Lij)baru = P.log (Ci/Lij) hasil pengukuran.P adalah konstanta dan nilainya ditentukan dengan bebas dan disesuaikan dengan hasil pengamatan lingkungan dan atau persyaratan yang dikehendaki untuk suatu
peruntukannya (biasanya digunakan nilai 5). Setelah itu tentukan nilai rata-rata dan nilai maksimum dari keseluruhan Ci/Lij ((Ci/Lij)R dan (Ci/Lij)M).kemudian tentukan harga PIj : Ci
ππΌπ =
πΆπ
(πΏππ )2 π + (πΏππ )2 π
2
Baku Mutu
Stasiun
Parameter
Satuan II
III
Suhu
Deviasi 3
Deviasi 3
1
2
3
4
5
o
31
30,8
30,6
31,1
31
Fisika C
TSS
50
400
mg/L
71,6
51,6
78,3
61
54
Kecerahan
-
-
Meter
0,34
0,43
0,34
0,39
0,44
Konduktifitas
-
-
Β΅mhos/cm
89,3
94,3
90,9
89,9
89,5
Kimia
Keterangan: Lij = konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam Baku Mutu Air Ci = konsentrasi parameter kualitas air (i) yang diperoleh dari hasil analisi percontohan air pada suatu lokasi penelitian PIj = Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi Ci/Lij M = nilai maksimum R = nilai rata-rata (Achmad, 2011) Damaianto dan Ali (2014) menyatakan bahwa hasil dari indeks pencemaran ini dapat memberikan masukan kepada pengambilan keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta dalam memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas akibat dari kehadiran senyawa pencemar. Berikut evaluasi hubungan nilai IP dengan status mutu air menurut KepMen LH 115/2003 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hubungan Nilai IP dengan Status Mutu Air
DO
4
3
mg/L
3,8
4,06
4,4
4,9
4,4
pH
6-9
6-9
-
7,68
7,55
7,68
7,63
7,73
BOD
3
6
mg/L
2,03
2,6
3,13
3,3
3,1
COD
25
50
mg/L
10,5
16,08
14,6
11,38
9,76
10
20
mg/L
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0.2
1
mg/L
0,108
0,097
0,2
0,15
0,096
5000
10000
Jml/100 ml
3245
16000
6033
6467
2390
Nitrat (NO3-N) Fosfat (PO4-P) Biologi Total Coliform
Tabel 4. Rata-Rata Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air Danau Kelapa Gading Status Pencemaran Hasil pengukuran kualitas air dengan menggunakan indeks pencemaran di danau Kelapa Gading dapat dilihat pada Tabel 5. Stasiun Ke las
Keseluruhan Danau
Metode 1
2
3
4
5
S
K A
S
K A
S
K A
S
K A
S
K A
S
K A
II
Indeks Pencem aran
2. 34
T R
3. 47
T R
3. 28
T R
2. 8
T R
1. 8
T R
2. 75
T S
III
Indeks Pencem aran
1. 2
T R
2. 07
T R
1. 56
T R
1. 7
T R
1. 3
T R
1. 53
T R
Indek Pencemaran
Mutu Perairan
Tabel 5. Kualitas Air dengan Metode Storet dan Indeks Pencemaran
0 β€ Pij β₯ 1,0
Kondisi Baik
Keterangan : S = Skor, KA = Kualitas Air, TR = Tercemar Ringan dan TS = Tercemar Sedang
1,0 < Pij β₯ 5,0
Cemar Ringan
5,0 < Pij β₯ 10,0
Cemar Sedang
Pij >10,0
Cemar Berat
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Parameter Kualitas Air Hasil pengukuran parameter kualitas air di Danau Kelapa Gading dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan parameter-parameter kondisi di setiap stasiun tidak jauh berbeda.
Hasil pengukuran kualitas air di danau kelapa gading dengan menggunakan metode indeks pencemaran dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel tersebut menunjukan baku mutu kelas II seluruh stasiun tercemar ringan dan baku mutu kelas III semua stasiun tercemar ringan. Kondisi perairan danau Kelapa Gading termasuk kedalam kategori tercemar
Setiap Pengambilan Pembahasan Parameter kualitas air Fisika 1. Suhu Hasil pengukuran suhu air selama penelitian memperlihatkan bahwa suhu air pada masing-masing stasiun penelitian tidak menunjukan variasi yang tinggi, yaitu berkisar antara 30 ΒΊC - 31 ΒΊC. Rata-rata suhu air tertinggi terdapat pada stasiun I, IV, dan V (31ΒΊC) dan rata-rata suhu air terendah terdapat pada stasiun II, dan III (30ΒΊC). Grafik perubahan suhu pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 8. Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berperan dalam mengendalikan ekosistem suatu perairan. Berdasarkan hasil pengukuran suhu pada lokasi pengambilan sampel di Danau Kelapa Gading setiap stasiun memiliki kondisi yang sesuai dengan baku mutu kelas II dan III. Kondisi rata-rata nilai suhu air pada Perairan Danau Kelapa Gading masih berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh organisme akuatik dan baik untuk kegiatan budidaya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tatangindatu dkk (2013) Suhu mempunyai peranan penting dalam menentukan pertumbuhan ikan yang dibudidaya, kisaran yang baik untuk menunjang pertumbuhan optimal adalah 28ΒΊC β 32 ΒΊC. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan suhu air di Danau Kelapa Gading masih layak dan memenuhi syarat untuk dilakukan kegiatan usaha budidaya ikan. 35
31
30
32
31 30.8 30.7 31.2 32 32 32 32
28
28
28
28
28
25 1
2
3
4
5
Batas Atas Baku Mutu II dan III Batas Bawah Baku Mutu II dan III
Gambar 8. Histogram Perubahan Suhu pada
2. Kekeruhan (TSS) Hasil pengukuran kekeruhan (TSS) air selama penelitian memperlihatkan bahwa kekeruhan (TSS) air pada masing-masing stasiun penelitian menunjukan variasi yang tinggi, yaitu berkisar antara 51,6-78,3 mg/L. Rata-rata kekeruhan (TSS) air tertinggi terdapat pada stasiun III (78,3 mg/L) dan ratarata suhu air terendah terdapat pada stasiun II (51,6 mg/L). Grafik perubahan kekeruhan (TSS) pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 9. Nilai TSS tertinggi terdapat pada stasiun 3 yang merupakan daerah kontrol yang miliki danau kecil di bagian tengah menyebabkan jumlah lumpur lebih banyak dari stasiun lainnya dan tidak memiliki arus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurandani dkk (2013) menyatakan daerah tengah danau memiliki nilai TSS tertinggi disebabkan pada daerah tengah danau tidak memiliki arus air yang tinggi menyebabkan padatan tidak bias terlarut. Nilai TSS stasiun 1,3, dan 4 melewati baku mu II tidak sesuai dengan perikanan yang memiliki kesensifitasan tinggi seperti ikan hias. Nilai keseluruhan TSS tidak melewati baku mutu III perikanan yang tidak memiliki nilai kesesitifan tinggi seperti budidaya gurami dan lain-lain. Nilai TSS diupayakan tidak mengalamai peningkatan yang akan berdampak terhadap tingkat pertumbuhan ikan dan meningkatkan penyakit pada ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aisyah dan Luki (2012) Peningkatan padatan tersuspensi dapat membunuh ikan secara langsung, meningkatkan penyakit dan menurunkan tingkat pertumbuhan ikan serta perubahan tingkah laku dan penurunan reproduksi ikan. 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
400
72
400
78
52 50
400
50
1Baku Mutu 2 III
61 50
3
400 400
54 50
Baku 4 Mutu5II
50
Gambar 9. Histogram Perubahan TSS pada Setiap Pengambilan 3. Kecerahan Nilai rata-rata kecerahan tertinggi terdapat pada stasiun IV yaitu 0,44 m dan rata-rata kecerahan terendah terdapat pada stasiun I yaitu 0,341 m. Grafik perubahan kecerahan pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar10. Hasil pengukuran sampel nilai kecerahan terrendah pada stasiuin 1 disebabkan perpohonan di sekitar danau menghalangi masuknya cahaya kedalam danau. Tingkat kecerahan rendah bukan hanya dipengaruhi factor lingkungan ada factor lain yang mempengaruhi kecerahan. Tingginya nilai TSS memperngaruhi nilai kecerahan. kecarahan sangat erat kaitannya dengan kekeruhan karena kekeruhan dapat menghambat masuknya cahaya kedalam perairan. Kekeruhan yang tinggi dapat menyebabkan kecerahan perairan semakin berkurang.. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumya Rizki dkk (2015) yang melakukan penelitian di Lokasi Danau Pondok lapan Kabupaten Langkat memperoleh hasil nilai TSS berpengaruh terhadap kecerahan. Nilai Kecerahan berhungan dengan nilai kekeruhan karena kekeruhan dapat menghambat masuknya cahaya kedalam perairan. Kekeruhan yang tinggi dapat menyebabkan kecerahan perairan semakin berkurang. 0.50 0.40
0.43
0.41
0.43
0.44
0.34
96
94.4
94 92 90
89.3
88.8
89.9
89.6
4
5
88 86 1
2
3
Gambar 12. Histogram Perubahan Konduktifitas pada Setiap Pengambilan Kimia
0.30 0.20 0.10 0.00 1
Kondisi perairan Danau Kelapa Gading masih dalam kondisi normal. Jumlah bahan organik atau mineral garam yang masuk masih dalam kondisi yang normal. Hal ini sesuai dengan penyataan Soraya dkk (2014) yang menyatakan besarnya nilai daya hantar listrik digunakan sebagai indikator tingkat kesuburan perairan. Tingginya daya hantar listrik menandakan banyaknya jenis bahan organik dan mineral yang masuk sebagai limbah ke perairan. Pada kondisi normal, perairan memiliki nilai DHL berkisar antara 20 - 1500 ΞΌS/cm. Nilai konduktivas tertinggi pada stasiun 2. Stasiun 2 merupakan daerah outlite menyebabkan stasiun 2 memiliki kadar garam tertinggi yang berasal dari seluruh aktivitas danau yang menuju stasiun 2. Hal ini sesuai dengan pernyataan Barus (2004) yang menyatakan semakin banyak garam-garam yang terlarut maka semakin baik daya hantar listrik air tersebut.
2
3
4
5
Gambar 10. Histogram Perubahan Kecerahan pada Setiap Pengambilan 4. Konduktivitas Nilai rata-rata konduktivitas tertinggi terletak pada stasiun II yaitu 94,3 ΞΌmhos/cmdan nilai terendah terletak pada stasiun I yaitu 89,3 ΞΌmhos/cm. Grafik perubahan konduktivitas pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar12.
1. pH Air Hasil yang diperoleh dari pengukuran pH air, dapat dijelaskan bahwa nilai pH air pada masing-masing stasiun penelitian tidak memperlihatkan variasi yang menyolok, ratarata pH antar stasiun berada pada kisaran 7,5 β 7,7. Rata-rata nilai pH air tertinggi ditemukan pada stasiun II sebesar 7,7 dan rata- rata nilai pH terendah ditemukan pada stasiun II sebesar 7,5. Grafik perubahan pH pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 13. Danau Kelapa Gading memiliki nilai pH yang sesuai dengan baku mutu II dan III. Baku mutu II dan III diperuntukkan untuk perikanan yang lebih sensitif dan tidak
sensitif . Nilai pH Danau Kelapa Gading masih aman untuk kegiatan perikanan disebabkan nilai pH tidak bersifat toksik bagi ikan Hal ini sesuai dengan penyataan Tatangindatu dkk (2013) yang menyatakan pH yang ideal bagi kehidupan biota air tawar adalah antara 6,8 - 8,5. pH yang sangat rendah, menyebabkan kelarutan logam-logam dalam air makin besar, yang bersifat toksik bagi organisme air, sebaliknya pH yang tinggi dapat meningkatkan konsentrasi amoniak dalam air yang juga bersifat toksik bagi organisme air. Perubahan nilai pH bisa disebabkan oleh masukan senyawa organik maupun anorganik kedalam air. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ginting (2011) yaitu perubahan pH bisa dipengaruhi oleh adanya senyawasenyawa yang masuk kedalam lingkungan perairan. 10.00 5.00
7.699 7.559 7.699 7.639 7.739 6 6 6 6 6
0.00
1
2
3
4
5
Batas Atas Baku Mutu II dan III Batas Bawah Baku Mutu II dan III
Gambar 13. Histogram perubahan pH pada setiap pengambilan 2. Kelarutan Oksigen (Dissoved Oxygen) Hasil yang diperoleh dari pengukuran DO air, dapat dijelaskan bahwa nilai DO air pada masing-masing stasiun penelitian memperlihatkan variasi yang menyolok, dimana rata-rata DO atara stasiun berada pada kisaran 4,06 β 4,6 mg/L. Rata-rata nilai DO air tertinggi ditemukan pada stasiun V sebesar 4,6 mg/L dan rata- rata nilai DO terendah ditemukan pada stasiun II sebesar 4,06mg/L. Grafik perubahan DO pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 14. Hasil nilai DO Danau Kelapa Gading memenuhi nilai baku mutu II dan III. Tingginya nilai DO berhubungan dengan fitoplankton, jika fitoplankton berlimpah maka kadar DO akan tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Efrizal (2006) yang menyatakan tingginya kelimpahan
fitoplankton memberikan kontribusi terhadap tingginya kadar oksigen terlarut yang merupakan hasil dari proses fotosintesis. 5 4 3 2 1 0
4.1 4 3
1
4.5
4.4
4.1 4 3
2 Baku Mutu III
4 3
3
4.6 4 3
4
4 3
5
Baku Mutu II
Gambar 14. Histogram perubahan DO pada setiap pengambilan 3. Biochemical Oxygen Demand (BOD5) Hasil pengukuran menunjukkan nilai BOD pada setiap lokasi memiliki nilai yang tidak jauh berbeda BOD berkisar antara 2 β 3,3 mg/L. Nilai BOD merupakan nilai yang menunjukkan kebutuhan oksigen oleh bakteri aerob untuk mengoksidasi bahan organik di dalam air sehingga secara tidak langsung juga menunjukkan keberadaan bahan organik di dalam air. Dengan demikian maka kebutuhan oksigen oleh bakteri untuk mengoksidasi bahan organik untuk lokasi pengamatan BOD tertinggi pada stasiun IV (3,3 mg/L) dan terendah pada stasiun I (2mg/l).Grafik perubahan BOD pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 15. Tingginya nilai BOD tertinggi pada Stasiun IV mengindikasikan bahwa kandungan bahan organik di Stasiun IV banyak daerah stasiun IV memiliki aktivitas wista. Bahan organik ini diduga berasal dariaktivitas wisata dan aktivitas rumah tanggaoleh mikroba pendegradasi, aktivitas wisata, aktivitas rumahtangga, dan bahan organik yang terdapat di dalam perairan, sedangkan pada stasiun I BOD lebih rendah karena lebih sedikit bahan organik yang terdapat di dalam air tersebut. Menurut Agustiningsih dkk (2011) yang menyatakan bahwa limbah domestik mempunyai karakteristik antara lain apabila BOD dan COD tinggi disebabkan karena adanya aktivitas industri yang membuang limbah keperairan.
8 6 4 2 0
6 2.0 3
1
6
6 3.1
3.0 3
2
3.3
3
3
6 3
4
Baku Mutu III
3.4
6 3
5
Baku Mutu III
Gambar 15. Histogram perubahan BOD pada setiap pengambilan 4. Chemical Oxygen Demand (COD) Hasil yang diperoleh dari pengukuran rata-rata COD antar stasiun berada pada kisaran 9,76 β 16,08 mg/L. Rata-rata nilai COD air tertinggi ditemukan pada stasiun II sebesar 16,08 mg/L dan rata- rata nilai COD terendah ditemukan pada stasiun V sebesar 9,76 mg/L. Grafik perubahan COD pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 16. Meningkatnya COD pada bulan april menunjukan tingginya pembuangan limbah kedalam danau, dan aktifitas disekitar danau kelapa gading memiliki limbah bahan organik yang susah didegradasi secara biologi contohnya plastik, minuman botol, dan lainlain yang mungkin berasal dari aktifitas rumah tangga dan aktifitas wisata. Danau Kelapa Gading di duga menjadi tempat bungan limbah domestic. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soraya dkk (2014) yang menyatakan Nilai COD yang cenderung tinggi menunjukkan bahwa bahan organik yangada di perairan lebih banyak berada dalambentuk yang sukar terdegradasi secara biologis. 60 50 40 30 20 10 0
50
50
50
50
50
25 16.125 14.625 25 25 11.4 10.5 9.8
1
2
Baku Mutu III
3
4
5
Baku Mutu II
Gambar 16. Histogram perubahan COD pada setiap pengambilan
5. Nitrat Nilai nitrat yang diperoleh dari pengukuran memiliki rata-rata 0,5 mg/L. Setiap stasiun memiliki kadar nitrat 0,5 mg/L. Grafik perubahan nitrat pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar17. Nilai nitrat masih dibawah nilai baku mutu II dan III. Danau Kelapa Gading belum mengalami eutrofikasi dan kondisi perairan danau Kelapa Gading belum ditumbuhin eceng gondok yang mengambarkan belum terjasinya blooming. Hal ini sesuai dengan pernyataan tatangindatu (2013) yang menyatakan Kadar nitrat yang lebih dari 5 mg/L menggambarkan telah terjadinya pencemaran dan dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi perairan, dan selanjutnya dapat menyebabkan blooming sekaligus merupakan faktor pemicu bagi pesatnya pertumbuhan tumbuhan air seperti eceng gondok. 30 20 10
20 0.5
10
20 0.5
10
20 0.5
10
20 0.5
10
20 0.5
10
0 1
2
Baku Mutu III
3
4
5
Baku Mutu II
Gambar 17. Histogram perubahan nitrat pada setiap pengambilan 6. Fosfat Nilai rata-rata fosfat yang diperoleh dari pengukuran berkisar antara 0,03 β 0,06 mg/L. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun III yaitu 0,06 mg/L. Nilai terendah terdapat pada stasiun II dan V yaitu 0,03 mg/L.Grafik perubahan fosfat pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 18. Berdasarkan aktivitas disekitar danau sumber fosfat berrasal dari aktivitas rumah tangga, hal tersebut didukung dengan data pH yang tinggi dapat disebabkan buangan ditergen yang masuk keperairan. Hasil penelitian Perairan Danau kelapa gading memiliki nilai fosfat berkisar antara 0,03 β 0,06 mg/L dapat dikatakan perairan yang memiliki tingkat kesuburan sedang dan kesuburan tinggi. Tetapi perairan danau kelapa gading belum mengalami eutrofikasi.
Pada penelitian sebelumnya yang berlokasi di danau siombak kota medan memiliki nilai fosfat yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan penyataan Sandy dkk (2014) yang menyatakan Kandungan fosfat di danau siombak didapat pada kelima stasiun berkisar 1,05 - 1,51 mg/L. Hasil ini menunjukkan bahwa kandungan fosfat tersebut berada diatas ambang batas baku mutu air berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 yaitu 0,2 mg/L. Perairan yang memiliki kandungan fosfat yang cukup tinggi akan mengakibatkan pencemaran dan akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi. 1.5
20000
1 0.1
0 1
0.2
1 0.1
1
1
0.2 0.2
2
Baku Mutu III
0.2 3
0.2 4
1
16000.0
15000 10000 5000
1 0.5
tercemar ringan (1,53). Hal ini sesuai dengan penyataan Khotimah (2013) yang menyatakan Coliform merupakan mikroba yang paling sering ditemukan di badan air yang telah tercemar. Hal ini dikarenakan sekitar 90% bakteri coliform dikeluarkan dari Sehingga pencemaran limbah domestik dapat dideteksi dengancara menghitung kepadatan coliform yang terbawa oleh tinja manusia dan masuk kedalam perairan.
10000 10000 10000 10000 10000 6033.3 6466.7 3245.0 5000 5000 5000 5000 5000 2390.0
0 1
0.2
0.1
0.2
5
Baku Mutu II
Gambar 18. Histogram perubahan fosfat pada setiap pengambilan Biologi 1. Total Coliform Nilai rata-rata total coliform berkisar antara 2390 β 16000 mg/100ml. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun II yaitu 16000mg/100ml. Nilai terendah terdapat pada stasiun V 2390mg/100ml. Grafik perubahan total coliform pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 19. Hasil pengukuran total coliform di Danau Kelapa Gading sanggat tinggi. Stasiun 2, 3, dan 4 melewati ambang batas baku mutu II dan stasiun 2 melewati baku mutu III, stasiun 2 merupakan daerah outlite atau tempat pembuangan seluruh aktivitas danau, nilai total coliform yang tinggi menunjukan danau menjadi tempat buangan limbah domestik (tinja manusia) dan menyebabkan pencemaran danau Kelapa Gading. Perhitungan menggunakan metode storet baku mutu II tercemar sedang (-300 dan baku mutu III tercemar ringan (-7). Perhitungan menggunakan indeks pencemaran baku mutu II tercemar sedang (2,75) dan baku mutu III
2
Baku Mutu III
3
4
5
Baku Mutu II
Gambar 19. Grafik perubahan total coliform pada setiap pengambilan Status Kualitas air Kualitas perairan ditentukan dengan menggunakan Indeks Pencemaran. Hasil perhitungan indeks pencemaran untuk baku mutu kelas II diperoleh skor secara berurut pada setiap stasiun 2,34, 3,47, 3,28, 2,76, dan 1,8. Berdasarkan skor tersebut perairan Danau Kelapa Gading terscemar ringan. Hasil perhitungan indeks pencemaran untuk baku mutu kelas III diperoeh skor secara berurut pada setiap stasiun 1,2, 2,07, 1,56, 1,65 dan 1,28. Berdasarkan skor tersebut perairan danau kelapa gading dikatakan tercemar ringan. Hasil status kualitas air Danau Kelapa gading menggunakan indeks pencemaran memiliki hasil tercemar ringan. Hal ini terjadi pada penelitian sebelumnya Muhtadi dkk (2014) di Danau Siombak menggunakan metode yang sama indeks pencemaran tercemar ringan. Perbandingan dengan penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa aktivitas disekitar danau mempengaruhi kualitas perairan.
Rekomendasi Pengelolaan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Danau kelapa Gading Kota Kisaran Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera utara diperoleh data bahwa pada semua stasiun digolongkan dalam kelas II dan kelas III sudah tidak sesuai dengan peruntukannya hal ini disebabkan tingginya tingkat pencemaran yang dapat merusak kualitas suatu perairan. Danau Kelapa Gading sering dijadikan tempat pembuangan yang berasal dari aktivitas wisata maupun aktivitas rumah tangga hal ini dapat dilihat banyaknya ditemukan pipa pembuangan yang terdapat dipinggir danau. Adapun rekomendasi pengelolaan pada Danau kelapa Gading tersebut dapat mengurangi pembuangan limbah domestik ataupun wisata kedalam danau seperti tidak ada lagi pipa-pipa pembuangan disekitar dinding danau yang mengarah kedalam danau yang mengakibatkan pencemaran dimana dapat merusak ekologi danau maupun berdampak pada ekonomi bagi masyarakat yang memanfaatkan Danau Kelapa Gading sebagai tempat mata pencarian.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Karakteristik hasil pengambilan sampel air yang melewati baku mutu pada parameter fisika yaitu TSS. Parameter kimia adalah BOD dan fosfat. Parameter biologi adalah totalcoliform. 2. Kualitas Perairan Danau Kelapa Gading adalah Tercemar Sedang. Saran Perairan Danau Kelapa Gading memiliki kualitas perairan sudah tercemar sehingga perlu pengawasan dari pemerintah setempat untuk mengawasi masuknya limbah yang berasal dari aktivitas rumah tangga dan aktivitas masyarakat. Perlu dilakukan penelitian tentang daya dukung ekowisata memastikan kegiatan wisata yang dibuat tidak menggagu kondisi alami dari danau secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA Achmad, F. 2011. Dampak Pencemaran Lingkungan Kota Praya terhadap Kualitas Air Waduk Batujai. Buletin Geologi Tata Lingkungan. Vol 21, No 2, Hlm 69-82 Aisyah, S dan L Subehi. 2012.Pengukuran dan Evaluasi Kualitas Air Dalam RangkaMendukung Pengelolaan Perikanan di Danau Limboto. Pusat Penelitian Limnologi-LIPI. Anggraini, R., M. Salim dan E. Mardiah 2013. Uji Bakteri Escherichia Coli yang Resistan terhadap Antibiotik pada Ikan Kapas-kapas di sungai Batang Arau Padang. Jurnal Kimia Unand. 2 (2). ISSN 2303-3401 Agustiningsih, D., S. B. Sasongko., Sudarno. 2011. Analisis Kualitas Air dan Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Belukar Kabupaten Kendal. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.9 (2) : 5-6. Atmojo, T. Y, T. Bachtiar, O. K. Radjasa, A. Sabdono. 2011. Eksistensi Koprostanol Dan Bakteri Coliform pada Lingkungan Perairan Sungai, Muara dan Pantai di Jepara Pada Monsun Timur. Jurnal Ilmu Lingkungan Vol. 9 No.1 Fatmawati, R., A. Masrevanian dan M. Solichin. 2012. Kajian Identifikasi Daya Tampung Beban Pencemaran Kali Ngrowodengan. Jurnal Teknik Pengairan Vol 3, No 2. Ginting, O. 2011. Jurnal Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengen Pengayaan Nutrien (Nitrat Dan Fosfat) Dan Klorofil-A Di Perairan Danau Toba.Tesis. USU. Khotimah, S. 2013. Kepadatan Bakteri Coliform Di Sungai KapuasKota Pontianak. Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung. Lampung. Maniagasi . R., S. S. Tumembouew dan Y. Mundas. 2013. Analisis Kualitas Fisika Kimia Air di Areal Budidaya Ikan Danau Tondano Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Budidaya Perairan Vol 1, No 2, Hlm 29-37. Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2003. Penentuan Status Mutu Air.Nomor 115. Muhtadi. A., Yunasfi., R. Leidonald., S. D. Sandy., A. Junaidy dan A. T. Daulay. 2014. Status Limnologis Danau Siombak Medan Sumatera Utara. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol 1, No 1, Hlm 39-55.
Nugroho. S. A., S. D. Tanjung dan B. Hendrarto. 2012. Kondisi Fisiografi dan Fisika Kimia Peraran dan Zona Litoral Danau Rawa Pening. Universitas Dipenogoro. Semarang. Nurandani. P., S. Subiyanto dan B Sasmito. 2013. Pemetaan Total Suspended Solid (TSS) Mengunakan Citra Satelit Multi Temporal di Danau Rawa Pening Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Geodesi Undip. Vol 2, No 4. ISSN 2337-845X. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2009. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 28 tahun 2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau Dan/Atau Waduk. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta.
Pujiastuti. P., B Ismail dan Pranoto. 2013. Kualitas dan Beban Pencemaran Perairan Waduk Gajah Mungkuri. Jurnla Ekosains Vol 5, No 1. Suwignyo, P. 2003. Ekosistem Perairan Pedalaman, Tipologi dan Permasalahan. dalam Ubaidillah R, & Maryanto, I (Editor). Manajemen Bioregional JABODETABEK: Profil dan Strategi Pengelolaan Situ, Rawa dan Danau. Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Bogor. xxvi + 404 hlm. p. 17-30. Tarigan, M., S dan Edward. 2003. Kandungan Total zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) di Perairan Rawa Sulawesi Tenggara. Jurnal makara Sains Vol 7, No 3.
Tatangindatu, F., K Ockstan dan R Rompas. 2013. Studi Parameter Fisika Kimia Air pada Areal Budidaya Ikan di Danau Tondano Desa Paleloan Kabupaten Minahasa. Jurnal Budidaya Perairan. Vol 1 No 2 Hlm 8-19.