PENENTUAN KARAKTERISTIK HABITAT DAERAH POTENSIAL IKAN PELAGIS KECIL DENGAN PENDEKATAN SPASIAL DI PERAIRAN SINJAI DETERMINATION OF LOCAL POTENTIAL FISH HABITAT CHARACTERISTICS SMALL PELAGIC SPATIAL APPROACH IN THE WATERS SINJAI Indrayani1 Achmar Mallawa 2 Mukti Zainuddin3 Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar 90245, Sulawesi Selatan
Alamat Korespondensi : Indrayani Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar HP : 085255242526 Email :
[email protected]
Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara variabel oseanografi dari seasurface emperature / SST dan tangkapan ikan pelagis kecil, dan untuk menentukan zona potensial penangkapan ikan di perairan Sinjai pesisir. Penelitian ini menggunakan metode survei melalui eksperimental dengan mengumpulkan sebanyak 100 data sampling. Data dianalisis menggunakan model regresi linier. Output model tersebut direncanakan pada peta dengan menggunakan ArcGIS analis spasial untuk mengidentifikasi pola spasial zona potensial penangkapan ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua faktor oseanografi memberikan kontribusi signifikan dalam menjelaskan variasi hasil tangkapan pelagis kecil terhadap sebaran suhu permukaan laut dalam menentukan variasi tangkapan. Zona potensial paling produktif untuk daerah penangkapan berada pada 120,3375,29 LS dan 120,846 ° - 5,182 ° BT untuk sebaran SPL. Hasil tangkapan rata-rata di daerah tersebut sekitar 2,255 kg / trip yang memiliki jarak 8,47-10 mil. Kata kunci: Pemetaan, potensi, zona perikanan
Abstract The purposes of this study were to investigate the relationship between oceanographic vari ables of sea surface t emperature/SST and small pelagic, and to determine the potential fishing zones of the fish in Sinjai coastal waters. This study used survey method through experimental fishing by collecting as much as 100 sampling data. The data were analyzed using multiple linear regression models. The output producing by the model was plotted out on a map using ArcGIS spatial analyst to identify spatial pattern of potential fishing zone. Results indicated that all oceanographic factors contributed significantly in explaining variation of Indian mackerel catches. Speci fically, SST and current velocity were dominant factors in determining the catch variations. The most productive fishing zone for Indian mackerel occurred in area of 120.337-5.29 LS and 120.846° - 5.182°BT which strongly associate with SST. The average catch in that area was about 2.255 kg/trip which has the distance from fishing base was approximat ely 8.47- 10 miles. Key words: Mapping, potential, fishing zone
PENDAHULUAN Kabupaten Sinjai merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar, sehingga usaha penangkapan ikan sangat prospektif untuk dikembangkan. Salah satu komoditas sumberdaya perikanan yang utama di Kabupaten Sinjai adalah ikan pelagis kecil dengan jumlah nelayan sebanyak 8.424 orang dengan armada penangkapan 1.271 unit (Dinas Perikanan Tingkat I Sulawesi Selatan, 2010). Hal ini menandakan bahwa penangkapan ikan pelagis kecil merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang cukup potensial di Kabupaten Sinjai. Pada umumnya daerah penangkapan ikan tidak ada yang bersifat tetap, selalu berubah dan berpindah mengikuti pergerakan kondisi lingkungan, yang secara alamiah ikan akan memilih habitat yang lebih sesuai. Sedangkan habitat tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi atau parameter oseonografi perairan seperti suhu permukaan laut, salinitas, klorofil-a, kecepatan arus dan sebagainya (Laevastu and Hayes, 1981; Butler et al., 1988; Zainuddin et al., 2006). Hal ini berpengaruh pada dinamika atau pergerakan air laut baik secara horizontal maupun vertikal yang pada gilirannya mempengaruhi distribusi dan kelimpahan ikan. Keberadaan ikan pelagis kecil lebih ditentukan oleh habitat dengan posisi pertemuan klorofil-a dan suhu optimal, dibandingkan dengan parameter oseanografi lainnya. Oleh karenanya faktor penentu keberhasilan dalam usaha penangkapan ikan adalah ketepatan dalam menentukan suatu daerah penangkapan ikan (DPI) yang layak untuk dapat dilakukan operasi penangkapan ikan. Pendugaan daerah penangkapan ikan dapat didekati dengan mencari indikator-indikator yang dapat mempengaruhi daerah penangkapan ikan. Indikator tersebut antara lain adalah SPL dan kesuburan perairan (yang diamati dari kandungan klorofil di laut). SPL dan konsentrasi klorofil-a dapat diestimasi dengan teknik penginderaan jauh, dimana saat ini akurasi estimasi konsentrasi klorofil-a dengan menggunakan algoritma global untuk perairan lepas pantai adalah 70%, sedangkan untuk SPL lebih tinggi tingkat akurasinya. Salah satu teknologi saat ini yang sering digunakan dan terus berkembang adalah penginderaan jauh dengan memanfaatkan sensor kelautan pada wahana satelit yang melintasi wilayah perairan. Satelit Aqua MODIS menyediakan informasi perubahan suhu permukaan laut (SPL) dan perubahan konsentrasi klorofil-a pada permukaan yang kemudian dapat dianalisis dalam bentuk informasi atau peta dugaan posisi dan zona yang menjadi potensial bagi penangkapan sumber daya ikan (Kushardono, 2003). Teknologi SIG yang berbasis sistem komputer dapat membantu para analis mengkombinasikan berbagai data masukan dari citra satelit dan instrument akustik maupun hasil survei lapang untuk diolah dalam bentuk model
spasial, diantaranya SPL dan klorofil-a yang menjadi indikator dalam penentuan habitat karakteristik daerah potensial ikan. Perubahan dan variasi faktor oseanografi mengindikasikan bahwa pola sebaran sumber daya ikan tidak merata dan juga menyebabkan jumlah hasil tangkapan tidak menentu. Untuk meningkatkan jumlah hasil tangkapan ikan pelagis kecil sangat penting diketahui kepastian tempat keberadaan ikan dan tempat penangkapan ikannya. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan analisis hubungan faktor oseanografi dan hasil tangkapan dengan harapan dapat meningkatkan efesiensi dan efektivitas operasi penangkapan ikan pelagis kecil. Disamping itu juga dipandang perlu memetakan habitat daerah potensial untuk menangkap ikan pelagis kecil tersebut. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan: Menganalisis penyebaran dan variasi Suhu permukaan laut secara spasial terhadap jumlah hasil tangkapan ikan pelagis kecil di perairan Sinjai.
BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012 di perairan Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan : Thermometer digital untuk mengukur suhu permukaan laut, salinometer untuk mengukur salinitas, layangan arus untuk mengukur kecepatan arus, kamera foto untuk pengambilan gambar kegiatan penelitian, Global Positioning System (GPS) untuk menentukan posisi penangkapan ikan (Hauling) dan satu unit alat tangkap purseseine dan bagan perahu untuk menangkap ikan pelagis kecil. Pengambilan data penelitian ini dilakukan dengan cara mengikuti langsung operasi penangkapan sebanyak 100 titik penangkapan. Kegiatan pengambilan data meliputi : (1) Penentuan koordinat pada perairan pantai selatan Kabupaten Sinjai dengan menggunakan GPS. Penentuan koordinat ini dilakukan pada saat hauling selama penelitian. (2) Pengukuran kondisi oseanografi seperti suhu, klorofil-a, salinitas dan kecepatan arus dilakukan pada setiap hauling, hal ini dimaksudkan agar tidak mengganggu operasi penangkapan ikan dan juga dapat mengamati hasil tangkapannya. Pengukuran ini dilakukan pada permukaan perairan. (3)Melakukan pencatatan terhadap hasil tangkapan ikan pelagis kecil yang dominan tertangkap pada saat hauling (penarikan jaring).
Pengolahan dan Metode Analisis Data Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui hubungan variabel tak bebas Y (hasil tangkapan ikan pelagis kecil) terhadap hasil pengukuran variabel bebas suhu permukaan laut (X1), klorofil-a (X2). Model regresi yang digunakan yaitu (Sudjana, 1989): Y = b + b1 X1 + b2 X2 + e Dimana : Y = Berat total hasil tangkapan b = Koefisien potongan (Konstanta) b1 = Koefisien regresi parameter suhu b2 = Koefisien regresi klorofil-a X1 = Suhu perairan (0C) X2 = klorofil-a (mgm-3) Pengolahan data regresi dapat dilakukan dengan menggunakan software SPSS (Santoso, 2005). Data hasil tangkapan hasil model regresi di plot di peta menggunakan ArcGIS. Langkah selanjutnya adalah melakuan interpolasi dengan teknik interpolation yaitu dengan metode Inverse Distance Weighted (IDW). Metode IDW mengasumsikan bahwa tiap titik input mempunyai pengaruh yang bersifat lokal yang berkurang terhadap jarak. Metode ini memberi bobot lebih tinggi pada sel yang lebih jauh. Titik-titik pada radius tertentu dapat digunakan dalam menentukan nilai luaran tiap lokasi. Setelah interpolasi dilakukan maka akan terbentuk sebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a di perairan Sinjai terhadap hasil tangkpan ikan pelagis kecil. Hasil yang diperoleh dari interpolasi dapat memberikan informasi mengenai sebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a yang potensial untuk daerah penangkapan dan kemudian dioverlay dengan data hasil tangkapan lapangan. Dengan teknik sistem informasi geografis berbagai informasi spasial dapat diintegrasikan (Prahasta, 2004).
HASIL Hubungan Suhu dan Hasil Tangkapan Untuk mempelajari pengaruh parameter oseanografi (suhu permukaan laut) secara simultan terhadap kelimpahan hasil tangkapan maka secara statistik dilakukan uji Regresi Berganda. Dengan menggunakan Software SPSS 16 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Y = 148.005 + 0.906 X1 – 5.579 X2 + 9.624 X4 + e
Hasil analisis Uji t antara Variabel Independent (hasil tangkapan) dengan Variabel Dependent (suhu permukaan laut dan klorofil-a) Hasil pengukuran suhu, salinitas, kecepatan arus permukaan laut dan klorofil-a menunjukkan korelasi yang positif dengan hasil tangkapan, yakni sebesar 62%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara hasil tangkapan dengan faktor oseanografi. Ini artinya dengan kedua faktor oseanografi tersebut, pada tingkat akurasi tertentu hasil tangkapan ikan pelagis kecil dapat diprediksi dengan persamaan diatas. Hasil pengukuran SPL yang diperoleh selama penelitian di Kabupaten Sinjai berkisar 29.01 – 32.250C. Kebanyakan upaya penangkapan purseseine dilakukan pada kisaran suhu
30 °C -31.50 °C, suhu permukaan laut ini berarti yang sesuai dengan
penangkapan ikan pelagis.
PEMBAHASAN Pemetaan Daerah potensial Sebaran suhu permukaan laut di perairan Sinjai terhadap jumlah tangkapan ikan pelagis kecil yang tertangkap dengan purse seine dan bangan selama periode penelitian berada pada posisi yaitu 05o34'45.9 - 05o44'57.8 LS dan 119o50' - 120o05' BT . Posisi fishing base TPI Lappa’ kecamatan Sinjai Utara Kabupaten Sinjai. Sedangkan jarak antara fishing bese dan fishing ground berkisar antara 4 - 12 mil laut. Zona penangkapan potensial ikan pelagis kecil untuk bulan februari (Gambar 1) memperlihatkan bahwa SPL di perairan Sinjai berkisar antara 29.01- 31.00oC dengan suhu dominan 29.51-30.00oC yang tersebar hampir merata di seluruh kawasan perairan Sinjai, sebaran suhu tertinggi berkisar antara 30,75 -31.00 oC yang terdapat di sebelah utara perairan Bone. Sedangkan suhu terendah berkisar antara 29,01-29.25 oC yang tersebar di perairan Sinjai dan hampir terdapat di seluruh perairan teluk Bone. Sebaran suhu permukaan laut pada bulan Maret 2012 (Gambar 2) memperlihatkan bahwa SPL di perairan Sinjai berkisar antara 30.51- 32.00oC dengan suhu berfluktuatif, sebaran suhu tertinggi berkisar antara 31,76 -32.00 oC yang tersebar sebelah tenggara perairan pulau sembilan. Sedangkan suhu terendah berkisar antara 30.51-30.75 oC yang tersebar di perairan Sinjai. Sebaran suhu permukaan laut pada bulan April 2012 (Gambar 3) memperlihatkan bahwa SPL di perairan Sinjai berkisar antara 30.76- 32.25oC dengan suhu dominan 31.2631.75oC yang tersebar hampir merata di seluruh kawasan perairan Sinjai dan perairan Bone, suhu tertinggi berkisar antara 32,01-32.25oC. Sedangkan suhu terendah berkisar antara 30.7631.00oC yang tersebar hampir diseluruh perairan Sinjai. Dinamika zona produktif tersebut
tampaknya dipengaruhi pola arus yang bekerja dan distribusi SPL di perairan tersebut (Zainuddin et al., 2006) . Dengan demikian arah pergerakan atau pola migrasi ikan sangat mungkin mengikuti dinamika tersebut, sehingga nelayan dapat menempatkan operasi penangkapannya pada posisi yang lebih tepat. Dari gambar tersebut dapat diduga bahwa pada bula-bulan selanjutnya pergerakan kelimpahan ikan pelagis kecil akan masuk wilayah perairan Bulukumba.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa suhu permukaan laut berhubungan secara signifikan dalam menjelaskan variasi hasil tangkapan ikan pelagis kecil di perairan Sinjai. Model hubungan tersebut konsisten untuk memetakan daerah potensial penangkapan ikan pelagis kecil. Zona paling potensial penangkapan ikan pelagis kecil pada bulan Februari – April ditemukan pada posisi 120.337-5.29 LS dan 120.846° - 5.182°BT dengan kisaran suhu permukaan laut 29.01 – 32.250C dan jumlah hasil tangkapan 2.255 kg. Hasil analisis signifikansi untuk parameter dengan uji t dapat disimpulkan bahwa suhu permukaan laut berpengaruh sangat nyata dalam menjelaskan pola sebaran daerah potensial penangkapan ikan pelagis kecil. Kami menyarankan kedepannya diharapkan perlu mendapatkan validitas dan data temporal untuk sebaran suhu permukaan laut.
DAFTAR PUSTAKA Butler, M.J.A., Mouchot, M.C., Barale, V. and Le Blanc, C. 1988. The application of remote sensing technology to marine fisheries: An introductory manual. FAO Fisheries Tech.Pap. (295): 165pp. Dinas Perikanan Tingkat I Sulawesi Selatan, 2005 sampai 2009. Laporan Statistik Perikanan Sulawesi Selatan 2009 Makassar. Laevastu, T. And M. L. Hayes. 1981. Fiheries Oseanography and Echology. Fishing News Book. London Prahasta, E. 2004. Sistem Informasi Geografis Tutorial Arc View. Penerbit Informatika. Bandung Singgih Santoso, 2005. Menggunakan SPSS untuk Statistik Parametrik. Seri Solusi Bisnis Berbasis TI. PT Elex Media Komputindo. Kelompok Gramedia. Jakarta. Sudjana, 2002. Metode Statistik Edisi Ke-6. Penerbit Tarsito. Bandung. Zainuddin, M., S. Saitoh, and K. Saitoh. 2004. Detection of pontential fishing ground for albacore tuna using synoptic measurements of ocean color and thermal remote sensing in the northwestern North Pacific. Hokkaido University, Hakodate. Japan. Zainuddin, M., H. Kiyofuji, K. Saitoh and S. Saitoh. 2006. Using multi-sensor satellite remote sensing to detect ocean hotspots for albacore tuna (Thunnus alalunga) in the northwestern North Pacific Journal of Deep-Sea Research II 53 419-431.
Lampiran :
Gambar 1. Sebaran suhu permukaan laut bulan April 2012 terhadap hasil tangkapan purse seine
Gambar 2. Sebaran suhu permukaan laut bulan April 2012 terhadap hasil tangkapan purse seine
Gambar 3. Sebaran suhu permukaan laut bulan April 2012 terhadap hasil tangkapan purse seine