PENENTUAN KADAR GLUKOSAMIN DARI SUBSTRAT KULIT UDANG MENGGUNAKAN BAKTERI Actinomycetes ANL-4 SEBAGAI PENDEGRADASI DALAM VARIASI WAKTU INKUBASI
(Skripsi)
Oleh FEBRI WINDI ASMORO
JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 2016
ABSTRAK
PENENTUAN KADAR GLUKOSAMIN DARI SUBSTRAT KULIT UDANG MENGGUNAKAN BAKTERI Actinomycetes ANL-4 SEBAGAI PENDEGRADASI DALAM VARIASI WAKTU INKUBASI Oleh Febri Windi Asmoro
Penelitian ini dilakukan untuk mengubah kitin dari substrat kulit udang menjadi glukosamin menggunakan Actinomycetes ANL-4. Actinomycetes ANL-4 menghasilkan enzim kitinase dan enzim kitin deasetilase. Produksi glukosamin dilakukan secara fermentasi dengan sistem tertutup (Batch). Waktu fermentasi dilakukan untuk 1, 2, 3, 4, dan 5 hari. Produk berupa glukosamin diperoleh paling tinggi pada hari pertama sebesar 72%. Produk glukosamin direaksikan dengan ninhidrin dan dianalisis menggunakan spektofotometri UV-Vis. Hasil analisis menunjukkan kadar kemurnian glukosamin paling tinggi didapat pada hari pertama yaitu sebesar 0,0638 %. Kata kunci : Actinomycetes ANL-4, Fermentasi Batch, Spektrofotometer UVVis
ABSTRACT
THE DETERMINATION OF GLUCOSAMINE AMOUNT FROM SHIRMP SHELL SUBSTRAT BY USING Actinomycetes ANL-4 BACTERY AS A DECOMPOSITION IN INCUBATIONS TIME VARIATION
By Febri Windi Asmoro
This research was conducted to convert enzyme of chitin to glucosamine from shrimp shell by using Actinomycetes ANL-4. Actinomycetes ANL-4 produces chitinase and deasetilase enzymes. The production of glucosamine for that process was performed by fermentation with batch system. The fermentation period was carried out for 1, 2, 3, 4 and 5 days. The highest result of glucosamine production was acquired in first day, about 72%. Then, the product was mixed with ninhidrin and analyzed by using UV-Vis spectrofhotometry. The analysis’s result showed that the highest purity of glucosamine was acquired at the first day it.e. 0,0638%. Kata kunci : Actinomycetes ANL-4, Fermentasi Batch, Spektrofotometer UVVis
PENENTUAN KADAR GLUKOSAMIN DARI SUBSTRAT KULIT UDANG MENGGUNAKAN BAKTERI Actinomycetes ANL-4 SEBAGAI PENDEGRADASI DALAM VARIASI WAKTU INKUBASI
Oleh FEBRI WINDI ASMORO
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA SAINS
Pada Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukoharjo pada tanggal 6 Februari 1993, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari Bapak Amin Winarno dan Ibu Barsilah. Penulis mulai menempuh pendidikan di TK Bustanul Atfhal pada tahun 1998 dan lulus tahun 1999. Kemudian melanjutkan pendidikan di SD Negeri 1 Pandansurat lulus pada tahun 2005, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Adiluwih dan selesai pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di SMA PGRI 2 Pringsewu, lulus pada tahun 2011 dan di terima sebagai mahasiswa baru di Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung pada melalui jalur Seleksi Ujian Mandiri (UM).
Selama pendidikan di Universitas Lampung, penulis mengikuti organisasi menjadi Kader Muda Himaki kepengurusan 2011-2012, anggota di bidang Kaderisasi dan Pengembangan Organisasi (KPO) tahun 2012-2013, sekretaris bidang Sains dan Penalaran Ilmu Kimia (SPIK) tahun 2013-2014. Kemudian menjadi asisten praktikum Kimia Dasar, Sains Dasar dan praktikum Biokimia untuk mahasiswa jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian, jurusan Matematika dan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam.
MOTTO HIDUP
“La Tahzan, Allah Always With Us”
“Sesungguhnya Bersama Kesulitan Ada Kemudahan. Karena itu bila kau sudah selesai (mengerjakan yang lain). Dan berharap kepada Tuhanmu.” Q.S. Al-Insyirah : 6-8
“Selalu Semangat dan Pantang Menyerah, dan Keep Smile” “Yang lalu biarlah berlalu”
“Sebaik-baiknya Manusia Adalah Yang Bermanfaat Bagi Orang Lain” (HR. Thabrani dan Daruquthni)
“Ada luka yang harus dibayar denga obat, ada diam yang harus dibayar denga sapaan, ada tangis yang harus dibayar dengan senyum, ada kesendirian yang harus dibayar dengan kehadiran, ada rindu yang harus dibayar dengan temu,ada maaf yang harus dibayar dengan iklas, lain hari lain cerita, lain hujan lain lagi sisa jejaknya”
Musuh yang paling berbahaya di dunia ini adalah penakut dn bimbang. Teman yang paling setia hanyalah keyakinan dan keberanian yang teguh. (Andrew Jackson)
Ilmu tidak akan diraih dengan mengistirahatkan badan (bermalas-malasan) (HR Muslim)
Bismillahirrohmannirrohim
Ku persembahkan karya kecilku ini sebagai tanda bakti dan rasa tanggung jawabku Kepada Allah SWT Bapak dan Ibu yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, doa, restu dan dukungannya kepadaku. Tanpa mereka aku bukan apa-apa. Adikku Ilyasa Icha Nayandra yang senantiasa memberikan dukungan dan keceriaan serta memotivasi semangat untukku. Almarhum kakek Sunarto Ejo Pramono & Almarhumah nenek Margini serta Almarhum kakek Pawiro katiran & Almarhumah nenek Marmi semoga tenang disurga Allah. amin Pakde dan bude, oom dan bulek, sodara sepupu dan keponakan ku yang telah berbagi kebersamaan dan dukungan kepadaku Teman-teman terbaikku yang telah bersama berjuang menggapai impian Guru-guru yang terus memberikan dorongan dan bimbingan kepadakku Serta Almamater Tercinta
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil ‘alamin, segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam yang telah memberikan nikmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :
PENENTUAN KADAR GLUKOSAMIN DARI SUBSTRAT KULIT UDANG MENGGUNAKAN BAKTERI Actinomycetes ANL-4 SEBAGAI PENDEGRADASI DALAM VARIASI WAKTU INKUBASI
Allahumma sholli ‘ala Muhammad sholli wasallim wabaarik ‘alaihi semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang memberikan syafa’atnya kepada umatnya di dunia dan di akhirat, Aamiin.
Teriring do’a yang tulus, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Ibu Dra. Aspita Laila, M.S. selaku pembimbing I penulis yang telah membimbing, mendidik, dan mengarahkan penulis dengan kesabaran serta
kasih sayang yang tulus sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga kasih Allah selalu menyertai Beliau. 2. Bapak Andi Setiawan, Ph.D. selaku pembimbing II penulis yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan. 3. Bapak Mulyono, Ph.D. selaku pembahas penulis yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan nasihat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga Allah membalasnya dengan keberkahan. 4. Bapak Prof. Jhon Hendri sebagai pembimbing yang sangat berperan penting dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih untuk waktu, pikiran dan tenaga nya. Semoga Allah melimpahkan pahala kepada Beliau. 5. Bapak Prof. Suharso, Ph.D. sebagai pembimbing akademik penulis yang telah memberikan motivasi, arahan, dan nasihat sehingga penulis dapat menempuh pendidikan dengan baik di Jurusan Kimia FMIPA Unila. Semoga cinta kasih Allah selalu tercurah untuk Beliau. 6. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.EA., Ph.D. selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 7. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA Unila dan seluruh Bapak/Ibu dosen Jurusan Kimia FMIPA Unila. 8. Pak Gani, Mbak Nora, Mbak Liza, dan Uni Kidas, Mbak Ani, Mas Nomo, pak Man dan seluruh Laboran, serta staf di Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung. 9. Bapak ku Amin Winarno, terimakasih bapak untuk kasih sayang dan cinta yang diberikan kepada anakmu, perjuangan dan usahamu dalam menafkahi
keluarga dan menjadi kepala keluarga yang baik, semoga Allah SWT memberikan pahala dan umur panjang untuk bapak. 10. Ibuku Barsilah yang tak terhitung dan tak terhingga memberikan kasih sayang, dukungan, nasihat, motivasi, rasa aman dan kesetiaannya sebagai seorang ibu. Semoga Allah SWT selalu melindungi ibu. 11. Adikku Ilyasa Icha Nayandra yang senantiasa berbagi keceriaan, dukungan, semangat dan motivasinya, mbak sayang kamu. 12. Alm. kakek Sunarto Ejo Pramono & Almh. nenek Margini serta Alm. kakek Pawiro katiran & Almh. nenek Marmi semoga tenang disurga Allah. Amin. 13. Pakde, Bude, Oom ,Bulek serta sepupu dan keponakan yang selalu memberikan semangat dan kasih sayang untuk penulis hingga saat ini. 14. Special untuk mbak Riana Sudanti dan keponakan ku Zafran Juna yang sudah memberikan motivasi kepadaku untuk terus semangat. Terima Kasih banyak. 15. Partner penelitianku J.Julianser Nicho, S.Si dan adik tingkat sesama pembimbing Erlita Aisyah, S.Si., Maria Ulfa, S.Si., Ruwaidah Muliyana, S.Si. Tim kerja yang hebat, yang senantiasa memberikan ilmu, saran, dukungan, motivasi, keceriaan, dan kehangatan selama ini. Doaku untuk kesuksesan kalian. 16. Sahabat - sahabat terbaik semasa sekolah di SDN 1 Pandansurat, SMPN 2 Adiluwih khususnya kelas C, SMA PGRI 2 Pringsewu khususnya IPA 2 yang sudah berjuang bersama untuk meraih cita-cita dan semoga kita semua tetap diridoi Allah SWT. Amin. 17. Sahabat seperjuangan dikampus Unila Aprilia Isma Denila,S.Si.,Lusi Meliyana, S.Si., Uswatun Hasanah, S.Si., Vevi Aristiani, S.Si., Ismi
Khomsiah,. S.Si. terimakasih untuk semua pengalaman berbagi dalam suka duka nya. Semoga kita tetap dalam silaturahmi yang baik. 18. Teman – teman angkatan 2011 peer group Biokimia; Ajeng Ayu Miranti, S.Si., Ana Febrianti Wulandari, S.Si., Ayu Berliana, S.Si., Azis Nur Dwiansyah, S.Si. Peer group Organik ; Andri Nosya, S.Si., Jelita Siahaan, S.Si., Junaidi Permana, S.Si., Miftahur Rahman, S.Si., Mirfat Salim Abdat, S.Si., Ridho Nahrowi, S.Si., Rio Febriansyah, S.Si., Wagiran, S.Si., Yulianingsih Nasution, S.Si. Peer group Anorganik : Asti Nurul Aini, S.Si., Dewi Karlina, S.Si., Dia Tamara, S.Si., Irkham Bariklana, S.Si., Melli Novita Windiyani, S.Si., Mely Antika, S.Si., Niko Mei Candra, S.Si., Nopita Sari, S..Si., Rina Wijayanti, S.Si., Rio Wicaksono, S.Si. Peer group Analitik : Anggino Saputra, S.Si., Ari Susanto, S.Si., Ayu Fitriani, S.Si., Cindy Moyna Clara L.A, S.Si., Daniar Febriliani Pratiwi, S.Si., Fatimah Milasari, S.Si., Frederica Giofany Tirtasari, S.Si., Lewi Puji Lestari, S.Si., Mardian Bagus Saputra, S.Si., Mega Suci Hanifa Putri, S.Si., Nira Dwi Puspita, S.Si. Peer Group Kimia Fisik : Endah Pratiwi, S.Si., Eva Dewi Novianti Sirait, S.Si., Fatma Maharani, S.Si., Ivan Halomoan, S.Si., Jelita Purnama Sari Saroinsong, S.Si., Muhammad Yusry Ahmadhani, S.Si., Ramos vicher, S.Si., Umi Fadilah, S.Si. Terima Kasih atas kebersamaan, suka duka dan pengalaman bersama nya selama ini. 19. Keluarga Besar KKN Bapak Muhammmad Sodiq dan Ibu Rahayu ,Hendrik, Dicky, Dian, Rani serta seluruh masyarakat Desa Batang Hari Kec, Rawa Pitu, Kab. Tulang Bawang. Terimakasih atas kebersamaan, pengalaman, kasih sayang dan kekeluargaan nya semoga Allah membalasnya dengan keberkahan.
20. Kiyay Handoko yang sudah rela meluangkan waktu dan berbagi pengalaman nya selama 6 tahun terakhir dan seterusnya. Semoga cita-cita mu tercapai kiyay. Amin 21. Rekan – Rekan ku selama di rumah Kost Eko Wijayanti : kak Mahar, Kak Rendy, Kak Econ, Kak Dapson, Kak Nyoman, Kak Bayu, Kak Umpu, Kak Lian, Kak Rian, Mbak Dewi, Mbak Lida, Mbak Erika, Mbak Vindy, mbak Yuli, Ardel. Kosan Griya Gedung Meneng : Nita, Rika, teteh Yuni, Tika, Marlia, Nisa Darmono, Nisa, Pita. Kosan Griya Kencana :Ade, Arnold, Randi, rolly, Atma, Olip, Seva, Yuni, Rafika,Vika, semangat kuliah perawatnya dan terimakasih utuk kebersamaan dan pengalamannya. 22. Kepada seluruh teman-teman sepermainan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terimakasih untuk pengalamannya. 23. Seluruh mahasiswa kimia angkatan 2009, 2010,2012, 2013, 2014 dan 2015. 24. Almamaterku tercinta serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis memohon maaf kepada semua pihak apabila skripsi ini masih terdapat kesalahan dan kekeliruan, semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat sebagaimana mestinya, Aamiin.
Bandar Lampung, Oktober 2016 Penulis
Febri Windi Asmoro
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI..................................................................................................... i DAFTAR GAMBAR........................................................................................ iii DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................... 1 B. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3 C. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
II.
TINJAUAN PUSTAKA A. Kulit Udang ....................................................................................... B. Kitin ................................................................................................... C. Kitosan............................................................................................... D. Glukosamin........................................................................................ E. N-Asetil glukosamin.......................................................................... F. Enzim................................................................................................. G. Enzim Kitinase .................................................................................. H. Enzim kitin Deasetilase ..................................................................... I. Actinomycetes .................................................................................... J. Fermentasi ......................................................................................... K. Fermentasi Fasa Cair Sistem Tertutup (Batch).................................. L. Ninhidrin............................................................................................ M. Spektrofometri UV-Vis .....................................................................
5 6 7 9 10 11 13 16 18 19 21 22 23
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ B. Alat dan Bahan .................................................................................. C. Prosedur Penelitian ............................................................................ 1. Preparasi Kulit Udang ................................................................. 2. Pembuatan Media ........................................................................ a. Media ISP-2 (International Streptomycetes Project-2).........
27 27 28 28 28 28
ii
3. 4. 5. 6.
b. Larutan Mineral Garam Actinomycetes ANL-4..................... Pertumbuhan Actinomycetes ANL-4 ........................................... Fermentasi Fasa Cair Sistem Tertutup (Batch)............................ Analisis Glukosamin dengan Spektrofotometri UV-Vis ............. Persiapan Standar dan Sampel Glukosamin ................................ a. Pembuatan Standar Glukosamin............................................ b. Pembuatan Sampel Glukosamin............................................ c. Pembuatan Kurva Standar Glukosamin ................................. d. Analisis Kadar Glukosamin....................................................
29 29 29 30 30 30 30 30 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peremajaan Actinomycetes ANL-4.................................................... 32 B. Fermentasi Serbuk Kulit Udang dengan Actinomycetes ANL-4 ....... 33 C. Analisis Glukosamin dengan Spektrofotometri UV-Vis…………… 36
V.
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan............................................................................................ 43 B. Saran .................................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 45 LAMPIRAN...................................................................................................... 50
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Struktur kitin ..................................................................................................6 2. Struktur kitosan..............................................................................................8 3. Struktur glukosamin.......................................................................................9 4. Struktur N-asetil glukosamin .........................................................................10 5. Reaksi pemutusan ikatan β-1,4 pada bagian internal mikro fibil kitin ..........14 6. Reaksi pembebasan unit-unit deasetilasi kitobiodase oleh enzim .................14 7. Reaksi pemutusan diasetil kitobiose, dan dan kitotetraose dan menghasilkan monomer-monomer ClcNAc kitinase berguna dalam produksi kitooligosakarida.............................................................................15 8. Skema spektrofotometri UV-Vis ...................................................................24 9. Isolat Actinomycetes ANL-4 ..........................................................................32 10. Grafik hasil fermentasi glukosamin terhadap waktu inkubasi .......................35 11. reaksi antara glukosamin dan ninhidrin .........................................................37 12. Kurva Standar glukosamin.............................................................................39 13. Grafik kadar glukosamin terhadap waktu inkubasi .......................................40
iv
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Persentase Glukosamin dalam Substrat Kulit Udang Awal ............................52 2. Absorbansi Larutan Glukosamin Standar ......................................................53 3. Absorbansi Larutan Glukosamin Sampel pada Analisis................................53 4. Konsentrasi Terukur Glukosamin Hasil Fermentasi......................................54 5. Bobot Glukosamin dalam Filtrat Hasil Fermentasi .......................................55 6. Persentase Rendemen Glukosamin dalam Substrat Serbuk Kulit Udang ......56
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kitin merupakan suatu polimer utama yang memiliki sifat tidak larut dalam berbagai jenis pelarut. Kitin tersusun dari residu N-asetil-D–glukosamin yang terikat melalui ikatan β-1,4 glikosidik. Kitin merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan paling melimpah setelah selulosa (Arif dkk., 2013). Kitin didapatkan dengan cara mengisolasi dari limbah kulit udang. Limbah udang ini berupa kulit, kepala dan ekor udang. Limbah kepala udang bisa mencapai 35%-50% dari berat total udang (Yanming et al., 2001). Kulit udang mengandung protein (25%-40%), kitin (15%-20%), dan kalsium karbonat (45%-50%) (Azhar dkk., 2010). Kandungan kitin di alam yang sangat melimpah ini dapat dengan mudah dan cepat terdegradasi oleh beberapa bakteri atau jamur yang memiliki enzim kitinase. Kitin ini dapat didegradasi dalam dua jalur, pertama adalah degradasi oleh mekanisme kitinolitik yang akan menghidrolisis ikatan β-1,4-glikosida atau polimernya akan mengalami deasetilasi. Selanjutnya akan dihidrolisis oleh kitinase (Herdyastuti dkk., 2009)
2
Eksokitinase, endokitinase, kitisanase, dan kitin deasetilase merupakan enzim kitinase yang dihasilkan dari berbagai organisme, antara lain bakteri, khamir, fungi, serangga, tumbuhan, dan vertebrata (Green et al., 2005; Gohel et al.,2006 ). Actinomycetes ANL-4 merupakan salah satu bakteri kitinolitik yang digunakan sebagai pendegradasi kitin untuk menghasilkan enzim kitinase melalui proses fermentasi dan akan menghasilkan senyawa glukosamin. Actinomycetes ANL4 ini adalah anggota bakteri, namun siklus morfologinya hampir sama dengan fungi/jamur karena strukturnya berupa filamen-filamen halus yang disebut dengan hifa atau maselia (Rao, 2001). Berdasarkan klasifikasinya, Actinomycetes termasuk dalam kelas Schizomycetes, ordo Actinomycetales yang dikelompokan menjadi empat familia, yaitu Mycobacteriaceae, Actinomycetaeceae, streptomyceae, dan Actinoplanaceae. Actinomycetes ANL-4 termasuk golongan bakteri gram positif yang diketahui memiliki kemampuan untuk menghasilkan antibiotik (Uno W. Dkk., 2012). Disamping antibiotik, Actinomycetes ANL-4 juga mampu menghasilkan metabolit sekunder lain yaitu agen anti tumor, agen immunosupresif dan enzim. Metabolit tersebut juga potensial sebagai antibakteri, antifungi, neuritogenik, antikanner, antialga, anti malaria dan memiliki aktivitas antiinflamasi (Ravikumar et al.,2011). Enzim pendegradasi kitin secara langsung adalah kitinase dan kitin deasetilase. Kitinase adalah enzim yang dapat menghidrolisis kitin secara acak pada ikatan glikosidiknya, sedang kitin deasetilase adalah enzim yang
3
dapat mengkonversi kitin menjadi kitosan. Teknik produksi kitosan secara enzimatik, dibanding secara termokimia, relatif lebih baik karena mudah dikendalikan, terurai biologis(biodegradable), dan sesuai lingkungan (biocompatible), serta dapat membentuk oligomer atau polimer (Artiningsih, 2003). Pada penelitian sebelumnya, Robiah (2015) melakukan uji penetapan waktu inokulasi optimum degradasi kitin oleh Actinomycetes ANL-4 selama fermentasi yang dilakukan selama 7 hari inkubasi dengan interval waktu 1 sampai 4 jam, ditentukan kadar glukosamin yang dihasilkan. Nilai kadar kemurnian glukosamin pada 1 jam pertama menunjukan nilai yang tinggi, yaitu sebesar 97,16% dari bobot awal sampel kitin. Hal ini menunjukkan bahwa proses produksi glukosamin dengan fermentasi kitin membutuhkan waktu yang sangat singkat. Namun, belum diketahui secara pasti tentang peran aktivitas enzim kitinase atau enzim deasetilase dalam reaksi pendegradasi kitin. Sedangkan pada penelitian ini akan digunakan substrat kulit udang sebagai pengganti substrat kitin yang didegradsasi bakteri Actinomycetes ANL-4 untuk mengamati pengaruh kandungan protein dan mineral dalam menghasilkan glukosamin. B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Mengetahui kadar glukosamin yang dihasilkan dari aktivitas enzim kitinase dan kitin deasetilase dari ActinomycetesANL-4 dalam
4
mendegradasi substrat kulit udang selama fermentasi yang dilakukan selama 5 hari inkubasi dengan interval waktu sampling 1 hari. 2. Mengamati pengaruh mineral pada proses pembentukan glukosamin. 3. Menentukan kadar glukosamin yang terbentuk selama fermentasi yang dilakukan selama 5 hari inkubasi dengan interval waktu sampling 1 hari menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang : 1. Mengetahui pengaruh kandungan mineral dalam proses fermentasi yang dilakukan selama 5 hari inkubasi dengan interval waktu sampling 1 hari. 2. Mengetahui perbedaan hasil glukosamin antara substrat kitin dan substrat kulit udang yang digunakan. 3. Mengetahui kadar glukosamin dalam rendemen dan substrat kulit udang dalam variasi waktu inkubasi
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kulit Udang
Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia, belum banyak dimanfaatkan, hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya adalah keterbatasan kemampuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang besar dan banyak mendapatkan sumbangan devisa dari hasil lautnya. Hasil laut yang umum banyak diekspor ke manca negara seperti Eropa, Amerika, dan Jepang adalah produksi makanan kaleng dari hewan laut seperti udang, kepiting, dan ranjungan. Pada proses pengolahan ketiga biota laut tersebut banyak menyisakan limbah yang belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Pada pengolahan pembekuan udang untuk ekspor sekitar 60-70% dari berat total udang menjadi limbah (kulit udang), sehingga diperkirakan akan dihasilkan limbah kulit udang sekitar 30-35% dari berat udang yang menghasilkan senyawa kitin (Anonim, 2010 dan Hendri, 2005).
Kitin merupakan senyawa polimer alam yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku berbagai keperluan industri. Kitin adalah polimer kedua tersebar di bumi setelah selulosa (Steven, 2005). Senyawa ini dijumpai sebagai komponen eksoskeleton kelompok Crustaceae, dinding sel insekta,kapang dan
6
kamir (Patil et al., 2000) senyawa kitin atau (1-4)-N-asetil-D-glukosamin dapat dipertimbangkan sebagai suatu senyawa turunan selulosa, dimana gugus hidroksil pada atom karbon nomor 2 digantikan oleh gugus asetamida (Pujiastuti, 2011). Kitin bersifat hidrofobik, tidak dapat larut dalam air air, alkohol,dan hampir semua pelarut pelarut organik sehingga penggunanya terbatas. Oleh karena itu, perlu dilakukan degradasi senyawa kitin menjadi oligomer yang mudah larut dalam berbagai jenis pelarut, agar dapat diaplikasikan dalam pengolahan limbah, obat-obatan, pengolahan makanan dan biteknologi (Savant dkk., 2000).
B. Kitin
Struktur yang dimiliki oleh kitin hampir sama dengan selulosa adalah pada ikatan antara monomernya yaitu ikatan glikosidik yang berada pada posisi β(1,4). Sedangkan perbedaannya ada pada atom C-2. Isolasi kitin dapat diperoleh dari limbah kulit udang karena mudah diperoleh dan memiliki kandungan kitin yang cukup banyak. Selain itu, kulit udang juga mengandung protein (25%-40%), dan kalsium karbonat (45%-50%) (Natsir et al., 2002). Struktur kitin dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Struktur kitin (Murray et al., 2003)
7
Proses isolasi atau produksi kitin terdiri dari 2 tahap yaitu tahap deproteinasi, dan tahap demineralisasi. Proses deproteinasi ini dapat menggunakan dua metode yaitu, enzimatik menggunakan enzim proteolitik dan secara kimia misalnya menggunakan larutan basa adalah NaOH (Robiah, 2015). Metode secara kimia dengan natrium hidroksida lebih sering digunakan karenalebih efektif dan mudah untuk menghilangkan kandungan protein yang terdapat dalam sampel serbuk kasar kulit udang. Reaksi protein diekstraksi sebagai Na-proteanat yang larut dalam air (Kusumaningsih, 2004). Sedangkan demineralisasi merupakan proses pemisahan mineral atau senyawa mineral yang menempel pada kitin. Mineral utama yang menempel pada kulit udang adalah kalsiun karbonat (CaCO3) dan kalsium fosfat (Ca3(PO4)2). Proses demineralisasi ini basanya menggunakan larutan asam klorida (HCl) sebesar 1,5 N, jika pada kondisi yang lebih tinggi, kitin akan mengalami reaksi destruksi (Hamsina dkk., 2002).
C. Kitosan
Kitosan adalah salah satu senyawa turunan dari kitin yang mempunyai rumus β(1,4)-2-amino-2-dioksi-D-glukosa. Kitosan diperoleh dari proses hidrolisis kitin menggunakan basa kuat (proses deasetilasi) (Srijanto and Imam, 2005). Kitosan memiliki bentuk seperti lembaran tipis dan berserat,bewarna putih atau kuning, tidak berbau, dan memiliki sifat yang tidak larut dalam air, sedikit larut dalam HCl, HNO3, dan H3PO4 dan tidak larut dalam H2SO4. Kitosan memiliki struktur yang mirip dengan kitin hanya saja gugus asetilnya dihilangkan dengan menggunakan basa kuat. Adanya gugus amina dan
8
hidroksil pada kitosan menjadikan sifatnya lebih aktif dan bersifat polikationik (Murray et al., 2003). Struktur kitosan dapat ditunjukan oleh gambar dibawah
Gambar 2. Struktur kitosan (Kristbergsson, 2003)
Dalam bidang pangan, kitosan digunakan untuk penjernih jus, pengawet anti mikroba, suplemen makanan. Dalam bidang kosmetik, kitosan digunakan sebagai bahan campuran produk perawatan rambut dan kulit. Dalam bidang pertanian, kitosan dimanfaatkan sebagai flokulan untuk menghilangkan logam berat dan mencegah kontaminasi (Rochima, 2014). Karena kitosan adalah polimer alami yang bersifat non toksis, lebih ramah lingkungan dan mudah terdegradasi secara alami. Isolasi kitosan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu kimiawi dan enzimatik. Metode kimiawi mudah dilakukan tetapi memiliki ketidak ramahan terhadap lingkungan, prosesnya tidak mudah dikendalikan dan hasil kitosan yang terbentuk memiliki berat molekul dan derajat deasetilasi yang tidak seragam. Metode kimiawi biasanya menggunakan basa kuat berkonsentrasi tinggi seperti, NaOH (Hendri dkk., 2007). Sedangkan metode enzimatis memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan metode kimiawi sehingga dapat diaplikasikan dengan baik di dalam bidang kosmetik, medis atau farmasi. Dilakukan dengan proses fermentasi oleh enzim yang dihasilkan dengan mikroorganisme (Patil et al., 2000).
9
D. Glukosamin
Glukosamin (C6H13NO5) merupakan salah satu gula amino yang di peroleh dari hidrolisis kitin dengan menggunakan asam klorida pekat (Purnomo, H.E, 2012) dan merupakan prekusor penting dalam sintesis biokimia dari protein glikosilasi dan lipid. Glukosamin sebagai komponen utama dari rangka luar Crustaceae, Artropoda, dan cendawan juga merupakan salah satu monosakarida yang banyak dijumpai, misalnya dalam industri.
Glukosamin juga ditemukan di matriks tulang rawan sendi dan cairan sendi manusia, bahkan dihampir semua jaringan lunak dalam tubuh manusia, konsentrasi glukosamin tertinggi terdapat di tulang rawan (Miller, 2011). Glukosamin yang diproduksi oleh tubuh berbentuk glukosamin-6-fosfat dan dihasilkan dari glukosamin (Oegema et al., 2002). Keberadaan glukosamin di dalam tubuh mempunyai peranan yang penting untuk kesehatan dan kelenturan sendi, lapisan membran sel, kolagen, osteroid, tulang rusuk, pembentukan pelumas dan agen perlindungan (Purnomo, H.E, 2012). Selain itu, glukosamin juga ditemukan di pasaran dalam bentuk glukosamin hidroklorida (GHCl), co-crystals atau coprecipitates glukosamin sulfat dan kalium atau natrium klorida (Dahmer, 2008).
Gambar 3. Struktur glukosamin (kardiman, 2013)
10
E. N-asetil Glukosamin N-asetil-glukosamina (GlcNAc) merupakan monomer dari kitin yang memiliki rumus molekul C6H15NO6 yang berisi campuran murni 6,9% nitrogen dengan struktur kimia yang sama dengan selulosa yang diganti oleh suatu unit asetil amino (CH3COONH2) (Pasaribu, 2004). Pada umumnya N-asetilglukosamin memiliki bentuk serbuk berwarna putih dan rasa yang manis serta berfungsi sebagai bioregulator sebagai pengganti gula dan berperan dalam penyakit orteoarthritis (Wulandari, 2009).
N-asetil-glukosamina (GlcNAc) dihasilkan dari reaksi hidrolisis asam lemah seperti HCl dari β-kitin yang akan melewati dua tahap. Pada awalnya, kitin akan dipecah perlahan oleh endokitinase menjadi oligosakarida. Selanjutnya, oligosakarida akan dipecah secara cepat oleh eksokitinase dan terbentuk hasil akhir yaitu N-asetilglukosamina (GlcNAc) (Sashiwa et al., 2002).
Gambar 4. Struktur N-asetil glukosamin N-asetil-glukosamin bersifat mudah larut dalam air, sedikit larut dalam metanol yang dipanaskan dan tidak larut dalam dietileter. Besarnya suhu yang baik untuk menyimpan N-asetilglukosamin adalah 2–8ºC (Hendri dan Laila, 2013).
11
F. Enzim
Kata enzim berasal dari kata Yunani “Enzyme” yang berati “di dalam sel:. Willy Kuche (1876) mendinisikan enzi sebagai fermen (ragi) yang bentuknya tidak tertentu dan tidak teratur, yang dapat bekerja tanpa adanya mikroba. Selanjutnya definisi ini berubah setelah dilakukan penelitian lanjutan oleh Bucher pada tahun 1897. Enzim dapat diproduksi oleh mikroba atau bahan lainnya seperti hewan dan tumbuhan. Enzim juga dapat diisolasi dalam bentuk murni.
Enzim merupakan molekul biopolimer yang tersusun dari serangkaian asam amino dalam komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetep. Enzim juga merupakan biokatalisator yang terdapat dalam semua sistem hidup. Enzim dapat digunakan untuk mengaktifkan, mengkatalis dan mengendalikan reaksi kimia yang penting untuk mempertahankan keberadaan organisme itu sendiri. Katalis enzim berbeda dengan katalis kimia, yaitu memiliki karakteristik yang spesifik dan menghasilkan produk serta substrat yang spesifik (Voet et al., 2006).
Enzim adalah senyawa protein yang dapat mempercepat reaksi biologis, dari reaksi yang sederhana sampai reaksi yang sangat rumit. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi sehingga mempercepat proses reaksi. Percepatan reaski terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Enzim mengikat molekul substrat membentuk kompleksenzim substrat yang bersifat sementara dan terurai membentuk
12
enzim dan produknya. Kerja enzim dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a. Konsentrasi enzim Kecepatan reaksi enzim bergantung pada konsentrasi enzim yang berperan sebagai katalisator dalam suatu reaksi. Pada suatu reaksi dengan konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi akan bertambah dengan semakin bertambahnya konsentrasi enzim.
b. Konsentrasi substrat Konsentrasi substrat juga dapat mempengaruhi kecepatan suatu reaksi yang dikatalis oleh enzim. Apabila konsentrai substrat ditambahkan secara terus menerus hingga mencapai suatu laju maksimum, maka keadaaan substrat akan menjadi jenuh.
c. Temperatur Enzim merupakan senyawa protein yang sangat peka terhadap perubahan temperatur. Pada temperatur yang tinggi enzim akan mengalami perubahan struktur yang diikuti oleh hilangnya aktivitas katalitik dari enzim. Pada beberapa enzim suhu yang terlalu rendah juga dapat menyebabkan perubahan struktur dan aktivitasnya.
d. Derajat Keasaman (pH) Kerja enzim juga dipengaruhi oleh perubahan kadar pH, karena perbahan pH dapat mempengaruhi aktivitas dari enzim. Hal ini karena terjadinya perubahan ionisasi enzim, substrat atau kompleks enzim substrat serta
13
perubahan kemampuan peningkatan dan pengaruh laju reaksi. Enzim akan menunjukkan aktivitas maksimum pada kisaran pH optimum yaitu antara 4,5 – 8,0.
e. Inhibitor Enzim dapat dihambat sementara atau tetap oleh inhibitor yaitu berupa zat kimia tertentu. Inhibitor merupakan senyawa selain substrat yang biasa terikat pada sisi aktif enzim substat normal), sehingga antara substrat dan inhibitor terjadi persaingan untuk mendapatkan sisi aktif. Persaingan dapat terjadi karena inhibitor memiliki kemiripan kimiawi dengan substrat normal. Enzim sebagai biokatalisator memiliki keunggulan sifat, seperti aktivitas yang tinggi, efektif, spesifik dan ramah lingkungan (Lidya and Djenar, 2000). Menurut Saktiwansyah (2001), enzim memiliki sifat yang khas, yaitu sangat aktif walaupun konsentrasinya amat rendah, sangat selektif dan bekerjapada kondisi yang ramah (mild), yaitu tanpa temperatur atau tekanan tinggi dan tanpa logam yang umumnya beracun. Hal ini yang menyebabkan reaksi dapat dikatalisis secara enzimatik menjadi lebih efisien dibandingkan dengan reaksi yang dikatilisis oleh katalis kimia (August, 2000).
G. Enzim Kitinase Kitinase merupakan enzim yang memiliki kemampuan untuk mendegradasi kitin dengan memotong ikatan glikosidik dari polimer β-1,4-N-asetil-Dglukosamin dan akan menghasilkan monomer-monomer N-asetilglukosamin. enzim ini dihasilkan oleh bakteri, fungi, tanaman, dan hewan (Haliza dkk.,
14
2012). Berdasarkan cara kerjanya dalam mendegradasi substrat, kitinase dibedakan menjadi 2 kelompok utama, yaitu endokitinase dan eksokitinase. Endokitinase akan memotong struktur kitin secara acak pada ikatan β-1,4 bagian internal mikrofibil kitin yang kemudian menghasilkan produk akhir yang berupa oligomer pendek N-asetilglukosamin (GlcNAc) dan memiliki berat molekul rendah seperti kitotetraose
Gambar 5. Reaksi pemutusan ikatan β-1,4 pada bagian internal mikrofibil kitin (Pratiwi dkk., 2015). Eksokitinase disebut juga kitobiodase atau kitin β-1,4-kitobiodase, yang akan memotong dengan teratur pada ujung non reduksi mikrofibil kitin tanpa terjadi pembentukan unit-unit monosakarida atau polisakarida.
Gambar 6. Reaksi pembebasan unit-unit deasetilasikitobiodase oleh enzim eksokitinase (Pratiwi dkk., 2015).
15
β-1,4-N-asetilglukosaminidase merupakan suatu suatu kitinase yang bekerja pada pemutusan diasetilkitobiose, kitotriose dan kitotetraose dengan menghasilkan monomer-monomer GlcNAc.
Gambar 7. Reaksi pemutusan diasetilkitobiose, kitotriose dan kitotetraose dan menghasilkan monomer-monomer ClcNAc kitinase berguna dalam produksi kitooligosakarida (Pratiwi dkk., 2015). Enzim kitinase banyak dihasilkan oleh organisme seperti bakteri, fungi, khamir, tumbuhan, insekta, protozoa, manusia, dan hewan (Gohel et al.,2006). Kitinase yang dihasilkan oleh bakteri, diproses secara ekstraseluler dan digunakan untuk pengambilan nutrisi dan parasitisme (Patil et al., 2000). Kitinase pada fungi berperan sebagai pengatur fisiologis saat pembelahan sel, diferensiasi, dan aktivitas mikroparasit. Khamir menggunakan kitinase untuk proses pembagian sel selama pertunasan dan untuk mekanisme perlawanan terhadap fungi lain. Tumbuhan menggunakan kitinase untuk mendegradasi
16
dinding sel fungi patogen. Insekta menggunakan kitinase sebagai pertumbuhan dan perkembangannya (Gohel et al., 2006).
Aktivitas kitinase juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti substrat (reaktan), (temperatur), derajat keasaman (pH), penghambat enzim (inhibitor) (Lehninger, 2005). Mikroorganisme kitinolitik adalah mikroorganisme yang dapat mendegradasi kitin menggunakan enzim kitinase yang dihasilkan. Mikroba tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber lingkungan tanah, laut, danau, kolam, tempat pembuangan limbah udang dan sebagainya. Bakteri kitinolitik dari tanah yaitu Serratia marcescens, Streptomyces sp, Bacillus sp. yang berasal dari Rizosphere c, Pseudomonas sp, Alkaligenes denitrificans, Aeromonas hydrophila, dan Agrobacterium sp dari danau Jeziorak (Pratiwi dkk., 2015).
H. Enzim Kitin Deasetilase
Enzim kitindeasetilase merupakan salah satu enzim yang dapat mendegradasi kitin selain enzim kitinase, enzim kitin deasetilase ini dihasilkan oleh mikroorganisme seperti Absidia coerulea, Colletotricum Lindemuthianum, dan Mucor rouxii (Pujiyanto dkk., 2005) dan lebih lanjut diketahui bahwa enzim tersebut dikaitkan dengan sistesis dinding sel dengan mengubah kitin menjadi kitosan. Enzim kitin deasetilase memiliki perbedaan dengan enzim kitin deasetilase yaitu enzim kitinase adalah enzim yang mendegradasi kitin secara acak pada ikatan glikosidiknya, sedangkan kitin deasetilse adalah enzim yang akan mengkonversi kitin menjadi kitosan. Proses degradasi kitin untuk menghasilkan kitosan dapat dilakukan secara termokimia dengan
17
menggunakan alkali kuat pada suhu tinggi. Dengan menggunakan proses ini, hasil yang diperoleh belum mencukupi mutu kitosan karena hasilnya masih beragam. Selain itu, proses termokimia juga menghasilkan limbah dan produk samping yang berpotensi menjadi toksik bagi lingkungan (Tsigos et al., 2000).
Proses degradasi kitin menggunakan enzim kitin deasetilase memiliki keunggulan yaitu lebih mudah dikendalikan, terurai secara biologis (biodegradable), ramah lingkungan (biocompatible) dan dapat membentuk oligomer atau polimer (Tsigos et al., 2000). Sampai saat ini sudah banyak dilakukan penelitian mengenai enzim kitin deasetilase. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat yang dimiliki oleh enzim kitin deasetilase, antara lain yaitu :
1. Masa Molekular Masa molekular untuk sebagian besar kitin deasetilase adalah kisaran 25 sampai 80 kDa. 2. Suhu dan pH Optimum Menurut hasil laporan, pH optimum untuk kitin deasetilase ekstraseluler adalah netral atau dalam kisaran basa 7-12, sementara sebagian kitin deasetilase instraseluler yang nilai pH optimalnya berada dalam kisaran 6. Suhu optimal adalah 50-60oC (Zhao et al., 2010). 3. Substrat Spesifik Caufrier et al., (2003) menguji asetil xilan, peptidoglikan dan kitin sebagai substrat untuk kitin deasetilase dari M. Rauxii dan asetil xilan esterase dari Streptomycetes lividans. Semua enzim diuji untuk menentukan aktif
18
tidaknya pada asetil xilan, peptidoglikan, dan kitin. Hasil menunjukan bahwa enzim kitin deasetilase tidak aktif pada peptidoglikanakan tetapi aktif pada asetil xilan. Hal ini menunjukkan bahwa enzim kitin deasetilase dan asetil xilan memiliki dominan katalitik yang sama.
I. Actinomycetes
Actinomycetes adalah salah satu kelompok bakteri gram positif (Remya dan Vijayakumar, 2008) yang terdistribusi luas di alam dan berhabitat di tanah. Actinomycetestumbuh secara perlahan membentuk cabang-cabang seperti benang, sehingga dapat digolongkan sebagai fungi. Actinomycetes memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh jamur dan bakteri. Terlihat dari luar seperti jamur (eukariotik), tetapi organisme ini juga memiliki kriteria sel-sel prokariotik, yaitu dinding sel yang mengandung asam muramat, tidak mempunyai mitokondrion, mengandung ribosom 70s, tidak mempunyai nukleus, garis tengah selnya berkisar dari 0,5-0,2 μm, dan dapat dimatikan atau dihambat oleh banyak antibiotik bakteri. Pada lempeng agar, Actinomycetes dapat dibedakan dengan mudah dari bakteri dimana koloni bakteri tumbuh dengan cepat dan berlendir, sedangkan Actinomycetes tumbuh secara perlahan dan membentuk serbuk melekat erat pada permukaan agar (Rao, 1994). Walaupun Actinomycetes disebut juga sebagai peralihan antara bakteri dan fungi, tetapi Actinomycetes memiliki ciri khas yang dapat digunakan untuk membatasi kelompoknya menjadi jelas berbeda. Actinomycetes diketahui sebagai bakteri penghasil antibiotik, yaitu sebesar dua pertiga dari 10.000
19
antibiotik yang telah dihasilkan oleh bakteri ini (Miyadoh and Misa, 2004). Actinomycetes telah dieksploitasi secara komersil untuk produksi farmasi, enzim, agen antitumor, inhibitor enzim, dan sebagainya (Remya dan Vijayakumar, 2008). Actinomycetes juga hidup sebagai bakteri safrofit dan aktif sebagai bakteri pendekomposisi bahan-bahan organik, sehingga dapat meningkatkan kadar kesuburan tanah, dan juga mampu mensekresi berbagai senyawa lain yang dapat dimanfaatkan dalam bidang pertanian seperti zat pengatur pertumbuhan tanaman (Lezin et al., 2001; Donadio et al., 2002).
J. Fermentasi
Fermentasi adalah proses dimana suatu mikroorganisme dapat melakukan perubahan dari suatu energi, karbon, nitrogen dan pospor menjadi senyawa organik yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dan terakumulasi dalam sebuah medium. Dalam suatu proses fermentasi , perlu adanya substrat yang digunakan untuk tempat pertumbuhan suatu mikroorganisme yang ada dalam medium tersebut. Secara umum ada empat macam proses fermentasi jika dilihat secara nilai ekonomisnya : 1. Fermentasi yang memproduksi mikroba (biomass) Produksi komesial dari biomass dapat dibedakan menjadi produksi yeast untuk industri roti, dan produksi sel mikroba untuk digunakan sebagai makanan manusia dan hewan.
2. Fermentasi yang menghasilkan enzim dari mikroba
20
Secara komersial, enzim dapat diproduksi oleh tanah, hewan, dan mikroba, namun enzim yang diproduksi oleh mikroba memiliki beberapa keunggulan yaitu, mampu dihasilkan dalam jumlah besar dan mudah untuk meningkatkan produktivitas bila dibandingkan dengan tanaman atau hewan.
3. Fermentasi yang menghasilkan metabolit mikroba Metabolit mikroba dapat dibedakan menjadi metabolit primer dan metabolit sekunder. Produk metabolisme primer yang dianggap penting contohnya etanol, asam nitrat, polisakarida, aseton, butanol, dan vitamin. Sedangkan metabolit sekunder yang dihasilkan mikroba contohnya antibiotik, pemacu pertumbuhan, inhibitor enzim, dan lain-lain.
4. Proses transformasi
Sel mikroba dapat digunakan untuk mengubah suatu senyawa menjadi senyawa lain yang masih memiliki kemiripan struktur namun memiliki nilai komersial yang lebih tinggi. Proses transformasi dengan menggunakan mikroba ini leibh baik jika dibandingkan dengan proses kimia, berkaitan dengan penggunaan reagen kimia yang lebih sedikit. Selain itu proses dapat berlangsung pada suhu rendah tanpa membutuhkan katalis logam yang berpotensi menimbulkan efek samping (Sulistyaningrum, 2008).
21
K. Fermentasi Fase Cair Sistem Tertutup (Batch)
Fermentasi merupakan suatu reaksi reduksi oksidasi yang melibat sumber energi, karbon, nitrogen dan fosfor untuk menghasilkan senyawa organik yang terakumulasi dalam medium. Medium yang digunakan untuk proses fermentasi menggunakan metode kultur permukaan berupa medium padat dan cair dan kultur terendam menggunakan bioreaktor berupa labu aerasi, labu yang dishaker atau fermentor.
Fermentasi medium cair dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu, fermentasi tertutup (batch culture), fermentasi fed batch dan fermentasi kontinu (continuous batch). Pada fermentasi tertutup, setelah inokulasi tidak dilakukan lagi penambahan medium ke dalam fermentor, kecuali penambahan oksigen (udara steril), antibuih dan asam atau basa untuk pengaturan pH. Karena itu pada sistem tertutup ini, dengan semakin lamanya waktu fermentasi, laju pertumbuhan spesifik mikroba semakin menurun sampai pada akhirnya pertumbuhan berhenti. Penurunan dan berhentinya pertumbuhan disebabkan karena dengan semakin bertambahnya waktu fermentasi, nutriennutrien esensial dalam medium semakin berkurang atau terjadi akumulasi autotoksin yang mempengaruhi laju pertumbuhan, atau dari keduanya. Dengan demikian pada fermentasi tertutup jumlah sel pada fase stasioner merupakan jumlah sel maksimum. Pada fermentasi kontinyu, larutan nutrien steril dalam volume tertentu ditambahkan ke dalam fermentor secara terus menerus, dan pada saat bersamaan cairan fermentasi yang mengandung sel dan produk-produk fermentasi dikeluarkan dari fermentor dengan volume yang
22
sama. Penambahan medium baru dengan kecepatan tertentu dapat menghasilkan keadaan steady state, yaitu suatu keadaan dimana jumlah sel-sel yang terbentuk sama dengan sel-sel yang dikeluarkan dari fermentor. Yield yang dihasilkan pada fermentasi fed-batch lebih besar jika dibandingkan dengan fermentasi batch (Winarni, I, 1995).
L. Ninhidrin
Uji ninhidrin adalah uji umum untuk protein dan asam amino. Ninhidrin dapat mengubah asam amino menjadi suatu aldehida. Ninhidrin dilakukan dengan menambahkan beberapa tetes larutan ninhidrin yang terlihat tidak warna kedalam sampel, kemudian dipanaskan beberapa menit. Adanya protein ditandai dengan adanya perubahan warna ungu (Novita, 2009). Protein memiliki molekul besar dengan berat molekul yang bervariasi antara 5000 hingga jutaan dengan hidrolisis oleh asam atau oleh enzim protein akan menghasilkan asam amino, ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein.
Ninhidrin bereaksi dengan asam amino bebas dan protein menghasilkan warna biru. Reaksi yang paling umum digunakan untuk analisis kualitatif protein dan produk hasil hidroplisisnya. Reaksi ninhidrin dapat pula dilakukan terhadap urin untuk mengetahui adanya asam amino atau mengetahui adanya pelepasn protein oleh cairan tubuh (Santoso, 2008).
23
M. Spektrofotometri Ultraviolet-Visible
Spektrofotometri merupakan salah satu instrumentasi yang digunakan untuk mengukur absorbsi energi cahaya oleh suatu atom atau molekul pada panjang gelombang tertentu (Day and Underwood, 2002). Spektrofotometer terdiri atas spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Spektrofotometer tersususn dari sumber spektrum yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan antara absorbsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar, 2002).
Berdasarkan daerah serapannya, spektrofotometer dibagi menjadi dua yaitu, spektrofotometer UV-Vis dan spektrofotometer sinar tampak. Rentang spektrum untuk spektrofotometer UV-Vis atau ultraviolet yaitu pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan untuk rentang spektrofotometer sinar tampak yaitu pada rentang panjang gelombang 400-750 nm (Rohman, 2007). Absorpsi cahaya ultraviolet atau sinar tampak oleh molekul organik terbatas hanya untuk beberapa gugus fungsi (kromofor) yang mengandung elektron valensi dari energi ekstasi yang rendah. Spektrum UV-Vis merupakan spektrum yang kompleks dan nampak seperti pia absorbsi berlanjut, hal ini dikarenakan gangguan yang besar dari transisi rotasi dan vibrasi pada elektron memberikan kombinasi garis yang tumpang tindih (overlapping).
Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan. Akan tetapi, spektrum ini sangat berguna
24
untuk pengukuran kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa berguna dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu menggunakan hukum Lamber-Beer (Dachriyanus, 2004).
Gambar 8. Skema spektrofotometri UV-Vis
Komponen-komponen Spektrofotometer UV-Vis
untuk mendapatkan hasil pengukuran yang optimum, setiap komponen dari instrumentasi yang dipakai harus berfungsi dengan baik. Komponenkomponen spektrofotometri UV-Vis meliputi sumber sinar , monokromator, dan sistem optik.
a. Sebagai sumber sinar; lampu deuterium atau lampu hidrogen untuk pengukuran UV dan lampu tungsen digunakan daerah tampak (visible).
b. Monokromator; digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam komponen-komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya akan dipilih oleh celah (slit). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan instrumen melewati spektrum.
25
c. Optik-optik; dapat didesain untuk memecahkan sumber sinar sehingga sumber sinar melewati 2 kompertemen, dan sebagai mana dalam spektrofotometer berkas ganda (double beam), suatu larutan blanko dapat digunakan dalam suatu kompartemen untuk mengoreksi pembacaan atau spektrum sampel. Yang paling sering digunakan sebagai blanko dalam spektrofotometri adalah semua pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel atau pereaksi (Rohman, 2007).
Untuk menganalisis kitin dilakukan menggunakan spektrofotometri UVVis dengan larutan baku N-setil glukosamin dan uji gugus fungsinya dengan metode spektrofotometri infra merah (Kumar, 2000). Namun, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis menggunakan spektrofotometri ultra violet dan cahaya tampak terutama untuk senyawa berwarna yang akan dianalisis yaitu : 1.Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis Cara yang digunakan adalah dengan merubahnya menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu sehingga dapat menyerap sinar UV-Vis. 2.Waktu kerja (operating time) Untuk mengetaahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu kerja ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan. 3.Pemilihan panjang gelombang
26
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang memiliki absorbansi maksimal. 4.Pembuatan kurva baku Pembuatan kurva baku dilakukan denga membuat seri larutan baku dalam berbagai konsentrasi kemudian absorbansi tiap konsentrasi diukur lalu dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi konsentrasi. 5.Pembacaan absorbansi sampel Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitan. Hal ini disebabkan pada kisaran nilai absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling maksimal.
27
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari 2016 sampai Juli 2016, dengan uraian kegiatan pengambilan sampel di gudang lelang Teluk Betung Bandar Lampung, peremajaan bakteri Actinomycetes ANL-4, serta pengukuran glukosamin hasil dari fermentasi secara spektrofotometri UVVis, dilakukan di Laboraturium Biokimia jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, jarum ose, pembakar spritus, mikropipet ependorff, neraca analitik, spatula, sentrifuga, autoclave model S-90N, lemari pendingin, shaker incubator (orbit environ shaker), waterbath, laminar air flow CURMA model 9005FL, thermometer, magnetic stirer dan spektrofotometer UV-VIS Hitachi U2010. Bahan-Bahan yang dilakukan adalah serbuk kulit udang, akuades, kertas saring, kapas, kain kasa, indikator universal, ninhidrin,agar for
28
microbiology, dekstrosa, yearst extract, isolat Actinomycetes, air laut steril, cyclohexamide, nalidixic acid, akuades, K2HPO4, KH2PO4, (NH4)2SO4, NaCl, MgSO4, CaCl2
C. Prosedur Penelitian
1. Preparasi serbuk kulit udang
Langkah awal untuk preparasi sampel adalah menyiapkan kulit udang. Kulit udang dipisahkan dari isi, kepala dan ekornya, dibersihkan dan dicuci dengan air bersih. Kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama kurang lebih 15-20 menit. Selanjutnya diangkat dan ditiriskan dan dikeringkan dibawah sinar matahari. Kulit udang yang sudah kering kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender dan diayak hingga diperoleh serbuk kulit udang 100 gram. Serbuk kulit udang disimpan pada tempat yang kering dan selanjutnya siap digunakan untuk proses fermentasi.
2. Pembuatan Media a. Media ISP-2 (International Streptomyces Project-2) Media ISP-2 dapat dibuat dari 0,4 gram yearst extract, 1 gram malt extract,0,4 gram dekstrosa, dan 2 gram agar for microbiology, di larutkan dalam 100 ml air laut steril dan kemudian disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 2 atm (Khamma et al., 2010). Selanjutnya, media tersebut dimasukkan kedalam Laminar air Flow, di-UV selama 5
29
menit dan ditambahkan masing-masing 25 μl cyclohexamide dan nalidixic acid (Margavey et al., 2004). b. Media inokulum dan fermentasi Media inokulum dan media fermentasi terdiri dari komposisi yang sama yaitu, 0,4% (NH4)2SO4, 0,6% NaCl, 0,1% K2HPO4, 0,01% CaCl2, dan 1% serbuk kulit udang. Larutan ini, disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC tekanan 2 atm selama 15 menit. 3. Pertumbuhan Actinomycetes ANL-4 Media ISP-2 dituang kedalam cawan petri dan tabung reaksi (media agar miring) yang sudah di sterilisasi sebelumnya dan dibiarkan menjadi padat. Setelah media menjadi padat, ditumbuhkan strain Actinomycetes ANL-4 didalam media ISP-2 dan diinkubasi dalam inkubator pada suhu 30oC. Pertumbuhan Actinomycetes diamati setelah ± 7 hari waktu inkubasi. 4. Fermentasi Fase Cair Sistem Tertutup (Batch) Proses fermentasi ini dilakukan dengan cara menginokulasikan media inokulum yang terlebih dahulu dibuat kedalam media fermentasi yang telah disterilisasi. Media inokulum dan media fermentasi memiliki komposisi yang sama, hanya saja substrat yang digunakan pada media inokulum lebih sedikit jika dibandingkan dengan media fermentasi. Media fermentasi ini dibuat sebanyak 5 replikat. Hasil dari fermentasi bacth, selama 5 hari inkubasi dengan interval waktu sampling 1 hari, dipanaskan dengan waterbath pada suhu 70oC selama 45 menit. Kemudian, ditambahnkan 5
30
mL air suling dan diletakkan di rotary shaker dengan kecepatan 200 rpm selama 1 jam. Selanjutnya, campuran disaring dengan menggunakan kertas saring hingga diperoleh filtrat. Filtrat disentrifugasi pada suhu 4oC (Khamma et al., 2010) dan kecepatan 10.000 rpm selama 20 menit. Semua filtrat yang diperoleh, dibekukan dalam freezer selama 24 jam, lalu diliofilisasi menggunakan freeze dry sampai terbentuk kristal glukosamin. 5. Analisis Glukosamin dengan Spektrofotometer UV-Vis Sampel yang akan dianalisis adalah rendemen selama fermentasi yang dilakukan selama 5 hari inkubasi dengan interval waktu sampling 24 jam, yang telah diliofilisasi dengan freeze dry. 6. Persiapan Standart dan Sampel Glukosamin
a. Pembuatan standart Glukosamin
Glukosamin standart sebanyak 0,05 gram dilarutkan dalam 50 ml akuades dan dibuat ke dalam konsentrasi 50 sampai 150 mg/L
b. Pembuatan Sampel Glukosamin
Sedikit sampel glukosamin hasil fermentasi yang telah diliofilisasi menggunakan freezdray masing-masing dilarutkan dengan akuades kemudian di tambahkan larutan buffer pospat .dan ninhidrin.
c. Pembuatan Kurva Standart Glukosamin
31
Larutan glukosamin standart konsentrasi 50 sampai 150 mg/L masingmasing ditambahkan larutan buffer pospat dan ninhidrin. Campuran larutan dihomogenkan kemudian di panaskan dalam penangas selama ± 30 menit dan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada pamjang gelombang 570 nm. Selanjutnya nilai absorbansi yang diperoleh diplotkan terhadap konsentrasi untuk mendapatkan kurva standart dan persamaan garis yang menunjukkan hubungan antara absorbansi konsentrasi glukosamin.
d. Analisis Kadar Glukosamin
Beberapa gram serbuk sampel glukosamin direaksikan dengan cara di larutkan dengan akuades dan dihomogenkan. Kemudian campuran ini ditambahkan larutan buffer pospat dan ninhidrin. Setelah itu diukur absorbansinya dengan spektrometer UV-Vis pada panjang gelombang 570 nm. Hasil absorbansi yang diperoleh dimasukkan dalam persamaan regresi linier dari kurva standar glukosamin sehingga diperoleh konsentrasi sampel glukosamin.
43
V.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Actinomycetes ANL-4 memiliki kemampuan untuk mendegradasi subtrat serbuk kulit udang menjadi glukosamin. 2. Berdasarkan hasil penelusuran, enzim kitinase dan kitin deasetilase menunjukkan aktivitasnya tertinggi dalam waktu inkubasi hari pertama dan kelima 3. Produksi glukosamin tertinggi didapat pada waktu inkubasi hari pertama sebesar 72 % dan ke lima yaitu 60%. 4. Kandungan mineral yang adadalam substrat kulit udang mempunyai pengaruh dalam kerja enzim untuk mendegradasi substrat.
44
B. Saran
Berdasarkanm hasil penelitian yang dilakukan, maka pada penelitian selanjutnya disarankan : 1. Perlu dilakukan penambahan jumlah substrat, volume media inokulum dan media fermentasi agar produk glukosamin yang didapat lebih besar 2. Dilakukan proses demineralisasi pada substrat 3. Prosedur kerja menggunakan 7 hari waktu inkubasi dengan interval waktu sampling 1 jam 4. Dilakukan prosedur untuk mencari nilai OD (Optikal Densiti) pada bakteri Actinomycetes ANL-4 5. Perlu dilakukan analisis kandungan pada filtrat sisa dari fermentasi
45
DARTAR PUSTAKA
Anggraini, W. 2010. Uji Aktivitas Enzim Kitinase dari Isolat Actinomycetes Selama proses Solid State Fermentation Kitin Dengan Metode SomogyiNelson. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Arif, A. R., Ischaidar., Natsir, H., Dali, S. 2013. Isolasi Kitin dari Limbah Udang Putih (Penaeus merguiensis) Secara Enzimatis. Seminar Nasional Kimia 2013, Makassar, Laboraturium Biokimia, Jurusan Kimia, Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin. Artiningsih A., Noor A., Natsir H., 2003. Usaha Biokonversi Kitin Asal Kepiting Rajungan Menjadi Khitosan. Vol. 4. No. 1. Program Studi Kimia Pascasarjana. Jurusan Kimia FMIPA UNHAS.
Azhar, M., Efendi, J., Syofyeni, E., Lesi, R, M., Novalina, S. 2010. Pengaruh Konsentrasi NaOH Dan KOH Terhadap Derajat Deasetilasi Kitin Dari Limbah Kulit Udang. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Padang. Anonim. 2010. Lampung Dalam Angka, Biro Pusat Statistik Daerah Provinsi Lampung. Anonim. 2016. Kandungan Nutrisi dan Manfaat Udang. http//manfaatnyasehat.blogspot.com/2013/08/kandungan-nutrisi-danmanfaat-udang.html?m=1. Diakses pada hari Minggu, tanggal 28 Agustus 2016. Caufrier, F., A. Martinou, C. Dupont, and V. Bouriotis. 2003. Carbohydrate esterase family 4 enzymes : Substrate spesificity. Carbohydrate. Res. Vol 338, pp 687-692. Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik secara Spektrofotometri. CV. Trianda Anugrah Pratama. Padang. Dahmer, M., and Schiller, R. M. 2008. Glucosamine. American Family Phusician Ann Intern Med. 2008;78:470-476. Day, R.A. dan Underwood, A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta.
46
Gohel, V., A. Singh, M. Vimal, P. Ashwini, and H.S. Chatpar. 2006. Bioprospecting and Antifungal Potential of Chitinolytic Microorganisms. African Journal of Biotecnology. 5(2): 54-72. Green A. T., M. G. Healy, and A. Healy. 2005. Production of chitinolytic by serratia marcescens QMB1466 using various chitinous substrates. Journal of Chemical Tecnology and Biotecnology. Vol. 80, pp. 28-34. Gritter, R. J., J. M. Robbit, and A. E. Schwarting. 1991. Introduction to Chromatography. Halden Day Inc. Oakaland, USA.
Haliza, W., dan Suhartono, M., T. 2012. Karakterisasi Kitinase Dari Mikrobia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Bogor. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor. Hamsina, Noor, A., Budi, P. 2002. Optimalisasi proses Ekstraksi Khitin Dari Cangkang Kepiting Dan Uji Kualitatif. Program Studi Kimia Pasca Sarjana. Jurusan Kimia FMIPA UNHAS. Herdyastuti, N., Raharjo, T.,J., Mudasir, Matsjeh, S. 2009. Kitinase dan Mikroorganisme kitinolitik : Isolasi, Karakterisasi, dan Manfaatnya. Department of Chemistry, Gadjah Mada University, Sekip Utara Yogyakarta. Hendri J., Wardana, Aspita Laila, Irwan Ginting, S, 2007, Penetuan Kadar Ca dan Mg Pada Hasil Deminerralisasi Optimum Kulit Udang Windu Secara Gravimetri Dan Spektroskopi Serapan Atom Dimuat. Dalam Jurnal Sains MIPA, Vol.13 No 2. Hendri J., 2005. Teknik Pengolahan Limbah Kulit Udang Dan Kepala Udang. Suatu Seri Monograf Permasalahn Dan Pengolahan Lingkungan Hidup. Provinsi Lampung, Pusat Penelitian Lingkungan, Lembaga Penelitian Unila, September 2005. Jayanti, J.F.L. 2002. Studi kitinase dan kitin deasetilase termostabil dari isolat asal Manado (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor. Khamna, S., Yokota, A., Peberdy, J.F., and Lumyong, S. 2010. Indole-3-acetic acid production by Streptomycetes sp. isolat from some Thai medicinal plant rhizophere soils. EurAsia J Bio Sci 4:23-32. Khopkar, S. M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Swadaya. Jakarya Kumar, R.M.N. V. 2000. A Riview of Chitin and Chitosan Applications. React. Fungsional Polymer. 46: 1-26.
47
Kusumaningsih, T., Masykur, A., dan Arief, U. 2004. Pembuatan Kitosan dari kitin cangkang bekicot (Achatina fulica). Bifarmasi 2(2),64-68. Lehninger, A.L. 2005. Dasar-Dasar biokimia. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry, oleh Thenawidjadja, M. Erlangga. Jakarta. Lezin, D.C., Salova, M.K.H., Crawford, D.L., and Beaulieu, C.2011. Actinomycetes, promising tools to control plants diseases and to promote plant growth. Phytopretection. 83 (3) : 85-102. Margavey, N.A., J. M. Keller, V. Bernan, M. Dworkin, and D. H. Sherma. 2004. Isolation and Characterization of Novel Marine-Derived Actinomycetes Taxa Rich In Bioactive Metabolites. Applied and Enviromental Microbiology. Vol. 12 Hlm.7520-7529. Miller, K.L., and Clengg, D.O. 2011. Glucosamine and chondroitin sulfate. Rheum Disn Clin N Am. 2011 ; 37:103-18. Miyadoh, S., dan Misa. 2004. Workshop on isolation methods and classification of actinomycetes. Biotecnology Center, Indonesia Institute of Sciences, Bogor. Mulja, M. Dan suharman. 1995. Analisis Instrumental. Airlangga University Press. Surabaya. Murray, T. Athonsen, and Sanford. 2003. Chitin and Chitosan: Sources, Chemistry, Biochemistry, Physical properties and Applicatios. Elsevier Applied Science, London. Hlm. 561. Oegema, Theodore R., et al. 2002. Effect of Oral Glucosamine on Cartilage and Meniscus in Normal and Chymopapain-Injected Knees of Young Rabbits. Arthritis and Rheumatism. 46 (9) : 2495-2503. Pasaribu N. 2004. Berbagai Ragam Pemanfaatan polimer. http://library.usu.ac.id/download/ft/tki.mia-nurhaida .pdf. diakses pada 4 Agustus 20015. Patil, R. S., V. Ghormade, and M. V. Deshpande. 2000. Chitinolytic Enzymes : An Explorations. Enzyme and Microbial Technology. Vol. 26, pp. 473483. Pratiwi, R.S., Susanto, T.E., Wardani, Y.A.K., Sutrisno, A. 2015. Enzim Kitinase dan Aplikasi di Bidang Industri: Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 3 p. 878-887. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang.
48
Pujiastuti, P 2001. Kajian Transformasi Khitin menjadi Khitosan Secara Kimiawi dan Enzimatik. Seminar Nasional Jurusan Kimia, Surakarta, 13 Oktober 2001, Jurusan Kimia FMIPA UNS. Rao. N. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. UI press. Jakarta. Ravikumar S, M. Fredimoses, and R. Gokulakrishnan. 2011. Biodiversity of actinomycetes in Manakkudi mangrove ecosystem, Southwest coast of India. Annals of Biological Research. Vol. 2(1), pp. 76-82. Robiah, Nur. 2015.Mapping Aktivitas Enzim Kitinase dan Kitin Deasetilase Dari Isolat Actinomycetes ANL-4 Dalam Mendegradasi Kitin Selama 24 Jam Waktu Inkubasi (skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Rochima, E., 2014. Kajian Pemanfaatan Limbah Ranjungan dan Aplikasinya untuk Bahan Minuman Kesehatan Berbasis Kitosan. Jurnal Akuatika Vol. V No. 1 .71-82. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjajaran. Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi analisis : Spektrofometri UV dan Tampak (visible). Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Sashiwa, H., Fujishima, S., Yamano N., Kawasaki N., Nakayama A., Muraki E., Hiraga K., Oda K., and Aiba S. 2003. Productoin of N-acetyl-Dglucosamine from α-Chitin by Crude Enzymes from Aeromonas Hydrophila H-2330. Carbohydrate Research. 337: 761-763. Savant., D. Vivek, and J .A> Torres. 2000. Chitosan based coagulating agents for treatment of ceddar chees whey. Biotecnhonoly Progress 16: 1091-1097. Srijanto, B., dan Paryanto, I. 2005. Pengaruh Suhu pada Pembuatan Khitosan Secara kimiawi, http://www.faperta.ugm.ac.id/semnaskan/abstrak/prosiding2005/abstrak/bi dang.thp.php. Diakses pada tanggal 6 Agustus 2015. Stevens, W. 2005. Chitin and Chitosan : Productions and Applications. Journal of Bioscience Bioenergy. 89: 515-521. Sulistyaningrum L.S. 2008. Optimalisasi fermentasi. FMIPA UI. Remya, M. And Vijayakumar, R. 2008. Isolation and Characterization of marine Antaginistic Actinomycetes from West Cost of India. Medicine and Biology. Vol. 15. 1: 13-19. Tsigos, I., dan V. Bouriotis. 2000. Purification and Characterization og Chitin Deacetylase from Colletotrichum lindemuhianum. J. Biol. Chem., 270:26286-26291.
49
Uno, W., Retnowati, Y., DR. Kandowango, N., 2012.Biodiversitas Actinomycetes Pada Kawasan Mangrove Desa Bulalo Kecamatan Kwandang Dan Uji Potensi Sebagai Penghasil Antibiotika. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetehuan Alam Universitas Negeri Gorontalo. Winarni, I. 1995. Optimasi Produksi Dekstranase dan Streptococcus sp.B7. Skripsi. Bogor: Fakultas Tekno!ogi Pertanian. IPB. Yanming, D., Congyi, X.U., Jianwei, W., Mian, W., Yusong, W.U., and Yonghong, R. 2001. Determination of degree of substitution for Nacylated chitosan using IR spectra. Science in Chine. Vol. 44, pp. 216-224. Zhao, Yong., Ro-Dong Taman, and Riccardo A. A. Muzzarelli. 2010. Chitin Deacetylases: Properties and Application. Marine Drugs. Vol8, pp. 24-46.