Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
PENENTUAN HARGA JUAL MENGGUNAKAN METODE COST PLUS PRICING DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING Rezandra Fitrah
[email protected] Endang Dwi Retnani Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT When new companies emerging in the field of business and the same product is a competition that must be faced in a healthy. Efforts to do so the company remains exis, by improving product quality, intensified the promotional, such as by determining a competitive price. The purpose of the study was to determine and analyze whether the sale pricing Starmug's Coffee products allow businesses to thrive and survive in the business competition is quite tight. This research use quantitative data that presented by a numbers. In the calculations using the Cost Plus pricing method with a variable approach for product costing drinks coffe latte, capucino, or machiatto. The results showed that the determination of the selling price and cost plus pricing method through the variable costing approach can facilitate the management in making decisions, especially in determining the selling price of the product is to calculate the variable cost plus a mark-up, besides that in the event of changes in variable costs, management can immediately adjusting the selling price without having to calculate the overall cost. Keywords : sales price, costing variable, cost Plust pricing method.
ABSTRAK Ketika muncul perusahaan-perusahaan baru dalam bidang usaha dan produk yang sama merupakan persaingan usaha yang harus dihadapi secara sehat. Upaya yang dapat dilakukan agar perusahaan tetap exis, dengan meningkatkan kualitas produk, menggiatkan promosi, diantaranya dengan menentukan harga jual yang bersaing. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah penentuan harga jual produk Starmug’s Coffee memungkinkan perusahaan untuk berkembang dan bertahan dalam persaingan usaha yang cukup ketat. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif, merupakan data yang disajikan dalam bentuk angka-angka. Dalam perhitungannya menggunakan metode Cost Plus Pricing dengan pendekatan variabel costing khusus untuk produk minuman coffe latte, capucino, atau machiatto. Hasil penelitian menunjukan bahwa penentuan harga jual dengan metode cost plus pricing melalui pendekatan variabel costing dapat memudahkan manajemen dalam mengambil keputusan khususnya dalam penentuan harga jual produk yaitu dengan menghitung biaya variabel ditambah mark up, disamping itu jika terjadi perubahan biayabiaya variabel, manajemen dapat segera menyesuaikan harga jual tanpa harus menghitung biaya keseluruhan. Kata kunci : Harga jual, variabel costing, metode cost plust pricing. PENDAHULUAN
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
2
Perusahaan merupakan organisasi yang mempunyai berbagai tujuan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Salah satu tujuan yang penting untuk dicapai oleh perusahaan adalah pencapaian laba optimum. Pencapaian laba sangat penting karena berkaitan dengan berbagai konsep akuntansi, antara lain kesinambungan perusahaan (going concern) dan perluasan perusahaan. Perusahaan harus dipacu untuk mampu menghasilkan laba, sehingga manajemen perusahaan dituntut untuk merencanakan dan mengendalikan dengan baik dua faktor penentu laba, yaitu pendapatan dan biaya (Devianti, 2010). Persaingan antar perusahaan mengharuskan perusahaan terus melakukan perbaikan mutu produk dan layanan serta efisiensi dalam menekan biaya produksi, sehingga harga jual produk dapat bersaing. Penentuan harga jual produk merupakan salah satu keputusan manajemen sebagai usaha untuk dapat bertahan. Harga pokok produksi dan harga jual, harus diketahui agar perusahaan bisa mengetahui atau menganalisis ulang berapa seharusnya harga jual yang sesuai dengan keadaan perekonomian masyarakat umum, dan juga perusahaan tetap dapat meminimalisir kerugian atau dalam jangka panjang perusahaan sangat bergantung pada keputusan penentuan harga jual, dan harga jual harus bisa menutup seluruh biaya dan menghasilkan laba normal (Marsalina, 2011). Laba maksimal pada perusahaan manufaktur maupun retail akan dicapai apabila perusahaan benar-benar memperhatikan biaya produksi, sehingga harga pokok produksi dapat ditentukan dengan tepat (Yusuf, 1999). Berkaitan dengan kegiatan produksi, perusahaan harus mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan sumber-sumber yang sebanding dengan bahan dan jasa yang diolah menjadi produk. Bahan-bahan yang diperlukan oleh perusahaan sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas produk dan harga jual produk. Bila harga bahan terlalu tinggi dengan kualitas dan kuantitas yang kurang memuaskan akan mempengaruhi biaya produksi dan harga jual produk, sehingga perusahaan akan mengalami kerugian, sebaliknya bila harga pembelian bahan rendah atau murah sesuai dengan harga yang berlaku dipasaran dengan kuantitas dan kualitas yang baik serta waktu penyerahan yang tepat, maka perusahaan dapat menekan biaya produksi dan harga jual produk mampu bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Sebelum melakukan kegiatan produksi perusahaan menyiapkan faktor-faktor produksinya diantaranya, bahan baku yang akan diolah menjadi produk jadi. Pengadaan bahan baku, perusahaan dapat membeli sendiri atau membeli pada pihak pemasok. Pembelian bahan baku merupakan salah satu fungsi dari manajemen persediaan karena berkaitan dengan pengadaan barang, baik berupa bahan baku, bahan setengah jadi maupun bahan jadi. STARMUG’S COFFEE SURABAYA, merupakan perusahaan manufaktur bergerak dibidang ritail yang menjual minuman dan makanan ringan siap saji. Minuman kopi merupakan menu utama yang dijual di Starmug’s Coffee, sedangkan makanan ringan merupakan sajian pelengkap atau pendamping. Minuman kopi yang menjadi primadona dari usaha ini adalah coffe latte, capucino, dan machiatto yang merupakan produk unggulan, karena mempunyai karakter rasa dan tampilan khusus yang berbeda dengan produk sejenis pada perusahaan lain. Pembukaan ritail ini pada awalnya merupakan satu-satunya yang ada di wilayah tersebut (Surabaya Timur/Keputih), kemudian mulai bermunculan pengusaha-pengusaha baru di wilayah tersebut yang menjual produk sejenis. Keberadaan pengusaha-pengusaha baru ini merupakan pesaing yang harus dihadapi secara sehat agar keberadaan Starmug’s Coffee tetap berkelanjutan. Perencanaan produksi yang baik diperlukan, agar usaha ini tetap berkembang, diantaranya dengan efisiensi biaya untuk meminimalisasi modal dan meningkatkan laba. Masalahnya apakah dengan Cost Plus
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
3
Pricing melalui pendekatan variabel costing dapat menetapkan harga jual yang mampu bersaing ? Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis penentuan harga jual produk pada Starmug’s Coffee. Penelitian ini dibatasi pada penentuan harga jual untuk produk coffe latte, capucino, dan machiatto yang merupakan produk unggulan, dengan harapan dapat menghasilkan penelitian yang maksimal. TINJAUAN TEORITIS 1. Akuntansi Manajemen Akuntansi manajemen sangat berperan dalam menyajikan informasi yang penting dan relevan, yang diteliti dan andal, yang berpedoman pada prinsip-prinsip akuntansi yang lazim digunakan untuk pengambilan keputusan dalam mencapai tujuannya. Akuntansi manajemen adalah suatu kegiatan yang menghasilkan informasi keuangan bagi manajemen untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam melaksanakan fungsinya (Munawir, 2002:288) 2. Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan suatu alat bagi manajemen dalam menjalankan aktivitas perusahaan yaitu sebagai alat perencanaan, pengawasan dan pembuatan keputusan. Akuntansi Biaya yaitu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Objek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya (Mulyadi, 2005:7) 3. Biaya Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan mata uang, yang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya (cost) adalah pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang ataun jasa yang berguna untuk masa yang akan datang, atau mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi tahunan (Dunia, 2009:22) 4. Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi adalah keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk selama periode tertentu ditambah dengan jumlah persediaan awal barang dalam proses dan dikurangi dengan jumlah persediaan akhir barang dalam proses. harga pokok produksi adalah semua biaya yang berkaitan dengan produk (barang) yang diperoleh (Nafarin, 2004:53) 5. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. terdapat dua pendekatan dalam penentuan harga pokok produksi yaitu : Metode full costing dan metode variable costing (Mulyadi, 2005:17) 6. Harga Jual Harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan. Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. (Swastha, 2007:241) Alat analisis yang dipakai untuk penelitian skripsi ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu untuk menghitung penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan metode Variabel costing, kemudian hasil perhitungan harga pokok produksi digunakan untuk menghitung harga jual produk dan dapat menghitung mark up. Rumus mengenai metode
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
4
Variabel costing menurut Mulyadi (2005), adalah sebagai berikut : Metode Variabel costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang memperhitungkan unsur biaya produksi ke dalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, yang berperilaku variabel. Metode pembiayaan variabel (vaiable costing) atau periodic costing atau sering pula disebut direct costing adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang hanya membebankan biaya-biaya produksi periodik saja ke dalam harga pokok produk. Harga pokok produk menurut metode variable costing terdiri dari: 1. Biaya bahan baku 2. Biaya tenaga kerja 3. Overhead pabrik variabel Metode variable costing, overhead pabrik tetap diberlakukan sebagai periode harga pokok produk, sehingga overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian overhead pabrik tetap dalam metode variable costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya. Jika metode full costing menunda pembebanan overhead pabrik tetap maka metode variable costing sebaliknya tidak menyetujui penundaan pembebanan biaya overhead pabrik tetap tersebut. Menurut metode variable costing, penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat juka dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindati terjadinya biaya yang sama dalam periode yang akan datang. Apabila diperhatikan, maka metode pembiayaan variabel ini mempunyai keuntungan bagi manajemen untuk membuat keputusan dan juga untuk pengendalian biaya. Misalnya, menentukan penerimaan pesanan khusus. Tetapi di luar kebutuhan manajemen tersebut, konsep ini masih diragukan, terutama dalam penilaian aset dan penentuan laba periodik. Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode Variabel costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini : Biaya Produksi : Biaya bahan baku Rp xx Biaya tenaga kerja langsung Rp xx Biaya overhead pabrik Rp xx Total Harga Pokok Produksi Rp xx Penentuan harga pokok produksi menjadi salah satu hal penting dilakukan setiap perusahaan, karena kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi dapat mengakibatkan penentuan harga jual pada perusahaan menjadi tinggi, sehingga perusahaan tidak mampu bersaing dengan perusahaan sejenis (Batubara, 2013). Sebaiknya semua biaya tidak dimasukkan kedalam penentuan harga pokok produksi yaitu biaya administrasi & umum, seperti biaya perlengkapan kantor dan transportasi, karena biaya tersebut merupakan komponen yang tersaji dalam laporan rugi laba perusahaan (Batubara, 2013). Metode penentuan harga jual dengan pendekatan biaya (Cost-Based Pricing): Penentuan harga jual dengan pendekatan biaya dipengaruhi oleh beberapa hal yang digambarkan sebagaimana skema (Gambar 1).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
5
Penentuan Harga Jual
Pendekatan Ekonomi
Stop
Pendekatan Biaya
Harga jual normal
Harga jual cost Plus pricing
Absorption Costing / Full Costing
Variable Costing
Harga jual produk
Gambar 1. Skema rerangka pemikiran penentuan harga jual.
Kerangka pemikiran sebagaimana Gambar 1, penentuan harga jual menggunakan pendekatan biaya, dimana dalam pembiayaannya diterapkan metode cost plus pricing. Diperlukan kebijakan dalam melakukan produksi, untuk melihat efektifitas pada proses produksi digunakan analisis Harga Pokok Produksi dengan metode variable costing sehingga mempermudah untuk mendapatkan hasil perhitungan harga jual produk. Penentuan harga biaya plus (Cost Plus Pricing Method) Monroe (1990: 8, terjemahan) berpendapat “Harga adalah suatu perbandingan formal yang mengindikasikan kuantitas uang, barang, atau jasa yang diperlukan untuk memperoleh suatu jumlah barang atau jasa”. Dua metode yang umum dipakai dalam penentuan harga jual selama ini adalah Cost–Based Pricing (penentuan harga jual berdasarkan biaya) dan Target Costing (penentuan harga jual berdasarkan target). Dalam penelitian ini menggunakan metode Cost–Based Pricing. Penentuan harga jual produk normal, maka harga jual harus mampu menutup semua biaya dan menghasilkan laba, sehingga dapat memberikan return yang wajar bagi para pemegang saham, serta mempertahankan dan mengembangkan perusahaan. Keadaan normal, manajer penentu harga jual memerlukan informasi biaya penuh masa yang akan datang sebagai dasar penentuan harga jual produk atau jasa. Metode penentuan harga jual normal seringkali disebut dengan istilah cost plus pricing, dalam metode ini perusahaan menentukan harga jual, mengelompokkan biaya tenaga kerja dan biaya overhead secara proporsional dengan jumlah produksi untuk dapat menerapkan metode cost plus pricing (Gayatri, 2013). Harga jual ditentukan dengan menambah biaya masa yang akan datang dengan suatu persentase mark-up. Cost plus pricing merupakan suatu metode penentuan harga jual dimana harga dihitung berdasarkan biaya produksi dan biaya penjualan serta tambahan mark-up yang pantas. Penentuan harga jual menggunakan metode harga jual normal dapat dihitung menggunakan pendekatan penentuan harga jual yang didasarkan atas biaya yang tidak
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
6
dapat dipisahkan dengan peranan harga pokok produksi. Harga pokok produksi menunjukkan akumulasi biaya produksi untuk mengolah bahan baku menjadi bahan produk atau jasa siap jual. Harga jual per unit ditentukan dengan menghitung jumlah seluruh biaya per unit ditambah jumlah tertentu untuk menutupi laba yang dikehendaki pada unit tersebut (margin). Alternatif metode yang ditawarkan dalam perhitungan harga pokok yang berbasis biaya adalah metode Full Costing dan Variable Costing. Harga merupakan satu hal penting, dimana harga merupakan komponen besar dari kepuasan konsumen, dan nilai produk adalah sesuatu yang dirasakan konsumen, jadi pembeli membantu menetapkan nilai dari produk. Dari sudut pandang produsen, harga mempunyai peranan yang sangat penting. Laba yang akan diperoleh perusahaan dan kelangsungan hidup perusahaan sangat ditentukan oleh seberapa besar pendapatan yang mereka peroleh, dan ini tergantung dari berapa banyaknya jumlah produk yang terjual. Banyaknya jumlah penjualan produk sangat di pengaruhi oleh harga jual produk itu sendiri. Jadi harga jual merupakan hal penting atas suatu produk yang dijual baik bagi produsen, maupun bagi konsumen. Menetapkan harga jual produk dapat dilakukan dengan menggunakan konsep biaya variabel (Sugiri, 1999). Metode harga mark-up merupakan jumlah rupiah yang ditambah pada biaya dari suatu produk untuk menghasilkan harga jual setiap kemasan atau unit. Rumus penetapan harga jual dengan konsep biaya variabel yang telah dimodifikasi sebagai berikut : Perhitungan Harga Jual : Harga Pokok Produk Bersama Per unit Markup Per Unit = Persentase Markup x HPP Per Unit = Target Harga Jual Per Unit
Rp xx Rp xx Rp xx
Tujuan penentuan harga jual ada bermacam-macam. Tujuan penentuan harga jual yang dilakukan perusahaan terhadap produk yang dihasilkan (Kotler, 1996:356), ada enam tujuan penetapan harga yaitu: 1) Memaksimalkan Laba atau Keuntungan. Tujuan yang lazim dalam penetapan harga jual ialah untuk memperoleh laba yang maksimum. Organisasi membutuhkan laba usaha untuk memuaskan komunitas pemegang saham. Memaksimalkan laba usaha dibutuhkan data jumlah unit yang dijual pada harga jual yang berbeda, ditambah etimasi biaya variabel dan biaya tetap. 2) Kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan menetapkan tujuan ini apabila menghadapi kelebihan kapasitas produksi, persaingan yang ketat atau perubahan selera konsumen. Dalam hal ini, bertahan hidup lebih utama daripada menghasilkan keuntungan. Demi kelangsungan hidup perusahaan, disusun strategi dengan menetapkan harga jual yang rendah dengan asumsi pasar akan peka terhadap harga. 3) Peningkatan arus keuntungan. Perusahaan dapat memaksimalkan laba jangka pendek apabila perusahaan lebih mementingkan prestasi keuangan jangka pendeknya dibandingkan jangka panjang. Perusahaan mempunyai keuntungan untuk menetapkan harga yang dapat memaksimalkan laba jangka pendek dengan anggapan bahwa terdapat hubungan antara permintaan dan biaya dengan tingkatan harga yang akan menghasilkan laba maksimum yang ingin dicapai. 4) Meningkatkan penjualan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
7
Peningkatan penjualan akan mempengaruhi penerimaan perusahaan, jumlah produksi dan laba perusahaan. Perusahaan selalu menginginkan jumlah penjualan yang tinggi untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Peningkatan penjualan dapat dilakukan melalui bauran pemasaran yang agresif. Pengembangan produk dengan memperbarui atau menawarkan produk-produk baru dapat meningkatkan penjualan. Pada satu sisi, perusahaan dapat meningkatkan volume penjualan dengan tetap mempertahankan tingkat labanya. Sedangkan di sisi lain, manajemen dapat memutuskan untuk meningkatkan volume penjualan melalui strategi pemotongan harga atau penetapan harga yang agresif dengan menanggung resiko. 5) Mempertahankan dan meningkatkan bagian pasar. Salah satu strategi yang dapat ditempuh perusahaan adalah mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar. Banyak perusahaan menetapkan harga yang rendah untuk mempertahankan dan memperbesar pangsa pasar. 6) Menstabilkan harga. Perusahaan berupaya menstabilkan harga dengan tujuan untuk menghindari adanya perang harga pada waku permintaan meningkat atau menurun (tidak stabil). Penentuan harga jual menggunakan metode harga jual dapat dihitung menggunakan pendekatan sebagai berikut: a. Pendekatan harga pokok produksi penuh (Metode Full costing). Pencapaian laba jangka panjang, harga jual yang ditetapkan harus mampu menutup semua biaya yang dikeluarkan. Keadaan normal, harga jual harus dapat menutup biaya penuh ditambah laba wajar. Laba wajar dihitung berdasarkan persentasi tertentu dari aktiva penuh. Laba yang diharapakan dihitung berdasarkan investasi yang ditanamkan untuk menghasilkan produk atau jasa. Laba yang di harapkan = Y% x Biaya penuh yang digunakan Biaya Variabel + laba yang di harapkan Prosentase Mark up = Harga pokok produksi Mark up = Biaya variabel X prosentase Mark up Harga jual per unit = biaya produksi perunit + mark up b. Pendekatan harga pokok variabel (Metode Variable Costing) Pendekatan harga pokok produksi penuh sebagai dasar penentuan harga jual yang menekankan pada penggolongan biaya berdasarkan fungsinya. Harga pokok variabel sebaagai dasar penentuan harga jual menekankan pada penggolongan biaya berdasarkan perilakunya. Penentuan harga jual produk ditentukan berdasarkan biaya variabel ditambah mark up yang harus tersedia untuk menutup semua biaya tetap dan untuk menghasilkan laba yang diinginkan. Laba yang di harapkan = Y% x Biaya penuh yang digunakan Biaya Tetap + Laba yang diharapkan Prosentase Mark up = Biaya Variabel Mark up = Biaya variabel X prosentase Mark up
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
8
Harga Jual per Unit = Biaya Variabel per Unit + Mark up c. Penetapan harga Mark Up Markup adalah suatu persentase yang diterapkan pada biaya dasar; meliputi laba yang diharapkan dan biaya–biaya yang tidak termasuk dalam biaya dasar (Hansen dan Maryanne, 2000: 701). Metode ini adalah kondisi disaat pedagang membeli barangbarang dagangannya untuk dijual kembali dan harga jualnya menambahkan mark up tertentu terhadap harga beli. Masalah penting dalam penerapan penentuan harga jual cost-plus adalah penentuan besarnya persentase mark up yang ditambah pada biaya. Baik pada pendekatan harga pokok produksi penuh maupun pada harga pokok produksi variabel, elemen biaya tertentu tidak dimasukkan ke dalam pengertian biaya, harga pokok produksi penuh tidak memasukkan biaya nonproduksi sebagai elemen biaya dan harga pokok produksi variabel tidak memasukkan biaya tetap sebagai elemen biaya. Oleh karena itu, mark up harus mampu menutup elemen biaya yang tidak dimasukkan ke dalam biaya dan harus dapat menghasilkan laba yang diinginkan. Selain itu, penting juga diketahui mengenai presentase keuntungan yang diharapkan sehingga pemecehan dalam menetapkan keuntungan yang tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah, karena dengan presentase keuntungan yang terlalu tinggi akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan pada jangka panjang dan bisa membuat konsumen beralih pada perusahaan lain yang sejenis, sedangkan laba yang di peroleh tidak sesuai dengan yang diharapkan perusahaan (Slat, 2013). Pendekatan return on investment (ROI) dapat digunakan untuk menentukan prosentasi mark up yang ditambahkan pada biaya. Mark up yang dihitung dengan pendekatan ROI menggambarkan biaya yang harus ditutup dan return atas investasi yang diinginkan. Pendekatan ini dapat digunakan untuk harga pokok penuh dan biaya variabel. Rumus persentase markup adalah sebagai berikut (Supriyono, 2001): Rumus perhitungan mark up: Pendekatan harga pokok produksi penuh ditambah mark up: Biaya Variabel + Return yang diinginkan atas aktiva Prosentase Mark up = Volume penjualan dalam unitXBiaya produksi per unit Rumus perhitungan markup: Pendekatan harga pokok produksi variabel ditambah markup Biaya Tetap + Return yang diingingkan atas aktiva Prosentase Mark up = Volume penjualan dalam unitXBiaya variabel per unit Dasar penentuan markup tidak selalu harus atas biaya pokok produksi. Markup bisa juga ditentukan dari biaya bahan baku atau biaya tenaga kerja. Dasar penentuan markup tergantung pada kondisi praktis di lapangan. Keuntungan utama dari penggunaan penentuan harga jual dengan cara markup adalah mudah diterapkan. METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian ini menggunakan studi kasus, data primer diperoleh secara langsung dari Starmug’s Coffee yaitu data yang berkaitan dengan biaya produksi, yang mencakup biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead produksi selama 3 bulan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
9
untuk penentuan harga jual suatu produksi. Data sekunder diperoleh dari pustaka, jurnal dan dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian. Data observasi dan dokumentasi dipilih, diringkas dan dikelompokan berdasarkan topik pertanyaan maupun jenis dokumentasi sehingga memudahkan proses pengolahan data. Teknik analisis dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Mengklasifikasikan biaya berdasarkan hubungannya dengan produk (biaya produksi dan beban komersial) 2) Mengklasifikasikan biaya produksi berdasarkan perilaku biaya, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung 3) Menyusun harga pokok produk dengan menggunakan metode Variabel Costing 4) Menghitung harga jual yang tepat agar Starmug’s Coffee ini dapat memperoleh keuntungan yang diinginkan 5) Menyusun laporan laba rugi sebagai hasil analisis data 6) Menarik kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan dan memberi beberapa saran yang dapat berguna bagi perusahaan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. Klasifikasi Biaya Operasional Informasi keuangan digunakan dalam pemecahan masalah mengenai analisis metode cost plus pricing dengan pendekatan variable costing dalam perhitungan harga pokok produksi dan penentuan harga jual yang tepat serta perhitungan laba rugi perusahaan. Diasumsikan bahwa dalam penelitian proses produksi, harga bahan dan tarif serta harga jual produk tidak berubah dalam jangka pendek. Data produksi: a. Data Produksi Kapasitas produksi normal setiap hari masing-masing produk 15 cup per hari, rata-rata produksi setiap bulannya adalah 435 cup, sehingga total produksi Starmug’s Coffee dalam kapasitas normal satu tahun mencapai adalah 5.220 cup. b. Data Bahan Baku Langsung Biaya bahan baku yang dibutuhkan selama satu tahun untuk memproduksi 5.220 cup coffee latte, capucino, atau machiatto adalah Rp 6.918.000, sehingga biaya bahan baku langsung yang dibebankan pada setiap produksi satu cup coffee latte, capucino, dan machiatto adalah Rp 1.325,-. c. Data Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses produksi coffee latte, capucino, dan machiatto berjumlah 4 (empat) orang, terdiri dari 2 (dua) orang Barista dan, dan 1 (satu) orang masing-masing Pantry dan Waitters. (operasinal produksi tenaga kerja yang efektif hanya dua orang (Barista dan Waitters) Data biaya: a. Biaya Tenaga kerja langsung.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
10
Tabel 1 Biaya tenaga kerja langsung Jenis Kualifikasi
Hari kerja efektif
Jumlah karyawan
Tarif/hari (Rp)
Jumlah/ Orang (Rp)
Barista
348
1 orang
Rp 31.034
Rp 900.000
Jumlah biaya tenaga kerja (Rp) 10.800.000
Waitters
348
1 orang
Rp 20.689
Rp 600.000
7.200.000
TOTAL
18.000.000
Sumber : Starmug’s Coffee
Berdasarkan perincian gaji karyawan bagian produksi pada tabel 1, maka biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan untuk satu tahun produksi adalah Rp. 18.000.000,-. b. Biaya Overhead Beban biaya tidak langsung pada proses produksi berupa biaya tetap dan biaya variabel, yang tergolong biaya overhead terdiri dari: 1) Biaya Overhead Tetap 1.a. Mesin dan peralatan Mesin dan peralatan yang digunakan oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan produksi antara lain adalah sebagai berikut: Table 2 Jenis dan umur peralatan No Jenis Peralatan
Umur
Harga
1
Mesin Espresso
5 tahun
Rp. 23.000.000
2
Mesin Grinder
5 tahun
Rp. 10.000.000
Sumber : Starmug’s Coffee
1.b. Biaya penyusutan untuk setiap mesin dan peralatan bagian produksi dapat dilihat sebagai berikut (Tabel 3). Tabel 3 Penyusutan biaya mesin dan peralatan No.Peralatan
Waktu Perolehan
Harga perolehan (ribuan Rp)
Jumlah Umur Nilai susut penyusutan manfaat pertahun (ribuan Rp)
1. Espresso
Juni 2010
23.000.
1
5
2. Grinder
Juni 2010
10.000.
1
5
23.000 10.000
4.600 2.000
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
11
Total biaya penyusutan mesin/tahun 3. Meja
Juni 2010
350
4. Kursi
Juni 2010
115
40
5. Pecah belah Juni 2010
25
24
6.600
10
5
3.500
700
5
4.600
920
5
600
120
Total biaya penyusutan inventaris/tahun
1.740
Sumber : Starmug’s Coffee
1.c. Biaya Pemasaran Biaya pemasaran produk terdiri dari komponen: biaya transport, biaya promosi dan ATK/percetakan yang dibebankan pada produk pembuatan coffee latte, capucino, machiatto, yaitu sebesar Rp. 1.700.000,- per-tahun 1.d. Biaya lain-lain Iuran kampung yang diakumulasikan selama satu tahun sebagai kontribusi bagi lingkungan dan masyarakat di sekitar perusahaan sebesar Rp, 180.000. Perhitungan total dari biaya tetap seperti terlihat pada Tabel 4. Tabel 4 Total biaya tetap No.
Jenis Biaya
1. Biaya tetap
Uraian biaya
Jumlah biaya (Rp)
Penyusutan mesin
6.600.000
Penyusutan invntaris
1.740.000
2. Biaya pemasaran
Transpor, promosi,ATK
1.700.000
3. Biaya lain-lain
Iuran lokasi/kampung
Total biaya tetap
180.000 10.220.000
Sumber : Starmug’s Coffee
2) Biaya Overhead Variable 2.a. Biaya Listrik Pemakaian daya listrik untuk operasional setahun 8.400 Watt/VA, dengan tarif per- Watt Rp. 893,- maka biaya pemakaian listrik sebesar Rp. 7.501.200,- Biaya penggunaan listrik tersebut hanya untuk biaya produksi coffee latte, capucino, dan machiatto. 2.b. Biaya Air
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
12
Biaya pemakaian terdiri dari air mineral dan air PDAM, dengan jumlah pemakaian sebagaimana Tabel 5. Tabel 5 Biaya pemakaian air No.
Jenis air
Volume
Tarif (Rp)
1.
Mineral
120 galon
4.100
492.000
2.
PDAM
36 m3
4.500
162.000
Total biaya pemakaian air
Jumlah (Rp)
654.000
Sumber : Starmug’s Coffee Catatan : Biaya tersebut hanya untuk produk coffee latte, capucino, dan machiatto.
Berdasarkan uraian perhitungan biaya produksi, khusus untuk produk coffee latte, capucino, dan machiatto, yang terdiri dari komponen: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead variable, biaya tetap, biaya pemasaran dan biaya lain-lain, maka besarnya biaya operasional setahun adalah Rp. 43.293.200. II. Penentuan Harga Pokok Produksi 1) Metode variable costing Tabel 6 Kalkulasi harga pokok produksi coffee latte, capucino, machiatto dengan metode variable costing selama satu tahun produksi No.
Jenis biaya produksi
1.
Bahan baku
2.
Tenaga kerja langsung
3.
Overhead (air dan listrik)
Biaya per-tahun (Rp) 6.918.000 18.000.000 8.155.200
Harga pokok produksi pertahun:
33.073.200
Sumber : Starmug’s Coffee
Manajemen menargetkan laba sebesar 15% dari biaya penuh, agar operasional perusahaan dapat berjalan, maka perhitungan sebagai berikut : Laba yang di harapkan
= = =
Y% X Biaya Penuh 15% X Rp 43.293.200 Rp 6.493.980 Biaya Tetap + Laba yang diharapkan
Prosentase Mark up
= Biaya Variabel
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
13
10.220.000 + 6.493.980 = 33.073.200 Mark up sebagai berikut : Mark up
=
0,505
= = =
Biaya variabel X prosentase Mark up Rp 33.073.200 X 0,505 Rp 16.713.980
2) Penentuan harga jual coffee latte, capucino, atau machiatto Penentuan harga jual variabel costing dengan metode cost plus, yaitu menggunakan komponen-komponen berikut: a. Harga pokok produksi per-tahun b. Mark up (50 % x Rp. 33.073.200) Harga jual produk
= Rp. 33.073.200,= Rp. 16.713.980,= Rp. 49.787.180,-
Harga jual yang sifatnya harian dapat diperoleh dengan cara membagi harga jual pertahun dengan jumlah bulan selama satu tahun dibagi jumlah produksi dalam satu bulan, perhitungannya sebagai berikut : Harga jual per cup = = =
Biaya pertahun : Jumlah bulan dalam satu tahun : Jumlah produksi satu bulan Rp 49.787.180 : 12 : 435 Rp 9.537
Berdasarkan perhitungan tersebut kerkebijakan untuk menetapkan harga jual coffee latte, capucino, atau machiatto sebesar Rp 10.000/cup, sehingga dapat dibuat laporan laba rugi berdasarkan metode variable costing : Laporan Rugi-Laba Metode Variable costing Penjualan 5220 cup @ Rp. 10.000 Dikurang Biaya produksi (bahan baku, tenaga, overhead) Margin Bruto Biaya tetap (penyusutan, pemasaran, iuran) Penghasilan netto
= Rp. 52.200.000 = Rp. = Rp. = Rp. = Rp.
33.073.200 _ 19.126 800 10.220.000 _ 8.906.800
SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan dan saran Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) berdasarkan perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan pendekatan variabel costing maka harga jual diperoleh sebesar Rp 9.537,- per cup, (2) manajemen menentukan harga jual dengan pembulatan dari pendekatan variabel costing untuk produk coffee latte, capucino, atau machiatto dengan kisaran harga sebesar Rp 10.000,- per cup, yang sudah diterapkan dapat menghasilkan laba sebesar Rp 450,- per-cupnya, (3) prosentase mark up yang didapat sebesar 50% dari laba yang diinginkan perusahaan yakni sebesar 15%; dan (4) menggunakan Variabel
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
14
Costing dapat memudahkan pengambilan keputusan oleh manajemen dalam menentukan harga jual. Jangka panjang sebaiknya perusahaan meningkatkan harga jual tidak terlalu jauh dari pesaing (diupayakan dibawah harga pesaing) agar keuntungan dapat digunakan untuk pengembangan asset-asset perusahaan dan membuka otlet baru, sehingga dapat semakin bersaing dengan kompetitor lain. Khususnya biaya bahan baku agar dapat ditekan dan sebaiknya manajemen memilih pemasok dengan mempertimbangkan faktor harga, jarak tempuh, kualitas dan kuantitas karena dapat semakin memangkas biaya operasional perusahaan yang berimbas pada kenaikan laba perusahaan. Keterbatasan Keterbatasan penggunaan metode dalam penelitian ini adalah data variabel costing menggunakan data yang kapasitas produksinya wajar, sehingga apabila dalam penelitian lain kapasitas produksi melebihi batas wajar kemungkinan metode ini tidak dapat digunakan secara maksimal. Penelitian selanjutnya sebaiknya dikembangkan menggunakan metode full costing dan Variabel costing sebagai bahan pembanding. DAFTAR PUSTAKA Batubara, H. 2013. Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Full Costing Pada Pembuatan Etalase Kaca Dan Alumunium Di UD. Istana Alumunium Manado. Jurnal EMBA 1 (3): 217-224. Carter, W.K dan M.F. Usry. 2002. Akuntansi Biaya. Salemba Empat Jakarta. Devianti, S. 2010. Analisis Pengaruh Harga Pokok Produksi CPO Terhadap Penentuan Harga Jual CPO Pada PT Mutiara Unggul. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Dunia, F.A dan Wasilah. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi Kedua. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Gayatri, W. 2013. Penentuan harga jual produk dengan metode cost plus pricing pada PT. PERTANI (PERSERO) cabang Sulawesi Utara. Jurnal EMBA 1 (4):1817-1823. Hansen, D. R. dan M. M. Mouwen, 2000. Management Accounting. 5th edition, Cincinnati. Horngren, T.C. 2006. Akuntansi Biaya Jilid 1. Edisi ke 12. Erlangga Jakarta. Indrajad, E.R. dan D. Ricardus. 2005. Strategi Pembelian dan Supply Chain. PT Gramedia, Jakarta. Kotler, P dan G. Amstrong, 1996, Dasar-Dasar Pemasaran, Edisi V, jilid 2, Intermedia, Jakarta. Marsalina, I. 2011. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Dalam Menetapkan Harga Jual Air Minum Dalam Kemasan Pada PDAM Tirta Mahakam Kutai Kartanegara. Jurnal EMBA 1 (3):435-448. Monroe, K. B., 1990. Kebijakan Harga, Jakarta. Mulyadi, 2005. Akuntansi Biaya. Edisi ke 5. UPP Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Jogjakarta. Nasution, A.H. 2005. Manajemen Industri. Andi Offset. Jogjakarta. Nafarin. 2004. Akuntansi: Pendekatan Siklus dan Pajak untuk Perusahaan Industri dan Dagang. Cetakan Pertama. Ghalia Indonesia. Jakarta. Pangstu, S. 2000. Manajemen Operasi. BPFE Jogjakarta.
Slat, A.H. 2013. Analisis Harga Pokok Produk Dengan Metode Full Costing Dan Penentuan Harga Jual CV. Anugerah Genteng Manado. Jurnal EMBA 1 (3):110-117. Sugiri, S. 1999. Akuntansi Manajemen. Edisi Revisi. UPP-AMP. YKPN. Jogjakarta. Sunarto. 2004. Akuntansi Biaya. AMUS Jogjakarta. _______, 2004. Akuntansi Manajemen. AMUS Jogjakarta.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
15
Supriyono. 2001. Akuntansi Biaya. AMUS Jogjakarta. Swastha, B. 2007. Azas-azas Marketing. Edisi Revisi. Akademi Keuangan dan Bisnis (AKB). Yogyakarta. Widayat dan Amirullah. 2002. Riset Bisnis. Graha Ilmu. Jogjakarta. Yusuf, A.H. 1999. Dasar-Dasar Akuntansi. STIE Jogjakarta. Zulfikarizah, F. 2005. Manajemen Persediaan. UMM Pres. Malang.