PENENTUAN FREKUENSI PEMERIKSAAN DAN PERBAIKAN YANG OPTIMAL UNTUK MESIN CETAK DI PT. MUTIFA
TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri
Oleh
JUNI B. HUTASOIT 040423001
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI F A K U L T A S
T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
PENENTUAN FREKUENSI PEMERIKSAAN DAN PERBAIKAN YANG OPTIMAL UNTUK MESIN CETAK DI PT. MUTIFA
TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh : JUNI B. HUTASOIT 040423001
Disetujui Oleh :
Pembimbing I
Pembimbing II
( Ir. Kores Sinaga )
( Ir. Dini Wahyuni, MT )
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI D E PA R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F
A K U L T A S
T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan Khadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini. Penulisan sarjana ini merupakan proses belajar tahap akhir bagi mahasiswa sebelum mengikuti sidang sarjana dan memperoleh gelar sarjana tehnik Tugas Sarjana ini pada dasarnya merupakan kegiatan penelitian mahasiswa atas masalah tertentu yang menjadi acuan untuk melakukan riset dan pengamatan dan diajukan untuk bahan tugas sarjana. Sesuai dengan disiplin teknik industri, masalah yang dijadikan pokok bahasan dalam penelitian ini meliputi masalah pemeriksaan dan perbaikan yang optimal untuk mesin cetak obat Akhir kata penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan tugas sarjana dan penulis berharap semoga tugas sarjana dapat bermanfaat.
Medan,
Juni 2009
Penulis
Juni B. Hutasoit
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam menyelesaikan penulisan Tugas Sarjana ini penulis banyak mengalami hambatan dan rintangan. Namun berkat bimbingan, dorongan semangat dan pengertian dari berbagai pihak akhirnya hambatan dan rintangan tersebut mampu penulis lalui. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah memberikan bantuan, antara lain: 1. Bapak dan Ibunda ku H. sihombing dan E.Simanjuntak terima kasih atas kasih sayang dan harapan yang telah kalian berikan 2. Bapak Ir. Kores Sinaga selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bantuan bimbingan selama penulisan Tugas Sarjana ini 3. Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bantuan dari awal sampai akhir penelitian dan penulisan Tugas Sarjana ini 4. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik USU 5. Seluruh Staff dan Pengajar di Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik USU yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung 6. Pegawai Jurusan Teknik Industri, Bang Bowo, Bang Mijo, Kak Dina, Kak Ani yang telah banyak membantu penulis dalam pengurusan administrasi demi kelancaran penyelesaian Tugas Sarjana ini dari awal sampai selesai
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
7. Pegawai Perpustakaan Jurusan Teknik Industri Bang Kumis dan Kak Rama yang
sudah
banyak
menolong
dalam
mencarikan
referensi-referensi
pendukung bagi penulis selama ini 8. Abang Tobok Maruli, SP., Adikku Nuel dan yang paling kecil Piaim (Efrahim), terimakasih atas dukungan dan nasihat kalian 9. Teman-teman seperjuanganku, Fenghy,Don Hubart, ST., Deny Irawan, ST. (Kodok), Rhubesch, ST. dan juga buat Berdian dan Putra thanks ya dan buat semua
teman-teman
yang
telah
bersama-sama
bekerja keras untuk
penyelesaian Tugas Sarjana ini 10. buat teman dekatku yang selalu ada menyertaiku baik susah dan senang, Lenny Fransiska, SE. Thanks for your Pray 11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membentu penulis selama penyelesaian Tugas Sarjana ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
BAB
I
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................
i
SERTIFIKAT...........................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ..............................................................................
iii
UCAPAN TERIMAKASIH .....................................................................
iv
DAFTAR ISI ............................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
xii
RINGKASAN ...........................................................................................
xiii
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................
I- 1
1.2. Rumusan Permasalahan ..................................................................
I- 2
1.3. Tujuan Pemecahan Masalah ...........................................................
I- 2
1.4. Manfaat Penelitian .........................................................................
I- 2
1.5. Pembatasan Masalah ......................................................................
I- 3
1.6. Asumsi-asumsi yang Digunakan .....................................................
I- 3
1.7. Sistematika Penulisan Tugas Akhir .................................................
I- 4
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI ( Lanjutan )
BAB
Halaman
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan ......................................................................... II- 1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ....................................................... II- 2 2.3. Organisasi dan Manajemen ............................................................. II- 3 2.3.1. Struktur Organisasi ............................................................... II- 3 2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ....................................... II- 5 2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan .............................. II- 5 2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan ................ II- 7 2.4. Proses Produksi ............................................................................... II- 8 2.4.1. Bahan yang Digunakan ......................................................... II- 9 2.4.2. Jumlah dan Spesifikasi Bahan ............................................... II- 13 2.4.3. Uraian Proses Produksi ......................................................... II- 15 2.4.4. Mesin dan Peralatan .............................................................. II- 21
III. LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian dan Tujuan Umum Perawatan ...................................... III- 1 3.2.Organisasi dan Administrasi Tenaga Perawatan .............................. III- 3 3.3. Prosedur-prosedur dalam Organisasi Perawatan Mesin ................. III- 3 3.4. Fungsi Kepadatan Probabilitas ...................................................... III- 4 3.5. Pengujian Hipotesa ....................................................................... III- 5 3.6. Usulan Pemecahan Masalah ......................................................... III- 8 Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI ( Lanjutan ) BAB
Halaman
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ............................................................................. IV- 1 4.2. Tempat Penelitian ......................................................................... IV- 2 4.3. Rancangan Penelitian ................................................................... IV- 2
V. ORGANISASI & MANAJEMEN 5.1. Pengumpulan Data ........................................................................ V- 1 5.1.1. Tanggal dan Waktu Pemeriksaan Mesin ............................... V- 2 5.1.2. Tanggal dan Waktu Perbaikan Mesin ................................... V- 4 5.2. Pengolahan Data............................................................................ V- 5 5.2.1. Penentuan Pola Distribusi Waktu Pemeriksaan Mesin .......... V- 2 5.2.2. Penentuan Pola Distribusi Waktu Perbaikan Mesin ............. V- 11
VI. ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. Penentuan Frekuensi yang Optimal ................................................ V- 1 6.2. Analisis ......................................................................................... V- 3 6.2.1. Analisis Pemeriksaan ........................................................... V- 3 6.2.2. Analisis Perbaikan ............................................................... V- 3
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI ( Lanjutan ) BAB
Halaman
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ................................................................................... VII- 1 7.2. Saran ............................................................................................. VII- 2
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
TABEL
Halaman
2.1. Rincian Tenaga Kerja PT. Mutiara Mukti Farma .......................... II- 5 5.1. Data Pemeriksaan Mesin Cetak Obat ............................................ V- 2 5.2. Data Perbaikan Mesin Cetak Obat ................................................ V- 4 5.3. Data Pemeriksaan Mesin Cetak Obat ..........................................
V- 6
5.4. Distribusi Frekuensi Waktu Pemeriksaan Mesin cetak Obat .......... V- 8 5.5. Uji Distribusi Waktu Pemeriksaan Cetak Obat ............................
V- 9
5.6. Data Perbaikan Mesin Cetak Obat ............................................... V- 11 5.7. Distribusi Frekuensi Waktu Pemeriksaan Mesin cetak Obat ......... V- 13 5.8. Uji Distribusi Waktu Perbaikan Cetak Obat ................................ V- 14 6.1. Frekuensi Pemeriksaan dan Perbaikan Mesin Cetak Obat ............
VI- 2
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
Halaman
2.1. Struktur Organisasi PT. MUTIFA Medan ...................................... II- 4 2.2. Rumus Bangun Metampiron .......................................................... II- 14 3.1. Uji dua Pihak ................................................................................. III- 7 3.2. Uji Pihak Kanan ............................................................................ III- 7 3.3. Uji Pihak Kiri ................................................................................ III- 8 4.1. Gambar Bagan Prosedur Penelitian ................................................ IV- 3 6.1. Histogram data Pemeriksaan dan Perbaikan ................................... VI- 3
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Halaman
1. Tugas dan tanggung jawab pada PT. Mutiara Mukti Farma .............. L- 1 2. Daftar tabel dengan menggunakan Chi- Kuadrat ............................... L- 2
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
RINGKASAN
Setiap perusahaan perlu melakukan pemeliharaan terhadap peralatan produksinya agar peralatan tersebut beroperasi dengan baik. Timbulnya kerusakan pada peralatan produksi tentunya akan mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi, terganggunya jadwal produksi serta meningkatnya biaya perbaikanperbaikan mesin tersebut karena kondisi kerusakan mesin sudah parah. Mengingat pentingnya peralatan produksi tersebut dalam proses produksi, maka perlu diadakan suatu pemeliharaan terencana. Pemeliharaan terencana dimaksudkan untuk mengurangi resiko kerusakan dan meningkatkan ketersediaan peralatan yang siap pakai. Kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan terencana adalah mendeteksi terjadinya kerusakan sehingga dapat diambil usaha-usaha pencegahan sebelum terjadinya kerusakan yang lebih fatal. PT. Mutiara Mukti Farma (PT. MUTIFA) adalah perusahaan yang bergerak dalam industri pembuatan obat. Sering terjadi penundaan proses produksi yang diakibatkan rusaknya mesin pencetak obat, hal ini dipengaruhi oleh kurangnya perhatian operator dalam memeriksa keadaan mesin sehingga mesin menjadi cepat aus dan tidak terawat. Hal ini bila dibiarkan semakin larut dapat menyebabkan kerusakan yang lebih fatal pada mesin tersebut. Bertitik tolak dari hal tersebut, perlu ditetapkan frekuensi pemeriksaan yang optimal terhadap peralatan produksi khususnya pada mesin cetak di PT. Mutiara Mukti Farma (PT. MUTIFA) dalam upaya memaksimalkan ketersediaan peralatan dan meminimumkan waktu terhentinya peralatan produksi akibat kerusakan mesin.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan perlu melakukan pemeliharaan terhadap peralatan produksinya agar peralatan tersebut beroperasi dengan baik. Timbulnya kerusakan pada peralatan produksi tentunya akan mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi, terganggunya jadwal produksi serta meningkatnya biaya perbaikanperbaikan mesin tersebut karena kondisi kerusakan mesin sudah parah. Mengingat pentingnya peralatan produksi tersebut dalam proses produksi, maka perlu diadakan suatu pemeliharaan terencana. Pemeliharaan terencana dimaksudkan untuk mengurangi resiko kerusakan dan meningkatkan ketersediaan peralatan yang siap pakai. Kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan terencana adalah mendeteksi terjadinya kerusakan sehingga dapat diambil usaha-usaha pencegahan sebelum terjadinya kerusakan yang lebih fatal. PT. Mutiara Mukti Farma (PT. MUTIFA) adalah perusahaan yang bergerak dalam industri pembuatan obat. Sering terjadi penundaan proses produksi yang diakibatkan rusaknya mesin pencetak obat, hal ini dipengaruhi oleh kurangnya perhatian operator dalam memeriksa keadaan mesin sehingga mesin menjadi cepat aus dan tidak terawat. Hal ini bila dibiarkan semakin larut dapat menyebabkan kerusakan yang lebih fatal pada mesin tersebut. Bertitik tolak dari hal tersebut, perlu ditetapkan frekuensi pemeriksaan yang optimal terhadap peralatan produksi khususnya pada Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
mesin cetak di PT. Mutiara Mukti Farma (PT. MUTIFA)
dalam upaya
memaksimalkan ketersediaan peralatan dan meminimumkan waktu terhentinya peralatan produksi akibat kerusakan mesin.
1.2.
Rumusan Permasalahan Kegiatan pemeriksaan terencana diperlukan untuk memperkecil resiko
kerusakan dan meningkatkan ketersediaan peralatan yang digunakan dalam produksi, sehingga perlu ditentukan frekuensi pemeriksaan yang optimal terhadap peralatan produksi.
1.3.
Tujuan Pemecahan Masalah Tujuan pemecahan masalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui frekuensi pemeriksaan dan perbaikan yang optimal pada mesin pencetak obat. 2. Untuk mengetahui tingkat ketersediaan maksimum dan down time minimum pada mesin pencetak obat di PT. Mutiara Mukti Farma (PT. MUTIFA) 1.4. Manfaat Penelitian 1. Pihak Perusahaan a. Pihak perusahaan dapat memperhatikan dan mengidentifikasikan kondisi mesin khususnya mesin cetak sehingga proses produksi tetap berjalan normal
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
b. Pihak perusahaan dapat menghemat waktu dan biaya untuk Pemeriksaan dan perbaikan untuk mesin khususnya mesin cetak. 2. Pihak Peneliti Menambah wawasan dan mampu mengaplikasikan ke lapangan dengan berdasarkan metode yang telah ada.
1.5. Pembatasan Masalah Agar pembahasan tidak menyimpang dari tujuan perlu dilakukan pembatasan masalah, yaitu : 1. Pemeriksaan dilaksanakan pada mesin cetak. 2. Data pemeliharaan dan perbaikan yang diteliti adalah data 3 tahun terakhir.
1.6. Asumsi-asumsi yang digunakan Dalam membahas permasalahan ini ada beberapa asumsi yang digunakan, antara lain yaitu : 1. Informasi dan data yang diperoleh dari perusahaan dan sumber lainnya dianggap benar dan cukup untuk mewakili. 2. Pemeriksaan dan perbaikan terhadap mesin dan peralatan dilakukan oleh tenaga kerja yang sudah terampil 3. Mesin dan peralatan produksi masih dalam keadaan dapat beroperasi dan umur ekonomisnya belum berakhir.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
1.7. Sistematika Penulisan Tugas Akhir Laporan disusun secara sistematis dalam beberapa bab yang saling berhubungan terdiri dari: BAB I
: PENDAHULUAN Menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, manfaat penelitian, pembatasan masalah dan asumsi, serta yang terakhir adalah sistematika penulisan tugas akhir.
Bab II
: GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah singkatperusahaan, organisasi dan manajemen perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, uraian tugas dan tanggung jawab personil, dan data lainnya yang berkaitan dengan perusahaan.
BAB III
: LANDASAN TEORI Menyajikan
teori-teori
yang
melandasi
atau
melatarbelakangi
penelitian dan yang digunakan dalm pengolahan data penelitian. BAB IV
: METODOLOGI PENELITIAN Menguraikan langkah-langkah yang meliputi tempat dan waktu penelitian, mulai dari awal sampai pada akhir laporan penelitian
BAB V
: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Mengindentifikasi keseluruhan data penelitian yang dilanjutkan dengan pengolahan data.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
BAB VI
: ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Menganalisa hasil penelitian dan hasil hasil pengolahan data dan mencari solusi terhadap masalah yang diteliti.
BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dilakukan kesimpulan dan saran sebagai tindak lanjut hasil penelitian
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan PT. Mutiara Mukti Farma merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri obat-obatan. Dengan surat izin bangunan No. 41/RKT/S/MBU/72/1975 dari Dinas Bangunan Kodati II Medan, maka H.T.M Panggabean mendirikan bangunan yang selanjutnya digunakan sebagai kantor dan pabrik farmasi “SEJATI” yang pada masa itu memproduksi anggur obat dengan merek “SIAGOGO”. Kemudian pada bulan Januari 1980,
H.T.M Panggabean menjual
bangunan tersebut kepada Drs. Weslyn Siahaan. Dengan akte No. 112 tanggal 31 Januari 1980 maka didirikanlah PT. Mutiara Mukti Farma dengan Drs. Weslyn Siahaan sebagai Direktur Utamanya. Surat keputusan Menteri Kesehatan RI No. 0098/A/SK/PAB/I/81 memberi izin kepada PT. Mutiara Mukti Farma untuk mendirikan sebuah industri farmasi yang memproduksi obat-obatan serta menjualnya. Sejak itu dengan surat Izin Produksi Departemen Kesehatan RI c/q Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. 213/AA/III/81 PT. Mutiara Mukti Farma mulai memproduksi obatobatan sampai sekarang. PT. Mutiara Mukti Farma didaftarkan pada Pengadilan Negeri Medan dengan No. 85/PT/1980 tanggal 10 Juni 1980 atas Keputusan Menteri Kehakiman RI No. Y.A.5/289/10 tanggal 3 Juni 1980 dan dicantumkan pada tambahan berita negara RI No. 24 tanggal 24 Maret 1981 dengan merk/alamat : “PT. MUTIARA MUKTI FARMA (PT. MUTIFA) INDUSTRI FARMASI” Jl. Brigjen Katamso No. 200 Medan. Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Kemudian dengan akte No.35 yang dibuat pada tanggal 29 November 1988 diadakanlah akte perubahan pemegang saham serta manajemen perusahaan yang selanjutnya diputuskan oleh Menteri Kehakiman RI No. C2-1134. HT.01.04.Th.89 tanggal 31 Januari 1989. Dalam akte tersebut berdasarkan keputusan rapat Dewan Komisaris serta pemegang saham menetapkan bahwa sebagai penanggung jawab dengan jabatan Direktur Utama adalah Bapak Jacob sampai batas waktu yang belum ditentukan. Dalam perkembangannya PT. Mutiara Mukti Farma membeli sebidang tanah di jalan Namurambe desa Delitua Kabupaten Deli Serdang seluas 8,622 m2 untuk lokasi pembangunan pabrik baru dengan menggunakan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Pembangunan dimulai pada tahun 1992 sedangkan pemakaiannya diresmikan oleh Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI pada tanggal 27 Juli 1994. Kemudian diadakan perubahan izin industri farmasi yang menggunakan CPOB dengan No. PO.01.01.2.01796 yang dikelurkan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Depkes RI tanggal 22 Juli 1994. 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha PT. Mutiara Mukti Farma memproduksi jenis obat-obatan sebagai berikut : 1. Tablet, yaitu obat yang terbuat dari bubuk yang dipadatkan dan berbentuk bulat. 2. Kapsul, yaitu obat yang berbentuk kapsul yang berisi powder (serbuk). 3. Serbuk oral (powder), yaitu obat yang berbentuk serbuk langsung dibungkus dalam plastik. Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
4. Sirup, yaitu obat yang berwujud cairan dalam botol. 2.3. Organisasi dan Manajemen 2.3.1. Struktur Organisasi Dalam melaksanakan kegiatan perusahaan, PT. Mutiara Mukti Farma menggunakan struktur organisasi yang disusun sedemikian rupa sehingga jelas terlihat batas-batas tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap personil dalam organisasi. Dengan demikian diharapkan adanya suatu kejelasan arah dan koordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan dan masing-masing pegawai mengetahui dengan jelas dari mana perintah itu datang dan kepada siapa harus mempertanggungjawabkan hasil pekerjaanya. Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. Mutiara Mukti Farma adalah struktur line-fungsional dimana wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan-satuan di bawahnya dalam bidang kerja tertentu. PT. Mutiara Mukti Farma membagi pegawai berdasarkan fungsi-fungsi pekerjaan yang ada, atasan dari seorang bawahan adalah orang-orang yang bertanggung jawab atas terselenggaranya fungsi-fungsi tersebut. Pimpinan satuan dengan bidang tertentu dapat memerintah dan meminta pertanggungjawaban dari semua pimpinan satuan pelaksana yang ada, sepanjang menyangkut bidang kerjanya. Struktur organisasi PT. Mutiara Mukti Farma dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Dalam melaksanakan suatu organisasi diperlukan personil-personil yang menduduki jabatan tertentu di dalam organisasi tersebut, dimana masing-masing Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
personil diberi tugas dan tanggung jawab sesuai dengan jabatannya. Adapun uraian tugas dan tanggung jawab pada PT. Mutiara Mukti Farma dapat dilihat pada Lampiran 1. 2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan Dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari PT. Mutiara Mukti Farma memiliki tenaga kerja sebanyak 116 orang. Rincian tenaga kerja tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Rincian Tenaga Kerja PT. Mutiara Mukti Farma
No.
Bagian Unit
JUMLAH (ORANG)
1. Direktur Utama 2 2. Direktur 1 3. Manajer 8 4. Administrasi dan Keuangan 8 5. Perencanaan Produksi 1 6. Unit Sirup 15 7. Unit Tablet 4 8. Unit Kapsul 7 9. Unit Puyer 3 10. Unit Cuci Botol 3 11. Gudang Kemasan 4 12. Gudang Bahan Baku 3 13. Gudang Barang Jadi 3 14. Teknisi 3 15. Laboratorium 5 16. Tenaga Blister 4 17. Pengemasan 24 18. Tukang Kebun 1 19. Supir 1 20. Jaga Malam 3 Tabel 2.1. Rincian Tenaga Kerja PT. Mutiara Mukti Farma (lanjutan) No.
Bagian Unit
21. 22.
Cleaning Service Satpam
JUMLAH (ORANG) 3 3
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
23.
Tenaga Strip Jumlah
7 116
Sumber : PT. MUTIFA
Jam kerja PT. Mutiara Mukti Farma terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian kantor, bagianproduksi dan bagian keamanan. a. Bagian Kantor yang terdiri dari : -
Direktur
-
Administrasi Kantor Waktu kerjanya adalah sebagai berikut : Hari
Jam kerja
Istirahat
Jam kerja
Senin
08.30 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 16.30
Selasa
08.30 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 16.30
Rabu
08.30 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 16.30
Kamis
08.30 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 16.30
Jumat
08.30 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 16.30
b. Bagian Produksi yang terdiri dari : -
Riset dan Pengembangan
-
Laboratorium
-
Karyawan Produksi
-
Karyawan Gudang
-
Teknisi
-
Penyediaan Kemasan Waktu kerjanya adalah sebagai berikut : Hari
Jam kerja
Istirahat
Jam kerja
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Senin
08.30 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 16.30
Selasa
08.30 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 16.30
Rabu
08.30 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 16.30
Kamis
08.30 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 16.30
Jumat
08.30 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 16.30
Sabtu
08.30 – 13.00
-
-
c. Bagian Keamanan Waktu kerjanya dibagi atas 2 shift yaitu : Shit
waktu
Shift I
07.00 – 19.00
Shift II
19.00 – 07.00
2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan Penghargaan
terhadap
hasil
kerja
karyawan
diwujudkan
dengan
memberikan upah dan fasilitas-fasilitas yang dapat menjamin kesejahteraan karyawan dan keluarganya dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan dan juga meningkaatkan produktifitas kerja. Sejalan dengan maksud di atas, PT. Mutiara Mukti Farma berusaha sedapat mungkin meningkatkan upah karyawan. Pedoman yang diikuti adalah kebijaksanaan tentang Upah Minimum Regional (UMR) yang telah ditetapkan pemerintah. Sistem pengupahan yang berlaku di perusahaan ini adalah sebagai berikut : 1. Pembayaran upah dilakukan sebulan sekali yaitu setiap awal bulan. Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
2. Upah lembur yang diberikan perusahaan kepada karyawan yang bekerja yaitu : -
jam pertama sebesar 1,5 kali upah jam kerja normal.
-
Jam kedua sebesar 2 kali upah jam kerja normal.
-
Jam ketiga dan seterusnya dibayar sebesar 3 kali upah 1 jam kerja normal.
3. Upah yang diberikan meliputi gaji pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap yang di dalamnya termasuk uang makan dan transport. 4. Tunjangan Hari Raya (THR) diberikan satu bulan gaji atau tergantung besarnya keuntungan perusahaan. Selain upah yang diberikan, perusahaan juga memperhatikan keselamatan kerja para karyawannya dengan memberikan jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) berupa jaminan hari tua, kecelakaan kerja, kematian dan kesehatan. Dalam pelaksanaan Jamsostek, pihak perusahaan mengadakan pengutipan iuran dari kegiatan organisasi karyawan seperti iuran Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK) yakni sebesar 2% dari gaji karyawan. Selain itu perusahaan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk mengembalikan kesegaran dan kepentingan pribadi karyawan dengan memberikan cuti kepada karyawan yang telah bekerja minimum selama satu tahun. Hak cuti yang diberikan perusahaan adalah 12 hari kerj dalam setahun. Selain itu bagi karyawan yang sedang hamil atau melahirkan berhak mendapat cuti selama 3 bulan, sedangkan untuk cuti haid diberi selama 2 hari kerja setiap bulannya.
2.4. Proses Produksi
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Proses produksi adalah cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan sumber-sumber yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana. PT. Mutiara Mukti Farma dalam melakukan proses produksinya banyak menghasilkan jenis obat-obatan. Tetapi dalam pelaksanaan penelitian di PT. Mutiara Mukti Farma, kegiatan proses produksi yang diamati hanya menyangkut pembuatan obat jenis tablet. Dalam pembuatan obat dibutuhkan adanya bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, mesin dan peralatan, tenaga kerja, metode kerja serta manajemen yang baik untuk menghasilkan produk obat-obatan yang baik. Proses produksi yang diamati dalam penelitian adalah obat tablet antalgin. 2.4.1. Bahan Yang Digunakan. 1. Bahan Baku. Bahan Baku adalah semua bahan utama yang digunakan dalam pembuatan suatu produk. Penggunaan bahan baku memiliki persentase terbesar dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Dalam pembuatan tablet, bahan baku yang digunakan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : a. Bahan Berkhasiat (zat aktif) Bahan berkhasiat adalah bahan yang digunakan dalam pembuatan obat yang mana bahan inilah yang berfungsi untuk menyembuhkan penyakit. Bahan berkhasiat ini berupa tepung yang disesuaikan dengan jenis obat yang akan di produksi berdasarkan formulasi yang telah ditentukan. Contoh : Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Nama Obat
Bahan Berkhasiat
Antalgin
Antalgin
b. Bahan Pengisi Bahan pengisi berguna untuk menambah berat serta ukuran obat sehingga mudah dicetak. Bahan pengisi ditambahkan pada obat yang bahan berkhasiatnya berkomposisi rendah, pada obat yang berdosis cukup tinggi bahan pengisi tidak diperlukan misalnya aspirin atau obat antibiotik. Tepung yang diperoleh dari jagung, gandum atau kentang dipergunakan sebagai bahan pengisi tablet. Contoh : Nama Obat
Bahan Pengisi Lactose (C12H22O11)
Antalgin Corn Starch (C6H10O5
2. Bahan Tambahan. Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan pada proses produk dalam rangka meningkatkan mutu produk dan merupakan bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan terdiri dari : a. Bahan Pengikat Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Bahan pengikat digunakan untuk menyatukan bahan baku obat sehingga dapat bersatu. Bahan pengikat berupa pasta yaitu campuran air dan tepung. Pasta kanji merupakan bahan pengikat yang paling banyak dipakai, dibuat dengan cara melarutkan kanji ke dalam air kemudian dipanaskan selama beberapa waktu tertentu. Contoh : Nama Obat
Bahan Pengikat
Antalgin
Amylum (C6H22O11)
b. Bahan Penghancur. Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika bercampur dengan cairan yang terdapat dalam saluran pencernaan. Bahan dapat berfungsi menarik air ke dalam tablet, mengembangkannya dan menyebabkan tablet pecah menjadi partikelpartikel. c. Bahan Pelicin dan Anti Lekat. Suatu bahan anti lekat juga memiliki sifat-sifat pelicin. Perbedaan dari kedua sifat tersebut adalah : Anti lekat berusaha mengurangi melekatnya bubuk atau granul pada permukaan cetakan atau pada dinding cetakan. Pelicin digunakan untuk memacu aliran serbuk atau granul untuk masuk
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
ke dalam cetakan. Bahan-bahan digunakan agar dalam proses pencetakan obat dapat dengan mudah dicetak. Contoh : Nama Obat
Bahan Pelicin Magnesium Stearat (Mg (C18H35O2)2)
Antalgin Talcum
d. Bahan Pengawet. Bahan pengawet berguna untuk mengawetkan obat dan memperlambat proses perkembangan mikroorganisme seperti bakteri dan jamur.
Contoh : Nama Obat
Bahan Pengawet Nipagin (C8H8O3)
Antalgin Nipasol (HO. C6H4COOC3H7)
e. Bahan Pewarna. Bahan pewarna diberikan kepada obat untuk memberikan daya tarik terhadap suatu obat. Bahan pewarna yang digunakan berbentuk tepung dan sesuai dengan ketentuan Depkes, yaitu bahan pewarna untuk Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
makanan dan obat-obatan. Manfaat dari pemberian warna antara lain : menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi hasil produksi, membuat suatu produk menjadi menarik. Contoh : Nama Obat
Bahan Pewarna
Antalgin
Eurochat Blue
f. Bahan Pemberi Rasa. Bahan pemberi rasa gunanya untuk menghilangkan rasa obat dan memberikan rasa baru pada obat tersebut, seperti rasa jeruk, rasa apel, dan lain-lain. Zat pemberi rasa biasanya dibatasi pada tablet kunyah atau pada tablet lain yang ditujukan untuk larut dalam mulut. Contoh : Nama Obat
Bahan Pemberi Rasa
Antalgin
Vaniline
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
g. Bahan Pengembang Bahan pengembang digunakan untuk mempercepat proses penguraian obat di dalam usus ataupun lambung. Bahan pengembang yang digunakan seperti Primojel. Contoh : Nama Obat
Bahan Pengembang
Antalgin
Primojel (C20H24O2)
h. Bahan Kemasan. Bahan kemasan digunakan pada proses pengepakan produk jadi, seperti : karton, botol, label, silcap, etiket, dan plastik. 3. Bahan Penolong. Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dalam rangka memperlancar proses produksi, yang mana bahan ini bukan merupakan bagian dari produk akhir. Bahan penolong yang digunakan dalam pembuatan tablet adalah air. Air digunakan dalam pembuatan bahan pengikat, misalnya pembuatan kanji. 2.4.2. Jumlah dan Spesifikasi Bahan
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Untuk
standar
mutu
bahan/produk,
industri
farmasi
diwajibkan
menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Mutu Obat dan Makanan Depkes RI No 04510/A/SK/XII/1989 tentang petunjuk operasional penerapan CPOB. Cara Pembuatan Obat yang Baik menyangkut seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu yang bertujuan untuk menjamin obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pada PT. Mutiara Mukti Farma setiap bahan dan produk harus melewati proses pengawasan mutu yang ketat dari mulai masuknya bahan awal, bahan dalam proses, hingga ke produk jadi sehingga memiliki standar mutu yang sesuai dengan standar CPOB. 1. Standar Mutu Bahan. Bahan
utama
dalam
pembuatan
antalgin
adalah
metampiron
(C13H16N3NaO4S.H2O). Gambar metampiron dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
C6 H5 N O
CH3 N H2 O
NaSO3 - CH2 - N
CH3
CH3 Gambar 2.2. Rumus Bangun Metampiron
Standar mutu metampiron adalah sebagai berikut : 1. Berat Molekul : 351,37 2. Metampiron mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 101 % C13H16N3NaO4S dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. 3. Pemerian
: serbuk hablur, putih/putih kekuningan.
4. Arsen
: tidak lebih dari 2 bpj.
5. Logam Berat
: tidak lebih dari 2 bpj.
6. Susut Pengeringan
: tidak lebih dari 5,5%.
2. Standar Mutu Produk Standar mutu tablet antalgin atau tablet metampiron adalah sebagai berikut : Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
1. Tablet metampiron mengandung metampiron C13H16N3NaO4S.H2O tidak kurang dari 105 % dari jumlah yang tertera pada etiket. 2. Memenuhi syarat seperti yang tertera pada compressi. 2.4.3. Uraian Proses Produksi Adapun uraian proses produksi pembuatan obat tablet dapat dilihat di bawah ini : 1. Penimbangan Bahan. Bahan baku, baik yang berupa zat berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat ditimbang atas dasar surat perintah pembuatan obat yang telah ditetapkan komposisinya sesuai dengan banyaknya obat yang akan diproduksi dan formulasinya. Kegiatan penimbangan disaksikan oleh pengawas dari ruang produksi, bahan-bahan ditimbang sesuai dengan batch yang telah ditentukan dalam surat perintah pembuatan obat. Bahan-bahan sebelum tiba di gudang diperiksa terlebih dahulu oleh bagian pengawasan mutu untuk mengetahui apakah bahan tersebut sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan pemasok bahan baku dan mutunya terjamin. Pemeriksaan bahan baku yang diperiksa meliputi : 1. Pemeriksaan organoleptis, yaitu : bentuk, warna, bau dan rasa. 2. Pemeriksaan secara kimia, yaitu : kualitatif, kuantitatif dan PH. 3. Pemeriksaan secara PH, yaitu : kelarutan, titik lebur, berat jenis dan viskositas/kekentalan. 4. Pemeriksaan kemasan, meliputi : ukuran dan kerusakan/kebocoran wadah.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
5. Pemeriksaan etiket, meliputi : ukuran, kebenaran tulisan, disain, warna, kerapian catatan dan lambang seperti lambang untuk obat bebas, obat bebas terbatas dan obat keras.
2. Proses Pencampuran. Setelah masing-masing bahan sudah ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam sebuah mixer dan di aduk sampai tercampur rata. Kemudian dimasukkan pasta yang berfungsi sebagai zat pengikat sambil terus diaduk. Setelah tercampur rata bahan kemudian dibawa ke bagian Granulasi Basah. 3. Granulasi Basah. Granulasi merupakan proses yang bertujuan untuk meningkatkan aliran serbuk dengan jalan membentuknya menjadi bulatan-bulatan atau butiran kecil dalam bentuk beraturan yang disebut granul. Jadi granulasi basah adalah gumpalan-gumpalan atau butiran kecil dari bahan yang telah dicampur yang masih dalam keadaan basah. Bahan yang sudah dicampur digranulasi secara basah (wet granulation) untuk membentuk granul-granul kecil yang ukurannya lebih seragam. Pembentukan granul-granul akan mempermudah proses pengeringan. Proses granulasi basah menggunakan ayakan dengan ukuran mesh 7. 4. Proses Pengeringan. Setelah bahan digranul secara basah, kemudian bahan obat tersebut dikeringkan. Bahan yang dikeringkan tersebut ditimbang terlebih dahulu. Proses pengeringan dapat menggunakan oven pengeringan atau Fluid Bed Dryer. Proses Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
pengeringan dengan menggunakan Fluid Bed Dryer akan memberikan waktu yang lebih singkat dan massa yang lebih homogen dibandingkan dengan menggunakan oven pengering, namun kapasitasnya lebih kecil dari oven pengering. Proses pengeringan pada Fluid Bed Dryer dilakukan pada suhu berkisar antara 60oC sampai 100oC, tergantung jenis obat yang akan dibuat dan memakan waktu sekitar 30 menit. Pengeringan dengan oven juga dilakukan pada suhu berkisar antara 60oC sampai 100oC selama 8 jam sampai 10 jam. 5. Granulasi Kering. Granulasi kering ini berfungsi untuk mendapatkan ukuran gumpalangumpalan (granul) yang lebih halus setelah granul basah dikeringkan. Bahan obat yang sudah dikeringkan digranulasi kembali sehingga terbentuk granul-granul yang lebih halus lagi dan memiliki ukuran yang relatif sama sehingga bobotnya seragam. Proses penggranulan menggunakan ayakan ukuran mesh yang bervariasi yaitu 12, 10, dan 8 mesh. Ukuran pengayakan tergantung kepada ukuran tablet yang akan dibuat. Ukuran mesh 12 digunakan untuk menggranul bahan tablet yang akan dicetak dengan ukuran kecil, sedangkan mesh 10 dan 8 digunakan untuk tablet yang lebih besar. 6. Lubrikasi Lubrikasi adalah proses pencampuran zat pelicin dengan bahan obat agar dalam proses pencetakan obat tidak lengket dan akan menghasilkan obat yang akan lebih baik.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Setelah mengalami granulasi kering, bahan obat yang sudah halus dilubrikasi. Pada prosesnya ditambahkan zat pelicin seperti Magnesium Stearat dan Talcum. Pemberian zat pelicin akan memperbaiki daya alir bahan ketika masuk dalam pencetakan dan juga berguna dalam proses pencetakan agar obat tidak lengket sewaktu dicetak dan memberikan permukaan obat yang licin mengkilap. 7. Pencetakan. Setelah lubrikasi dilakukan maka dilanjutkan ke proses pencetakan. Bahan obat ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berat bahan yang akan dicetak, karena dalam surat perintah pembuatan obat formulasinya sudah ditetapkan untuk sejumlah obat yang akan dibuat. Dalam proses pencetakan terlebih dahulu dilakukan pencetakan percobaan agar obat yang dicetak ukurannya sesuai dengan yang ditetapkan. Obat yang tidak sesuai ukurannya akan dihancurkan dan kemudian dicetak lagi. Pada akhir pencetakan diambil beberapa sampel obat untuk mengetahui kadar dari zat yang terkandung di dalam tablet tersebut. 8. Pengayakan dan Pemeriksaan. Setelah obat selesai dicetak kemudian diayak secara manual dengan ayakan 10 mesh untuk menghilangkan debu obat dan sekaligus untuk memeriksa apakah ada obat yang pecah atau kotor sewaktu pencetakan. Untuk mengetahui apakah obat tablet yang dihasilkan telah memenuhi standar mutu, maka dilakukan pemeriksaan oleh bagian pengawasan mutu dengan melakukan pengujian sebagai berikut :
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
a. Keseragaman Bobot. Untuk mengetahui keseragaman bobot tablet, diambil 10 tablet dan ditimbang bobot keseluruhannya kemudian ditimbang satu-persatu. Setelah diketahui bobot pertablet dan rata-ratanya, maka diperoleh penyimpangan bobot tablet dari selisih keduanya. b. Waktu Hancur. Untuk mengetahui waktu hancur tablet, diambil 6 butir tablet dan dimasukkan ke dalam keranjang kemudian dicelupkan ke dalam wadah yang berisi aquadest. Catat waktu yang menunjukkan tablet hancur, waktu hancur tablet tidak boleh lebih dari 15 menit. Alat yang digunakan untuk mengukur adalah Desintegration Tester. c. Diameter dan Tebal Tablet. Diameter tablet tidak boleh lebih dari tiga kali dan kurang dari 1 13 dari tebal tablet.
d. Kekerasan Tablet. Cara untuk mengetahui kekerasan tablet adalah dengan meletakkan tablet di antara anvil dan punch, kemudian dijepit dengan cara memutar skrup pengatur sampai tanda lampu menyala. Knop ditekan dan angka yang ditunjukkan oleh jarum skala menunjukkan kekerasan tablet dalam kg/cm2. Alat yang digunakan untuk mengukur adalah Strong Cobb Hardness Tester. e. Waktu Larut.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Untuk mengetahui waktu hancur tablet, diambil 6 butir tablet dan dimasukkan ke dalam keranjang kemudian dicelupkan ke dalam wadah yang berisi larutan media disolusi. Putar keranjang dan atur waktu sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan pada masing-masing monografi. Bila waktu yang ditentukan telah habis, sedot larutan gelas disolusi yang akan digunakan untuk pemeriksaan zat berkhasiat. Alat yang digunakan untuk mengukur adalah Dissolution Tester. f. Kadar Zat Berkhasiat. Kadar zat berkhasiat ditentukan sesuai dengan cara penetapan kadar yang tercantum pada masing-masing pembuatan obat 9. Pengemasan. Pengemasan untuk jenis tablet ada tiga jenis, yaitu : a. Kemasan Botol Obat dimasukkan ke dalam plastik dan ditimbang untuk setiap seribu butir tablet. Penimbangan berdasarkan berat obat dalam mg yang telah ditetapkan sewaktu pencetakan, kemudian dimasukkan pengawet ke dalamnya lalu plastik dipress dengan panas. Plastik obat kemudian dimasukkan ke dalam botol-botol plastik berikut dengan brosur tentang obat tersebut. Untuk menjamin kemasan obat, maka tutup botol diberi segel. b. Kemasan Strip. Dalam pengemasan strip digunakan mesin sesuai dengan obat yang akan dikemas. Obat yang sudah dikemas kemudian distempel nomor batch dan batas waktu untuk obat yang mempunyai batas waktu. Setiap strip berisi 10 Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
butir obat. Obat yang telah dikemas dengan strip dimasukkan ke dalam kotak yang berisi 10 kemasan strip dan diisolasi. Kotak-kotak kemudian dimasukkan ke dalam kardus dimana tiap kardus berisi 60 kotak. c. Kemasan Blister Proses pengemasan blister ini sama dengan proses pengemasan strip, hanya bentuk kemasannya saja yang berbeda yaitu permukaan atasnya transparan.
2.4.4. Mesin dan Peralatan 1. Mesin Adapun mesin-mesin yang digunakan dalam pembuatan tablet adalah sebagai berikut : a. Oven Pengering Type
: A/MB
Jumlah
: 6 unit
Fungsi
: Untuk mengeringkan tepung obat.
Kapasitas
: 50 kg / jam
Power (Motor)
: 1 HP.
Putaran
: 1400 Rpm
b. Mesin Bed Dryer Kapasitas
: 30 kg / jam
Fungsi
: Untuk mengeringkan tepung obat.
Jumlah
: 1 unit
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Power (Motor)
: 1 HP.
Putaran
: 1400 Rpm
c. Mixer (lubrikasi) Type
: MLA 21336
Fungsi
: Untuk mencampur bahan pelicin dengan tepung obat.
Jumlah
: 1 unit
Power (Motor)
: 1 HP
Putaran
: 1400 Rpm
d. Mixer (pencampuran) Kapasitas
: 75 kg / jam
Fungsi
: Untuk mencampur tepung obat dengan bahan tambahan.
Jumlah
: 1 unit
Power (Motor)
: 1 HP.
Putaran
: 1400 Rpm
e. Mesin Cetak Type
: YY 0221
Kapasitas
: 4 kg / jam
Fungsi
: Untuk mencetak tepung obat kapsul
Jumlah
: 2 unit
Power (Motor)
: 1 HP.
Putaran
: 1400 Rpm
f. Mesin Cetak Type
: ZP - 1913
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Kapasitas
: 4 – 5 kg / jam
Fungsi
: Untuk mencetak tepung obat tablet kecil
Jumlah
: 1 unit
Power (Motor)
: 1 HP.
Putaran
: 1400 Rpm
g. Mesin Cetak Type
: ZP – 19 C
Kapasitas tepung
: 4 kg / jam
Fungsi
: Untuk mencetak tepung obat tablet besar
Jumlah
: 1 unit
Power (Motor)
: 1 HP.
Putaran
: 1400 Rpm
h. Mesin Cetak Type
: ZP – 19 G
Kapasitas
: 4 – 5 kg / jam
Fungsi
: Untuk mencetak tepung obat tablet
Jumlah
: 1 unit
Power (Motor)
: 1 HP.
Putaran
: 1400 Rpm
i. Mesin Cetak Type
: ZP – 19 H
Kapasitas
: 4 – 5 Kg / jam
Fungsi
: Untuk mencetak tepung obat pil
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Jumlah
: 1 unit
Power (Motor)
: 1 HP.
Putaran
: 1400 Rpm
j. Mesin Blister Merek
: Ziangnan
Kapasitas Hopper : 8 kg / jam Fungsi
: Untuk mengepak obat ke dalam bentuk blister.
Jumlah
: 4 unit
Power (Motor)
: 1 HP.
Putaran
: 1400 Rpm
k. Mesin Strip Fungsi
: Untuk mengepak obat ke dalam bentuk strip.
Kapasitas
: 3 kg / jam
Power (Motor)
: 1 HP.
Putaran
: 1400 Rpm
l. Mesin Strip Tunggal Type
: CY – AP - A
Kapasitas Hopper : 2 kg / jam Fungsi
: Untuk mengepak obat ke dalam bentuk strip.
Jumlah
: 2 unit
Power (Motor)
: 1 HP.
Putaran
: 1400 Rpm
m. Mesin Strip Tunggal
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Type
: CY – AP - C
Kapasitas Hopper : 2 kg / jam Fungsi
: Untuk mengepak obat ke dalam bentuk strip.
Jumlah
: 2 unit
Power (Motor)
: 1 HP.
Putaran
: 1400 Rpm
n. Mesin Strip High Speed Type
: F – 220 V
Kapasitas Hopper : 3 kg / jam Fungsi
: Untuk mengepak obat ke dalam bentuk strip.
Jumlah
: 1 unit
Power (Motor)
: 1 HP.
Putaran
: 1400 Rpm
o. Mesin Strip High Speed Type
: SQ 4 – APM - A
Kapasitas Hopper : 3 kg / jam Fungsi
: Untuk mengepak obat ke dalam bentuk strip.
Jumlah
: 1 unit
Power (Motor)
: 1 HP.
Putaran
: 1400 Rpm
p. Mesin Granulator (Kering) Kapasitas Tepung : 120 kg / jam
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Fungsi
: Untuk membentuk gumpalan atau butiran dalam bentuk granul-granul kecil.
Jumlah
: 1 Unit
Power (Motor)
: 1 HP.
Putaran
: 1400 Rpm
q. Mesin Granulator (Basah) Type
: MLA 2133 G
Kapasitas Tepung : 75 kg / jam Fungsi
: Untuk membentuk gumpalan atau butiran dalam bentuk granul-granul kecil.
Jumlah
: 1 Unit
Power (Motor)
: 1 HP.
Putaran
: 1400 Rpm
r. Mesin Hitung Tablet Type
: KDC - 101
Fungsi
: Untuk menghitung jumlah obat dalam satu kemasan tablet dan kaplet
Jumlah
: 1 Unit
Power (Motor)
: 1 HP.
Putaran
: 1400 Rpm
s. Mesin Hitung Tablet Type
: JB.2B – 220 V
Fungsi
: Untuk menghitung jumlah obat dalam satu kemasan kapsul
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Jumlah
: 1 Unit
Power (Motor)
: 1 HP.
Putaran
: 1400 Rpm
t. Mesin Sealcup Fungsi
: Untuk menempel sealcup dalam tutup botol obat.
Jumlah
: 1 Unit
Power (Motor)
: 1 HP.
Putaran
: 1400 Rpm
2. Peralatan (Equipment) Adapun peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Timbangan Duduk Merek
: Toledo
Kapasitas
: 10 gr - 1 Kg
Buatan
: Ohio, Amerika Serikat
Tahun
: 1986
Fungsi
: Untuk menimbang berat dari setiap bahan yang digunakan dalam pembuatan jenis obat.
Jumlah
: 1 unit
b. Timbangan Halus Digital Kapasitas
: 26 - 60 mg
Buatan
: Indonesia
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Tahun
: 1993
Fungsi
: Untuk menimbang berat dari setiap bahan yang digunakan dalam pembuatan jenis obat.
Jumlah
: 1 unit
c. Timbangan Berkoz Merek
: Berkoz
Kapasitas
: 0 - 300 Kg
Buatan
: Tjahaya Adil, Surabaya
Tahun
: 1992
Fungsi
: Untuk menimbang berat dari setiap bahan yang digunakan dalam pembuatan jenis obat.
Jumlah
: 1 unit
3. Utilitas a. Water Treatment Water Treatment adalah pengolahan air yang berasal dari sumur bor atau dari PDAM Tirtanadi. Air memegang peranan penting dalam kelangsungan proses produksi. Kegunaan air di perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Untuk proses produksi
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Karena pentingnya mutu air yang ikut dalam proses pencampuran maka untuk kebutuhan produksi digunakan air PDAM Tirtanadi, dimana sebelumnya akan dilakukan proses penyulingan yang menghasilkan aquadest dan kualitas air diperiksa terlebih dahulu di laboratorium 2. Untuk keperluan lainnya. Untuk keperluan kamar mandi kemudian pencucian alat-alat dan botol dipergunakan air sumur bor yang telah diolah terlebih dahulu. b. Unit Pembangkit Listrik Sumber listrik yang digunakan pada PT. Mutiara Mukti Farma terdiri dari 2 bagian yaitu : 1. Tenaga Listrik dari PLN Tenaga listrik digunakan untuk bagian prpoduksi dan juga bagian utilitas seperti kantor dan lain-lain dengan besar 450 KVA. 2. Genset Tenaga genset berfungsi sebagai sumber cadangan tenaga listrik apabila terjadi gangguan maupun pemadaman listrik dari PLN. Adapun spesifikasi dari genset tersebut sebagai berikut i. - Type
: DKBN 80/500-4
- Kapasitas
: 500 KVA
- Faktor Daya
: 0,8
- Frekuensi
: 50 Hz
- Putaran
: 1500 Rpm.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
- Tegangan
: 220/380 Volt
- Tahun
: 1991
- Jumlah
: 1 unit
ii. - Serial No
: 770.246
- Kapasitas
: 125 KVA
- Faktor Daya
: 0,8
- Frekuensi
: 50 Hz
- Putaran
: 1500 Rpm.
- Tegangan
: 220/380 Volt
- Buatan
: Denmark
- Jumlah
: 2 unit
c. Laboratorium Untuk keperluan produksinya terutama dalam hal peningkatan mutu produk maka PT. Mutiara Mukti Farma memiliki laboratorium yaitu : Laboratorium Quality Control. d. Gudang dan Bengkel 1. Gudang merupakan tempat penyimpanan bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong dan juga peralatan untuk keperluan produksi. 2. Bengkel merupakan tempat memperbaiki mesin dan peralatan produksi. Bengkel berada dalam lokasi pabrik agar kerusakan yang terjadi pada mesin dan peralatan dapat segera diatasi sehingga proses produksi tidak terganggu. Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
4. Safety and Fire Protection Untuk keamanan serta keselamatan para pekerja maka perusahaan menyediakan alat pelindung diri, yaitu : a. Sepatu Karet b. Baju Laboratorium c. Masker d. Penutup Kepala Dalam kegiatan produksi daerah kerja di perusahaan dibagi atas tiga zona yang memiliki ketentuan sebagai berikut : 1. Zona Hitam (kelas IV). Zona hitam merupakan zona bebas, dimana zona bebas dimasuki oleh petugas. Pada zona dilakukan pekerjaan yang tidak memerlukan penjagaan ketat terhadap kontaminasi udara luar. 2. Zona Abu-Abu (kelas III) Zona abu-abu merupakan zona produksi dimana proses produksi berlangsung. Pada zona kebebasan telah dikurangi yaitu barang serta karyawan tidak bebas memasuki zona ini. Sebelum memasuki zona abu-abu karyawan harus terlebih dulu mencuci tangan dan kaki serta memakai baju khusus yang bersih. Barang
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
yang akan memasuki zona harus diganti kemasannya dengan wadah khusus yang bersih. Aliran udara yang masuk ke dalam zona melalui saringan sehingga terjamin tingkat kebersihannya. 3. Zona Putih (kelas I dan II). Zona putih merupakan zona produksi sediaan yang dibuat secara aseptis dan steril. Untuk memasuki zona putih karyawan harus mencuci tangan dan kaki serta mengganti pakaian yang digunakan dari zona abu-abu. Peralatan yang akan digunakan disterilkan terlebih dahulu dan ruangan yang akan digunakan harus didesinfeksikan. Untuk fire protection disediakan tabung pemadam api (fire extinguisher) di setiap departemen agar ketika terjadi kebakaran dapat langsung diatasi.
5. Penanganan Limbah Pada PT. Mutiara Mukti Farma hasil sampingan yang terjadi akibat kegiatan pabrik adalah berupa limbah cair dan limbah padat. Limbah cair berasal dari pencucian alat dan proses pembuatan obat sirup. Sedangkan limbah padat berasal dari tepung sisa-sisa pembuatan obat, botol, kertas, debu, plastik, karton, strip, dan blister. Adapun pengolahan limbah yang dilakukan perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Limbah Padat.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Pengolahan limbah padat menggunakan insinerator dan tungku pembakaran. Insinerator berfungsi untuk membakar tepung sisa pembuatan obat pada suhu 800-1000oC. Tungku pembakaran berfungsi untuk membakar karton, kertas, dan plastik. Untuk limbah padat berupa botol dan besi hanya ditumpuk dan kemudian dijual. Sedangkan untuk plastik-plastik blister dan strip tidak dibakar dalam tungku atau insinerator melainkan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), karena plastik ini jika dibakar dapat menimbulkan bau yang mengganggu penduduk di sekitar pabrik tersebut. 2. Limbah Cair. Sistem pengelolaan limbah cair terdiri dari enam kolam yaitu: a. Kolam Pertama. Air buangan pada kolam pertama berasal dari cucian alat dan proses pembuatan sirup. Setiap hari senin ditambahkan PAC (Poly Aluminium Clorida) dan Koaret (sejenis tawas) dengan cara sebagai berikut : 1. Larutkan PAC (Poly Aluminium Clorida) sebanyak 1,5 Kg dalam 20 liter air bersih. 2. Larutkan bahan koaret sebanyak 0,25 Kg dalam 20 liter air bersih. 3. Periksa pH air limbah (standar : 6,5-8,5), setelah diperiksa pH awal : 7 4. Mixer air limbah selama 30 menit. 5. Masukkan larutan PAC (Poly Aluminium Clorida) ke dalam air limbah dalam posisi mikser. 6. Mikser air limbah selama 30 menit. 7. Masukkan koaret ke dalam air limbah pada posisi mikser. Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
8. Mikser air limbah selama 30 menit. 9. Diamkan air limbah selama 2,5 jam. 10. Alirkan air limbah ke kolam kedua. b. Kolam Kedua. Pada kolam kedua tidak ada perlakuan apapun. Air buangan mengalir secara gravitasi ke kolam ketiga. c. Kolam Ketiga. Pada kolam ketiga sudah terbentuk lumpur, kemudian lumpur diangkat dan dibuang ke tanah (kolam enam). d. Kolam Keempat. Air limbah pada kolam keempat berasal dari kamar mandi, laundry dan aliran air hujan. Air limbah akan mengalir secara gravitasi ke kolam ke lima. e. Kolam Kelima. Pada kolam ke lima terdapat tanah, kerikil, dan pasir, kemudian air akan mengalir secara gravitasi ke kolam keenam. f. Pada kolam keenam terdapat endapan lumpur yang dikeringkan yang berasal dari kolam ketiga. Pada endapan lumpur tumbuh tanaman seperti kangkung dan labu. Tumbuhnya tanaman tersebut digunakan sebagai indikator bahwa air limbah tidak mengandung zat kimia berbahaya. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan perusahaan bahwa pH air limbah adalah sekitar 6,20, dan menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep/51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
industri yaitu 6-9 maka pH air limbah PT. Mutiara Mukti Farma sudah memenuhi syarat.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
BAB III LANDASAN TEORI
2.1.
Pengertian dan Tujuan Umum Perawatan Pemeliharan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu
barang atau memperbaikinya sampai suatu keadaan atau kondisi yang dapat diterima dengan tujuan supaya mesin/peralatan produksi selalu dalam keadaan siap
pakai.
Pada
umumnya
sering
terjadi
kerusakan-kerusakan
mengakibatkan mesin tidak dapat beroperasi dengan normal
yang
dikarenakan
kurangnya perawatan dan perbaikan pada mesin tersebut. Pemeliharan disini sangat berperan penting untuk kelangsungan perusahaan dalam menjalankan usahanya. Adapaun tujuan utama dari fungsi pemeliharaan
adalah sebagai
berikut:
1. Untuk memaksimalkan ketersediaan mesin dan peralatan agar mesin dan perlatan tersebut berada dalam keadaan siap pakai sehingga dapat dipergunakan untuk produksi sesuai dengan rencana 2. Mampu mempertahankan kualitas dan kuantitas pada batas-batas yang telah ditentukan sesuai dengan biaya standar 3. Mampu menjaga, memelihara dan melindungi sejumlah investasi yang ditanamkan pada berbagai fasilitas produksi di pabrik 4. Untuk memperpanjang umur ekonomis dari peralatan sebelum dilakukan pergantian
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Tujuan umum dibentuknya bagian perawatan agar fasilitas dan peralatan pabrik dapat dipergunakan untuk
produksi sesuai dengan rencana dan tidak
mengalamai kerusakan selama peralatan dipergunakan untuk proses prdouksi atau sebelum jangka yang direncanakan tercapai. Secara umum kegiatan pemeliharaan dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu : 1. Perawatan berencana Perawatan berencana
adalah perawatan yang dapat diatur dan
dilaksanakan dengan dipikirkan terlebih dahulu, dikontrol dan dicatat Kegiatan perawatan berencana yang dilakukan dibedakan menjadi 2 yaitu : a. Perawatan Pencegahan Yaitu kegiatan pemeliharan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan peralatan dan mesin produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi. b. Perawatan Perbaikan Yaitu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada mesin atau peralatan yang tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Penyebab timbulnya pemeliharaan perbaikan adalah waktu terjadinya kerusakan pada mesin tidak dapat dipastikan dan tidak dapat dilakukannya pemeliharaan pencegahan pada mesin tersebut. 2. Perawatan Tidak berencana
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Perawatan tidak berencana atau disebut juga perawatan darurat adalah perawatan yang harus segera dilakukan karena adanya kerusakan tiba-tiba sehingga dapat mencegah kerusakan yang serius pada mesin, kegiatan pemeliharaan tidak terencana yang dilakukan adalah pemeliharaan darurat.
2.2. Organisasi dan Administrasi Tenaga Perawatan Mesin Pada dasarnya apa yang diharapkan dari kerbaradaan perawatan mesin tdiak lain adalah untuk meningkatkan effektivitas serta porsi keuntungan bagi perusahaan. Hal ini dimungkinkan karena dengan perawatan mesin, maka dapat ditekan ongkos produksi, disamping itu dapat pula ditingkatkan kapasitas suatu mesin hingga estimasi umur ekonomisnya.
2. 3. Prosedur-prosedur dalam Organisasi Perawatan Mesin Tujuan utama dari perawatan juga menyangkut dari semua pengawasan, operasi, overhaul, dan konstruksi untuk menciptakan kondisi setiap operasi mesin berjalan lancar. Fungsi-fungsi dasar perawatan mencakup pekerjaan sebagai berikut : a. Check up Pemeriksaan (Check up) merupakan pekerjaan Maintenance yang dilakukan secara rutin terhadap mesin dan perawatan
yang tujuannya adalah untuk
mengetahui sejauh mana produktifitas mesin atau peralatan tersebut dalam beroperasi. b. Perawatan Pencegahan
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Pekerjaan maintenance meliputi pencegahan, pengaturan, pergantian rutin, pelumasan,
perbaikan.
Pekerjaan
perawatan
dapat
memperkirakan
perencanaan dan jadwal waktu serta dapat dipakai sebagai standard waktu untuk memperkirakannya biaya perwaktunya . c. Reparasi Reparasi ini dilakukan pada waktu mesin dalam kondisi tidak produktif sehingga produksi perlu off agar dapat memperbaiki mesin tersebut, hal ini pastilah sangat merugikan pihak perusahaan karena terjadinya gangguan produksi.
2.4. Fungsi Kepadatan Probabilitas Jika kerusakaan suatu peralatan disebabkan oleh kerusakan komponen didalamnya yang mana karakteristik dari kerusakan bersifat random. Distribusi eksponensial negative khas bagi mesin-mesin yang memerlukan penyesuaian yang dilakukan dengan benar, maka mesin itu dapat bekerja untuk waktu yang lama tetapi jika tidak dilakukan dengan benar mungkin penyesuaian kembali dan reperasi diperlukan dengan segera. Fungsi kepadatan probabilitas distribusi eksponensial negative yaitu : F(x) = λ− λx Untuk : x > 0 dan λ Dan apabila perubahan acak kontinu x berdistribusi eksponensial dengan β , bila fungsi padatnya berbentuk :
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
F(x) =
1
β
e
−x / β
; untuk : x > 0 dan β > 0
Dimana :
λ
= Rata-rata nilai kedatangan kerusakan
µ = 1/ λ = Rata-rata distribusi Rataan dari variansi dsitribusi eksponensial adalah µ = β dan α 2 = β 2
2.5.Pengujian Hipotesa Hipotesa adalah suatu tanggapan atau pernyataan yang mungkin benar atau tidak mengenai suatu populasi atau lebih. Untuk mengetahui apakah suatu hipotesa mengenai populasi benar atau tidak, maka perlu mengambil suatu sample acak dari suatu populasi atau dengan kata lain untuk mengetahui bahwa parameter distribusi variable acak yang menyatakan hasil eksperimen mempuunyai nilai tertentu. Hipotesa itu disebut hipotesa nol (0) dan dinyatakan dengan simbol H 0 , lawan dari hipotesa ini yaitu hipotesa alternative yang dinyatakan dengan simbol H1. Hipotesa yang akan diambil sebagai dasar pembuatan keputusan haruslah diuji terlebih dahulu dengan data hasil obervasi. Setiap hipotesa bisa benar atau tidak benar dan karenanya perlu diadakan penyelidikan.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Dalam melakukan pengujian hipotesis, ada dua macam kekeliruan yang dapat terjadi yang dikenal dengan nama : a. Kekeliruan tipe I Yaitu menolak hipotesis yang seharusnya diterima b. Kekeliruan tipe II Yaitu menerima hipotesis yang seharusnya ditolak. Ketika merencanakan suatu penelitian dalam rangka pengujian hipotesis jelas kiranya kedua tipe kekeliruan harus kita buat sekecil mungkin. Agar penelitian dapat dilakukan, maka kedua tipe kekeliruan ini kita nyatakan dalam peluang. Peluang membuat kesalahan tipe I biasanya dengan α dan peluang membuat kesalahan tipe II dinyatakan dengan β . Langkah-langkah Pengujian hipotesis adalah sebagai berikut : 1. Menentukan hipotesis nol (H 0 ) dan hipotesis alternative (H 1 ), pasangan hipotesisa H 0 melawan H 1 menentukan criteria pengujian yang terdiri dari daerah penerimaan dan daerah penolakan hipotesis. Daerah penolakan hipotesis sering disebut dengan daerah kritis 2. Menentukan taraff nyata ( α ). 3. Menentukan kriteria pengujian Ada tiga macam criteria penolakan yaitu : a. Uji dua pihak yaitu uji pihak kanan dan pihak kiri Yaitu daerah penolakannya berada dibagian kanan atau kiri dari kurva penerimaan. H 0 : θ = θ 0 ; dengan alternatifnya dan H 1 : θ ≠ θ 0 Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Maka kurva daerah penerimaan dan penolakan uji dua pihak seperti tergambar pada Gambar 2.1 berikut :
Daerah Penolakan Ho (daerah kritis)
Daerah Penerimaan Ho
Daerah Penolakan Ho (daerah kritis)
Gambar 2.1 Uji Dua Pihak
b. Uji satu pihak yaitu Pihak Kanan Yaitu daerah penolakannya berada dibagian kanan dari kurva penerimaan. H 0 : θ = θ 0 dengan alternatifnya H 1 : θ > θ 0 , maka kurva daerah penerimaan dan penolakan uji satu pihak kanan seperti Gambar 2.2 berikut :
Daerah Penerimaan Ho
Daerah Penolakan Ho (daerah kritis)
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Gambar 2.2 Uji Pihak kanan
c. Uji satu pihak yaitu Pihak Kiri Yaitu daerah penolakannya berada dibagian kiri dari kurva penerimaan. H 0 : θ = θ 0 dengan alternatifnya H 1 : θ < θ 0 Maka kurva daerah penerimaan dan penolakan uji satu pihak yaitu pihak kiri seperti Gambar 2.3 berikut :
Daerah Penolakan Ho (daerah kritis)
Daerah Penerimaa Ho
Gambar 2.3 Uji Pihak Kiri
2.6. Usulan Pemecahan Masalah Adapun usulan pemecahan masalah yang dihadapi adalah sebagai berikut :
1. Penyajian dalam bentuk distribusi frekeuensi Pemeriksaan sebagai bagian dari pemeliharaan pencegahan dimaksudkan untuk mengetahui apakah peralatan selalu dalam keadaan siap dan baik untuk Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
menjamin kelancaran proses produksi. Dari kegiatan pemeriksaan dapat dideteksi timbulnya kerusakan yang hasilnya menunjukkan sebab-sebab timbulnya kerusakan. Hal ini menjadi dasar dalam menentukan tindakan perbaikan apa yang seharusnya dilakukan untuk mengatasi kerusakan tersebut. Langkah-langkah penyusunan data ke dalam bentuk distribusi frekuensi adalah sebagai berikut : a. Menentukan Rentang (R) R = R max - R min Dimana : R
= Rentangan
R max = Nilai data maksimum R min = Milai data minimum b. Menentukan banyaknya kelas interval K = 1 + 3,3 Log n Dimana K = Banyaknya kelas n = Banyaknya pengamatan c. Menentukan Panjang kelas interval P = R/K Dimana : P
= Panjang kelas interval
R
= Rentang
K
= banyaknya Kelas
d. Mengelompokkan data pada masing-masing kelas interval yang sesuai e. Menghitung parameter rata-rata waktu pemeriksaan
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
−
1/I = x =
∑fx ∑f
1 1 1
Dimana 1/I = x = Rata-rata waktu pemeriksaan distribusi
x1 = Harga tengah pada interval kelas ke-i
f1 = Frekuensi/jumlah pemeriksaan pada interval kelas ke-i
f. Menghitung parameter perbaikan rata-rata waktu perbaikan −
1/m = x =
∑fx ∑f
1 1 1
−
Dimana : 1/m = x = Rata-rata waktu perbaikan distribusi
x1 = Harga tengah pada interval kelas ke-i
f1 = Frekuensi/jumlah pemeriksaan pada interval kelas ke-i
2. Pengujian bentuk distribusi frekuensi Pengujian bentuk distribusi frekuensi untuk data waktu pemeriksaan dan perbaikan akan dilakukan dengan test hipotesa. Hipotesa yang akan digunakan adalah metode Chi Square of Fit ( Khi-Khuadrat), hal ini dikarenakan metode ini pemecahannya tidak terlalu sulit untuk diterapkan di perusahaan yang besar maupun kecil. Adapun tujuan melakukan test ini adalah untuk mengetahui bentuk distribusi. a. Pengujian
distribusi
rata-rata
waktu
pemeriksaa
hipotesanya
dirumuskan : Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
H 0 : Distribusi rata-rata waktu pemeriksaan mengikuti distribusi eksponensial negatif H 1 : Distribusi rata-rata waktu pemeriksaan tidak mengikuti distribusi eksponensial
negatif
b. Pengujian distribusi rata-rata waktu perbaikan hipotesanya dirumuskan : H 0 : Distribusi rata-rata waktu perbaikan mengikuti distribusi eksponensial negatif H1 :
Distribusi rata-rata waktu perbaikan tidak mengikuti distribusi eksponensial
negatif.
c. Pengujian Hipotesa Test Statistic yang digunakan untuk menguji hipotesa, apakah mengikuti distribusi eksponensial atau tidak adalah sebagai berikut :
x
2
hitung
=
∑( f e )
2
i i
ei
dimana : f i = frekuensi data waktu pemeriksaan dan perbaikan ei = Frekuensi yang diharapkan apabila waktu pemeriksaan dan perbaikan berdistribusi eksponensial negatif. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut : H 0 diterima jika
: X 2 hitung < X 2 (1−α );dk )
H 0 ditolak jika
: X 2 hitung > X 2 (1−α );dk )
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Dimana :
α
= Taraf nyata
dk
= Derajat kebebasan ; dk = k-p
P
= Banyaknya parameter yang ditafsir
3. Bentuk Modal dasar pemeriksaan dan perbaikan yang optimal Dalam menentukan waktu pemeriksaan dan perbaikan yang optimal berdasarkan data yang telah ada maka ditetapkan waktu kegiatan yaitu : a. Waktu berhentinya peralatan karena kegiatan pemeriksaan (Dn) : Dn = banyaknya pemeriksaan (n) x rata-rata waktu perbaikan (1/i) Dimana : Dn = Down Time (batas waktu)
b. Waktu berhentinya peralatan karena kegiatan perbaikan : = Banyak perbaikan ( λn ) x rata-rata waktu perbaikan (1/m) maka total waktu waktu berhentinya peralatan (Dn) adalah : Dn = (n x 1/i) + ( λn x 1/m) c. Diasumsikan bahwa banyak kerusakan berbanding terbalik dengan banyaknya pemeriksaan yaitu : λn = K/n Dimana K = Rata-rata kerusakan yang terjadi dalam satu interval waktu pemeriksaan n = Frekuensi pemeriksaan sehingga diperoleh : Dn = (n x 1/i) + (K/n x 1/m) Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
d. Dengan asumsi Dn merupakan fungsi lanjutan terhadap n, maka syarat optimal adalah : Dn = 0 Dn = 1/I –(K/n x 1/m) Maka diperoleh : n* =
K .(1 / m).i
Dimana : n * = Frekuensi pemeriksaan optimal K
=
Rata-rata kerusakan yang terjadi dalam satu interval waktu
pemeriksaan 4. Bentuk matematika perhitungan tingkat ketersediaan maksimum Tingkat availability (ketersediaan) adalah persentase ketersediaan/kesiapan perlatan untuk dioperasikan sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Tingkat availability maksimum = (1-Dn) x 100%, dimana Dn adalah harga down time. Downtime minimum diperoleh dengan mensubsitusikan harga frekuensi pemeriksaan yang optimal. Jadi ketersedian maksimum juga ditentukan oleh frekuensi pemeriksaan berbanding lurus terhadap ketersediaan peralatan tetapi berbanding terbalik terhadap waktu terhentinya peralatan (down time).
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah kumpulan beberapa proses yang terkait dan tersusun secara sistematis yang memiliki proses yang panjang. Rangkaian tersebut digambarkan dalam tahap penelitian dan tiap tahap merupakan bagian yang menentukan untuk tahap selanjutnya. Dalam penelitian ilmiah diperlukan dua syarat, yaitu: 1. Pemahaman konsep dasar ilmu pengetahuan dan 2. Penguasaan metodologi penelitian Dari kedua syarat tersebut akan melahirkan teknik berpikir secara ilmiah. Teori yang sudah ada merupakan suatu dasar dalam menentukan variabel penelitian dan hubungan antara variabel tersebut. Hasil yang diperoleh dalam suatu penelitian memungkinkan untuk dikembangkan kembali dan merupakan dasar dari suatu proses belajar yang kritis terhadap permasalahan sekitarnya. Hasil penelitian yang baik dan akurat memerlukan langkah-langkah penelitian yang baik pula, hal ini disebabkan suatu penelitian adalah suatu proses, sehingga perlu melewati setiap tahap proses dengan cermat dan teliti. 4.1.
Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan di PT. MUTIFA Medan adalah Penelitian
deskriptif (descriptive research) yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada berdasarkan data yang ada.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tugas sarjana ini dilakukan di PT. MUTIFA. Tepatnya di jalan Karya Jaya No.68 Km 8,5. Namorambe Medan, sejak bulan Januari 2009 hingga bulan Februari 2009 4.3. Rancangan Penelitian Secara skematis, rancangan penelitian dapat dilihat pada bagan alir seperti yang tergambar pada Gambar 4.1. Pelaksanaan penelitian melewati beberapa tahapan penelitian dalam penyelesaian laporan adalah seperti pada uraian berikut : 1. Studi Pendahuluan Studi pendahuluan diawali dengan mengadakan tinjauan ke perusahaan tempat akan dilakukan penelitian. Studi pendahuluan adalah untuk melihat permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan, yang memerlukan penanganan dengan segera terutama yang berkaitan dengan perawatan dan pemeliharan mesin terutama mesin pencetak obat. 2. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan sistem pemeliharaan dan perawatan yang optimal pada mesin cetak di PT. MUTIFA, sedangkan tujuan dari penerapan ini adalah : a. Memberikan solusi terhadap pemeliharaan yang lebih optimal terhadap mesin untuk menghindari terjadinya Overhaul dan keausan pada mesin b. Memberikan solusi terhadap perawatan yang lebih optimal agar mesin bekerja lebih efisien dan jalur porduksi tidak terhenti Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Studi Pendahuluan
Tujuan Penelitian
Identifikasi dan Perumusan Masalah
Studi Literatur
Penentuan Alat Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Pembahasan Hasil
Kesimpulan dan Saran
Gambar 4.1. Gambar Bagan Prosedur Penelitian
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
3. Identifikasi dan Perumusan Masalah Identifikasi dan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah melihat keadaan dan kondisi mesin dengan menggunakan data yang ada di PT MUTIFA dengan mengkaji bagaimana menentukan kapan dilakukannya pemeliharaan dan perawatan pada mesin yang beroperasi. Dalam penelitian ini, objek penelitian yang akan diteliti adalah mesin terutama mesin cetak obat 4. Studi Literatur Studi literatur atau kepustakaan, mempelajari konsep-konsep tentang hal-hal yang berhubungan dengan studi sekaligus merupakan landasan teori dari laporan penelitian ini. 5. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara: a. Pengumpulan dokumen atau arsip yang dimiliki perusahaan yang digunakan untuk penelitian. b. Wawancara di lapangan terhadap pihak-pihak yang berwenang di dalam perusahaan yang dapat memberikan informasi. 6. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu : 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara : pengamatan langsung di lapangan atau dengan wawancara dengan operator lapangan.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan- catatan perusahaan. Data sekunder berupa: - Data mesin yang akan diteliti selama 3 tahun terakhir - Data umum perusahaan - Struktur Organisasi perusahaan dan jumlah tenaga kerja. 7. Pengolahan Data Melakukan pengumpulan data pemeliharaan dan perawatan mesin selama beberapa tahun terakhir 8. Pembahasan Hasil Bertujuan untuk mambahas hasil pengolah data yang telah dilakukan serta memberikan usulan. 9. Kesimpulan dan Saran Berisikan ringkasan dari hasil penelitian dan usulan penerapan hasil penelitian.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data Data yang diambil dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan langsung. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang berasal dari informasi bagian administrasi perusahaan. Data sekunder adalah: a. Data pemeriksaan mesin selama 3 tahun b. Data Perbaikan mesin selama 3 tahun
Dalam melaksanakan pemeriksaan dan perbaikan untuk mesin di PT. MUTIFA khususnya mesin cetak sering terjadi hambatan hal ini disebabkan proses produksi harus tetap berjalan agar tidak terjadi delay dalam melakukan produksi. Mungkin dengan dilaksanakan pada hari libur maupun pada saat mesin tidak beroperasi di lakukan pemeriksaan dan perawatan yang berkala.
5.1.1. Tanggal dan Waktu Pemeriksaan Mesin
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Dari data skunder untuk pengamatan yang dilakukan terhadap mesin cetak obat di PT. MUTIFA, maka diperoleh data waktu pemeriksaan tiga tahun terakhir seperti yang terlihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Data Pemeriksaan Mesin Cetak Obat Waktu Pemeriksaan No
Tanggal Pemeriksaan
1
6 Mei 2006
Indikasi Pemeriksaan (menit) 15
Gland packing 2
2 Juni 2006
Handle valve
30
3
10 Juli 2006
Belting
30
4
23 Agustus 2006
Gland Packing
30
5
3 September 2006
Motor slowed
15
6
2 Oktober 2006
Gland packing bocor
25
7
9 November 2006
Gasket cover discharge
30
8
8 Desember 2006
30
Gland packing 9
7 Januari 2007
Gland packing
25
10
11 Februari 2007
Kapasitas turun
45
11
14 Maret 2007
Suara kasar
10
Tabel 5.1. Data Pemeriksaan Mesin Cetak Obat (Lanjutan)
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Waktu Pemeriksaan No
Tanggal Pemeriksaan
12
15 April 2007
Indikasi Pemeriksaan (menit) 30
Gland packing 13
30 Mei 2007
40
Copper 14
12 Juni 2007
50
Copper gasket 15
4 Juli 2007
60
Ampere rendah 16
5 Agustus 2007
30
Suara Abnormal 17
13 September 2007
10
Copper gasket 18
1 Oktober 2007
20
Packing copper 19
6 November 2007
30
Gland packing 20
13 Desember 2007
20
Cover 21
18 Januari 2008
40
Kapasitas turun 22
7 Februari 2008
50
Drain section 23
9 Maret 2008
30
Suara kasar 24
6 April 2008
30
Kapasitas turun, suara kasar Sumber : PT. MUTIFA
5.1.2. Tanggal dan Waktu Perbaikan Mesin Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Dari data skunder untuk pengamatan yang dilakukan terhadap mesin cetak obat di PT. MUTIFA, maka diperoleh data waktu pemeriksaan tiga tahun terakhir seperti yang terlihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Data Perbaikan Mesin Cetak Obat Waktu Perbaikan No
Tanggal Perbaikan
Indikasi Perbaikan (menit)
1
8 Mei 2005
3
Gland packing bocor 2
4 Juni 2005
1
Handle vulve rusak 3
10 Juli 2005
1
Belting putus 4
23 Agustus 2005
3
Gland packing bocor 5
4 September 2005
1
Tube air melemah 6
2 Oktober 2005
3
Gland packing bocor 7
9 November 2005
1
Gasket cover discharge 8
8 Desember 2005
3
Gland packing bocor 9
7 Januari 2006
3
Gland packing bocor 10
12 Februari 2006
6
Kapasitas turun 11
15 Maret 2006
48
Suara kasar Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
12
17 April 2006
4
Gland packing bocor 13
31 Mei 2006
6
Copper bocor 14
13 Juni 2006
1
Copper gasket bocor 15
4 Juli 2006
8
Ampere rendah Tabel 5.2. Data Perbaikan Mesin Cetak Obat (lanjutan) Waktu Perbaikan Tanggal Perbaikan
Indikasi Perbaikan (menit)
17
13 September 2006
1
Copper gasket bocor 18
1 Oktober 2006
2
Packing copper bocor 19
7 November 2006
3
Gland packing bocor 20
13 Desember 2006
2
Cover bocor 21
19 Januari 2007
21
7 Februari 2007
8
Kapasitas turun 1
Drain Section bocor 22
10 Maret 2007
8
Suara kasar 23
6 April 2007
8
Kapasitas turun, suara kasar Sumber : PT. MUTIFA
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
5.2. Pengolahan Data 5.2.1. Penentuan Pola Distribusi Waktu Pemeriksaan Mesin Data disajikan kembali pada Tabel 5.3. dan dilakukan perhitunganperhitungan dengan hipotesa awal data waktu pemeriksaan mesin cetak mengikuti distribusi eksponensial
Tabel 5.3. Data Pemeriksaan Mesin Cetak Obat Waktu Pemeriksaan No
Tanggal Pemeriksaan
Indikasi Pemeriksaan (menit)
1
6 Mei 2006
15
Gland packing 2
2 Juni 2006
30
Handle valve 3
10 Juli 2006
30
Belting 4
23 Agustus 2006
30
Gland packing 5
3 September 2006
15
Tube air pendingin ke piston 6
2 Oktober 2006
25
Gland packing bocor 7
9 November 2006
30
Gasket cover discharge Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
8
8 Desember 2006
30
Gland packing 9
7 Januari 2007
25
Gland packing 10
11 Februari 2007
45
Kapasitas turun 11
14 Maret 2007
10
Suara kasar 12
15 April 2007
30
Gland packing 13
30 Mei 2007
40
Copper 14
12 Juni 2007
50
Copper gasket 15
4 Juli 2007
60
Ampere rendah 16
5 Agustus 2007
30
Suara Abnormal 17
13 September 2007
10
Copper gasket 18
1 Oktober 2007
20
Packing copper 19
6 November 2007
30
Gland packing Tabel 5.3. Data Pemeriksaan Mesin cetak Obat (lanjutan)
20
13 Desember 2007
20
Cover 21
18 Januari 2008
40
Kapasitas turun 22
7 Februari 2008
50
Drain section 23
9 Maret 2008
30
Suara pompa kasar 24
6 April 2008
30
Kapasitas turun, suara Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
kasar Sumber : PT. MUTIFA
Penentuan pola distribusi waktu pemeriksaan dari tabel di atas diperoleh : a. Jumlah Data (N)
= 24
b. Nilai Data Maksimum
= 60
c. Nilai Data Minimum
= 10
d. Rentang
= 60 – 10 = 50
e. Banyak kelas
K = 1 + 3,3 Log N = 1 + 3,3 Log 24 = 5,55 ≈ 6
f. Panjang kelas
=
50 6
=6
g. Distribusi frekuensi waktu pemeriksaan mesin cetak obat terlihat pada Tabel 5.4. Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Waktu Pemeriksaan Mesin cetak obat Interval Kelas
Titik Tengah (Xi)
Frekuensi (Fi)
Fi – Xi
10 – 18
14
4
56
19 – 27
23
4
92
28 – 36
32
10
320
37 – 43
40
2
80
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
44 – 52
48
3
144
53 – 61
57
1
57
Jumlah
-
24
752
h. Rata-rata Waktu pemeriksaan (i) :
∑ Fi ∑ Fi. Xi
= 24
1/i
=
= 293 752 24
= 31,333 i
=
1 31,333
= 0,032
i.
Uji Distribusi Waktu pemeriksaan Mesin cetak obat : Uji distribusi waktu pemeriksaan mesin cetak obat terlihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5. Uji Distribusi Waktu pemeriksaan cetak Obat
Interval Kelas
Frekuensi (Fi)
Pi
ei = Pi x 24
(Fi x ei)2
(Fi x ei)2 / ei
10 – 18
4
0.166
3.984
253.9561
63.744
19 – 27
4
0.166
3.984
253.9561
63.744
28 – 36
10
0.416
9.984
9968.026
998.4
37 – 43
2
0.083
1.992
15.87226
7.968
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
44 – 52
3
0.125
3
81
27
53 – 61
1
0.041
0.984
0.968256
0.984
Jumlah
24
1
1161.84
Uji statistic yang digunakan adalah chi-kuadrat dari Tabel 5.3 diperoleh : X 2 Hitung =
∑ (F e )
2
i i
ei
= 1161.84/60 = 19.364 = 19
Dari table statistic diperoleh α = 5% = 0,05 (tingkat signifikansi uji sample 95%) Dk
= k-p = 4-1 =3
Diperoleh X2 (0,05;3) = 30.144 Ho
: Data waktu pemeriksaan mesin cetak mengikuti distribusi eksponensial
Hi
: Data waktu pemeriksaan mesin cetak tidak mengikuti distribusi
eksponensial Diketahui : X2Hitung (19.364) < X2Tabel (30.144)
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Maka Ho diterima hal ini dari hasil yang diperoleh ternyata X2 hitung berada di daerah penerimaan Ho. Dengan demikian dapat disimpulkan waktu pemeriksaan mesin cetak mengikuti distribusi eksponensial.
5.2.2. Penentuan Pola Distribusi Waktu Perbaikan Mesin Data waktu perbaikan tiga tahun terakhir disajikan kembali pada Tabel 5.6. dan dari data ini menjadi acuan untuk menentukan berapa jumlah waktu untuk melakukan perbaikan pada mesin cetak di PT. MUTIFA Tabel 5.6. Data Perbaikan Mesin Cetak Obat Waktu Perbaikan No
Tanggal Perbaikan
Indikasi Perbaikan (menit)
1
8 Mei 2006
3
Gland packing bocor 2
4 Juni 2006
1
Handle vulve rusak
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
3
10 Juli 2006
1
Belting putus 4
23 Agustus 2006
3
Gland packing bocor 5
4 September 2006
1
Tube air pendingin ke piston bocor 6
2 Oktober 2006
3
Gland packing bocor 7
9 November 2006
1
Gasket cover discharge 8
8 Desember 2006
3
Gland packing bocor 9
7 Januari 2007
3
Gland packing bocor 10
12 Februari 2007
6
Kapasitas turun 11
15 Maret 2007
48
Suara kasar 12
17 April 2007
4
Gland packing bocor 13
31 Mei 2007
6
Copper bocor 14
13 Juni 2007
1
Copper gasket bocor 15
8
4 Juli 2007
Ampere rendah
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
16
5 Agustus 2007
12
Suara Abnormal Tabel 5.6. Data Perbaikan Mesin Cetak Obat (Lanjutan) Waktu Perbaikan No
Tanggal Perbaikan
Indikasi Perbaikan (menit)
17
13 September 2007
1
Copper gasket bocor 18
1 Oktober 2007
2
Packing copper bocor 19
7 November 2007
3
Gland packing bocor 20
13 Desember 2007
2
Cover bocor 21
19 Januari 2008
8
Kapasitas turun 22
7 Februari 2008
1
Drain Section bocor 23
10 Maret 2008
8
Suara kasar 24
6 April 2008
8
Kapasitas turun, suara kasar Sumber : PT. MUTIFA
Penentuan pola distribusi waktu perbaikan dari table di atas diperoleh : a. Jumlah Data (N)
= 24
b. Nilai Data Maksimum
= 48
Nilai Data Minimum
=1
Rentang
= 48 – 1 = 47
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
c. Banyak Kelas
= 1 + 3,3 Log N = 1 + 3,3 Log 24 = 5,55 ≈ 6
d. Panjang Kelas
=
47 6
= 7,83 ≈ 8 e. Distribusi frekuensi waktu perbaikan mesin cetak obat terlihat pada Tabel 5.7. berikut : Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Waktu Perbaikan Mesin Cetak Obat Interval Kelas
Titik Tengah (Xi)
Frekuensi (Fi)
Fi – Xi
1–8
4,50
13
58,50
9 – 16
12,50
5
62,50
17 – 24
20,50
3
61,50
25 – 32
29,00
1
29,00
33 – 40
37,00
1
37,00
41 – 48
44,50
1
44,50
Jumlah
-
24
293
f. Rata-rata Waktu Perbaikan (i) :
∑ Fi ∑ Fi. Xi
= 24
1/m
=
= 293
∑ Fi. Xi ∑ Fi
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
m
=
293 = 12,208 24
=
1 12,208
= 0,082 g. Uji Distribusi Waktu Perbaikan Mesin Cetak Obat : Uji Distribusi Perbaikan Mesin cetak Obat terlihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Uji Distribusi Waktu Perbaikan Mesin Interval Kelas
Frekuensi (Fi)
Pi
ei = Pi x 24
(Fi x ei)2
(Fi x ei)2 / ei
1–8
13
0,542
13,008
28596.16
2198.352
9 – 16
5
0,208
4,992
623.0016
124.8
17 – 24
3
0,125
3,000
81
27
25 – 32
1
0,042
1,008
1.016064
1.008
33 – 40
1
0,042
1,008
1.016064
1.008
41 – 48
1
0,042
1,008
1.016064
1.008
Jumlah
24
1
2353.176
Uji statistic yang digunakan adalah chi – kuadrat dari Tabel 5.3 diperoleh : X
2
∑ (F e ) =
2
i i
Hitung
ei
= 2353.176/48 = 49.0245 Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Dari table statistic diperoleh α = 0,01 (mendekati 99 % tingkat signifikansi uji sample) Dk
= k-p = 4-1 =3
Diperoleh X2 (0,01;3) = 2.60 Ho
: Data waktu perbaikan mesin cetak mengikuti distribusi eksponensial
Hi
: Data waktu perbaikan mesin cetak tidak mengikuti distribusi eksponensial
Diketahui : X2Hitung (2.60) < X2Tabel (49.0245) Maka Ho diterima (hal ini dari hasil yang diperoleh ternyata X2 hitung berada di daerah penerimaan Ho). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa waktu perbaikan mesin cetak mengikuti distribusi eksponensial.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Penentuan Frekuensi yang optimum Rata – rata waktu pemeriksaan
Rata – rata waktu perbaikan
Konstanta Kerusakan
(1/i)
= 31.333
i
= 0,032
(1/m) = 12.208 m
= 0,082
(k)
= 24/24 =1
Frekuensi Pemeriksaan yang Optimal (n*) adalah : n* =
(k ).(1 / m).(i )
n* =
(1).(12.208).(0,032)
n* = 0.621 kali/bulan Maka : n* = 0,621 x 24 = 15 dalam 2 tahun
Frekuensi Perbaikan yang Optimal (n*) adalah : n* =
(k ).(1 / i ).(m)
n* =
(1).(31.333).(0,082)
n* = 1.621 kali/bulan Maka : n* = 1.621 x 24 = 39 dalam 2 tahun
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Frekuensi pemeriksaan yang optimal adalah sebanyak 15 kali, dan ternyata frekuensi tersebut lebih kecil dari pada yang dilakukan sekarang yaiut sebanyak 24 kali, sedangkan jumlah perbaikan yang optimal diperoleh sebanyak 39 kali, lebih besar dari pada yang dilakukan sekarang sebanyak 24 kali. Perbandingan kedua kondisi di atas disajikan dalam Tabel 6.1.
Tabel 6.1. Frekuensi Pemeriksaan dan Perbaikan Mesin cetak Obat No
Kegiatan
Frekuensi Optimal
Frekuensi Real
1
Pemeriksaan
15 kali
24 kali
2
Perbaikan
39 kali
24 kali
Jam kerja dalam 1 bulan
= (22 hari x 24 jam ) = 528 jam/bulan
Down Time Minimum pemeriksaan : Dn *
= (k * n) x (1/m) + n * (1/i)
Dn *
= ( 1 x 0.621) x (12.208) 0.621 (31.333)
Dn *
= 27 jam/bulan
Down Time Minimum perbaikan : Dn *
= (k * n) x 1/i) + n * (1/m)
Dn *
= (1 x 1.621) x (31.333) + 1.621(12.208)
Dn *
= 71 jam/bulan
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
6.2. Analisis 6.2.1 analisis Pemeriksaan Setelah dilakukan pengolahan data dan pemecahan masalah dari data pemeriksaan selama tiga tahun terakhir, ternyata hasil yang diperoleh lebih kecil dari jumlah pemeriksaan yang sekarang. Hal ini disebabkan karena mesin beroperasi sesuai dengan jadwal dan kapasitas yang sesuai. Dengan demikian kegiatan pemeriksaan tidak perlu berlebihan namun tetap insentif agar kondisi mesin dapat berjalan dengan normal dan juga mengurangi kegiatan yang berlebihan yang dapat mengurangi ataupun mengganggu kegiatan operasi mesin. Adapun analisis dapat dilihat dalam gambar 6.1
4 3.5 3 2.5 data 2 pemeriksan 1.5 1 0.5 0
Gland packing Handle valve Belting Copper
2006
2007
2008
tahun
gambar 6.1 Histogram untuk data Pemeriksan dan Perbaikan
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
6.2.2 analisis Perbaikan Waktu kegiatan perbaikan mesin ternyata lebih besar dari jumlah kegiatan yang sekarang. hal ini disebabkan beberapa poin yaitu : 1. Mesin mengalami aus 2. Operasi mesin > 4 jam 3. Umur mesin Dalam kegiatan perbaikan jumlah kegiatan yang lebih besar dari yang sebelumnya hal ini adalah wajar, sehingga perbaikan yang dilakukan harus lebih besar agar proses produksi tetap stabil dan menjaga mesin agar tetap awet dan mampu beroperasi dalam jangka waktu tertentu.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Dari pengolahan data dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemeriksaan yang dilaksanakan ternyata lebih kecil yaitu sebesar 15 kali dalam 2 tahun yang sebelumnya 24 kali dalam 2 tahun terakhir, jika dilihat dari sisi biaya kegiatan ini termasuk penghematan baik dari segi waktu dan material. Namun untuk menjaga performa mesin tetap stabil dan beroperasi secara maksimal maka untuk pemeriksaan yang lebih besar yaitu 24 kali dapat dilakukan. 2. Perbaikan untuk mesin cetak obat ternyata lebih banyak dilakukan, hal ini wajar dikarenakan beberapa faktor yaitu : -
Mesin mengalami aus
-
Operasi jam >4 jam /hari
-
Umur Mesin
Maka untuk menjaga kelangsungan operasional dan produksi, kegiatan ini harus lebih di tingkatkan menjadi 39 kali dalam 2 tahun kedepan, yang sebelumnya hanya dilakukan 24 kali. Dan ini menjadi sangat penting untuk kelangsungan proses produksi.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
7.2. Saran Adapun saran yang dapat diberikan adalah perlunya dilakukan pencatatan yang jelas dan rinci terkait dengan tindakan pemeriksaan dan perbaikan yang dilakukan terhadap mesin dan peralatan produksi. Hal tersebut dapat membantu dalam mempertimbangkan kemampuan mesin dan peralatan beroperasi sebelum memasuki umur ekonomis sehingga dapat dilakukan penggantian mesin dan peralatan baru.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Barnes, Ralph M, Motion and Time Study : Design and Measurement of Work, Canada : John Wiley & Sons, 1980
Niebel, Benjamin.W, Motion and Time Study, Homewood, IL : Richard D. Irwin, 1993
Roebuck, Jr. J.A, Engineering Anthropometry Methods; Jhon Wiley & Sons; New York, 1975
Sutalaksana, Iftikar, dkk, Teknik Tata Cara Kerja, Departemen Teknik IndustriITB, Bandung, 1979 Walpole, Ronald, E, Pengantar Statistik, Edisi III, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka, 1993 Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik, Jakarta, 2001
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
LAMPIRAN 1
Tugas dan tanggung jawab pada PT. Mutiara Mukti Farma adalah sebagai berikut: 2. Dewan Komisaris -
Mengadakan rapat Dewan Komisaris dan Pemegang Saham untuk mengangkat dan memberhentikan Direktur Utama.
-
Mengadakan evaluasi terhadap tugas dan wewenang Direktur Utama.
-
Mengadakan Rapat Pemegang Saham untuk mengevaluasi neraca, rugi laba, dan laporan keuangan setiap tahun.
3. Direktur Utama -
Sebagai pelaksana harian dan pelaksana garis manajemen perusahaan.
-
Menentukan
manajemen
perusahaan
yang
akan
dilakukan
perusahaan. -
Memberi perintah kepada Direktur dan bawahannya.
-
Mengadakan perubahan struktur organisasi perusahaan.
-
Mengadakan persetujuan ataupun penolakan terhadap kebijaksanaan bawahan.
-
Mengevaluasi jalannya perusahaan dan lintas keuangan.
-
Direktur Utama bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris.
3. Direktur -
Sebagai pelaksana garis yang ditentukan Direktur Utama dan menyampaikan kepada bawahannya.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
-
Melaksanakan instruksi pimpinan dalam bidang umum, keuangan, pengawasan, produksi, penjualan dan pembelian.
-
Bertanggung jawab kepada Direktur Utama untuk terlaksananya aktivitas perusahaan dengan baik.
4. Manajer Umum dan Akuntansi a. Mengadakan
ketentuan-ketentuan
atau
penggarisan
tentang
pelaksanaan dan garis akuntansi secara menyeluruh. b. Melaksanakan garis-garis yang ditentukan untuk bagian pegawai, mencakup penerimaan, penempatan pegawai, mutasi, pendidikan, dan pemberhentian pagawai. c. Melaksanakan segala kegiatan yang berhubungan dengan instansi pemerintahan atau badan-badan yang bersangkutan dengan Akuntansi dan Personalia Umum. d. Mengadakan komunikasi aktif dengan bagian lain demi kelancaran tugas tiap bagian. e. Membuat laporan kegiatan atau aktivitas perusahaan minimal sekali setahun kepada Direktur Utama. f. Bertanggung jawab kepada Direktur. 5. Manajer Produksi. a. Membuat perencanaan produksi, jumlah produksi, massa produksi, kapasitas terpakai suatu mesin, dan kapasitas terpakai tenaga kerja. b. Melaksanakan pengawasan persediaan bahan baku, pengemas dan pengawasan terhadap hasil produksi.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
c. Berdiskusi dengan Manajer Pengawasan Mutu bila terjadi kegagalan produksi. d. Bertanggung jawab agar mesin dan peralatan produksi dipakai secara benar. e. Turut
membantu
pelaksanaan
inspeksi
CPOB
dan
menjaga
dilaksanakannya CPOB. f. Bertanggung jawab untuk menjaga semangat kerja yang tinggi di bagian produksi serta pengembangan dan latihan karyawan yang dibawahinya. g. Membuat laporan secara rutin dan tahunan untuk hasil produksi. h. Mengupayakan perbaikan biaya produksi i.
Bertanggung jawab kepada Direktur.
6. Manajer Pengawasan Mutu a. Memimpin dan mengarahkan pelaksanaan tugas di laboratorium pengawasan dalam proses maupun CPOB. b. Bertanggung jawab atas analisa dan keputusan untuk menerima atau menolak hasil pemeriksaan kimia dan mikrobiologi atas bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi. c. Bertanggung jawab atas pelaksanaan inspeksi CPOB sehingga pelaksanaannya senantiasa terjamin. d. Berdiskusi dengan Manajer Produksi jika terjadi kegagalan produksi. e. Membuat laporan bulanan pemeriksaan obat jadi yang diserahkan kepada Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
f. Menyimpan semua prosedur analisa g. Membuat anggaran tahunan bagian pengawasan mutu. h. Mengupayakan perbaikan biaya pengawasan mutu i.
Bertanggung jawab kepada Direktur.
7. Manajer Pemasaran a. Menganalisis kegiatan pasar guna mendapatkan tingkat kebutuhan konsumen dan tingkat persaingan.pesanan dari pihak distributor. b. Menentukan perkembangan pasar dan menjalankan hasil riset pasar yang telah ditetapkan. c. Menentukan rencana kebijakan dalam menentukan strategi pemasaran yang mencakup jumlah dan jenis produk yang dipasarkan, penetapan harga dan promosi. d. Mengadakan komunikasi langsung dengan bagian produksi, misalnya membuat pembukuan tentang jumlah barang yang akan di produksi. e. Bertanggung jawab kepada direktur. 8. Manajer Keuangan a.
Bertanggung jawab terhadap lalu lintas keuangan di perusahaan.
b.
Mencatat pengeluaran dan pemasukan uang.
c.
Membuat bukti pemasukan dan pengeluaran uang.
d.
Bertanggung jawab kepada Direktur.
9. Manajer Research and Development. a. Melaksanakan penelitian dalam rangka pengembangan perusahaan seperti minat konsumen terhadap obat.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
b. Melaksanakan diversifikasi produk seperti mengembangkan obat tradisional. c. Membuat anggaran tahunan bagian riset and development. d. Bertanggung jawab kepada Direktur. 10. Ka. Unit Gudang Bahan Baku a. Menerima dan menyimpan bahan-bahan keperluan produski. b. Menyalurkan barang-barang yang ada di gudang pada bagian-bagian yang memerlukaanya. c. Melaksanakan segala urusan yang berkaitan dengan bahan baku yang diterima. d. Bertanggung jawab kepada manajer produksi. 11. Ka. Gudang Bahan Jadi. a. Menerima, menyimpan, dan menyalurkan obat-obatan yang ada di gudang. b.
Bertanggung jawab kepada Manajer Produksi.
12. Ka. Unit Gudang Kemasan a. Melaksanakan proses penyerahan bahan kemasan yang ditugaskan oleh Manajer Produksi menurut prosedur yang ditetapkan. b. Mengawasi dan mengatur keberadaan bahan pengemas di gudang. c. Bertanggung jawab kepada Manajer Produksi. 13. Kabag Teknik. a. Memperbaiki mesin-mesin dan peralatan pabrik yang mengalami kerusakan.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
b. Mengatur semua kebutuhan peralatan termasuk spare parts mesin yang dibutuhkan dalam proses produksi sehingga tidak mengganggu jalannya proses produksi. c. Menjalankan sanitasi dan hygiene peralatan, mesin dan bangunan serta lingkungan sesuai dengan yang ditetapkan. d. Bertanggung jawab kepada Manajer Produksi. 14. Kepala Unit Produksi. a. Bertanggung jawab kepada Manajer Produksi. b. Melaksanakan proses pembuatan obat sesuai dengan prosedur yang ditugaskan oleh Manajer Produksi. c. Mengisi dengan benar catatan pengolahan dan pengemasan d. Mengusulkan permintaan alat-alat kerja. e. Mencatat semua kegiatan harian dalam formulir yang disediakan manajer produksi. f. Membuat daftar inventaris alat-alat di bagian produksi.
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009
Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009