Penentuan Faktor Penyebab dan Proses…
PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB DAN PROSES PEMBENTUKAN WARNA MERAH PADA SARANG BURUNG WALET (Aerodramus fuciphagus) Sunu Kuntjoro Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Surabaya
[email protected] ABSTRAK Ada tiga jenis warna sarang walet (Aerodramus fuciphagus) : putih, hitam dan merah. Sarang burung walet berwarna merah berharga paling mahal dan di alam dijumpai dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan dengan sarang yang lainnya. Saat ini penyebab dan proses pembentukan sarang merah belum diketahui, sehingga belum dapat ditingkatkan jumlahnya. Tahap pertama sarang walet diamati perubahan warna, kandungan gas di dalam ruangan diukur dengan gas Analyser, kandungan unsur kimia di lantai rumah walet dengan menggunakan INAA (Instrumen Neutron Activited Analysis). Penelitian dilakukan di dua rumah walet Desa Latsari Kec. Mojowarno, Kab. Jombang dan di Desa Jatisari Kec. Sambeng, Kab. Lamongan, Jawa Timur, Tahap kedua dilakukan uji pengaruh kondisi lingkungan terhadap perubahan warna sarang walet. uji pengaruh gas dengan memasukkan gas ke dalam gelas elenmeyer yang telah berisi sarang, dan uji pengaruh asam nitrat dengan memberi perlakuan perbedaan konsentrasi asam nitrat yang didedahkan pada sarang walet. Data dianalisis dengan ANOVA menggunakan program Statistica versi 7. Hasil penelitian tahap satu menunjukkan adanya perubahan warna secara bertahap dari putih (-), kuning muda (560 nm), kuning tua (600 nm), orange (640 nm), merah (650) dan merah tua (700nm). Warna merah tidak dapat diisolasi dengan menggunakan pelarut polar maupun non-polar. Burung walet (Aerodramus fuciphagus) yang ditandai menghasilkan sarang warna putih dalam waktu dua bulan dan memiliki dua butir telur yang menetas pada hari ke-15. Hasil penentuan kandungan gas menunjukkan bahwa ditemukan gas CO (91 ppm), CO2 (4,85 %), O2 (9,3 %), H2S (0,039 ppm), NH3 (1,068 ppm), NO2 (0,33 ppm). Hasil analisis unsur kimia didapatkan lima unsur kimia tertinggi yaitu Al (54,6 ppm), Mg (55 ppm), Na (10 ppm), Fe (23,7 ppm) dan K (17,2 ppm),. Sedangkan gas (NO2, NH3) dan senyawa asam nirat berpengaruh pada pembentukan warna merah pada sarang walet. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyebab pembentukan sarang merah adalah gas NO2 dan NH3. Kata Kunci: Burung walet (Aerodramus fuciphagus), sarang walet merah
PENDAHULUAN Sarang Walet adalah sarang yang dibangun oleh burung Walet (Aerodramus fuciphagus) dengan menggunakan air liur dan berfungsi untuk tempat kawin, meletakkan telur dan merawat anakan sampai dapat terbang. Pembangunan sarang membutuhkan waktu 4090 hari tergantung pada musim kawin (breeding season) (Medway, 1961; Nguyen Quang, 1994). Sejak Dinasti Tang (618-907 M) sarang Walet sudah dikenal dapat dimakan (edible nest) karena dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit (Koon dan Cranbrook, 2002). Sarang Walet warna merah diminati konsumen karena dipengaruhi oleh kepercayaan mengenai warna merah yang mempunyai arti keberuntungan, kekayaan, kemakmuran. Jumlah sarang Walet warna merah yang sedikit (2%), menyebabkan harga sarang Walet warna merah lebih tinggi 200-400 % dibandingkan dengan sarang putih (Koon dan Cranbrook, 2002). Sarang Walet ada yang berwarna putih, hitam dan merah. Sarang putih adalah sarang Walet yang terbuat
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
dari 100% liur Walet, sarang hitam disebabkan sebagian besar bahan penyusun sarang terbuat dari bulu burung Walet biasanya dari jenis Aerodramus maximus. Namun demikian sarang merah hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebab terbentuknya dan masih menjadi perdebatan para ahli (Patricia, 1996; Ingolf, 2004; Jordan, 2004; Henri, 2005; Massimo, 2005). Sarang merah sangat jarang ditemukan di rumahrumah budidaya burung Walet sehingga menyulitkan para peneliti untuk mengkaji faktor-faktor penyebab pembentukan sarang Walet warna merah. Selain itu ijin masuk ke dalam rumah budidaya burung Walet sulit didapat karena menyangkut rahasia dan keamanan budidaya. Feses Walet banyak ditemukan di lantai ruangan bersarang, karena induk dan anakan yang tinggal di dalam sarang akan keluar dari sarang untuk mengeluarkan fesesnya dan terkumpul di lantai (Nguyen, 1994). Banyaknya bahan organik di ditunjang dengan kelembaban ruang yang tinggi (80-90%) merupakan tempat ideal bagi perkembangan mikro organisme
8
Penentuan Faktor Penyebab dan Proses…
(Tiwari, 1987). Mikro organisme yang menguraikan bahan organik akan menghasilkan beberapa gas sebagai hasil samping (Kampscreur, 2005; Denniston, 2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab pembentukan sarang merah burung Walet (Aerodramus fuciphagus). METODOLOGI 1. Kajian Sarang Walet a) Pengamatan Perkembangan Pembentukan Sarang Burung Walet Warna Merah Pengukuran sarang dilakukan setiap minggu selama 18 minggu dimulai terbentuknya pondasi sampai sarang kosong ditinggalkan anakan. Pengukuran warna sarang dilakukan dengan menggunakan peta warna (colorimeter) b) Isolasi Warna Merah pada Sarang Walet Upaya isolasi warna merah dilakukan dengan menggunakan senyawa pelarut polar dan non polar. Selanjutnya lima gram sarang merah dimasukkan ke dalam sepuluh ml senyawa pelarut (Heksana, Heptana, Sikloheptana, Benzena, Kloroform, Dietil eter, Etil asetat, Aseton, Etanol, Metanol, Air) selama satu jam, pelakukan diulang sebanyak tiga kali. Pengamatan dilakukan dengan memperhatikan perubahan warna dan fisik pada sarang merah. 2. Kajian Kondisi Lingkungan Sarang Merah a). Menentukan Kandungan Unsur Kimia di Lantai Ruangan Sarang Merah Penelitian dilakukan dengan menggunakan INAA (Instrumental Neutron Activation Analysis), pengujian sampel dilakukan dua kali dengan menggunakan radiasi panjang (60 menit) untuk mendeteksi unsur kimia Co, Eu, Fe, Hg, K, La, Na, Rb, Sr dan radiasi pendek (10 menit) untuk mendeteksi unsur kimia Al, Ba, Dy, Mg, Mn, Na, Ti, V. Satu unit INAA diaktifkan dengan tenaga satu Megawatt, sehingga memunculkan sumber neutron dari sampel yang diradiasi. Selama radiasi neutron, isotop yang dihasilkan akan selalu stabil dari unsur-unsur yang dilacak. Sampel ditrasformasikan ke dalam bentuk isotop radioaktif. Pengukuran dengan menggunakan gamma spectro yaitu dengan mengaktifkan radioisotop seperti As-76, Hg-197, Se-75. Selanjutnya satu sampel dari lantai sarang merah dan putih dianalisis dan dihitung dengan menggunakan program gamma spectrometry systems. Hasil analisis distandarkan dengan traceable standard reference material (SRM) untuk mengontrol dan menjamin selama proses analisis dan penghitungan.
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
b) Menentukan Kandungan Gas di Ruang Bersarang Burung Walet Gas dihisap dengan alat perangkap gas (gas trap) dan ditampung dalam kantong plastik 20 liter. Uji gas CH4 menggunakan alat Gas Analyzer Testo 350-XL. Pengukuran gas NO2, CO2, O2, CO menggunakan alat portable emission analyzer merk ECOM 200 NP, uji gas NH3 dengan metode uji Indophenol, uji gas Hidrogen Sulfida (H2S) dengan metode uji Methylene Blue.
3. Eksperimen Proses Pembentukan Warna Merah pada Sarang Burung Walet a) Pegujian Pengaruh Gas pada Pembentukan Warna Sarang Sarang walet diletakkan di dalam elenmeyer 500 ml kemudian dimasukkan gas murni CH4 dengan konsentrasi 30 ppm pada elenmeyer dengan pengulangan tiga kali setiap perlakuan. Pembentukan warna sarang walet diamati setiap hari selama satu minggu dan dicatat perubahan warna. Hal yang sama dilakukan pada gas NH3, CO2, O2, CO, SO2, NO2. Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mengolah data yang diperoleh.
b) Pengujian Pengaruh Pemberian Asam Nitrat pada Pembentukan Warna Sarang Walet Wadah dari plastik tembus pandang ukuran dua liter diisi 250 g feses walet, selanjutnya diteteskan satu ml asam nitrat pada feses walet. Sarang walet diletakkan di atas campuran asam nitrat dengan feses walet yang berjarak 15 cm dengan menggunakan kasa kawat ukuran 1x1 cm2 dan ditopang kawat, kemudian wadah ditutup rapat dan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Hal yang sama dilakukan pada volume asam nitrat dua, tiga dan empat ml. Untuk kontrol diteteskan lima ml asam nitrat pada wadah plastik tanpa ditambahkan feses serta penambahan 250 g feses tanpa ditambah asam nitrat. Pembentukan warna sarang walet diamati setiap hari sampai terbentuk warna. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA menggunakan program Statistica versi 7. HASIL a) Pembentukan Sarang Burung Walet Warna Merah Hasil penelitian tahap satu menunjukkan adanya perubahan warna secara bertahap dari putih (-), kuning muda (560 nm), kuning tua (600 nm), orange (640 nm), merah (650) dan merah tua (700nm)
9
Penentuan Faktor Penyebab dan Proses…
Hasil analisis korelasi menunjukkan adanya hubungan antara kelembaban dimusim kemarau dengan perubahan warna sarang yang dinyatakan dengan r = 0,878 , p = 0.001.
Gambar 1 Perubahan warna sarang merah di Jombang b) Isolasi warna merah pada sarang walet Uji kelarutan warna merah dari sarang walet menunjukkan bahwa sarang walet merah tidak dapat dilarutkan pada pelarut polar maupun non-polar. Warna sarang tetap berwarna merah dan tidak berubah warna menjadi putih. Tabel 1 Kelarutan sarang walet merah dan putih No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Pelarut Heksana Heptana Sikloheptana Benzena Kloroform Dietil eter Etil asetat Aseton Etanol Metanol Air
Kelarutan Sarang Walet Merah Putih -
Keterangan (-) = tidak larut warna dan fisik 2) Kajian Burung Walet a) Kajian Kondisi Lingkungan Sarang Merah
b) Menentukan Kandungan Unsur Kimia di Lantai Ruangan Sarang Merah dan Putih Hasil analisis unsur kimia di lantai sarang merah dan putih dengan menggunakan INAA (Instrumen Neutron Activated Analysis) didapatkan lima unsur kimia tertinggi yaitu : Al (54,6 ppm), Mg (55 ppm), Na (10 ppm), Fe (23,7 ppm) dan K (17,2 ppm), jika dibandingkan dengan kandungan unsur kimia yang sama dari lantai sarang putih yaitu : Al (6,24 ppm), Mg (2,11 ppm), Na (0,73 ppm), Fe (6,03 ppm) dan K (1,59 ppm). Tabel 2 Perbandingan komposisi unsur kimia di lantai antara sarang merah dan putih dengan sinar radiasi pendek (10 menit) dan panjang (60 menit) Unsur
Radiasi Pendek (10 menit) Sarang merah Sarang putih (ppm) (ppm) Al 54,6 6,24 Ba 0,73 Dy 3,8 Mg 55 2,11 Mn 0,59 0,85 Na 10 0,73 Ti 3,3 V 0,84 0,19 Radiasi Panjang (60 menit) Co 9,9 4,863 Eu 0,00099 0,000143 Fe 23,70 6,036 Hg 0,029 0,044 K 17,20 1,589 La 0,028 0,0034 Na 10 1,178 Rb 0,072 Sr 0,172 0,053 Cat : penelitian dilakukan di Universitas Wisconsin, USA
c) Menentukan Kandungan Gas dalam Ruangan Sarang Merah Hasil penentuan kandungan gas di ruangan sarang merah menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya gas CH4 tetapi ditemukan rata-rata gas CO (84 ppm), CO2 (5,25 %), O2 (9,65 %), H2S (0,063 ppm), NH3 (1,266 ppm), NO2 (0,33 ppm) di dalam ruangan sarang merah. Gas-gas ini dihasilkan oleh beberapa reaksi baik secara kimiawi maupun biologi.
Gambar 2 Hubungan kelembaban musim penghujan dan kemarau pada perubahan warna sarang
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
10
Penentuan Faktor Penyebab dan Proses…
Tabel 3 Kandungan gas dalam ruangan sarang merah No Parameter 1 Metana (CH4) 2 Karbon Monoksida (CO) 3 Karbon Dioksida (CO2) 4 Oksigen (O2) 5 Hidrogen Sulfida (H2S) 6 Amonia (NH3) 7 Nitrogen dioksida (NO2)
ulangan 1 2 83 85
Ratarata 84
Metode Pengujian Gas Analyser Gas Analyser
6,3
5,25
Gas Analyser
% ppm
10,7 8,6 9,65 0,048 0,078 0,063
Gas Analyser Metylen Blue
ppm ppm
1,764 0,768 1,266 0,32 0,34 0,33
Indophenol Gas Analyser
Satuan ppm ppm %
4,2
3) Eksperimen Pembentukan Warna Merah pada Sarang Burung Walet a) Pengujian Pengaruh Gas pada Pembentukan Warna Sarang Walet Hasil pengujian dengan gas yang dimasukkan ke dalam elenmeyer untuk CH4, CO2, CO, O2, SO2 tidak menunjukkan adanya perubahan warna pada sarang burung walet selama pengamatan. Perubahan warna keruh atau abu-abu terjadi pada sarang yang diberi gas NH3 pada hari kelima. pada gas NO2 terjadi perubahan warna kuning muda yang teramati pada hari ketiga. Tabel 4 Uji pengaruh gas terhadap perubahan warna sarang walet No 1 2 3 4 5 6 7
Gas uji CH4 CO2 CO NH3 O2 SO2 NO2
Warna Sarang Putih Putih Putih Warna keruh / abu-abu (hari kelima) Putih Putih Warna kuning muda (hari ketiga)
b) Pengujian Pengaruh Asam Nitrat pada Pembentukan Warna Sarang Walet Uji pengaruh pemberian asam nitrat pada feses walet menunjukkan adanya perubahan warna sarang. Konsentrasi empat ml HNO3 dan 250 g feses terbentuk warna merah pada hari kelima. Pendedahan sarang pada lima ml asam nitrat (tanpa feses) terbentuk warna kuning pada hari pertama dan tidak pernah berubah menjadi merah. Sebaliknya perlakuan feses tanpa penambahan HNO3 tidak menyebabkan sarang berubah warna. Hasil analisis denga uji ANOVA didapatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan, beda konsentrasi HNO3 pada pembentukan warna sarang pada p-level 0,006.
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
Tabel 5 Uji pengaruh pemberian HNO3 Pengamatan (hari) 1 2 3 4 5
Warna Sarang Walet (nm) HNO3 (ml) 0
1
2
3
4
putih putih putih putih putih putih putih putih putih kuning (600) putih putih putih kuning (600) kuning (600) putih putih kuning (600) kuning (600) orange (640) putih kuning kuning (600) orange (640) merah (600) (650)
5 (tanpa feses) kuning (600) kuning (600) kuning (600) kuning (600) kuning (600)
PEMBAHASAN Menurut Massimo (2005) diduga warna merah sarang walet disebabkan masuknya unsur-unsur kimia selama proses pembuatan sarang, dalam pengujian perbedaan kandungan kimia sarang merah dan putih didapatkan perbedaan komposisi unsur Fe 60 ppm pada sarang merah dan 30 ppm pada sarang putih. Diduga Fe bertanggung jawab terhadap perubahan warna karena warna dasar Fe adalah kuning kemerahan. Tetapi setelah dilakukan uji pengaruh unsur kimia pada sarang walet tidak menunjukkan adanya perubahan warna pada sarang, sehingga dari eksperimen tersebut diduga unsur-unsur kimia tidak berpengaruh secara parsial terhadap perubahan warna sarang. Pembentukan warna kuning pada sarang walet diduga karena bereaksinya gas NO2 dengan kandungan asam amino (tyrosine) yang ada pada sarang, reaksi ini dikenal dengan Xantoprotein acid reaction (James, 2008). Hal ini sesuai dengan pembentukan warna merah pada sarang walet yang didahului dengan terbentuknya warna kuning muda. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk membutikan peranan gas NO2 mempunyai pengaruh pada pembentukan sarang merah. Pembentukan warna kuning dapat dilihat pada reaksi dibawah ini. Pada penelitian ini gas yang terbentuk berasal dari feses hasil ekskresi dari burung walet (insektivora) yang bahan makanannya lebih banyak berupa serangga (protein) (Tompkins, 2000), diduga pembentukan gas metana lebih sulit terjadi dari feses burung walet. Selain itu diperlukan kondisi anaerob untuk membentuk gas metana, penguraian senyawa organik dengan proses anaerobik akan menghasilkan biogas yang mengandung CH4, CO2 dan sejumlah kecil nitrogen, hidrogen dan hidrogen sulfida (Manurung, 2004). Sedangkan pada ruangan bersarang burung walet masih terdapat oksigen dari luar rumah walet. Gas CO biasanya terbentuk pada peristiwa pembakaran tidak sempurna, yaitu pembakaran karbon dalam udara yang jumlahnya terbatas. Gas CO dalam ruangan bersarang walet mungkin terjadi akibat pembakaran karbon-karbon organik di lantai ruangan sarang walet dengan kandungan udara terbatas (9,65%),
11
Penentuan Faktor Penyebab dan Proses…
sehingga gas karbon monoksida terbentuk.Hasil uji kadar gas CO2 rata-rata 5,25 %. Gas CO2 merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas bakteri, gas ini timbul sebagai hasil dari pernapasan aerob-anaerob. Senyawa-senyawa organik menghasilkan CO2 akibat penguraian oleh bakteri. Selain oleh bakteri, gas CO2 terbentuk dari sisa metabolisme yang dihasilkan oleh burung walet selama berada di dalam ruangan bersarang. Dalam penelitian ini gas O2 ditemukan dalam jumlah yang kecil (9,65%) diduga karena ruangan memiliki sedikit sirkulasi udara. Gas O2 digunakan untuk pernafasan burung walet dan digunakan bakteri yang ada di lantai untuk menguraikan feses. Pada hewan ureotelik seperti burung, NH3 diubah menjadi urea melalui peristiwa yang kompleks pada siklus urea dalam tubuh, sebelum diekskresikan oleh tubuh. Jadi, amonia yang beracun diubah menjadi urea yang tidak berbahaya bagi hewan ureotelik (Denniston, 2008). Hasil ekskresi urea ini, diuraikan menjadi amonium karbonat yang mudah terurai menjadi amonia, karbon dioksida dan air dengan bantuan enzim urease, (Denniston, 2008). Pembusukan bangkai serta penguraian sulfat ditempat-tempat yang berair juga menimbulkan banyak H2S (1,266 ppm), pembusukan zat-zat organik ini dibantu oleh bakteri yang banyak menghasilkan hidrogen sulfida, yaitu Desulfofibrio desulfuricans. (Denniston, 2008). Gas NO2 dihasilkan dari perombakan amonia oleh Bakteri Nitrosomonas dan Nitrosococcus memperoleh energi dengan cara mengoksidasi ammonium karbonat (Koops, 1991 dan Kampschreur, 2005). Senyawa HNO2 akan terurai di udara menjadi gas NO2 dan H2O. sehingga gas yang dihasilkan dari penguraian ammonia adalah gas NO2 dan gas CO2. Analisis data dengan menggunakan Anova menunjukan hasil yang signifikan pada p-level 0,000002 yang menunjukkan bahwa feses mempengaruhi perubahan pembentukan warna sarang burung walet. Hal ini menunjukkan bahwa feses dengan kelembaban yang lebih tinggi (80%), pembentukan warna dapat berlangsung dengan lebih cepat. Tetapi tanpa adanya feses walet meskipun dengan kelembaban tinggi di ruangan ternyata tidak dapat menyebabkan pembentukan warna sarang walet. Sarang walet mengandung senyawa cincin aromatik (tyrosine) sebesar 10,1 Molar (Massimo, 2005), dan menurut James (2008) jika protein mengandung asam amino dengan cincin aromatik, maka protein tersebut berubah menjadi kuning apabila bereaksi dengan asam nitrat. Setelah menambahkan basa seperti amonia, campuran akan berubah menjadi berubah warna oranye kemerahan (James, 2008). Penyebab perubahan warna putih menjadi kuning disebabkan reaksi gas Nitrogen dioksida (NO2) dengan tirosin dan berubah warna tirosin
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
menjadi merah disebabkan bereaksi dengan gas amonia (NH3). Simpulan 1) Faktor penyebab terbentuknya sarang merah di rumah Walet adalah adanya interaksi antar komponen dalam sistem lingkungan di dalam ruangan bersarang, seperti: sarang Walet, feses Walet, suhu dan kelembaban ruangan, bakteri Nitrosomonas, sehingga terbentuknya gas NO2 dengan NH3 yang akan mengubah sarang Walet warna putih menjadi merah. 2) Pembentukan warna merah pada sarang Walet terjadi secara bertingkat diawali dari warna putih, kuning muda, kuning tua, oranye, merah dan merah tua. Sarang burung Walet warna putih bereaksi dengan gas NO2, akan berubah menjadi kuning, kemudian menjadi berwarna merah jika terpapar pada gas NH3.
Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih tiada terhingga khususnya kepada Prof. Dr. Tati Suryati Syamsudin, Dr. Achmad Sjarmidi dan Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc. atas masukan ilmu, saran, nasehat dan semangat yang diberikan kepada penulis selama pelaksanaan penelitian. Daftar Pustaka Henri A. Thomassen , Robert-Jan den Tex, Merijn A.G. de Bakker, G. David E. Povel. 2005. Phylogenetic relationships amongst swifts and swiftlets: A multi locus approach. Molecular Phylogenetics and Evolution 37 (2005): 264–277. Ingolf, L., Erik S. 2004. Thermal Investigations of Some Bird Nests. Thermochimica Acta 415 (2004): 141-148. Jordan, P., Kevin J., D. H. Clayton. 2004. The evolution of echolocation in swiftlets. Journal of Avian Biology 35: 135-143. Jordan, P., Kevin J., D. H. Clayton. 2005. Phylogenetic relationships of the Papuan Swiflet Aerodramus papuensis and implications for the evolution of avian echolocation. British Ornithologists Union, Ibis, 147: 790-796. Kampschreur. L, N.C.G. Tan†, C. Picioreanu*, M.S.M. Jetten†, I. Schmidt‡ dan M.C.M. van Loosdrecht. 2005. Role of nitrogen oxides in the metabolism of ammonia-oxidizingbacteria. The 11th Nitrogen Cycle Meeting.
12
Penentuan Faktor Penyebab dan Proses…
Langham, N. 1980. Breeding Biology of The EdibleNest Swiftlet Aerodramus fuciphagus. IBIS 122: 447 – 461.
Massimo F. M. 2005. Characterization of The Edible Bird’s Nest The “Caviar of The East” Department of Food Science, Ontario Agricultural College, University of Guelph, Guelph, Ont., Canada N1G 2W1. Medway, L. 1961. The Swiftlet (Collocalia) of Niah Cave, Serawak, IBIS 104, P. 45-58. Nguyen Quang, Jean F. 1996. Influence of Cave, Microclimate and Nest Harvesting on The Breeding of The White-Nest Swiftlet Collocalia Fuciphaga Germani in Vietnam, Ibis 140: 257-264.
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
Patricia L. M. Lee, D. H. Clayton, Richard G.†, & Roderic D. M. P. 1996. Does Behavior Reflect Phylogeny in Swiftlets (Aves: Apodidae)? A Test Using Cytochrome B Mitochondrial DNA Sequences (Molecular Systematicsynest Structureyecholocationy birds), Department of Zoology, University of Oxford, South Parks Road, Oxford OX1 3PS, United Kingdom. Thomas J. Goreau,' Warren A. Kaplan,' Steven C. Wofsy, Michael B. Mcelroy,Frederica W. Valois, 2 Dan Stanley W. Watson. 1980. Production of N02- and N20 by Nitrifying Bacteria at Reduced Concentrations of Oxyge. Applied and Environmental Microbiology, Vol. 40, No. 3. Sept. 1980, p. 526-532.
13