RENCANA PENGEMBANGAN
PENELITIAN & PENGEMBANGAN NA SIONAL
2015-2019
RENCANA Pengembangan PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Nasional 2015-2019
:
i
Ami Fitri Utami Mandra Lazuardi Kitri
PT. REPUBLIK SOLUSI
iv
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
RENCANA pengembangan PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN nasional 2015-2019
Tim Studi dan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif: Penasihat Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Pengarah Ukus Kuswara, Sekretaris Jenderal Kemenparekraf I Gde Pitana, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Cokorda Istri Dewi, Staf Khusus Bidang Program dan Perencanaan Penanggung Jawab Raseno Arya, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Ekonomi Kreatif Tim Studi Ami Fitri Utami Mandra Lazuardi Kitri ISBN 978-602-72367-8-3 Desainer RURU Corps (www.rurucorps.com) Rendi Iken Satriyana Dharma Sari Kusmaranti Subagiyo Farly Putra Pratama Penerbit PT. Republik Solusi Cetakan Pertama, Maret 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
v
Terima kasih Kepada Narasumber dan Peserta Focus Group Discussion (FGD) Prakoso Bhairawa Putera Aldrin Herwany Warsito P.Taruno Kristanto Santosa Mohammad Faisal R. Adjie Wicaksana Ari Juliano Gema Ratna Ariyanti Ronaldiaz Hartantyo Diah Setiari Husodo Siti Dloyana Kusumah Budiana Setiawan Dhani Agung Darmawan Dudi Iskandar Yusmaini Eriawati Genardi Atmadiredja M. Ikhsan Akhirulsyah Nurul Widyaningrum Sunu Widianto Tri Moelyono Ida Suhadi
vi
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
Kata Pengantar Ekonomi kreatif memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu sektor penggerak yang penting untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Ekonomi kreatif adalah ekonomi yang digerakkan oleh sumber daya terbarukan dan tersedia secara berlimpah di Indonesia, dimana kita memiliki sumber daya manusia kreatif dalam jumlah besar, sumber daya alam terbarukan yang berlimpah dan sumber warisan budaya yang unik dan beragam. Ketiganya menjadi kekuatan pendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang berkelanjutan. Kita, secara bersama-sama telah meletakkan dasar pengembangan ekonomi kreatif yang akan membawa bangsa menuju pembangunan ekonomi yang berkualitas. Kesinambungan upaya pengembangan ekonomi kreatif diperlukan untuk memperkuat ekonomi kreatif sebagai sumber daya saing baru bagi Indonesia dan masyarakat yang berkualitas hidup. Bagi Indonesia, ekonomi kreatif tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi, tetapi juga memajukan aspek-aspek nonekonomi berbangsa dan bernegara. Melalui ekonomi kreatif, kita dapat memajukan citra dan identitas bangsa, mengembangkan sumber daya yang terbarukan dan mempercepat pertumbuhan inovasi dan kreativitas di dalam negeri. Di samping itu ekonomi kreatif juga telah memberikan dampak sosial yang positif, termasuk peningkatan kualitas hidup, pemerataan kesejahteraan dan peningkatan toleransi sosial. Penelitian dan pengembangan sebagai salah satu dari 15 subsektor di dalam industri kreatif, merupakan kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, memanfaatkan serta mengolah ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk mengkonfirmasi dan atau merancang dan atau mengembangkan suatu hal (objek penelitian) menjadi hal baru yang lebih baik dan inovatif yang dapat memenuhi kebutuhan pasar dan memberikan manfaat ekonomi. Saat ini masih ada masalah-masalah yang menghambat pertumbuhan industri penelitian dan pengembangan di Indonesia, termasuk didalamnya jumlah dan kualitas orang kreatif yang masih belum optimal, ketersediaan sumber daya alam yang belum teridentifikasi dengan baik, keseimbangan perlindungan dan pemanfaatan sumber daya budaya, minimnya ketersediaan pembiayaan bagi orang-orang kreatif yang masih kurang memadai, pemanfaatan pasar yang belum optimal, ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang sesuai dan kompetitif serta kelembagaan dan iklim usaha yang belum sempurna. Dalam upaya melakukan pengembangan industri penelitian dan pengembangan di Indonesia, diperlukan pemetaan terhadap ekosistem penelitian dan pengembangan yang terdiri dari rantai nilai kreatif, pasar, nurturance environment, dan pengarsipan. Aktor yang harus terlibat dalam ekosistem ini tidak terbatas pada model triple helix yaitu intelektual, pemerintah dan bisnis, tetapi harus lebih luas dan melibatkan komunitas kreatif dan masyarakat konsumen karya kreatif. Kita memerlukan quad helix model kolaborasi dan jaringan yang mengaitkan intelektual, pemerintah, bisnis dan komunitas. Keberhasilan ekonomi kreatif di lokasi lain ternyata sangat tergantung kepada pendekatan pengembangan yang menyeluruh dan berkolaborasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
vii
Buku ini merupakan penyempurnaan dari Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 yang diterbitkan pada tahun 2009. Dalam melakukan penyempurnaan dan pembaruan data dan informasi, telah dilakukan sejumlah Focus Discussion Group (FGD) dengan semua pemangku kepentingan baik pemerintah, pemerintah daerah, intelektual, media, bisnis, orang kreatif, dan komunitas kuliner secara intensif. Hasilnya adalah buku ini, yang menjabarkan secara rinci pemahaman mengenai penelitian dan pengembangan sebagai industri yang dapat mendatangkan nilai ekonomi, serta perencanaan terkait kegiatan penelitian dan pengembangan dalam industri kreatif. Dengan demikian, masalah-masalah yang masih menghambat pengembangan industri penelitian dan pengembangan selama ini dapat diatasi sehingga dalam kurun waktu lima tahun mendatang, serta mencapai kegiatan penelitian dan pengembangan terkait industri kreatif yang berbudaya inovatif, berdaya saing dan terintegrasi secara berkelanjutan untuk memberi kontribusi ekonomi dan berperan dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia
Salam Kreatif
Mari Elka Pangestu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
viii
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
Daftar Isi Kata Pengantar................................................................................................................... vii Daftar Isi.............................................................................................................................. ix Daftar Gambar..................................................................................................................... xii Daftar Tabel......................................................................................................................... xiii Ringkasan Eksekutif.........................................................................................................
xiv
BAB 1 PERKEMBANGAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DI INDONESIA
1
1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Penelitian dan Pengembangan
2
1.1.1 Definisi Penelitian dan Pengembangan
2
1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Penelitian dan Pengembangan
4
1.2 Sejarah dan Perkembangan Penelitian dan Pengembangan
7
1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Penelitian dan Pengembangan Dunia
7
1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Penelitian dan Pengembangan Indonesia
13
BAB 2 EKOSISTEM DAN RUANG LINGKUP INDUSTRI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDONESIA.............................................................................
19
2.1 Ekosistem Penelitian dan Pengembangan
20
2.1.1 Definisi Ekosistem Penelitian dan Pengembangan
20
2.2 Peta Ekosistem Penelitian dan Pengembangan
23
2.3 Peta dan Ruang lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan
39
2.3.1 Peta Industri Penelitian dan Pengembangan
39
2.3.2 Ruang Lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan
42
2.3.3 Model Bisnis Industri Penelitian dan Pengembangan
45
BAB 3 Kondisi Umum Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
49
3.1 Kontribusi Ekonomi Penelitian dan Pengembangan
50
3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB)
51
3.1.2 Berbasis KetenagaKerjaan
52
3.1.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan
54
3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah Tangga
55
3.2 Kebijakan Pengembangan Penelitian dan Pengembangan
57
3.2.1 Kebijakan Terkait Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 57
ix
3.2.2 Kebijakan Terkait Hak Kekayaan Intelektual
59
3.3 Struktur Pasar Penelitian dan Pengembangan
60
3.4 Daya Saing Penelitian dan Pengembangan
61
3.5 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Penelitian dan Pengembangan
64
BAB 4 RENCANA PENGEMBANGAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF INDONESIA
71
4.1 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015—2019
72
4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Industri Kreatif 73 4.2.1 Visi Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif
75
4.2.2 Misi Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif
76
4.2.3 Tujuan Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Industri Kreatif
76
4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis Pencapaian Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif 78 4.4 Arah Kebijakan Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif 4.4.1 Arah Kebijakan Penciptaan Sumber Daya Manusia Kreatif di Bidang Penelitian dan Pengembangan Yang Memiliki Inovasi Serta Daya Saing.
82 82
4.4.2 Arah Kebijakan Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber Daya Budaya Bagi Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif di Indonesia Secara Berkelanjutan 83 4.4.3 Arah Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Yang Inovatif, Berdaya Saing, dan Terintegrasi Secara Berkelanjutan
83
4.4.4 Arah Kebijakan Penciptaan Pembiayaan Bagi Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang dalam Industri Kreatif Yang Sesuai, Mudah Diakses dan Kompetitif 83 4.4.5 Arah Kebijakan Penciptaan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang dalam Industri Kreatif Yang Sesuai dengan Kebutuhan Pasar 83 4.4.6 Arah Kebijakan Penciptaan Kelembagaan yang Kondusif yang Mendukung Pengembangan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang-Bidang dalam Industri Kreatif di Indonesia
84
4.4.7 Arah Kebijakan Infrastruktur dan Teknologi Yang Tepat Guna Serta Mudah Diakses untuk Mendukung Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang dalam Industri Kreatif 84 4.5 Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif 4.5.1 Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Pendidikan yang Mendukung Penciptaan Orang Kreatif (Peneliti dan Perekayasa) Terkait Bidang Industri Kreatif.
x
84 84
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
4.5.2 Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Orang Kreatif (Peneliti dan Perekayasa) Terkait Bidang Bidang dalam Industri Kreatif 86 4.5.3 Penciptaan Pusat Pengetahuan Sumber Daya Alam Dan Budaya Lokal Yang Akurat Dan Terpercaya Serta Dapat Diakses Secara Mudah Dan Cepat. 86 4.5.4 Peningkatan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait dengan Bidang Dalam Industri Kreatif yang Inovatif, Berdaya Saing dan Terintegrasi Secara Berkelanjutan.................................................................................................87 4.5.5 Peningkatan Keragaman dan Kualitas Hasil Penelitian dan Pengembangan Terkait dengan Bidang Bidang dalam Industri Kreatif 87 4.5.6 Peningkatan Apresiasi Kepada Orang Kreatif (Peneliti & Perekayasa) dalam Bidang Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Indonesia Baik di dalam dan Luar Negeri 88 4.5.7 Peningkatan Ketersediaan Pembiayaan Bagi Seluruh Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait dengan Bidang Bidang dalam Industri Kreatif yang Aksesibel, Transparan dan Memiliki Skema Pembiayaan yang Baik (Besaran yang Sesuai, Sistem Tidak Rumit)
89
4.5.8 Peningkatan Jumlah Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang Bidang dalam Industri Kreatif Yang Sesuai dengan Kebutuhan Pasar 89 4.5.9 Penciptaan Regulasi Yang Mendukung Penciptaan Iklim yang Kondusif Bagi Pengembangan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait dengan Bidang Bidang dalam Industri Kreatif Indonesia
90
4.5.10 Peningkatan Partisipasi Aktif dan Kolaborasi Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang-Bidang dalam Industri Kreatif Secara Berkualitas dan Berkelanjutan
90
4.5.11 Peningkatan Ketersediaan Teknologi Tepat Guna yang Mudah Diakses oleh Para Orang Kreatif di Bidang Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang Bidang dalam Industri Kreatif. 91 4.5.12 Peningkatan Ketersediaan Infrastruktur yang Memadai yang Dibutuhkan Oleh Para Orang Kreatif di Bidang Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang Bidang dalam Industri Kreatif 91 BAB 5 PENUTUP
93
5.1 Kesimpulan
94
5.2 Saran
96
LAMPIRAN
99
xi
Daftar Gambar Gambar 1‑1 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Penelitian dan Pengembangan dalam Ekonomi Kreatif 2015-2019
7
Gambar 1‑2 Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
16
Gambar 2‑1 Peta Ekosistem Penelitian dan Pengembangan
21
Gambar 2‑2 Peta Kreasi
24
Gambar 2‑3 Peta Implementasi Rancangan
29
Gambar 2‑4 Potret Paten di Indonesia Gambar 2‑5 Peta Diseminasi
32 33
Gambar 2‑6 Peta Pasar (Market)
36
Gambar 2‑7 Peta Industri Penelitian dan Pengembangan
40
Gambar 2‑8 Peta Model Bisnis Penelitian dan Pengembangan
45
Gambar 3‑1 Kondisi Penelitian dan Pengembangan Indonesia Berbasis Produk Domestik Bruto
51
Gambar 3‑2 Kondisi Penelitian dan Pengembangan Indonesia Berbasis Tenaga Kerja
53
Gambar 3‑3 Kondisi Penelitian dan Pengembangan Indonesia Berbasis Aktivitas Perusahaan 54 Gambar 3‑4 Kondisi Penelitian dan Pengembangan Indonesia Berbasis Konsumsi Rumah Tangga
56
Gambar 3‑5 Diagram Daya Saing Penelitian dan Pengembangan
61
xii
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
Daftar Tabel Tabel 2‑1 Skema Ruang Lingkup Industri Subsektor Penelitian dan Pengembangan
44
Tabel 3‑1 Kontribusi Ekonomi Subsektor Penelitian dan Pengembangan 2010-2013
50
Tabel 3‑2 Potensi dan Permasalahan Penelitian dan Pengembangan Indonesia
65
Tabel 4‑1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif 2015-2019
74
xiii
Ringkasan Eksekutif Penelitian dan pengembangan seringkali dipahami secara luas sebagai bagian dari kegiatan pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab suatu pertanyaan, hingga mendeteksi hal-hal yang belum terungkap secara keilmuan. Namun, di dalam ekonomi kreatif, kegiatan penelitian dan pengembangan tidak hanya dianggap sebagai salah satu payung yang dapat mengembangkan industri di dalamnya melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan, namun juga dianggap sebagai salah satu subsektor dalam industri kreatif. Pemahaman penelitian dan pengembangan sebagai dua fungsi ini tentu akan memberikan paradigma yang berbeda dari sisi konsep ruang lingkup hingga rencana pengembangan di dalamnya. Oleh sebab itu, dalam bagian ini penting untuk dijelaskan mengenai apa sebetulnya yang berbeda dari kegiatan penelitian dan pengembangan, baik dari sisi keilmuan dengan mempertimbangkan pegangan baku yang sudah ada (undang-undang dan definisi konsep menurut penelitian terdahulu), maupun dari sisi ekonomi kreatif yang menganggap kegiatan ini sebagai salah satu subsektor dalam industrinya. Maka, berdasarkan pemahaman tersebut diperlukan sebuah kesepakatan definisi dari subsektor penelitian dan pengembangan yang sesuai dengan konsep ekonomi kreatif. Untuk mencapai pemahaman tersebut maka dilakukan beberapa metode dimulai dari pemetaan atas kondisi ideal, serta pemahaman mengenai kondisi aktual di Indonesia. Dari hasil pemetaan inilah kemudian akan didapatkan suatu gambaran mengenai kebutuhan dari untuk mengembangkan penelitian dan pengembangan baik sebagai subsektor industri maupun sebagai kegiatan yang dapat menunjang perkembangan industri kreatif, hal ini tentu dilakukan dengan mempertimbangkan aspek potensi (kekuatan dan peluang) serta permasalahan (tantangan, kelemahan, ancaman dan hambatan) yang ada. Berbicara mengenai pemetaan, maka yang dihasilkan adalah suatu ekosistem yang menggambarkan hubungan saling ketergantungan antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dan antara peran-peran tersebut dengan lingkungan sekitar yang mendukung terciptanya nilai kreatif. Lebih lanjut lagi, peranan ekonomi kreatif bagi Indonesia sudah semestinya mampu diukur secara kuantitatif sebagai indikator yang bersifat nyata. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran riil mengenai keberadaan ekonomi kreatif yang mampu memberikan manfaat dan mempunya potensi untuk ikut serta dalam memajukan Indonesia. Bentuk nyata dari kontribusi ini dapat diukur dari nilai ekonomi yang dihasilkan oleh seluruh subsektor pada ekonomi kreatif termasuk usaha-usaha yang ada dalam subsektor penelitian dan pengembangan.Perhitungan kontribusi ini ditinjau dari empat basis, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, dan konsumsi rumah tangga yang dihimpun berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Selanjutnya, sebagai bentuk analisa atas keadaan aktual yang ada disusunlah visi, misi, tujuan dan sasaran strategis yang merupakan kerangka strategis pengembangan kegiatan penelitian dan pengembangan yang difokuskan pada industri kreatif pada periode 2015-2019.
xiv
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
If you fail to plan, you are planning to fail.
“ Benjamin Franklin
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
KULINER 2015-2019
10
KERAJINAN 2015-2019
ARSITEKTUR 2015-2019
09
12 08
PERIKLANAN 2015-2019
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
17
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
SENI PERTUNJUKAN 2015-2019
SENI RUPA 2015-2019
TEKNOLOGI INFORMASI 2015-2019
TV & RADIO 2015-2019
VIDEO 2015-2019
PENERBITAN 2015-2019
16
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
PENELITIAN & PENGEMBANGAN 2015-2019
15
18
MUSIK 2015-2019
PERFILMAN 2015-2019
14
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
11
ARSITEKTUR 2015-2019
06 05 04
“ KEKUATAN BARU INDONESIA MENUJU 2025
xv
xvi
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
BAB 1 Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
BAB 1: Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
1
1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Penelitian dan Pengembangan Pemahaman mengenai kegiatan penelitian dan pengembangan seringkali bersifat luas dan menjadi bagian dari kegiatan pemanfaatan ilmu pengetahuan. Kegiatan ini berperan untuk untuk memecahkan permasalahan, menjawab pertanyaan, hingga mendeteksi hal-hal yang belum terungkap secara keilmuan. Namun, hal ini sedikit berbeda jika mempertimbangkan kegiatan penelitian dan pengembangan dalam konteks ekonomi kreatif. Di dalam ekonomi kreatif, kegiatan penelitian dan pengembangan tidak hanya dianggap sebagai salah satu payung yang dapat mengembangkan industri melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan, namun juga dianggap sebagai salah satu subsektor. Pemahaman penelitian dan pengembangan sebagai dua fungsi ini akan memberikan paradigma yang berbeda dari sisi konsep ruang lingkup hingga rencana pengembangan. Oleh sebab itu, penting untuk dijelaskan mengenai perbedaan definisi kegiatan penelitian dan pengembangan dari sisi keilmuan dengan mempertimbangkan pegangan baku yang sudah ada (berdasarkan undang-undang dan definisi konsep menurut penelitian terdahulu), maupun dari sisi ekonomi kreatif yang menganggap kegiatan ini sebagai salah satu subsektor.
1.1.1 Definisi Penelitian dan Pengembangan Kegiatan penelitian dan pengembangan telah memiliki definisi tersendiri berdasarkan UndangUndang Nomor 18 Tahun 2012 mengenai Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan IPTEK. Namun, perlu dikaji kembali definisi kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai subsektor dalam ekonomi kreatif. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012, definisi dari kata penelitian dan pengembangan, yaitu:
Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru. Dari definisi tersebut diketahui bahwa suatu kegiatan penelitian dan pengembangan terkait erat dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan. Namun, definisi tersebut tidak menjelaskan penelitian dan pengembangan sebagai suatu subsektor industri dalam ekonomi kreatif.
2
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
Definisi tersebut hanya menjelaskan suatu kegiatan sistematis pemanfaatan ilmu pengetahuan tanpa memperjelas status profit atau nirlabanya. Oleh karena itu, harus dibuat suatu definisi dan ruang lingkup tersendiri untuk membedakan subsektor penelitian dan pengembangan di dalam ekonomi kreatif dengan kegiatan penelitian dan pengembangan secara umum. Pada buku Pengembangan Industri Kreatif yang disusun pada 2008 oleh Departemen Perdagangan, dinyatakan bahwa subsektor penelitian dan pengembangan dalam industri kreatif merupakan:
Kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar. Berdasarkan definisi tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan penelitian dan pengembangan dalam ekonomi kreatif memiliki dua poin utama yang membedakannya dengan kegiatan penelitian dan pengembangan pada umumnya. Dua poin utama tersebut adalah inovasi dan penerapan ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Kedua poin utama ini juga muncul sebagai inti dari kegiatan penelitian dan pengembangan dalam ekonomi kreatif berdasarkan forum diskusi grup yang telah dilaksanakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Usaha melakukan inovasi yang didasari dengan penelitian dan pengembangan untuk memenuhi kebutuhan pasar dan bertujuan mendatangkan profit atau keuntungan bagi si peneliti atau perekayasa. Dalam konteks ini, jenis-jenis kegiatan penelitian dan pengembangan yang termasuk dalam ekonomi kreatif adalah kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan, artinya hasil penelitian tidak hanya didiseminasikan secara cuma-cuma tetapi juga secara komersial. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka jenis penelitian yang sifatnya nirlaba, seperti jenis penelitian yang murni untuk keilmuan, kebijakan, investasi, atau penelitian yang dilakukan oleh lembaga penelitian nirlaba milik pemerintah maupun nonpemerintah tidak termasuk dalam konteks penelitian dan pengembangan sebagai subsektor dalam ekonomi kreatif. Mengacu pada penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penelitian dan pengembangan sebagai subsektor dalam ekonomi kreatif adalah
Kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, memanfaatkan serta mengolah ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk mengkonfirmasi dan/atau merancang dan/atau mengembangkan suatu hal (obyek penelitian) menjadi hal baru yang lebih baik dan inovatif yang dapat memenuhi kebutuhan pasar dan memberikan keuntungan Sumber: Focus Group Discussion Subsektor Animasi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mei—Juni 2014
BAB 1: Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
3
Frasa ‘kegiatan sistematis’ merupakan salah satu kata kunci atau karakteristik dalam kegiatan penelitian dan pengembangan. Makna frasa ini adalah kegiatan yang dilakukan dengan proses yang teratur dan menggunakan metode yang runtut untuk menghasilkan tujuan yang diinginkan. Selain itu, frasa ‘hal baru yang lebih baik dan inovatif’ juga menjadi karakteristik di dalam penelitian dan pengembangan, yang berarti menghasilkan suatu inovasi berupa perbaikan, peningkatan kualitas, peningkatan atau penambahan fungsi dan hal baik lainnya yang meningkatkan nilai suatu produk. Pada akhirnya, kegiatan sistematis dalam membentuk hal baru yang lebih baik dan inovatif tersebut diharapkan akan mampu memberikan nilai tambah bagi peneliti atau perekayasa yang dijelaskan dalam frasa ‘memberikan manfaat ekonomi’.
1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Berdasarkan laporan National Science Foundation (NSF) Amerika Serikat tahun 2010, kegiatan penelitian dan pengembangan pada umumnya terbagi ke dalam tiga bagian besar yaitu penelitian dasar, penelitian terapan, dan kegiatan pengembangan . Sejalan dengan hal ini, John Howkins— pakar ekonomi kreatif, menyatakan bahwa secara garis besar memang terdapat tiga jenis kegiatan penelitian, yaitu penelitian dasar (basic ‘blue sky’ research), penelitian terapan (applied research), dan pengembangan (development). Penelitian dasar merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan pemahaman lebih mendalam mengenai suatu hal tanpa adanya rencana penerapan spesifik atas hasil penelitian. Penelitian terapan merupakan suatu kegiatan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan untuk kemudian digunakan pada kebutuhan tertentu yang spesifik. Pengembangan (development) merupakan penggunaan sistematis atas pengetahuan yang didapatkan dari penelitian untuk kemudian menghasilkan hal yang lebih berguna (termasuk sistem, metode, perancangan, pengembangan purwarupa, dan proses).
Penelitian dan pengembangan meliputi cakupan aktivitas yang luas, mulai dari penelitian fundamental pada ranah fisik, kehidupan, serta ilmu sosial; penelitian yang mengemukakan isu-isu kritis seperti perubahan iklim, efesiensi energi, dan kesehatan; hingga kegiatan pengembangan atas teknologi serbaguna dan barang jasa yang baru Sumber: NSF Science and Engineering Indicators (2010)
4
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
The National Science Foundation Sumber: nsf.gov
The National Science Foundation The National Science Foundation (NSF) merupakan lembaga federal yang dibentuk oleh Kongres Amerika Serikat pada tahun 1950 dengan tujuan untuk mendorong kemajuan ilmu pengetahuan demi keunggulan kesehatan, kesejahteraan, kemakmuran, keamanan, dan pertahanan nasional Amerika Serikat. Lembaga ini kemudian menjadi lembaga pembiayaan untuk lebih dari 24% penelitian dasar yang dilakukan oleh universitas dan lembaga pendidikan lainnya di Amerika Serikat. Uniknya, tidak seperti lembaga penelitian lain yang merekrut peneliti dan menjalankan kegiatan laboratoriumnya secara mandiri, NSF justru mencoba mencapai tujuannya dengan memberikan dukungan berupa pembiayaan pada para ilmuwan, insinyur, pengajar, dan pelajar melalui institusi asal mereka sendiri. Sejalan dengan perkembangan waktu, setiap tahunnya NSF memberikan dukungan terhadap 200.000 ilmuwan, insinyur, pengajar, dan pelajar di berbagai universitas, hingga laboratorium di seluruh wilayah di Amerika Serikat dan dunia. Sumber: www.nsf.gov
Dari ketiga jenis kegiatan penelitian ini, sebagian besar penelitian terapan dan kegiatan pengembangan berorientasi pada bisnis atau berorientasi pada perolehan manfaat ekonomi, sementara kegiatan penelitian dasar biasanya lebih banyak berfokus pada kontribusi terhadap bidang keilmuan dan bebas dari sisi komersial1. Inilah sebabnya dunia bisnis akan lebih tertarik untuk menyoroti penelitian terapan dan pengembangan. Selain berdasarkan jenis kegiatannya, ruang lingkup penelitian dan pengembangan juga mempertimbangkan sisi bidang keilmuannya yang dapat dibedakan menjadi bidang keilmuan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Teknologi Rekayasa, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Humaniora.2 Wujud hasil penelitian dan pengembangan yang (1) John Howkins, The Creative Economy… how people make money from ideas (Penguin, 2013). (2) www.lipi.go.id diakses pada 19 Juli 2014 pukul 16.30
BAB 1: Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
5
berkaitan dengan ilmu pengetahuan alam dan teknologi rekayasa biasanya bersifat tangible (berwujud), sementara hasil penelitian yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan sosial dan humaniora biasanya berbentuk intangible (tak berwujud). Menurut LIPI, penelitian berdasarkan bidang keilmuan dapat diperinci menjadi bidang-bidang keilmuan lainnya yang lebih detil: 1. Ilmu pengetahuan alam dan ilmu teknologi rekayasa, dapat dibedakan menjadi: a. Bidang keilmuan ilmu pengetahuan alam, di antaranya adalah matematika, ilmu alam, astronomi, geologi, dan lain-lain. b. Bidang keilmuan teknologi rekayasa, di antaranya adalah ilmu teknik dan teknologi hingga ilmu medis atau kesehatan, bioteknologi, dan cabang ilmu lainnya. Bidang keilmuan pengetahuan alam dan teknologi ini beririsan dengan industri-industri yang berbasis teknologi secara luas, misalnya industri farmasi, bahan kimia, teknologi informasi, otomotif, pertanian, dan industri lainnya. 2. Ilmu pengetahuan sosial dan humaniora, terdiri dari: a. Bidang keilmuan sosial, di antaranya adalah ekonomi, psikologi, filsafat, sejarah, sosiologi, ilmu hukum, dan lain-lain; b. Bidang keilmuan humaniora, di antaranya adalah sastra, bahasa, dan seni. Pada kegiatan penelitian dan pengembangan sosial dan humaniora terdapat beberapa industri yang terkait, misalnya industri seni, literatur, riset pasar, dan periklanan. Selain itu, banyak juga industri yang terkait dengan bidang teknologi yang didukung oleh kegiatan penelitian dan pengembangan bidang keilmuan sosial dan humaniora. Salah satu contohnya adalah perusahaan manufaktur makanan olahan (Fast Moving Consumer Goods–FMCG) di Indonesia yang sering kali menggunakan jasa penelitian pasar dan merupakan kegiatan penelitian sosial untuk melihat preferensi pasar. Kegiatan penelitian dan pengembangan juga dapat dibedakan berdasarkan bentuk kegiatannya: 1. Kegiatan penelitian dan pengembangan yang bebasis desain penelitian dan pengembangan, yaitu kegiatan penelitian dan pengembangan yang murni kreasi dari peneliti atau perekayasa tanpa adanya permintaan pihak lain untuk melakukan kegiatan tersebut; 2. Kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan berdasarkan permintaan atau kebutuhan, yaitu kegiatan yang dilakukan atas permintaan dari pihak lain diluar peneliti atau perekayasa. Dalam konteks ini, walaupun kegiatan penelitian dan pengembangan dilakukan berdasarkan permintaan pihak lain, peneliti atau perekayasa tetap memiliki kewajiban dan tanggung jawab penuh dalam menjaga kemandirian metode dan hasil. Adanya dua bentuk kegiatan ini akan memengaruhi cara peneliti dan perekayasa mendapatkan pemasukan finansial. Gambar 1-1 mengilustrasikan ruang lingkup subsektor penelitian dan pengembangan di Indonesia. Sebagai upaya untuk melakukan pengembangan secara optimal, pada periode 2015-2019 pengembangan subsektor penelitian dan pengembangan Indonesia akan memfokuskan diri terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan yang berbentuk penelitian terapan dan pengembangan. Hal ini didasari oleh pertimbangan bahwa kegiatan penelitian terapan dan pengembangan dapat menciptakan nilai tambah bagi objek penelitian dan memberikan manfaat ekonomis bagi pelaku penelitian dan pengembangan (peneliti dan perekayasa). Kegiatan penelitian dan pengembangan
6
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
yang berpotensi mendapatkan keuntungan biasanya dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar, misalnya kegiatan menginovasi produk berdasarkan permintaan pasar serta kegiatan penelitian yang hasilnya dapat dijual kepada konsumen perorangan maupun perusahaan. Gambar 1 - 1 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Penelitian dan Pengembangan dalam Ekonomi Kreatif 2015-2019
1.2 Sejarah dan Perkembangan Penelitian dan Pengembangan 1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Penelitian dan Pengembangan Dunia Kegiatan penelitian dan pengembangan tidak terlepas dari berkembangnya ilmu pengetahuan secara luas. Kegiatan ini dimulai pada masa sebelum masehi dan terlihat pada berbagai macam karya atau penemuan. Jika ditelusuri, karya-karya tersebut merupakan contoh hasil kegiatan penelitian dan pengembangan, meskipun pada masa itu belum dikenal istilah penelitian dan pengembangan. Perkembangan ancient science atau era keilmuan masa kuno didominasi oleh para filsuf Yunani dengan karya-karyanya dalam bidang astronomi, obat-obatan, dan arsitektur. Socrates, Plato, Aristotle, dan Phytagoras merupakan tokoh filsuf klasik serta ilmuwan bidang astronomi dan matematika Yunani pada masa itu. Banyak karya dalam bidang astronomi, teknologi, dan pengobatan yang juga dihasilkan di Mesir dan Babilonia. Pada 1600 SM ditemukan buku pengobatan ala Mesir, Edwin Smith Papyrus, yang di dalamnya terkandung beberapa metode penelitian, dimulai dari pemeriksaan atau deteksi, diagnosa, dan solusi masalah. Ketiga tahap metode ini menunjukan suatu contoh kegiatan sistematis. Masa ini dapat dikatakan sebagai awal munculnya keingintahuan lebih manusia terhadap fenomena alam yang terjadi secara rasional, meskipun kebanyakan penelitian pada masa ini dijalankan dengan metode empiris yang menggunakan asumsi-asumsi berdasarkan pengalaman. BAB 1: Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
7
(Kiri) Phytagoras, (Kanan) Patung Phytagoras di pelabuhan Phytagrio Sumber: (kiri) agazsantiago.blogspot.com, (kanan) samos-beaches.com
Phytagoras Phytagoras (570 – 495 SM) adalah salah seorang filsuf Yunani serta ilmuwan matematika pada masa sebelum masehi. Phytagoras sering disebut-sebut sebagai ilmuwan matematika yang hebat dengan “Teori Phytagoras” atau “Phytagorean Theorem“.
Pada abad pertengahan, selain untuk menemukan inovasi, kegiatan penelitian dan pengembangan dilakukan untuk mendapatkan metode keilmuan yang lebih baik dari sebelumnya. Hal ini ditandai dengan dunia penelitian dan pengembangan yang diwarnai oleh hasil-hasil penelitian yang dilakukan melalui metode eksperimental induktif. Metode ini merupakan suatu pergeseran karena penelitian pada masa kuno kebanyakan dilakukan melalui metode empiris. Salah seorang ilmuwan yang mengkombinasikan berbagai metode penelitian dan pengembangan adalah Ibn al-Haytham. Ibn al-Haytham menulis sebuah buku berjudul Book of Optics tentang usahanya dalam mengombinasikan metode observasi, eksperimen, dan argumen. Dari hasil penelitiannya dengan menggunakan metode yang lebih objektif, metodologis, dan rasional, Ibn al-Haytham kemudian dapat membuktikan bahwa teori yang ditemukan oleh Aristotle di mana suatu objek memancarkan partikel pada mata adalah salah. Selain itu, pada 1619, Rene Descrates mulai menulis suatu risalah terkait dengan cara berpikir filosofis dan ilmiah yang kemudian diselesaikan pada 1637 dengan judul Discourse on Method dan Meditations pada 1641 Usaha-usaha untuk memperkuat metodologi penelitian secara keilmuan kemudian dilakukan kembali oleh Isaac Newton. Hasil kerjanya menjadi dasar bagi banyak filosofi alam sepanjang abad ke-18 dan ke-19. Pada masa ini, Eropa juga mengalami pertumbuhan ekonomi disertai inovasi dalam proses produksi yang ditandai dengan penemuan kincir angin, jam mekanik, minuman distilasi (alkohol), hingga astrolable–alat yang dapat digunakan untuk memprediksi posisi matahari, bulan planet, bintang, hingga meramalkan horoskop.
8
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
“Liber ethicorum des Henricus de Alemannia, single sheet. Scena: Henricus de Alemannia con i suoi studenti”— Suasana Perkuliahan di Abad ke-14. Sumber: upload.wikimedia.org Lukisan: Laurentius de Voltolina
Middle Ages Menurut sejarah Eropa, masa abad pertengahan jatuh pada abad ke-5 hingga ke-15 yang ditandai oleh runtuhnya Kerajaan Roma pada masa itu. Salah satu tonggak dalam masa ini adalah perkembangan teknologi serta peningkatan aktivitas intelektual. Hal ini mulai terjadi di tengah masa abad pertengahan yang ditandai dengan peningkatan inovasi dalam bidang pertanian, munculnya scholasticism yang merupakan metode dalam berpikir kritis, dan mulai dibentuknya universitas.
Abad ke-18 dan ke-19 juga disebut sebagai masa pencerahan, ditandai dengan adanya pergeseran pemikiran yang lebih menitikberatkan pada keilmuan dan rasionalitas. James Watt menemukan mesin uap pada tahun 1765 dan Giussepe Antonio Anastassio Volta menemukan baterai kimia atau chemical battery pada tahun 1800-an. Kemunculan temuan-temuan mutakhir seperti inilah yang kemudian memberikan perubahan bagi dunia dan mengantarkan manusia pada masa industrialisasi.
BAB 1: Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
9
Iron and Coal–Lukisan yang Mengilustrasi Masa Revolusi Industri Sumber: en.wikipedia.org Lukisan: William Bell Scott
10
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
Pekerja di Masa Revolusi Industri. (Foto: Huffington-post) Sumber: thefederalist.com
Masa industrialisasi merupakan masa revolusi dengan proses manufaktur yang mulai berubah akibat dorongan dari berbagai inovasi yang ditemukan pada periode tersebut. Pada masa ini, perubahan proses produksi ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga manusia yang digantikan oleh mesin sehingga kapasitas produksi meningkat secara tajam. Pada masa industrialisasi terdapat tiga tonggak perkembangan teknologi, yaitu perkembangan teknologi tekstil (contohnya mekanisasi alat pintal), teknologi tenaga uap (seperti mesin uap), serta teknologi pembuatan besi dan baja (penggunaan batubara sebagai substitusi penggunaan arang) yang ketiganya dapat mendorong produktivitas manufaktur saat itu.
(Kiri)James Watt, ( Kanan) Mesin Uap Sumber: (kiri) ichef.bbci.co.uk, (kanan) upload.wikimedia.org
BAB 1: Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
11
James Watt James Watt (1736-1819) adalah seorang inventor dan insinyur dalam bidang permesinan yang hasil penemuannya (mesin uap yang lebih efisien) telah mengantarkan dunia pada era revolusi industri. Watt mulai tertarik untuk meneliti mesin uap pada tahun 1764 saat ia sedang membetulkan mesin uap ciptaan Thomas Newcomen. Terdapat berbagai penyempurnaan yang Watt lakukan pada mesin uap versi sebelumnya, diantaranya penambahan ruang terpisah yang diperkokoh pada mesin uap di tahun 1769 serta pembuatan isolasi pemisah pada tahun 1782. Penyempurnaan inilah yang kemudian membuat hasil temuan Watt dapat mencuri perhatian industri.
Seiring dengan berjalannya waktu, mulai muncul kesadaran dari perusahaan besar bahwa aktivitas penelitian dan pengembangan yang melahirkan inovasi dapat memberikan pengetahuan bagi perusahaan serta membantu keadaan bisnis dan masyarakat menjadi lebih baik 3. Pada 1890-an, GE (General Electric) membentuk suatu departemen resmi bernama Calculating Department yang kemudian disupervisi oleh ilmuwan dalam bidang matematika bernama Charles Steinmetz untuk melaksanakan analisis efisiensi atas gejala yang ditemukan di lapangan. Sejalan dengan perkembangan industri penelitian dan pengembangan, pada abad ke-19 banyak muncul institusi publik di Amerika Serikat yang mengedepankan kegiatan penelitian dan pengembangan. Sebagai contoh, pembentukan USDA (The United States Department of Agriculture) pada 1862 awalnya didasari oleh kesadaran pemerintah untuk mengatur sumber ekonomi utama saat itu, yaitu agrikultur. Pembentukan USDA merupakan suatu bentuk institusionalisasi program-program penelitian dan pengembangan bidang agrikultur yang meliputi teknik, pengembangan varietas baru, dan pemberantasan hama. Saat itu, USDA tidak hanya melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan sendiri, tetapi juga berkolaborasi dengan universitas milik pemerintah dalam bidang agrikultur. Selain USDA, fokus Pemerintah Amerika Serikat pada masa itu juga berlanjut ke kegiatan penelitian dan pengembangan sektor pertambangan. Tanggung jawab penelitian dan pengembangan serta pengelolaan sektor ini diserahkan kepada United States Geological Survey dan The Bureau of Mines. Demi menjawab kebutuhan akan kegiatan penelitian dan pengembangan bagi sektor bisnis dan pemerintahan, kegiatan penelitian dan pengembangan mulai tumbuh sebagai industri tersendiri. Sebagai contoh, pada akhir abad ke-19, salah satu perusahaan di Boston bernama The Arthur D. Little Company of Boston sudah menyediakan jasa analisis kimia kepada perusahaan yang tidak mampu mengerjakan pekerjaan laboratoriumnya sendiri. Selain itu, pada 1923, AC Nielsen (kini Nielsen Holdings N.V.) berdiri sebagai perusahaan riset pasar pertama di dunia. Berbeda dengan Amerika Serikat, pada 1900-an Republik Rakyat Tiongkok justru belum memiliki teknologi dan ilmu modern. Akhirnya, pada awal abad ke-21 Republik Rakyat Tiongkok dapat mengejar ketertinggalannya di bidang teknologi.4 Hal ini juga ditandai dengan menduduki posisi kedua sebagai negara yang berinvestasi di bidang penelitian dan pengembangan tertinggi pada 2011, dibawah Amerika Serikat.5 (3) Usselman, W. S, Research and development in the United States since 1900: an interpretive history (New Haven: Yale University, 2013) (4) www.china.org diakses pada 19 juli 2014 pukul 13.25. (5) World Intelectual Property Organization, World Intelectual Property Organization, Brands-Reputation and Image in the Global Marketplaca (WIIPO Publication: 2013). 12
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
Jika Amerika Serikat mengawali lembaga penelitian milik pemerintahnya dengan pembentukan USDA hingga NSF, Republik Rakyat Tiongkok pertama kali membentuk The Chinese Academy of Sciences (CAS) pada 1949. Setelah menghadapi goncangan atas revolusi budaya, politik, ekonomi, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selama 10 tahun, Republik Rakyat Tiongkok mengalami masa perbaikan. Pada masa perbaikan inilah pemerintah Republik Rakyat Tiongkok mengatur kembali agenda pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi negaranya. Pada 2001, pemerintah Republik Rakyat Tiongkok memutuskan untuk memfokuskan kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologinya untuk memperkuat industri tradisional, mendorong penelitian berteknologi tinggi, memperkuat penelitian dasar, memperdalam sistem ilmu pengetahuan dan teknologi, dan membentuk suatu sistem inovasi. Keseriusan pemerintah dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi inilah yang membuat Republik Rakyat Tiongkok saat ini memiliki hasil-hasil penelitian kelas dunia.6 Kegiatan penelitian dan pengembangan saat ini dianggap sebagai keharusan untuk meningkatkan kemajuan dan kesinambungan bisnis perusahaan. Hal ini ditandai dengan semakin tingginya nilai investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan global terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan. Sebagai contoh, pada 2012 Volkswagen mengeluarkan dana hingga lebih dari sembilan miliar Euro dan Samsung Electronics menghabiskan lebih dari delapan miliar Euro untuk kegiatan penelitian dan pengembangan. Selain itu, kegiatan penelitian dan pengembangan semakin tidak berbatas dari segi jangka waktu, biaya, hingga ruang lingkup keilmuannya. Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi dan pergeseran nilai-nilai sosial yang terjadi di masyarakat. Banyaknya media diseminasi penelitian seperti konferensi, jurnal, dan komunitas memberikan kesempatan bagi peneliti dan perekayasa untuk mengembangkan topik penelitian dan menyebarkan hasil penelitiannya. Cepatnya proses pertukaran informasi inilah yang kemudian merangsang ragam penelitian baru yang lebih inovatif dan lebih unik.
1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Penelitian dan Pengembangan Indonesia Kegiatan ilmiah di Indonesia dimulai pada abad ke-16 oleh Jacob Bontius yang mempelajari flora7. Namun, sejarah perkembangan kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia ditunjukkan oleh hadirnya lembaga-lembaga penelitian milik negara yang kemudian mendominasi kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia hingga saat ini. Kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan pemerintah diawali dengan pembentukan OPIPA (Organisasi untuk Penyelidikan Ilmu Pengetahuan Alam) pada 1948. Pada masa ini, ketertarikan pemerintah akan kegiatan penelitian dan pengembangan diawali dengan mengeksplorasi kekayaan alam. Ketertarikan ini kemudian berkembang ke bidang penelitian radioaktif pada 1954 dengan pembentukan BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional) untuk memanfaatkan tenaga atom dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya, OPIPA diubah namanya menjadi Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) pada 1956 dan kemudian diubah kembali namanya menjadi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 1967. Fungsi dari LIPI adalah melaksanakan tugas pemerintah di bidang ilmu pengetahuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(6) www.china.org diakses pada 19 juli 2014 pukul 13.25. (7) www.nsf.gov/about/history/ diakses pada 19 Juli 2014 pukul 16.30
BAB 1: Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
13
Lembaga pemerintahan lain yang terbentuk pada periode 1948—1967 adalah LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional). LAPAN dibentuk pada 1963 untuk melembagakan penyelenggaraan program-program kedirgantaraan nasional. Pembentukan LAPAN menunjukan bahwa pada 1960-an Indonesia mulai berkonsentrasi pada kegiatan penelitian dan pengembangan bidang penerbangan. Hal ini juga ditandai dengan munculnya peneliti terkemuka Indonesia yaitu B.J. Habibie. B.J. Habibie memfokuskan kegiatan penelitiannya dalam bidang teknologi pesawat terbang hingga tahun 1990-an. Kemunculan B.J. Habibie kemudian semakin memengaruhi kemajuan kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia dengan pengangkatannya sebagai Kepala BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) yang dibentuk pada 1974.
B.J. Habibie
Sumber: penangmonthly.com
Habibie Prof.DR(HC).Ing.Dr.Sc.Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie atau B.J. Habibie merupakan salah satu ilmuwan terkemuka di Indonesia dalam bidang penerapan ilmu pengetahuan teknologi. Menghabiskan masa pendidikan sarjana hingga doktoralnya di Jerman, Habibie kemudian bekerja di MBB-Hamburg (MesserschmittBölkow-Blohm) hingga kemudian dipercaya untuk menjabat sebagai vice president. Selama masa kerjanya di MBB, Habibie banyak memberikan sumbangsih berupa hasil penelitian berbentuk teori-teori yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan di bidang thermodinamika, aerodinamika, dan konstruksi. Beberapa teori yang terkenal diantaranya adalah “Habibie Factor”, “Habibie Theorem”, dan “Habibie Method”.
Dunia penelitian dan pengembangan Indonesia secara perlahan mulai berkembang dan tidak hanya dilakukan oleh lembaga pemerintah, tetapi juga dilakukan oleh akademisi, individu mandiri, hingga usaha-usaha penelitian nonpemerintah, baik yang beriorientasi profit maupun nirlaba. Sebagai contoh, pada 1971 terbentuk Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) serta AKATIGA. Keduanya merupakan lembaga penelitian nirlaba nonpemerintah. Di sisi lain, perusahaan penelitian yang bersifat profit pun mulai muncul pada era ini seperti perusahaan riset pasar, baik yang bersifat lokal maupun multinasional. Pada era 2000-an, perkembangan dunia penelitian dan pengembangan di Indonesia ditandai dengan munculnya beberapa peneliti nasional yang kayanya memengaruhi dunia. Salah satunya adalah Warsito P. Taruno yang menemukan Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT), serta Khoirul Anwar yang menemukan dan memiliki paten teknologi 4G berbasis Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM). Selain itu, tokoh lain dari Indonesia adalah Nelson Tansu yang pada usia muda sudah mendapatkan gelar profesor di Amerika Serikat dan hingga 2011 tercatat memiliki lebih dari 220 publikasi. Kemunculan para peneliti dan perekayasa individu ini menunjukan bahwa para peneliti Indonesia mulai bisa diperhitungkan karyanya secara global.
14
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
Warsito P. Taruno Sumber : c-techlabs.com
Warsito P. Taruno Dr. Warsito P. Taruno, direktur perusahaan riset dan pengembangan CTECH Labs Edwar Technology, lahir di Karanganyar, 15 Mei 1967. Warsito lebih banyak dikenal sebagai peneliti dalam bidang teknologi tomografi yang merupakan suatu teknologi untuk memindai berbagai macam objek, mulai dari tubuh manusia hingga perut bumi. Salah satu temuan besarnya adalah tomografi volumetric 4D berbasiskan ECVT. Tidak tanggung-tanggung, hasil temuannya yang berkaitan dengan teknologi tersebut tidak hanya dapat menghiasi berbagai macam konferensi ternama di dunia, tetapi juga telah dipatenkan di Amerika Serikat pada lembaga paten internasional di tahun 2006. Teknologi ini juga telah digunakan oleh lembaga sekelas NASA dan banyak perusahaan asing dalam bidang perminyakan seperti Shell dan Conoco Phillips. Saat ini Warsito mengembangkan suatu perusahaan dalam bidang penelitian dan pengembangan teknologi dengan nama Ctech Labs (Center for Tomography Research Laboratory) Edwar Technology yang dibentuk bersama rekannya semasa mengenyam jenjang doktoral di Jepang.
Perkembangan penelitian dan pengembangan di Indonesia memang terhitung lambat, namun terdapat banyak peluang bagi para peneliti untuk menggiatkan kegiatan penelitian dan pengembangannya. Dengan munculnya lembaga-lembaga intermediator serta inkubator pada era 2000-an, semakin terbuka kesempatan bagi para peneliti dan perekayasa untuk berkolaborasi, baik dari sisi konten penelitian hingga pembiayaan. Kesempatan-kesempatan inilah yang juga memengaruhi kemunculan para peneliti individu muda yang kegiatan penelitiannya sangat beragam. Dimulai dari pemanfaatan kekayaan alam lokal untuk menjadi produk yang memiliki semangat kekinian, hingga pemanfaatan teknologi tepat guna. Saat ini, peluang untuk melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan tidak lagi terpaku pada pemerintah dan lembaga penelitian besar, namun sudah dapat dilakukan oleh peneliti dan perekayasa secara mandiri.
BAB 1: Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
15
Gambar 1 - 2 Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
16
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
18
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
BAB 2 Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan Indonesia BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan Indonesia
19
2.1 Ekosistem Penelitian dan Pengembangan 2.1.1 Definisi Ekosistem Penelitian dan Pengembangan Untuk mendapatkan pemahaman secara menyeluruh mengenai subsektor penelitian dan pengembangan, diperlukan suatu pemetaan yang merupakan hasil elaborasi antara kondisi ideal yang diharapkan untuk terjadi–berdasarkan best practices yang telah berjalan di negara yang memiliki keunggulan dalam penelitian dan pengembangan–dengan kondisi aktual dari subsektor penelitian dan pengembangan di Indonesia. Untuk menjawab hal ini, disusunlah suatu pemetaan ekosistem yang menunjukkan hubungan keterkaitan antarperan di dalam proses penciptaan nilai kreatif setiap kegiatan di dalam subsektor penelitian dan pengembangan. Pada dasarnya peta ekosistem subsektor penelitian dan pengembangan akan terbagi ke dalam empat komponen utama yang akan menggambarkan siapa saja pihak yang terlibat dan kegiatan apa saja yang terjadi di dalamnya. Keempat komponen tersebut adalah: 1. Rantai Nilai Kreatif (Creative Value Chain); 2. Lingkungan Pengembangan (Nurturance Environment); 3. Pasar –Konsumen, Khalayak, dan Customer (Market); 4. Pengarsipan (Archiving).
A. RANTAI NILAI KREATIF (CREATIVE VALUE CHAIN) Rantai nilai kreatif merupakan suatu rangkaian proses penciptaan nilai kreatif, yang di dalamnya terdapat suatu transaksi sosial, budaya, dan ekonomi. Di dalam rantai nilai kreatif akan ditunjukkan bagaimana suatu kegiatan penelitian dan pengembangan dilakukan –dimulai dari pencarian ide penelitian, penyusunan kerangka rencana penelitian, proses penelitian lapangan, hingga tahap penyampaian seperti diseminasi dan produksi secara komersial. Oleh karena itu, rantai nilai kreatif subsektor penelitian dan pengembangan terbagi ke dalam empat tahap, yaitu: tahap kreasi; tahap implementasi rancangan; tahap diseminasi; dan tahap produksi komersial. Berdasarkan buku Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia Tahun 2009-2015 (2008), tahap kreasi merupakan tahap penciptaanya itu meng-input daya kreasi input dalam industri kreatif dengan melibatkan segala hal yang berhubungan dengan cara-cara mendapatkan input, menyimpannya, dan mengolahnya. Dalam subsektor penelitian dan pengembangan, tahap kreasi merupakan tahap di mana ide, latar belakang, tujuan, hingga perencanaan atas kegiatan penelitian dan pengembangan yang akan dilakukan tercipta. Tahap kreasi ini bisa saja hanya melibatkan aktor utama –peneliti atau perekayasa– maupun melibatkan para pengguna hasil penelitian dan pengembangan –klien. Proses implementasi rancangan merupakan suatu proses tempat hasil kreasi–rancangan sistematis kegiatan penelitian dan pengembangan –diimplementasikan untuk mencapai tujuan dari kegiatan penelitian dan pengembangan. Proses ini akan melibatkan banyak pihak, mulai dari peneliti atau perekayasa itu sendiri, target sampel (masyarakat umum maupun sampel khusus), hingga jasa-jasa pihak ketiga seperti penyedia peralatan laboratorium hingga jasa analis. Lama waktu dan kompleksitas proses implementasi akan sangat tergantung terhadap rancangan yang dibuat dalam proses kreasi.
20
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
Gambar 2 - 1 Peta Ekosistem Penelitian dan Pengembangan
CREATIVE CHAIN PENELITI DAN/ ATAU PEREKAYASA
PENCARIAN DANA
PENGAJUAN HAK PATEN
Observasi
Persiapan
Pelaksanaan (Actual Fieldwork)
Pelaporan
Persiapan Sarana & Prasarana
Pelaksanaan metode penelitian & pengembangan yang telah dirancang.
Pembuatan Laporan Penelitian
Akses Data Studi Penelitian Terdahulu
PENELITI DAN PEREKAYASA
Diskusi
Kebijakan Pengajuan HKI
Peralatan Finalisasi Konsep
Kebijakan Pembiayaan
Melakukan Survey/ Interview/ Observasi/ Pengambilan Data Statistik atau Kuantitatif Lainnya/ Eksperimen Laboratorium/ Eksperimen Lapangan/ Eksperimen Perakitan/ Studi Literatur, dll
Dana
Proses penyebaran hasil penelitian dan pengembangan yang dihasilkan dari proses implementasi rancangan, biasanya berbentuk publikasi yang mencakup promosi temuan penelitian dan pengembangan
Contoh kanal diseminasi hasil penelitian dan pengembangan
Konferensi, Seminar Nasional, Internasional
Jurnal Akademik Online, Non-online Hasil Tidak Sesuai Pameran & Kompetisi Hasil Inovasi
Analisa Hasil Sesuai
SDM
Kebijakan Insentif Pajak
Finalisasi Hasil Penelitian & Pengembangan
Media Cetak (Majalah, Koran, Flyer, Poster)
Hasil Temuan Penelitian & Pengembangan (segala hal yang ingin dicapai pada tujuan penelitian: jawaban pertanyaan penelitian pada proses perancangan):
Media Elektronik (TV, Radio, Internet, Media Sosial, Website)
Tujuan, Kegunaan Kegiatan Formula Baru, Metode Baru, Konsep Baru, Produk Baru, Rancangan Baru, Sistem Baru, dll yang Biasanya Dikemas dalam Bentuk Laporan dan Prototipe Metode
RANCANGAN SISTEMATIS KEGIATAN PENELITIAN & PENGEMBANGAN
Program Diseminasi Khusus Berkaitan dengan Hasil Litbang KONSUMSI
Latar Belakang (Fenomena yang Mendasari Kegiatan, Teoretis dan atau Non Teoretis)
Kebijakan Kemudahan Akses Penelitian Terdahulu
Promosi atas temuan Penelitian kepada calon Pembeli maupun Lembaga intermediator
PUBLISHER, PENELITI, PEREKAYASA
Toko Buku, Perpustakaan
Alokasi Sumber Daya (SDM, Finansial, Peralatan)
Penjadwalan
Penelitian Sosial & Humaniora
Penelitian & Pengembangan Sains, Teknologi & Rekayasa
Hasil Penelitian Lebih Banyak Bersifat Intangible berupa Konsep, Rancangan Sistem, Hingga Metode
Hasil Penelitian Lebih Banyak Bersifatt Tangible berupa Produk Baru, Formula Baru, Sistem, dll
KREASI
MARKET Sesi Presentasi Klien
Masyarakat Luas
Pelanggan/Klien
IMPLEMENTASI RANCANGAN
Kritikus/Ahli dalam Setiap Bidang Keilmuan
DISEMINASI
Pengamat Industri Penelitian dan Pengembangan NURTURANCE AKSES PUBLIK
KONSUMEN
NURTURANCE ENVIRONMENT APRESIASI
PENDIDIKAN Pendidikan Berbasis Penelitian dan aplikasi pada setiap bidang keilmuan (sosial, humaniora, sains, teknologi & rekayasa)
Kebijakan Beban Penelitian dalam Pendidikan Tinggi
Kebijakan Insentif bagi Profesi Peneliti dan Perekayasa
ARCHIVING
Penghargaan Finansial
Bonus, Dana Hibah/Grant
Formal
Non Formal
Penghargaan Non-Finansial
Award, Akses Peningkatan Kualitas Penelitian dan Kapabilitas Peneliti/Perekayasa
Pendidikan kejuruan, Diploma, Sarjana, Pasca Sarjana
Kursus, Training, Workshop
Konferensi, Kompetisi, Pameran, Inovasi
Konferensi Penelitian Nasional/Internasional
Standar Kompetensi Profesi pada setiap Bidang Keilmuan
INSTITUSI PENDIDIKAN
Literasi
Pengamat Industri Terkait Dengan Hasil Penelitian dan Pengembangan
AKSES PUBLIK
Pengumpulan AKSES PUBLIK Penyimpanan
Restorasi
Keterangan: Preservasi
Literasi akan Hasil Penelitian & Pengembangan
PUBLISHER, PERPUSTAKAAN, PENELITI, PEREKAYASA
Kebijakan Kewajiban Repository
Rantai Nilai Aktivitas/ Informasi Utama Aktivitas Pendukung Pelaku Utama
SELURUH PEMANGKU KEPENTINGAN
(Contoh: Institusi Pendidikan, Asosiasi Peneliti, Asosiasi Terkait Bidang Penelitian, Lembaga Pemerintah, dan Bisnis/Perusahaan)
Output Nurturance Environment Kebijakan APRESIASI
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan Indonesia
Alternatif Jalur Diseminasi
21
Diseminasi dalam konteks subsektor penelitian dan pengembangan merupakan kegiatan untuk menyebarkan informasi mengenai hasil penelitian. Kegiatan diseminasi tidak hanya dibutuhkan untuk mempublikasikan hasil penelitian, namun juga sebagai suatu tahap promosi, terutama untuk hasil penelitian tangible yang membutuhkan investor untuk merealisasikan produksi komersial hasil penelitian dan pengembangan. Proses produksi komersial merupakan proses penyerapan hasil penelitian yang telah ditemukan oleh pelaku industri untuk diproduksi sehingga menghasilkan nilai tambah ekonomi baik bagi peneliti atau perekayasa serta bagi pelaku industri yang memanfaatkan hasil penelitian dan pengembangan. Proses ini biasanya ditempuh oleh kegiatan penelitian dan pengembangan yang menghasilkan suatu hasil penelitian yang berwujud atau tangible.
B. LINGKUNGAN PENGEMBANGAN (NURTURANCE ENVIRONMENT) Lingkungan pengembangan merupakan suatu lingkungan yang dapat meningkatkan proses penciptaan nilai kreatif. Dua komponen di dalam lingkungan pengembangan ini adalah pendidikan dan apresiasi. Dalam subsektor penelitian dan pengembangan, pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran yang sangat berpengaruh terhadap penciptaan para peneliti dan perekayasa. Beberapa proses di dalamnya menyangkut kegiatan peningkatan pengetahuan, keterampilan, hingga sikap dan perilaku. Lingkungan pendidikan dibagi kedalam tiga komponen, yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Selain pendidikan, apresiasi menjadi suatu komponen penting yang dapat meningkatkan penciptaan nilai kreatif. Dalam hal ini, apresiasi merupakan tanggapan terhadap karya kreatif yang dapat menstimulasi peningkatan karya dari orang kreatif. Apresiasi tentu tidak hanya dijalankan dalam bentuk pemberian penghargaan. Hingga saat ini, apresiasi yang berupa literasi atas karya justru sangat dibutuhkan dalam industri kreatif.
C. PASAR, KONSUMEN, KHALAYAK DAN CUSTOMER (MARKET) Pasar merupakan pihak yang mengapresiasi dan/atau memanfaatkan karya kreatif. Pada dasarnya, setiap industri akan memiliki istilah pasar yang berbeda-beda. Terkait dengan subsektor penelitian dan pengembangan, beberapa istilah pasar yang dimaksud adalah: 1. Khalayak, merupakan pihak yang mengamati hasil karya kreatif penelitian dan pengembangan yang terbagi menjadi khalayak umum dan khalayak ahli. Khalayak umum adalah pihak yang hanya mengamati karya kreatif berdasarkan panca inderanya saja, sementara khalayak ahli adalah pihak yang mengamati karya kreatif tetapi memiliki peran vital bagi pengembangan subsektor tersebut atau memiliki pengetahuan khusus atas karya kreatif yang dipamerkan. 2. Customer, merupakan pihak yang membeli barang atau menggunakan jasa dari sebuah usaha kreatif penelitian dan pengembangan.
D. PENGARSIPAN (ARCHIVING) Pengarsipan merupakan proses preservasi terhadap karya kreatif penelitian dan pengembangan serta dokumentasi karya kreatif tersebut untuk kemudian dapat dimanfaatkan oleh seluruh pemangku kepentingan seperti peneliti dan perekayasa, pemerintah, lembaga pendidikan, pelaku bisnis, komunitas, intelektual, bahkan masyarakat umum.
22
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
2.2 Peta Ekosistem Penelitian dan Pengembangan Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai proses apa saja yang terjadi di dalam suatu kegiatan penelitian dan pengembangan, aktor mana saja yang terlibat, hingga output apa saja yang dihasilkan dari setiap proses dengan tujuan memberikan gambaran komprehensif mengenai subsektor penelitian dan pengembangan. Peta ekosistem ini difokuskan untuk kegiatan penelitian terapan dan pengembangan secara umum tanpa mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan spesifik dari setiap kegiatan penelitian dan pengembangan. Hal ini dilakukan karena bila mempertimbangkan kebutuhan spesifik, maka setiap kegiatan penelitian dan pengembangan tentu akan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda bergantung pada bidang keilmuan dan tujuan penelitian dan pengembangannya. Inilah sebabnya pada peta ekosistem ini hanya akan diperlihatkan bagaimana pada umumnya proses penelitian dan pengembangan dilakukan oleh para aktor utama, yakni peneliti dan/ atau perekayasa. Pada peta ekosistem subsektor penelitian dan pengembangan, bagian aktivitas utama digambarkan dengan empat aktivitas, yaitu kreasi, implementasi rancangan, hingga diseminasi dan komersialisasi. Disisi lain, terdapat juga bagian lingkungan pengembangan atau nurturance environment yang menunjukkan aspek lingkungan yang dapat mendukung tumbuhnya perkembangan subsektor penelitian dan pengembangan. Pada bagian ini, aspek nurturance environment dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu pengarsipan, apresiasi dan pendidikan.
A. RANTAI NILAI KREATIF (CREATIVE VALUE CHAIN) A.1. PROSES KREASI
Proses kreasi adalah proses pencarian ide penelitian dan pengembangan hingga akhirnya menghasilkan rancangan sistematis atas kegiatan penelitian yang dilakukan. Rancangan ini berisi berbagai macam konten, dimulai dari latar belakang atau fenomena yang mendasari penelitian baik bersifat teoretis dan nonteoretis, tujuan, metode, hingga rencana alokasi sumber daya yang lazim dikemas dalam bentuk proposal penelitian, poster, hingga jurnal pribadi. Dalam kegiatan penelitian dan pengembangan, pencarian ide penelitian tentu dilakukan secara sistematis dan runtut sehingga penelitian yang dijalankan memiliki latar belakang penelitian yang kuat. Dalam proses kreasi subsektor penelitian dan pengembangan terdapat beberapa aktivitas utama, di antaranya diskusi, studi penelitian terdahulu, observasi, serta finalisasi konsep. Keempat konsep ini pada dasarnya memiliki urutan yang dinamis karena setiap peneliti dan perekayasa dapat memiliki tahap awal aktivitas utama yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya. Inilah sebabnya pada Gambar 2.2 yang menunjukkan aktivitas utama kreasi (kotak abu), arah panah antara setiap aktivitas di dalamnya saling berhubungan tanpa urutan yang runtut. Berikut adalah penjelasan lebih detail berkaitan dengan setiap aktivitas utama dalam kreasi: 1. Diskusi, merupakan aktivitas pencarian ide dan konsep penelitian yang dilakukan oleh peneliti atau perekayasa melalui penggalian informasi secara langsung pada para narasumber ahli. Diskusi dapat dilakukan sebagai proses awal, tengah, maupun akhir. Jika dilakukan sebagai proses awal, diskusi biasanya bertujuan untuk mendeteksi permasalahan yang ada untuk mendapatkan latar belakang penelitian sesuai dengan kondisi lapangan. 2. Studi penelitian terdahulu, merupakan suatu kegiatan mengkaji hasil-hasil penelitian yang telah ada sebelumnya. Aktivitas ini, dapat juga dijadikan sebagai aktivitas awalan untuk mendapatkan latar belakang penelitian secara teoretis. Biasanya, yang menjadikan
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan Indonesia
23
aktivitas studi penelitian terdahulu sebagai aktivitas awalan pada kreasi adalah para akademisi yang harus memberikan alasan kuat secara teori atas ide penelitiannya. Disisi lain, studi penelitian terdahulu juga bisa dijadikan sebagai aktivitas tengah atau akhir, bahkan menjadi aktivitas pendamping setiap kali peneliti menemukan fakta baru melalui diskusi maupun observasi lapangan. 3. Observasi, merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh para peneliti dan perekayasa untuk mengamati dan menganalisis gejala-gejala yang ada pada suatu objek penelitian. Dari kegiatan observasi ini diharapkan peneliti mendapatkan pandangan atas realita yang terjadi di lapangan. 4. Finalisasi konsep, merupakan proses akhir dalam aktivitas utama kreasi. Kegiatan finalisasi ini yang kemudian menghasilkan rancangan untuk melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan yang akan diimplementasikan pada tahapan berikutnya. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, konten-konten dalam tahap kreasi seperti latar belakang, tujuan, hingga rencana alokasi sarana dan prasarana biasanya dikemas dalam bentuk jurnal, poster, hingga proposal penelitian. Gambar 2 - 2 Peta Kreasi
Pada aktivitas utama di dalam subsektor ini, peneliti dan perekayasa menjadi aktor utama yang menggerakkan aktivitas didalamnya. Peneliti dan perekayasa merupakan orang kreatif yang menjalankan kegiatan penelitian dan pengembangan baik secara individu maupun berada di bawah
24
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
suatu lembaga penelitian tertentu. Di Indonesia terdapat berbagai contoh peneliti dan perekayasa dalam kategori individu maupun yang tergabung dalam kelembagaan serta perusahaan. Dari kategori individu terdapat beberapa ilmuwan di Indonesia seperti Dr. Soetanto yang memiliki 29 paten di Jepang dan dua paten di Amerika Serikat8, Dr. Warsito, hingga Arief Budiman yang merupakan ahli genetika. Selain itu, akademisi seringkali melakukan penelitian secara individu, seperti Dr. Made Tri Ari Penia Kresnowati yang telah mendapatkan anugerah IPTEK dari KEMENRISTEK serta memenangkan program hibah dana penelitian yang diselenggarakan oleh L’oreal dalam L’oreal-UNESCO For Women in Science 2008.
Dr. Made Tri Ari Penia Kresnowati Sumber: thejakartapost.com
DR. Made Tri Ari Penia Kresowati Dr. Made Tri Ari Penia Kresnowati merupakan salah satu peneliti wanita di Indonesia yang mencapai prestasi tinggi di kancah internasional. Pada tahun 2008 ia berhasil meraih fellowship dari L’oreal dan UNESCO senilai 40.000 Dolar AS dalam program L’oreal UNESCO for Woman in Science melalui penelitiannya yang berjudul Teknologi Bioproses: Konsepsi Prototipe Bioreaktor untuk Pengembangan Stem Cell. Penia merupakan peneliti Indonesia ketiga yang berhasil menerima anugerah penghargaan prestisius ini setelah Dr. Ines Atmosukarto dan Dr. Fenny Dwifany pada tahun 2004 dan 2007. Penelitiannya merupakan penelitian yang memiliki kesulitan tinggi serta memakan waktu yang cukup lama. Dinyatakan bahwa diperlukan waktu hingga dua tahun untuk membuat konsep model peralatan saja. Sumber : www.inspirasi-insinyur.com www.netsains.net
(8) “Ilmuwan Asal Indonesia Berprestasi Internasional”, indonesiahebat.org, 2014. tautan: http://indonesiahebat.org/ news/2014/02/4-ilmuwan-asal-indonesia-berprestasi-internasional diakses 20 Juli 2014 pukul 00.12
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan Indonesia
25
Dari sisi peneliti yang tergabung secara kelembagaan maupun dalam bentuk perusahaan, beberapa lembaga penelitian dan pengembangan seperti AKATIGA, BIGS, dan LP3ES memfokuskan diri di bidang keilmuan sosial. Perusahaan penelitian dan pengembangan asing seperti McKinsey, Boston Consulting Group, Price Waterhouse Cooper dan perusahaan penelitian dan pengembangan dalam bidang pemasaran seperti Markplus&Co, DEKA Marketing Consultant, Kadence, hingga Nielsen Indonesia juga mendirikan kantor cabangnya di Indonesia. Kemunculan lembaga dan perusahaan penelitian dan pengembangan nonpemerintah dalam bidang sosial dan pemasaran didasari oleh kecenderungan inovasi yang dilakukan oleh para pelaku bisnis. Diketahui bahwa 85.41% dari kegiatan inovasi yang dilakukan oleh pelaku bisnis di Indonesia bergerak pada ranah pemasaran, misalnya pengenalan produk hasil inovasi ke pasar serta analisis kegiatan pascapenjualan.9
Markplus Insight – Perusahaan Penelitian Pemasaran dan Sosial Berdiri pada tahun 1995, Markplus Insight merupakan perusahaan milik swasta di Indonesia yang bergerak dalam bidang penelitian sosial dan pemasaran. Walaupun belum 15 tahun berdiri, Markplus Insight terhitung sebagai perusahaan terkemuka di Asia Tenggara. Hingga saat ini, Markplus Insight diperkuat oleh 17 kantor cabang diluar Jakarta. Markplus Insight merupakan salah satu contoh perusahaan yang murni bergerak dalam bidang penelitian, dimana jasa penelitian merupakan komoditas bagi perusahaan dalam menghasilkan nilai ekonomi.
Disisi lain, walaupun sedikit, perusahaan yang berkecimpung dalam penelitian di bidang sains, teknologi, dan rekayasa juga tidak bisa dilupakan. Di Indonesia, perusahaan seperti ini dapat menjual hasil inovasinya dalam bentuk rancangan maupun dalam bentuk produk. Sebut saja CTECH Laboratories EdWar Technology, CV Ideas Indonesia, PT Multidaya Teknologi Nusantara (CYBREED), hingga CV Piksel Indonesia.
CTECH Laboratories EdWar Technology – Lembaga Penelitian Swasta bidang Teknologi CTECH Laboratories EdWar Technology merupakan lembaga penelitian swasta yang bergerak di bidang pengembangan teknologi khususnya pemindaian untuk aplikasi di bidang industri dan kedokteran. CTECH Labs mengelola berbagai grup penelitian di dalamnya seperti Center for Electronic Science and Technology, Center for Non-Destructive Testing and Process Imaging, Center for High Performance Computing, hingga Center for Medical Physics and Cancer Research. Sumber : www.miti.or.id
Beralih dari pembahasan mengenai proses dan pelaku utama, terdapat juga aktivitas pendukung pada tahap kreasi, yaitu pencarian dana penelitian dan pengembangan. Aktivitas ini kemudian dijadikan aktivitas pendukung karena tidak semua peneliti perlu melakukan aktivitas pencarian dana mandiri dalam membuat rencana penelitian dan pengembangannya. Misalnya, untuk kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan berdasarkan permintaan konsumen, (9) Survei inovasi Sektor Industri Manufaktur, 2011. Pappiptek-LIPI
26
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
seluruh biaya penelitian tentu akan ditanggung oleh pelanggan sehingga peneliti hanya cukup menjalankan fungsi utamanya dalam mempersiapkan rancangan sistematis kegiatan penelitian dan pengembangan. Kondisi di atas berbeda dengan kegiatan penelitian dan pengembangan yang dijalankan bukan berdasarkan permintaan. Aktivitas pencarian dana akan menjadi sangat penting karena seluruh biaya penelitian harus ditanggung oleh peneliti dan perekayasa itu sendiri. Hingga kini banyak sekali hibah dana penelitian yang dikucurkan, baik dari pemerintah dalam negeri hingga organisasi nirlaba internasional (DIKTI, UN, dan lain-lain). Selain itu, saat ini perusahaan swasta sudah mulai banyak menyisihkan dana pengabdian masyarakatnya (Corporate Social Responsibility—CSR) dalam bentuk kegiatan penelitian ilmiah, seperti yang diakukan oleh L’oreal dengan program L’oreal For Women in Science. Proses yang ditempuh dalam pencarian dana ini pun sudah bermacam-macam bentuknya, dimulai dari pencarian dana hibah melalui pengajuan proposal penelitian, partisipasi kompetisi, hingga crowd funding.
L’oreal For Women in Science Sumber: www,cri-paris.org
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan Indonesia
27
L’oreal merupakan salah satu perusahaan yang peduli pada pemberdayaan wanita dalam kemajuan dunia ilmu pengetahuan. Hingga kini, di dalam payung program bertajuk Women And Scientific Excellence, L’oreal memiliki tiga program utama yakni The for Women in Science Program, L’oreal-UNESCO Award for Women in Science, serta L’oreal International Fellowship. L’oreal-UNESCO Award for Women in Science merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan posisi wanita di dalam dunia ilmu pengetahuan dengan memberikan penghargaan bagi para peneliti wanita yang berkontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Penghargaan ini merupakan hasil dari kerjasama L’oreal bersama UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Culturan Organization) dengan nilai dana hingga 100.000 Dolar AS bagi setiap penerima penghargaan. Disisi lain, L’oreal International Fellowship merupakan suatu kerjasama penelitian yang diberikan bagi para wanita muda yang memiliki proposal proyek penelitian yang menjanjikan dan memiliki potensi kontribusi yang tinggi bagi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Sumber : www.loreal.com
Kelancaran suatu kegiatan tidak dapat lepas dari kebijakan yang berlaku. Pada proses kreasi, kebijakan mengenai akses terhadap penelitian terdahulu menjadi perhatian utama. Akses ini menjadi penting karena para peneliti akan membutuhkan banyak sekali kajian dari penelitian terdahulu yang kemudian dapat memperkuat maupun melemahkan rancangan penelitian mereka. Disisi lain, kebijakan HKI yang terkait dengan plagiarisme juga sudah perlu diinisiasi. Para peneliti yang menemukan suatu produk baru tidak jarang mengklaim bahwa produk sejenisnya belum ada di Indonesia. Hal ini seringkali menjadi bumerang karena terkadang klaim tersebut tidak berdasarkan observasi yang mendalam. Namun, untuk mengetahui apakah rencana penelitiannya sudah pernah dilakukan atau belum, diperlukan kajian terhadap penelitian terdahulu sehingga akses terhadap penelitian-penelitian di masa lampau menjadi sangat penting. Berbicara mengenai kegiatan penelitian dan pengembangan, kesulitan dalam mengukur hasil-hasil kreasi terjadi karena pengukuran secara statistik hanya dilakukan terhadap inovasi yang sudah dimanfaatkan oleh industri lain atau industri pengguna hasil penelitian dan pengembangan. Inilah sebabnya mengapa kontribusi dari subsektor penelitian dan pengembangan agak sulit untuk diukur karena hasil penelitian dan pengembangan yang sudah dikomersialisasi tentu akan diperhitungkan sebagai nilai tambah dari industri lainnya. Berdasarkan data BPS, hingga tahun 2013, jumlah tenaga kerja yang bekerja pada subsektor penelitian dan pengembangan sudah mencapai angka 15.373 pekerja. Jumlah unit usaha yang berkecimpung di dalam bidang penelitian dan pengembangan sudah mencapai 2.130 unit usaha.10 Hal ini menunjukkan bahwa sudah terdapat ketertarikan yang cukup besar dari para pelaku bisnis dalam memandang kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai kegiatan yang dapat memberikan nilai ekonomi, meskipun bila dilihat dari data LIPI dinyatakan bahwa 42,8% kegiatan penelitian masih dilakukan oleh pemerintah, yang 38,5% nya dilakukan oleh perguruan tinggi, dan 18,7% nya baru dilakukan oleh industri.11
(10) Hasil olahan data dari Badan Pusat Statistik per tahun 2013 (11) Data estimasi dari survei litbang sektor perguruan tinggi (2009) dan Industri Manufaktur (2009) yang dilakukan PAPPIPTEK-LIPI dan survei litbang sektor pemerintah (2008)
28
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
A.2. PROSES IMPLEMENTASI RANCANGAN Proses implementasi rancangan merupakan proses menjalankan hasil rencana dan rancangan penelitian dari proses kreasi sehingga dapat mencapai tujuan dari kegiatan penelitian dan pengembangan yang ingin dihasilkan. Beberapa contoh hasil dari implementasi rancangan pada kegiatan penelitian dan pengembangan adalah formula baru, metode baru, konsep baru, produk baru, rancangan baru, hingga sistem baru yang biasanya dikemas dalam bentuk laporan dan atau prototipe. Gambar 2 - 3 Peta Implementasi Rancangan
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan Indonesia
29
Hasil penelitian dan pengembangan memiliki bentuk yang berbeda-beda, tergantung pada keterkaitan bidang keilmuan yang melingkupi kegiatan penelitian dan pengembangan tersebut. Sebagai contoh, penelitian yang terkait dengan ilmu sosial dan humaniora biasanya bersifat intangible sehingga dikemas dalam bentuk teks, sementara penelitian yang terkait ilmu sains, teknologi, dan rekayasa biasanya lebih banyak bersifat tangible sehingga dapat dikemas dalam bentuk teks yang disertai prototipe. Proses implementasi rancangan terbagi menjadi tiga aktivitas utama, yaitu: 1. Persiapan, aktivitas ini meliputi persiapan sarana dan prasarana kegiatan penelitian dan pengembangan seperti akses data, peralatan, dana, hingga sumber daya manusia. Jika pada tahap rancangan yang dihasilkan adalah ramalan kebutuhan akan sarana dan prasarana, maka pada tahap persiapan ini idealnya seluruh kebutuhan tersebut harus sudah tersedia atau bisa diakses kapan pun. Kondisi ideal ini biasanya sudah disadari oleh para peneliti dan perekayasa di Indonesia, namun pada praktiknya seringkali bersifat dinamis yang berarti sarana dan prasarana belum dipenuhi sepenuhnya oleh para peneliti dan perekayasa sebelum melakukan pelaksanaan rencana atau banyak perubahan terhadap komposisi kebutuhan sarana dan prasarana sesuai dengan perubahan yang terjadi di lapangan. Aktivitas persiapan ini dilakukan dengan berbagai cara. Sebagai contoh, di perusahaan penelitian pasar yang besar seperti Nielsen Indonesia, sistem informasi digunakan untuk menetapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam merampungkan satu kegiatan penelitian. Kebutuhan sampel yang tinggi dalam satu penelitian menyebabkan peneliti harus dapat melakukan kalkulasi beban dan harga yang sesuai bagi setiap kuesioner yang harus diisi. 2. Pelaksanaan, aktivitas ini merupakan tahap dijalankannya metode penelitian dan pengembangan yang telah dirancang pada tahap kreasi. Metode yang dijalankan tentu berbeda-beda sesuai dengan bidang keilmuan, mulai dari metode survei hingga observasi lapangan dan eksperimen. Tahap pelaksanaan merupakan tahap yang sangat dinamis karena tidak setiap kegiatan penelitian dan pengembangan langsung mendapatkan hasil yang ingin dicapai dalam satu kali pelaksanaan metode. Sebagai contoh, saat peneliti telah melaksanakan survei sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data, peneliti tersebut akan melakukan proses analisis terhadap data tersebut. Setelah proses analisis dijalankan, peneliti akan mengetahui apakah data tersebut menghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan penelitiannya. Jika informasi yang didapatkan sesuai, maka peneliti akan melanjutkan proses selanjutnya, misalnya proses finalisasi atas hasil yang didapat. Jika tidak sesuai, peneliti harus mengkaji ulang metode penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya sehingga dapat mengetahui kelemahan yang perlu diperbaiki, baik dari sisi metode maupun jumlah data. Proses pengulangan ini merupakan dinamika yang biasa terjadi di dalam kegiatan penelitian dan pengembangan. Hal ini sama-sama berlaku dalam jenis penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan prototipe produk. Tidak jarang proses eksperimen serta analisis dilakukan berkali-kali demi mencapai hasil yang ditargetkan.
30
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
E-fishery dan Dinamika Implementasi Rancangannya PT Multidaya Teknologi Nusantara merupakan perusahaan start-up yang memproduksi produk bernama e-Fishery –alat pemberi makan ikan otomatis untuk segala jenis ikan dan udang. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pendirinya, M. Ihsan Akhirulsyah, diketahui bahwa jalan yang ditempuh untuk mencapai pembentukan prototipe yang sesuai dengan spesifikasi sebagai proses implementasi rancangan tidaklah mudah. Menurutnya, diperlukan proses yang lama dan berulang-ulang hingga akhirnya ia dan timnya mendapatkan prototipe dari e-Fisherry yang pantas untuk ditawarkan pada investor dan dipasarkan kepada calon pembeli. Terjadinya proses berulang pada implementasi rancangan merupakan hal yang biasa terjadi. Adanya sedikit saja ketidaktepatan perhitungan seperti yang terjadi pada proses perancangan e-Fisherry dapat mempengaruhi hasil prototipe yang dirancang.
3. Pelaporan, aktivitas ini merupakan aktivitas akhir pada proses implementasi rancangan yaitu menyusunlaporan penelitian baik berdasarkan tujuan diseminasi, pertanggungjawaban, maupun pengarsipan bagi peneliti itu sendiri. Dalam proses implementasi rancangan, peneliti dan perekayasa masih menjadi aktor utama yang menjalankan keseluruhan koordinasi dalam aktivitas. Untuk kasus penelitian yang dijalankan oleh individu, biasanya seluruh aktivitas dalam implementasi rancangan dilaksanakan sendiri. Disisi lain, untuk kasus penelitian yang dijalankan dalam perusahaan, pembagian tugas yang terstruktur dalam menjalankan suatu proyek penelitian dapat dilaksanakan. Sebagai contoh, aktivitas persiapan serta koordinasi lapangan biasanya dilaksanakan oleh manajer proyek yang biasa disebut sebagai research project management, fieldwork facilitator, atau project developer. Aktivitas pengambilan data lapangan biasanya dilakukan oleh para interviewer atau surveyor yang umumnya bekerja paruh waktu dan dibayar sesuai dengan kuantitas sampel yang didapat. Jika sampel yang dibutuhkan sangat banyak dan pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner kertas (pen and paper process), maka akan terjadi proses input data yang biasanya dijalankan oleh puncher—sumber daya manusia yang khusus dialokasikan untuk melakukan input data dari kertas ke dalam komputer. Walaupun biasanya istilah yang digunakan berbeda-beda, namun biasanya posisi-posisi tersebutlah yang ada pada perusahaan penelitian besar. Karena hasil dari implementasi rancangan adalah hasil penelitian dan pengembangan, kegiatan untuk mengajukan label hak paten merupakan kegiatan pendukung dalam proses ini. Mengajukan hak paten atas hasil penelitian memang sangat penting untuk melindungi hasil penelitian dari pembajakan, namun pada kenyataannya pengajuan hak paten seringkali bukan merupakan suatu tujuan akhir dari para peneliti. Mengajukan hak paten kemudian merupakan suatu pilihan, namun tetap dianggap penting dalam kegiatan penelitian dan pengembangan. Biasanya, hasil penelitian yang berkaitan dengan bidang keilmuan sains, teknologi, dan rekayasa lebih banyak dipatenkan dibandingkan dengan hasil penelitian dari bidang keilmuan sosial. Hasil penelitian dan pengembangan yang berkaitan dengan bidang keilmuan humaniora seperti seni dan sastra juga banyak dipatenkan dan dikemas dalam produk industri lain seperti musik, film, tari, literatur sastra, dan lain-lain.
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan Indonesia
31
Gambar 2 - 4 Potret Paten di Indonesia
Sumber: Indikator IPTEK Indonesia 2011 PAPPITEK-LIPI
Potret Paten di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, paten merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi selama kurun waktu tertentu. Dalam hal ini, paten dapat dianggap sebagai salah satu bentuk keluaran kegiatan penelitian dan pengembangan. Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa jumlah paten yang dihasilkan di Indonesia jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah paten yang dihasilkan di luar negeri.
32
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
A.3. PROSES DISEMINASI Gambar 2 - 5 Peta Dimensi
Proses diseminasi adalah proses menyebarluaskan hasil penelitian d a n pengemba ng a n ya ng tela h dihasilkan dari proses implementasi rancangan. Kegiatan diseminasi ini dapat bersifat komersial maupun nonkomersial. Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh organisasi nirlaba seringkali didiseminasikan secara nonkomersial karena tujuan penelitian dan pengembangan yang dilakukan biasanya adalah untuk meningkatkan literasi masyarakat terhadap hal tertentu. Untuk kegiatan penelitian dan pengembangan yang dinaungi oleh perusahaan pada umumnya, proses diseminasi biasanya juga bertujuan untuk mela kukan promosi atau komersialisasi atas hasil penelitian yang dilakukan. Tidak jarang para peneliti juga mencari investor yang mungkin tertarik akan hasil temuan penelitian mereka. Da la m kegiata n penelitia n da n pengembangan, secara umum proses diseminasi dapat memiliki dua fungsi, yaitu sebagai tahap akhir dalam penelitian dan pengembangan atau sebagai tahap yang menjembatani hasil penelitian yang ada dengan calon pembeli yang kemudian akan memproduksi hasil penelitian dan pengembangan secara komersial. Tahap diseminasi akan menjadi tahap akhir dalam penelitian jika memang tidak perlu ada proses produksi massal atau komersial atas hasil penelitian untuk mendapatkan nilai ekonomi. Sebagai contoh, suatu perusahaan penelitian dalam bidang sosial biasanya menjadikan tahap diseminasi sebagai tahap akhir ketika mereka menyampaikan hasil penelitiannya kepada klien atau pasar tertentu yang ditargetkan dan sudah bisa mendapatkan nilai ekonomi dari proses ini. Dilain pihak, perusahaan penelitian dan pengembangan yang memang berniat menjual hasil implementasi rancangannya akan memanfaatkan tahap diseminasi sebagai jembatan antara hasil penelitian yang ada dengan calon pembeli (pelaku industri yang relevan dengan penelitian dan pengembangan yang dihasilkan) sehingga hasil penelitiannya dapat membawa nilai tambah ekonomi bagi perusahaan penelitian dan pengembangan.
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan Indonesia
33
Dalam proses diseminasi, tidak terdapat perubahan bentuk atas apa yang telah dihasilkan pada tahap implementasi rancangan secara substansial. Biasanya perubahan terjadi dalam bentuk pengemasannya sesuai dengan jalur atau channel diseminasi yang dimanfaatkan. Aktivitas pada proses diseminasi hanyalah berupa penyebaran hasil penelitian dan pengembangan, baik dilakukan secara langsung seperti melalui presentasi, maupun sebatas penyebaran poster atas hasil penelitian. Inilah sebabnya hal yang disoroti pada tahap diseminasi adalah pemilihan jalur atau channel diseminasi yang dimanfaatkan oleh para peneliti dan perekayasa. Berikut ini adalah beberapa jalur atau channel diseminasi yang umumnya digunakan untuk mendiseminasikan hasil penelitian dan pengembangan: 1. Konferensi Nasional dan Internasional Konferensi merupakan ajang berkumpulnya para individu dan organisasi yang memiliki bidang usaha atau keahlian yang serupa. Hingga saat ini banyak konferensi nasional maupun internasional berbasis akademis maupun profesional yang digunakan sebagai media berbagi pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Tidak hanya akademisi yang bisa menjadi penyelenggara konferensi ini, lembaga pemerintah, perusahaan, hingga komunitas sudah mulai banyak mengadakan kegiatan berjenis konferensi. Contoh konferensi di antaranya adalah International Conference on Biotechnology and Food Science, Startup Asia, MIT Innovation Conference, Global Innovation Summit & Week, UK Indonesia Science and Innovation Conference, dan lain sebagainya. 2. Jurnal Ilmiah Jurnal ilmiah biasanya digunakan oleh para peneliti akademisi untuk mendiseminasikan hasil penelitiannya. Jurnal ilmiah biasanya menjadi media diseminasi nonkomersial karena peneliti tidak mendapatkan nilai ekonomi apapun dari proses diseminasi ini. Hingga saat ini banyak jurnal yang tidak hanya menerima academical insight tetapi juga business insight yang biasanya dikemas dalam artikel kasus bisnis. Beberapa contoh jurnal ilmiah yang memiliki tingkat pengutipan tinggi dalam bidang keilmuan sosial di antaranya adalah Journal of International Business Studies, Journal of Service Management, dan Annual Review of Sociology. Dalam bidang keilmuan sains, teknologi, dan rekayasa, jurnal ilmiah yang memiliki tingkat pengutipan tinggi di antaranya adalah International Journal of Robotics Research, Nature Biotechnology, dan International Journal of Computer Vision. Di Indonesia sendiri, Akreditasi DIKTI (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) atas jurnal imliah menunjukkan kualitas atas jurnal tersebut. Contoh jurnal yang mendapatkan akreditasi A di antaranya adalah Media Ilmiah Indonusa yang diterbitkan oleh Universitas Indonusa Esa Unggul, Paediatrica Indonesiana yang diterbitkan oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Anak Indonesia, dan Jurnal Mikrobiologi Indonesia yang diterbitkan oleh Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia. 3. Pameran dan Kompetisi Hasil Inovasi Pameran dan ajang kompetisi merupakan salah satu media diseminasi yang dapat digunakan oleh para peneliti dan perekayasa untuk menyebarluaskan hasil penelitiannya. Terdapat berbagai contoh pameran dan kompetisi hasil inovasi baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun nonpemerintah. Sebagai contoh, Kompetisi Technopreneurship Pemuda yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset dan Teknologi, National Young Inventor Award, dan Lomba Karya Ilmiah Remaja yang diselenggarakan oleh LIPI. Disisi lain, terdapat juga kegiatan kompetisi untuk inovasi yang diselenggarakan oleh lembaga nonpemerintah seperti Djarum Black Innovation.
34
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
4. Program Diseminasi Khusus Program diseminasi khusus adalah suatu program diseminasi yang biasanya dibuat oleh peneliti dan perekayasa itu sendiri secara sengaja dan terfokus. Saat peneliti membuat suatu agenda tersendiri untuk menyelenggarakan sosialisasi atas hasil penelitiannya, program diseminasi khusus dilakukan. Biasanya program ini dilakukan oleh para peneliti dalam bidang sosial yang target akhirnya adalah memberikan sosialisasi atau menerapkan suatu sistem baru atas apa yang ditemukan dari kegiatan penelitian dan pengembangan. 5. Media Cetak dan Media Elektronik Hingga saat ini, media cetak dan elektronik sering menjadi tempat untuk menampilkan hasil penelitian. Biasanya yang dikemas dalam media ini berbentuk berita hasil inovasi hingga profil dari peneliti yang terkait. Penampilan pada media dapat dilakukan oleh peneliti yang membuat artikel mengenai temuannya atau klien yang membuat iklan atau tampilan singkat atas temuan penelitian. 6. Toko Buku Fungsi dari toko buku adalah sebagai etalase hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan serta didistribusikan dalam bentuk buku maupun majalah. Saat ini toko buku tidak hanya dikelola dalam bentuk fisik, namun juga dikelola dalam bentuk online sehingga dapat memudahkan konsumen dalam mengakses buku maupun majalah yang diterbitkan. 7. Sesi Presentasi Klien Jalur distribusi ini sangat spesifik berlaku pada kegiatan penelitian dan pengembangan yang pada tahap awalnya sudah melibatkan klien. Selain sebagai jalur distribusi, sesi presentasi klien juga berfungsi sebagai sarana bagi peneliti untuk mempertanggungjawabkan pekerjaan yang diberikan oleh klien. Proses distribusi dan/atau diseminasi biasanya dilakukan secara langsung oleh peneliti atau perekayasa. Tidak jarang proses diseminasi dilakukan oleh pihak lain selain peneliti dan perekayasa itu sendiri, misalnya saat peneliti atau perekayasa memasukkan hasil penelitian dan pengembangannya ke dalam jurnal, maka penerbit dari jurnal tersebut yang akan melakukan publikasi atas hasil penelitian dan pengembangan. Penerbit di dalam konteks diseminasi disebut juga sebagai publisher karena dapat diperankan oleh penerbit jurnal, penerbit buku, maupun penyelenggara liputan atas hasil penelitian dan pengembangan. Peran publisher muncul disaat proses penyampaian hasil penelitian kepada pasar tidak lagi dipegang secara langsung oleh peneliti atau perekayasa itu sendiri. AKATIGA dan Kegiatan Diseminasi Penelitiannya AKATIGA merupakan salah satu lembaga penelitian nonpemerintah dan nonprofit yang bergerak dalam bidang penelitian sosial. Biasanya, dalam menyebarkan hasil penelitiannya, AKATIGA menyelenggarakan program diseminasi khusus, baik yang diselenggarakan secara mandiri, maupun bekerjasama dengan pihak lain. Sebagai contoh, dalam salah satu studinya yang berjudul Studi Identitas Buruh dan Komunitas: Hubungan Sosial Buruh dalam Komunitas, AKATIGA melakukan diseminasi penelitian dengan menjalankan proses diskusi bersama 30 peserta dari serikat buruh, tokoh desa, masyarakat, dan buruh di Ringkut Lor Surabaya. Program diseminasi ini diberi judul Ojo Njawil, Ojo Nyaduk: Hubungan Sosial Buruh dalam Komuniti Rungkut Lor, Surabaya. Program diseminasi ini dilaksanakan atas kerjasama antara AKATIGA dengan ISBS (Institut Solidaritas Buruh Surabaya) Sumber: www.akatiga.org
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan Indonesia
35
Dalam proses diseminasi, perlu diperhatikan juga kebijakan HKI yang ada. Dengan adanya proses penyebaran hasil penelitian, meningkat pula potensi duplikasi hasil penelitian tersebut. Baik peneliti dan juga instansi terkait harus memperhatikan hak kekayaan intelektual peneliti atas penelitiannya. Pada proses ini, para peneliti terkadang harus mencari sendiri cara atau akses untuk menyebarluaskan penelitiannya. Banyak hasil penelitian yang akhirnya hanya berakhir menjadi arsip karena kurangnya akses terhadap media diseminasi.
B. PASAR (MARKET) Gambar 2 - 6 Peta Pasar (Market)
Pada peta ekosistem ditunjukkan adanya bagian pasar khusus dan pasar umum. Pembahasan mengenai pasar dimaksudkan untuk memperlihatkan siapa saja yang menjadi konsumen potensial atas hasil dari kegiatan penelitian dan pengembangan. Pasar umum yang dimaksud adalah seluruh masyarakat luas. Seperti dijelaskan pada bagian diseminasi, terdapat banyak sekali media atau jalur untuk menyebarkan hasil penelitian, bahkan tidak tertutup untuk media cetak, televisi, hingga radio. Seluruh media tersebut tidak luput dari kemungkinan konsumsi publik. Inilah sebabnya hasil penelitian apapun, saat disebarkan melalui media, masyarakat umum akan dapat mengakses baik secara sengaja maupun tidak sengaja sehingga dikonsumsi oleh pasar umum.
Sebagai contoh, pada tahun 2011, sebuah acara televisi (Kick Andy) menayangkan liputan mengenai inovasi terbaik anak negeri. Liputan ini berisi beberapa inovasi unggulan yang dipilih oleh Djarum Black Innovation Award yang di antaranya adalah produk “Trafellow” yang merupakan bentuk produk tas travel multifungsi, hingga alat bantu pemeras baju bernama “CapRes”. Hasil penelitian sosial, terutama survei politik, sering kali ditayangkan di media masa. Seperti yang terjadi saat jelang pemilihan presiden, sering kali terdapat hasil survei elektabilitas kandidat dari berbagai macam lembaga survei. Saat hasil-hasil penelitian ini dilihat dan diperhatikan oleh masyarakat melalui media apapun, maka masyarakat menjadi pasar bagi hasil penelitian tersebut. Berbeda halnya dengan pasar umum, pasar khusus atau ahli adalah pasar yang secara spesifik mengetahui, mengerti, dan atau memiliki kepentingan atas hasil penelitian dan pengembangan yang didiseminasikan. Contoh dari pasar khusus adalah klien, ahli (expert) dalam bidang yang diteliti. Pasar khusus biasanya tersebar di media diseminasi yang tidak semua masyarakat dapat mengaksesnya seperti konferensi, seminar, hingga program diseminasi yang sudah diatur.
C. LINGKUNGAN PENGEMBANGAN KREATIVITAS (NURTURANCE ENVIRONMENT) C.1 APRESIASI
Dalam konteks penelitian dan pengembangan, yang dimaksud dengan proses apresiasi adalah suatu kegiatan ketika pihak lain selain pelaku utama memberikan tanggapan terhadap karya yang dihasilkan. Apresiasi dapat dilakukan dalam bentuk penghargaan, literasi, hingga insentif. Pada tahap apresiasi, yang berperan adalah seluruh pemangku kepentingan atau stakeholders yang terkait, misalnya asosiasi yang terkait dengan cakupan penelitian, universitas sebagai salah
36
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
satu wadah penelitian akademis, bahkan pihak bisnis atau perusahaan. Pada tahap apresiasi ini perlu diperhatikan juga kebijakan kebijakan apresiasi bagi jabatan peneliti dan penelitiannya. Terdapat berbagai macam apresiasi yang diselenggarakan untuk menghargai hasil temuan penelitian dan pengembangan. Di Indonesia, tahap apresiasi dinilai sudah cukup baik meskipun memang apresiasi yang baik biasanya didapat hanya dari kalangan sesama peneliti. Sebagai contoh, suatu perguruan tinggi biasanya memberikan insentif kepada para akademisi yang berhasil mempublikasikan hasil penelitiannya pada kancah internasional. Umumnya, insentif diberikan secara finansial berupa bonus bagi penulis utama dalam publikasi tersebut, sementara secara nonfinansial akan diberikan berupa credit point untuk jabatan. Disisi lain, kompetisi dan konferensi atau seluruh kegiatan yang berkaitan dengan memperkenalkan hasil penelitian dapat dianggap juga sebagai proses apresiasi. Dengan adanya kegiatan tersebut, maka kepedulian akan hasil temuan penelitian ditunjukkan. Hingga saat ini terdapat beberapa kompetisi inovasi baik dalam bidang khusus maupun umum. Sebagai contoh adalah Djarum Black Innovation yang merupakan kegiatan untuk mengapresiasi inovasi out of the box yang dihasilkan anak bangsa. Selain berupa kegiatan, apresiasi tentu berkaitan erat dengan penghargaan atau award. Beberapa contoh award yang telah ada misalnya penghargaan dari LIPI untuk para peneliti unggulan dalam lembaganya, penghargaan dari L’oreal untuk peneliti wanita, Habibie Award, Ristek-Kalbe Science Award hingga Anugerah Riset Sobat Bumi yang diberikan oleh Pertamina Foundation.
Anugerah Riset Sobat Bumi, Bentuk Kepedulian Pertamina pada Bidang Penelitian Sumber: sobatbumi.com
PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina Foundation membuat suatu program bertajuk Anugerah Riset Sobat Bumi yang selain bertujuan untuk mengapresiasi kegiatan penelitian dan pengembangan yang dijalankan oleh para peneliti, juga bertujuan untuk mendorong tumbuhnya penelitian berbasis pemberdayaan masyarakat yang aplikatif. Pada tahun 2014 terdapat 15 penerima Anugerah Riset Sobat Bumi yang di antaranya terdiri dari para peneliti mandiri, peneliti yang melakukan program pengabdian masyarakat, serta para peneliti yang sedang melakukan disertasi. Kelima belas peneliti tersebut berhasil mengungguli 1.023 proposal lainnya yang masuk pada ajang anugerah penelitian ini. Anugerah Riset Sobat Bumi merupakan contoh program dalam negeri yang komprehensif sebagai bentuk apresiasi, kompetisi, serta sumber pendanaan bagi para peneliti dan perekayasa. Sumber: www.pertamina.com
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan Indonesia
37
C.2 PENDIDIKAN
Pendidikan termasuk ke dalam salah satu komponen dalam lingkungan pengembangan kreativitas. Seperti yang telah dijelaskan, dalam konteks ini yang dimaksud sebagai pendidikan adalah seluruh proses pembelajaran yang meliputi peningkatan keterampilan dan penciptaan orang kreatif, yaitu para peneliti dan perekayasa. Karena kegiatan penelitian dan pengembangan secara garis besar memiliki keterkaitan dengan seluruh bidang keilmuan yang ada, maka yang perlu diperhatikan adalah seluruh kegiatan pendidikan yang diselenggarakan baik secara formal, nonformal, maupun informal. Pada tahap ini juga perlu ditekankan bahwa kurikulum yang dapat merangsang kemampuan meneliti dan menginovasi secara kritis adalah hal yang penting karena seorang peneliti dan perekayasa yang berkualitas adalah mereka yang memiliki pemikiran kritis sehingga menghasilkan inovasi yang baik. Peran lembaga intermediator yang menjadi wadah untuk para peneliti mandiri dalam mengembangkan penelitiannya bisa menjadi salah satu komponen dalam pendidikan. Sebagai contoh, BIC dan INOTEK yang selain menjadi wadah namun juga berfungsi memberikan bimbingan pada para peneliti mandiri bidang teknologi yang ingin mengembangkan penelitiannya. Sayangnya, lembaga intermediator seperti ini masih terkonsentrasi di kota-kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, Bandung, dan Bali saja.
D. PENGARSIPAN (ARCHIVING) Pengarsipan atau archiving dalam konteks penelitian dan pengembangan adalah proses ketika dokumen penting yang berkaitan dengan kegiatan penelitian dan pengembangan disimpan atau diarsipkan. Pengarsipan merupakan suatu proses pendukung bagi seluruh aktivitas inti pada penelitian dan pengembangan, karena tentu saja setiap proses inti akan memerlukan dokumentasi yang terorganisir dengan baik di dalamnya. Kegiatan pengarsipan dilakukan pada setiap proses dalam kegiatan penelitian dan pengembangan. Mulai dari tahap kreasi, produksi, hingga diseminasi serta subkegiatan pada kegiatan-kegiatan utama tersebut memerlukan proses pendokumentasian atau pengarsipan atas apa yang dihasilkan dari waktu ke waktu. Inilah sebabnya mengapa setiap peneliti dalam kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukannya biasanya menyusun log book yang menunjukkan perkembangan serta perubahan pada setiap kejadian dalam proses penelitian dan pengembangan. Pada tahap ini, yang berperan sebagai aktor, selain dari para peneliti dan perekayasa itu sendiri, adalah instansi yang bertanggung jawab atas proses penelitian dan pengembangan sesuai dengan aktor peneliti. Misalnya, jika peneliti berasal dari akademisi, maka universitas asal akademisi tersebut berperan untuk mengarsipkan. Begitu juga dengan peneliti lainnya seperti dari lembaga penelitian milik pemerintah, lembaga penelitian swasta, serta organisasi nirlaba. Perlu diperhatikan juga bahwa publisher memiliki peran didalam pengarsipan. Untuk riset yang kemudian dipublikasikan dalam bentuk buku, jurnal, artikel, dan sejenisnya, penerbit atau publisher tentu memiliki peran untuk mengarsipkan hasil penelitian. Penerbit jurnal ilmiah seperti Emerald, Ebsco Host, dan Inderscience memiliki dokumentasi atas hasil penelitian mana saja yang mereka terbitkan. Selain itu, perpustakaan masih menjadi tempat pengarsipan yang berperan penting dalam dunia penelitian dan pengembangan, terutama yang dijalankan oleh akademisi. Lembaga penelitian seperti LIPI juga memiliki peran dalam proses pengarsipan ini. Sebagai bukti, LIPI memiliki pusat arsip yang berperan sebagai pusat penyimpanan hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga-lembaga penelitian dan institusi pendidikan. 38
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
2.3 Peta dan Ruang Lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan 2.3.1 Peta Industri Penelitian dan Pengembangan Peta industri pada Gambar 2-7 menunjukkan aktor-aktor yang berperan di dalam industri utama, yakni industri penelitian dan pengembangan, serta peran aktor di industri lain yang memberikan kontribusi dalam berjalannya proses bisnis kegiatan penelitian dan pengembangan. Dalam konteks subsektor penelitian dan pengembangan, yang difokuskan adalah kegiatan penelitian yang bersifat terapan dan kegiatan pengembangan. Peta industri ini terbagi menjadi tiga bagian, yakni backward linkage, forward linkage, dan industri utama. Backward Linkage menunjukan aktor mana saja yang berasal dari industri lain diluar penelitian dan pengembangan yang dibayar jasanya atau dibeli produknya oleh pelaku utama dalam industri penelitian dan pengembangan untuk digunakan didalam setiap proses utama. Di sisi lain, forward linkage menunjukan aktor mana saja yang berasal dari industri lain diluar penelitian dan pengembangan yang membayar atau membeli output dari setiap proses. Adapun suatu kegiatan penelitian dan pengembangan memiliki cakupan yang sangat beragam sesuai dengan agenda tujuannya. Maka, di dalam peta industri ini yang akan dijelaskan adalah bagaimana hubungan antara industri penelitian dan pengembangan dengan industri lainnya secara umum tanpa mengkhususkan terhadap satu jenis kasus penelitian dan pengembangan saja. A. PELAKU INDUSTRI DALAM PROSES KREASI
Pada tahap kreasi, seorang peneliti seringkali mencari referensi melalui jurnal, buku, hingga media cetak maupun elektronik. Pencarian ini, seringkali menghasilkan suatu transaksi ekonomi karena terdapat beberapa sumber referensi yang mengharuskan pembelian untuk memperoleh data yang diinginkan. Inilah sebabnya mengapa, walaupun terkadang kegiatan pencarian referensi ini tidak direncanakan, tetapi perlu dilihat bahwa penerbit jurnal hingga media memiliki kaitan dalam proses kreasi seorang peneliti. Selain penerbit jurnal dan buku, para peneliti dan perekayasa juga tidak jarang mendapatkan inspirasi untuk pengembangan saat mereka membeli produk dasarnya. Inilah sebabnya mengapa, konsumsi produk dasar, apapun itu, yang terkait dengan bidang penelitian bisa memberikan ide akan pengembangan yang dilakukan. Selain itu, hasil dari tahap kreasi bisa ditawarkan bahkan digunakan oleh industri yang berkaitan dengan bidang penelitian. Inilah sebabnya mengapa, seringkali para peneliti dan perekayasa mendapatkan dana untuk mengimplementasikan rancangannya dari tahap kreasi. B. PELAKU INDUSTRI DALAM PROSES IMPLEMENTASI RANCANGAN
Pada tahap implementasi rancangan, cukup banyak pihak industri lain yang terlibat karena tidak jarang seorang peneliti atau lembaga penelitian membutuhkan fasilitas yang tidak dimiliki oleh mereka. Misalnya, banyak peneliti yang berkecimpung pada bidang penelitian terkait sains, teknologi, dan rekayasa yang membutuhkan fasilitas laboratorium yang hanya dimiliki oleh beberapa lembaga tertentu. Di sisi lain, penelitian yang berkaitan dengan ilmu sosial biasanya menggunakan survei sebagai metode penelitiannya. Hal inilah yang menyebabkan mengapa jasa penyurvei memiliki peran untuk mendukung jalannya kegiatan penelitian dan pengembangan. Sementara itu, untuk jasa percetakan, penerbit jurnal, serta buku dapat berperan saat hasil penelitian ingin dibuat dalam bentuk tulisan dan didiseminasikan pada tahap berikutnya.
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan Indonesia
39
Gambar 2 - 7 Peta Industri Penelitian dan Pengembangan
40
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
C. PELAKU INDUSTRI DALAM PROSES DISEMINASI
Pada tahap diseminasi, yaitu penyebaran hasil penelitian, selain peneliti dan lembaga penelitian, terdapat beberapa pihak di luar industri yang memiliki peran. Media cetak serta elektronik memiliki peran dalam menyebarkan hasil penelitian hingga sampai ke khalayak. Adanya hasil penelitian yang dipublikasikan melalui talkshow, majalah, koran, hingga media lainnya menunjukan peran media cetak dan elektronik. Di sisi lain, jasa percetakan juga berperan dalam memperbanyak tulisan hasil penelitian, terutama jika hasil penelitian dikemas dalam bentuk buku, poster, flyer, hingga artikel tertentu. Adapun jasa event organizer lebih berperan untuk hasil penelitian yang memang proses diseminasinya melewati pameran, seminar, atau program lainnya yang memerlukan tata acara yang teratur dan sistematis. Selanjutnya, hasil dari tahap diseminasi ini tentu akan dapat digunakan oleh seluruh industri yang berkaitan dengan bidang keilmuan dari kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan.
“Showdown of The Unbeatables”, Peran Media dalam Menyoroti Sebuah Temuan Sumber : lh6.ggpht.com
“Showdown of The Unbeatables”, merupakan serial TV yang ditayangkan oleh National Geographic Channel yang meliput serta menunjukkan penemuan-penemuan unik dan inovatif di Amerika Serikat. Temuan yang dipilih adalah temuan dari para peneliti dan perekayasa mandiri. Dalam media serial TV ini, masyarakat kemudian dapat mengetahui inovasi-inovasi produk seperti apa yang telah ditemukan. Dalam satu episode, tidak hanya ditunjukkan profil dari produk, tetapi juga cara bekerja hingga demo bagaimana produk berfungsi. Acara ini dikemas dengan sangat menarik dan merupakan contoh bagaimana media berperan sebagai aktor diseminasi, baik sebagai aktor utama maupun pendukung. Media akan menjadi aktor utama saat semua agenda diseminasi diinisiasi oleh pihak media itu sendiri dan akan menjadi pendukung disaat peneliti atau perekayasa meminta media untuk menyoroti dan meliput hasil penelitian dan pengembangannya. Dunia penelitian dan pengembangan sangatlah luas, banyak pihak dapat terlibat di dalam proses penyebaran informasi, apalagi dengan kemajuan teknologi yang semakin cepat.
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan Indonesia
41
2.3.2 Ruang Lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha (KBLI 2005),12 ruang lingkup subsektor industri kreatif penelitian dan pengembangan adalah sebagai berikut : 1. Kelompok 73120, yaitu usaha penelitian dan pengembangan yang dilakukan secara sistematis, diselenggarakan oleh swasta, serta berkaitan dengan teknologi dan rekayasa; 2. Kelompok 73210, yaitu penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan sosial yang mencakup usaha penelitian dan pengembangan yang dilakukan secara sistematis, diselenggarakan oleh swasta, berkaitan dengan ilmu sosial, seperti penelitian dan pengembangan ekonomi, psikologi, sosiologi, ilmu hukum, dan lainnya; 3. Kelompok 73220, yaitu penelitian dan pengembangan humaniora yang mencakup usaha penelitian dan pengembangan yang dilakukan secara teratur yang diselenggarakan oleh swasta berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni; 4. Kelompok 74140, yaitu jasa konsultasi bisnis dan manajemen yang mencakup usaha pemberian saran dan bantuan operasional pada dunia bisnis, seperti konsultan pada bidang hubungan masyarakat dan berbagai fungsi manajemen, konsultasi manajemen oleh agronomis, dan agrikultural ekonomis pada bidang pertanian dan sejenisnya. Pada tahun 2009, BPS kemudian mengeluarkan KBLI terbaru yang menjadi acuan bagi penetapan ruang lingkup subsektor industri kreatif penelitian dan pengembangan saat ini dengan mengklasifikasikan kegiatan penelitian dan pengembangan ke dalam klasifikasi kategori M, yaitu kategori jasa profesional, ilmiah, dan teknis yang dapat dilihat detailnya pada penjelasan di bawah ini: 1. Kelompok 70100 (Kegiatan Kantor Pusat) Kelompok ini mencakup pengawasan dan pengelolaan unit-unit perusahaan yang lain atau firma; pengusahaan strategi atau perencanaan organisasi dan pembuatan keputusan dari peraturan perusahaan atau firma. Unit-unit dalam kelompok ini melakukan kontrol operasi pelaksanaan dan mengelola operasi dari unit-unit yang berhubungan. Kegiatan yang termasuk dalam kelompok ini antara lain kantor pusat, kantor administrasi pusat, kantor yang berbadan hukum, kantor distrik dan kantor wilayah, dan kantor manajemen cabang. 2. Kelompok 70202 (Jasa Konsultasi Transportasi) Kelompok ini mencakup kegiatan jasa konsultan transportasi, antara lain penyampaian pandangan, saran, penyusunan studi kelayakan, perencanaan, pengawasan, serta manajemen dan penelitian di bidang transportasi baik darat, laut maupun udara. 3. Kelompok 70209 (Kegiatan Konsultasi Manajemen Lainnya) Kelompok ini mencakup ketentuan bantuan nasihat, bimbingan dan operasional usaha dan permasalahan organisasi dan manajemen lainnya, seperti perencanaan strategi dan organisasi; keputusan wilayah yang secara alami berkaitan dengan keuangan; tujuan dan kebijakan pemasaran; perencanaan, praktik dan kebijakan sumber daya manusia; perencanaan penjadwalan dan pengontrolan produksi. Penyediaan jasa usaha ini dapat mencakup bantuan nasihat, bimbingan dan operasional usaha dan pelayanan masyarakat mengenai hubungan dan komunikasi masyarakat atau umum, kegiatan lobi, berbagai fungsi manajemen, konsultasi manajemen oleh agronomis dan agrikultural ekonomis (12) Buku Pengembangan Industri Kreatif Menuju Visi Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 42
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
pada bidang pertanian dan sejenisnya, rancangan dari metode dan prosedur akuntansi, program akuntansi biaya, prosedur pengawasan anggaran belanja, pemberian nasihat dan bantuan untuk usaha dan pelayanan masyarakat dalam perencanaan, pengorganisasian, efisiensi dan pengawasan, informasi manajemen dan lain-lain. 4. Kelompok 72102 (Penelitian dan Pengembangan Ilmu Teknologi dan Rekayasa) Kelompok ini mencakup usaha penelitian dan pengembangan yang dilakukan secara teratur (sistematis), yang diselenggarakan oleh swasta, berkaitan dengan teknologi dan rekayasa (engineering). Kegiatan yang tercakup dalam kelompok ini seperti penelitian dan pengembangan ilmu teknik dan teknologi, ilmu pengetahuan medis/kedokteran, bioteknologi, ilmu pengetahuan pertanian, serta penelitian dan pengembangan antarcabang ilmu pengetahuan terutama ilmu pengetahuan alam dan teknik. 5. Kelompok 72201 (Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Sosial) Kelompok ini mencakup usaha penelitian dan pengembangan yang dilakukan secara teratur (sistematis), yang diselenggarakan oleh swasta, berkaitan dengan ilmu sosial, seperti penelitian dan pengembangan ekonomi, psikologi, filsafat, sejarah, sosiologi, ilmu hukum, dan lainnya. 6. Kelompok 72202 (Penelitian dan Pengembangan Humaniora) Kelompok ini mencakup usaha penelitian dan pengembangan yang dilakukan secara teratur (sistematis), yang diselenggarakan oleh swasta, berkaitan dengan humaniora, seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra dan seni. 7. Kelompok 73200 (Penelitian Pasar dan Jajak Pendapat Masyarakat) Kelompok ini mencakup usaha penelitian potensi pasar, penerimaan produk di pasar, kebiasaan dan tingkah laku konsumen, dalam kaitannya dengan promosi penjualan dan pengembangan produk baru. Termasuk pula penelitian mengenai opini masyarakat mengenai permasalahan politik, ekonomi, dan sosial. 8. Kelompok 74902 (Jasa Konsultasi Bisnis dan Broker Bisnis) Kelompok ini mencakup usaha pemberian saran dan bantuan operasional pada dunia bisnis, seperti kegiatan broker bisnis yang mengatur pembelian dan penjualan bisnis berskala kecil dan menengah, termasuk praktik profesional, kegiatan broker hak paten (pengaturan pembelian dan penjualan hak paten), kegiatan penilaian selain real estate dan asuransi (untuk barang antik, perhiasan dan lain-lain), audit rekening dan informasi tarif barang atau muatan, kegiatan pengukuran kuantitas dan kegiatan peramalan cuaca. Tidak termasuk makelar real estate. 9. Kelompok 85500 (Jasa Penunjang Pendidikan) Kelompok ini mencakup usaha pemberian saran dan bantuan operasional pada dunia pendidikan, seperti jasa konsultasi pendidikan, jasa penyuluhan dan bimbingan pendidikan, jasa evaluasi uji pendidikan, jasa uji pendidikan dan organisasi dalam pertukaran pelajar. Berdasarkan penjabaran mengenai KBLI diatas, dapat dilihat bahwa terdapat perkembangan cakupan usaha yang termasuk ke dalam subsektor penelitian dan pengembangan. Setelah melalui proses diskusi grup serta wawancara kembali dengan para ahli, disimpulkan bahwa sebaiknya lembaga konsultansi hingga jasa lainnya di luar usaha penelitian dan pengembangan seharusnya tidak termasuk ke dalam subsektor ini. Hal ini disebabkan oleh definisi atas subsektor ini sendiri yang kata kuncinya terdapat pada pemanfaatan ilmu pengetahuan yang sistematis untuk menghasilkan hal yang baru sementara lembaga konsultansi dinilai belum memiliki hal tersebut dan lebih berfungsi sebagai pemecah masalah.
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan Indonesia
43
Berdasarkan hal tersebut, disarankan bahwa yang termasuk ke dalam subsektor penelitian dan pengembangan hanyalah usaha pada kode 73120, 73210, dan 73220 pada buku 1 atau kode 70102, 72201, dan 72202 pada KBLI 2009 Bidang Ekonomi Kreatif. Terdapat saran lain lagi dimana kegiatan riset pemasaran sebaiknya dimasukan ke dalam kode 73210 yaitu penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan sosial bukan termasuk ke dalam kode 73200 yang digabungkan dengan usaha jajak pendapat. Untuk mempermudah pemahaman mengenai saran perbaikan KBLI, berikut ini adalah tabel saran perubahan ruang lingkup Subsektor Penelitian dan Pengembangan: Tabel 2‑1 Skema Ruang Lingkup Industri Subsektor Penelitian dan Pengembangan
RUANG LINGKUP INDUSTRI BERDASARKAN KBLI
Buku 1 (Mengacu pada KBLI 2005)
KBLI 2009 Bidang Ekonomi Kreatif (Dibuat tahun 2009 oleh BPS)
Saran Perbaikan yang termasuk dalam lingkup subsektor penelitian dan pengembangan industri kreatif
Kelompok 73120 (usaha penelitian dan pengembangan bidang teknologi & rekayasa)
Kelompok 70100 (kegiatan kantor pusat)
Kelompok 70102 (Penelitian dan pengembangan ilmu teknologi dan rekayasa)
Kelompok 73210 (usaha penelitian dan pengembangan sosial)
Kelompok 70202 (Jasa Konsultasi Transportasi)
Kelompok 72201 (Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan sosial)
Kelompok 73220 (usaha penelitian dan pengembangan humaniora)
Kelompok 70209 (Kegiatan konsultasi manajemen lainnya)
Kelompok 72202 (Penelitian dan pengembangan humaniora)
Kelompok 74140 (jasa konsultasi manajemen)
Kelompok 72101 (Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam)
Kelompok 72101 ( Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam)
Kelompok 70102 (Penelitian dan pengembangan ilmu teknologi dan rekayasa)
Kelompok 73200 (Penelitian pasar dan jajak pendapat masyarakat) Kelompok ini sebaiknya dijadikan kelompok jajak pendapat saja, sementara usaha penelitian pasar masuk kedalam kode72201 yaitu penelitian dan pengembangan bidang ilmu pengetahuan sosial.
Kelompok 72201 (Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan sosial) Kelompok 72202 (Penelitian dan pengembangan humaniora) Kelompok 73200 (Penelitian pasar dan jajak pendapat masyarakat) Kelompok 74902 (Jasa konsultasi bisnis dan broker bisnis) Kelompok 85500 (Jasa penunjang pendidikan)
44
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
2.3.3 Model Bisnis Industri Penelitian dan Pengembangan Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai bentuk bentuk kegiatan yang dilaksanakan untuk mendapatkan nilai ekonomi dalam subsektor penelitian dan pengembangan. Berdasarkan analisis lapangan serta wawancara yang dilakukan, maka dipetakanlah gambar berikut ini : Gambar 2 - 8 Peta Model Bisnis Penelitian dan Pengembangan
Bidang penelitian dan pengembangan akan sangat luas jika dikaitkan dengan industri. Pada umumnya sumber pendapatan dari kegiatan ini didapat dari dua sumber, yaitu dana hibah penelitian serta penjualan hasil penelitian. Dana hibah penelitian atau research grant yang dimaksud di sini adalah dana yang disuntikkan oleh pihak ketiga diluar peneliti kepada peneliti agar dapat menjalankan kegiatan penelitian dan pengembangan yang direncanakan. Dana hibah ini tidak selalu diberikan oleh institusi pendidikan atau pemerintahan tetapi banyak juga diberikan oleh para investor yang berasal dari perusahaan swasta yang tertarik akan konsep rancangan penelitian, bahkan saat ini sumber dana sejenis crowd funding sudah mulai dilirik. Berbeda halnya dengan dana hibah, penjualan hasil penelitian merupakan sumber dana yang didapat saat penelitian baik dari rancangan maupun hasil sudah dapat dikomersialkan.
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan Indonesia
45
Experiment.com Sumber : Experiment.com
Experiment.com merupakan suatu wadah untuk mengumpulkan dana khusus untuk proyek penelitian ilmiah. Kesadaran akan tingginya kebutuhan dana suatu penelitian serta fenomena bahwa para peneliti sering kali gagal dalam melakukan penelitiannya karena hambatan dana merupakan alasan mengapa wadah ini dibentuk. Dengan menggunakan sistem crowdsourcing atau patungan, maka semua orang dapat turut memberikan dukungan dana pada proyek penelitian manapun hanya dengan menggunakan kartu kredit. Hingga saat ini cukup banyak proyek penelitian yang terlibat dan muncul dari berbagai bidang keilmuan, baik sosial hingga sains, teknologi, dan rekayasa. Wadah sejenis Experiment.com memang sudah mulai bermunculan, namun hanya sedikit yang mengkhususkan diri hanya untuk mewadahi proyek penelitian.
Tidak semua peneliti menggunakan kedua jenis sumber pendapatan tersebut. Jika dilihat pada peta Gambar 2-8, terlihat bahwa ada dua bentuk kegiatan penelitian dan pengembangan, yaitu kegiatan yang berdasarkan desain dan kegiatan yang berdasarkan permintaan (by project). Kegiatan penelitian yang dilakukan berdasarkan desain maksudnya adalah kegiatan penelitian yang tidak didasari oleh permintaan secara resmi dari pihak lain. Kegiatan penelitian ini biasanya murni dibangun sendiri oleh peneliti tersebut. Pada jenis kegiatan ini sumber dana bisa didapatkan dari dana hibah dan penjualan produk. Misalnya, salah satu peneliti dalam bidang perikanan yang menemukan produk e-fishery menyatakan bahwa pada awal tahap penelitian mereka mengandalkan dana hibah untuk menjalankan proses operasional kegiatan, namun saat produk sudah final mereka mulai mengandalkan penjualan atas temuan untuk mengelola usaha. Disisi lain, terdapat juga sumber pendapatan dari lisensi paten yang dihasilkan atas hak paten produk hasil penelitian dan pengembangan.
46
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
Selain bentuk kegiatan penelitian berdasarkan desain seperti yang telah dijelaskan, terdapat bentuk kegiatan penelitian dan pengembangan yang bersifat berdasarkan permintaan atau by project. Bentuk kegiatan ini biasanya sudah memiliki sumber pendapatan sejak awal karena kegiatan penelitian dan pengembangan dilaksanakan sesuai dengan permintaan dari klien atau pihak lain yang membutuhkan atau biasa disebut customized project. Namun tetap saja, walaupun berdasarkan permintaan, peneliti harus memiliki independensi dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangannya. Berbeda halnya dengan kegiatan yang dilakukan berdasarkan desain yang seringkali bergantung pada dana hibah, dalam kegiatan yang bersifat berdasarkan permintaan atau by project ini peneliti biasanya tidak perlu lagi mencari dana pendukung karena sejak awal rancangan penelitiannya sudah menjadi produk yang telah terjual.
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan Indonesia
47
BAB 3 Kondisi Umum Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
3.1 Kontribusi Ekonomi Penelitian dan Pengembangan Penelitian dan pengembangan merupakan potensi ekonomi kreatif yang besar bagi Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendataan yang spesifik terhadap kontribusi ekonomi penelitian dan pengembangan Indonesia. Kontribusi penelitian dan pengembangan terhadap perekonomian dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu kontribusi ekonomi berdasarkan produk domestik bruto, ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, konsumsi rumah tangga, dan berdasarkan kontribusi terhadap ekspor nasional. Secara umum kontribusi ekonomi subsektor penelitian dan pengembangan dapat dilihat pada Tabel 3-1. Tabel 3- 1 Kontribusi Ekonomi Subsektor Penelitian dan Pengembangan 2010-2013 NO.
50
INDIKATOR
SATUAN
2010
2011
2012
2013
RATA-RATA
1
BERBASIS PRODUK DOMESTIK BRUTO
a
Nilai Tambah Subsektor (ADHB)*
Miliar Rupiah
9,109.11
9,957.99
11,040.95
11,778.48
10,471.63
b
Kontribusi Nilai Tambah Subsektor Terhadap Ekonomi Kreatif (ADHB)*
Persen
1.93
1.89
1.91
1.84
1.89
c
Kontribusi Nilai Tambah Subsektor Terhadap Total PDB (ADHB)*
Persen
0.14
0.13
0.13
0.13
0.13
d
Pertumbuhan Nilai Tambah Subsektor (ADHK)**
Persen
-
8.13
6.26
7.44
7.27
2
BERBASIS KETENAGAKERJAAN
a
Jumlah Tenaga Kerja Subsektor
Orang
13,851
14,537
15,148
15,373
14,727
b
Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja terhadap Ketenagakerjaan Sektor Ekonomi Kreatif
Persen
0.12
0.12
0.13
0.13
0.13
c
Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja terhadap Ketenagakerjaan Nasional
Persen
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
d
Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja Subsektor
Persen
-
4.95
4.21
1.48
3.55
e
Produktivitas Tenaga Kerja Subsektor
Ribu Rupiah/ Pekerja Pertahun
657,640
685,012
728,856
766,185
709,423.44
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
3
BERBASIS AKTIVITAS PERUSAHAAN
a
Jumlah Perusahaan Subsektor
Perusahaan
1,863
1,973
2,068
2,130
2,008
b
Kontribusi Jumlah Perusahaan terhadap Jumlah Perusahaan Ekonomi Kreatif
Persen
0.04
0.04
0.04
0.04
0.04
*ADHB **ADHK Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah
3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB) Pada tahun 2013, subsektor penelitian dan pengembangan berkontribusi sebesar 2% terhadap total Produk Domestik Bruto industri kreatif Indonesia. Kontribusi ini berasal dari seluruh usaha yang termasuk ke dalam klasifikasi subsektor penelitian dan pengembangan dalam KBLI Kreatif 2009. Jika dibandingkan dengan saran perbaikan yang perlu dilakukan terhadap KBLI Kreatif 2009, ketika jenis usaha yang diklasifikasikan ke dalam subsektor penelitian dan pengembangan berkurang jenisnya, kontribusi sebesar 2% ini menjadi overestimated karena masih memperhitungkan beberapa klasifikasi usaha yang secara ruang lingkup seharusnya tidak termasuk ke dalam subsektor ini. Gambar 3 - 1 Kondisi Penelitian dan Pengembangan Indonesia Berbasis Produk Domestik Bruto
Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah
BAB 3: Kondisi Umum Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
51
Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah
Dibandingkan dengan subsektor lain dalam industri kreatif, nilai tambah bruto subsektor penelitian dan pengembangan terhitung relatif sangat kecil. Meskipun menempati peringkat ketujuh, nilai kontribusi subsektor penelitian dan pengembangan menjadi sangat kecil karena subsektor kuliner, mode, kerajinan, serta penerbitan dan percetakan yang menempati posisi empat teratas memiliki kontribusi kumulatif yang mencapai 83%. Kesebelas subsektor lainnya berkontribusi tidak lebih dari 27% terhadap total nilai tambah bruto industri kreatif. Laju pertumbuhan subsektor penelitian dan pengembangan terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 laju pertumbuhan subsektor ini mencapai angka 6,49% per tahun dan terus mengalami penurunan hingga hanya mencapai angka 5,47% per tahun pada tahun 2013. Salah satu penyebab terjadinya hal ini adalah paradigma yang memandang kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai pengeluaran atau expenses, dibandingkan sebagai kegiatan investasi. Terlepas dari penurunan laju pertumbuhan yang terjadi selama beberapa tahun belakangan, laju pertumbuhan subsektor penelitian dan pengembangan masih berada di atas rata-rata laju pertumbuhan nilai tambah bruto industri kreatif dan produk domestik bruto Indonesia secara keseluruhan.
3.1.2 Berbasis Ketenagakerjaan Dilihat dari sudut pandang ketenagakerjaan, subsektor penelitian dan pengembangan berkontribusi sebesar 0,13% terhadap total penyerapan tenaga kerja industri kreatif pada tahun 2013. Laju pertumbuhan jumlah tenaga kerja subsektor penelitian dan pengembangan juga mengalami penurunan dari tahun ke tahun sejalan dengan penurunan laju pertumbuhan tenaga kerja industri kreatif dan Indonesia, namun tetap berada di atas laju pertumbuhan jumlah tenaga kerja industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan.
52
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
Gambar 3 - 2 Kondisi Penelitian dan Pengembangan Indonesia Berbasis Tenaga Kerja
Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah
BAB 3: Kondisi Umum Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
53
Apabila dilihat dari peringkat dalam hal kontribusi dalam menyerap tenaga kerja, subsektor penelitian dan pengembangan menempati urutan terakhir (ke-15). Hal ini berbeda dengan posisi subsektor pada peringkat ke-7 terkait dengan kontribusi nilai tambah bruto. Fenomena ini kemudian menjelaskan bahwa produktivitas tenaga kerja subsektor penelitian dan pengembangan berada di atas rata-rata produktivitas tenaga kerja industri kreatif lain.
3.1.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan Tidak jauh berbeda dengan potret kondisi subsektor penelitian dan pengembangan yang dilihat berdasarkan aspek ketenagakerjaan, berdasarkan aktivitas perusahaan pun subsektor penelitian dan pengembangan menempati peringkat terakhir terkait dengan kontribusinya terhadap total unit usaha industri kreatif, yaitu sebesar 0,04%. Pertumbuhan unit usaha per tahun sejak tahun 2010 hingga 2013 pun terus mengalami penurunan sejalan dengan turunnya laju pertumbuhan unit usaha industri kreatif keseluruhan dan Indonesia. Selain diakibatkan oleh dominasi sektor pemerintahan dalam kegiatan penelitian dan pengembangan (tidak diperhitungkan dalam memotret kondisi subsektor industri), rendahnya kontribusi subsektor penelitian dan pengembangan terhadap total unit usaha industri kreatif juga disebabkan oleh kurangnya minat sektor usaha (bisnis) dalam melakukan penelitian dan pengembangan untuk mengembangkan usahanya. Terlepas dari itu, mayoritas perusahaan yang berinvestasi dalam kegiatan penelitian dan pengembangan lebih banyak melakukan kegiatan penelitian dan pengembangannya secara in-house. Gambar 3 - 3 Kondisi Penelitian dan Pengembangan Indonesia Berbasis Aktivitas Perusahaan
Sumber: BadanPusat Statistik 2013, diolah
54
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
Sumber : Badan Pusat Statistik
3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah Tangga Dilihat dari sisi konsumsi rumah tangga, sejalan dengan peningkatan laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga industri kreatif, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga subsektor penelitian dan pengembangan semakin meningkat pada periode empat tahun belakangan (2010-2013). Hal ini tidak sejalan dengan penurunan laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga barang dan jasa agregat Indonesia. Fenomena ini menunjukkan adanya peningkatan minat masyarakat dalam mengonsumsi produk-produk kreatif. Dalam konteks kontribusi terhadap pembentukkan total konsumsi rumah tangga, subsektor penelitian dan pengembangan kembali menempati peringkat terakhir dengan nilai kontribusi sebesar 0,01%. Dengan mengamati kondisi subsektor penelitian dan pengembangan dilihat dari segi ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, dan konsumsi rumah tangga, dapat disimpulkan bahwa memang subsektor penelitian dan pengembangan masih belum banyak berkembang di Indonesia, namun memiliki potensi karena dinilai memiliki produktivitas yang tinggi.
BAB 3: Kondisi Umum Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
55
Gambar 3 - 4 Kondisi Penelitian dan Pengembangan Indonesia Berbasis Konsumsi Rumah Tangga
Sumber : Badan Pusat Statistik 2013, diolah
56
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
3.2 Kebijakan Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Penelitian dan pengembangan sebagai subsektor dalam industri kreatif sesungguhnya menggambarkan seluruh usaha yang menjadikan kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai roda utama penghasil nilai ekonomi dalam usahanya. Keberlangsungan subsektor ini tentu juga dipengaruhi oleh adanya kebijakan yang menyeluruh untuk mendukung iklim kegiatan penelitian dan pengembangan yang ada sehingga memudahkan para aktor untuk menjalankan setiap proses di dalam kegiatannya. Pada dasarnya, subsektor ini berkaitan erat dengan Kementerian Riset dan Teknologi karena ruang lingkup kegiatan dari subsektor ini adalah kegiatan penelitian dan pengembangan. Oleh karena itu, arah pengembangan kegiatan penelitian dan pengembangan akan berkaitan erat dengan apa yang Kementrian Riset dan Teknologi sudah miliki, yaitu Kerangka Kebijakan Inovasi Nasional yang bertujuan untuk: 1. Mengembangkan kerangka umum yang kondusif bagi perkembangan inovasi dan bisnis; 2. Memperkuat kelembagaan dan daya dukung penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan kemampuan absorpsi dunia usaha; 3. Menumbuhkembangkan kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi; 4. Mendorong budaya kreatif-inovatif; 5. Menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan pemajuan sistem inovasi dan klaster industri nasional dan daerah; 6. Penyelarasan dengan perkembangan global.13 Disisi lain, terdapat beberapa kebijakan yang memang perlu disoroti berkaitan dengan kepentingannya untuk kegiatan penelitian dan pengembangan. Analisis terhadap beberapa kebijakan tersebut akan dijelaskan pada subbab berikut.
3.2.1 Kebijakan Terkait Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi merupakan undang-undang terkait sistem nasional penelitian, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimplementasikan berdasarkan beberapa peraturan pemerintah sebagai berikut: 1. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan, mengamanatkan agar hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh perguruan tinggi dan lembaga penelitian dan pengembangan dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat serta dapat menghasilkan nilai tambah ekonomi dan perbaikan kualitas kehidupan bangsa dan negara; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2006 tentang Perizinan Melakukan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan bagi Perguruan Tinggi Asing, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing, dan Orang Asing, mengatur tentang perizinan
(13) Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014
BAB 3: Kondisi Umum Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
57
bagi individu maupun lembaga asing yang akan melaksanakan penelitian pengembangan di Indonesia. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2007 tentang Pengalokasian Sebagian Pendapatan Badan Usaha untuk Peningkatan Kemampuan Perekayasaan, Inovasi, dan Difusi Teknologi, dirancang untuk memajukan pelaksanaan pengembangan di lingkungan badan usaha nasional. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 memang sangat berkaitan dengan kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia. Undang-undang ini memiliki peran penting dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memberikan landasan aturan mengenai penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi percepatan kemajuan negara. Sebagai contoh, dirilisnya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2006 yang mengatur perizinan lembaga penelitian swasta milik asing yang saat ini beroperasi di Indonesia tentu merupakan suatu respon atas munculnya banyak lembaga penelitian swasta, baik nasional maupun multinasional, yang mulai beroperasi di Indonesia sejak era tahun 1990-an hingga 2000-an. Pembentukan peraturan pemerintah ini didasari oleh pemikiran bahwa kegiatan penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan terlepas dari adanya kerjasama internasional serta pemikiran bahwa jika kegiatan penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan oleh pihak asing tidak diatur oleh perundang-undangan, maka akan menimbulkan potensi adanya pemanfaatan sumber daya alam, artefak, hingga harta karun yang dimiliki Indonesia dengan tidak bertanggung jawab. Atas dasar pemikiran tersebutlah kemudian ditetapkan berbagai ketentuan persyaratan, kewajiban dan larangan yang harus ditaati oleh lembaga atau peneliti asing dalam peraturan pemerintah tersebut. Selain Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2006, terdapat Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 yang menjabarkan Undang-Undang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ini. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 berbicara mengenai peraturan alih teknologi kekayaan intelektual serta hasil kegiatan penelitian dan pengembangan oleh perguruan tinggi dan lembaga penelitian dan pengembangan. Peraturan pemerintah ini dibuat dengan tujuan untuk membantu penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi guna kepentingan masyarakat dan negara.14 Namun, pada aplikasinya, berdasarkan hasil wawancara dan diskusi, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 mengenai alih teknologi kekayaan intelektual ini dirasa sangat rumit sehingga para peneliti dan perekayasa justru merasa terhambat dengan adanya peraturan pemerintah ini. Oleh karena itu, sebaiknya perlu diadakan kembali kajian mengenai Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 beserta sosialisasi penerapannya pada para lembaga penelitian. Berbicara mengenai kegiatan penelitian dan pengembangan yang dijalankan oleh badan usaha, maka Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2007 memiliki keterkaitan yang erat dengan hal ini. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2007 disebutkan bahwa terdapat insentif pajak dan kepabeanan bagi badan usaha yang menjalankan kegiatan penelitian dan pengembangan. Namun, pada praktiknya peraturan pemerintah ini dirasa belum efektif pelaksanaannya. Indonesia telah mengeluarkan sejumlah peraturan yang dimaksudkan untuk mendorong kemajuan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, banyak peraturan yang (14) Naskah Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2005 58
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
pada praktiknya dirasa belum memenuhi apa yang diharapkan. Misalnya, Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2007 dirasa kurang efektif karena adanya skema tax deduction dirasa kurang optimal karena yang diharapkan oleh para pelaku penelitian dan pengembangan adalah skema tax deduction yang lebih besar. Di sisi lain, insentif perpajakan ini sulit untuk diurus sehingga para pelaku lebih memilih untuk membayar dibanding mengurus persyaratan pengajuan. Selain itu, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 juga dirasa kurang efektif karena realisasi yang tidak jelas dan rumit pada tahap hak menggunakan sebagian Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dengan pembagian royalty bagi para peneliti. Kerumitan dan kurang optimalnya realisasi atas peraturan-peraturan inilah yang perlu dikaji kembali sebagai bentuk penuntasan bottlenecking yang ada dan memotivasi seluruh pihak dalam pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3.2.2 Kebijakan Terkait Hak Kekayaan Intelektual Hak atas Kekayaan Intelektual secara umum terbagi menjadi dua, jenis yaitu Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri. Di dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dijelaskan bahwa yang dimaksud Hak Cipta adalah suatu hak ekslusif yang dimiliki oleh pencipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, sementara Hak Kekayaan Industri meliputi Hak Paten, Hak Merek, Hak Desain Industri, Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Hak Rahasia Dagang, hingga Hak Indikasi. Berikut adalah beberapa kebijakan yang terkait dengan Hak Kekayaan Intelektual: 1. Keputusan Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Nomor H-08-PR.07.10 Tahun 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penerimaan Permohonan Pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual melalui Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (8 Desember 2000); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 109); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 110); 4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta; 5. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri (Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 243). Indonesia telah memiliki sejumlah peraturan terkait dengan pengajuan maupun pengawasan terhadap Hak Kekayaan Intelektual, namun pada praktiknya masih terdapat kekurangan dari sisi kemudahan hingga pengawasan atas Hak Kekayaan Intelektual yang dimiliki. Sejumlah peneliti dan perekayasa memiliki anggapan bahwa untuk mengajukan Hak Kakayaan Intelektual atas karya mereka adalah suatu pilihan, yang kebanyakan peneliti dan perekayasa tidak memilih untuk mematenkan karyanya. Hal ini disebabkan oleh rumitnya sistem pengajuan Hak Kekayaan Intelektual. Selain kerumitan yang ada, proses yang ditempuh pun memakan waktu yang cukup lama. Bahkan, karena rumit dan lamanya proses pengajuan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia, beberapa peneliti dan perekayasa dalam negeri lebih memilih untuk mematenkan karyanya di luar negeri terlebih dahulu sebelum mengajukan paten di dalam negeri. Selain itu, beberapa peneliti dan perekayasa berpikir bahwa Hak Kekayaan Intelektual yang dimiliki tidak berperan banyak dalam melindungi karya mereka. Tingginya tingkat pembajakan di Indonesia menunjukkan lemahnya peran pengawasan atas karya bahkan karya-karya yang sudah resmi Hak Kekayaan Intelektualnya. BAB 3: Kondisi Umum Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
59
3.3 Struktur Pasar Penelitian dan Pengembangan Di Indonesia, pemerintah masih mendominasi kegiatan penelitian dan pengembangan. Berdasarkan estimasi yang dilakukan oleh Pappitek LIPI, bahwa sektor pemerintahan berkontribusi sebesar 42,8% terhadap penelitian dan pengembangan, sementara perguruan tinggi sebesar 38,5%, dan sektor swasta sebesar 18,7%.15 Hal ini tentu saja menunjukkan kurangnya ketertarikan sektor swasta terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan. Terlepas dari rendahnya ketertarikan sektor swasta dalam kegiatan penelitian dan pengembangan, saat ini mulai bermunculan perusahaan penelitian swasta, baik yang murni dibentuk oleh perusahaan dalam negeri maupun perusahaan agensi riset multinasional yang membuka kantor cabangnya di Indonesia. Para akademisi juga sudah mulai mencoba mengintegrasikan kemampuan penelitiannya dengan pihak industri. Hal-hal tersebut menyebabkan jumlah usaha kreatif penelitian dan pengembangan terus bertambah. Dilihat dari segi jasa yang ditawarkan, setiap perusahaan yang menyediakan jasa penelitian dan pengembangan tentu saja memiliki keunikan masing-masing. Keunikan tersebut murni muncul dari adanya spesialisasi keahlian yang dimiliki oleh setiap usaha kreatif penelitian dan pengembangan sesuai dengan bidang keilmuan yang ditawarkan. Selain itu, karena penelitian dan pengembangan pada dasarnya merupakan industri yang berbasiskan proses berpikir, setiap usaha kreatif penelitian dan pengembangan memiliki keunikan-keunikan tersendiri. Berdasarkan makin banyaknya usaha kreatif dalam subsektor penelitian dan pengembangan serta keunikan dan kekhasan jasa penelitian dan pengembangan yang ditawarkan kepada konsumen, subsektor penelitian dan pengembangan saat ini dinilai memiliki struktur pasar persaingan monopolistik. Pada struktur pasar persaingan monopolistik, jumlah usaha kreatif dan konsumen yang terus tumbuh menyebabkan timbulnya persaingan di pasar jasa penelitian dan pengembangan, seperti halnya pasar persaingan sempurna. Namun, di sisi lain, adanya kekhasan produk akhir penelitian dan pengembangan yang ditawarkan oleh setiap usaha kreatif menyebabkan timbulnya sifat-sifat monopoli yang dimiliki oleh masing-masing usaha kreatif. Mendukung pernyataan tersebut, barrier to entry pada subsektor penelitian dan pengembangan juga dinilai tidak terlalu tinggi sehingga memungkinkan bagi para pelaku usaha untuk keluar dan masuk ke dalam industri ini dengan mudah. Hal ini dibuktikan dengan mulai banyaknya agensi riset bersifat swasta serta indie atau bermodalkan mandiri. Namun, hal ini tidak berlaku secara menyeluruh disetiap bidang keilmuan penelitian dan pengembangan. Fenomena tersebut lebih banyak muncul pada penelitian dan pengembangan bidang sosial karena relatif membutuhkan modal yang lebih kecil dibandingkan dengan penelitian dalam bidang sains, teknologi, dan rekayasa yang membutuhkan banyak material dan peralatan.
(15) Indikator IPTEK Indonesia 2011, PAPPITEK-LIPI 2012
60
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
3.4 Daya Saing Penelitian dan Pengembangan Gambar 3 - 5 Diagram Daya Saing Penelitian dan Pengembangan
SUMBER DAYA KREATIF
10 8 KELEMBAGAAN
SUMBER DAYA PENDUKUNG
6
4,9 4
3,4
4,0
2 0
3,5
4,4
INFRASTRUKTUR DAN TEKNOLOGI
2,7
INDUSTRI
4,0
PEMASARAN
PEMBIAYAAN
Mengacu pada Gambar 3.5, dapat terlihat bahwa sumber daya kreatif memiliki nilai indeks tertinggi dibanding komponen lainnya. Walaupun jumlah peneliti sebagai sumber daya kreatif masih terbatas, Indonesia sudah mulai memiliki potensi dalam hal ini. Mulai munculnya para peneliti yang hasil karyanya diapresiasi di mancanegara menunjukkan bahwa sebenarnya hasil karya sumber daya kreatif dalam negeri tentu masih bisa bersaing dengan karya kreatif lainnya. Meskipun memiliki kekuatan pada sumber daya kreatif (peneliti atau perekayasa), minimnya pembiayaan serta peran kelembagaan (kebijakan) dalam mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang dalam industri kreatif menjadi persoalan. Minimnya pembiayaan terlihat dari persentase biaya yang dialokasikan negara terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan. Adanya pengurangan jumlah biaya yang dialokasikan pemerintah tentu akan membuat para peneliti atau perekayasa mencari alternatif pembiayaan agar kegiatan penelitian dan pengembangannya selesai pada waktunya. Sisi pembiayaan pun masih lemah karena masih adanya paradigma bahwa kegiatan penelitian dan pengembangan dianggap sebagai suatu pengeluaran bukan bentuk investasi. Hal ini yang menyebabkan antusiasme terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan relatif kurang. Komponen lainnya yang cukup mencolok adalah kelembagaan. Yang dimaksud dengan kelembagaan adalah peran serta regulasi dari pemerintah. Berdasarkan hasil diskusi grup dan wawancara
BAB 3: Kondisi Umum Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
61
mendalam, sering ditemukan bahwa regulasi yang ada terkait dengan kegiatan penelitian dan pengembangan menghambat jalannya proses penelitian. Di sisi lain, kurangnya kolaborasi antarlembaga akan menyebabkan kurangnya link and match antara apa yang dibutuhkan di lapangan dengan apa yang telah dihasilkan dari kegiatan penelitian dan pengembangan. Selain komponen kelembagaan, infrastruktur dan teknologi juga memiliki nilai yang relatif rendah. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan semasa diskusi grup bahwa jika dibandingan dengan negara lain, ketersediaan infrastruktur yang sesuai masih sangat kurang. Maka, dapat dinyatakan bahwa secara garis besar Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan lagi subsektor penelitian dan pengembangannya, namun hal ini tidak dapat dilakukan begitu saja, melainkan harus ada kerjasama dan kolaborasi antara pelaku industri, akademisi, komunitas, dan pemerintah agar penelitian yang dilakukan dapat tepat guna. Berbicara mengenai daya saing lebih jauh, komposisi penelitian dan pengembangan di Indonesia 80% di antaranya dilakukan oleh pemerintah.16 Di sisi lain, berdasarkan survei yang dilakukan Pappitek LIPI, dominasi pemerintah mencapai angka 42,8% terhadap total kegiatan penelitian dan pengembangan. Hal ini tentu patut diperhatikan karena menunjukkan dominasi yang begitu tinggi dari lembaga penelitian milik pemerintah, sedangkan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh pihak lain (universitas dan bisnis) relatif masih rendah. Amerika Serikat sebagai negara yang termasuk kedalam top spenders untuk penelitian dan pengembangan memiliki proporsi penelitian oleh lembaga pemerintah sebanyak 10% saja, dimana 70% dilakukan oleh peneliti swasta, 13% oleh akademisi, dan sisanya oleh lembaga penelitian nonprofit.17 Malaysia sekalipun memiliki kontribusi sektor swasta terhadap penelitian dan pengembangan sebesar 84,9%.18 Jauhnya perbedaan antara Indonesia dan Amerika Serikat serta Malaysia juga menunjukkan perbedaan concern dari sektor bisnis akan pentingnya penelitian dan pengembangan. Tidak mengherankan jika di dalam Laporan Pengembangan Industri Kreatif tahun 2008 dinyatakan bahwa terdapat kekurangan komitmen dalam menjalankan penelitian dan pengembangan dari sektor bisnis. Hal ini juga sejalan dengan survei yang menyatakan bahwa 85,41% inovasi yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur lebih banyak dilakukan pada tahap pemasaran, bukan tahap produksi, sehingga dapat diartikan bahwa inovasi terhadap produk masih dinilai kurang.19 Komersialisai penelitian dan pengembangan masih sangat kurang. Pada tahun 2013 terdeteksi bahwa hanya 8% dari inovasi yang terpilih dalam buku serial 100 penemuan baru yang dikeluarkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi.20 Hal ini juga dinyatakan oleh Gusti Muhammad Hatta (Menteri Riset dan Teknologi) bahwa sangat sedikit hasil riset dan pengembangan yang diproduksi secara massal disebabkan oleh kurang applicable nya hasil riset untuk pengguna industri, masyarakat, dan pemerintah. Hafid Abbas sebagai koordinator FKK (Forum Komunikasi Kelitbangan) menyatakan bahwa Indonesia memiliki posisi yang rendah terkait dengan hak paten. Berdasarkan data bank dunia, (16) (17) (18) (19) (20)
62
Laporan Rencana Pengembangan Industri Kreatif, 2008 NSF (National Science Foundation), 2010 State Development R&D in ASEAN, de la Pena Survey Inovasi Sektor Industri Manufaktur, PAPITEK LIPI, 2011 Business Inovation Centre dalam Antara News, 2013
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
Indonesia menempati urutan ke-92 pada tahun 2007 dan urutan 98 pada tahun 2008. Urutan ini lebih rendah daripada Srilanka dan Singapura.21 Hal ini menggambarkan daya saing Indonesia dalam bidang penelitian dan pengembangan terutama IPTEK dibanding dengan negara lainnya. Di Indonesia jumlah paten yang berasal dari luar negeri jauh lebih banyak dengan jumlah paten yang berasal dari dalam negeri.22 Berbeda dengan Amerika Serikat sebagai negara nomor 1 Top Spenders pada bidang penelitian dan pengembangan, pemerintah Amerika Serikat sangat mendorong perlindungan kekayaan intelektual sehingga tingkat pengajuan serta lisensi paten memuncak dari tahun 1980-an.23 Pemerintah Amerika Serikat melakukan suatu kebijakan untuk membatasi diseminasi hasil penelitian untuk membuat para peneliti mematenkan hasil penelitiannya. Pemerintah Amerika Serikat pun turut memperjuangkan lisensi paten secara internasional atas karya dalam negerinya. Pada tahun 2008, Amerika Serikat memiliki pencapaian hak paten sebanyak 400 ribu per tahun dan menjadi peringkat kedua penghasil paten tertinggi setelah Jepang.24 Selain tingkat dominasi pemerintah yang tinggi serta kurang gencarnya kegiatan komersialisasi, jumlah sumber daya periset juga perlu diperhatikan. Hasil penemuan riset dan pengembangan Amerika Serikat dalam bidang teknologi menjadi lebih tinggi dibanding Jepang karena Amerika Serikat memiliki jumlah PhD lebih banyak.25 Hal ini menunjukkan bahwa, tingginya jumlah ahli yang merupakan keluaran dari perguruan tinggi tentu akan meningkatkan jumlah penelitian dan pengembangan yang dijalankan. Sementara itu, Indonesia sendiri masih memiliki jumlah peneliti yang relatif rendah, begitu juga dengan jumlah peneliti PhD. Menurut Iskandar Siregar, profesor dari Institut Pertanian Bogor, minimnya jumlah PhD di Indonesia juga disebabkan oleh banyak faktor, pertama adalah faktor pribadi bahwa para peneliti merasa tidak ingin untuk meneruskan jenjang pendidikannya ke tingkat doktoral, kedua adalah kurangnya jaringan untuk merambah universitas luar negeri untuk melanjutkan studi, dan ketiga adalah kurangnya insentif bagi para peneliti.26 Berbicara mengenai insentif sebagai salah satu bentuk apresiasi bagi peneliti, walau masih dinilai kurang, Indonesia sudah mulai beranjak pada kemajuan. Hingga saat ini terdapat berbagai macam bentuk apresiasi penelitian dari mulai penghargaan, dana insentif peneliti, hingga hibah dana penelitian. Pemerintah pun sudah mulai menekankan pentingnya apresiasi hasil karya sebagai sarana untuk memotivasi para peneliti untuk berinovasi kembali. Indonesia memiliki beberapa penghargaan penelitian seperti Innovating Region Award, kemudian LIPI Science Based Award, serta penghargaan lainnya yang diberikan oleh pelaku bisnis. Di Amerika Serikat terdapat beberapa penghargaan tertinggi untuk para peneliti yang dinilai langsung oleh tim yang ditunjuk oleh presiden, sehingga tim yang menilai betul-betul terintegrasi. Misalnya, National Medal of Science yang diberikan khusus pada peneliti individu yang menghasilkan kontribusi luar biasa bagi pengetahuan. Kemudian ada juga Alan T. Waterman Award yang khusus memberikan penghargaan bagi para peneliti muda. The Presidential Early (21) (22) (23) (24) (25) (26)
Laporan Pers FKK, www.pu.go.id/ Indikator IPTEK Indonesia tahun 2011 Mowery, 1998 Komunikasi Publik Pekerjaan Umum, Bank Dunia, 2008 Sadao & Walsh, 2009 www.kompas.com
BAB 3: Kondisi Umum Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
63
Career Award for Scientists and Engineers (PECASE), merupakan penghargaan untuk menghargai para ilmuwan dan insinyur yang memulai karier mandirinya dengan luar biasa. Hal inilah yang cukup berbeda dengan Indonesia. Hingga saat ini penyelenggaraan penghargaan pun kurang dipublikasikan sehingga informasi mengenai apresiasi kurang menyebar. Begitu juga dengan penyelenggaranya, Amerika Serikat memiliki beberapa jenis penghargaan presidensial yang sangat bergengsi, sedangkan Indonesia belum memiliki hal ini karena beberapa penyelenggaraan penghargaan kurang terintegrasi. Dikemukakan oleh Kepala LIPI, Lukman Hakim bahwa jumlah peneliti di Indonesia masih tidak seimbang dengan jumlah penduduknya. Pada tahun 2013, dengan jumlah peneliti sebanyak 18.000 orang baik yang terdaftar di LIPI dan perguruan tinggi, Indonesia masih membutuhkan sekitar 200.000 peneliti untuk mengimbangi jumlah penduduknya. Bulgaria memiliki perbandingan 36 peneliti setiap 10.000 penduduk, Malaysia sekitar 18 peneliti per 10.000 penduduk, sementara negara-negara maju sekitar 80 peneliti per 10.000 peduduk. Hal ini tentu berbeda jauh dengan Indonesia yang pada tahun 2009 masih memiliki rasio 4,7 peneliti per 10.000 penduduk.27 Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa walaupun sudah memiliki beberapa potensi untuk berkembang, Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk meningkatkan daya saing subsektor penelitian dan pengembangannya baik dari sisi penciptaan kreasi, proses menjalankan penelitian dan pengembangan, komersialisasi, serta hal pendukung lainnya. Selain dinilai masih kurang produktif, hasil penelitian dan pengembangan di Indonesia dinilai masih sulit untuk diaplikasikan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya komunikasi dan kerjasama antara peneliti dan calon pengguna penelitian. Di sisi lain, jumlah peneliti masih relatif kurang. Selain disebabkan oleh ketertarikan anak bangsa yang masih kurang terhadap penelitian dan pengembangan, kurangnya apresiasi dalam profesi ini juga menjadi penyebab kurang diminatinya profesi sebagai seorang peneliti. Sisi komersialisasi hasil penelitian pun masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara maju, bahkan negara ASEAN lainnya. Kurangnya jumlah paten menjadi salah satu akar mengapa tingkat komersialisasi dari hasil penelitian dan pengembangan masih sangat kurang.
3.5 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Bagian ini akan menjelaskan potensi dan permasalah penelitian dan pengembangan sebagai subsektor industri kreatif di Indonesia. Penjelasan atas potensi dan permasalahan akan dianalisa melalui tujuh isu strategis yang dialami oleh ekonomi kreatif, mulai dari sumber daya kreatif, sumber daya pendukung, industri, pembiayaan, pemasaran, infrastruktur dan teknologi serta kelembagaan. Terdapat beberapa potensi dan permasalahan yang sangat penting dan perlu diselesaikan secara segera, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Kurangnya sinergi antara lembaga pendidikan dan sektor industri untuk mengakomodasi kebutuhan tenaga peneliti dan perekayasa; 2. Banyaknya tenaga peneliti yang hasil karyanya terlebih dahulu diapresiasi oleh pihak luar; 3. Kurangnya pusat informasi sumber daya alam dan budaya yang dimiliki tiap daerah; Masih ditemukan ketidakselarasan antara kegiatan penelitian dan pengembangan dengan kebutuhan pasar; (27) Forum Komunikasi Kelitbangan (FKK), www.pu.go.id
64
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
4. Masih muncul preferensi pasar dalam negeri terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh pihak asing; 5. Kurangnya kolaborasi antara pihak intelektual (akademisi), bisnis, pemerintah, dan komunitas dalam menyinergikan arah kegiatan penelitian dan pengembangan; 6. Terbatasnya akses terhadap hasil penelitian terdahulu. Selain permasalahan tersebut, terdapat juga potensi dan permasalahan lain yang kemudian disusun dalam tabel berikut : Tabel 3‑2 Potensi dan Permasalahan Penelitian dan Pengembangan Indonesia
NO
POTENSI (Peluang dan Kekuatan)
PERMASALAHAN (Tantangan, Hambatan, Kelemahan, Ancaman)
1
SUMBER DAYA KREATIF
1
Kuantitas lembaga pendidikan di Indonesia (formal dan non formal) yang meningkat.
1
Belum meratanya sebaran lembaga pendidikan di Indonesia baik secara kuantitas maupun kualitas
2
Subsektor penelitian dan pengembangan melingkupi berbagai bidang keilmuan, hingga saat ini terdapat berbagai macam beasiswa yang dicanangkan baik oleh pemerintah, swasta maupun organisasi internasional yang dapat diakses oleh para orang kreatif
2
Kurikulum pendidikan yang masih berfokus pada keterampilan kerja, bukan keterampilan melakukan riset dan pengembangan.
3
Jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan tinggi meningkat
3
Pola pendidikan yang masih berfokus pada keterampilan kerja, bukan keterampilan melakukan riset dan pengembangan.
4
Meningkatnya daya saing para pakar peneliti maupun perekayasa baik secara nasional maupun internasional
4
Kurangnya sinergi antara lembaga pendidikan dan sektor industri menyebabkan penelitian dan pengembangan yang dihasilkan tidak sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pasar. Mayoritas penelitian dan pengembangan yang dilakukan bersifat basic research sehingga tidak dapat langsung dimanfaatkan oleh dunia usaha.
5
Mulai munculnya para peneliti dan perekayasa mandiri
5
Banyaknya tenaga peneliti yang terlebih dahulu diapresiasi oleh pihak asing. Kualitas peneliti Indonesia yang memiliki daya saing terkadang tidak diikuti dengan insentif yang sesuai.
2
SUMBER DAYA PENDUKUNG
1
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati dan budaya yang dapat dijadikan potensi untuk diteliti dan dikembangkan
1
Kurangnya perlindungan terhadap sumber daya alam & budaya yang dimiliki (kurangnya pusat informasi) tiap daerah, seringkali terjadi ketidaktahuan masyarakat akan kekayaan hayati & budaya yang dimiliki daerahnya. Hal ini menyebabkan sering terjadinya apresiasi terlebih dahulu dari pihak asing atas kekayaan yang dimiliki
BAB 3: Kondisi Umum Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
65
66
2
Kegiatan penelitian dan pengembangan yang terkait dengan pemanfaatan SDA serta topik ramah lingkungan sudah mulai banyak bermunculan dimana kebanyakan terkait dengan bidang ilmu sains, teknologi dan rekayasa
3
INDUSTRI
1
2
2
Kurangnya publikasi karya-karya penelitian, buku, dan majalah seni pertunjukan
Indonesia mulai memiliki banyak bibit bibi peneliti mandiri lainnya yang tidak tergabung dengan lembaga penelitian pemerintah (terlihat dari antusiasme pendidikan tinggi akan program technopreneur dan kompetisi inovasi yang banyak diikuti)
1
Paradigma Kegiatan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia yang masih dipandang sebagai pengeluaran bukan investasi. (dimana walaupun sudah mulai muncul kesadaran akan pentingnya R&D namun masih ada paradigma pemikiran seperti itu)
Mulai munculnya kesadaran dari pihak swasta untuk mengadakan kompetisi mengenai inovasi yang memiliki tindak lanjut.
2
Belum banyak usaha kreatif di Indonesia yang menjadikan kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai bisnis utamanya.
3
Seringkali terjadi ketidakselarasan antara kegiatan penelitian & pengembangan dengan kebutuhan pasar
3
Mulai berkembangnya institusi kolaborator yang melakukan link and match, advokasi kepada kebijakan dan implementasi hasil Penelitian & Pengembangan menjadi suatu produk yang memiliki nilai jual
4
Jumlah usaha kreatif bidang Teknik Iluminasi sangat minim
4
Dengan munculnya berbagai macam karya kreatif hasil penelitian dan pngembangan muncul juga brand produk baru yang unik
5
Beberapa hasil penelitian dan pengembangan tidak hanya berfokus pada bidang keilmuan sains dan teknologi saja, saat ini mulai bermunculan karya yang menggabungkan seni dan teknologi, hingga ilmu sosial dan teknologi
6
Terdapat berbagai macam karya kreatif hasil penelitian dan pengembangan yang diapresiasi secara global (partisipasi aktif para peneliti dalam konferensi, produk yang dapat dikonsumsi pasar luar negeri)
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
4
PEMBIAYAAN
1
Mulai berkembangnya kesempatan dana kegiatan penelitian dan pengembangan yang dapat dimanfaatkan
1
Alokasi anggaran pemerintah Indonesia untuk kegiatan Penelitian dan Pengembangan paling kecil proporsinya dibandingkan Negara G20 lainnya
2
Alternatif pembiayaan selain dari biaya pemerintah yang bemunculan seringkali tersebar informasinya hanya pada komunitas itu itu saja walaupun sebenarnya aksesnya tidak terlalu sulit
5
PEMASARAN
1
Walaupun memang belum banyak, tetapi sudah ada beberapa karya kreatif hasil penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan atau dikonsumsi oleh konsumen luar negeri baik industri maupun perorangan
1
Proses penjualan karya ke luar negeri diurus secara mandiri oleh orang kreatif (peneliti) tersebut serta tidak tercatat secara baik.
2
Adanya media internet mempermudah penyebaran informasi, adanya channel distribusi produk seperti jasa pengiriman baik dalam negeri maupun luar negeri juga mempermudah distribusi produk kreatif
2
Hasil inovasi produk dalam negeri yang seringkali kalah dengan produk impor yang lebih murah
3
Hasil penelitian & pengembangan yang seringkali berujung pada tahap pengarsipan saja
6
INFRASTRUKTUR DAN TEKNOLOGI
1
Perkembangan teknologi khususnya internet yang bisa menjadi wadah untuk mengembangkan kegiatan penelitian & pengembangan.
1
Kecepatan jaringan internet yang masih lambat dibanding negara lain di Asia
2
Kecanggihan teknologi informasi memperbesar peluang berjejaring & promosi melalui dunia maya (online).
2
Fasilitas teknologi sebagai infrastruktur penelitian yang masih tertinggal dengan Negara lain
3
Aksesibilitas terhadap hasil penelitian terdahulu yang masih sulit
7
KELEMBAGAAN
1
Adanya kebijakan mengenai kewajiban repository karya kreatif bidang penelitian dan pengembangan.
1
Ketentuan akan repository yang masih belum dipahami oleh para peneliti di berbagai lembaga penelitian
2
Adanya kebijakan mengenai komersialisasi karya kreatif penelitian dan pengembangan.
2
Apresiasi bagi profesi peneliti serta kegiatan penelitian & pengembangan yang masih kurang (finansial maupun non- finansial)
3
Adanya kebijakan mengenai insentif pajak untuk kegiatan penelitian dan pengembangan.
3
Kebijakan arah pembangunan yang belum terfokus (hal ini membingungkan para investor untuk menfokuskan diri investasi pada kegiatan penelitian apa)
3
Adanya kebijakan mengenai insentif pajak untuk kegiatan penelitian dan pengembangan.
3
Kebijakan arah pembangunan yang belum terfokus (hal ini membingungkan para investor untuk menfokuskan diri investasi pada kegiatan penelitian apa)
BAB 3: Kondisi Umum Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
67
68
4
Mulai muncul lembaga intermediator yang mewadahi para technopreneur (BIC, INOTEK, dll)
4
Regulasi & sistem riset pemerintah yang seringkali menghambat kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia untuk berkembang
5
Mulai muncul sentra kreatif atau ruang kreatif untuk kegiatan penelitian dan pengembangan (BDV, LabFab, dll) yang difasilitasi swasta maupun pemerintah
5
Kebijakan komersialisasi karya kreatif yang masih belum dapat diimplementasikan dengan baik (pertentangan antara kebijakan komersialisasi dengan kebijakan kementerian keuangan sehingga kebijakan htersebut belum banyak memberikan nilai tambah bagi orang kreatif)
6
Mulai banyak peneliti Indonesia yang karyanya telah diapresiasi secara internasional
6
Insentif pajak bagi kegiatan penelitian dan pengembangan yang kurang berfungsi (tidak implementable).
7
Mulai muncul ajang penghargaan yang diselenggarakan oleh pihak swasta untuk orang orang yang memberikan efek pada lingkungan sekitar diantaranya peneliti (Bakrie Award, Habibie Award, dll)
7
Fasilitas laboratorium teknologi yang biasanya dimiliki oleh pemerintah, dan akses yang kurang mudah
8
Kegiatan dalam subsektor penelitian dan pengembangan banyak mencoba menggunakan kekayaan budaya dan hayati lokan (Batik Fractal - batik, Growbox usahanya yang membudidayakan jamur dan mencoba membuat gabus ramah lingkungan)
8
Sistem HKI di Indonesia yang kurang mendukung komersialisasi hasil penelitian dan pengembangan
9
Kurangnya kolaborasi antara pihak intelektual (akademisi), bisnis, pemerintah dan komunitas dalam mengembangkan kegiatan penelitian dan pengembangan
10
Penyebaran lembaga intermediator i kebanyakan bersifat swasta dan dikota besar
11
Kegiatan penelitian dan pengembangan masih belum banyak tersekpos.
12
Partisipasi aktif (dalam seminar maupun konferensi internasional) masih dilakukan secara individual oleh orang kreatif (belum terorganisir dengan baik)
13
Apresiasi bagi profesi peneliti serta kegiatan penelitian & pengembangan yang masih kurang (finansial maupun non- finansial)
14
Masih ada cara berpikir atau paradigma bahwa hasil penelitian yang dilakukan atau ditemukan oleh pihak asing lebih baik
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
15
Mematenkan hasil karya masih dianggap sebagai suatu pilihan belum kewajiban karena prosesnya yang rumit dan efeknya yang masih dirasa belum signifikan.
16
Kurangnya perlindungan terhadap sumber daya budaya (kurangnya pusat informasi) yang dimiliki tiap daerah, seringkali terjadi ketidaktahuan masyarakat akan kekayaan hayati yang dimiliki daerahnya. Hal ini menyebabkan sering terjadinya apresiasi terlebih dahulu dari pihak asing atas kekayaan yang dimiliki
BAB 3: Kondisi Umum Penelitian dan Pengembangan di Indonesia
69
70
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
BAB 4 Rencana Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Indonesia BAB 4: Rencana Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Indonesia
71
Dunia penelitian dan pengembangan yang bersifat mendatangkan nilai ekonomi atau menjadi suatu lini bisnis utama perusahaan memang mulai berkembang saat ini. Hal ini ditandai dengan munculnya para peneliti mandiri swasta yang tidak lagi bernaung dibawah lembaga penelitian pemerintah baik berdiri secara perorangan maupun dalam bentuk perusahaan. Walaupun kebanyakan muncul di bidang keilmuan sosial, disisi lain terdapat juga sebagian kecil yang fokus terhadap penelitian di bidang sains, teknologi dan rekayasa. Namun walaupun begitu, di bagian rencana pengembangan ini akan lebih difokuskan kepada rencana pengembangan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang-bidang industri kreatif di Indonesia dimana kegiatan penelitian dan pengembangan juga idealnya dijadikan arus utama untuk mengembangkan industri kreatif.
4.1 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015-2019 Arahan RPJPN 2005-2025, pembangunan nasional tahap ketiga (2015-2019) adalah ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat. Pembangunan periode 2015-2019 tetap perlu mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi haruslah inklusif dan berkelanjutan, yaitu meminimasi permasalahan sosial dan lingkungan. Pembangunan inklusif dilakukan terutama untuk mengurangi kemiskinan, ketimpangan antar penduduk dan ketimpangan kewilayahan antara Jawa dan luar Jawa, kawasan barat dan kawasan timur, serta antara kota-kota dan kota-desa. Pembangunan berkelanjutan dilakukan untuk memberikan jaminan keberlanjutan manfaat yang bisa dirasakan generasi mendatang dengan memperbaiki kualitas lingkungan (sustainable). Tema pembangunan dalam RPJMN 2015-2019 adalah pembangunan yang kuat, inklusif dan berkelanjutan. Untuk dapat mewujudkan apa yang ingin dicapai dalam lima tahun mendatang, maka fokus perhatian pembangunan nasional adalah: 1. Merealisasikan potensi ekonomi Indonesia yang besar menjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang menghasilkan lapangan kerja yang layak (decent jobs) dan mengurangi kemiskinan yang didukung oleh struktur dan ketahanan ekonomi yang kuat. 2. Membuat pembangunan dapat dinikmati oleh segenap bangsa Indonesia di berbagai wilayah Indonesia secara adil dan merata. 3. Menjadikan Indonesia yang bersih dari korupsi dan memiliki tata kelola pemerintah dan perusahaan yang benar dan baik. 4. Menjadikan Indonesia indah yang lebih asri, lebih lestari. Dalam rancangan teknokratik RPJMN 2015-2019 terdapat enam agenda pembangunan nasional, yaitu: (1) Pembangunan Ekonomi; (2) Pembangunan Pelestarian Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana (3) Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan,
72
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
dan Keamanan; (4) Pembangunan Kesejahteraan Rakyat; (5) Pembangunan Wilayah; dan (6) Pembangunan Kelautan. Pembangunan Ekonomi Kreatif pada lima tahun mendatang ditujukan untuk memantapkan pengembangan ekonomi kreatif dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat. Memantapkan pengembangan ekonomi kreatif yang dimaksud adalah memperkuat landasan kelembagaan untuk mewujudkan lingkungan yang kondusif yang mengarusutamakan kreativitas dalam pembangunan dengan melibatkan seluruh pemangku kebijakan. Landasan yang kuat akan menjadi dasar untuk mewujudkan daya saing nasional dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kreativitas serta kedinamisan masyarakat untuk berinovasi, dan menciptakan solusi atas permasalahan dan tantangan yang dihadapi dengan memanfaatkan sumber daya lokal untuk menciptakan industri kreatif yang berdaya saing, beragam, dan berkelanjutan. Secara strategis pengembangan ekonomi kreatif tahun 2015-2019 bertujuan untuk menciptakan ekonomi kreatif yang berdaya saing global. Tujuan ini akan dicapai antara lain melalui peningkatan kuantitas dan kualitas orang kreatif lokal yang didukung oleh lembaga pendidikan yang sesuai dan berkualitas, peningkatan kualitas pengembangan dan pemanfaatan bahan baku lokal yang ramah lingkungan dan kompetitif, industri kreatif yang bertumbuh, akses dan skema pembiayaan yang sesuai bagi wirausaha kreatif lokal, pasar yang makin beragam dan pangsa pasar yang makin besar, peningkatan akses terhadap teknologi yang sesuai dan kompetitif, penciptaan iklim usaha yang kondusif dan peningkatan apresiasi masyarakat terhadap karya kreatif lokal. Disisi lain, penelitian dan pengembangan sebagai salah satu subsektor dalam industri kreatif tentu memiliki peran bagi penciptaan daya saing bangsa. Hasil penelitian dan pengembangan seringkali dikaitkan dengan identitas inovasi suatu bangsa. Dalam konteks sebagai subsektor industri kreatif, penelitian dan pengembangan yang dimaksud adalah penelitian dan pengembangan komersial yang dilakukan bukan hanya untuk menciptakan inovasi tetapi juga mendapatkan nilai ekonomi bagi si pelaku. Maka, berkembangnya subsektor ini dapat menunjukkan bahwa tidak hanya peneliti yang berada dalam instansi pemerintahan saja yang dapat membuat suatu hasil inovasi, tetapi bahkan para peneliti muda yang bekerja secara mandiri juga dapat membuat suatu inovasi yang meningkatkan daya saing bangsa karena justru yang menjadi pelaku dalam subsektor ini adalah para peneliti dan perekayasa mandiri yang tidak tergabung dalam instansi peneliti milik pemerintah. Namun, untuk tahun 2015-2019 pengembangan lebih difokuskan pada kegiatan penelitian terapan dan pengembangan yang berhubungan dengan pengembangan industri kreatif. Hal ini bertujuan untuk mendukung percepatan pengembangan Industri Kreatif secara umum, dan menjadikan kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai payung dalam mengembangkan industri kreatif.
4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Industri Kreatif Kerangka strategis pengembangan pada periode 2015-2019 untuk kegiatan penelitian dan pengembangan dalam industri kreatif dapat digambarkan melalui visi, misi, tujuan serta sasaran yang dijelaskan didalam bagian ini. Secara umum, kerangka strategis pengembangan ini dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
BAB 4: Rencana Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Indonesia
73
TUJUAN
MISI
VISI
Tabel 4 - 1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif 2015-2019
Penelitian dan pengembangan industri kreatif Indonesia yang berbudaya inovatif, berdaya saing dan terintegrasi secara berkelanjutan untuk memberi kontribusi ekonomi dan berperan dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia 1. Mengoptimalkan pemanfaatan dan mengembangkan sumber daya lokal yang inovatif, berdaya saing, dan terintegrasi secara berkelanjutan
2. Mengembangkan kegiatan penelitian dan pengembangan industri kreatif yang inovatif, berdaya saing, dan terintegrasi secara berkelanjutan
3. Mengembangkan lingkungan yang kondusif dalam membangun kegiatan penelitian dan pengembangan industri kreatif yang berdaya saing, inovatif dan terintegrasi secara berkelanjutan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif di bidang penelitian dan pengembangan yang memiliki inovasi serta daya saing
3. Penciptaan kegiatan penelitian dan pengembangan industri kreatif yang inovatif , berdaya saing, dan terintegrasi secara berkelanjutan
4. Penciptaan pembiayaan bagi kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif
2. Perwujudan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya budaya bagi kegiatan penelitian dan pengembangan industri kreatif di Indonesia secara berkelanjutan
5. Penciptaan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang sesuai dengan kebutuhan pasar 6. Penciptaan kelembagaan yang kondusif yang mendukung pengembangan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam Industri Kreatif di Indonesia
SASARAN STRATEGIS
7. Penyediaan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna serta mudah diakses untuk mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang industri kreatif di Indonesia
74
1. Meningkatnya kualitas & kuantitas pendidikan yang mendukung penciptaan orang kreatif (peneliti dan perekayasa) terkait bidang industri kreatif secara berkelanjutan (Tujuan 1). 2. Meningkatnya kualitas & kuantitas orang kreatif (peneliti dan perekayasa) terkait bidang bidang dalam industri kreatif. (Tujuan 1)
4. Meningkatnya kegiatan penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif yang inovatif, berdaya saing dan terintegrasi secara berkelanjutan (Tujuan 3)
7. Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi seluruh kegiatan penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif yang memiliki skema pembiayaan yang baik (besaran yang sesuai, sistem tidak rumit) (Tujuan 4)
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
3. Terciptanya pusat pengetahuan sumber daya alam dan budaya lokal yang akurat dan terpercaya serta dapat diakses secara mudah dan cepat (Tujuan 2)
5. Meningkatnya keragaman dan kualitas hasil penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif (Tujuan 3)
SASARAN STRATEGIS
6. Meningkatnya apresiasi kepada orang kreatif (peneliti & perekayasa) dalam bidang penelitian dan pengembangan industri kreatif Indonesia baik di dalam dan luar negeri. (Tujuan 3)
8. Meningkatnya jumlah kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang sesuai dengan kebutuhan pasar. (Tujuan 5) 9. Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif indonesia. (Tujuan 6) 10. Meningkatnya partisipasi aktif dan kolaborasi pemangku kepentingan dalam pengembangan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif secara berkualitas dan berkelanjutan. (Tujuan 6) 11. Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna yang mudah diakses oleh para orang kreatif di bidang penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif . (Tujuan 7) 12. Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai yang dibutuhkan oleh para orang kreatif di bidang penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif . (Tujuan 7)
4.2.1 Visi Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Berdasarkan kondisi kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang industri kreatif saat ini, serta tantangan yang mungkin dihadapi dan dengan mempertimbangkan arahan strategis pembangunan nasional serta pembangunan ekonomi kreatif selama periode 2015–2019 maka visi untuk pengembangan penelitian dan pengembangan industry kreatif periode 2015-2019 adalah : Penelitian dan pengembangan industri kreatif Indonesia yang berbudaya inovatif, berdaya saing dan terintegrasi secara berkelanjutan untuk memberi kontribusi ekonomi dan berperan dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Pada visi diatas terdapat empat kata-kata kunci yakni inovatif, berdaya saing serta integrasi secara berkelanjutan dan memberi kontribusi ekonomi. Yang dimaksud dengan inovatif adalah suatu
BAB 4: Rencana Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Indonesia
75
kegiatan penelitian dan pengembangan yang dapat menciptakan nilai tambah atas suatu karya kreatif sehingga membedakannya dengan karya karya lainnya. Disisi lain, kata berdaya saing menunjukan kualitas atas kegiatan dan hasil dari penelitian dan pengembangan yang dapat disandingkan dengan hasil penelitian dan pengembangan lainnya. Dan kata terintegrasi secara berkelanjutan berarti bahwa hasil dari penelitian dan pengembangan dapat ditindaklanjuti bahkan dimanfaatkan oleh industri dan tidak hanya berakhir pada proses pengarsipan. Selain itu, diharapkan kegiatan ini memberikan kontribusi ekonomi baik dari sisi temuan yang meningkatkan inovasi sehingga dapat meningkatkan keuntungan usaha, hingga kegiatan penelitian yang dapat membuka lapangan pekerjaan.
4.2.2 Misi Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Visi dari pengembangan penelitian dan pengembangan industri kreatif akan diujudkan melalui tiga misi utama, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Mengoptimalkan pemanfaatan dan mengembangkan sumber daya lokal yang inovatif, berdaya saing dan terintegrasi secara berkelanjutan. Misi diatas bermaksud untuk mendorong pemanfaatan serta pengembangan sumber daya lokal baik sumber daya manusia, sumber daya alam maupun budaya agar dapat memiliki nilai inovasi, serta daya saing yang terus secara berkelanjutan. 2. Mengembangkan kegiatan penelitian dan pengembangan industri kreatif yang inovatif, berdaya saing dan terintegrasi secara berkelanjutan. Misi diatas bermaksud untuk mendukung segala bentuk pengembangan dan membuat kegiatan kegiatan untuk mengembangkan penelitian dan pengembangan yang berkaitan dengan bidang dalam industri kreatif. Misi ini dilakukan untuk menambah nilai inovasi dan daya saing kegiatan penelitian dan pengembangan serta agar kegiatan kegiatan tersebut dapat terus ditindaklanjuti secara berkelanjutan. 3. Mengembangkan lingkungan yang kondusif yang mengarusutamakan kreativitas dalam membangun kegiatan penelitian dan pengembangan industri kreatif yang berdaya saing, inovatif dan terintegrasi secara berkelanjutan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Lingkungan kondusif merupakan salah satu hal mendasar yang dapat menyokong perkembangan kegiatan penelitian dan pengembangan industry kreatif. Dalam hal ini, pengemangan lingkungan kondusif berkaitan dengan peran para pemangku kepentingan seperti pemerintah, komunitas kreatif terkait, bisnis atau industri pengguna karya kreatif serta intelektual atau akademisi sebagai think tank dalam lingkungan.
4.2.3 Tujuan Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Industri Kreatif Dalam pengembangan penelitian dan pengembangan industri kreatif terdapat tujuh tujuan yang ingin dicapai berdasarkan tiga misi utama serta satu visi yang dibuat. Berikut adalah tujuantujuan tersebut : 1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif di bidang penelitian dan pengembangan yang memiliki inovasi serta daya saing Tujuan 1 bermaksud untuk mencapai peningkatan sumber daya manusia kreatif baik secara kuantitas dan kualitas. Peningkatan kualitas dilihat dari nilai inovasi serta daya
76
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
saing yang dimiliki oleh setiap SDM kreatif dalam bidang penelitian dan pengembangan yang disebut juga sebagai peneliti. 2. Perwujudan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya budaya bagi kegiatan penelitian dan pengembangan industri kreatif di Indonesia secara berkelanjutan Tujuan 2 bermaksud untuk menciptakan usaha perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan sumder daya alam dan budaya. Usaha perlindungan dan pengembangan ini dilakukan untuk meningkatkan literasi masyarakat akan sumber daya alam dan budaya yang dimiliki daerahnya masing masing. Sumber daya alam dan budaya Indonesia selain menjadi kekayaan bangsa tetapi juga dapat dijadikan materi atau inspirasi dalam melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan. 3. Penciptaan kegiatan penelitian dan pengembangan industri kreatif yang inovatif, berdaya saing, dan terintegrasi secara berkelanjutan Tujuan 3 bermaksud untuk meningkatkan jumlah kegiatan penelitian dan pengembangan yang berkaitan dengan bidang bidang didalam industri kreatif. Peningkatan ini tidak hanya diusahakan dari sisi kuantitas, tetapi juga kualitas yaitu nilai inovasi serta daya saing. Disisi lain, tujuan ini juga bermaksud untuk memantau secara berkelanjutan hasil dari penelitian dan pengembangan yang ada. Hal ini dilakukan untuk menghindari proses stagnan yang terjadi pada kegiatan penelitian dan pengembangan dimana kebanyakan berakhir pada proses pengarsipan saja. 4. Penciptaan pembiayaan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif Salah satu permasalahan dalam subsektor penelitian dan pengembangan adalah aksesibilitas pembiayaan. Tujuan 4 bermaksud untuk meningkatkan program pembiayaan kegiatan penelitian dan pengembangan, baik kolaborasi antar lembaga maupun mandiri yang dapat diakses dengan mudah oleh para peneliti. 5. Penciptaan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang-bidang dalam industri kreatif yang sesuai dengan kebutuhan pasar Hasil dari kegiatan penelitian dan pengembangan seringkali tidak dapat diaplikasikan oleh industri karena kurang sesuai dengan kebutuhan pasar. Hal ini merupakan permasalahan yang sering terjadi di berbagai bidang penelitian dan pengembangan. Maka tujuan kelima bermaksud untuk meningkatkan kegiatan kegiatan penelitian dan pengembangan yang dijalankan atas dasar kebutuhan pasar. 6. Penciptaan kelembagaan yang kondusif yang mendukung pengembangan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif di Indonesia Tujuan keenam bermaksud untuk mendukung tercapainya penciptaan lingkungan kondusif bagi kegiatan penelitian dan pengembangan. Adapun dukungan ini dicapai dengan adanya kolaborasi kelembagaan yang sadar akan nilai kreativitas dalam kegiatan penelitian dan pengembangan yang berkaitan dengan bidang industri kreatif. 7. Penyediaan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna serta mudah diakses, untuk mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang-bidang dalam industri kreatif di Indonesia Tujuan ketujuh bermaksud untuk memeratakan ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang dibutuhkan oleh kegiatan penelitian dan pengembangan yang berkaitan dengan bidang bidang dalam industri kreatif. Pemerataan ini juga dilakukan agar infrastruktur
BAB 4: Rencana Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Indonesia
77
yang dibuat dapat mudah diakses oleh para orang kreatif dalam bidang penelitian dan pengembangan industri kreatif.
4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis Pencapaian Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Usaha pengembangan penelitian dan pengembangan industri kreatif memiliki 12 sasaran strategis yang kemudian diindikasikan kedalam 36 indikasi strategis sebagai berikut : 1. Meningkatnya kualitas & kuantitas pendidikan yang mendukung penciptaan orang kreatif di bidang penelitian dan pengembangan terkait bidang industri kreatif secara berkelanjutan, yang dapat diindikasikan oleh : a. Terselenggaranya program pelatihan yang diselenggarakan bagi para tenaga pengajar terkait bidang dalam industri kreatif di setiap Perguruan Tinggi di Indonesia. Dimana Program pelatihan yang terselenggara meliputi pendalaman metodologi penelitian dan pengembangan pelatihan peningkatan inovasi, serta pelatihan kepribadian dinamis & pemikiran kritis. b. Terselenggaranya kerjasama antara PTN dan PTS dalam negeri dengan PT asing dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan yang terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif. Dimana Kerjasama penelitian dapat berbentuk kerjasama pembiayaan, bimbingan penelitian, hingga fellowship. Targetnya adalah setiap perguruan tinggi memiliki minimal satu kerjasama penelitian dengan pihak asing terkait bidang bidang dalam industri kreatif. c. Terselenggaranya kurikulum pada bidang keilmuan terkait dengan industri kreatif yang menyertakan penelitian dan pengembangan sebagai salah satu unsur penting dalam materi pembelajaran. Maksudnya adalah, mewajibkan kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai syarat kelulusan bagi seluruh program studi terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif, Menyertakan mata kuliah metodologi penelitian sebagai mata kuliah wajib tempuh di setiap program studi terkait bidang bidang dalam industri kreatif. d. Terbentuknya program studi yang terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif di tiap PT di Indonesia. Dimana setidaknya satu perguruan tinggi memiliki dua atau tiga program studi yang terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif (cth : musik, arsitektur, periklanan, seni rupa, dll). Setiap program studi tersebut tidak hanya mengajarkan keterampilan tetapi juga mengajarkan metode penelitian dan pengembangan sesuai dengan bidang keilmuannya. e. Adanya perguruan tinggi yang memanfaatkan program fasilitasi yang dibentuk untuk meningkatkan jumlah ketersediaan program studi terkait bidang dalam industri kreatif. Terbentuknya program fasilitasi dimulai dari bantuan akses biaya, penyaluran tenaga pengajar dan pembentukan kurikulum untuk pembentukan program studi terkait bidang dalam industri kreatif. 2. Meningkatnya kualitas & kuantitas tenaga kerja kreatif (orang kreatif ) di bidang penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif. Sasaran ini diindikasikan dengan : a. Terselenggaranya program pelatihan yang diselenggarakan bagi para peneliti dan perekayasa terkait bidang dalam industri kreatif. Dimana Program pelatihan yang terselenggara meliputi : pendalaman metodologi penelitian dan pengembangan,
78
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
pelatihan peningkatan inovasi, pelatihan kepribadian dinamis & pemikiran kritis. Program ini kemudian dapat diakses secara mudah oleh para peneliti dan perekayasa baik yang tergabung dalam pemerintahan, bisnis hingga peneliti mandiri. b. Munculnya kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh para pelaku industri kreatif. 3. Terciptanya pusat pengetahuan sumber daya alam dan budaya lokal yang akurat dan terpercaya serta dapat diakses secara mudah dan cepat. Terdapat tiga indikasi strategis atas sasaran ini diantaranya : a. Munculnya hasil-hasil penelitian yang mengeksplorasi kekayaan sumber daya alam dan budaya lokal Indonesia. Hasil penelitian yang muncul tidak hanya mewakili satu daerah tetapi merata pada setiap daerah di Indonesia, sehingga setiap daerah atau provinsi tereksplorasi secara maksimal kekayaan alam dan budayanya. b. Terbentuknya suatu pusat informasi yang menampung seluruh informasi mengenai kekayaan sumber daya alam dan budaya lokal di tiap propinsi di Indonesia. c. Jumlah pemanfaatan pusat informasi. Maksudnya adalah pusat informasi yang telah dibangun kemudian dipantau jumlah pemanfaatannya melalui pendataan jumlah akses atau jumlah orang yang mengambil informasi dari pusat informasi. 4. Meningkatnya kegiatan penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif yang inovatif, berdaya saing dan terintegrasi secara berkelanjutan. Sasaran ini diindikasikan dengan : a. Peningkatan jumlah peneliti dan perekayasa terkait bidang dalam industri kreatif yang mendapatkan program beasiswa, studi banding, hingga pelatihan. Hal ini dilakukan dengan memberikan beasiswa, kesempatan studi banding serta pelatihan sebagai usaha untuk meningkatkan kapabilitas peneliti dan perekayasa khusus untuk bidang terkait industri kreatif dalam melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan. b. Terselenggaranya kompetisi penelitian dan pengembangan yang diadakan khusus terkait bidang bidang dalam industri kreatif. Misalnya, diadakannya ajang kompetisi khusus untuk kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang dalam industri kreatif. Ajang ini diselenggarakan secara berkala misalnya satu tahun 2 kali di tingkat nasional. c. Meningkatnya jumlah peserta dari kompetisi penelitian dan pengembangan yang memiliki kegiatan penelitian khusus terkait bidang dalam industri kreatif. Peningkatan jumlah peserta dapat dilihat berdasarkan dua aspek yaitu peningkatan jumlah kumulatif peserta kompetisi, serta penambahan jumlah daerah atau provinsi yang menyertakan peneliti dan perekayasa nya untuk mengikuti kompetisi. d. Meningkatnya jumlah dan penyebaran lembaga intermediator di Indonesia. Idealnya, pada 5 tahun mendatang setidaknya satu provinsi memiliki satu lembaga intermediator yang dapat menjadi wadah bertemunya para peneliti, pelaku industri, pemerintah dan komunitas. 5. Meningkatnya keragaman dan kualitas hasil penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif. Sasaran ini diindikasikan dengan : a. Terselenggaranya kegiatan pengkajian mengenai penelitian terdahulu yang terkait dengan bidang dalam industri kreatif. Kegiatan pengkajian dapat berbentuk konferensi, diskusi grup atau seminar yang melibatkan peneliti dan pelaku industri
BAB 4: Rencana Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Indonesia
79
dengan agenda mengkaji penelitian terdahulu untuk kemudian mendeteksi kebutuhan penelitian selanjutnya. b. Adanya roadmap penelitian yang khusus berkaitan dengan bidang dalam industri kreatif. Terbentuknya roadmap atau peta jalan yang dapat menjadi acuan bagi para peneliti dan perekayasa dalam melakukan kegiatan penelitian dan pengembangannya agar tepat guna dan memenuhi kebutuhan yang ada berdasarkan hasil kajian. c. Jumlah penelitian yang sesuai dengan roadmap yang telah disusun atas hasil kajian. 6. Meningkatnya apresiasi kepada orang kreatif (peneliti & perekayasa) dalam bidang penelitian dan pengembangan industri kreatif Indonesia baik di dalam dan luar negeri. Sasaran ini diindikasikan dengan : a. Terbentuknya ajang penghargaan bergengsi atau prestisius pada tingkat nasional khusus untuk penelitian yang berkaitan dengan bidang dalam industri kreatif. Hal ini dilakukan dengan dibentuknya ajang bergengsi bertaraf nasional yang khusus diadakan untuk bidang penelitian terkait industri kreatif dilakukan untuk menunjukkan pentingnya hasil penelitian dan pengembangan bagi kemajuan industri kreatif. b. Terbentuknya dewan khusus penilaian dan pengkajian kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang dalam industri kreatif. Dewan khusus dapat terdiri atas pelaku industri, para ahli peneliti, pihak pemerintah dan perwakilan asosiasi profesi. Dewan ini kemudian menjadi tim pengkaji bagi kegiatan penghargaan. c. Meningkatnya jumlah insentif finansial yang diberikan pada peneliti dan perekayasa terkait bidang dalam industri kreatif. Peningkatan insentif finansial dilakukan sesuai dengan pengkajian terhadap proporsi ideal pembiayaan bagi kegiatan penelitian dan pengembangan yang terkait dengan bidang dalam industri kreatif. d. Adanya program insentif selain insentif keuangan bagi para peneliti dan perekayasa yang berprestasi. Contoh selain insentif keuangan yang dibutuhkan adalah peningkatan kapabilitas diri seperti kesempatan belajar di luar negeri, kesempatan kerjasama penelitian dengan perguruan tinggi asing ternama. e. Meningkatnya jumlah peneliti dan perekayasa terkait bidang dalam industri kreatif yang menerima insentif selain insentif keuangan. Semakin banyaknya jumlah peneliti yang mendapatkan program belajar penelitian di luar negeri, hingga peneliti yang mendapatkan kesempatan untuk bekerjasama dalam melakukan penelitian dan pengembangan di perguruan tinggi asing ternama. f. Meningkatnya usaha kreatif yang menggunakan penelitian dan pengembangan sebagai langkah inovasi bisnisnya. Maksudnya adalah, semakin banyaknya jumlah usaha kreatif yang melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan untuk mendapatkan inovasi dalam bisnis. 7. Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi seluruh kegiatan penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif yang aksesibel, transparan dan memiliki skema pembiayaan yang baik (besaran yang sesuai, sistem tidak rumit). Sasaran ini diindikasikan melalui : a. Meningkatnya jumlah peneliti dan perekayasa yang mendapatkan bantuan dana dari para penghibah dana yang terlah ada. Peningkatan jumlah peneliti yang mendapatkan
80
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
hibah dana menunjukan penyerapan dana yang optimal. Peningkatan jumlah dapat dilihat dari jumlah peneliti yang menyerap maupun jumlah dana yang terserap. b. Meningkatnya jumlah dan ragam kesempatan pembiayaan bagi kegiatan penelitian dan pengembangan khusus bidang terkait industri kreatif. c. Adanya suatu portal yang menampung informasi seluruh kesempatan pembiayaan bagi kegiatan penelitian dan pengembangan yang terkait dengan bidang dalam industri kreatif. 8. Meningkatnya jumlah kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Sasaran ini diindikasikan dengan : a. Peningkatan jumlah produk kreatif yang dihasilkan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan. 9. Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif Indonesia. Sasaran ini diindikasikan dengan : a. Naskah regulasi terkait HKI yang memudahkan kepengurusan HKI bagi hasil penelitian dan pengembangan terkait bidang industri kreatif. b. Terbentuknya standar pembiayaan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang dalam industri kreatif. c. Peningkatan jumlah peneliti dan perekayasa yang mendapatkan insentif pajak atas kegiatan penelitian dan pengembanganya. d. Jumlah program studi terkait bidang dalam industri kreatif yang menyertakan kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai persyaratan kelulusan. 10. Meningkatnya partisipasi aktif dan kolaborasi pemangku kepentingan dalam pengembangan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif secara berkualitas dan berkelanjutan. Sasaran ini diindikasikan dengan : a. Peningkatan jumlah kerjasama kegiatan penelitian dan pengembangan. Maksudnya adalah munculnya berbagai macam kerjasama penelitian yang dipartisipasi oleh pemerintah, pelaku industri (perusahaan), serta para peneliti dan perekayasa baik yang terbagung dalam lembaga penelitian maupun mandiri. b. Peningkatan jumlah kegiatan penelitian dan pengembangan yang dapat memiliki implikasi besar terhadap industri. Dalam hal ini, implikasi besar terhadap industri maksudnya adalah sesuai dengan kebutuhan industri pada masa itu, atau peneltian yang melahirkan inovasi mutakhir bagi kemajuan industri kreatif. 11. Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna yang mudah diakses oleh para orang kreatif di bidang penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif. Sasaran ini diindikasikan dengan : a. Peningkatan pemanfaatan laboratorium IPTEK yang ada oleh para peneliti dan perekayasa terkait bidang industri kreatif. Yang diharapkan dari hal ini adalah, adanya para peneliti mandiri atau non-pemerintah yang dapat memanfaatkan fasilitas laboratorium IPTEK yang dimiliki oleh para lembaga penelitian milik pemerintah. b. Terbentuknya suatu portal yang dapat menyalurkan kebutuhan fasilitas teknologi dari para peneliti dan perekayasa terkait bidang industri kreatif. Maksudnya adalah,
BAB 4: Rencana Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Indonesia
81
adanya suatu jejaring yang dapat mendata serta menyalurkan kebutuhan teknologi dari kegiatan penelitian dan pengembangan. 12. Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai yang dibutuhkan oleh para orang kreatif di bidang penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif. Sasaran ini diindikasikan dengan : a. Peningkatan jumlah dan keragaman langganan jurnal ilmiah terkait bidang bidang dalam industri kreatif. Keberagaman langganan jurnal ilmiah yang terkait dengan bidang dalam industri kreatif dapat memperkaya sumber informasi yang merupakan infrastruktur bagi kegiatan penelitian dan pengembangan.
4.4 Arah Kebijakan Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Arah kebijakan pengembangan diturunkan berdasarkan tujuan pengembangan yang ingin dicapai. Seperti diketahui, bahwa tujuan pengembangan penelitian dan pengembangan industri kreatif terbagi kedalam tujuh tujuan diantaranya adalah : 1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif di bidang penelitian dan pengembangan yang memiliki inovasi serta daya saing. 2. Perwujudan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya budaya bagi kegiatan penelitian dan pengembangan industri kreatif di Indonesia secara berkelanjutan. 3. Penciptaan kegiatan penelitian dan pengembangan industri kreatif yang inovatif, berdaya saing, dan terintegrasi secara berkelanjutan. 4. Penciptaan pembiayaan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif. 5. Penciptaan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang-bidang dalam industri kreatif yang sesuai dengan kebutuhan pasar. 6. Penciptaan kelembagaan yang kondusif yang mendukung pengembangan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif di Indonesia. 7. Penyediaan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna serta mudah diakses, untuk mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang-bidang dalam industri kreatif di Indonesia. Berdasarkan seluruh tujuan diatas kemudian dibuatlah perancangan arah kebijakan untuk bisa mendukung pencapaian tujuan yang akan dijelaskan pada bagian berikutnya.
4.4.1 Arah Kebijakan Penciptaan Sumber Daya Manusia Kreatif di Bidang Penelitian dan Pengembangan yang Memiliki Inovasi Serta Daya Saing. a. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan tinggi formal terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif yang sudah ada untuk dapat mendukung terciptanya orang kreatif di bidang penelitian dan pengembangan terkait industri kreatif. b. Memberikan dukungan pengembangan dan fasilitas terhadap penciptaan lembaga pendidikan tinggi formal baru yang dapat menghasilkan para peneliti dan perekayasa dalam bidang industri kreatif.
82
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
c. Menciptakan para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang berkuallitas dinamis dan inovatif.
4.4.2 Arah Kebijakan Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber Daya Budaya Bagi Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif di Indonesia Secara Berkelanjutan a. Mengembangkan pusat pengetahuan sumber daya alam dan budaya lokal yang akurat terpercaya serta mudah diakses secara cepat oleh para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif.
4.4.3 Arah Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif yang Inovatif, Berdaya Saing, dan Terintegrasi Secara Berkelanjutan a. Memfasilitasi peningkatan keahlian dan pengetahuan para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif. b. Memfasilitasi kolaborasi serta penciptaan jejaring diantara para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif dengan para pelaku industri, pemerintah, komunitas hingga akademisi. c. Memfasilitasi kegiatan pengkajian hasil karya penelitian dan pengembangan yang sudah ada terkait bidang bidang dalam industri kreatif. d. Mengembangkan kegiatan eksplorasi terhadap kebutuhan penelitian dan pengembangan yang tepat guna. e. Mengembangkan kegiatan pemberian penghargaan yang prestisius untuk hasil karya penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif. f. Meningkatkan apresiasi berbentuk insentif bagi profesi peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif. g. Meningkatkan apresiasi dalam bentuk literasi pelaku industri akan urgensi kegiatan penelitian dan pengembangan.
4.4.4 Arah Kebijakan Penciptaan Pembiayaan Bagi Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang dalam Industri Kreatif yang Sesuai, Mudah Diakses dan Kompetitif a. Menciptakan dan mengembangkan wadah (baik berbentuk lembaga baru,sentra, atau suatu jejaring) yang dapat menyediakan pembiayaan bagi kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang cepat dengan skema yang baik (sesuai dan tidak rumit). b. Memperkuat hubungan dan akses informasi antara para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif dengan lembaga keuangan baik pemerintah maupun non pemerintah.
4.4.5 Arah Kebijakan Penciptaan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang dalam Industri Kreatif yang Sesuai dengan Kebutuhan Pasar a. Mengembangkan agenda penelitian dan pengembangan yang dihasilkan berdasarkan eksplorasi mendalam pada para pelaku didalam industri kreatif.
BAB 4: Rencana Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Indonesia
83
4.4.6 Arah Kebijakan Penciptaan Kelembagaan yang Kondusif yang Mendukung Pengembangan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang-Bidang dalam Industri Kreatif di Indonesia a. Harmonisasi - regulasi terkait penciptaan nilai kreatif (creative value chain). b. Harmonisasi - regulasi terkait lingkungan pendukung. c. Meningkatkan sinergi, dan kolaborasi antara akademisi, komunitas, bisnis dan para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif. d. Mengembangkan dan memfasilitasi segala bentuk wadah yang dapat mengembangkan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif.
4.4.7 Arah Kebijakan Infrastruktur dan Teknologi yang Tepat Guna serta Mudah Diakses untuk Mendukung Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang dalam Industri Kreatif a. Mengembangkan sentra IPTEK untuk mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan. b. Meningkatkan kemudahan akses terhadap data dan penelitian terdahulu terkait kegiatan penelitian dan pengembangan dalam bidang bidang industri kreatif.
4.5 Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Pada bagian ini, strategi dan rencana aksi penelitian dan pengembangan industri kreatif diturunkan berdasarkan sasaran dari rencana pengembangan. Seperti diketahui bahwa terdapat 12 sasaran pengembangan, maka keterkaitan antara sasaran, strategi serta rencana aksi akan dijelaskan pada sub-bab berikut ini :
4.5.1 Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Pendidikan yang Mendukung Penciptaan Orang Kreatif (Peneliti Dan Perekayasa) Terkait Bidang Industri Kreatif. Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi: 1. Memfasilitasi kemampuan pengajar di lembaga pendidikan tinggi formal dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan melalui pelatihan tentang teknis metodologis kegiatan penelitian dan pengembangan serta cara berpikir kritis dalam bidang terkait industri kreatif. Adapun strategi ini memiliki rencana aksi sebagai berikut : a. Memberikan fasilitas berupa bimbingan, bantuan tenaga pengajar, hingga pembiayaan bagi perguruan tinggi yang akan membentuk program studi baru terkait bidang dalam industri kreatif. Hal ini dilakukan melalui, analisa kebutuhan pelatihan kompetensi penelitian dan pengembangan bagi para tenaga pengajar di program studi terkait dengan bidang dalam industri kreatif, kemudian fasilitasi pelatihan bagi para tenaga pengajar di perguruan tinggi khususnya program studi terkait bidang dalam industri kreatif dalam konteks peningkatan kemampuan penelitian dan pengembangan berdasarkan hasil analisa kebutuhan yang dijalankan (lokasi, banyaknya pelatihan hingga konten pelatihan).
84
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
2. Mengembangkan kerjasama kegiatan penelitian dan pengembangan antara lembaga pendidikan tinggi formal dalam negeri dan luar negeri khusus dalam ranah terkait bidang bidang industri kreatif. Adapun strategi ini memiliki rencana aksi sebagai berikut: a. Pengembangan kerjasama penelitian dan pengembangan antara program studi terkait bidang bidang dalam industri kreatif di dalam negeri dan di luar negeri yang dilakukan melalui fasilitasi akses pada perguruan tinggi dalam negeri untuk bisa melakukan kerjasama terkait penelitian dan pengembangan dengan perguruan tinggi luar negeri, serta pembentukan agenda penelitian dan pengembangan terkait bidang dalam industri kreatif yang melibatkan peneliti dan perekayasa asing. 3. Mendorong besaran beban kegiatan penelitian dan pengembangan pada program studi yang terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif, melalui pengkajian dan pengembangan kurikulum yang meningkatkan intensitas kajian ilmiah. Adapun strategi ini memiliki rencana aksi sebagai berikut: a. Pengkajian kurikulum pada setiap program studi yang berkaitan dengan bidang bidang dalam industri kreatif. Hal ini dilakukan melalui pemetaan atas kurikulum pada program studi yang terkait bidang dalam industri kreatif, analisa atas hasil pemetaan dengan mempertimbangkan kebutuhan beban penelitian dan pengembangan dalam setiap program studi. b. Pengembangan kurikulum yang memasukan unsur penelitian dan pengembangan pada setiap program studi yang berkaitan dengan bidang bidang dalam industri kreatif. Hal ini dilakukan melalui, penyusunan kurikulum bagi setiap program studi yang terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif, dengan mempertimbangkan hasil pengkajian kurikulum yang telah dilaksanakan sebelumnya serta sosialisasi standar komposisi kurikulum pada perguruan tinggi yang memiliki program studi terkait bidang bidang dalam industri kreatif di Indonesia. 4. Mendorong terbentuknya program studi terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif di setiap lembaga pendidikan tinggi formal di Indonesia yang tidak hanya memberikan materi ajar keterampilan tetapi juga peningkatan kemampuan berpikir kritis yang dituangkan dalam kegiatan penelitian dan pengembangan. Strategi ini, dapat senantiasa dicapai bersamaan dengan pelaksanaan rencana aksi pada strategi sebelumnya (poin ketiga). 5. Memberikan program fasilitasi pada lembaga pendidikan tinggi formal yang akan membangun program studi baru terkait bidang bidang dalam industri kreatif baik dalam bentuk bantuan akses pembiayaan, tenaga pengajar, dan pendampingan pembentukan kurikulum. Adapun strategi ini memiliki rencana aksi sebagai berikut: a. Peningkatan ketersediaan program studi yang berkaitan dengan bidang bidang dalam industri kreatif di perguruan tinggi. Hal ini dapat dilakukan melalui, analisa kebutuhan terhadap para peneliti dan perekayasa terkait bidang dalam industri kreatif berdasarkan jumlah, keilmuan program studi, hingga lokasi, perencanaan peningkatan ketersediaan program studi berdasarkan hasil analisa kebutuhan, pemberian instruksi & mentoring atas pembentukan program studi baru berdasarkan hasil perencanaan & analisa kebutuhan pada para perguruan tinggi, hingga pemberian fasilitas berupa bimbingan, bantuan tenaga pengajar, hingga pembiayaan bagi perguruan tinggi yang akan membentuk program studi baru terkait bidang dalam industri kreatif.
BAB 4: Rencana Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Indonesia
85
4.5.2 Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Orang Kreatif (Peneliti dan Perekayasa) Terkait Bidang-bidang dalam Industri Kreatif Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi: 1. Memfasilitasi pemberdayaan para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif dengan pemberian diklat dari sisi teknis dan metodologis kegiatan penelitian dan pengembangan sesuai dengan kepakarannya. Adapun strategi ini memiliki rencana aksi sebagai berikut: a. Pemberdayaan para peneliti dan perekayasa melalui pemberian pelatihan dalam peningkatan kompetensi (teknis metodologi, inovasi, berpikir kritis dan dinamis).Hal ini kemudian dilakukan melalui, pembentukan suatu asosiasi peneliti dan perekayasa khusus bidang bidang dalam industri kreatif yang berfungsi sebagai wadah pertukaran informasi seputar perkembangan penelitian dan pengembangan dalam bidang industri kreatif, serta penyakuran fasilitas pelatihan dengan tema teknis metodologi, cara berpikir kritis serta pribadi dinamis melalui asosiasi tersebut. 2. Memfasilitasi pemberdayaan para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif dengan pemberian diklat dari sisi pengembangan kepribadian dinamis serta kemampuan berpikir kritis dan inovatif. Strategi ini dapat dicapai bersamaan melalui pelaksanaan rencana aksi yang dilakukan pada strategi sebelumnya diatas (poin pertama). 3. Mendorong para pelaku industri kreatif untuk dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan atau kepakarannya dalam kegiatan penelitian dan pengembangan.. Adapun strategi ini memiliki rencana aksi sebagai berikut: a. Pemberdayaan para pelaku industri kreatif untuk dapat melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan. Hal ini dapat dilakukan melalui, sosialisasi pada para pelaku industri kreatif mengenai pentingnya kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai salah satu tonggak bagi perkembangan bisnis, serta memberikan pelatihan mengenai tata cara melakukan penelitian dan pengembangan sederhana bagi para pelaku industri kreatif.
4.5.3 Penciptaan Pusat Pengetahuan Sumber Daya Alam dan Budaya Lokal yang Akurat dan Terpercaya serta Dapat Diakses Secara Mudah dan Cepat. Sasaran ini dapat dicapai melalui strategi: 1. Memfasilitasi kegiatan penelitian dan pengembangan yang bertujuan untuk mengeksplorasi sumber daya budaya dan alam lokal di setiap daerah di Indonesia. 2. Melakukan sosialisasi atas adanya pusat pengetahuan sumber daya alam dan budaya lokal yang telah terbentuk, serta sistematika aksesnya kepada para peneliti dan perekayasa khususnya yang meneliti dalam bidang industri kreatif. 3. Membentuk suatu jaringan informasi yang kuat dan komprehensif yang menampung seluruh informasi terbaru atas hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan terkait dengan kekayaan sumber daya alam dan budaya lokal di Indonesia. Adapun ketiga strategi ini dapat dijalankan melalui beberapa rencana aksi secara bersamaan seperti: a. Pemberian fasilitas dalam mendukung kegiatan pemetaan sumber daya alam dan budaya di setiap daerah di Indonesia. Hal ini dilakukan dengan, membentuk agenda penelitian untuk memetakan sumber daya alam dan budaya di setiap daerah di Indonesia,
86
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
memberikan fasilitas berupa akses data serta pembiayaan bagi kegiatan penelitian dan pengembangan yang bertujuan untuk mengeksplorasi sumber daya alam dan budaya di Indonesia, mengumpulkan seluruh hasil penelitian yang meengeksplorasi sumber daya alam dan budaya di Indonesia. b. Pemberian fasilitas dalam pembentukan pusat informasi sumber daya alam dan budaya di setiap daerah di Indonesia. Hal ini dilakukan dengan, menyediakan pembiayaan guna membentuk pusat informasi sumber daya alam dan budaya di setiap daerah di Indonesia, membentuk sistem atau standar yang nantinya akan diadopsi oleh seluruh pusat informasi yang dibentuk, membentuk sistem atau standar yang nantinya akan diadopsi oleh seluruh pusat informasi yang dibentuk.
4.5.4 Peningkatan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait dengan Bidang dalam Industri Kreatif yang Inovatif, Berdaya Saing dan Terintegrasi Secara Berkelanjutan. Sasaran ini dapat dicapai melalui strategi sebagai berikut: 1. Memfasilitasi para peneliti dan perekayasa dengan program program beasiswa, studi banding, dan pelatihan untuk peningkatan kapasitas ilmu pengetahuan terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang dimiliki. Rencana aksi yang dapat dijalankan adalah, selain memberikan pelatihan tetapi juga membuat suatu agenda konferensi sesuai dengan masing masing bidang dalam industri kreatif yang melibatkan para ahli baik akademisi maupun praktisi dan peneliti untuk saling bertukar pikiran & berbagi ilmu. 2. Memfasilitasi peningkatan keahlian dan motivasi dengan penyelenggaraan kompetisi diantara para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang dapat merangsang tumbuhnya karya karya penelitian yang inovatif, berdaya saing dan dapat diimplementasikan secara berkelanjutan. Rencana aksi yang dapat dilakukan adalah dengan membuat suatu kompetisi khusus untuk bidang penelitian yang terkait dengan industri kreatif secara nasional dan mudah diakses. 3. Mendorong terciptanya lembaga lembaga intermediator yang menjadi wadah bertemunya peneliti dan perekayasa, pelaku industri, pemerintah dan komunitas serta akademisi. Hal ini dapat dicapai melalui pemberian kemudahan akses bagi para lembaga intermediator. Misalnya : memberikan kemudahan akses informasi terkait investor dari sisi pemerintahan maupun bisnis. 4. Memberikan fasilitas dalam bentuk konferensi berkala, portal, maupun pembentukan asosiasi sebagai ajang diseminasi hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang mengundang pihak pemerintah, pelaku industri, komunitas dan akademisi.
4.5.5 Peningkatan Keragaman dan Kualitas Hasil Penelitian dan Pengembangan Terkait dengan Bidang Bidang dalam Industri Kreatif. Sasaran ini dicapai melalui strategi: 1. Membuat agenda, Mendampingi dan memberikan dukungan sarana dan prasarana terhadap kegiatan pengkajian hasil penelitian dan pengembangan terdahulu yang terkait bidang bidang dalam industri kreatif secara berkala dengan mengundang pemerintah, pelaku industri, komunitas terkait serta pihak pelaku penelitian.
BAB 4: Rencana Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Indonesia
87
Adapun strategi ini dapat dicapai melalui dua rencana aksi misalnya melakukan kegiatan pengkajian terhadap penelitian terdahulu terkait bidang dalam industri kreatif, serta memberikan fasilitasi kegiatan eksplorasi kebutuhan akan penelitian dan pengembangan terkait bidang dalam industri kreatif yang tepat guna. Hal ini dilakukan dengan membentuk suatu agenda untuk mengkaji penelitian terdahulu terkait bidang bidang dalam industri kreatif dengan tujuan untuk memetakan penelitian apa yang dibutuhkan selanjutnya, menjalankan agenda tersebut serta melakukan sosialisasi atas hasil yang didapatkan sebagai acuan penelitian lainnya, melakukan suatu penelitian yang melibatkan pemikiran seluruh pemangku kepentingan yakni pemerintah, pelaku industri, komunitas dan akademisi dalam mengeksplorasi kebutuhan penelitian dan pengembangan terkait bidang industri kreatif, melakukan suatu penelitian yang melibatkan pemikiran seluruh pemangku kepentingan yakni pemerintah, pelaku industri, komunitas dan akademisi dalam mengeksplorasi kebutuhan penelitian dan pengembangan terkait bidang industri kreatif.
4.5.6 Peningkatan Apresiasi kepada Orang Kreatif (Peneliti & Perekayasa) dalam Bidang Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Indonesia Baik di dalam dan Luar Negeri Sasaran ini dicapai melalui beberapa strategi, yaitu: 1. Membentuk suatu ajang penghargaan prestisius untuk hasil karya penelitian dan pengembangan khusus terkait bidang dalam industri kreatif secara berkala dan bertahap (tingkat propinsi dan nasional). Strategi ini dapat dicapai melalui aksi, pembentukan suatu pedoman standar bagi kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang dalam industri kreatif yang berprestasi (berimplikasi besar), pembentukan suatu ajang penghargaan yang bergengsi dan bertaraf nasional dimana penghargaan hanya diberikan pada penelitian yang memiliki implikasi besar pada bidang industri kreatif, pelaksanaan sosialisasi atas ajang penghargaan kepada para peneliti dan perekayasa secara luas misalnya melalui sorotan media. 2. Membentuk suatu dewan khusus yang dapat mengkaji kualitas dari penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif. Strategi ini dapat dilakukan dengan aksi, pembentukan dewan yang beranggotakan para ahli baik praktisi maupun akademisi dalam bidang bidang terkait industri kreatif yang dapat mengkaji kualitas dari kegiatan dan hasil penelitian dan pengembangan. 3. Mengkaji ulang dan melakukan peningkatan atas insentif finansial yang diberikan bagi para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif. Strategi ini dapat dilakukan dengan aksi, melakukan pengkajian standar insentif finansial bagi para peneliti yang melakukan penelitian dan pengembangan dalam bidang industri kreatif yang berprestasi (memiliki implikasi yang besar), serta melakukan peningkatan sesuai dengan hasil pengkajian serta melakukan sosialisasi. 4. Meningkatkan keberagaman insentif yang diberikan kepada para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang berprestasi (peningkatan keterampilan, akses belajar ke kuar negeri, sertifikasi profesional). Strategi ini dapat dilakukan melalui aksi pembentukan berbagai macam program insentif bagi para peneliti dan perekayasa yang tidak hanya berbentuk finansial tetapi juga non finansial seperti memberikan akses belajar keluar negeri, memberikan kesempatan pengembangan kemampuan teknis, dll. 5. Memberikan sosialisasi terhadap para pelaku industri kreatif akan pentingnya kegiatan penelitian dan pengembangan untuk kemajuan bisnis yang dijalankan (cth: melalui seminar).
88
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
4.5.7 Peningkatan Ketersediaan Pembiayaan bagi Seluruh Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait dengan Bidang Bidang dalam Industri Kreatif yang Aksesibel, Transparan dan Memiliki Skema Pembiayaan yang Baik (Besaran yang Sesuai, Sistem Tidak Rumit). Sasaran ini dicapai melalui beberapa strategi, yaitu: 1. Meningkatkan mutu layanan lembaga lembaga pemerintah (Kementerian & BUMN) dan nonpemerintah (asosiasi, korporasi, filantropi) yang telah memiliki skema hibah pendanaan penelitian dan pengembangan khusus terkait bidang bidang dalam industri kreatif agar dapat lebih transparan, aksesibel, adil dan sesuai secara besarannya. Hal ini dapat dilakukan melalui aksi pendataan atas lembaga mana saja yang menyediakan pembiayaan serta pengawasan proses pembiayaan tersebut, kemudian memberikan fasilitasi lembaga intermediator yang telah ada sebagai jembatan antara peneliti dan perekayasa dengan calon investor atau dengan para lembaga yang memiliki pembiayaan. 2. Mendorong peningkatan ragam dan jumlah kesempatan skema pembiayaan bagi kegiatan penelitian dan pengembangan khusus terkait bidang bidang dalam industri kreatif baik dari lembaga pemerintah maupun nonpemerintah. Hal ini dapat dilakukan dengan rencana aksi pengkajian standar pembiayaan kegiatan penelitian dan pengembangan dengan melibatkan para peneliti dan perekayasa terkait bidang dalam industri kreatif, serta membentuk skema pembiayaan yang ideal berdasarkan hasil pengkajian yang kemudian disosialisasikan kepada lembaga penyedia pembiayaan penelitian. 3. Membentuk suatu portal terpusat yang berisikan tentang informasi seluruh skema alternatif pembiayaan yang disediakan dari lembaga pemerintah maupun nonpemerintah khusus terkait bidang bidang dalam industri kreatif. Hal ini dapat dilakukan dengan rencana aksi, melakukan pendataan atas kesempatan pembiayaan yang dapat didapatkan oleh para peneliti dan perekayasa terkait bidang dalam industri kreatif, serta membentuk suatu sistem yang dapat menampung seluruh informasi atas kesempatan pembiayaan yang dapat didapatkan.
4.5.8 Peningkatan Jumlah Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang Bidang dalam Industri Kreatif yang Sesuai dengan Kebutuhan Pasar. Sasaran ini dicapai melalui beberapa strategi, diantaranya: 1. Memfasilitasi kolaborasi antara para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif dengan para pelaku dalam industri kreatif untuk mendeteksi kebutuhan akan penelitian dan pengembangan di masa kini dan masa mendatang melalui konferensi atau diskusi berkala. Hal ini dilakukan dengan aksi pembentukan agenda pengkajian berkala bersama peneliti, industri, pemerintah serta komunitas dalam mendeteksi kebutuhan penelitian dan pengembangan terkait bidang industri kreatif, melalui pengkajian akan kebutuhan penelitian dalam bidang industri kreatif dengan mengundang para peneliti, pelaku industri dan pemerintah untuk memperkaya pemikiran. 2. Melakukan sosialisasi atas hasil eksplorasi kebutuhan penelitian dan pengembangan kepada para peneliti dan perekayasa (cth : melalui seminar, sorotan media, maupun diskusi tertutup dengan para peneliti dan perekayasa). Strategi ini dapat dilakukan dengan cara membentuk program sayembara penelitian dengan topik sesuai hasil kajian berkala akan kebutuhan penelitian dan pengembangan terkait bidang dalam industri kreatif.
BAB 4: Rencana Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Indonesia
89
4.5.9 Penciptaan Regulasi yang Mendukung Penciptaan Iklim yang Kondusif bagi Pengembangan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait dengan Bidang Bidang dalam Industri Kreatif Indonesia. Sasaran ini dicapai melalui beberapa strategi, diantaranya: 1. Harmonisasi - regulasi terkait dengan kepengurusan HKI untuk karya karya hasil penelitian dan pengembangan terkait bidang dalam industri kreatif. 2. Harmonisasi - regulasi terkait pembiayan kegiatan penelitian dan pengembangan dalam bidang bidang industri kreatif. 3. Harmonisasi - regulasi dan pengawasan penerapan insentif pajak bagi kegiatan penelitian dan pengembangan. 4. Harmonisasi - regulasi terkait penyelenggaraan pendidikan yang mementingkan sisi penelitian dan pengembangan dalam bidang bidang industri kreatif. Adapun seluruh strategi yang berkaitan dengan pencapaian penciptaan regulasi yang mendukung bagi kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang dalam industri kreatif dapat dijalankan melalui rencana aksi sebagai berikut: a. Pengkajian kembali regulasi terkait HKI yang memudahkan para peneliti dan perekayasa terkait bidang dalam industri kreatif, melalui studi kebijakan terkait HKI bagi para peneliti dan perekayasa khususnya terkait bidang dalam industri kreatif (studi kebijakan meliputi analisa kebijakan saat ini, optimalisasi penyelenggaraan kebijakan serta harapan kebijakan dimasa mendatang). b. Pengkajian dan pembentukan regulasi terkait standar pembiayaan bagi kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang dalam industri kreatif, melalui studi kebijakan terkait standar pembiayaan bagi para peneliti dan perekayasa khususnya terkait bidang dalam industri kreatif (studi kebijakan meliputi analisa kebijakan saat ini, optimalisasi penyelenggaraan kebijakan serta harapan kebijakan dimasa mendatang). c. Pengkajian optimalisasi praktik kebijakan insentif pajak bagi kegiatan penelitian dan pengembangan khususnya terkait bidang dalam industri kreatif, melalui studi kebijakan terkait insentif pajak bagi para peneliti dan perekayasa khususnya terkait bidang dalam industri kreatif (studi kebijakan meliputi analisa kebijakan saat ini, optimalisasi penyelenggaraan kebijakan serta harapan kebijakan dimasa mendatang).
4.5.10 Peningkatan Partisipasi Aktif dan Kolaborasi Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang-Bidang dalam Industri Kreatif secara Berkualitas dan Berkelanjutan. Sasaran ini dicapai melalui strategi: 1. Membentuk suatu wadah baik berupa konferensi, jejaring, komunitas, maupun lembaga resmi dimana para akademisi, komunitas, pelaku industri, pemerintah serta peneliti dapat berkolaborasi dalam memecahkan masalah yang terjadi di ranah industri kreatif melalui kegiatan penelitian dan pengembangan.
90
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
4.5.11 Peningkatan Ketersediaan Teknologi Tepat Guna yang Mudah Diakses oleh Para Orang Kreatif di Bidang Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang Bidang dalam Industri Kreatif. Sasaran ini dicapai melalui strategi: 1. Meningkatkan kerja sama dengan lembaga penelitian milik pemerintah dan nonpemerintah agar para peneliti dan perekayasa yang akan meneliti bidang bidang terkait industri kreatif dapat mengakses fasilitas laboratorium IPTEK yang dimiliki. Strategi ini pada dasarnya dapat dicapai melalui : a. Pembentukan kerjasama dengan lembaga penelitian lain dalam fasilitasi kebutuhan teknologi para peneliti dan perekayasa terkait bidang dalam industri kreatif, dengan cara melakukan pendataan akan fasilitas teknologi yang dimiliki oleh para lembaga penelitian di Indonesia, kemudian melakukan pendataan akan fasilitas teknologi yang dimiliki oleh para lembaga penelitian di Indonesia. b. Pembentukan portal khusus yang dapat memuat dan menyalurkan kebutuhan fasilitas teknologi yang dibutuhkan oleh peneliti dan perekayasa terkait bidang dalam industri kreatif, dengan cara pembentukan sistem untuk wadah yang berbentuk portal yang dapat menyalurkan kebutuhan fasilitas teknologi para peneliti dan perekayasa, serta sosialisasi atas wadah yang telah terbentuk untuk kemudian dapat dimanfaatkan oleh para peneliti dan perekayasa yang membutuhkan.
4.5.12 Peningkatan Ketersediaan Infrastruktur yang Memadai yang Dibutuhkan oleh Para Orang Kreatif di Bidang Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang Bidang dalam Industri Kreatif. Sasaran ini dicapai melalui strategi : 1. Membentuk dan meningkatkan kerjasama dengan lembaga repository swasta dan publisher internasional agar akses terhadap penelitian terdahulu dapat semakin meluas. 2. Meningkatkan sosialisasi cara akses terhadap penelitian terdahulu yang dimiliki oleh lembaga lembaga penelitian milik pemerintah maupun non pemerintah yang dimiliki.
BAB 4: Rencana Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Indonesia
91
92
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
BAB 5 Penutup
BAB 4: Rencana Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Indonesia
93
5.1 Kesimpulan Kegiatan penelitian dan pengembangan pada umumnya memiliki definisi tersendiri berdasarkan pada Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 mengenai Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan IPTEK. Namun, penelitian dan pengembangan yang termasuk sebagai salah satu subsektor industri dalam keseluruhan industri kreatif merupakan kegiatan penelitian dan pengembangan yang ditujukan untuk mendapatkan nilai ekonomi dan dapat memenuhi kebutuhan pasar. Hal ini perlu dibedakan karena tidak semua kegiatan penelitian dan pengembangan dilakukan demi alasan komersial atau bisnis. Disisi lain, meningkatnya permintaan lingkungan bisnis akan penelitian dan pengembangan baik dari sisi produk maupun pasar turut mendorong peningkatan jumlah dan keragaman para pelaku kreatif dalam subsektor penelitian dan pengembangan. Misalnya, dahulu profesi peneliti biasanya hanya diduduki oleh peneliti yang berada dalam lembaga penelitian milik pemerintah namun saat ini banyak bermunculan para peneliti mandiri baik yang tergabung dalam suatu perusahaan maupun organisasi hingga para peneliti individu yang menjadikan kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai kegiatan bisnis utama didalam usahanya. Para peneliti mandiri inilah yang menjadi fokus utama sebagai pelaku didalam subsektor penelitian dan pengembangan di industri kreatif Indonesia. Terlepas dari fokus siapa saja para pelaku didalam subsektor ini, kegiatan apa saja yang termasuk didalamnya pun menjadi pemikiran yang penting. Secara luas menurut LIPI, kegiatan penelitian dan pengembangan dapat dilihat dari pembagian rumpun keilmuannya yang terdiri atas ilmu sosial, humaniora, sains serta teknologi dan rekayasa. Sementara mengikuti acuan NSF atau National Science Foundation di Amerika Serikat, serta pemikiran John Howkins dinyatakan bahwa penelitian dan pengembangan dapat dibagi berdasarkan jenis kegiatannya yaitu penelitian dasar, penelitian terapan, serta kegiatan pengembangan. Namun, mengetahui definisi serta jenis kegiatan dan pemain tidaklah cukup untuk menggambarkan fokus strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan subsektor ini. Berdasarkan bagianbagian sebelumnya diketahui bahwa terdapat isu-isu utama yang perlu ditangani segera agar daya saing kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai subsektor dalam industri kreatif dapat meningkat. Isu tersebut diantaranya adalah,kurangnya sinergi antara lembaga pendidikan dan sektor industri untuk megakomodasi kebutuhan tenaga peneliti dan perekayasa, banyaknya hasil penelitian dan pengembangan yang dihasilkan ternyata lebih dahulu diapresiasi oleh pihak asing dibandingkan dengan pihak dalam negeri, masih ditemukannya ketidakselarasan antara kegiatan penelitian dan pengembangan dengan kebutuhan pasar, hingga kurangnya kolaborasi antara pihak intelektual, bisnis, pemerintah, dan komunitas dalam menyinergikan arah kegiatan penelitian dan pengembangan. Maka, berdasarkan isu isu inilah kemudian dibentuk suatu strategi yang disarankan untuk dilakukan sebagai upaya peningkatan daya saing penelitian dan pengembangan dalam industri kreatif. Penyusunan strategi serta rencana aksi tentu tidak begitu saja disusun tanpa mempertimbangkan strategi serta rencana aksi dari Ekonomi Kreatif Nasional Tahun 2015-2019. Penyusunan strategi serta rencana aksi inipun dimulai dari menurunkan visi misi pengembangan ekonomi kreatif menjadi visi misi pengembangan subsektor penelitian dan pengembangan. Berdasarkan hasil penurunan, maka pengembangan dari subsektor penelitian dan pengembangan memiliki visi untuk menghasilkan “Penelitian dan pengembangan industri kreatif Indonesia yang berbudaya inovatif, berdaya saing
94
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
dan terintegrasi secara berkelanjutan untuk memberi kontribusi ekonomi dan berperan dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia”. Visi ini kemudian diterjemahkan kedalam tiga misi yang bermaksud untuk mendorong pemanfaatan serta pengembangan sumber daya lokal yang inovatif, berdaya saing serta terintegrasi secara berkelanjutan, mendukung segala bentuk pengembangan dan membuat kegiatan untuk mengembangkan penelitian dan pengembangan yang berkaitan dengan bidang dalam industri kreatif, hingga mengembangkan lingkungan kondusif yang dapat menyokong perkembangan penelitian dan pengembangan industri kreatif. Penyusunan visi serta misi ini tentu memiliki tujuan yang digambarkan secara lebih taktis agar dapat diukur keberhasilannya. Terdapat tujuh tujuan yang perlu dicapai dengan segera diantaranya adalah : 1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif di bidang penelitian dan pengembangan yang memiliki inovasi serta daya saing 2. Perwujudan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya budaya bagi kegiatan penelitian dan pengembangan industri kreatif di Indonesia secara berkelanjutan 3. Penciptaan kegiatan penelitian dan pengembangan industri kreatif yang inovatif,,,, berdaya saing, dan terintegrasi secara berkelanjutan 4. Penciptaan pembiayaan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif. 5. Penciptaan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang-bidang dalam industri kreatif yang sesuai dengan kebutuhan pasar 6. Penciptaan kelembagaan yang kondusif yang mendukung pengembangan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif di Indonesia 7. Penyediaan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna serta mudah diakses, untuk mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang-bidang dalam industri kreatif Indonesia Tujuan tujuan ini kemudian diuraikan kembali kedalam 12 sasaran sebagai tolak ukur keberhasilan secara garis besar atas perwujudan visi misi serta pelaksanaan strategi. Disisi lain, sebelum menyusun strategi pengembangan, tujuan-tujuan ini mejadi acuan dalam pengembangan arah kebijakan. Adapun penyusunan arah kebijakan ini dilakukan untuk mendorong pembentukan kebijakan yang dapat mendukung pengembangan subsektor penelitian dan pengembangan dalam industri kreatif. Berdasarkan hasil analisa atas tujuan maka dibuatlah arah kebijakan atas setiap tujuan yang dibentuk. Misalnya, dimulai dari mendorong peningkatan kualitas lembaga pendidikan tinggi formal terkait dengan bidang dalam industri kreatif hingga meningkatkan keberadaan dan aksesibilitas sentra IPTEK sebagai pendukung kegiatan penelitian dan pengembangan. Seluruh arah kebijakan ini disusun agar kegiatan penelitian dan pengembangan tidak lagi terbentur oleh permasalahan kebijakan yang telah dibentuk. Setelah seluruh komponen pembentuk strategi pengembangan ini tersusun, maka disusunlah suatu strategi dan rencana aksi pengembangan untuk subsektor penelitian dan pengembangan industri kreatif. Strategi ini diturunkan berdasarkan 12 sasaran yang telah dibentuk sebelumnya, salah satu diantaranya adalah memfasilitasi kemampuan pengajar di lembaga pendidikan tinggi formal sebagai bentuk strategi untuk mencapai peningkatan kualitas dan kuantitas pedidikan yang mendukung penciptaan orang kreatif. Adapun untuk lima tahun kedepan, strategi yang
BAB 5: Penutup
95
disusun lebih fokus terhadap peran penelitian dan pengembangan dalam bidang industri kreatif. Hal ini dilakukan menilai dibutuhkannya secara segera dan merata kegiatan penelitian dan pengembangan industri kreatif yang tepat guna sehingga dapat mendukung percepatan perkembangan industri kreatif di Indonesia. Inilah mengapa, strategi ini tentu dapat dijadikan sebagai acuan bagi para pemangku kepentingan selanjutnya dalam mengembangkan penelitian dan pengembangan baik sebagai subsektor maupun sebagai kegiatan yang dapat mendukung perkembangan industri kreatif.
5.2 Saran Dokumen perencaaan ini diharapkan dapat menjadi panduan untuk pengembangan industri kreatif sebagai penguatan ekonomi kreatif di Indonesia. Adapun pada masa penyusunannya masih terdapat beberapa kekurangan baik dari sisi materi maupun metodologi yang dilakukan. Maka, dalam penyusunan dokumen berikutnya diharapkan dapat dilakukan penambahan data dan penguatan metode seperti sebagai berikut : •
Penambahan literatur sebagai acuan penulisan
•
Penambahan narasumber ahli
•
Penguatan metode melalui pengolahan data kualitatif atas hasil wawancara dan diskusi
Disisi lain, perencanaan ini merupakan langkah awal untuk mengembangkan ekonomi kreatif Indonesia untuk mensinergikan seluruh sumber daya untuk mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran yang sama sehingga diperoleh hasil yang optimal bagi masyarakat. Pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari pelaksanaan perencanaan yang dibuat merupakan salah satu tantangan di masa mendatang. Adapun untuk bidang penelitian dan pengembangan, isu utama yang perlu diperhatikan adalah perlu ditingkatkannya sinergi antara para peneliti, pemerintah dan industri. Hal ini perlu segera dilakukan agar kegiatan penelitian dan pengembangan tidak lagi dipandang sebagai “menara gading” yang seringkali tidak bertemu dengan kebutuhan di industri. Untuk mencapai sinergi ini maka diperlukan lebih banyak ruang dan media bagi para peneliti serta pihak industri untuk dapat berkomunikasi mengenai kebutuhan penelitian dan pengembangan. Dalam hal ini, peran pemerintah dibutuhkan sebagai fasilitator serta pengatur kebijakan yang dapat mendukung kegiatan peningkatan sinergi penelitian dan pengembangan.
96
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
98
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
LAMPIRAN
BAB 4 :Dalp sin siei,rencanaam niierupakaalnngkaahwuanltum kengembangkaenkonom kreinIadftionesuaintum kensniergkiasneu lrushumbedrayuantum kencap m va stu i,iusji,iadna,snasaraynansgamsaehniggdapieroelhaysalinogpm ti baalm giasyarakPaet.alksanaapne,mantauad naenvau ladsa pireialksanaap nerencanaaynand gbium aterupakasnaalshata untangad n
99
100
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
ARAH KEBIJAKAN
STRATEGI
1.1
Meningkatnya kualitas & kuantitas pendidikan yang mendukung penciptaan orang kreatif (peneliti dan perekayasa) terkait bidang industri kreatif secara berkelanjutan Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan tinggi formal terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif yang sudah ada untuk dapat mendukung terciptanya orang kreatif di bidang penelitian dan pengembangan terkait industri kreatif
Memberikan dukungan pengembangan dan fasilitas terhadap penciptaan lembaga pendidikan tinggi formal baru yang dapat menghasilkan para peneliti dan perekayasa dalam bidang industri kreatif
a
b
Memberikan program fasilitasi pada lembaga pendidikan tinggi formal yang akan membangun program studi baru terkait bidang bidang dalam industri kreatif baik dalam bentuk bantuan akses pembiayaan, tenaga pengajar, dan pendampingan pembentukan kurikulum
5
Mendorong besaran beban kegiatan penelitian dan pengembangan pada program studi yang terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif, melalui pengkajian dan pengembangan kurikulum yang meningkatkan intensitas kajian ilmiah.
3
Mendorong terbentuknya program studi terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif di setiap lembaga pendidikan tinggi formal di Indonesia yang tidak hanya memberikan materi ajar keterampilan tetapi juga peningkatan kemampuan berpikir kritis yang dituangkan dalam kegiatan penelitian dan pengembangan
Mengembangkan kerjasama kegiatan penelitian dan pengembangan antara lembaga pendidikan tinggi formal dalam negeri dan luar negeri khusus dalam ranah terkait bidang bidang industri kreatif
2
4
Memfasilitasi kemampuan pengajar di lembaga pendidikan tinggi formal dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan melalui pelatihan tentang teknis metodologis kegiatan penelitian dan pengembangan serta cara berpikir kritis dalam bidang terkait industri kreatif
1
1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif di bidang penelitian dan pengembangan yang memiliki inovasi serta daya saing
MISI 1: Mengoptimalkan pemanfaatan dan mengembangkan sumber daya lokal yang inovatif, berdaya saing, dan terintegrasi secara berkelanjutan
MISI/TUJUAN/SASARAN
MATRIKS TUJUAN, SASARAN, ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
LAMPIRAN
101
Meningkatnya kualitas & kuantitas orang kreatif (peneliti dan perekayasa) terkait bidang bidang dalam industri kreatif. a
Menciptakan para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang berkuallitas dinamis dan inovatif
ARAH KEBIJAKAN
Memfasilitasi pemberdayaan para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif dengan pemberian diklat dari sisi teknis dan metodologis kegiatan penelitian dan pengembangan sesuai dengan kepakarannya Memfasilitasi pemberdayaan para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif dengan pemberian diklat dari sisi pengembangan kepribadian dinamis serta kemampuan berpikir kritis dan inovatif Mendorong para pelaku industri kreatif untuk dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan atau kepakarannya dalam kegiatan penelitian dan pengembangan
1
2
3
STRATEGI
2.1
Terciptanya pusat pengetahuan sumber daya alam dan budaya lokal yang akurat dan terpercaya serta dapat diakses secara mudah dan cepat a
Mengembangkan pusat pengetahuan sumber daya alam dan budaya lokal yang akurat terpercaya serta mudah diakses secara cepat oleh para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif
Memfasilitasi kegiatan penelitian dan pengembangan yang bertujuan untuk mengeksplorasi sumber daya budaya dan alam lokal di setiap daerah di Indonesia Melakukan sosialisasi atas adanya pusat pengetahuan sumber daya alam dan budaya lokal yang telah terbentuk, serta sistematika aksesnya kepada para peneliti dan perekayasa khususnya yang meneliti dalam bidang industri kreatif Membentuk suatu jaringan informasi yang kuat dan komprehensif yang menampung seluruh informasi terbaru atas hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan terkait dengan kekayaan sumber daya alam dan budaya lokal di Indonesia
1
2
3
2. Perwujudan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya budaya bagi kegiatan penelitian dan pengembangan industri kreatif di Indonesia secara berkelanjutan
1.2
MISI/TUJUAN/SASARAN
102
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
ARAH KEBIJAKAN
STRATEGI
Meningkatnya kegiatan penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif yang inovatif, berdaya saing dan terintegrasi secara berkelanjutan
Meningkatnya keragaman dan kualitas hasil penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif
3.1
3.2
Memfasilitasi kegiatan pengkajian hasil karya penelitian dan pengembangan yang sudah ada terkait bidang bidang dalam industri kreatif Mengembangkan kegiatan eksplorasi terhadap kebutuhan penelitian dan pengembangan yang tepat guna
b
Memfasilitasi kolaborasi serta penciptaan jejaring diantara para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif dengan para pelaku industri, pemerintah, komunitas hingga akademisi
b
a
Memfasilitasi peningkatan keahlian dan pengetahuan para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif
a
Membuat agenda, Mendampingi dan memberikan dukungan sarana dan prasarana terhadap kegiatan pengkajian hasil penelitian dan pengembangan terdahulu yang terkait bidang bidang dalam industri kreatif secara berkala dengan mengundang pemerintah, pelaku industri, komunitas terkait serta pihak pelaku penelitian
Memberikan fasilitas dalam bentuk konferensi berkala, portal, maupun pembentukan asosiasi sebagai ajang diseminasi hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang mengundang pihak pemerintah, pelaku industri, komunitas dan akademisi
4
1
Mendorong terciptanya lembaga lembaga intermediator yang menjadi wadah bertemunya peneliti dan perekayasa, pelaku industri, pemerintah dan komunitas serta akademisi
Memfasilitasi peningkatan keahlian dan motivasi dengan penyelenggaraan kompetisi diantara para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang dapat merangsang tumbuhnya karya karya penelitian yang inovatif, berdaya saing dan dapat diimplementasikan secara berkelanjutan
2
3
Memfasilitasi para peneliti dan perekayasa dengan program program beasiswa, studi banding, dan pelatihan untuk peningkatan kapasitas ilmu pengetahuan terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang dimiliki
1
3. Penciptaan kegiatan penelitian dan pengembangan industri kreatif yang inovatif , berdaya saing, dan terintegrasi secara berkelanjutan
MISI 2: Mengembangkan kegiatan penelitian dan pengembangan industri kreatif yang inovatif, berdaya saing, dan terintegrasi secara berkelanjutan
MISI/TUJUAN/SASARAN
LAMPIRAN
103
3.3
Meningkatnya apresiasi kepada orang kreatif (peneliti & perekayasa) dalam bidang penelitian dan pengembangan industri kreatif Indonesia baik di dalam dan luar negeri
MISI/TUJUAN/SASARAN Mengembangkan kegiatan pemberian penghargaan yang prestisius untuk hasil karya penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif
Meningkatkan apresiasi berbentuk insentif bagi profesi peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif
Meningkatkan apresiasi dalam bentuk literasi pelaku industri akan urgensi kegiatan penelitian dan pengembangan
a
b
c
ARAH KEBIJAKAN
Memberikan sosialisasi terhadap para pelaku industri kreatif akan pentingnya kegiatan penelitian dan pengembangan untuk kemajuan bisnis yang dijalankan (cth: melalui seminar) .
Meningkatkan keberagaman insentif yang diberikan kepada para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang berprestasi (peningkatan keterampilan, akses belajar ke kuar negeri, sertifikasi profesional)
4
5
Mengkaji ulang dan melakukan peningkatan atas insentif finansial yang diberikan bagi para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif
Membentuk suatu dewan khusus yang dapat mengkaji kualitas dari penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif
2
3
Membentuk suatu ajang penghargaan prestisius untuk hasil karya penelitian dan pengembangan khusus terkait bidang dalam industri kreatif secara berkala dan bertahap (tingkat propinsi dan nasional).
1
STRATEGI
104
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
ARAH KEBIJAKAN
STRATEGI
Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi seluruh kegiatan penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif yang aksesibel, transparan dan memiliki skema pembiayaan yang baik (besaran yang sesuai, sistem tidak rumit) Menciptakan dan mengembangkan wadah (baik berbentuk lembaga baru,sentra, atau suatu jejaring) yang dapat menyediakan pembiayaan bagi kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang cepat dengan skema yang baik (sesuai dan tidak rumit)
Memperkuat hubungan dan akses informasi antara para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif dengan lembaga keuangan baik pemerintah maupun non pemerintah
a
b
Membentuk suatu portal terpusat yang berisikan tentang informasi seluruh skema alternatif pembiayaan yang disediakan dari lembaga pemerintah maupun nonpemerintah khusus terkait bidang bidang dalam industri kreatif
Mendorong peningkatan ragam dan jumlah kesempatan skema pembiayaan bagi kegiatan penelitian dan pengembangan khusus terkait bidang bidang dalam industri kreatif baik dari lembaga pemerintah maupun nonpemerintah
2
3
Meningkatkan mutu layanan lembaga lembaga pemerintah (Kementerian & BUMN) dan nonpemerintah (asosiasi, korporasi, filantropi) yang telah memiliki skema hibah pendanaan penelitian dan pengembangan khusus terkait bidang bidang dalam industri kreatif agar dapat lebih transparan, aksesibel, adil dan sesuai secara besarannya.
1
5.1
Meningkatnya jumlah kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang sesuai dengan kebutuhan pasar a
Mengembangkan agenda penelitian dan pengembangan yang dihasilkan berdasarkan eksplorasi mendalam pada para pelaku didalam industri kreatif
Memfasilitasi kolaborasi antara para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif dengan para pelaku dalam industri kreatif untuk mendeteksi kebutuhan akan penelitian dan pengembangan di masa kini dan masa mendatang melalui konferensi atau diskusi berkala. Melakukan sosialisasi atas hasil eksplorasi kebutuhan penelitian dan pengembangan kepada para peneliti dan perekayasa (cth : melalui seminar, sorotan media, maupun diskusi tertutup dengan para peneliti dan perekayasa)
1
2
5. Penciptaan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang sesuai dengan kebutuhan pasar
4.1
4. Penciptaan pembiayaan bagi kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif
MISI 3: Mengembangkan lingkungan yang kondusif dalam membangun kegiatan penelitian dan pengembangan industri kreatif yang berdaya saing, inovatif dan terintegrasi secara berkelanjutan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
MISI/TUJUAN/SASARAN
LAMPIRAN
105
ARAH KEBIJAKAN
STRATEGI
Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif indonesia
Meningkatnya partisipasi aktif dan kolaborasi pemangku kepentingan dalam pengembangan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif secara berkualitas dan berkelanjutan
6.1
6.2 Meningkatkan sinergi, dan kolaborasi antara akademisi, komunitas, bisnis dan para peneliti dan perekayasa terkait bidang bidang dalam industri kreatif Mengembangkan dan memfasilitasi segala bentuk wadah yang dapat mengembangkan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif
b
Harmonisasi - regulasi terkait lingkungan pendukung
b
a
Harmonisasi - regulasi terkait penciptaan nilai kreatif (creative value chain)
a
Membentuk suatu wadah baik berupa konferensi, jejaring, komunitas, maupun lembaga resmi dimana para akademisi, komunitas, pelaku industri, pemerintah serta peneliti dapat berkolaborasi dalam memecahkan masalah yang terjadi di ranah industri kreatif melalui kegiatan penelitian dan pengembangan
Harmonisasi - regulasi terkait penyelenggaraan pendidikan yang mementingkan sisi penelitian dan pengembangan dalam bidang bidang industri kreatif
4
1
Harmonisasi - regulasi dan pengawasan penerapan insentif pajak bagi kegiatan penelitian dan pengembangan
Harmonisasi - regulasi terkait pembiayan kegiatan penelitian dan pengembangan dalam bidang bidang industri kreatif
2 3
Harmonisasi - regulasi terkait dengan kepengurusan HKI untuk karya karya hasil penelitian dan pengembangan terkait bidang dalam industri kreatif
1
6. Penciptaan kelembagaan yang kondusif yang mendukung pengembangan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam Industri Kreatif di Indonesia
MISI/TUJUAN/SASARAN
106
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
ARAH KEBIJAKAN
STRATEGI
Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna yang mudah diakses oleh para orang kreatif di bidang penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif
Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai yang dibutuhkan oleh para orang kreatif di bidang penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif
7.1
7.2
Mengembangkan sentra IPTEK untuk mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan
Meningkatkan kemudahan akses terhadap data dan penelitian terdahulu terkait kegiatan penelitian dan pengembangan dalam bidang bidang industri kreatif
a
b
3
2
1
Meningkatkan sosialisasi cara akses terhadap penelitian terdahulu yang dimiliki oleh lembaga lembaga penelitian milik pemerintah maupun non pemerintah yang dimiliki.
Membentuk dan meningkatkan kerjasama dengan lembaga repository swasta dan publisher internasional agar akses terhadap penelitian terdahulu dapat semakin meluas.
Meningkatkan kerja sama dengan lembaga penelitian milik pemerintah dan nonpemerintah agar para peneliti dan perekayasa yang akan meneliti bidang bidang terkait industri kreatif dapat mengakses fasilitas laboratorium IPTEK yang dimiliki.
7. Penyediaan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna serta mudah diakses untuk mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang industri kreatif di Indonesia
MISI/TUJUAN/SASARAN
LAMPIRAN
107
INDIKASI STRATEGIS
Meningkatnya kualitas & kuantitas tenaga kerja kreatif (orang kreatif) di bidang penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif.
1.2
Adanya perguruan tinggi yang memanfaatkan program fasilitasi yang dibentuk untuk meningkatkan jumlah ketersediaan program studi terkait bidang dalam industri kreatif
e
Munculnya kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh para pelaku industri kreatif
Terbentuknya program studi yang terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif di tiap PT di Indonesia.
d
b
Terselenggaranya kurikulum pada bidang keilmuan terkait dengan industri kreatif yang menyertakan penelitian dan pengembangan sebagai salah satu unsur penting dalam materi pembelajaran
c
Terselenggaranya program pelatihan yang diselenggarakan bagi para peneliti dan perekayasa terkait bidang dalam industri kreatif
Terselenggaranya kerjasama antara PTN dan PTS dalam negeri dengan PT asing dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan yang terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif
b
a
Terselenggaranya program pelatihan yang diselenggarakan bagi para tenaga pengajar terkait bidang dalam industri kreatif di setiap Perguruan Tinggi di Indonesia
a
2.1
Terciptanya pusat pengetahuan sumber daya alam dan budaya lokal yang akurat dan terpercaya serta dapat diakses secara mudah dan cepat
Munculnya hasil hasil penelitian yang mengeksplorasi kekayaan sumber daya alam dan budaya lokal Indonesia Terbentuknya suatu pusat informasi yang menampung seluruh informasi mengenai kekayaan sumber daya alam dan budaya lokal di tiap propinsi di Indonesia Jumlah pemanfaatan pusat informasi
a b c
2. Perwujudan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya budaya bagi kegiatan penelitian dan pengembangan industri kreatif di Indonesia secara berkelanjutan
Meningkatnya kualitas & kuantitas pendidikan yang mendukung penciptaan orang kreatif di bidang penelitian dan pengembangan terkait bidang industri kreatif secara berkelanjutan
1.1
1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif di bidang penelitian dan pengembangan yang memiliki inovasi serta daya saing
MISI 1: Mengoptimalkan pemanfaatan dan mengembangkan sumber daya lokal yang inovatif, berdaya saing, dan terintegrasi secara berkelanjutan
MISI/TUJUAN/SASARAN
INDIKASI STRATEGIS PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
108
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
INDIKASI STRATEGIS
Meningkatnya kegiatan penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif yang inovatif, berdaya saing dan terintegrasi secara berkelanjutan
Meningkatnya keragaman dan kualitas hasil penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif
Meningkatnya apresiasi kepada orang kreatif (peneliti & perekayasa) dalam bidang penelitian dan pengembangan industri kreatif Indonesia baik di dalam dan luar negeri
3.1
3.2
3.3
Terbentuknya ajang penghargaan bergengsi atau prestisius pada tingkat nasional khusus untuk penelitian yang berkaitan dengan bidang dalam industri kreatif Terbentuknya dewan khusus penilaian dan pengkajian kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang dalam industri kreatif Meningkatnya jumlah insentif finansial yang diberikan pada peneliti dan perekayasa terkait bidang dalam industri kreatif Adanya program insentif selain insentif keuangan bagi para peneliti dan perekayasa yang berprestasi Meningkatnya jumlah peneliti dan perekayasa terkait bidang dalam industri kreatif yang menerima insentif selain insentif keuangan Meningkatnya usaha kreatif yang menggunakan penelitian dan pengembangan sebagai langkah inovasi bisnisnya
b c d e f
Jumlah penelitian yang sesuai dengan roadmap yang telah disusun atas hasil kajian
c a
Adanya roadmap penelitian yang khusus berkaitan dengan bidang dalam industri kreatif
Meningkatnya jumlah dan penyebaran lembaga intermediator di Indonesia
d
b
Meningkatnya jumlah peserta dari kompetisi penelitian dan pengembangan yang memiliki kegiatan penelitian khusus terkait bidang dalam industri kreatif
c
Terselenggaranya kegiatan pengkajian mengenai penelitian terdahulu yang terkait dengan bidang dalam industri kreatif
Terselenggaranya kompetisi penelitian dan pengembangan yang diadakan khusus terkait bidang bidang dalam industri kreatif
b
a
Peningkatan jumlah peneliti dan perekayasa terkait bidang dalam industri kreatif yang mendapatkan program beasiswa, studi banding, hingga pelatihan
a
3. Penciptaan kegiatan penelitian dan pengembangan industri kreatif yang inovatif , berdaya saing, dan terintegrasi secara berkelanjutan
MISI 2: Mengembangkan kegiatan penelitian dan pengembangan industri kreatif yang inovatif, berdaya saing, dan terintegrasi secara berkelanjutan
MISI/TUJUAN/SASARAN
LAMPIRAN
109
INDIKASI STRATEGIS
Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi seluruh kegiatan penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif yang aksesibel, transparan dan memiliki skema pembiayaan yang baik (besaran yang sesuai, sistem tidak rumit)
Meningkatnya jumlah peneliti dan perekayasa yang mendapatkan bantuan dana dari para penghibah dana yang terlah ada Meningkatnya jumlah dan ragam kesempatan pembiayaan bagi kegiatan penelitian dan pengembangan khusus bidang terkait industri kreatif Adanya suatu portal yang menampung informasi seluruh kesempatan pembiayaan bagi kegiatan penelitian dan pengembangan yang terkait dengan bidang dalam industri kreatif
a b c
Meningkatnya jumlah kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang sesuai dengan kebutuhan pasar a
Peningkatan jumlah produk kreatif yang dihasilkan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan
6.1
Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif indonesia
Naskah regulasi terkait HKI yang memudahkan kepengurusan HKI bagi hasil penelitian dan pengembangan terkait bidang industri kreatif Terbentuknya standar pembiayaan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang dalam industri kreatif Peningkatan jumlah peneliti dan perekayasa yang mendapatkan insentif pajak atas kegiatan penelitian dan pengembanganya Jumlah program studi terkait bidang dalam industri kreatif yang menyertakan kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai persyaratan kelulusan
a b c d
6. Penciptaan kelembagaan yang kondusif yang mendukung pengembangan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam Industri Kreatif di Indonesia
5.1
5. Penciptaan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang sesuai dengan kebutuhan pasar
4.1
4. Penciptaan pembiayaan bagi kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif
MISI 3: Mengembangkan lingkungan yang kondusif dalam membangun kegiatan penelitian dan pengembangan industri kreatif yang berdaya saing, inovatif dan terintegrasi secara berkelanjutan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
MISI/TUJUAN/SASARAN
110
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
Meningkatnya partisipasi aktif dan kolaborasi pemangku kepentingan dalam pengembangan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif secara berkualitas dan berkelanjutan Peningkatan jumlah kerjasama kegiatan penelitian dan pengembangan
Peningkatan jumlah kegiatan penelitian dan pengembangan yang dapat memiliki implikasi besar terhadap industri
a b
INDIKASI STRATEGIS
Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna yang mudah diakses oleh para orang kreatif di bidang penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif
Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai yang dibutuhkan oleh para orang kreatif di bidang penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif
7.1
7.2
Peningkatan jumlah dan keragaman langganan jurnal ilmiah terkait bidang bidang dalam industri kreatif
Terbentuknya suatu portal yang dapat menyalurkan kebutuhan fasilitas teknologi dari para peneliti dan perekayasa terkait bidang industri kreatif
b a
Peningkatan pemanfaatan laboratorium IPTEK yang ada oleh para peneliti dan perekayasa terkait bidang industri kreatif
a
7. Penyediaan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna serta mudah diakses untuk mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang industri kreatif di Indonesia
6.2
MISI/TUJUAN/SASARAN
LAMPIRAN
111
DESKRIPSI RENCANA AKSI
PENANGGUNGJAWAB 2015
2016
2017
TAHUN 2018
Pengkajian kurikulum pada setiap program studi yang berkaitan dengan bidang bidang dalam industri kreatif
Pengembangan kurikulum yang memasukan unsur penelitian dan pengembangan pada setiap program studi yang berkaitan dengan bidang bidang dalam industri kreatif
Peningkatan ketersediaan program studi yang berkaitan dengan bidang bidang dalam industri kreatif di perguruan tinggi
1
2
3
Melakukan analisa kebutuhan terhadap para peneliti dan perekayasa terkait bidang dalam industri kreatif berdasarkan jumlah, keilmuan program studi, hingga lokasi
Sosialisasi standar komposisi kurikulum pada perguruan tinggi yang memiliki program studi terkait bidang bidang dalam industri kreatif di Indonesia
b
a
Melakukan penyusunan kurikulum bagi setiap program studi yang terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif, dengan mempertimbangkan hasil pengkajian kurikulum yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Melakukan analisa atas hasil pemetaan dengan mempertimbangkan kebutuhan beban penelitian dan pengembangan dalam setiap program studi
b
a
Melakukan pemetaan atas kurikulum pada program studi yang terkait bidang dalam industri kreatif
a
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, PTN & PTS di Indonesia
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, PTN & PTS di Indonesia
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, PTN & PTS di Indonesia
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, PTN & PTS di Indonesia
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, PTN & PTS di Indonesia X
X
X
X
X
X
X
X
2019
SASARAN 1: Meningkatnya kualitas & kuantitas pendidikan yang mendukung penciptaan orang kreatif (peneliti dan perekayasa) terkait bidang industri kreatif secara berkelanjutan
SASARAN/RENCANA AKSI
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
112
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
4
Pengembangan kerjasama penelitian dan pengembangan antara program studi terkait bidang bidang dalam industri kreatif di dalam negeri dan di luar negeri
SASARAN/RENCANA AKSI
Memberikan fasilitas akses pada perguruan tinggi dalam negeri untuk bisa melakukan kerjasama terkait penelitian dan pengembangan dengan perguruan tinggi luar negeri Pembentukan agenda penelitian dan pengembangan terkait bidang dalam industri kreatif yang melibatkan peneliti dan perekayasa asing
b
Memberikan fasilitas berupa bimbingan, bantuan tenaga pengajar, hingga pembiayaan bagi perguruan tinggi yang akan membentuk program studi baru terkait bidang dalam industri kreatif
d
a
Memberi instruksi & mentoring atas pembentukan program studi baru berdasarkan hasil perencanaan & analisa kebutuhan pada para perguruan tinggi
Melakukan perencanaan peningkatan ketersediaan program studi berdasarkan hasil analisa kebutuhan
c
b
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, PTN & PTS di Indonesia
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, PTN & PTS di Indonesia
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, PTN & PTS di Indonesia
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, PTN & PTS di Indonesia
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, PTN & PTS di Indonesia
PENANGGUNGJAWAB
X
X
2015
X
X
2016
X
X
2017
TAHUN
X
X
X
X
X
2018
X
X
X
X
X
2019
LAMPIRAN
113
Pemberian pelatihan peningkatan kompetensi dalam melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan bagi para pendidik di program studi terkait bidang bidang dalam industri kreatif Menganalisa kebutuhan pelatihan kompetensi penelitian dan pengembangan bagi para tenaga pengajar di program studi terkait dengan bidang dalam industri kreatif
Memberikan fasilitas pelatihan bagi para tenaga pengajar di perguruan tinggi khususnya program studi terkait bidang dalam industri kreatif dalam konteks peningkatan kemampuan penelitian dan pengembangan berdasarkan hasil analisa kebutuhan yang dijalankan (lokasi, banyaknya pelatihan hingga konten pelatihan)
a
b
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, PTN & PTS di Indonesia, Kementerian Riset dan Teknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, BPPT
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, PTN & PTS di Indonesia, Kementerian Riset dan Teknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, BPPT
PENANGGUNGJAWAB
X
X
2015
X
X
2016
1
Pemberdayaan para pelaku industri kreatif untuk dapat melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan Melakukan sosialisasi pada para pelaku industri kreatif mengenai pentingnya kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai salah satu tonggak bagi perkembangan bisnis Memberikan pelatihan mengenai tata cara melakukan penelitian dan pengembangan sederhana bagi para pelaku industri kreatif
a
b
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Riset dan Teknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, BPPT
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Riset dan Teknologi
X
X
X
X
SASARAN 2: Meningkatnya kualitas & kuantitas orang kreatif (peneliti dan perekayasa) terkait bidang bidang dalam industri kreatif.
5
SASARAN/RENCANA AKSI
X
X
2017
TAHUN
X
X
2018
X
X
2019
114
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
Pemberdayaan para peneliti dan perekayasa melalui pemberian pelatihan dalam peningkatan kompetensi (teknis metodologi, inovasi, berpikir kritis dan dinamis) Membentuk suatu asosiasi peneliti dan perekayasa khusus bidang bidang dalam industri kreatif yang berfungsi sebagai wadah pertukaran informasi seputar perkembangan penelitian dan pengembangan dalam bidang industri kreatif Menyalurkan fasilitas pelatihan dengan tema teknis metodologi, cara berpikir kritis serta pribadi dinamis melalui asosiasi tersebut
a
b
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Asosiasi profesi peneliti yang telah ada
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian riset dan teknologi, Asosiasi profesi peneliti yang telah ada
PENANGGUNGJAWAB X
2015 X
2016
X
2017
TAHUN
X
2018
1
Pemberian fasilitas dalam mendukung kegiatan pemetaan sumber daya alam dan budaya di setiap daerah di Indonesia Membentuk agenda penelitian untuk memetakan sumber daya alam dan budaya di setiap daerah di Indonesia
Memberikan fasilitas berupa akses data serta pembiayaan bagi kegiatan penelitian dan pengembangan yang bertujuan untuk mengeksplorasi sumber daya alam dan budaya di Indonesia Mengumpulkan seluruh hasil penelitian yang meengeksplorasi sumber daya alam dan budaya di Indonesia
a
b
c
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Riset dan Teknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, BPPT, Pemerintah daerah
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Riset dan Teknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, BPPT, Pemerintah daerah
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Riset dan Teknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, BPPT
X
X
X
X
X
X
X
X
X
SASARAN 3: Terciptanya pusat pengetahuan sumber daya alam dan budaya lokal yang akurat dan terpercaya serta dapat diakses secara mudah dan cepat
2
SASARAN/RENCANA AKSI
X
X
X
2019
LAMPIRAN
115
Pemberian fasilitas dalam pembentukan pusat informasi sumber daya alam dan budaya di setiap daerah di Indonesia Menyediakan pembiayaan guna membentuk pusat informasi sumber daya alam dan budaya di setiap daerah di Indonesia Membentuk sistem atau standar yang nantinya akan diadopsi oleh seluruh pusat informasi yang dibentuk Melakukan sosialisasi keberadaan dan cara akses pusat informasi yang telah dibentuk pada masyarakat luas
a
b
c
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pemerintah & Dinas setempat di daerah
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Pekerjaan Umum, Pemerintah & Dinas setempat di daerah
PENANGGUNGJAWAB
X
X
2015
X
X
2016
X
X
2017
TAHUN
X
X
2018
1
Fasilitasi peningkatan kapasitas ilmu pengetahuan bagi para peneliti dan perekayasa terkait bidang-bidang dalam industi kreatif a
Membuat suatu agenda konferensi sesuai dengan masing masing bidang dalam industri kreatif yang melibatkan para ahli baik akademisi maupun praktisi dan peneliti untuk saling bertukar pikiran & berbagi ilmu
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian riset dan teknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, BPPT
X
SASARAN 4: Meningkatnya kegiatan penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif yang inovatif, berdaya saing dan terintegrasi secara berkelanjutan
2
SASARAN/RENCANA AKSI
X
X
2019
116
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
Mendukung pengembangan lembaga intermediator
Fasilitasi penyelenggaraan ajang diseminasi hasil penelitian dan pengembangan terkait bidang dalam industri kreatif
3
4 a
a
a
Membuat suatu wadah baik berupa portal, seminar maupun konferensi berkala yang menjadi tempat diseminasi hasil penelitian dan pengembangan khusus terkait bidang bidang dalam industri kreatif
Memberikan kemudahan akses bagi para lembaga intermediator. Misalnya: memberikan kemudahan akses informasi terkait investor dari sisi pemerintahan maupun bisnis.
Membuat suatu kompetisi khusus untuk bidang penelitian yang terkait dengan industri kreatif secara nasional dan mudah diakses
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian riset dan teknologi, Lembaga ilmu pengetahuan Indonesia, BPPT
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian riset dan teknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, BPPT
PENANGGUNGJAWAB
X
X
X
2015
X
X
2016
1
Melakukan kegiatan pengkajian terhadap penelitian terdahulu terkait bidang dalam industri kreatif a
Membentuk suatu agenda untuk mengkaji penelitian terdahulu terkait bidang bidang dalam industri kreatif dengan tujuan untuk memetakan penelitian apa yang dibutuhkan selanjutnya, menjalankan agenda tersebut serta melakukan sosialisasi atas hasil yang didapatkan sebagai acuan penelitian lainnya
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, LIPI
X
X
X
X
X
2017
TAHUN
SASARAN 5: Meningkatnya keragaman dan kualitas hasil penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif
Fasilitasi penyelenggaraan kompetisi bagi para peneliti dan perekayasa terkait bidangbidang dalam industri kreatif sebagai bentuk peningkatan motivasi
2
SASARAN/RENCANA AKSI
X
X
X
2018
X
X
X
2019
LAMPIRAN
117
Fasilitasi kegiatan eksplorasi kebutuhan akan penelitian dan pengembangan terkait bidang dalam industri kreatif yang tepat guna Melakukan suatu penelitian yang melibatkan pemikiran seluruh pemangku kepentingan yakni pemerintah, pelaku industri, komunitas dan akademisi dalam mengeksplorasi kebutuhan penelitian dan pengembangan terkait bidang industri kreatif Membentuk peta jalan atau roadmap penelitian atas hasil pengkajian pada penelitian terdahulu dan pemikiran seluruh pemangku kepentingan yakni pemerintah, pelaku industri, komunitas dan akademisi.
a
b
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, LIPI
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, LIPI
PENANGGUNGJAWAB
X
X
2015 X
2016 X
2017
TAHUN
X
2018
X
2019
1
Pembentukan dewan khusus yang dapat mengkaji kualitas penelitian dan pengembangan terkait bidang dalam industri kreatif a
Membentuk dewan yang beranggotakan para ahli baik praktisi maupun akademisi dalam bidang bidang terkait industri kreatif yang dapat mengkaji kualitas dari kegiatan dan hasil penelitian dan pengembangan
Kementerian Pariwisata dan ekonomi kreatif, Kementerian perindustrian, Kementerian perdagangan, Kementerian riset dan teknologi
X
SASARAN 6: Meningkatnya apresiasi kepada orang kreatif (peneliti & perekayasa) dalam bidang penelitian dan pengembangan industri kreatif Indonesia baik di dalam dan luar negeri.
2
SASARAN/RENCANA AKSI
118
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
Pemberian penghargaan prestisius bagi penelitian dan pengembangan yang berimplikasi besar terkait bidang dalam industri kreatif
Peningkatan insentif finansial bagi para peneliti dan perekayasa terkait bidang dalam industri kreatif yang berprestasi
2
3
SASARAN/RENCANA AKSI
Melakukan sosialisasi atas ajang penghargaan kepada para peneliti dan perekayasa secara luas misalnya melalui sorotan media
c
Melakukan pengkajian standar insentif finansial bagi para peneliti yang melakukan penelitian dan pengembangan dalam bidang industri kreatif yang berprestasi (memiliki implikasi yang besar)
Membentuk suatu ajang penghargaan yang bergengsi dan bertaraf nasional dimana penghargaan hanya diberikan pada penelitian yang memiliki implikasi besar pada bidang industri kreatif
b
a
Membentuk suatu pedoman standar bagi kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang dalam industri kreatif yang berprestasi (berimplikasi besar)
a
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Pariwisata dan ekonomi kreatif, Kementerian riset dan teknologi
Kementerian Pariwisata dan ekonomi kreatif, Kementerian perindustrian, Kementerian perdagangan, Kementerian riset dan teknologi, Asosiasi profesi terkait
Kementerian Pariwisata dan ekonomi kreatif, Kementerian perindustrian, Kementerian perdagangan, Kementerian riset dan teknologi
Kementerian Pariwisata dan ekonomi kreatif, Kementerian perindustrian, Kementerian perdagangan, Kementerian riset dan teknologi
PENANGGUNGJAWAB
X
2015 X
2016
X
X
2017
TAHUN
X
X
2018
X
X
2019
LAMPIRAN
119
Meningkatkan keberagaman insentif bagi para peneliti dan perekayasa berprestasi (akses belajar keluar negeri, peningkatan kapasitas diri, dll)
5 a
a
b
Membentuk berbagai macam program insentif bagi para peneliti dan perekayasa yang tidak hanya berbentuk finansial tetapi juga non finansial seperti memberikan akses belajar keluar negeri, memberikan kesempatan pengembangan kemampuan teknis, dll.
Melakukan kegiatan sosialisasi pada para pelaku industri kreatif mengenai pentingnya kegiatan penelitian dan pengembangan bagi kemajuan usaha
Melakukan peningkatan sesuai dengan hasil pengkajian serta melakukan sosialisasi
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Pariwisata dan ekonomi kreatif, Kementerian perindustrian, Kementerian perdagangan, Kementerian riset dan teknologi, Kementerian Pendidikan Nasional
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Asosiasi profesi terkait
Kementerian Pariwisata dan ekonomi kreatif, Kementerian riset dan teknologi, Asosiasi profesi terkait
PENANGGUNGJAWAB
X
2015
X
X
2016
2017
TAHUN 2018
2019
1
Pembentukan portal khusus yang memuat kesempatan pembiayaan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang dalam industri kreatif a
Melakukan pendataan atas kesempatan pembiayaan yang dapat didapatkan oleh para peneliti dan perekayasa terkait bidang dalam industri kreatif
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, LIPI, Kementerian Riset dan Teknologi
X
SASARAN 7: Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi seluruh kegiatan penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif yang memiliki skema pembiayaan yang baik (besaran yang sesuai, sistem tidak rumit)
Fasilitasi kegiatan sosialisasi mengenai urgensi kegiatan penelitian dan pengembangan dalam mendukung kemajuan industri kreatif
4
SASARAN/RENCANA AKSI
120
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
Pembentukan skema pembiayaan ideal untuk kegiatan penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang dalam industri kreatif
Fasilitasi lembaga intermediator yang telah ada sebagai jembatan antara peneliti dan perekayasa dengan calon investor
2
3
SASARAN/RENCANA AKSI
Memberikan fasilitas berupa akses pembiayaan hingga pemberian dukungan biaya untuk pengembangan lembaga intermediator yang ada
Membentuk skema pembiayaan yang ideal berdasarkan hasil pengkajian yang kemudian disosialisasikan kepada lembaga penyedia pembiayaan penelitian
b
a
Melakukan pengkajian standar pembiayaan kegiatan penelitian dan pengembangan dengan melibatkan para peneliti dan perekayasa terkait bidang dalam industri kreatif
Membentuk suatu sistem yang dapat menampung seluruh informasi atas kesempatan pembiayaan yang dapat didapatkan
a
b
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Pariwisata dan ekonomi kreatif, Kementerian perindustrian, Kementerian perdagangan, Kementerian riset dan teknologi
Kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif, asosiasi profesi peneliti yang telah ada
Kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif, asosiasi profesi peneliti yang telah ada
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
PENANGGUNGJAWAB
X
X
2015
X
X
X
2016
X
X
X
2017
TAHUN
X
2018
X
2019
LAMPIRAN
121
DESKRIPSI RENCANA AKSI
PENANGGUNGJAWAB 2015
2016
2017
TAHUN 2018
Membentuk program sayembara penelitian dengan topik sesuai hasil kajian berkala akan kebutuhan penelitian dan pengembangan terkait bidang dalam industri kreatif
2 a
a
Membentuk sayembara penelitian sesuai dengan analisa kebutuhan yang dilakukan di tahap sebelumnya melalui kerjasama dengan lembaga penelitian lain baik milik pemerintah maupun swasta
Mengadakan pengkajian akan kebutuhan penelitian dalam bidang industri kreatif dengan mengundang para peneliti, pelaku industri dan pemerintah untuk memperkaya pemikiran
Kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif, kementerian riset dan teknologi
Kementerian Pariwisata dan ekonomi kreatif, Kementerian perindustrian, Kementerian perdagangan, Kementerian riset dan teknologi, Asosiasi profesi terkait X
X
X
X
1
Pengkajian kembali regulasi terkait HKI yang memudahkan para peneliti dan perekayasa terkait bidang dalam industri kreatif a
Melakukan studi kebijakan terkait HKI bagi para peneliti dan perekayasa khususnya terkait bidang dalam industri kreatif (studi kebijakan meliputi analisa kebijakan saat ini, optimalisasi penyelenggaraan kebijakan serta harapan kebijakan dimasa mendatang)
Kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif, Kementerian Hukum dan HAM
X
X
SASARAN 9: Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait dengan bidang bidang dalam industri kreatif indonesia
Pembentukan agenda pengkajian berkala bersama peneliti, industri, pemerintah serta komunitas dalam mendeteksi kebutuhan penelitian dan pengembangan terkait bidang industri kreatif
1
X
2019
SASARAN 8: Meningkatnya jumlah kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
SASARAN/RENCANA AKSI
122
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019
Pengkajian optimalisasi praktik kebijakan insentif pajak bagi kegiatan penelitian dan pengembangan khususnya terkait bidang dalam industri kreatif
3 a
a
Melakukan studi kebijakan terkait insentif pajak bagi para peneliti dan perekayasa khususnya terkait bidang dalam industri kreatif (studi kebijakan meliputi analisa kebijakan saat ini, optimalisasi penyelenggaraan kebijakan serta harapan kebijakan dimasa mendatang)
Melakukan studi kebijakan terkait standar pembiayaan bagi para peneliti dan perekayasa khususnya terkait bidang dalam industri kreatif (studi kebijakan meliputi analisa kebijakan saat ini, optimalisasi penyelenggaraan kebijakan serta harapan kebijakan dimasa mendatang)
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif, Kementerian keuangan
Kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif, Kementerian keuangan, Kementerian Riset dan Teknologi
PENANGGUNGJAWAB
X
X
2015
X
X
2016
X
X
2017
TAHUN 2018
2019
Menyelenggarkan konferensi berkala
a
Menyusun agenda konferensi serta mengundang pihak pemerintah, pelaku industi, peneliti serta komunitas untuk membahas pengembangan arah kegiatan penelitian terkait bidang dalam industri kreatif
SASARAN 11: Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna yang mudah diakses
1
Kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif, Kementerian perindustrian, Kementerian perdagangan, Kementerian riset dan teknologi, Asosiasi profesi terkait
X
X
X
X
X
SASARAN 10: Meningkatnya partisipasi aktif dan kolaborasi pemangku kepentingan dalam pengembangan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang bidang dalam industri kreatif secara berkualitas dan berkelanjutan.
Pengkajian dan pembentukan regulasi terkait standar pembiayaan bagi kegiatan penelitian dan pengembangan terkait bidang dalam industri kreatif
2
SASARAN/RENCANA AKSI
LAMPIRAN
123
Pembentukan portal khusus yang dapat memuat dan menyalurkan kebutuhan fasilitas teknologi yang dibutuhkan oleh peneliti dan perekayasa terkait bidang dalam industri kreatif
2 Pembentukan sistem untuk wadah yang berbentuk portal yang dapat menyalurkan kebutuhan fasilitas teknologi para peneliti dan perekayasa Sosialisasi atas wadah yang telah terbentuk untuk kemudian dapat dimanfaatkan oleh para peneliti dan perekayasa yang membutuhkan
b
Melakukan kerjasama dengan para lembaga penelitian yang memiliki fasilitas teknologi agar dapat diakses secara lebih luas oleh para peneliti dan perekayasa mandiri
b
a
Melakukan pendataan akan fasilitas teknologi yang dimiliki oleh para lembaga penelitian di Indonesia
a
DESKRIPSI RENCANA AKSI
1
Melakukan kerjasama dengan lembaga repository swasta hingga publisher internasional agar akses terhadap penelitian terdahulu semakin luas a
Berlangganan jurnal internasional berkualitas yang berkaitan dengan bidang bidang dalam industri kreatif dan menyebarkan aksesnya kepada para peneliti dan perekayasa agar dapat dimanfaatkan secara optimal
SASARAN 12: Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai
Pembentukan kerjasama dengan lembaga penelitian lain dalam fasilitasi kebutuhan teknologi para peneliti dan perekayasa terkait bidang dalam industri kreatif
1
SASARAN/RENCANA AKSI
Kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif,Kementerian riset dan teknologi, Kementerian pendidikan dan kebudayaan
Kementerian Pariwisata dan ekonomi kreatif, Kementerian riset dan teknologi, Asosiasi profesi terkait
Kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif, Kementerian riset dan teknologi
Kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif, Kementerian riset dan teknologi
Kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif, Kementerian riset dan teknologi
PENANGGUNGJAWAB
X
X
2015
X
X
X
2016
X
X
X
2017
TAHUN
X
X
X
2018
X
X
X
2019
126
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019