BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini mengkaji tentang pengobatan suwuk pada etnis Jawa di Desa Aek Loba Pekan Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan. Fokus dari penelitian ini adalah mengenai mengapa pengobatan suwuk ini tetap bertahan hingga saat ini. Padahal sudah banyak pengobatan modern dan pengobatan tradisional lainnya seperti pengobatan akupuntur dan kusuk di desa tersebut. Hal yang lebih menarik adalah banyak pengobatan tradisional selain suwuk seperti pengobatan dukun tiban 1, dan dukun calak 2 yang telah punah di desa tersebut, sedangkan pengobatan itu sudah ada di Desa Aek Loba Pekan sekitar abad ke-19 bersamaan dengan munculnya pengobatan suwuk 3. Penduduk yang berdomisili di Desa Aek Loba Pekan ini adalah etnis jawa yang berjumlah sekitar 93,7% sedangkan sisanya ada etnis Batak Mandailing, Batak Toba, Sunda, Banjar dan Nias sekitar 6,3 % 4 . Etnis Jawa di Desa Aek Loba Pekan merupakan transmigran dari Jawa Tengah dan merupakan penduduk asli, sedangkan etnis lainnya merupakan pendatang. Etnis Jawa di Desa Aek Loba Pekan masih memegang teguh kebudayaan jawa. Hal ini terlihat dari segi bahasa yang masih kental dan upacara-upacara seperti upacara perkawinan, upacara nujuh bulan 5, upacara selamatan, upacara syukuran, upacara penamaan bayi. Dari
1
Tiban merupakan pengobatan yang kekuatannya dari hasil roh Dukun calak adalah dukun untuk sunatan. 3 Hasil informasi sementara dari informan 4 Hasil wawancara sementara dari beberapa informan. 5 Tujuh bulan ( upacara bagi wanita yang hamil pertama,dan kehamilannya berusia 7 bulan ) sering disebut juga tingkeban 2
Universitas Sumatera Utara
segi pengobatan pun masyarakat desa ini masih banyak menggunakan pengobatan tradisional seperti kusuk, suwuk, prewangan, dan akupuntur. Secara harfiah, kata suwuk berasal dari bahasa Jawa yang artinya adalah berhenti 6. Menurut orang Jawa suwuk diartikan sebagai cara pengobatan tradisional dari seseorang yang dianggap memiliki kemampuan untuk mengobati dan menggunakan mantra (japa) 7. Mantra (japa) dibacakan pada media air yang kemudian diminumkan kepada pasien atau yang sedang menderita suatu penyakit 8. Pengobatan suwuk bagi orang Jawa di Desa Aek Loba Pekan, digunakan sebagai obat, penawar dan peyapihan. Orang yang melakukan pengobatan suwuk disebut sebagai penyuwuk atau dukun suwuk. Suwuk sebagai obat digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit yang diakibatkan karena keseimbangan dalam tubuh terganggu seperti muntaber, berak darah, demam. Obat-obatan suwuk biasanya berasal dari tumbuh-tumbuhan atau yang disebut dengan ramuan tradisional. Ramuan tradisional merupakan media pengobatan yang menggunakan tanaman dengan kandungan bahan–bahan alamiah sebagai bahan bakunya. Berbagai jenis tanaman yang berkhasiat untuk obat sebenarnya banyak yang dapat diperoleh di lingkungan sekitar, seperti di halaman rumah, atau di dapur sebagai bahan atau bumbu masakan. Obat-obatan yang sering digunakan oleh para dukun suwuk adalah petika (sejenis daun-daun), biasanya tanaman ini ada di halaman rumah si dukun. Ada beberapa bumbu
6
7
http://www.berarti.com/suwuk diakses pada tanggal 13 Januari 2013 http://kanal3.wordpress.com/2012/09/24/sejarah-budaya-suwuk-di-indonesia-dan-proses
pembuatan-air-suwuk/ diakses pada 25 Januari 2013 8
http://kanal3.wordpress.com/2012/09/24/sejarah-budaya-suwuk-di-indonesia-dan-prosespembuatan-air-suwuk/ diakses pada tanggal 13 Januari 1013
Universitas Sumatera Utara
masakan yang juga digunakan sebagai obat suwuk salah satunya yaitu merica 9. Menurut Agus (2007) ramuan tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan alami punya kelebihan dari efek samping. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang menggunakan ramuan tradisional seperti suku Indian Soshone menggunakan sekitar 300 macam tanaman untuk pengobatan. Suku Hanunoo di Mindoro mengenal lebih dari 1600 macam tumbuhan untuk mengobati berbagai penyakit (Agus, 2007 : 268). Suwuk sebagai penawar digunakan untuk orang yang terkena penyakit yang bersumber dari mahluk-mahluk gaib seperti guna-guna, sawan merupakan penyakit yang disebabkan oleh gangguan-gangguan dari mahluk gaib biasanya penderita penyakit ini adalah anak balita, dan kesambet atau kemasukan roh halus. Suwuk sebagai Penyapihan merupakan tehnik pengobatan bayi yang masih berusia 1-2 tahun, dalam melakukan penceraian air susu ibu (ASI). Penyapihan ini sering dilakukan pada anak bayi yang sulit untuk
berhenti dari masa
menyusui. Metode pengobatan suwuk memiliki beranekaragam cara sesuai dengan jenis penyakit yang diderita oleh pasien. Pasien dalam pengobatan suwuk dari semua kalangan umur, mulai dari bayi, anak-anak, orang dewasa hingga untuk orang tua. Contoh pengobatan suwuk dalam mengobati seorang anak yang selalu rewel dan menangis, setiap dukun memiliki metode suwuk yang berbeda-beda dalam mengobati anak tersebut. Salah satu dukun hanya mengobati dengan media air yang sudah di mantrai kemudian sianak meminum air tersebut dan
9
Keterangan dari salah satu informan
Universitas Sumatera Utara
mengusapkan ke wajahnya. Sedangkan dukun lainnya mengobati dengan menggunakan media air yang dimantrai lalu air tersebut disemburkan pada anak tersebut. Contoh di atas merupakan salah satu perbedaan metode pengobatan suwuk. Pengobatan suwuk selalu menggunakan air dan mantra. Semua dukun suwuk selalu menggunakan 2 (dua) hal tersebut dalam segala penyakit baik penyakit fisik maupun psikis 10. Pengobatan tradsional yang menggunakan mantra juga terlihat pada pengobatan balian 11 yang ada di Desa Kuntap, Dayak Benuaq. (Srinth!1 : 2004). Ada beberapa informasi mengenai lahirnya pengobatan suwuk. Informasi pertama lahirnya pengobatan suwuk muncul ketika zaman Walisongo 12 di Pulau Jawa pada abad ke-14 13. Salah seorang dari Walisongo yaitu Maulana Ishaq yang berasal dari Samarkand, Rusia Selatan adalah penyebar agama Islam dan ahli dalam pengobatan 14. Penjelasan informasi ini mungkin pengobatan suwuk berasal dari Samarkand Rusia Selatan. Informasi kedua lahirnya pengobatan suwuk dari dukun suwuk yang ada di Desa Aek Loba Pekan, suwuk berasal dari pulau Jawa. Keterangan mengenai lahirnya suwuk di Jawa bagaian mana belum ada kejelasan, hal ini terjadi karena ada beberapa perbedaan pendapat. Salah satu keterangan dari informan bahwa suwuk terdapat di Jawa Tengah khususnya di Wonogiri, ada juga yang
10
Psikis : jiwa seperti kerasukan Balian merupakan pengobatan yang menggunakan ritual, sesajen dan mantra, pengobatan ini dilakukan oleh seorang dukun wanita yang bernama Supinah. Informasi ini terdapat pada Media Perempuan Multikultural yang disebut Srinth!1. 12 Walisongo artinya Sembilan wali yang merupakan orang-orang khusus dalam menyebarkan agama Islam di Jawa. 13 http://id.wikipedia.org/wiki/Walisongo diakses pada 25 Januari 2013 11
14
http://forumm.wgaul.com/showthread.php?t=80691,diakses pada Kamis 10 Januari 2013
Universitas Sumatera Utara
mengatakan suwuk berasal dari Solo, bahkan ada juga yang mengatakan suwuk berasal dari Jawa Timur. Pengobatan tradisional yang menyerupai pengobatan suwuk juga ada di daerah Jawa Tengah, terlihat dari pengalaman yang ditulis oleh Saksono (2007) dalam bukunya mengenai pengalaman seorang wanita menderita haid yang tak kunjung sembuh. Wanita tersebut telah mendatangi dokter namun sakitnya hanya sembuh sementara. Karena penyakitnya tak sembuh, wanita tersebut melakukan pengobatan dari dukun yang hanya menggunakan mantra, kemudian sakitnya pun sembuh (Saksono 2007:10). Bukan hanya di daerah Jawa saja pengobatan tradisional yang menyerupai pengobatan suwuk. Sianipar (1987) dalam bukunya menjelaskan peranan dukun masih
dibutuhkan
pada
masyarakat
Bugis-Makasar
Di
Kota
Madya
Ujungpandang. Di kalangan orang Bugis-Makasar, sanro merupakan sebutan yang paling populer untuk dukun. Selama pengalaman sanro menolong klien, terutama mengobati orang sakit, setiap sanro pernah mengalami masa gemilang diukur dari banyaknya klien yang datang dan dilayani. Salah satu sanro umpamanya mencapai puncak kepopuleran pada tahun 1974. Selama bulan Mei dan Juni tahun itu tercatat berturut-turut sebanyak 739 dan 1.022 orang pasien. Semakin berkembangnya zaman jumlah pasien sanro pun semakin berkurang. Namun sanro tidak mengalami kepunahan karena masih ada juga pasien yang datang, dengan kata lain sanro masih tetap bertahan (Sianipar 1987 : 27). Dari penjelasan beberapa studi kasus di atas, bahwa ternyata pengobatan tradisional masih tetap bertahan. Salah satu contoh seperti studi kasus pertama, pada saat si penderita penyakit berobat ke dokter penyakit yang dideritanya hanya
Universitas Sumatera Utara
sembuh sebentar. Tetapi ketika ia pergi berobat ke dukun, penyakit yang dideritanya sembuh total. hal ini menjelaskan bahwa bukti kesembuhan menjadi pilihan yang paling utama dan menjadi kepercayaan seseorang untuk memilih tempat pengobatan. Logan dan Hunt (dalam Findra : 2001) menjelaskan bahwa pada umumnya, keanekaragaman persepsi sehat dan sakit beserta perawatan kesehatan antar komunitas pada umumnya ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma. Atas dasar konsep ini, dapat dikatakan bahwa pada umumnya kebudayaan yang menentukan apa yang menyebabkan orang menderita sebagai akibat dari perilakunya dan mengapa perawatan medisnya mengikuti cara tertentu dan bukan cara lainya 15. Sebagai contoh jika sakit diguna-guna maka pengobatan yang dilakukan adalah meminta pertolongan dukun. Hal ini sudah terdoktrin dalam pikiran setiap orang yang mengenal pengobatan tradisional. Demikian pula halnya dengan pengobatan tradisional suwuk yang ada di Desa Aek Loba Pekan pengobatan suwuk masih tetap bertahan, ditambah lagi yang menjadi pasien bukan hanya etnis Jawa, tapi dari etnis Batak Toba dan Cina. Etnis Batak Toba dan Cina sudah mengenal dan mengikuti pengobatan suwuk sekitar tahun 1970, jumlah pasien dari etnis lain ± 10 orang/tahun. Sedangkan jumlah pasien keseluruhan sekitar 50-100 pasien untuk setiap dukun suwuk. Mungkin alasan kesembuhan yang menjadi dasar utama tujuan setiap orang memilih pengobatan tersebut 16. Apapun alasan masyarakat masih memilih pengobatan suwuk namun suwuk masih tetap bertahan di desa tersebut. Keterangan ini yang menjadi acuan peneliti untuk meneliti tentang bertahannya pengobatan suwuk di Desa Aek Loba Pekan. 15 16
Skrifsi Hedo Findra 2001 dengan judul Metode Pengobatan Ruqyah Keterangan hasil wawancara dari dukun suwuk di Aek Kuasan
Universitas Sumatera Utara
1.2 Tinjauan Pustaka Pengobatan tradisional merupakan suatu upaya kesehatan dengan cara yang berbeda dengan ilmu kedokteran, berakar pada tradisi yang berasal dari suku itu sendiri maupun diluar dari suku tersebut (Sarajar dkk, 1994 : 2). Pengobatan tradisional ini cendrung menjadi tradisi yang turun temurun di kalangan masyarakat. Menurut Ismail tradisi dalam arti sempit adalah kumpulan benda material dan ide yang diberi makna khusus yang berasal dari masa lalu (Ismail, 2012 : 25). Pengobatan tradisional itu sendiri merupakan tradisi dari kumpulan gagasan pada suatu suku tertentu.
Menurut Foster dan Anderson (1986) di negara-negara yang memiliki sistem medis tradisional, seringkali timbul keinginan untuk meningkatkan sistem medis tradisional itu pada status “terpisah namun sederajat” dengan kedokteran Barat, dilandasi oleh argumen mengenai kemanshuran efektivitas pengobatan tradisional tersebut. Menurut Huard dan Wong dalam tulisanya akhir-akhir ini mengenai pengobatan Cina, misalnya menekankan pentingnya teknik-teknik pengobatan yang telah dikenal dan digunakan lama sebelum pengobatan itu muncul di Barat. Sementara menurut Opler di Asia Tenggara, pengobatan Ayuverda Hindu, dan pengobatan Islam, Unani Tibbi, dikenal dan didukung oleh pemerintah nasional masing-masing (dalam Foster dan Anderson : 1986 : 57).
Selanjutnya Foster dan Anderson (Foster dan Anderson 1986 : 63) mengungkapkan bahwa sistem universal menyangkut pada 2 (dua) sistem sakit yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Sistem-sistem medis personalistik Sistem personalistik adalah suatu sistem dimana penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi dari suatu agen yang aktif, yang dapat berupa makhluk supranatural (makhluk gaib atau dewa), makhluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur atau roh jahat) maupun makhluk manusia (tukang sihir atau tukang tenun). Orang yang sakit adalah korbannya, objek dari agresi atau hukuman yang ditunjukkan khusus kepadanya untuk alasan-alasan khusus yang menyangkut dirinya sendiri. 2. Sistem Medis naturalistik Dalam sistem naturalistik, penyakit ( illness ) dijelaskan dengan istilahistilah yang sistemik yang bukan pribadi. Sistem-sistem naturalistik, diatas segalanya, mengakui adanya suatu model keseimbangan, sehat terjadi karena unsur-unsur yang tetap dalam tubuh, seperti panas, dingin, cairan tubuh (humor atau dosha), yin dan yang, berada dalam keadaan, seimbang menurut usia dan kondisi individu dalam lingkungan alamiah dan lingkungan sosialnya. Apabila keseimbangan ini terganggu, maka hasilnya adalah timbulnya penyakit.
Konsep sakit sering diintepretasikan secara berbeda-beda berdasarkan pengetahuan secara umum dan pengetahuan secara budaya dari setiap kebudayaan masing-masing. Secara umum defenisi sakit adalah suatu keadaan yang tidak seimbang, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan. Dengan demikian seseorang yang menderita suatu jenis penyakit berarti orang tersebut tidak dapat menjaga keseimbangan diri dengan lingkungannya atau organisme tubuh yang terdapat pada diri seseorang itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya,
Universitas Sumatera Utara
maka orang tersebut dikatakan sakit (menderita suatu jenis penyakit) yang memerlukan penyembuhan baik secara tradisional maupun modern (Lubis dkk, 1995 : 2) 17. Studi ini akan mencermati konsep sehat dan sakit pada dukun suwuk dan kaitannya dengan sistem dukun suwuk.
Setiap praktek dukun lainnya, pengobatan dukun mempunyai dua tahap ; pertama diagnosa dan pemilihan metode pengobatan yang tepat (Geertz, 1981:123). Diagnosa merupakan proses untuk mengetahui jenis penyakit yang diderita pasien. Dukun suwuk juga menggunakan hal yang sama seperti apa yang dilakukan Greertz, dimana setelah dukun mendiagnosa penyakit pasien, maka dukun pun tahu metode pengobatan seperti apa yang akan dilakukan. Jika di suwuk metode pengobatan yang selalu digunakan baik penyakit yang naturalistik maupun personalistik adalah menggunakan air dan mantra.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2007) mantra adalah kata-kata, ayatayat yang menimbulkan kuasa ghaib atau hikmat apabila diucapkan (untuk menyembuhkan penyakit, menghalau hantu dan sebagainya. Menurut Meliji (dalam Agus : 2007) bahwa obat-obatan tradisional yang berasal dari tumbuhan dan air lebih ampuh digunakan jika dibarengi dengan bacaan mantra, karena mantra memiliki kekuatan gaib dari roh-roh leluhur. Sedangkan air menurut Kodoatie adalah material yang sangat dibutuhkan dalam hidup 18. Air sudah teruji banyak menyembuhkan berbagai jenis penyakit, hal ini dibuktikan oleh seorang Guru Besar Fakultas MIPA Unair, Suhariningsih dan seorang peneliti Jepang terkenal Emoto. Suhariningsih mengatakan bahwa air juga membentuk 17
Dikutip dari buku Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat Pedesaan Daerah Sumatera Utara http://carapedia.com/pengertian_definisi_air_info2045.html diakses pada tanggal 4 Februari 2013 18
Universitas Sumatera Utara
konfigurasi yang mampu memancarkan gelombang elektromagnetik. Di bidang kimia air memiliki rumus H2O, tetapi bagi ahli fisika konfigurasi atom pembentuk molekul air sangat menentukan informasi yang ada di dalamnya. Setiap molekul air mengandung informasi tertentu. Fenomena yang ada, tergantung dari informasi yang datang. Air dalam struktur tertentu, dapat menjadi informasi yang dibutuhkan oleh tubuh, sehingga bisa bersifat menyembuhkan. Penelitian Emoto pada tahun 2006 juga berhasil membuktikan bahwa air sanggup membawa pesan atau informasi dari apa yang diberikan kepadanya. Bahkan air yang diberi respon positif, termasuk doa, akan menghasilkan bentuk kristal heksagonal yang indah. Hasil
penelitian
Emoto
merupakan
pengalaman
menakjubkan
karena
membuktikan bahwa air ternyata “hidup” dan dapat merespon apa yang disampaikan manusia 19.
Metode pengobatan dalam pengobatan suwuk beranekaragam sesuai dengan dukun. Dukun didefinisikan sebagai orang yang mengobati orang sakit secara kampung dengan jampi,mantra,pawang dan sebagainya 20. Dukun juga memiliki beranekaragam nama sesuai dengan suku ataupun daerah masingmasing. Contoh jika di Bugis dukun disebut masyarakat sebagai sanro, di karo dukun disebut sebagai guru, lain hal dengan di simalungun dukun sering disebut sebagai datuk. Di kalangan masyarakat di Desa Aek Loba Pekan, orang yang melakukan pengobatan suwuk disebut penyuwuk atau dukun suwuk .
19
http://habibmaulana.com/budaya-suwuk-masih-relevankah/ diakses tanggal 4 februari 2013
20
Priyo Darmanto dkk ( Kamus Prima Bahasa Indonesia )
Universitas Sumatera Utara
Pengalaman Geertz (1981) ketika melakukan penelitian di tahun 1950-an di Modjokerto, Jawa Timur. Ada beberapa macam dukun : dukun bayi, dukun pijat, dukun prewangan (medium), dukun calak (tukang sunat), dukun wiwit (ahli upacara panen), dukun tematen (ahli upaca perkawinan), dukun pentungan (ahli meramal dengan angka), dukun sihir atau juru sihir, dukun susuk (spesialis yang mengobati dengan jarum mas di bawah kulit), dukun japa (tabib yang mengandalkan mantra), tabib jampi (tabib yang menggunakan tumbuh-tumbuhan dan berbagai obat asli), dukun siwer ( spesialis dalam mencegah kesialan alami seperti mencegah hujan ketika orang sedang mengadakan pesta), dukun tiban (tabib yang kekuatannya temporer dan merupakan hasil dari kerasukan roh (Greezt, 1981 : 116). Dari jenis-jenis keahlian dukun yang dijelaskan oleh Greertz di atas, juga terdapat hal yang sama dalam pengobatan suwuk yaitu : 1) Dukun prewangan (medium) yaitu dalam suwuk juga ada sistem pemanggilan roh orang yang sudah meninggal lalu membantu untuk mengobati sipasien. 2) Dukun japa, dimana dalam suwuk juga menggunakan mantra dalam proses pengobatan. 3) Tabib jampi, suwuk juga menggunakan tumbuh-tumbuhan untuk mengobati pasien.
Pengobatan suwuk adalah termasuk dalam jenis pengobatan tradisional yang terdapat di Sumatera Utara. Menurut Lubis dkk (1995) dalam penelitiannya tentang pengobatan tradisional pada masyarakat pedesaan daerah Sumatera Utara pada tahun 1995, pengobatan suatu jenis penyakit yang dilakukan secara tradisional dengan memanfaatkan tenaga pengobatan tradisional dan pengobatan jenis penyakit yang dilakukan secara modern dengan memanfaatkan tenaga medis serta dengan mempergunakan peralatan kedokteran yang serba modern, kedua
Universitas Sumatera Utara
jenis (cara) ini saling berbeda dan tidak dapat dipertemukan dan sampai saat ini kedua cara ini masih diperlukan oleh masyarakat, baik masyarakat yang ada di perkotaan maupun masyarakat yang ada di pedesaan. Masyarakat yang berada di perkotaan cenderung untuk pengobatan penyakitnya kepada tenaga medis atau dokter yang mendapatkan pengetahuan melalui jalur pendidikan di Perguruan Tinggi. Sedangkan masyarakat yang berada di pedesaan bila mereka menderita suatu jenis penyakit, baik yang bersifat naturalistik maupun yang personalistik cenderung meminta bantuan kepada pengobatan tradisional (dukun, datuk, dan tabib). Bilamana penyakit yang diderita seseorang tidak dapat hilang atau sembuh barulah orang (sipenderita) berusaha untuk pergi berobat kepada tenaga medis atau dokter (Lubis dkk, 1995 : 2-3). Dalam hal ini, pengobatan tradisional menjadi pilihan akhir.
Dari uraian di atas Lubis dkk menunjukkan bahwa, walaupun pengobatan modern seperti tenaga medis dan dokter telah banyak tersebar di pedesaan dan di perkotaan, namun pengobatan tradisional masih berfungsi dalam masyarakat baik masyarakat kota maupun masyarakat desa. Hal ini telihat dari penelitiannya di daerah pedesaan Sumatera Utara, peranan dan fungsi pengobatan tradisional seperti dukun, datuk dan tabib hingga saat ini masih tetap diperlukan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pengobatan penyakit. Terlebih-lebih bila masyarakat itu menderita penyakit yang bersifat personalistik, mereka akan meminta bantuan kepada pengobatan tradisional baik yang berada jauh dari tempat tinggal mereka (Lubis dkk, 1995 : 3). Penelitian ini juga akan melihat apakah pengobatan suwuk tersebut lebih diminati untuk sebab-sebab penyakit yang bersumber naturalistik dan personalistik.
Universitas Sumatera Utara
Hal serupa juga terjadi di beberapa daerah, seperti penelitian yang dilakukan oleh Aziddin dkk pada tahun 1990. Mereka meneliti tentang pengobatan tradisional daerah Kalimantan Selatan yang mengkaji tentang semua jenis pengobatan tradisional yang ada di Kalimantan Selatan, dengan tujuan untuk mendukung kemungkinan pemanfaatan pengobatan tradisional sebagai usaha untuk memberikan bahan masukan dalam rangka pelayanan kesehatan pada anggota masyarakat. Aziddin dkk menjelaskan bahwa meskipun perkembangan obat modern maju pesat, namun pengobatan tradisional tak pernah surut dari arus kemajuan teknologi kedokteran, hal ini karena pengobatan tradisional telah diakui fungsinya sebagai saranan penyembuhan berbagai penyakitnya yang dikenal secara khusus oleh masyarakat. Penggunaan pengobatan tradisional disamping sebagai upaya pengobatan penyakit yang dapat diindentifikasikan wujud, dapat pula dipergunakan untuk aspek pengobatan yang bersifat kejiwaan dan kepercayaan (Aziddin dkk, 1990 : 2). Apakah pengobatan suwuk yang masih bertahan terkait dengan aspek kejiwaan dan kepercayaan atau karena ada hal lainnya. Ini juga yang menjadi bahan studi penelitian tentang pengobatan suwuk.
1.3. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengapa pengobatan suwuk masih tetap bertahan hingga saat ini di Desa Aek Loba Pekan. Sementara ada pengobatan beberapa pengobatan lainnya yang telah punah. Selain itu juga, orang yang mengikuti pengobatan suwuk bukan hanya dalam kalangan etnis Jawa namun etnis di luar Jawa juga menggunakannya.
Universitas Sumatera Utara
Masalah tersebut dirincikan dalam beberapa pertanyaan penelitian : 1. Bagaimana latar belakang munculnya pengobatan suwuk di Desa Aek Loba Pekan? 2. Bagaimana perolehan ilmu pengobatan suwuk dan bagaimana ilmu tersebut diteruskan ke orang lain ? 3. Jenis-jenis penyakit apa saja yang dapat diobati menggunakan pengobatan suwuk dan metode pengobatan apa yang dilakukan oleh dukun suwuk di Desa Aek Loba Pekan ? 4. Bagaimana tanggapan masyarakat tentang pengobatan tradisional suwuk di Desa Aek Loba Pekan ? 1.4. Tujuan dan Manfaat penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana suwuk dapat bertahan hingga saat ini. Setiap penelitian diharapkan memberikan manfaat baik untuk masyarakat, untuk para peneliti tentang kesehatan,
maupun para ahli
pengobatan tradisional yaitu suwuk. Dengan tersedianya data-data dan informasi menyangkut pengobatan tradisional, maka sangat besar manfaatnya bagi masyarakat pedesaan untuk dapat lebih memahami cara pengobatan tradisional. Disamping itu sebagai bahan masukan dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan kesehatan bagi masyarakat, tetapi sekaligus sebagai usaha dalam melestarikan nilai-nilai budaya bangsa. Bagi peneliti tentang kesehatan khususnya dalam bidang antropologi diharapkan lebih banyak penelitian-penelitian tentang kesehatan secara lebih
Universitas Sumatera Utara
dalam. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah literatur mengenai kesehatan masyarakat yang dikaji berdasarkan perspektif Antropologi. 1.5. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan tipe penelitian bersifat etnografi 21 yang menggunakan pandangan emik. Tehnik etnografi utama pada pengumpulan data adalah wawancara
yang
mendalam dan terbuka serta observasi, yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama, bukan kunjungan singkat dengan daftar pertanyaan yang terstruktur (Spradley, 1997 : xvi) Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang pada saat penelitian. Tehnik observasi ini dilakukan peneliti untuk melihat langsung, mendengarkan, dan mencatat kejadian-kejadian ataupun aktivitas yang terjadi pada proses kegiatan yang dilakukan oleh dukun suwuk, seperti melihat siapa saja yang menjadi pesien dalam pengobatan suwuk, apa yang dilakukan pertama kali dalam pengobatan suwuk, bagaimana cara mendianosisnya, bagaimana cara (metode) dalam proses pengobatan suwuk, alat-alat seperti apa yang digunakan untuk proses pegobatan suwuk, melihat bagaimana proses penggunaan obat-obatan
21
Etnografi adalah tulisan dan juga segala aktifitas menulis tentang masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di dunia. Dalam abad-abad yang lalu etnografi banyak ditulis oleh para pelaut dan musafir bangsa Eropa, para penyiar agama nasrani, dan para pegawai pemerintah-pemerintah jajahan Negara-negara Eropa Barat di Afrika,Asia dan Oseania. Kini Etnografi merupakan bagian deskrifsi dari antropologi
Universitas Sumatera Utara
herbal, bagaimana cara pembacaan mantra dan lain-lain. Dalam penelitian ini menggunakan metode observasi tanpa partisipasi 22. Dalam observasi tanpa partisipasi peneliti akan mengamati secara umum kondisi masyarakat terlebih dahulu. Kemudian peneliti akan langsung terjun kelapangan dengan cara berkumpul bersama para pasien dan masyarakat sekitar serta mengikuti berlangsungnya pengobatan suwuk. Observasi ini berguna untuk mendapatkan data yang benar tanpa adanya rekayasa. Hasil observasi atau pengamatan ini kemudian dituangkan dalam bentuk catatan lapangan. 2. Wawancara mendalam dengan informan, yaitu proses Tanya jawab secara langsung yang ditunjukan terhadap informan di lokasi penelitian dengan menggunakan interview guide (pedoman wawancara). Wawancara dilakukan kepada informan yang merupakan para ahli suwuk dan pasien. Peneliti menggunakan teknik indepth interview atau wawancara mendalam untuk mendapat data dari informan. Wawancara digunakan untuk memperoleh data seperti bagaimana latar belakang munculnya pengobatan suwuk di Desa Aek Loba Pekan, jenis-jenis penyakit apa saja yang dapat diobati menggunakan pengobatan suwuk dan metode pengobatan apa yang dilakukan oleh dukun suwuk di Desa Aek Loba Pekan, Bagaimana tanggapan masyarakat tentang pengobatan tradisional suwuk di Desa Aek Loba Pekan, mengapa etnis lain seperti etnis Batak dan Cina mau menggunakan pengobatan suwuk . Semua orang yang ada di Desa Aek
22
Observasi tanpa berpartisipasi yaitu sipeneliti atau sipengamat melakukan pemeriksaan tanpa
melibatkan diri dengan yang diamatinya.
Universitas Sumatera Utara
Loba Pekan yang mengetahui pengobatan suwuk akan dijadikan informan. Pencarian informan ini akan dibantu oleh salah satu masyarakat desa tersebut yang dikenal dan dapat dipercaya. Dukun suwuk dan pasien merupakan informan kunci yang dapat menjawab fokus yang menjadi objek penelitian. Peralatan-peralatan yang digunakan dalam penelitian ini beruapa alat perekam yang digunakan pada saat wawancara, dan alat dokumentasi seperti kamera dan video biasanya yang akan digunakan pada saat observasi. Dengan adanya peralatan-peralatan tersebut mempermudah peneliti untuk mendapatkan data yang lebih lengkap serta adanya bukti yang fakta dari lapangan. Sejalan dengan ini peneliti juga menggunakan referensi-referensi yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini. Adapun referensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa buku, bahan-bahan dari internet, jurnal, majalah, dan surat kabar. Hal ini dilakukan agar mempermudah peneliti untuk mengolah data yang didapat dari lapangan. Rapport ( menjalin hubungan baik dengan informan ) menjadi satu hal pokok yang perlu dijelaskan secara lebih rinci. Bagaimana seorang peneliti bisa masuk dalam suatu lingkungan dan diterima agar lebih mudah untuk mendapatkan data yang akurat. Pada penelitian ini, peneliti memposisikan diri sebagai orang yang tidak mengetahui tentang pengobatan tradisional suwuk. Sehingga ingin mendapatkan pengetahuan secara mendalam tentang pengobatan suwuk. Dengan hal tersebut diharapkan informan akan lebih terbuka untuk mengeluarkan dan menjelaskan pengetahuannya tentang pengobatan tradisional suwuk. Bersikap
Universitas Sumatera Utara
ramah dan terbuka merupakan cara yang efektif dalam mendekatkan diri dengan informan. Oleh karena itu, peniliti sudah menjajaki hubungan baik dengan salah satu penduduk Desa Aek Loba Pekan sejak penelitian pendahuluan awal untuk penulisan proposal. Hal ini dilakukan untuk lebih memudahkan peneliti untuk mendapatkan informasi lebih dalam mengenai masalah yang diteliti
Universitas Sumatera Utara