Ners
PENELITIAN
JURNAL KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS
Identifikasi Faktor Penghalang Lanjut Usia Memanfaatkan Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pakandangan, Kab. Padang Pariaman Rika Sabria Dampak peningkatan usia harapan hidup adalah lanjut usia sehat dan produktif, namun dampak negative meningkatnya beban negara akan jumlah lanjut usia. Hal ini terlihat pada angka kesakitan lanjut usia yang semakin meningkat setiap tahun. Upaya pemerintah telah menyediakan fasilitas kesehatan terdekat dengan lanjut usia seperti posyandu lanjut usia, namun pemanfaatan posyandu belum optimal. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor yang menghalangi lanjut usia memanfaatkan. Penelitan ini menggunakan metode deskriptif dengan populasi seluruh lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Pakandangan Kabupaten Padang Pariaman. Sampel diambil menggunakan rumus Taro Yamane sebanyak 308 orang yang kemudian di cluster random sampling dengan memperhatikan kriteria yang ditentukan. Hasil penelitian teridentifikasi faktor yang penghalang lanjut usia memanfaatkan posyandu lanjut usia adalah kategori usia senium 58,1%, pendidikan rendah 83,4%, pengetahuan rendah 59,1%, sikap baik 66,9%, lanjut usia bekerja 69,8%, penanganan penyakit yang kurang baik 64, 9%, kegiatan posyandu baik menurut lanjut usia 74,7%, keterjangkauan posyandu yang kurang baik 58,8%, pelayanan petugas posyandu yang kurang baik 33,1%, dukungan keluarga kurang baik, 48,7% dan dukungan masyarakat yang kurang baik 42,9%. Peneliti menyarankan bahwa lanjut usia yang belum memanfaatkan posyandu sebagai sarana pelayanan kesehatan untuk selalu dimotivasi oleh keluarga, tenaga kesehatan dan masyarakat. Sosialisasi posyandu harus selalu diberikan pada lanjut usia yang mempunyai pendidikan dan pengetahuan yang rendah, serta waktu pelaksanaan posyandu yang dimodifikasi sesuai dengan waktu yang ada pada lanjut usia. Kata kunci: lanjut usia, posyandu The impact of increased life expectancy is the elderly healthy and productive, but the negative impact of the increasing burden of the state would amount elderly. This is seen in elderly morbidity increasing every year. Government efforts have provided the nearest health facility with advanced age such as the elderly Posyandu, but not yet optimal utilization Posyandu. This study aims to identify factors that prevent older people take advantage. This research uses descriptive method with the elderly population in the working area health center Pakandangan Padang Pariaman. The sample was taken using the formula of Taro Yamane then 308 people in the cluster random sampling with respect to specified criteria. The research identified factors that utilize the barrier posyandu elderly elderly is senium age category 58.1%, 83.4% low education, low knowledge of 59.1%, 66.9% good attitude, working elderly 69.8%, disease management is less well 64, 9%, according to posyandu activities elderly 74.7%, affordability bad posyandu 58.8%, ministry officials are less well posyandu 33.1%, poor family support, 48.7 % and support the community that are less good 42.9%. Researchers suggest that elderly people
who do not use posyandu as health care facilities are always motivated by family, and community health workers. Socialization posyandu must always be given to the elderly who have the education and knowledge are low, and the implementation time posyandu modified in accordance with the existing time in elderly. Keywords: elderly, posyandu
Latar belakang Peningkatan umur harapan hidup merupakan salah satu hasil dari pembangunan kesehatan. Keadaan ini membawa dampak pada peningkatan jumlah lanjut usia dengan berbagai masalah dan kebutuhan di bidang kesehatan. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lanjut usia akan meningkat menjadi 28,2 juta jiwa atau sekitar 11,34%. Pertambahan penduduk lanjut usia ini disebabkan karena semakin membaiknya pelayanan kesehatan dan meningkatnya usia harapan hidup orang Indonesia (Depkes RI, 2003). Salah satu kebijakan Departemen Kesehatan RI dalam pembinaan lanjut usia adalah dengan upaya peningkatan kesehatan dan kemampuan untuk mandiri agar selama mungkin tetap produktif dan berperan aktif dalam pembangunan, bentuk partisipasi aktif masyarakat yang diharapkan berupa partisipasi dalam masalah pendataan, pemanfaatan pelayanan (puskesmas, posyandu), pengenalan dini masalah kesehatan pada lanjut usia dan pengaturan serta pendanaan bagi rujukan yang diperlukan. Keberadaan posyandu yang telah mulai berkembang diseluruh provinsi, merupakan wujud nyata dan cerminan kebutuhan masyarakat khususnya lanjut usia terhadap pelayanan kesehatan yang terjangkau, berkelanjutan dan bermutu dalam rangka mencapai masa tua yang sehat dan bahagia, berdaya guna dan produktif selama mungkin (Depkes RI, 2003). Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman melaporkan, sudah 10 puskesmas melaksanakan posyandu lanjut usia dari 23 puskesmas yang ada (43,47%). Jumlah posyandu lanjut usia yang aktif sebanyak 66 buah. Salah satu puskesmas yang melaksanakan posyandu lanjut usia adalah puskesmas Pakandangan, dimana ada empat buah posyandu lanjut usia. Hasil wawancara dengan penanggung jawab posyandu lanjut usia di Puskesmas Pakandangan menyatakan bahwa, pada awal kegiatan posyandu lanjut usia, semua lanjut usia yang ada di wilayah kerja puskesmas Pakandangan aktif terlibat di posyandu lanjut usia. Namun pada pelaksanaan posyandu tiap bulannya, jumlah lanjut usia yang mangikuti posyandu lanjut usia semakin berkurang dari jumlah lanjut usia yang ada. Dari pencatatan dan laporan puskesmas Pakandangan, jumlah lanjut usia tiga tahun terakhir di empat nagari Kecamatan Enam Lingkung adalah 1.344 orang, dan rata-rata lanjut usia yang mengikuti posyandu lanjut usia dari keempat nagari tiap bulannya sebanyak 32 orang atau 2,4%. Sampai akhir Oktober 2004 jumlah lanjut usia yang memanfaatkan posyandu lanjut usia dari keempat nagari sebanyak 37 orang tiap bulannya atau 2,8%, sedangkan target puskesmas adalah 50% tiap bulannya. Jumlah rata-rata kunjungan lanjut usia sedikit meningkat dari sebelumnya, tapi target pencapaian posyandu lanjut usia belum terpenuhi. Dimana masih banyak lanjut usia yang belum memanfaatkan posyandu sebagai sarana pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Meningkatnya jumlah lanjut usia dan banyaknya lanjut usia yang belum memanfaatkannya posyandu, membawa dampak meningkatnya angka kesakitan pada lanjut usia di empat nagari Kecamatan Enam Lingkung, dimana sudah 50 orang (3,7%) lanjut usia melakukan rawat jalan dengan penyakit : 11 orang dengan gizi kurang, 29 orang mengalami hipertensi, 5 orang mengalami anemia dan 5 orang mengalami stroke (pencatatan dan laporan puskesmas Pakandangan, 2003)
Menurut Blum (1974), secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu, kelompok maupun masyarakat dikelompokan menjadi 4, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan herediter/ keturunan. Sedangkan pemanfaatan posyandu lanjut usia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal (berasal dari dalam dirinya), seperti : fisik dan psikis, pengetahuan, pendidikan, sikap, kesehatan. Dan faktor eksternal (berasal dari luar), seperti lingkungan, pembayaran, sarana, jarak, pelayanan oleh petugas serta keterlibatan keluarga dan masyarakat dalam pelaksanaan pelayanan (Notoatmodjo, 2003). Depkes, RI (2003) menyatakan hal-hal yang menyebabkan lanjut usia tidak memanfaatkan posyandu lanjut usia diantaranya adalah rendahnya pendidikan lanjut usia, di mana sebagian besar penduduk lanjut usia tinggal di daerah pedesaan sekitar (68,4%) sedangkan 31,58% tinggal di daerah perkotaan. Mayoritas dari mereka yaitu sekitar 78,89% berpendidikan rendah, tidak lulus sekolah dasar, bahkan tidak mendapatkan pendidikan sama sekali. Sebagian besar lanjut usia juga masih aktif bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan keluarga yang menjadi tanggungannya, dengan tingkat partisipasi kerja mencapai 40,5% terutama di pedesaan, serta jarak pelayanan kesehatan yang jauh, sehingga sulit untuk dijangkau. Menurut Notoatmodjo (1993) menyatakan pemanfaatan pelayanan kesehatan berhubungan dengan pengetahuan, sikap, minat, pekerjaan, tersedianya sarana, transportasi, dukungan keluarga, dukungan masyarakat. Salah satu upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan lanjut usia adalah program posyandu lanjut usia yang merupakan kerja sama antar lintas program dan lintas sektoral, untuk mendapatkan hasil yang maksimal dibutuhkan peran serta lanjut usia untuk mengikutinya. Karena masih rendahnya peran serta lanjut usia dalam pemanfaatan posyandu lanjut usia dan belum teridentifikasinya faktor penghalang lanjut usia tidak memanfaatkan posyandu lanjut usia, maka berdasarkan hal itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait hal ini. Metode Penelitian ini menggunakan desain Deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor penghalang lanjut usia memanfaatkan posyandu. Peneliti akan mengeksplorasi faktor apa saja yang menjadi penghalang lanjut usia tidak memanfaatkan posyandu lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Pakandangan Kabupaten Padang Pariaman, yang mempunyai 4 Nagari yaitu Koto Tinggi, Toboh Ketek, Pakandangan dan Parit Malintang. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan jumlah lanjut usia terbanyak dengan posyandu yang ada pada tiap nagari, namun pemanfaatan posyandu lanjut usia sangat kurang. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2007 - Maret 2008. sampel penelitian ini berjumlah 308 orang dari 1344 orang populasi. Sample diambil dengan menggunakan rumus Taro Yamane. Sampel mempunyai kriteria yang sama untuk melihat homogenitas sampel. Kriteria sampel tersebut adalah; berumur 55 tahun keatas, berdomisili di Kecamatan Enam Lingkung, bersedia jadi responden dan bisa diajak berkomunikasi dan responden yang jarang berkunjung ke posyandu yaitu lanjut usia yang pernah mengikuti kegiatan posyandu dan jumlah kunjungan kurang dari 4 kali dalam 6 bulan. Sampel diambil secara cluster random sampling di mana sampel diambil berdasarkan area atau cluster. Kecamatan Enam Lingkung terdiri empat nagari, maka cluster sampel diambil bardasarkan jumlah lanjut usia yang ada pada tiap nagari. Setelah didapatkan jumlah sampel pada tiap nagari, lalu dilakukan pengambilan secara random sampling dari lanjut usia yang ada pada tiap nagari.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket atau kuisioner yang berisikan pertanyaan yang berhubungan dengan umur, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, sikap, penanganan penyakit, tersedianya sarana, kegiatan posyandu, keterjangkauan pelayanan, tenaga kesehatan, dukungan keluarga dan dukungan masyarakat. Dimana sebelumnya dilakukan uji kuesioner pada populasi yang sesuai. Hasil dan Pembahasan Penelitian Puskesmas Pakandangan terletak di Kecamatan Enam Lingkung dengan wilayah kerja sebanyak 4 Nagari sebagai sampel penelitian, yaitu Nagari Koto tinggi, Nagari Pakandangan, Nagari Toboh Ketek dan Nagari Parit Malintang. Jumlah penduduk yang terdapat di wilayah kerja puskesmas Pakandangan adalah 17.388 jiwa, dengan jumlah lanjut usia adalah 1.344 jiwa. Sebagian besar penduduk lanjut usia adalah wanita yang berjumalah 1136 jiwa dan lanjut usia laki-laki berjumlah 208 jiwa. Posyandu lanjut usia di wilayah kerja puskesmas Pakandangan berjumlah 4 buah yang berada pada tiap nagari di Kecamatan Enam Lingkung dan jumlah rata-rata kunjungan lanjut usia dari ke-4 nagari tersebut hanya 37 (2,8 %) orang tiap bulannya, dan ini merupakan jumlah kunjungan yang sangat rendah. Dibawah ini terlihat tabel hasil identifikasi faktor penghalang lanjut usia memanfaatkan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pakandangan Kab. Padang Pariaman. Tabel 1. Faktor penghalang pemanfaatan posyandu lanjut usia di Kecamatan Enam Lingkung Tahun 2007 No. Variabel Jumlah % 1 Umur Prasenium 129 41,9 Senium 179 58,1 2 Pendidikan Rendah 257 83,4 Tinggi 51 16,6 3 Pengetahuan Baik 126 40,9 Kurang baik 182 59,1 4 Sikap Baik 206 66,9 Kurang baik 102 33,1 5 Pekerjaan Bekerja 215 69,8 Tidak bekerja 93 30,2 6 Penanganan penyakit Baik 108 35,1 Kurang baik 200 64,9 7 Kegiatan posyandu Baik 230 74,7 Kurang baik 78 25,3 8 Keterjangkauan pelayanan Baik 127 41,2 Kurang baik 181 58,8 9 Petugas posyandu Baik 206 66,9 Kurang baik 102 33,1 10 Dukungan keluarga Baik 158 51,3 Kurang baik 150 48,7 11 Dukungan masyarakat Baik 176 57,1 Kurang baik 132 42,9 Sumber: hasil penelitian 2007
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1, peneliti membuat pembahasan tentang hasil identifikasi faktor yang menghalangi lanjut usia memanfaatkan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pakandangan Kabupaten Padang Pariaman. Penelitian ini membagi umur lanjut usia yang jarang ke posyandu menjadi dua kelompok yaitu kelompok seniun dan kelompok prasenium, karena lanjut usia yang terlibat di posyandu berada
dalam kategori umur ini. Pengelompokan usia ini mengacu pada Depkes RI (2003), yang membagi lanjut usia menjadi tiga kelompok yaitu kelompok virilitas (umur 45–54 tahun), prasenium (umur 55–64 tahun) dan senium (umur 65 tahun keatas). Hasil penelitian memperlihatkan hanya sedikit selisih antara kelompok usia senium dan prasenium. Kelompok umur senium sebanyak 179 orang (58,5%), kelompok umur prasenium sebanyak 129 orang (41,9%). Tingginya kelompok umur senium yang jarang ke posyandu lanjut usia sesuai dengan penelitian yang dilakukan Murniati (2003) di Alahan Panjang menyatakan bahwa semakin tua umur seseorang semakin menurun akses ke palayanan kesehatan, salah satunya akses ke posyandu, dimana kelompok senium kurang bersemangat dibandingkan dengan kelompok prasenium. Teori yang mendukung penelitian ini adalah teori perubahan yang terjadi pada lanjut usia, pada masa ini terjadi perubahan fisik salah satunya sistem muskuloskletal. Penurunan yang terjadi seperti kekuatan dan tonus otot, sehingga keterbatasan dan menurunnya produktivitas lanjut usia tua. Hal serupa dengan kondisi lanjut usia di wilayah kerja puskesmas Pakandangan, lanjut usia kelompok prasenium mempunyai kondisi yang lebih baik dan mempunyai kekuatan untuk melakukan kegiatan, mereka masih bersemangat dalam mengikuti kegiatan posyandu. Lanjut usia kelompok senium lebih banyak mengalami masalah muskuloskeletal sehingga kekuatan ototnya sudah menurun, mereka merasa kurang mampu melakukan kegiatan karena keterbatasan dan kondisi fisiknya, sehingga mereka jarang mengikuti kegiatan posyandu. Menurut WHO, pada usia 55–64 tahun seseorang baru memasuki masa lanjut usia dan berada pada kelompok lanjut usia elderly, dimana kondisi kesehatan fisik dan mental lanjut usia relative cukup baik sehingga masih dapat melakukan banyak hal positif. Semakin meningkat usia, maka semakin banyak masalah yang dihadapi lanjut usia baik secara fisik, biologis dan mental. Permasalahan ini mengakibatkan berbagai keterbatasan lanjut usia untuk mengikuti kegiatan posyandu lanjut usia. Namun masih adanya kelompok preasenium yang jarang ke posyandu di wilayah kerja puskesmas Pakandangan berkaitan dengan jumlah lanjut usia prasenium yang banyak, dimana kelompok prasenium berjumlah 868 orang, dan sebagian dari mereka mengatakan kurang mendapatkan informasi tentang posyandu lanjut usia. Gambaran tingkat pendidikan lanjut usia yang jarang ke posyandu termasuk kategori berpendidikan rendah (tidak sekolah, tamat SD, tamat SMP) sebanyak 257 orang (83,4%) dan tingkat pendidikan lanjut usia yang jarang ke posyandu termasuk kategori berpendidikan tinggi (tamat SMA dan PT/Akademi) sebanyak 51 orang (16,6%). Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu proses penyampaian bahan/materi kepada sasaran untuk mencapai perubahan tingkah laku. Wood (2000) menjelaskan bahwa pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap pengetahuan, sikap dan kebiasaan yang ada hubungannya dengan kesehatan seseorang, masyarakat dan bangsa. Menurut sifatnya pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga, pendidikan informal yang diperoleh dari pengalaman sehari–hari, dapat diperoleh melalui informasi, pendidikan formal yang diperoleh di sekolah dan pendidikan nonformal yang dilaksanakan dengan cara tertentu, misal kursus. Rendahnya tingkat pendidikan lanjut usia yang ada di kecamatan Enam lingkung di sebabkan karena pada umumnya lanjut usia yang ada saat sekarang ini, pada saat usia sekolah berada pada tahun 1930-an, dimana tahun - tahun itu merupakan masa sulit karena Indonesia berada pada zaman kolonial dan hanya kalangan tertentu saja yang dapat menikmati pendidikan, banyak lanjut usia yang tidak sekolah, dan juga pada saat itu sistem informasi belum memadai, serta belum adanya pendidikan nonformal seperti kursus-kursus saat sekarang. Hal di atas juga sesuai dengan yang
dikemukakan Depkes RI (2003), yaitu salah satu permasalahan yang ada pada lanjut usia adalah rendahnya kualitas lanjut usia, ditandai dengan rendahnya tingkat pendidikan bahkan 60 % penduduk lanjut usia tidak pernah memperoleh pendidikan. Hal ini sejalan dengan penelitian Prima Harfiani Harahap (2003), di kecamatan Dolok Batuanggar bahwa responden yang memiliki pendidikan tinggi akan memanfaatkan posyandu sebagai tempat layanan kesehatan dan responden yang berpendidikan rendah tidak bagitu memanfaatkan posyandu sebagai layanan kesehatan. Dengan banyaknya prosentase lanjut usia yang berpendidikan rendah, mengakibatkan lanjut usia jarang ke posyandu, sehingga menjadi penghambat dalam pemanfaatan posyandu lanjut usia. Hasil wawancara dengan lanjut usia yang mempunyai pendidikan tinggi di kecamatan Enam Lingkung, mereka jarang ke posyandu disebabkan karena mereka tidak punya cukup waktu untuk ke posyandu dan masih terikat dengan pekerjaan, sehingga mereka sangat jarang ke posyandu untuk mengikuti kegiatan yang ada di posyandu. Hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan lanjut usia yang jarang ke posyandu termasuk kategori kurang baik dengan prosentase sebanyak 59,1% (182 orang), dan pengetahuan lanjut usia yang jarang ke posyandu termasuk kategori baik sebanyak 126 orang (40,9%). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Zabarul Bahri H (2003), di Sungai Penuh dan Neni (2003), di wilayah kerja puskesmas Andalas kota Padang bahwa pengetahuan lanjut usia mempengaruhi dalam pemanfaatan posyandu lanjut usia. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang tentang suatu objek yang terjadi setelah melakukan penginderaan, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan erat juga hubungannya dengan pendidikan, dimana melalui pendidikan seseorang dapat memperoleh pengetahuan. Rendahnya pengetahuan lanjut usia tentang posyandu berkaitan dengan rendahnya tingkat pendidikan lanjut usia dan kurangnya informasi tentang posyandu lanjut usia. Menurut Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang menjadi tahu terjadi proses yang berurutan yaitu, kesadaran, merasa tertarik, menimbang, mencoba dan mengadopsi/ menerima. Rendahnya pengetahuan lanjut usia mengenai posyandu berhubungan juga dengan kurangnya kesadaran dan penerimaan lanjut usia tentang manfaat dan keberadaan posyandu, sehingga lanjut usia tidak memanfaatkan posyandu sebagai sarana pemeliharaan kesehatan. Lanjut usia yang jarang ke posyandu mempunyai pengetahuan kurang baik tentang manfaat dan keberadaan posyandu, serta didukung banyaknya lanjut usia yang mempunyai pendidikan rendah, hal ini juga menyebabkan rendahnya pengetahuan lanjut usia tentang manfaat dan keberadaan posyandu. Sebagian lanjut usia mengatakan bahwa mereka kurang memperoleh informasi tentang posyandu lanjut usia. Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan suatu reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu objek, dan menurut W. A Gerungan (1987), sikap merupakan suatu tingkatan perasaan (afek) baik positif maupun negatif. Sikap positif menunjukan perasaan penerimaan, mengakui suatu objek dan sikap negatif menunjukan penolakan atau tidak menyetujui suatu objek Dari hasil penelitian didapat bahwa sikap lanjut usia yang jarang ke posyandu termasuk kategori baik sebanyak 206 orang (66,9%), hal ini menunjukan bahwa lanjut usia mempunyai sikap yang positif terhadap posyandu, dimana lanjut usia menerima dan mengakui keberadaan posyandu. Sikap lanjut usia yang termasuk kategori baik ini, didukung dengan pengetahuan dan pendidikan lanjut usia, dimana sebagian lanjut usia yang ada di kecamatan Enam Lingkung mempunyai pendidikan tinggi serta pengetahuan yang termasuk kategori baik. Menurut Notoatmodjo (1997), sikap memiliki empat tingkatan yaitu menerima, merespon, menghargai dan tanggung jawab. Banyaknya lanjut usia yang tidak memanfaatkan posyandu karena
kurangnya tanggung jawab terhadap kesehatannya dan kurangnya respon terhadap posyandu yang disebabkan oleh rendahnya pengetahuan lanjut usia tentang posyandu dan rendahnya tingkat pendidikan lanjut usia, dan sikap lanjut usia yang jarang ke posyandu termasuk kategori kurang baik sebanyak 102 orang (33,1%). Hal ini menunjukan lanjut usia mempunyai sikap yang negatif dan cendrung untuk menjauhi / menolak. Lanjut usia yang jarang ke posyandu termasuk kategori sikap kurang baik mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui tentang manfaat posyandu dan kurang mendapat informasi tentang posyandu. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan sumber penghasilan. Umumnya lanjut usia di negara berkembang dan negara yang belum memiliki tunjangan sosial untuk hari tua, lanjut usia tetap bekerja untuk memenuhi tuntutan hidup dan mencukupi kebutuhan keluarganya. Hasil penelitian didapat bahwa lanjut usia yang jarang ke posyandu masih bekerja dengan prosentase 69,8 % (215 orang) dan lanjut usia yang jarang ke posyandu yang tidak bekerja sebanyak 93 orang (30,2%). Menurut Depkes RI (2003) lanjut usia yang tidak bekerja mempunyai waktu yang cukup untuk ke posyandu dibandingkan dengan lanjut usia yang masih aktif bekerja. Masih banyaknya lanjut usia bekerja yang jarang ke posyandu lanjut usia di wilayah kerja puskesmas Pakandangan Kecamatan Enam Lingkung, membuat lanjut usia tidak memanfaatkan posyandu karena mereka tidak punya cukup waktu untuk ke posyandu, dan mereka harus memenuhi kebutuhan hidupnya, dimana tunjangan untuk lanjut usia belum ada. Lanjut usia masih harus mencari sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keluarganya. Lanjut usia tidak bekerja yang jarang ke posyandu mendapatkan penghasilan dari pensiunan dan dari anggota keluarga lain seperti anak dan cucu, namun mereka jarang ke posyandu yang disebabkan karena ada faktor lain yang membuat lanjut usia jarang ke posyandu lanjut usia. Hal ini juga sesuai dengan pendapat M. E Cummij dan W. C Hendry (1985), bahwa hampir semua orang akan merasa takut dan merasa menjadi orang yang tidak berguna jika memasuki masa pensiun. Jika seseorang telah pensiun, maka ia akan menarik diri dari lingkungan, hubungan sosial dan aktivitas sosial. Jadi lanjut usia akan mengasingkan diri jika mereka telah memasuki masa pensiun, karena merasa tidak berguna lagi. Dari hasil wawancara dengan lanjut usia yang tidak bekerja di kecamatan Enam Lingkung, didapatkan bahwa mereka jarang ke posyandu karena jarak yang jauh dan mereka merasa malas dan malu untuk ke posyandu, mereka merasa lebih senang untuk berada di rumah mengurus cucunya. Penanganan penyakit pada lanjut usia jarang ke posyandu termasuk kategori kurang baik 200 orang (64,9%), hal ini menggambarkan bahwa rendahnya lanjut usia yang memilih posyandu dalam mengatasi masalah kesehatannya. Menurut Depkes RI (2003), menyatakan bahwa kemunduran dan bertambahnya usia, membuat lanjut usia menjadi gampang sakit dan sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), terdapat angka kesakitan lanjut usia sekitar 9,2%, namun semua itu dikontrol dengan memeriksakan kesehatan. Salah satu program dari posyandu lanjut usia adalah pemeriksaan kesehatan. Penanganan penyakit lanjut usia yang jarang ke posyandu di wilayah kerja puskesmas Pakandangan yang termasuk kategori kurang baik disebabkan karena lanjut usia masih beranggapan bahwa penyakit yang diderita tidak terlalu parah dan mereka masih percaya kepada hal-hal gaib dan mereka lebih memilih penanganan penyakit secara tradisional. Penanganan penyakit lanjut usia yang jarang ke posyandu termasuk kategori baik 108 orang (35,1%), ini didukung oleh pengetahuan dan sikap lanjut usia tentang posyandu lanjut usia. Mereka telah mengetahui manfaat dan tujuan dari posyandu tersebut. Dan juga angka kesakitan lanjut usia di
wilayah kerja puskesmas Pakandangan masih rendah yaitu 50 orang lanjut usia melakukan rawat jalan dengan penyakit dari 1.344 orang lanjut usia dengan penyakit : 11 orang gizi kurang, 29 orang hipertensi, 5 orang dengan anemia dan 5 orang dengan stroke. Penanganan penyakit yang tergolong baik ini juga ditunjang dengan tingkat pendidikan lanjut usia yang tinggi serta sesuai dengan teori aktivitas, dimana lanjut usia akan mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai kompensasi, salah satunya dengan melakukan aktivitas dalam mengikuti kegiatan posyandu lanjut usia. Menurut Depkes (2002), kegiatan yang dilakukan dalam program posyandu antara lain, olah raga ringan, pemeriksaan kesehatan, pemberian obat-obatan ringan dan vitamin, ceramah agama atau kerohanian, penyuluhan kesehatan dan makanan bergizi Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kegiatan yang ada di posyandu menurut lanjut usia yang jarang ke posyandu termasuk kategori baik 230 orang (74,7%). Kegiatan yang dilakukan di posyandu wilayah kerja puskesmas Pakandangan kecamatan Enam Lingkung meliputi pemeriksaan kesehatan berkala, penyuluhan kesehatan dan gizi, pembinaan berkala. Kegiatan posyandu yang termasuk kategori baik ini, sesuai dengan teori aktivitas yang dikembangkan Palmore (1965) dan Leman (1972), dimana lanjut usia yang berhasil tergantung dari bagaimana lanjut usia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas selama mungkin. Mereka dapat mempertahankan suatu tingkat kegiatan dalam masyarakat. Meskipun lanjut usia terbebas dari aktivitas, tetapi mereka bebas mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai kompensasi. Walaupun kegiatan posyandu menurut responden adalah baik, namun masih banyak lanjut usia yang jarang datang ke posyandu lanjut usia, ini terlihat dengan didapatkannya kegiatan posyandu yang termasuk kategori kurang baik menurut lanjut usia sebanyak 78 orang (25,3%). Hal ini berkaitan dengan masih rendahnya pengetahuan dan pendidikan lanjut usia, dimana mereka tidak mengetahui manfaat dari posyandu tersebut. Dari wawancara dengan lanjut usia di kecamatan Enam Lingkung, didapatkan bahwa kegiatan yang ada di posyandu tidak terlalu bermanfaat bagi mereka dan mereka merasa bahwa tidak perlu untuk mengikuti kegiatan posyandu. Menurut Depkes RI (2003), salah satu kendala lanjut usia tidak memanfaatkan posyandu lanjut usia adalah tidak adanya pengantar, transportasi dan jarak pelayanan yang jauh dari tempat tinggal. Dari hasil penelitian didapatkana keterjangkauan pelayanan kurang baik atau sulit untuk dijangkau dengan prosentase 58,8% (181 orang). Keterjangkauan posyandu yang termasuk kategori kurang baik disebabkan karena jarak yang terlalu jauh dan saran transportasi yang tidak memadai, dimana sarana transportasi yang ada di kecamatan Enam Lingkung sangat sedikit dan jarak posyandu dengan rumah lanjut usia jauh. Keterjangkauan posyandu yang kurang baik ini juga disebabkan karena keterbatasan lanjut usia yang timbul karena kemunduran yang terjadi pada lanjut usia. Hal ini sesuai dengan teori mutasi genetic, dimana terjadinya mutasi progresif pada DNA sel somatic yang menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel yang menyebabkan terjadinya keterbatasan dan kelemahan pada lanjut usia. Karena kelemahan dan keterbatasannya, sehingga menghambat lanjut usia untuk memanfaatkan posyandu lanjut usia. Keterjangkauan pelayanan termasuk baik menurut lanjut usia yang jarang ke posyandu sebanyak 41,2% (127 orang). Keterjangkauan posyandu di kecamatan Enam Lingkung menurut lanjut usia yang termasuk kategori baik didukung oleh tersedianya transportasi yang memadai pada sebagian wilayah di kecamatan Enam Lingkung, serta jarak yang dekat dengan sebagian rumah lanjut usia, sehingga akan memudahkan lanjut usia untuk mencapai posyandu. Namun masih banyaknya lanjut
usia yang jarang ke posyandu dapat disebabkan oleh berbagai factor penghambat lain, seperti pekerjaan. Menurut Notoatmodjo (1993), bahwa salah satu alasan masyarakat tidak melakukan tindakan apapun apabila mereka diserang penyakit atau merasa sakit adalah para petugas kesehatan yang tidak simpatik, judes, tidak responsif. Dan dari hasil penelitian didapatkan bahwa lanjut usia yang menyatakn petugas posyandu baik sebanyak 206 orang (66,9%). Menurut Depkes RI (2003), berhasil tidaknya suatu posyandu mencapai tujuannya tergantung pada kinerja petugas yang mengelola posyandu. Petugas yang simpatik, tidak judes dan responsif akan mendukung lanjut untuk datang ke posyandu, layanan dan sikap yang baik dari petugas akan mendorong lanjut usia dalam mengikuti kegiatan posyandu, sehingga mendorong lanjut usia dalam memanfaatkan posyandu lanjut usia. Dari hasil wawancara dengan lanjut usia yang menyatakan bahwa petugas posyandu baik didapatkan bahwa petugas selalu bersikap baik dan ramah dalam memberikan layanan serta mendorong lanjut usia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Lanjut usia yang menyatakan bahwa petugas posandu kurang baik sebanyak 102 orang (33,1%). Dari hasil wawancara dengan lanjut usia di kecamatan Enam Lingkung, didapatkan bahwa petugas posyandu kurang dalam memberikan informasi pada lanjut usia, sehingga mereka tidak mengetahui tentang posyandu dan jadwal kegiatan posyandu yang kurang sesuai dengan waktu luang lanjut usia. Dan petugas posyandu yang termasuk baik menurut lanjut usia, didapatkan bahwa petugas mempunyai sikap yang baik dalam memberikan layananan kesehatan dan bersikap ramah dalam melaksanakan kegiatan posyandu. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa dukungan keluarga menurut lanjut usia yang jarang ke posyandu termasuk kategori baik (maksimal) dengan prosentase 51,3% (158 orang), namun dukungan keluarga di Kecamatan Enam Lingkung belum menggembirakan karena hampir mendekati setengah dari keluarga kurang mendukung lanjut usia dalam memanfaatkan posyandu lanjut usia. Dukungan keluarga yang baik menurut lanjut usia, berkaitan dengan budaya orang Indonesia, bahwasannya lanjut usia berada pada salah satu rumah anaknya, mereka mau mengasuh orang tua mereka yang sudah tua. Hal ini sesuai dengan pendapat Adib (1996) lansia masih konsisten untuk terus mempertahankan dan mengembangkan lingkungan kehidupan yang berbasis pada konsep keluarga. Dalam pandangan responden tergambarkan bahwa lembaga keluarga-rumah dan penghuninyaadalah merupakan suatu yang terindah dan bahkan semacam surga baginya. Karena dalam keluargalah, Lansia dapat melaksanakan fungsi-fungsi normatif seperti : reproduksi, ekonomi, pendidikan, keagamaan, sosial budaya, cinta dan kasih sayang, perlindungan dan melestarikan lingkungan. Dengan melaksanakan fungsi tersebut Lansia akan memperoleh kesejahteraan lahir dan batin. Penelitian ini merekomendasikan pemberikan pelayanan keperawatan pada lansia baik upaya promotif dan preventif berupa pemeriksaan deteksi dini, pendidikan kesehatan, kemampuan keluarga merawat lansia, pemberian dukungan keluarga meliputi dukungan psikologis, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informasi kepada lansia. Menurut Zainudin (2002), agar lanjut usia dapat menikmati kehidupan dihari tua sehingga dapat bergembira atau merasa bahagia, diperlukan dukungan dari orang-orang yang terdekat/ keluarga lanjut usia. Dukungan dari keluarga seperti anak, cucu dan anggota keluarga lain sangat diperlukan dalam pemanfaatan posyandu. Dukungan dari keluarga dapat berupa anjuran untuk mengikuti kegiatan posyandu, mengingatkan jadwal kegiatan dan menyediakan waktu untuk lanjut usia.
Namun karena dukungan keluarga terhadap lanjut usia tidak terlalu maksimal, dimana sekitar 150 orang (48,7%) lanjut usia yang jarang ke posyandu menyatakan dukungan keluarga termasuk kategori kurang baik, sehingga menyebabkan lanjut usia jarang ke posyandu lanjut usia. Dari hasil wawancara dengan dengan lanjut usia, didapatkan bahwa dukungan keluarga di kecamatan Enam Lingkung kurang baik karena lanjut usia yang jarang ke posyandu hanya tinggal sendiri, karena anak dan cucunya tidak di rumah. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dukungan masyarakat menurut lanjut usia yang jarang ke posyandu termasuk kategori baik berjumlah 176 orang (57,1%), namun hal ini tidak terlalu maksimal karena hampir mendekati setengah dari dukungan masyarakat termasuk kategori kurang baik sebanyak 132 orang (42,9%). Menurut Depkes RI (2003), salah satu dukungan masyarakat yang tidak memadai adalah belum adanya jaminan hari tua dan jaminan kesehatan bagi lanjut usia, karena kemampuan keuangan negara yang masih terbatas dan penghasilan masyarakat yang masih rendah. Dukungan masyarakat yang tidak terlalu maksimal ini menghambat lanjut usia dalam pemanfaatan posyandu lanjut usia, dimana berkaitan dengan penghasilan penduduk di Kecamatan Enam Lingkung yang masih tergolong rendah dan berada dibawah garis kemiskinan, rata-rata penghasilan penduduk di kecamatan Enam Lingkung hanya mencukupi dalam pemenuhan kebutuhan sehari– hari. Dan juga asyarakat di kecamatan Enam Lingkung tidak memberikan contoh yang baik dalam pemeliharaan kesehatan, masyarakat masih menggunakan pengobatan tradisional dalam menangani penyakitnya. Dari hasil wawancara dengan lanjut usia yag menyatakan dukungan masyarakat di kecamatan Enam Lingkung tergolong baik, didapatkan bahwa masyarakat mendorong lanjut usia mengikuti kegiatan posyandu dengan menjadi kader posyandu lanjut usia dan memberitahu mengenai jadwal kegiatan posyandu. Masyarakat yang menjadi kader posyandu selalu bekerja sama dengan petugas kesehatan dalam melaksanakan kegiatan posyandu yang sesuai dengan kondisi lanjut usia, sehingga akan membuat lanjut usia tetap aman. Kesimpulan dan Saran Dapat disimpulan pada penelitian ini bahwa telah teridentifikasi faktor penghalang usia lanjut memenfaatkan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pakandangan Kabupaten Padang Pariaman. Hasil yang teridentifikasi adalah sebagian besar dikarenakan oleh faktor usia yang sebagian besar adalah kelompok senium 179 orang (58,1%), teridentifikasi juga lanjut usia yang mempunyai pendidikan rendah jarang memanfaatkan posyandu sebanyak 257 orang (84,3%). Pengetahuan lanjut usia yang tidak memanfaatkan posyandu berada dalam kategori kurang baik sebanyak 182 orang (59,1%), sikap lanjut usia terhadap pemanfaatan posyandu sudah baik sebanyak 206 orang (66,9%). Faktor lain yang menghalangi lanjut usia memanfaatkan posyandu adalah karena bekerja sebanyak 215 orang (69,8%).
Pada penelitian ini juga teridentifikasi faktor penghalang lanjut usia memanfaatkan posyandu adalah faktor penanganan penyakit lanjut usia kategori kurang baik 200 orang (64,9%), hanya 78 orang lanjut usia (25,3%) yang mengatakan kegiatan posyandu kurang baik. Penelitian ini juga teridentifikasi keterjangkauan posyandu kurang baik dikatakan oleh 181 orang (58,8%) lanjut usia. Hasil identifikasi lain yang ditemukan adalah masih ada lanjut usia (102 orang atau 33,1%) yang mengatakan bahwa petugas posyandu dalam melayani lanjut usia kurang baik. Dilihat dari dukungan keluarga dan dukungan masyarakat, 150 (48,7%) orang lanjut usia mengatakan dukungan keluarga kurang baik, dan 132 (42,9%) orang lanjut usia juga mengatakan dukungan masyarakat yang kurnag baik. Peneliti menyarankan untuk meningkatkan pemanfaatan posyandu lanjut usia perlu dilakukan pemberian informasi tentang manfaat posyandu dan meningkatkan sosialisasi posyandu pada lanjut usia melalui kegiatan penyuluhan dan arahan, misal pemberitahuan dengan ceramah di Mesjid– mesjid, pemasangan poster/iklan di pos desa. Dalam usaha meningkatkan kesehatan lanjut usia, perlu dilakukan usaha-usaha yang lebih intensif dalam melaksanakan kegiatan posyandu, agar pengetahuan tentang program posyandu semakin dikenal, serta diperlukan dorongan dari keluarga dan masyarakat dalam mengikuti kegiatan posyandu, misal dengan mengingatkan jadwal, menyadiakan sarana dan memberikan informasi tentang posyandu lanjut usia. Untuk puskesmas di Kecamatan Enam Lingkung diharapkan dapat memberikan penyuluhan dan arahan pada lanjut usia tentang kegiatan posyandu, serta memfasilitasi kegiatan dengan cara penyediaan sarana seperti tempat kegiatan yang mudah dicapai. Bagi lanjut usia diharapkan agar dapat mengikuti kegiatan posyandu lanjut usia, seperti pemeriksaan berkala, penyuluhan dan pembinaan kesehatan untuk meningkatkan kesehatannya. Diharapkan pada petugas sebagai Pembina agar lebih mengintensifkan penyuluhan dan pembinaan kesehatan, serta kader posyandu diharapkan lebih berperan dalam pelaksanaan kegiatan dan pemberitahuan jadwal kegiatan. Bagi peneliti lain dapat menjadi bahan masukan untuk penelitian selanjutnya tentang faktor mana yang lebih dominan yang menghambat lanjut usia dalam pemanfaatan posyandu lanjut usia. Referensi Adib (1996), Penelitian lansia di perkotaan: tinggal bersama keluarga lebih nyaman. Diakses dari http://madib.blog.unair.ac.id/files/2008/11/penelitian-lansia-di-perkotaan.pdf Arikunto, S (2002), Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik (ed. Revisi V) Jakarta: Rineka Cipta. Darmojo, R.Boedhi & Martono, H. Hadi (1999). Buku ajar ilmu kesehatan usia lanjut, edisi ke-3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Departemen Kesehatan RI. (2003), Pedoman pembinaan kesehatan lanjut usia bagi petugas kesehatan. Jakarta. Dinas Kesehatan Kab. Padang Pariaman (2003). Laporan bulanan pembinaan kesehatan usia lanjut. Padang Pariaman Notoatmodjo, S (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta, Rinneka Cipta.
Notoatmodjo, S (2003). Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku manusia. Yogjakarta, Andi Offset Zainudin. H.K., (2002). Mengenal Gangguan Jiwa Pada lansia. Jakarta., diunduh dari http://www.epsikologi.com/epsi/lanjutusia_detail.asp?id=181 pada 18 Agustus 2007