PENERAPAN SISTEM DANA KAS KECIL DALAM MENINGKATKAN PENGENDALIAN INTERN KAS PADA RUMAH SAKIT UMUM MELATI MEDAN
Peneliti
Mei H. M. Munte
FAKULTAS EKONOMI1 UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN
2
BAB I PENDAHULUAN
I.A. Alasan Pemilihan Judul Perekonomian Indonesia disusun berdasarkan falsafah dan ideologi negara yaitu Pancasila. Perekonomian yang disusun berdasarkan Pancasila disebut ekonomi Pancasila. Tatanan ekonomi rakyat selayaknya yang bersifat kekeluargaan sesuai dengan undang-undang dasar Republik Indonesia tahun 1945 pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan. Guna mewujudkan tata kehidupan ekonomi rakyat Indonesia yang berdasarkan kekeluargaan tersebut, koperasi diharapkan dapat menjadi suatu badan usaha yang kuat. Perkembangan koperasi dewasa ini semakin maju dengan pesat baik itu secara kualitas maupun kuantitas. Perkembangan ini menunjukkan kemajuan yang meyakinkan dari tahun ke tahun, baik dari jumlah anggotanya maupun sisa hasil usahanya. Salah satu aspek penting dalam badan usaha, seperti koperasi adalah aspek keuangannya. Koperasi
merupakan
salah satu organisasi nirlaba yang tidak
bertujuan memperoleh laba sebesar-besarnya tetapi mempunyai aktivitas usaha. Semakin berkembangnya kegiatan usaha koperasi, tuntutan agar pengelolaan koperasi dilaksanakan secara profesional akan semakin besar. Pengelolaan yang profesional memerlukan adanya sistem pertanggungjawaban yang baik dan informasi yang relevan serta dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan perencanaan dan pengendalian koperasi. Salah satu upaya tersebut adalah pengembangan sistem informasi yang diperlukan melalui akuntansi keuangan untuk menumbuhkan koperasi dalam penyusunan laporan keuangannya. Penyusunan laporan keuagan koperasi diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 27 tentang akuntansi perkoperasian. PSAK No. 27 ini berisi karakteristik koperasi, struktur pengorganisasian koperasi, usaha dan jenis koperasi, tujuan koperasi, ruang lingkup koperasi, definisi koperasi, dan standar penyajian laporan keuangan koperasi. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 27 ini: “Laporan keuangan koperasi itu terdiri atas neraca, perhitungan hasil
3
usaha (PHU), laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota, dan catatan atas laporan keuangan. Koperasi Kredit/CU. Maju berkedudukan di Tarutung, merupakan koperasi yang bergerak dalam unit usaha simpan pinjam. Koperasi Kredit/CU. Maju sudah seharusnya membuat laporan keuangan sesuai dengan standar yang berlaku, dalam hal ini telah diatur di dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 27. Dalam prakteknya, Koperasi Kredit/CU. Maju Tarutung belum menyusun laporan keuangan secara lengkap sesuai dengan PSAK No. 27. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya laporan Promosi Ekonomi dan adanya ketidaksesuaian pengelompokan perkiraan akun-akun sisa hasil dalam laporan keuangan yang disusun koperasi ini menurut PSAK No. 27. Berdasarkan
latar
belakang
permasalahan
tersebut,
penulis
tertarik
membahasnya dalam tulisan skripsi tentang akuntansi perkoperasian dengan judul: PENERAPAN
STANDAR
AKUNTANSI
KEUANGAN
NO.
27
PADA
KOPERASI KREDIT/CU. MAJU TARUTUNG.
I.B. Perumusan Masalah Menurut Sumadi Suryabrata: Masalah atau permasalahan ada kalau ada kesenjangan antara das sollen dan das sein; ada perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan, dan yang sejenis dengan itu. Berdasarkan penelitian pendahuluan dirumuskan masalah sebagai berikut: Penerapan Penyusunan Laporan Keuangan pada Koperasi Kredit/CU. Maju Tarutung belum sesuai dengan PSAK No. 27.
I.C. Hipotesis Hipotesis berfungsi memberikan pedoman dan pengarahan pada penelitian dan pemecahan masalah, membatasi informasi dan data yang relevan dan betul-betul perlu saja, dan mengurangi kesalahan dalam usaha pengumpulan data.
4
Menurut Moh. Nazir: Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari atau apa yang kita pelajari. Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saatnya fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam vertifikasi. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena kompleks.” Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka hipotesis yang dikemukakan sebagai berikut: 1. Tidak ada pemisahan antara beban usaha dan beban perkoperasian. 2. Sisa hasil usaha yang tidak menjadi hak koperasi tidak diakui sebagai kewajiban.
I.D. Luas Dan Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yaitu: 1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang akuntansi koperasi yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan. 2. Mengetahui sejauh mana Koperasi Kredit/CU. Maju Tarutung telah menyusun laporan keuangannya sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan No. 27. 3. Membandingkan dan menganalisa teori-teori yang diterima melalui perkuliahan dan kepustakaan dengan praktek dalam dunia usaha.
I.E. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data Penulisan skripsi ini menggunakan dua cara dalam pengumpulan data, yaitu: a. Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu jenis penelitian yang dilakukan melalui kepustakaan dengan membaca literature seperti buku kuliah dan buku bacaan lainnya. Data yang dikumpulkan berupa data sekunder sebagai uraian kerja teoritis.
5
b. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu jenis penelitian yang dilakukan pada objek penelitian di lapangan secara langsung untuk memperoleh data primer. Cara pengumpulan data seperti ini digunakan dua cara:
Cara interview yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada pihak-pihak yang berkepentingan di Koperasi Kredit/CU. Maju Tarutung.
Cara observasi
yaitu dengan mengamati dan mencatat fenomena yang
menjadi objek penelitian terutama laporan Koperasi Kredit/CU. Maju Tarutung.
I.F. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam skripsi ini yaitu: 1. Metode Deskriptif (Descriptive Method), yaitu suatu metode analisa yang terlebih dahulu mengumpulkan data yang ada, kemudian diklasifikasikan, dianalisis, selanjutnya diinterpretasikan sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan yang diteliti untuk menarik generalisasi masalah dari objek yang diteliti. 2. Metode Deduktif (Deductive Method), yaitu suatu analisis yang dilakukan untuk membandingkan PSAK No. 27 dengan praktek yang terdapat dalam koperasi. Kemudian membuat kesimpulan dan selanjutnya menambahkan saran dari hasil perbandingan tersebut untuk mengatasi kesalahan penyajian laporan keuangan Koperasi Kredit/CU. Maju Tarutung.
6
BAB II URAIAN TEORITIS
II.A. Pengertian Dan Tujuan Akuntansi Akuntansi dilaksanakan baik oleh koperasi yang bertujuan mencari laba maupun dalam organisasi – organisasi yang tidak mencari laba. Salah satu penyebabnya adalah karena peraturan – peraturan yang ditetapkan oleh koperasi. Namun demikian alasan utama akuntansi dilaksanakan dalam organisasi adalah karena semakin rumitnya variabel – variabel yang dihadapi para manajer walau dalam koperasi kecil sekalipun. Keadaan ini mengakibatkan para manajer semakin tergantung pada proses akuntansi, karena transaksi – transaksi koperasi dirubah menjadi data dan diringkas serta dilaporkan dalam bentuk laporan keuangan. Dengan demikian akuntansi merupakan suatu sistem informasi yang sangat diperlukan oleh koperasi modern dewasa ini. Proses akuntansi menghasilkan laporan yang diatur menurut standar akuntansi. Standar akuntansi menyajikan suatu aturan tentang pencatatan dan berbagai prosedur lainnya yang hasilnya digunakan sebagai bahan pertanggungjawaban manajemen koperasi. Oleh sebab itu standar akuntansi menjadi pedoman pokok bagi penyusunan laporan keuangan dalam melakukan tugasnya. Dari banyaknya definisi akuntansi yang ada, akan diuraikan beberapa diantaranya Paul Grady membuat definisi akuntansi pada American Institute Of Certified Public Accountant (AICPA) sebagai berikut: Akuntansi adalah keseluruhan pengetahuan dan fungsi yang berhubungan dengan
penciptaan,
pengesahan,
pencatatan,
pengelompokkan,
pengolahan, penyimpulan penganalisaan, penafsiran dan penyajian informasi yang dapat dipercaya dan penting artinya secara sistematik mengenai transaksi – transaksi yang sedikit – dikitnya bersifat finansial dan yang diperlukan untuk pimpinan dan operasi sesuatu badan dan untuk laporan – laporan yang harus diajukan mengenai hal tadi, guna memenuhi pertanggungjawaban yang bersifat keuangan atau lainnya.
7
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa akuntansi bukanlah pencatatan semata – mata, tetapi meliputi pengetahuan lainnya dan lebih luas dari teknik pencatatan semata – mata. Pengetahuan lainnya yang tercakup antara lain teknik pengawasan, teknik penyajian laporan keuangan, teknik pemeriksaan hasil pencatatan dan sebagainya. Dengan demikian data yang disajikan sebagai informasi merupakan data yang dapat dipertanggungjawabkan kepada orang – orang yang memerlukan laporan keuangan. Tujuan utama akuntansi adalah memberikan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang diperlukan dalam pengambilan keputusan-keputusan oleh manajemen, pemegang saham, pemerintah atau pihak-pihak yang berkepentingan sehingga keputusan yang diambil benar tentang apa yang sudah terjadi dalam suatu koperasi atau apa yang harus diperbuat di masa yang akan datang. Menurut Horngren, “Akuntansi adalah sarana utama untuk mengorganisasi dan mengikthisarkan informasi tentang kegiatan ekonomi, informasi ini diberikan kepada pengambil keputusan dalam bentuk laporan keuangan.” Dewasa ini akan lebih bermanfaat meninjau akuntansi dari sudut fungsi dan tujuan akuntansi sebagai informasi keuangan. Defenisi ini menekankan kepada peranan akuntansi yaitu memberikan informasi bagi kepentingan para pemakai laporan keuangan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan ekonomi.
II.B. Pengertian Dan Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, ringkasan, transaksi – transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan, sebagai pertanggungjawaban dan juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu koperasi dalam mencapai tujuannya. Menurut Sofyan Harahap, “Laporan keuangan adalah suatu alat dengan mana informasi dikumpulkan dan diproses dalam akuntansi keuangan yang akhirnya dimasukkan dalam laporan keuangan yang dikomunikasikan secara periodik kepada para pemakainya.” Laporan keuangan yang lengkap biasanya
8
meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Penyajian laporan keuangan oleh suatu koperasi dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai keuangan koperasi tersebut pada suatu periode baik untuk kepentingan internal maupun eksternal. Menurut Chairul Marom bahwa “Laporan keuangan adalah
produk
dari
manajemen
dalam rangka
mempertanggungjawabkan (stewardship) penggunaan sumber daya dan sumber dana yang dipercayakan kepadanya. Secara umum, laporan ini menyediakan informasi tentang posisi keuangan pada saat tertentu, kinerja dan arus kas dalam suatu periode yang ditujukan bagi pengguna laporan di luar koperasi untuk menilai dan mengambil keputusan yang bersangkutan dengan koperasi. Dari penjelasan tersebut maka dapat diartikan bahwa laporan keuangan bukan hanya diperlukan oleh pihak manajemen saja melainkan diperlukan oleh berbagai pihak yang memiliki kepentingan dalam dunia usaha. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem akuntansi keuangan yang andal dan tidak menyesatkan, yang mampu menyajikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus dana dari suatu unit ekonomi kepada para pengambil keputusan. Di sisi lain laporan keuangan harus disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan agar laporan keuangan dapat dimengerti oleh berbagai pihak yang terkait yang dapat dijadikan sebagai pedoman pokok dalam penyusunan laporan keuangan. II.C. Koperasi Dan Karakteristik Sejarah koperasi lahir pada permulaan abad ke 19, sebagai suatu reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di negara – negara Eropa. Sistem ekonomi ini bersendi pada kebebasan individu untuk mencari keuntungan pribadi sebanyak mungkin. Akibatnya kelompok – kelompok tertentu yakni kaum kapitalis, menguasai kehidupan masyarakat luas. Mereka hidup berlebihan, sedangkan masyarakat yang tidak memiliki modal makin tertindas. Pada saat itulah tumbuh gerakan kebersamaan yang menentang aliran individualisme ini dengan asas kebersamaan untuk meningkatkan kesejahteraan bersama. Bentuk kerja sama ini melahirkan suatu perkumpulan yang disebut koperasi.
9
Istilah koperasi berasal dari bahasa asing Co – Operation (Co = bersama, operation = usaha) yang berarti usaha bersama. Kata Co – Operation kemudian diangkat menjadi istilah ekonomi sebagai koperasi yang dibakukan menjadi bahasa ekonomi yang dikenal dengan istilah koperasi, yang berarti organisasi ekonomi dengan keanggotaan yang bersifat sukarela. Oleh karena itu koperasi menurut Moh. Hatta dalam buku yang ditulis Arifin Sitio dan Halomoan Tamba mengatakan bahwa:
“Koperasi
adalah
usaha
bersama
untuk
memperbaiki
nasib
penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong, semangat tolong menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan seorang buat semua dan semua buat seorang.” Koperasi menurut Arifinal Chaniago dalam buku yang ditulis Arifin Sitio dan Halomoan Tamba mendefenisikan “Koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang – orang atau badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar, dengan bekerja sama secara kekeluargaan
menjalankan
usaha
untuk
mempertinggi
kesejahteraan
jasmaniah para anggotanya.” Amin Tunggal mengatakan bahwa “Koperasi adalah sebagai badan usaha dapat melakukan kegiatan usahanya sendiri dan dapat juga kerja sama dengan badan usaha lain, seperti perusahaan swasta maupun perusahaan Negara.” Koperasi menurut UU No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian Indonesia, “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan.” Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan No.27 pengertian Koperasi adalah
badan
pendayagunaan prinsip
–
usaha
yang
mengorganisir
pemanfaatan
dan
sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar
prinsip
koperasi
dan
kaidah
usaha
ekonomi
untuk
meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat
10
daerah kerja pada umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional. Pengertian koperasi tersebut di atas sangat banyak namun sangat jelas kita lihat bahwa dari berbagai macam
pengertian koperasi tersebut dapat kita ambil
kesimpulan koperasi merupakan kumpulan dari orang–orang yang memiliki keinginan yang sama untuk mencapai tujuan koperasi yakni memberikan manfaat bagi anggota–anggotanya. Sangat jelas bahwa koperasi memberikan banyak peranan dalam meningkatkan perekonomian bagi anggota – anggotanya. Usaha koperasi ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang didasarkan bersama yang pada akhirnya akan mengangkat perekonomian anggotanya. Koperasi bekerja berdasarkan beberapa prinsip. Prinsip ini merupakan pedoman bagi koperasi dalam melaksanakan nilai- nilai koperasi. Prinsip yang dianut oleh gerakan koperasi internasional saat ini adalah yang dicetuskan pada kongres ICA (International Cooperative Allance) di Manchester, Inggris pada tanggal 23/9/1995. ICA adalah gabungan gerakan koperasi internasional yang beranggotakan 700 juta orang lebih berasal dari 70 negara, berpusat di Genewa, Swiss. Untuk wilayah Asia – Pasifik berkantor di New Dehli, India. Prinsip – prinsip koperasi menurut Hiro, Tugiman meliputi: 1. Keanggotaan sukarela terbuka Koperasi adalah organisasi yang keanggotaannya bersifat sukarela, terbuka bagi semua orang yang bersedia menerima tanggung jawab keanggotaan tanpa membedakan gender (jenis kelamin, latar belakang sosial, ras, politik atau agama). 2. Pengawasan oleh anggota secara demokratis Koperasi adalah organisasi demokratis yang diawasi oleh anggotanya yang secara aktif menetapkan kebijakan membuat keputusan. Laki – laki dan perempuan yang dipilih sebagai pengurus bertanggung jawab kepada rapat anggota. Dalam koperasi primer, anggota memiliki hak suara yang sama (satu anggota satu suara). Pada tingkatan lainnya, koperasi juga dikelola secara demokratis.
11
3. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi Anggota yang menyetorkan modal mereka secara adil dan melakukan pengawasan secara demokratis sebagian dari modal tersebut adalah milik bersama. Bila ada balas jasa terhadap modal, diberikan secara terbatas. Anggota mengalokasikan sisa hasil usaha untuk beberapa / semua dari tujuan seperti: a) Mengembangkan koperasi caranya dengan membentuk dana cadangan yang sebagian dari dana itu tidak dapat dibagikan b) Dibagikan kepada anggota caranya seimbang berdasarkan transaksi mereka dengan koperasi c) Mendukung kegiatan lainnya yang disepakati dalam rapat anggota 4. Otonomi dan kemandirian Koperasi adalah organisasi otonom dan mandiri yang diawasi oleh anggotanya. Apabila koperasi membuat perjanjian dengan pihak lain, termasuk pemerintah atau memperoleh modal dari luar, maka hal itu harus berdasarkan persyaratan yang tetap menjamin adanya upaya: a) Pengawasan yang demokratis dari anggotanya b) Mempertahankan otonomi koperasi 5. Pendidikan, pelatihan dan informasi Koperasi memberikan pendidikan dan pelatihan bagi anggota, pengurus, pengawas, manajer dan karyawan. Tujuannya agar mereka dapat melaksanakan tugas dengan lebih efektif bagi masyarakat umum, khususnya orang – orang muda dan tokoh – tokoh masyarakat mengenai hakekat dan manfaat berkoperasi. 6. Kerjasama antara koperasi Dengan bekerja sama pada tingkat lokal, nasional, regional dan internasional maka: a) Gerakan koperasi dapat melayani anggotanya dengan efektif b) Dapat memperkuat gerakan koperasi 7. Kepedulian terhadap masyarakat
12
Koperasi melakukan kegiatan untuk pengembangan masyarakat sekitarnya secara berkelanjutan, melalui kebijakan yang diputuskan oleh rapat anggota. Perbedaan antara satu perkumpulan dengan yang lain terletak dari sifat dasar, macam, dan wujud dari perkumpulan, itu yang tertera dalam anggaran dasarnya. Karakteristik utama yang membedakan koperasi dengan badan usaha lain adalah bahwa anggota koperasi memiliki identitas ganda (the dual identity of the member), yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi (user own oriented firm). Hal ini dijelaskan oleh IAI dalam Pernyataan Akuntansi Keuangan (PSAK) No.27 tentang akuntansi perekoperasian: 1. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama 2. Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai – nilai percaya diri untuk menolong dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, kesetiakawanan,
keadilan,
persamaan
dan
demokrasi.
Selain
itu,
anggota – anggota koperasi percaya pada nilai – nilai etika kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap orang lain 3. Koperasi
didirikan,
dimodali,
dibiayai,
diatur,
dan
diawasi
serta
dimanfaatkan sendiri oleh anggotanya 4. Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota (promotion of the member’s welfare) 5. Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi kepada anggotanya maka kelebihan kemampuan pelayanan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang nonanggota koperasi. Dari perbedaan koperasi terhadap badan usaha lainnya, maka tujuan koperasi Indonesia, seperti yang tertera dalam UU no.25 tahun 1992 pasal 3 pada buku yang ditulis Amin Tunggal “adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan dan
13
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat, yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 45.” Dan tujuan tersebut, koperasi dapat digolongkan dalam beberapa jenis, berdasarkan kepentingan anggota dan usaha utamanya.Menurut Standar Akuntansi Keuangan No.27, koperasi digolongkan kedalam 4 jenis yaitu: 1) Koperasi konsumen, yaitu koperasi yang anggotanya para konsumen akhir atau pemakai
barang
dan
jasa.
Koperasi
ini
bertujuan
agar
anggota – anggotanya dapat membeli barang atau jasa dengan kualitas yang baik dengan harga yang layak 2) Koperasi produsen, yaitu koperasi yang anggotanya berupa rumah tangga atau perusahaan yang menghasilkan dan memasarkan barang atau jasa. Kegiatan utama koperasi ini adalah menyediakan, mengoperasikan, atau mengelola sarana produksi bersama 3) Koperasi simpan pinjam, yaitu koperasi yang kegiatan atau jasa utamanya menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman untuk anggotanya 4) Koperasi pemasaran, yaitu koperasi yang anggotanya para produsen atau pemilik barang atau penyedia jasa dan kegiatan atau jasa utamanya melakukan pemasaran bersama Berdasarkan hirarki organisasinya, koperasi terbagi atas 2 yaitu: 1. Koperasi primer, ialah koperasi yang anggotanya orang – orang yang memiliki kesamaan kepentingan ekonomi dan melakukan kegiatan usaha yang langsung melayani para anggotanya tersebut 2. Koperasi sekunder ialah koperasi yang beranggotakan badan – badan hukum koperasi karena kesamaan kepentingan ekonomis mereka bergabung untuk tujuan efisiensi dan kelayakan ekonomis dalam rangka melayani para anggotanya
II.D. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.27 Agar laporan keuangan dapat memenuhi kepentingan semua pihak diperlukan suatu standar akuntansi keuangan yang mendesain penyusunan dan penyajian laporan
14
keuangan tersebut. Standar akuntansi keuangan merupakan garis pedoman, peraturan yang digunakan dalam pekerjaan akuntansi dan berlaku sebagai penuntun dalam praktek akuntansi. Agar tujuan pelaporan keuangan dapat dicapai, diperlukan standar akuntansi yang harus memperhatikan kegunaan laporan keuangan. Tanpa adanya suatu standar akuntansi, para penyusun laporan keuangan secara bebas dan sesuai dengan selera masing – masing akan menyusun laporan keuangan sehingga para pemakai akan sulit untuk menilai laporan tersebut. Dalam penyusunan laporan keuangan tidak terlepas dari prinsip akuntansi yang berlaku. Menurut S. Hadibroto bahwa Pengertian
prinsip
akuntansi
adalah
dasar – dasar
maupun
konsep – konsep yang menjadi pedoman bagi penilaian dan penyajian harta benda dan hutang – hutang dalam penyusunan neraca. Disamping itu prinsip
akuntansi
merupakan
pola
dasar
untuk
menentukan
jumlah – jumlah biaya maupun hasil atau pendapatan yang tercermin pada penyusunan perhitungan laba rugi. Dalam
perkembangan
standar
akuntansi
selalu
dipengaruhi
keadaan
perekonomian suatu negara, seperti perubahan – perubahan dalam kondisi ekonomi sosial sesuai dengan pengetahuan dan teknologi baru, dan sesuai dengan keinginan para pemakai informasi keuangan. Mengharmoniskan standar akuntansi keuangan atau disingkat SAK dengan standar akuntansi internasional merupakan usaha yang dilakukan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam mengantisipasi globalisasi ekonomi serta semakin aktifnya pasar modal di Indonesia karena pernyataan akuntansi Indonesia 1984 serta rangkaian pernyataan SAK dan interprelasi SAK dirasakan tidak lagi dapat menampung dan menjawab permasalahan yang timbul dalam praktek. Standar akuntansi Indonesia dibuat berdasarkan kerangka pemikiran konseptual oleh komite SAK dan IAI. Tujuan utama dari laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna untuk keputusan penanaman modal atau investasi dan pinjaman. Agar informasi tersebut dapat berguna maka ia haruslah dapat dipahami, relevan, dapat diandalkan dan dapat dibandingkan. Akuntansi berusaha untuk dapat memenuhi tujuan - tujuan ini dalam informasi yang dihasilkan. Dalam perkembangan
15
prinsip akuntansi Indonesia (PAI) menjadi standar akuntansi keuangan (SAK), maka pernyataan prinsip akuntansi Indonesia no.3 tentang standar khusus akuntansi untuk koperasi telah disesuaikan seperlunya menjadi PSAK No.27 tentang akuntansi koperasi. Perlunya standar khusus tentang koperasi dikarenakan koperasi memiliki ciri yang berbeda dengan badan usaha lain, seperti badan usaha pemerintah dan swasta,
ditinjau
dari
organisasi,
cara
pengelolaannya
maupun
struktur
permodalannya. Sesuai dengan defenisi dan dasar – dasar koperasi itu sendiri yang menyebutkan
bahwa
koperasi
sebagai badan usaha yang mengorganisir
pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip – prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk mengangkat taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya. Dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional, koperasi mempunyai misi yang berbeda dengan badan – badan usaha lainnya dan merupakan kumpulan orang dan bukan merupakan kumpulan modal. Dalam menjalankan usahanya sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat, koperasi harus berlandaskan kepada prinsip – prinsip koperasi yang terdiri dari kemandirian, keanggotaan bersifat terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokratis, pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding sesuai dengan besarnya jasa usaha masing – masing anggota. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, pendidikan
perkoperasian
dan
kerja sama antar koperasi. Koperasi
harus betul – betul mengabdi kepada kepentingan keprikemanusiaan semata – mata bukan kepada kebendaan. Hal utama yang membedakan koperasi dengan badan usaha lainnya adalah bahwa anggota koperasi memiliki identitas ganda, yaitu sebagai pemilik sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi. Dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya, koperasi tidak hanya dituntut untuk mempromosikan usaha – usaha ekonomi anggota, tetapi juga mengembangkan kemampuan
sumber
daya
anggota
melalui pendidikan dan pelatihan yang
dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan sehingga anggota semakin professional dan mampu mengikuti perkembangan badan usahanya. Kerjasama pada
16
koperasi didasarkan pada rasa persamaan derajat dan keselarasan para anggotanya sebagai penggerak ekonomi rakyat dengan sokoguru perekonomian nasional. Pemerintah sendiri sangat berkepentingan terhadap keberhasilan koperasi, oleh karena itu pemerintah berperan dalam memberikan pembinaan, perlindungan dan peluang usaha kepada koperasi. Dalam pelaksanaan pembinaan, perlindungan dan peluang usaha tersebut koperasi perlu berpedoman pada ketentuan – ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Ketentuan – ketentuan tersebut juga berpengaruh terhadap perlakuan akuntansi pada koperasi. Koperasi di lingkungan badan usaha beranggotakan orang-orang yang melakukan usaha bersama yang didasarkan atas azas kekeluargaan. Kegiatan koperasi dilakukan sekelompok orang yang bekerjasama untuk menggunakan output-output ekonomi dari badan usaha untuk tercapainya tujuan, yaitu meningkatkan kesejahtraan anggota. Berdasarkan hal tersebut maka koperasi dapat dibedakan atas koperasi primer dan koperasi sekunder. Koperasi primer adalah koperasi yang beranggotakan orang seorang sedangkan koperasi sekunder adalah koperasi yang beranggotakan badan – badan hukum koperasi. Koperasi dapat memiliki dan mendirikan serta melakukan usaha – usaha sebagaimana badan usaha lainnya, seperti di sektor perdagangan industri manufaktur, jasa keuangan dan pembiayaan, jasa asuransi, jasa transportasi, jasa profesi dan jasa lainnya yang langsung berada dibawah tanggung jawab dan pengawasan koperasi yang bersangkutan, sehingga tidak memerlukan lagi badan hukum koperasi tersendiri karena merupakan satu kesatuan akuntansi. Akan tetapi, perlakuan akuntansi koperasi ini mengacu pada PSAK yang mengatur perlakuan akuntansi dalam setiap sektor industri tersebut. Koperasi berdasarkan kepentingan anggotanya dan usaha utama yang dilakukan oleh koperasi dapat digolongkan atas empat jenis koperasi yakni koperasi konsumen, koperasi produsen, koperasi simpan pinjam, dan koperasi pemasaran. Koperasi konsumen adalah koperasi yang anggotanya para konsumen akhir atau pemakai barang atau jasa dan kegiatan atau jasa utama melakukan pembelian bersama. Koperasi produsen adalah koperasi yang anggotanya tidak memiliki rumah tangga usaha atau koperasi sendiri – sendiri tetapi bekerja sama dalam wadah
17
koperasi untuk menghasilkan dan memasarkan barang atau jasa dan kegiatan utamanya
menyediakan,
mengoperasikan
atau
mengelola
sarana produksi
bersama. Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang kegiatan atau jasa utamanya menyediakan jasa penyimpanan dan
peminjaman
untuk anggotanya. Koperasi
pemasaran adalah koperasi yang anggotanya para produsen atau pemilik barang atau penyedia jasa dan kegiatan atau jasa utamanya melakukan pemasaran bersama. Laporan
keuangan
koperasi
merupakan
bagian
dari
laporan
pertanggungjawaban pengurus dan juga merupakan bagian dari sistem pelaporan keuangan dalam tata kehidupan koperasi. Laporan keuangan koperasi lebih ditujukan kepada pihak – pihak seperti anggota koperasi, pemerintah, kreditur dan pihak lain yang berkepentingan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dampak sosial koperasi perlu diukur dan diungkapkan selain pengakuan dan pengungkapan yang lazim untuk kinerja keuangan karena disinilah terletak keunikan atau ciri – ciri khusus koperasi. Bila hal itu tidak diungkapkan tidak akan diperoleh informasi yang jelas, sehingga pengguna laporan keuangan akan salah dalam mengambil keputusan. Alasan inilah yang menyebabkan dianggap perlu adanya PSAK dalam akuntansi koperasi. Dalam laporan keuangan koperasi, fungsi akuntansi adalah menyimpulkan dan melaporkan informasi akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan dan hasil operasi koperasi dimana laporan keuangan koperasi meliputi: (a) Neraca Neraca merupakan daftar posisi keuangan yang mengungkapkan aktiva, kewajiban dan modal. Dari suatu kesatuan ekonomi yang dinyatakan dengan satuan uang pada waktu tertentu. Neraca memberikan informasi mengenai posisi keuangan yang meliputi jumlah investasi dalam sumber daya yang dimiliki koperasi. Neraca merupakan catatan kumulatif karena neraca menggambarkan hasil akhir dari sebuah pencatatan transaksi – transaksi sejak koperasi itu berdiri sendiri. Dalam PSAK No. 27 neraca koperasi menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajiban
dan modal koperasi pada waktu tertentu. Berikut ini diuraikan
masing – masing komponen tersebut:
18
1. Aktiva meliputi aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap dan aktiva lain – lain. 2. Kewajiban meliputi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang. 3. Modal. Adapaun contoh neraca koperasi menurut PSAK No. 27 adalah sebagai berikut:
19
TABEL 2.1 KOPERASI PEMBANGUNAN RAKYAT NERACA 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 ASET ASET LANCAR Kas dan Bank Investasi Jangka Pendek Piutang Usaha Piutang Pinjaman Anggota Piutang Pinjaman Non Anggota Piutang Lain – lain Peny.Piutang tidak Tertagih Persediaan Pendapatan akan Diterima Jumlah Aset Lancar
20X1
20X0 Rp xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx (xxxxx) xxxxx xxxxx Rp xxxxx
Rp xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx (xxxxx) xxxxx xxxxx Rp xxxxx
Rp xxxxx xxxxx
Rp xxxxx xxxxx
Rp xxxxx
Rp xxxxx
ASET TETAP Tanah/Hak Atas Tanah Bangunan Mesin Inventaris Akumulasi Penyusutan Jumlah Aset Tetap
Rp xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx (xxxxx) Rp xxxxx
Rp xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx (xxxxx) Rp xxxxx
ASET LAIN – LAIN Ak. Tetap dalam Konstruksi Beban Ditangguhkan
Rp xxxxx xxxxx
Rp xxxxx xxxxx
Jumlah Aset Lain-lain JUMLAH ASET
Rp xxxxx Rp xxxxx
Rp xxxxx Rp xxxxx
INVESTASI JANGKA PANJANG Penyertaan Pada Koperasi Penyertaan Pada Non Koperasi Jumlah Investasi Jangka Panjang
KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Utang Usaha Utang Bank Utang Pajak Utang Simpanan Anggota Utang Dana Bagian SHU Utang Jangka Panjang Akan Jatuh Tempo Biaya Harus Dibayar Jumlah Kwj. Jangka Pendek
20X1 20X0 Rp Rp Rp xxxxx Rp xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx Rp xxxxx Rp xxxxx
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Utang Bank Utang Jangka Panjang Lainnya
Rp xxxxx Rp xxxxx xxxxx xxxxx
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang EKUITAS Simpanan Wajib Simpanan Pokok Modal Penyetaraan Partisipasi Anggota Modal Penyertaan Modal Sumbangan Cadangan SHU Belum Dibagi Jumlah Ekuitas
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 2007, PSAK No. 27, Seksi 27.15.
Rp xxxxx
Rp xxxxx
Rp xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx Rp xxxxx
Rp xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx Rp xxxxx
Rp xxxxx
Rp xxxxx
20
(b) Perhitungan Sisa Hasil Usaha Perhitungan hasil usaha harus memuat hasil usaha dengan anggota dan laba rugi kotor dengan non anggota dan penyajiannya dilakukan secara terpisah antara kegiatan yang diselenggarakan anggota dan non anggota. Perhitungan hasil usaha menyajikan informasi mengenai pendapatan dan beban perkoperasian selama periode tertentu. Perhitungan hasil usaha menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasil usaha. Sisa hasil usaha yang diperoleh mencakup hasil usaha dengan anggota dan laba atau rugi kotor dengan non anggota. Perhitungan hasil usaha menyangkut manfaat dari usaha koperasi tidak semata-mata diukur dari sisa hasil usaha atau laba tetapi ditentukan pada manfaat bagi anggota. Perhitungan hasil usaha menurut PSAK No.27 TABEL 2.2 KOPERASI PEMBANGUNAN RAKYAT PERHITUNGAN HASIL USAHA Untuk Tahun Berakhir 31 Desember 20X1 dan 20X0
PARTISIPASI ANGGOTA Partisipasi Bruto Anggota Beban Pokok Partisipasi Neto Anggota PENDAPATAN DARI NON ANGGOTA Penjualan Harga Pokok Laba (Rugi) Kotor Dengan Non Anggota Sisa Hasil Usaha Kotor BEBAN OPERASI: Beban Usaha Sisa Hasil Usaha Koperasi Beban Perkoperasian Sisa Hasil Usaha Setelah Beban Perkoperasian Pendapatan Dan Beban Lain – lain Sisa Hasil Usaha Sebelum Pos - pos Luar Biasa Pendapatan Dan Beban Luar Biasa
20X1
20X0
Rp xxxxx (xxxxx) Rp xxxxx
Rp xxxxx (xxxxx) Rp xxxxx
Rp xxxxx (xxxxx) Rp xxxxx Rp xxxxx
Rp xxxxx (xxxxx) Rp xxxxx Rp xxxxx
(xxxxx) Rp xxxxx (xxxxx) Rp xxxxx xxxxx Rp xxxxx xxxxx
(xxxxx) Rp xxxxx (xxxxx) Rp xxxxx xxxxx Rp xxxxx xxxxx
21
Sisa Hasil Usaha Sebelum Pajak Pajak Penghasilan Sisa Hasil Usaha Setelah Pajak
Rp xxxxx (xxxxx) Rp xxxxx
Rp xxxxx (xxxxx) Rp xxxxx
Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 2007, PSAK No. 27, Seksi 27.16. (c) Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan informasi mengenai penerimaan kas, pembayaran kas dan perubahan bersih pada kas yang berasal dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dari suatu koperasi selama periode tertentu. Laporan arus kas mengelompokkan penerimaan dan pembayaran kas berasal dari sumber: 1. Arus kas dari aktivitas operasi, terutama diperoleh dari aktivitas pengahisl utama pendapatan perusahaan, yang meliputi produksi atau pengiriman barang untuk dijual dan pengeluaran kas dan peristiwa lain yang mempengaruhi transaksi. 2. Aktivitas investasi umumnya melibatkan aktiva jangka panjang 3. Aktivitas pendanaan melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemilik. Pada badan usaha koperasi, laporan arus kas menyajikan informasi mengenai perubahan kas yang meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas dan saldo akhir kas pada periode tertentu. (d) Laporan Promosi Ekonomi Anggota Dalam hal sisa hasil usaha tahun berjalan belum dibagi, maka manfaat ekonomi yang diperoleh anggota dari pembagian sisa hasil usaha pada akhir tahun buku dapat dicatat sebesar taksiran jumlah sisa hasil usaha yang akan dibagi untuk anggota. Laporan promosi ekonomi anggota adalah laporan yang memperlihatkan manfaat ekonomi yang diperoleh anggota koperasi selama satu tahun tertentu. Ilustrasi laporan promosi ekonomi anggota menurut PSAK No. 27 adalah:
22
TABEL 2.3 KOPERASI PEMBANGUNAN RAKYAT LAPORAN PROMOSI EKONOMI ANGGOTA Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 20X1 dan 20X0 (Koperasi Konsumen)
20X1 PROMOSI EKONOMI SELAMA TAHUN BERJALAN MANFAAT EKONOMI DARI PEMASARAN PRODUK ANGGOTA Pemasaran Produk Anggota Atas Dasar Harga Koperasi Pemasaran Produk Anggota Atas Dasar Harga Pasar Jumlah Promosi Ekonomi dari Transaksi Pemasaran Produk Anggota MANFAAT EKONOMI DARI PENGADAAN BARANG UNTUK ANGGOTA Pengadaan Barang atas Dasar Harga Pasar Pengadaan Barang atas Dasar Harga Koperasi Jumlah Promosi Ekonomi dari Transaksi Pengadaan Barang untuk Anggota MANFAAT EKONOMI DARI SIMPAN PINJAM LEWAT KOPERASI Penghematan Beban Pinjaman Anggota Kelebihan Balas Jasa Simpanan Anggota Jumlah Promosi Ekonomi dari Transaksi Penyediaan Jasa untuk Anggota Jumlah Promosi Ekonomi Anggota Selama Tahun Berjalan
Rp xxxxx
Rp xxxxx
(xxxxx)
(xxxxx)
Rp xxxxx
Rp xxxxx
Rp xxxxx
Rp xxxxx
(xxxxx)
(xxxxx)
Rp xxxxx
Rp xxxxx
Rp xxxxx (xxxxx)
Rp xxxxx (xxxxx)
Rp xxxxx
Rp xxxxx
Rp xxxxx
Rp xxxxx
20X0
23
PROMOSI EKONOMI PADA AKHIR TAHUN Pembagian Sisa Hasil Usaha Tahun Berjalan untuk Anggota Jumlah Promosi Ekonomi Anggota
Rp xxxxx
Rp xxxxx
Rp xxxxx
Rp xxxxx
Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 2007, PSAK No. 27, Seksi 27.17. TABEL 2.4 KOPERASI PEMBANGUNAN RAKYAT LAPORAN PROMOSI EKONOMI ANGGOTA Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 20X1 dan 20X0 (Koperasi Produsen)
20X1 PROMOSI EKONOMI SELAMA TAHUN BERJALAN MANFAAT EKONOMI DARI PEMASARAN PRODUK ANGGOTA Pemasaran Produk Anggota Atas Dasar Harga Pasar Pemasaran Produk Anggota Atas Dasar Harga Koperasi Jumlah Promosi Ekonomi dari Transaksi Pemasaran Produk Anggota MANFAAT EKONOMI DARI PENGADAAN BARANG UNTUK ANGGOTA Pengadaan Barang atas Dasar Harga Pasar Pengadaan Barang atas Dasar
Rp xxxxx
Rp xxxxx
(xxxxx)
(xxxxx)
Rp xxxxx
Rp xxxxx
Rp xxxxx
Rp xxxxx
20X0
24
Harga Koperasi Jumlah Promosi Ekonomi dari Transaksi Pengadaan Barang untuk Anggota MANFAAT EKONOMI DARI PENYEDIAAN JASA UNTUK ANGGOTA Penyediaan Jasa atas Dasar Harga Pasar Penyediaan Jasa atas Dasar Harga Koperasi Jumlah Promosi Ekonomi dari Transaksi Penyediaan Jasa untuk Anggota Jumlah Promosi Ekonomi Anggota Selama Tahun Berjalan PROMOSI EKONOMI PADA AKHIR TAHUN Pembagian Sisa Hasil Usaha Tahun Berjalan untuk Anggota Jumlah Promosi Ekonomi Anggota
(xxxxx)
(xxxxx)
Rp xxxxx
Rp xxxxx
Rp xxxxx (xxxxx)
Rp xxxxx (xxxxx)
Rp xxxxx
Rp xxxxx
Rp xxxxx
Rp xxxxx
Rp xxxxx
Rp xxxxx
Rp xxxxx
Rp xxxxx
Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 2007, PSAK No. 27, Seksi 27.18.
(e) Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian terpadu dari laporan keuangan suatu koperasi, tetapi hal ini sering diabaikan karena bersifat sangat teknis dan sering dicetak dalam huruf-huruf kecil. Catatan ini memuat informasi yang belum tercakup dalam laporan keuangan tersebut. Umumnya catatan atas laporan keuangan memuat informasi yang menjelaskan kebijakan akuntansi yang penting yang dianut koperasi dan mempengaruhi posisi keuangan serta hasil usaha koperasi, seperti metode penyusutan aktiva tetap, penilaian
25
persediaan, perubahan kebijakan akuntansi yang penting atas kejadian atau pos-pos tidak lazim yang kiranya lebih dapat dimengerti dengan penjelasan tambahan.
II.E. Penyajian Laporan Keuangan Menurut PSAK No.27 Karakteristik koperasi sebagai perusahaan berbeda dengan perusahaan lain misalnya perusahaan industri, perusahaan jasa dan perusahaan dagang. Perbedaan ini terletak pada bentuk – bentuk laporan keuangan yang disajikan dan tujuannya. Laporan keuangan menurut Amin Tunggal mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1. Laporan keuangan adalah bagian dari pertanggungjawaban pengurus kepada para anggotanya didalam rapat anggota tahunan 2. Laporan keuangan biasanya meliputi neraca atau laporan posisi keuangan, laporan perhitungan rugi laba dan laporan perubahan posisi keuangan yang penyajiannya dilakukan secara komparatif 3. Sesuai dengan posisi koperasi sebagai bagian dari sistem jaringan koperasi, maka beberapa pos atau istilah yang sama akan muncul, baik pada kelompok aktiva maupun kewajiban kekayaan bersih 4. Perhitungan rugi laba menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasil usaha (SHU). Sisa hasil usaha koperasi dapat berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota dan bukan anggota. Sisa hasil usaha yang dibagikan kepada anggota harus berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota. Pada rapat anggota tahunan sisa hasil usaha ini diputuskan untuk dibagi sesuai
dengan
ketentuan
yang
tercantum dalam undang – undang dan
anggaran dasar koperasi. Untuk badan usaha yang berbentuk koperasi, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.27 (PSAK No.27) menetapkan bahwa laporan keuangan terdiri dari:
26
1. Neraca Neraca merupakan laporan keuangan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu koperasi pada periode tertentu. Neraca memberikan informasi mengenai posisi keuangan yang meliputi jumlah harta yang dimiliki koperasi dan selanjutnya disebut aktiva, serta jumlah kewajiban dan modal koperasi yang disebut passiva atau dengan kata lain aktiva adalah investasi dalam koperasi dan passiva merupakan sumber – sumber yang digunakan untuk investasi tersebut sehingga jumlah aktiva akan sama dengan jumlah kewajiban dan modal. Neraca disebut juga keseimbangan akuntansi karena memperlihatkan keseimbangan antara aktiva, kewajiban dan modal. Dalam penyajian neraca pada umumnya digunakan dalam dua bentuk yaitu: a) Bentuk perkiraan (account form atau bentuk scontro) dengan susunan semua aktiva akan tampak disebelah kiri, kewajiban dan modal akan tampak disebelah kanan. Kebaikan dari account form ini adalah informasi mengenai struktur keuangan secara langsung dapat dilihat sedangkan lemahnya akan sulit untuk menyusun neraca perbandingan. b) Bentuk laporan (report form atau bentuk staffel) dengan susunan seluruh aktiva, kewajiban serta modal akan disajikan secara berurutan dimulai dari atas sampai kebawah. Kebaikan dari report form ini adalah kemudahan dalam menyusun neraca perbandingan, sedangkan kelemahannya yaitu informasi mengenai struktur keuangan tidak dapat dilihat secara langsung. Masing – masing bentuk neraca di atas mempunyai kebaikan dan kelemahan keputusan mengenai mana yang paling baik tergantung pada pihak manajemen koperasi, yaitu informasi apa yang ditunjukkan, setelah itu baru dipilih bentuk neraca yang mendukung hal tersebut. Dalam SAK No.27, neraca koperasi menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajiban dan modal. Berikut ini diuraikan masing – masing komponen tersebut:
27
A. Aktiva Menurut Ikatan Akuntan Indonesia bahwa “Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.” Manfaat ekonomi masa depan yang berwujud dalam aktiva adalah potensi dari aktiva tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada koperasi. Koperasi biasanya menggunakan aktiva untuk memproduksi barang atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan dan keperluan ini, pelanggan bersedia membayar sehingga bersedia memberikan sumbangan kepada arus kas koperasi. Aktiva disusun berdasarkan likuiditasnya yaitu dimulai dari aktiva yang paling likuid sampai dengan yang tidak likuid. Likuiditas diartikan sebagai tingkat kemudahan suatu aktiva dikonversikan ke dalam bentuk tunai (kas). Aktiva dapat dikategorikan sebagai berikut: A.1. Aktiva lancar Menurut SAK, suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva lancar jika aktiva tersebut: (1) Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan (2) Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca (3) Berupa kas atau setara kas yang penggunanya tidak dibatasi. Jadi aktiva yang tidak termasuk kategori tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar. Aktiva lancar dalam koperasi dapat dikelompokkan sebagai kas dan bank, investasi jangka panjang, piutang usaha, piutang pinjaman anggota, piutang pinjaman non anggota, piutang lain – lain, penyisihan piutang tak tertagih, persediaan, pendapatan akan diterima.
28
A.2. Investasi jangka panjang Investasi jangka panjang adalah penyertaan badan usaha koperasi pada badan usaha koperasi lainnya dan badan usaha bukan koperasi atau investasi dalam surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk diperjual belikan, bersifat permanen, jangka waktu tidak dibatasi, umumnya tidak tergantung pada ketentuan yang berlaku dan relatif memliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Investasi pada koperasi dicatat dengan metode harga pokok (cost method). Metode ini dipandang lebih tepat oleh karena investasi pada koperasi tidak mengandung unsur pengendalian dan pengaruh mayoritas. A.3. Aktiva tetap Menurut Sudarsono dan Edililus: Yang dimaksud dengan aktiva tetap adalah aktiva yang dipergunakan oleh perusahaan – perusahaan yang mempunyai kegunaan melebihi satu masa pembukuan. Akumulasidari penyusutan aktiva tetap merupakan pengurangan langsung dari nilai/harga pembelian atau perolehan yang sebenarnya dari aktiva tetap yang bersangkutan. Menurut SAK aktiva tetap adalah asset yang berwujud yang: (a) Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan (b) Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Aktiva tetap memiliki umur manfaat yang lebih dari satu tahun dan dineraca disajikan berdasarkan nilai perolehannya diikuti dengan pengurangan penyusutannya. Penyusutan merupakan alokasi sistematik yang dapat sisusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa manfaatnya yang dapat di estimasi. Ditinjau dari segi penyusutan aktiva tetap, Hiro dalam bukunya akuntansi untuk badan usaha koperasi menjelaskan penyusutan untuk badan usaha koperasi meliputi:
29
(a) Penyusutan dilakukan selama umur ekonomis (masa manfaat) aktiva tetap dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method) (b) Aktiva tetap yang rusak bukan karena sebab luar biasa, nilai bukunya setelah dikurangi satu rupiah diakui sebagai rugi luar biasa periode berjalan dan pencatatannya dialihkan kedalam kelompok aktiva lainnya (c) Masa manfaat (umur ekonomis) aktiva tetap ditetapkan, misalnya gedung selama 20 tahun, alat pengolah data selama 5 tahun, kendaran bermotor selama 5 tahun dan investasi selama 5 tahun. A.4. Aktiva lain – lain Aktiva lain – lain merupakan aktiva yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap dan aktiva tidak berwujud. Aktiva lain – lain kadang disebut juga sebagai beban yang ditangguhkan. Beban yang tidak dilaporkan sebagai beban pada periode yang terjadi karena dianggap memberikan manfaat pada periode selanjutnya digolongkan kepada beban yang ditangguhkan, seperti biaya pendirian koperasi. Sebagai penggerak ekonomi rakyat dan sebagai soko guru perekonomian nasional, koperasi sering mendapat dukungan dari berbagai pihak dalam bentuk bantuan atau sumbangan barang modal untuk menjalankan usahanya. Barang modal tersebut dapat diakui sebagai aktiva tetap milik koperasi walaupun aktiva tetap tersebut tidak dapat dijual untuk menutup resiko kerugian sebagaimana disyaratkan oleh penyumbangnya atau ditetapkan dalam perjanjian (akta penerimaan) sumbangan, maka aktiva tersebut dikelompokkan dalam sifat aktiva lain – lain. Sifat pembatasan aktiva tetap dijelaskan dalam catatan laporan keuangan. B. Kewajiban Kewajiban merupakan pengorbanan ekonomis yang timbul dimasa yang akan datang terhadap entitas tertentu untuk mentransfer aktiva atau menyerahkan jasa sebagai akibat transaksi dimasa sebelumnya.
30
Dalam koperasi, kewajiban timbul dari transaksi dengan anggota yang ada kaitannya dengan anggota dan transaksi dengan non anggota. Kewajiban disajikan terpisah antara kewajiban dengan anggota dan kewajiban dengan non anggota. Perlakuan tersebut dianggap penting karena informasi semacam ini dapat menjadi petunjuk penting tentang manfaat yang diberikan oleh koperasi kepada anggotanya. Kewajiban dapat dibagikan dua golongan besar, yaitu: B.1. Kewajiban jangka pendek Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan dapat dilunasi dalam satu tahun buku atau dalam satu siklus operasi normal koperasi melalui penyerahan aktiva atau jasa, atau penciptaan kewajiban yang baru. Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, menurut PSAK adalah: (a) Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan (b) Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca. B.2. Kewajiban jangka panjang Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban yang tidak diharapkan untuk dilunasi dalam satu siklus operasi normal koperasi. Beberapa karakteristik sehubungan dengan perkiraan kewajiban ini pada koperasi adalah sebagai berikut: 1. Kewajiban dapat diklasifikasikan menjadi kewajiban kepada anggota dan non anggota 2. Kewajiban sehubungan dengan simpanan dari anggota yang sifatnya sukarela 3. Kewajiban kepada koperasi lain atau anggota yang timbul sehubungan dengan program pemerintah dibidang pengadaan dan penyaluran komoditi. Kewajiban ini adalah bagian dari harga pertukaran yang menjadi hak koperasi lain atau anggota tersebut
31
4. Kewajiban merupakan dana – dana koperasi yang timbul sehubungan dengan pembagian sisa hasil usaha. Contoh kewajiban jenis ini adalah dana anggota, dana pengurus, dana karyawan dan pembangunan daerah kerja, dana sosial dan lain – lain. 5. Kewajiban kepada koperasi lain, atau gerakan kopersai secara nasional yang timbul sehubungan dengan program khusus dibidang pengadaan atau penyaluran komoditi yang jatuh temponya ditetapkan oleh pemerintah. Contoh kewajiban jenis ini adalah simpanan khusus KUD dan dana cadangan modal KUD 6. Kewajiban koperasi sebagai anggota koperasi lainnya untuk menanggung kerugian yang diderita oleh koperasi lain tersebut, baik yang timbulnya pada saat penutupan buku maupun pada saat pembubaran koperasi lain tersebut 7. Kewajiban koperasi sebagai anggota koperasi lainnya untuk menanggung kewajiban sesama koperasi anggota yang tidak mampu menaggung kerugian koperasi tersebut. C. Modal Modal adalah kelebihan aktiva atas hutang yang diakui dan diukur berdasarkan prinsip akuntansi. Modal koperasi berasal dari anggota dan keuntungan – keuntungan yang diperoleh selama masa operasi kopreasi. Modal koperasi tersebut akan bertambah jika ada penambahan investasi dari pemilik, sebaliknya modal koperasi akan berkurang bila koperasi mengalami kerugian. Dalam koperasi, modal berasal dari simpanan anggota dan hasil usaha koperasi. Modal dasar koperasi adalah sejumlah modal yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar yang terdiri dari simpanan pokok dan simpanan wajib. Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Sedangkan simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama dengan yang wajib dibayarkan oleh anggota koperasi kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu.
32
Simpanan pokok dan wajib pada dasarnya adalah investasi pemilik pada koperasi dan bersifat kekal. Dalam kaitan ini, simpanan pokok dan simpanan wajib dapat dianggap sebagai bagian dari kekayaan bersih koperasi. Oleh karena itu, kewajiban menyetor simpanan pokok dikaitkan dengan hak dan status anggota, maka penyajian simpanan pokok dalam laporan keuangan harus dapat mengungkapkan besarnya simpanan pokok yang masih harus dibayar anggota. Perlakuan yang sama perlu diterapkan untuk simpanan untuk simpanan wajib, mengingat sifatnya sebagai bagian dari kekayaan bersih. Selain simpanan pokok dan wajib, badan usaha koperasi juga dikenal adanya simpanan sukarela. Simpanan sukarela ini adalah simpanan yang baik jumlah dan waktu pembayarannya tidak ditentukan, melainkan tergantung pada masing – masing anggota yang bersangkutan. Oleh karena itu, simpanan sukarela disajikan sebagai hutang dineraca. Modal penyertaan diakui sebagai modal dan dicatat sebesar jumlah nominal setoran. Dalam hal modal penyertaan yang diterima selain uang tunai, maka modal penyertaan tersebut dinilai sebesar harga pasar yang berlaku pada saat diterima. Modal sumbangan yang diterima oleh koperasi yang dapat menutup resiko kerugian diakui sebagai modal sedangkan modal sumbangan yang substansinya merupakan pinjaman diakui sebagai kewajiban jangka panjang dan dijelaskan dalam catatn atas laporan keuangan. Cadangan dan tujuan penggunannya dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. Penyajian modal dalam neraca harus dilakukan sesuai dengan ketentuan pada anggaran dasar koperasi dan peraturan yang berlaku serta menggambarkan hubungan keuangan yang ada. Penyajian dari modal atau kekayaan bersih koperasi pada dasarnya tidak banyak berbeda dengan bentuk usaha lainnya. 2. Perhitungan sisa hasil usaha Istilah perhitungan sisa hasil usaha adalah sebagai pengganti istilah laporan laba rugi. Penggunaan istilah ini sangat dianjurkan mengingat manfaat dari usaha koperasi tidak semata – mata diukur dari laba, tetapi lebih ditekankan pada manfaat dari anggota.
33
Pengertian hasil usaha koperasi menurut ketentuan pasal 45 UU No.25 tahun 1992 tentang “perkoperasian adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi biaya – biaya penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.” Secara akuntansi, perhitungan sisa hasil usaha koperasi hampir sama dengan laba koperasi yaitu, total pendapatan dikurangi total biaya. Bila dikaji lebih dalam, ada beberapa perbedaan antara sisa hasil usaha dengan laba koperasi, yaitu: a)
Sisa hasil usaha dibagikan kepada anggota yang berperan sebagai pemilik sekaligus pengguna laba dibagikan kepada pemegang saham yang hanya berperan sebagai pemilik bukan pengguna
b)
Sisa hasil usaha dibagikan secara professional berdasarkan jumlah transaksi dan partisipasi modal. Laba dibagikan hanya berdasarkan besarnya saham (partisipasi modal)
c)
Sisa hasil usaha diperoleh dari transaksi dengan anggota (pemilik) dan bukan anggota. Laba (deviden) diperoleh dari transaksi dengan konsumen bukan pemilik.
Besarnya pembagian sisa hasil usaha koperasi diatur lebih lanjut didalam setiap anggaran dasar koperasi. Demikian pula halnya mengenai penggunaan sisa hasil usaha tersebut, apakah untuk keperluan lain dari koperasi bersangkutan, namun walaupun demikian penggunaan sisa hasil usaha ini harus melalui keputusan rapat anggota koperasi dan pelaksanaan penggunaannya diserahkan kepada pengurus koperasi. Sisa hasil usaha koperasi biasanya digunakan untuk dana cadangan, dana pendidikan, dana pengurus pengawas manajer dan karyawan, dana yang dibagikan kepada anggota. Sedangkan mengenai pembagian sisa hasil usaha koperasi kepada para anggota ini, harus melihat jasa usaha yang dilakukan oleh masing – masing anggota kepada koperasi. Artinya, dalam pembagian sisa hasil usaha koperasi kepada para anggota ini tidak semata – mata melihat besar kecilnya modal yang disetor atau diserahkan kepada koperasi. Melainkan harus sebanding atau seimbang dengan transaksi usaha dan partisipasi modal yang diberikan anggota koperasi kepada koperasi.
34
Jika ada modal anggota yang disimpan dalam koperasi sebagai pemupukan modal, maka simpanan modal ini diberi bunga atau jasa modal yang besarnya tidak boleh melebihi tingkat bunga yang berlaku resmi dan ditetapkan oleh rapat anggota koperasi. Sedangkan terhadap dana cadangan yang diambil dari sisa hasil usaha dan dipakai atau dipergunakan sebagai pemupukan modal koperasi, besar kecilnya pemupukan dana cadangan tersebut ditetapkan melalui rapat anggota koperasi. Menurut standar akuntansi koperasi, pendapatan yang diperoleh dari transaksi penjualan produk atau penyerahan jasa kepada anggota dilaporkan secara terpisah pada perhitungan hasil usaha sebagai penjualan kepada anggota atau pendapatan dari anggota. Informasi tentang jumlah maupun nilai transaksi semacam ini dalam satu periode tertentu dapat merupakan salah satu penunjuk penting tentang manfaat yang diberikan koperasi kepada para anggotanya. Pendapatan yang timbul sehubungan dengan penjualan produk atau penyerahan jasa kepada bukan anggota dapat dipandang
sebagai
pendapatan usaha sebagaimana
lazimnya terdapat pada bahan – bahan usaha lainnya. Pendapatan yang realisasi penerimaan uangnya masih tidak pasti dicatat sebagai pendapatan ditangguhkan dalam kelompok kewajiban. Menurut PSAK No. 27 bahwa “Sisa hasil usaha tahun berjalan dibagi sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada koperasi. Dalam hal jenis dan jumlah pembagian sisa hasil telah diatur secara jelas maka bagian yang tidak menjadi hak koperasi diakui sebagai kewajiban”. Suatu kebiasaan dalam koperasi, bahwa sisa hasil usaha yang diperoleh dalam tahun berjalan dibagi sesuai dengan ketentuan anggaran dasar atau anggaran rumah tangga. Pembagian sisa usaha tersebut harus dilakukan pada akhir periode pembukuan. Jumlah yang dialokasikan selain untuk koperasi diakui sebagai kewajiban. Ini berarti bahwa alokasi sisa hasil usaha harus dicatat sesuai dengan pos-pos alokasinya dalam neraca. Sisa hasil usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota dibagi untuk: a. Cadangan koperasi. b. Anggota sebanding dengan jasa yang diberikannya.
35
c. Dana pengurus. d. Dana pengawas. e. Dana pendidikan koperasi. f. Dana sosial. g. Dana pembangunan daerah kerja. Perhitungan sisa hasil usaha menyajikan informasi mengenai pendapatan dan beban – beban usaha dan beban perkoperasian selama periode tertentu. Perhitungan sisa hasil usaha menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasil usaha. Sisa hasil usaha yang diperoleh mencakup hasil usaha dengan anggota dan laba atau rugi kotor dengan non anggota. Karena laporan keuangan koperasi harus dapat mencerminkan tujuan koperasi, maka perhitungan hasil usaha harus menonjolkan secara jelas kegiatan usaha koperasi dengan anggotanya. Pendapatan dari nggota disajikan secara terpisah dengan pendapatan yang berasal dari transaksi non anggota. Penyajian ini lebih mencerminkan bahwa usaha koperasi lebih mementingkan transaksi atau pelayanan kepada anggotanya dari pada non anggota. Perhitungan sisa hasil usaha ini lazimnya disusun berurutan dari atas dimulai dengan pendapatan kemudian disusun dengan beban dan diakhiri dengan pajak penghasilan. Berikut ini akan diuraikan masing – masing komponen tersebut, yaitu: a. Partisipasi anggota Menurut PSAK No.27 tentang akuntansi perkoperasian paragraph 49 dijelaskan bahwa pendapatan koperasi yang timbul dari transaksi dengan anggota diakui sebesar partisipasi bruto. Partisipasi bruto pada dasarnya adalah penjualan barang atau jasa kepada anggota. Dalam kegiatan pengadaan barang atau jasa kepada anggota, partisipasi bruto dihitung dari harga pelayanan yang diterima atau dibayar oleh anggota yang mencakup beban pokok dan partisipasi neto. Dalam kegiatan pemasaran hasil produksi anggota, partisipasi bruto dihitung dari beban jual hasil produksi anggota baik kepada non anggota maupun kepada anggota.
36
b. Pendapatan dari non anggota Pendapatan koperasi yang berasal dari transaksi dengan non anggota diakui sebagai pendapatan atau penjualan dan dilaporkan terpisah dari partisipasi anggota dalam laporan perhitungan hasil usaha sebesar nilai transaksinya. Selisih antara pendapatan dan beban pokok transaksi dengan non anggota diakui sebagai laba atau rugi kotor dengan non anggota. c. Beban usaha Beban merupakan biaya yang secara langsung atau tidak langsung telah dimanfaatkan didalam usaha menghasilkan pendapatan dalam satu periode atau yang sudah tidak memberikan manfaat ekonomis untuk kegiatan yang berikutnya. Biaya usaha adalah pengeluaran uang untuk melaksanakan kegiatan pokok, yaitu biaya penjualan dan administrasi untuk memperoleh pendapatan, tidak termasuk pengeluaran yang telah diperhitungkan dalam harga pokok penjualan. Dari uraian di atas jelaslah bahwa yang dimaksud dengan biaya usaha adalah pengeluaran untuk mengelola usaha, meliputi kegiatan untuk melakukan penjualan serta kegiatan untuk mendukung penjualan dan produksi tetapi tidak terkait secara langsung. Secara umum beban dapat digolongkan menurut keterkaitannya dengan upaya memperoleh pendapatan. Beban pokok penjualan merupakan biaya yang secara langsung berhubungan dengan pendapatan, sedangkan biaya usaha merupakan biaya yang secara tidak langsung berhubungan dengan upaya perolehan pendapatan. Beban yang dapat dihubungkan langsung dengan pendapatan seperti harga pokok penjualan harus dilaporkan dalam periode diakuinya pendapatan, sedangkan beban yang tidak berhubungan secara langsung dengan pendapatan yang sering juga disebut dengan biaya periode seperti: gaji pegawai administrasi, alat tulis dan keperluan kantor, beban penyusutan aktiva tetap, amortisasi aktiva tak berwujud dan serta biaya usaha lainnya dilaporkan pada periode terjadinya. Beban dapat dikelompokkan menjadi:
37
1) Beban usaha adalah beban yang terjadi dalam penyelenggaraan usaha koperasi dan kegiatan penunjang lainnya 2) Beban non usaha adalah beban yang tidak dapat dikelompokkan sebagai beban usaha. Beban ini antara lain meliputi beban bunga, selisih kurs dan rugi penukaran atau penjualan aktiva.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia bahwa “Beban usaha dan beban – beban perkoperasian harus disajikan terpisah dalam laporan perhitungan hasil usaha.” Beban-beban perkoperasian adalah beban yang timbul dalam upaya meningkatkan kesejahteraan anggota, seperti beban pelatihan anggota dan beban pembangunan usaha anggota.
Biaya perkoperasian mempunyai tujuan untuk
mengembangkan kemampuan sumber daya anggota melalui pendidikan dan pelatihan yang dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan sehingga anggota semakin professional dan mampu mengikuti perkembangan badan usahanya. Koperasi yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan anggota harus menonjolkan segala hal yang telah dilakukan koperasi untuk anggotanya. Oleh karena itu dalam laporan sisa hasil usahanya, koperasi harus mengungkapkan secara terpisah pada kelompok pos tersendiri mengenai beban perkoperasian yang telah digunakan koperasi untuk kepentingan pengembangan anggotanya, dimana beban perkoperasian tersebut tidak boleh disajikan dalam satu kelompok dengan beban usaha. Selanjutnya terdapat beberapa karakteristik beban pokok penjualan pada koperasi adalah sebagai berikut: 1) Beban pokok penjualan produk kepada anggota dan bukan anggota 2) Beban yang terjadi karena aktivitas koperasi dalam kaitannya dengan program – program pemerintah
38
3) Beban yang pada hakekatnya dapat dipisahkan menjadi beban untuk kegiatan pelayanan pada anggota dan beban untuk kegiatan pelayanan kepada bukan anggota. d. Pajak penghasilan Pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpengasilan atau atas penghasilan yang diterima dan diperoleh dalam tahun pajak untuk kepentingan Negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. Pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atau penghasilan yang diterima atau yang diperoleh dalam tahun pajak, subjek pajak akan menjadi wajib pajak apabila telah menerima atau memperoleh penghasilan. 3. Laporan arus kas Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai perubahan kas yang meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas, pengeluaran kas, dan saldo akhir kas pada periode tertentu. Laporan arus kas disusun dengan maksud untuk mencerminkan arus masuk kas dan keluar kas, yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai kemampuan dalam menghasilkan kas atau setara kas yang menilai penggunaan kas tersebut. Laporan arus kas disusun menurut sumber dan penggunaan kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Penjelasan dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan adalah sebagai berikut: a) Aktivitas operasi Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi koperasi, membayar deviden dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan.
39
Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan koperasi. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih. Contohnya, penerimaan kas dari penjualan barang atau jasa, penerimaan kas dari komisi royalty, fee dan pendapatan lain, pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa, pembayaran kas kepada karyawan dan lain – lain. b) Aktivitas investasi Arus kas dari aktivitas investasi merupakan aliran penerimaan dan pengeluaran kas yang berhubungan dengan investasi koperasi serta bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa yang akan datang. Kegiatan investasi yang utama adalah pembelian dan penjualan tanah, gedung dan peralatan. c) Aktivitas pendanaan Kegiatan pendanaan adalah penerimaan dan pengeluaran kas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman badan usaha operasi. Contohnya, kas yang diterima dari investasi pemilik, kas yang diperoleh dari suatu pinjaman, atau pembayaran kas untuk membayar kembali pinjaman . 4. Laporan promosi ekonomi anggota Laporan promosi ekonomi anggota adalah laporan yang memperlihatkan manfaat ekonomi yang diperoleh anggota koperasi selama satu tahun tertentu. Laporan ini mencakup empat unsur, yaitu: a. Manfaat ekonomi dari pembelian atau pengadaan jasa bersama b. Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengolahan bersama c. Manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi d. Manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian sisa hasil usaha Manfaat tersebut mencakup manfaat yang diperoleh selama tahun berjalan dari transaksi pelayanan yang dilakukan koperasi untuk anggota dan manfaat yang diperoleh pada akhir tahun buku dari pembagian sisa hasil usaha tahun berjalan.
40
Sisa hasil usaha tahun berjalan harus dibagi sesuai dengan ketentuan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi. Bagian sisa hasil usaha untuk anggota merupakan manfaat ekonomi yang diterima anggota pada akhir tahun buku. Dalam hal pembagian sisa hasil usaha tahun berjalan belum dibagi karena tidak teratur secara tegas pembagiannya dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, maka harus menunggu keputusan rapat anggota, maka manfaat ekonomi yang diterima dengan pembagian sisa hasil usaha dapat dicatat atas dasar taksiran jumlah bagian sisa hasil usaha yang akan diterima oleh anggota. 5. Catatan atas laporan keuangan Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan. Dengan demikian apabila catatan atas laporan keuangan ini tidak disertakan maka laporan keuangan tersebut tidak lengkap, tidak jelas dan dapat menyesatkan pembaca laporan keuangan itu sendiri. Catatan atas laporan keuangan menurut PSAK No.27 menyajikan pengungkapan (disclosures) yang memuat: (a) Perlakuan akuntansi antara lain mengenai: 1. Pengakuan pendapatan dan beban sehubungan dengan transaksi koperasi dengan anggota dan nonanggota 2. Kebijakan akuntansi tentang asset tetap, penilaian persediaan, piutang, dan sebagainya 3. Dasar penetapan harga pelayanan kepada anggota dan nonanggota (b) Pengungkapan informasi lain antara lain: 1. Kegiatan atau pelayanan utama koperasi kepada anggota baik yang tercantum dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga maupun dalam praktik, atau yang telah dicapai oleh koperasi 2. Aktivitas koperasi dalam pengembangan sumber daya dan mempromosikan usaha ekonomi anggota, pendidikan dan pelatihan perkoperasian, usaha, manajemen yang diselenggarakan untuk anggota, dan penciptaan lapangan usaha baru untuk anggota 3. Ikatan atau kewajiban bersyarat yang timbul dan transaksi koperasi dengan anggota non anggota
41
4. Pengklasifikasian piutang dan utang yang timbul dari transaksi koperasi dengan anggota dan nonanggota 5. Pembatasan penggunaan dan risiko atas asset tetap yang diperoleh atas dasar hibah atau sumbangan 6. Aset yang dioperasikan oleh koperasi tetapi bukan milik koperasi 7. Aset yang diperoleh secara hibah dalam bentuk pengalihan saham dari koperasi swasta 8. Pembagian sisa hasil usaha dan penggunaan cadangan 9. Hak dan tanggungan pemodal modal penyertaan 10. Penyelenggaraan rapat anggota, dan keputusan – keputusan penting yang berpengaruh terhadap perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan.
42
BAB III GAMBARAN UMUM PADA KOPERASI KREDIT/CU MAJU TARUTUNG
III.A. Sejarah Singkat Perusahaan Kesejahteraan harus diperjuangkan, tidak hanya dengan doa, tetapi dengan kerja keras dan kerja sama. Keyakinan inilah yang mendorong Pastor Josue Steiner dan Sr. Yakoba br. Gultom pada tanggal 17 Januari 1977 memprakasai suatu kumpulan ibu-ibu (punguan) ina yang awalnya hanya berjumlah 8 orang. Tujuan dasar perkumpulan ini bersifat rohani yaitu menjadi kader agar mereka bergerak mempengaruhi ibu-ibu lainnya di lingkungan masing-masing, disamping menghayati keagamaan, bertekun dalam gereja dan menggalang ras persatuan dalam iman. Selain itu, untuk memotivasi agar ibu-ibu ini hadir dalam punguan, diadakan jula-jula (arisan). Ketika punguan ini semakin bertambah mereka bertekad mendirikan koperasi. Setahun kemudian tepatnya tanggal 23 Januari 1978 berdirilah koperasi kredit yang diberi nama “CU Maju Tarutung” dengan simpanan wajib
Rp 200/bulan.
Koperasi ini mempunyai struktur kepengurusan yang terdiri dari Dewan Pimpinan, seksi Pendidikan, Panitian Kredit, Badan Pemeriksa, Koordinator dan Penasehat yang langsung ditangani oleh Pastor Paroki. Selama tiga tahun berjalan sejak awal didirikan koperasi ini, mereka tidak menerima laki-laki sebagai anggota karena memang wadahnya untuk kaum ibu. Tetapi melihat lambatnya perkembangan koperasi ini akhirnya pada tahun 1980 mulai menerima kaum pria, tetapi kepengurusan saat itu masih kaum ibu. Bagi calon anggota harus mengikuti pendidikan selama enam bulan kemudian diadakan pelantikan dan pengesahan sebagai anggota resmi. Pendidikan selama 6 bulan berlangsung hingga tahun 2000. Selanjutnya Kopdit CU. Maju Tarutung mengalami pertubuhan dan kemajuan yang signifikan. Melihat perkembangan ini maka tahun 2000 Kopdit yang berlokasi di Jln. D.I. Panjaitan Tarutung ini memberanikan diri membuka pelayanan terhadap umum. CU Maju Tarutung
43
berbadan hokum dengan nomor 302/BH/KDK/2.8/IV/2000. Indikasi perkembangan Kopdit CU. Maju Tarutung dapat dilihat dari keanggotaan yang berasal dari petani, pedagang grosir dan eceran, kaum muda, pegawai kantor, serta para guru. Modal yang dihimpun pada awalnya Rp. 1.600, memang mengalami perkembangan yang sangat lamban. Tetapi berkat rasa saling percaya yang lahir oleh sistem CU, maka modal yang terhimpun menjadi besar, yaitu Rp. 3.513.000.000. Hingga pada 31 Desember 2010 jumlah anggota sebanyak 1054 orang.
III.B. Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi memperlihatkan sejumlah tugas serta kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan perusahaan. Fungsi dari struktur organisasi pada koperasi adalah mengatur hubungan kerja antara anggota dengan pengurus maupun hubungan antara bawahan dengan atasan. Guna terciptanya pelaksanaan kegiatan-kegiatan operasional yang tertib maka struktur organisasi harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan yaitu dengan memperhatikan sifat, jenis dan besarnya perusahaan. Berikut ini disajikan struktur organisasi Koperasi Kredit CU Maju Tarutung, seperti terlihat pada Gambar 3.1.
44
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Koperasi CU. Maju Tarutung RAPAT ANGGOTA
DEWAN PENASEHAT
PENGURUS: Ketua Sekretaris Wakil Ketua Bendahara Anggota
BADAN PEMERIKSA: Ketua Sekretaris Anggota
PANITIA KREDIT: Ketua Sekretaris
PANITIA PENDIDIKAN: Ketua Sekretaris Anggota
KARYAWAN
ANGGOTA Sumber: Koperasi CU. Maju Tarutung
CALON ANGGOTA
45
Adapun wewenang dan tanggungjawab masing-masing bagian dalam struktur organisasi pada Koperasi CU. Maju Tarutung adalah: 1. Rapat anggota, memiliki wewenang dan tanggungjawab sebagai berikut: a. Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi. b. Tiap anggota mempunyai satu suara dalam rapat anggota. c. Rapat anggota diadakan sekurang-kurangnya satu kali setahun. d. Tanggal dan tempat serta acara rapat anggota harus diberitahukan sekurang-kurangnya 7 hari sebelum pelaksanaan rapat. 2. Dewan penasehat, memiliki wewenang dan tanggungjawab sebagai berikut: a. Memberikan saran atau nasehat-nasehat baik diminta maupun tidak, untuk pengembangan pengelolaan koperasi. b. Melakukan pembinaan terhadap pengurus koperasi. 3. Pengurus, memiliki wewenang dan tanggungjawab sebagai berikut: a. Memimpin organisasi dan perusahaan koperasi. b. Melakukan segala perbuatan hokum untuk dan atas nama koperasi. c. Mewakili koperasi di hadapan dan di luar pengadilan. d. Melaksanakan tugas-tugas koperasi dengan keikhlasan, kejujuran, dan penuh rasa pengabdian sesuai dengan Anggaran Dasar Koperasi. e. Ketua bertanggungjawab atas urusan luar sedangkan wakil ketua bertanggungjawab atas urusan dalam koperasi. 4. Badan pemeriksa, memiliki wewenang dan tanggungjawab sebagai berikut: a. Berkewajiban untuk memberikan bimbingan dan pengawasan serta nasehat-nasehat baik diminta ataupun tidak pada pengurus tentang pelaksanaan dan tujuan usaha koperasi. b. Bila diperlukan sewaktu-waktu paling sedikit dua kali dalam setahun mengadakan pemeriksaan kas.
46
5. Panitia kredit, memiliki wewenang dan tanggungjawab sebagai berikut: a. Mengadakan rapat-rapat panitia kredit. b. Membuat dan menyimpan berita acara asli dan lengkap mengenai segala tindakan yang diambil oleh panitia kredit. 6. Panitia pendidikan, memiliki wewenang dan tanggungjawab sebagai berikut: a. Mengadakan rapat-rapat pendidikan serta pelaksanaan pekerjaannya. b. Membuat dan penyimpan berita acara asli dan lengkap mengenai segala tindakan yang diambil oleh panitia pendidikan. 7. Anggota, memiliki wewenang dan tanggungjawab sebagai berikut: a. Berbicara tentang hal-hal yang dirundingkan dalam rapat. b. Untuk memilih dan dipilih. c. Untuk memberi saran-saran guna perbaikan koperasi.
III.C. Penyajian Laporan Sisa Hasil Usaha Koperasi Laporan sisa hasil usaha Koperasi CU. Maju Tarutung disajikan dalam dua bagian, yaitu bagian pendapatan dan bagian biaya-biaya. Pos-pos pendapatan pada laporan sisa hasil usaha koperasi adalah: pendapatan bunga pinjaman, pendapatan provisi pinjaman, pendapatan uang pangkal, pendapatan denda, pendapatan bunga sisuka, pendapatan bunga bank, pendapatan dividen, serta pendapatan administrasi calon anggota.
Sedangkan biaya-biaya yang terdapat pada laporan sisa-hasil usaha koperasi
adalah: biaya jasa simpanan anggota, biaya bunga sisuka (simpanan sukarela berjangka) anggota, biaya bunga hutang, biaya rapat dan rapat anggota tahunan (RAT), biaya audit, biaya gaji, biaya solidaritas, biaya pelatihan, biaya administrasi, biaya premi daperma, biaya kerja pengurus, biaya penyusutan perlengkapan, biaya penyusutan bangunan, biaya penyusutan peralatan kantor, biaya tamu, biaya listrik dan air, biaya administrasi bank, serta biaya lain-lain. Untuk lebih jelasnya, penyajian laporan sisa hasil usaha Koperasi CU. Maju Tarutung untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2010 dapat dilihat pada Tabel 3.1.
47
Tabel 3.1 Koperasi CU. Maju Tarutung Laporan Sisa Hasil Usaha Untuk Periode Berakhir 31 Desember 2010 Uraian Pendapatan: Bunga pinjaman Provisi pinjaman Uang pangkal Denda Sisuka Dividen dana penyertaan Bunga bank Administrasi calon Jumlah pendapatan Biaya-biaya: Jasa simpanan anggota Bunga sisuka anggota Bunga hutang Biaya rapat dan rapat anggota tahunan (RAT) Biaya audit Biaya gaji Biaya solidaritas Biaya pelatihan Biaya administrasi Biaya premi daperma Biaya kerja pengurus Biaya penyusutan perlengkapan Biaya penyusutan bangunan Biaya penyusutan peralatan kantor
Rupiah
1.113.171.800 31.196.100 14.550.000 13.122.500 77.403.300 4.597.000 18.355.762 5.763.000 1.278.159.462 553.376.000 208.900.900 1.500.000 24.189.500 5.750.000 48.933.000 12.000.000 5.880.000 26.900.030 29.455.000 8.211.000 3.240.330 25.000.000 3.500.000
48
Biaya tamu Biaya listrik dan air Biaya administrasi bank Biaya lain-lain Jumlah biaya Sisa hasil usaha Sumber: Koperasi CU. Maju Tarutung
3.304.000 5.219.500 3.758.777 974.000 970.092.037 308.067.425
Dari Tabel 3.1 terlihat bahwa perkiraan yang terdapat pada laporan sisa usaha koperasi digolongkan hanya atas dua bagian, yaitu pendapatan dan biaya-biaya.
Penjelasan atas pendapatan koperasi adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan bunga pinjaman, yaitu pendapatan yang diperoleh atas jasa pinjaman yang diberikan kepada anggota. Persentase bunga pinjaman adalah sebesar 2,5 % dari saldo pinjaman. Jumlah pendapatan bunga pinjaman yang diperoleh koperasi pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 1.113.171.800. 2. Provisi pinjaman, yaitu pendapatan yang berasal dari biaya administrasi yang dibebankan kepada setiap anggota yang melakukan pinjaman kepada koperasi. Provisi pinjaman adalah 0,5 % dari besar pinjaman. Jumlah pendapatan provisi yang diperoleh koperasi pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 31.196.100. 3. Uang pangkal, yaitu sumbangan awal yang berasal dari setiap anggota yang baru mendaftar. Uang pangkal yang ditetapkan pada setiap anggota baru adalah sebesar Rp. 50.000. Jumlah pendapatan uang pangkal yang diperoleh koperasi pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 14.550.000. 4. Denda, yaitu pendapatan yang bersumber dari kelalaian setiap anggota untuk mengembalikan pinjaman. Persentase denda adalah 1 % untuk keterlambatan 1 minggu atas angsuran yang dilunasi pada bulan berjalan, serta 10 % untuk keterlambatan 1 bulan atas jumlah angsuran ditambah bunga seharusnya. Jumlah pendapatan denda yang diperoleh koperasi pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 13.122.500.
49
5. Pendapatan sisuka, yaitu pendapatan yang bersumber dari dana simpanan sukarela berjangka (sisuka)
anggota yang
disalurkan koperasi pada usaha anggota atau pihak lain. Jumlah pendapatan sisuka yang diperoleh koperasi pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 77.403.300. 6. Pendapatan dividen, yaitu pendapatan yang diterima dari pihak lain atas dana penyertaan koperasi. Jumlah pendapatan dividen yang diperoleh koperasi pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 4.597.000. 7. Pendapatan bunga bank, yaitu pendapatan yang diterima koperasi atas dana yang disimpanan di bank. 8. Pendapatan administrasi calon, yaitu pendapatan yang bersumber dari calon anggota baru yang diwajibkan membayar biaya administrasi sebesar Rp. 15.000 per orang. Jumlah pendapatan administrasi yang diperoleh koperasi pada tahun
2010
adalah sebesar Rp. 5.763.000. Selanjutnya, Tabel 3.1 memperlihatkan bahwa semua biaya yang terdapat pada koperasi digolongkan dalam satu kelompok dengan nama ‘biaya-biaya. Koperasi tidak menggolongkan lebih lanjut atas semua biaya-biayanya, sehingga tidak jelas mana biaya yang berhubungan secara langung dengan upaya perolehan pendapatan dan biaya yang berhubungan secara tidak langsung. Koperasi juga tidak menyajikan biaya perkoperasian pada golongan terpisah dari biaya-biaya lainnya. Dalam laporan sisa hasil usaha Koperasi CU. Maju Tarutung terdapat satu pos yang termasuk pos beban perkoperasian, yaitu biaya pendidikan dan latihan. Pos tersebut disajikan dalam satu kelompok dengan semua jenis biaya-biaya lainnya yang merupakan biaya bunga dan biaya usaha. Penjelasan atas biaya-biaya yang terdapat pada koperasi CU. Maju Tarutung adalah sebagai berikut: 1. Biaya jasa simpanan anggota, yaitu biaya bunga yang dibebankan kepada koperasi sebagai balas jasa simpanan yang diberikan oleh anggota. Jumlah biaya jasa simpanan yang dibebankan pada tahun 2010 adalah sebesar
Rp.
553.376.000. 2. Biaya bunga sisuka, yaitu biaya yang dibebankan kepada koperasi sebagai balas jasa atas dana simpanan sukarela berjangka dari anggota. Jumlah bunga sisuka dibebankan pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 208.900.900.
50
3. Biaya bunga hutang, yaitu biaya yang dibebankan kepada koperasi sebagai balas jasa atas dana pinjaman yang berasal dari pihak ketiga. Jumlah bunga hutang yang dibebankan pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 1.500.000. 4. Biaya rapat dan rapat anggota tahunan, yaitu biaya yang ditaggung koperasi untuk keperluan rapat pimpinan serta rapat anggota yang dilakukan pada setiap tahun. Jumlah biaya tersebut yang dibebankan pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 24.189.500. 5. Biaya audit, yaitu biaya yang dibebankan kepada koperasi sebagai balas jasa kepada tim audit yang
melaksanakan
pemeriksaan atas keuangan dan operasional koperasi. Jumlah biaya audit yang dibebankan pada tahun 2010 adalah Rp. 5.750.000. 6. Biaya gaji, yaitu biaya yang dibebankan kepada koperasi sebagai balas jasa kepada pegawai yang dipekerjakan oleh koperasi. Jumlah biaya gaji yang dibebankan pada tahun 2010 adalah Rp. 48.933.000. 7. Biaya solidaritas, yaitu biaya yang dibebankan kepada koperasi sebagai bentuk sumbangan solidaritas atas berbagai kegiatan organisasi kepemudaan atau kegiatan masyarakat yang terdapat dilingkungan koperasi. Jumlah biaya solidaritas yang dibebankan pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 12.000.000. 8. Biaya pelatihan, yaitu biaya yang dibebankan kepada koperasi atas berbagai keperluan yang dibutuhkan dalam proses pelatihan anggota. Jumlah biaya pelatihan yang dibebankan pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 5.880.000. 9. Biaya administrasi, yaitu biaya yang dibebankan kepada koperasi atas berbagai keperluan barang yang dibutuhkan pada kantor koperasi. Jumlah biaya administrasi yang dibebankan pada tahun 2010 adalah Rp. 26.900.030. 10. Biaya premi daperma (dana perlindungan bersama), yaitu biaya yang dibayarkan kepada pihak asuransi atas penanggungan risiko atas kejadian diluar dugaan yang dialami oleh anggota. Jumlah biaya premi daperma yang dibebankan pada tahun 2010 adalah Rp. 29.455.000.
51
11. Biaya kerja pengurus, yaitu biaya yang dikeluarkan oleh koperasi untuk memenuhi berbagai keperluan yang dibutuhkan oleh pengurus dalam mengkoordinasikan pekerjaan pada koperasi. Jumlah biaya kreja pengurus yang dibebankan pada tahun 2010 adalah Rp. 8.211.000. 12. Biaya penyusutan pelengkapan, yaitu biaya dibebankan atas berkurangnya masa manfaat berbagai jenis perlengkapan yang dimiliki koperasi. Jumlah biaya penyusutan
perlengkapan
yang
dibebankan
pada
tahun
2010
adalah
Rp.
3.240.330. 12. Biaya penyusutan bangunan, yaitu biaya dibebankan atas berkurangnya masa manfaat bangunan yang dimiliki koperasi. Jumlah biaya penyusutan bangunan yang dibebankan pada tahun 2010 adalah Rp. 25.000.000. 13. Biaya penyusutan peralatan kantor, yaitu biaya dibebankan atas berkurangnya masa manfaat peralatan kantor yang dimiliki koperasi. Jumlah biaya penyusutan peralatan kantor yang dibebankan pada tahun 2010 adalah Rp. 3.500.000. 14. Biaya tamu, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyambut tamu-tamu penting koperasi. Jumlah biaya tamu yang dibebankan pada tahun 2010 adalah
Rp. 3.304.000.
15. Biaya listrik dan air, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membayar energi listrik dan debit air yang digunakan oleh koperasi. Jumlah biaya listrik dan air yang dibebankan pada tahun 2010 adalah Rp. 5.219.500. 16. Biaya administrasi bank, yaitu biaya yang dibebankan oleh bank kepada koperasi atas berbagai keperluan penyimpanan uang koperasi di bank. Jumlah biaya administrasi bank yang dibebankan pata tahun 2010 adalah sebesar
Rp.
3.758.777. 17. Biaya lain-lain, yaitu biaya yang dibebankan kepada koperasi atas keperluan rupa-rupa yang dibutuhkan oleh koperasi, dan tidak dimasukkan pada berbagai jenis biaya yang telah disebutkan sebelumnya. Jumlah biaya lain-lain yang dibebankan pada tahun 2010 adalah Rp. 974.000.
52
Kemudian, koperasi menyajikan jumlah pendapatan dan biaya-biaya, yang kemudian ditandingkan. Hasil penandingan tersebut menghasilkan sisa hasil usaha (SHU) koperasi.
Jumlah
pendapatan
koperasi
pada
tahun
2010
adalah
Rp.1.278.159.462, ditandingkan dengan jumlah biaya-biaya sebesar Rp. 970.092.037, menghasilkan sisa hasil usaha sebesar Rp. 308.067.425. Selanjutnya, sisa hasil usaha dialokasikan sesuai dengan keputusan Rapat Anggota Tahunan. Alokasi sisa hasil usaha untuk tahun buku 2010 dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Koperasi CU. Maju Tarutung Laporan Alokasi Sisa Hasil Usaha (SHU) Untuk Periode Berakhir 31 Desember 2010 Uraian Sisa Hasil Usaha Alokasi SHU YMH Dibayar: Balas jasa pengurus Dividen YMH Dibayar kepada anggota Uang kerja menajemen Uang kerja pegawai Bonus karyawan Jumlah Dana-dana: Dana pengurus Dana kesejahteraan karyawan Dana pendidikan Dana social Dana cadangan Dana risiko Jumlah Biaya Pra RAT dan RAT YMH Dibayar:
Rupiah 308.067.425 103.325.328 58.813.262 6.040.000 8.500.000 6.713.632 183.392.222
10.000.000 8.723.233 20.000.000 5.815.489 29.077.443 29.077.443 102.693.608
53
Buku pintar Konsumsi Ongkos peserta rapat Undangan Jumlah
2.000.000 2.000.000 2.000.000 3.200.000 9.200.000
Biaya solidaritas YMH Dibayar Jumlah SHU Teralokasi
12.781.595 308.067.425
Sumber: Koperasi CU. Maju Tarutung
Dari Tabel 3.2 terlihat bahwa semua sisa hasil usaha koperasi telah dialokasikan pada berbagai pos atau keperluan untuk mendukung aktivitas koperasi. Jumlah alokasi SHU pada pengurus, karyawan dan anggota adalah sebesar Rp. 183.392.222, alokasi untuk berbagai jenis dana-dana adalah Rp. 102.693.608, alokasi biaya pra RAT dan RAT adalah Rp. 9.200.000, sedangkan alokasi untuk biaya solidaritas adalah Rp. 12.781.595.
III.D. Penyajian Neraca Koperasi Neraca pada Koperasi CU. Maju Tarutung disajikan dalam dua bagian, yaitu bagian aktiva dan passiva, dimana pos-pos yang terdapat pada kedua bagian tersebut tidak digolongkan lagi berdasarkan likuiditasnya. Pada bagian aktiva secara berurut terdapat: kas, bank, sisuka, piutang anggota, peralatan kantor, penyertaan, tanah, bangunan, peralatan kantor, serta penyusutan. Sedangkan pada bagian passive secara berurut terdapat pos-pos: sisuka anggota, piutang, dana pengurus, dana kesejahteraan karyawan, dana pendidikan, dana social, dana pembangunan kantor, dana audit, alokasi SHU YMH Dibayar, simpana pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, dana risiko, dan dana cadangan, serta sisa hasil usaha tahun berjalan. Untuk lebih jelasnya, penyajian laporan neraca Koperasi CU. Maju Tarutung untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2010 dapat dilihat pada Tabel 3.3.
54
Tabel 3.3 Koperasi CU. Maju Tarutung Neraca Per 31 Desember 2010 Uraian
Rupiah
Aktiva Kas Bank Sisuka Piutang anggota Peralatan kantor Dana penyertaan Tanah Bangunan Perlengkapan kantor Akumulasi penyusutan pelengkapan kantor Akumulasi penyusutan peralatan kantor Akumulasi penyusutan bangunan Jumlah aktiva
340.905.985 415.070.162 1.040.000.000 5.299.097.752 100.683.500 73.903.900 96.000.000 191.147.000 10.349.700 (6.840.030) (8.362.600) (70.000.000) 7.481.955.369
Passiva Sisuka anggota Hutang Dana pengurus Dana kesejahteraan karyawan Dana pendidikan Dana social Dana pembangunan kantor Dana audit Alokasi SHU YMH Dibayar Simpanan pokok Simpanan wajib Simpanan sukarela
2.129.100.000 20.088.104 27.831.433 11.513.217 5.296.907 108.812.871 5.750.000 33.500.000 1.064.571.025 3.606.989.925
55
Dana risiko Dana cadangan SHU tahun berjalan Jumlah passive
54.514.776 105.919.686 308.067.425 7.481.955.369 Sumber: Koperasi CU. Maju Tarutung
Dari Tabel 3.3 terlihat bahwa pos-pos yang terdapat pada necara koperasi tidak digolongkan berdasarkan likuiditasnya. Pos-pos yang merupakan alokasi dari pembagian sisa hasil usaha pada tahun berjalan juga belum menunjukkan nilai yang sebenarnya. Semua sisa hasil usaha koperasi telah dialokasikan pada berbagai pos atau keperluan untuk mendukung aktivitas koperasi sebagaimana tertera pada Tabel 3.2. Koperasi telah melakukan pembagian sisa hasil usaha sesuai dengan ketetapan yang telah dibuat pada laporan alokasi sisa hasil usaha, tetapi pembagian tersebut tidak disajikan pada neraca. Koperasi tetap menyajikannya sebagai sisa hasil usaha, dan tidak didistribusikan pada pos pengalokasian sisa hasil usaha. Penjelasan atas pospos aktiva pada koperasi adalah sebagai berikut: 1.
Kas, yaitu aktiva dalam bentuk uang tunai yang terdapat pada koperasi, terdiri dari dana untuk keperluan sehari-hari (dana kas kecil) serta uang penerimaan kas yang belum disetorkan ke bank. Jumlah saldo kas koperasi pada akhir tahun 2010 adalah sebesar Rp. 340.905.985.
2.
Bank, yaitu aktiva dalam tabungan di bank yang bersumber dari penerimaan kas dan telah disetorkan ke bank. Jumlah saldo bank pada akhir tahun 2010 adalah sebesar Rp. 415.070.162.
3.
Sisuka, yaitu aktiva simpanan sukarela berjangka anggota yang disalurkan koperasi pada pihak ketiga. Jumlah saldo sisuka pada akhir tahun 2010 adalah Rp. 1.040.000.000.
4.
Piutang anggota, yaitu aktiva koperasi yang disalurkan dalam bentuk pinjaman kepada anggota. Jumlah saldo piutang anggota pada akhir tahun 2010 adalah Rp. 5.299.097.752.
56
5.
Peralatan kantor, yaitu mesin dan alat-alat elektronik yang dimiliki koperasi untuk mendukung aktivitas operaisonalnya. Nilai perolehan peralatan kantor pada akhir tahun 2010 adalah sebesar Rp. 100.683.500.
6.
Tanah, yaitu bagian dari bumi yang dimiliki koperasi, baik sebagai tempat atau lokasi kantor koperasi maupun lokasi lain yang secara hokum sudah dimiliki oleh koperasi. Nilai perolehan tanah pada akhir tahun 2010 adalah Rp. 96.000.000.
7.
Bangunan, yaitu semua bangunan yang berada di atas tanah milik koperasi. Nilai perolehan bangunan hingga akhir tahun 2010 adalah Rp. 191.147.000.
8.
Perlengkapan kantor, yaitu semua perlengkapan pendukung aktivitas kantor yang dimiliki koperasi.
Nilai perolehan
perlengkapan kantor hingga akhir tahun 2010 adalah Rp. 10.349.700. 9.
Akumulasi penyusutan peralatan, perlengkapan, dan bangunan, yaitu akumulasi berkurangnya masa manfaat peralatan, perlengkapan dan bangunan koperasi. Jumlah akumulasi penyusutan hingga akhir tahun 2010 adalah: Rp. 6.840.030 untuk peralatan, 8.362.600 untuk perlengkapan, dan 70.000.000 untuk bangunan. Selanjutnya, penjelasan atas pos-pos passiva yang terdapat pada neraca koperasi adalah sebagai berikut:
1. Sisuka anggota, yaitu kewajiban koperasi kepada anggota atas simpanan sukarela berjangka yang terdapat pada koperasi. Jumlah saldo sisuka anggota hingga akhir tahun 2010 adalah Rp. 2.129.100.000. 2. Hutang, yaitu kewajiban koperasi kepada pihak ketiga atas pinjaman koperasi. Jumlah hutang koperasi hingga akhir tahun 2010 adalah nol, karena koperasi telah melakukan pelunasan pokok pinjaman dan bunganya. 3. Dana pengurus, merupakan kewajiban koperasi kepada pengurus yang bersumber dari alokasi sisa hasil usaha. Jumlah saldo dana pengurus hingga akhir tahun 2010 adalah Rp. 20.088.104. 4. Dana kesejahteraan karyawan, merupakan kewajiban koperasi kepada karyawan yang bersumber dari alokasi sisa hasil usaha. Jumlah saldo dana kesejahteraan karyawan hingga akhir tahun 2010 adalah Rp. 27.831.433.
57
5. Dana pendidikan, merupakan dana koperasi yang dipersiapkan untuk pendidikan anggota, yang bersumber dari alokasi sisa hasil usaha. Jumlah saldo dana pendidikan hingga akhir tahun 2010 adalah Rp. 11.513.217. 6. Dana sosial, merupakan dana koperasi yang dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan dana sosial kepada para anggota koperasi, yang bersumber dari alokasi sisa hasil usaha. Jumlah saldo dana sosial hingga akhir tahun 2010 adalah Rp. 5.296.907. 7. Dana pembangunan kantor,
merupakan dana koperasi yang dipersiapkan untuk pembangunan kantor ataupun
merehabilitasinya, yang bersumber dari iuran anggota dan alokasi sisa hasil usaha. Namun alokasi sisa hasil usaha untuk dana pembangunan tidak dilakukan setiap tahun, tetapi tergantung pada hasil keputusan RAT. Jumlah saldo dana pembangunan kantor hingga akhir tahun 2010 adalah Rp. 108.812.871. 8. Dana audit, merupakan dana koperasi yang dipersiapkan untuk honor auditor, yang bersumber dari alokasi sisa hasil usaha. Namun alokasi sisa hasil usaha atas dana audit tidak dilalukan setiap tahun, tergantung pada keputusan RAT. Jumlah saldo dana audit hingga akhir tahun 2010 adalah sebesar Rp. 5.750.000. 9. Alokasi SHU YMH Dibayar, merupakan pos yang digunakan untuk menampung alokasi sisa hasil usaha selain alokasi untuk dana-dana. Jumlah saldo alokasi SHU YMH Dibayar adalah nol. 10. Simpanan pokok, merupakan modal koperasi yang berasal dari calon anggota yang baru mendaftar. Simpanan pokok yang dipersyaratkan bagi setiap calon anggota adalah Rp. 50.000. Jumlah simpanan pokok hingga akhir tahun 2010 adalah sebesar Rp. 33.500.000. 11. Simpanan wajib, merupakan modal koperasi yang berasal dari anggota. Besarnya simpanan wajib anggota adalah Rp. 25.000 per orang. Jumlah simpanan wajib hingga akhir tahun 2010 adalah Rp. 1.064.571.025.
58
12. Simpanan sukarela, merupakan modal koperasi yang berasal dari anggota termasuk simpanan wajib yang lebih besar dari Rp. 25.000 dan dialihkan menjadi simpanan sukarela. Jumlah saldo simpanan sukarela hingga akhir tahun 2010 adalah Rp. 3.606.989.925. 13. Dana risiko, merupakan modal koperasi yang dipersiapkan untuk menutupi resiko kegagalan usaha, yang bersumber dari alokasi sisa hasil usaha. Jumlah saldo dana risiko hingga akhir tahun 2010 adalah Rp. 54.514.776. 14. Dana cadangan, merupakan modal koperasi yang penggunaannya belum ditetapkan, bersumber dari alokasi sisa hasil usaha. Jumlah saldo dana cadangan hingga akhir tahun 2010 adalah sebesar Rp. 105.919.686. 14. Sisa hasil usaha tahun berjalan, merupakan pemindahan jumlah SHU dari laporan sisa hasil usaha koperasi.
59
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
IV.A. Analisis dan Evaluasi Penyajian Laporan Sisa Hasil Usaha Koperasi Dari data yang diperoleh dan dijelaskan pada BAB III diketahui bahwa Koperasi CU. Maju Tarutung menyajikan laporan sisa hasil usaha atas dua bagian besar, yaitu bagian pendapatan dan biaya-biaya. Semua pos-pos pendapatan digolongkan dalam satu kelompok, demikian juga dengan semua biaya digolongkan pada satu kelompok. Menurut PSAK Nomor 27 bahwa dalam laporan sisa hasil usaha koperasi harus terdapat pengelompokan antara beban usaha dengan beban perkoperasian.
Beban-beban perkoperasian adalah beban yang timbul dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan anggota, seperti beban pelatihan anggota dan beban pembangunan usaha anggota. Dalam laporan sisa hasil usaha Koperasi CU. Maju Tarutung terdapat beberapa pos yang termasuk pos beban perkoperasian, yaitu: a. Jasa simpanan anggota, yaitu biaya bunga yang dibebankan kepada koperasi sebagai balas jasa simpanan yang diberikan oleh anggota. b. Bunga sisuka anggota, yaitu biaya yang dibebankan kepada koperasi sebagai balas jasa atas dana simpanan sukarela berjangka dari anggota. c. Beban pelatihan, yaitu biaya yang dibebankan kepada koperasi atas berbagai keperluan yang dibutuhkan dalam proses pelatihan anggota. Ketiga pos tersebut disajikan dalam satu kelompok dengan semua jenis biaya lainnya yang merupakan biaya usaha, yaitu biaya yang merupakan biaya manajemen yang secara tidak langsung terkait dengan upaya memperoleh pendapatan. Biaya usaha tersebut meliputi:
60
a. Biaya rapat dan rapat anggota tahunan (RAT) b. Biaya audit c. Biaya gaji d. Biaya solidaritas
60
e. Biaya administrasi f. Biaya premi daperma g. Biaya kerja pengurus h. Biaya penyusutan perlengkapan i. Biaya penyusutan bangunan j. Biaya penyusutan peralatan kantor k. Biaya tamu l. Biaya listrik dan air m. Biaya administrasi bank n. Bunga hutang o. Biaya lain-lain Dengan pengelompokan biaya di atas maka penyajian laporan sisa hasil usaha koperasi menjadi lebih sesuai dengan PSAK Nomor 27, sementara perusahaan menyajikannya semua jenis biaya tanpa pengelompokan. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada pemisahan antara beban usaha dan beban perkoperasian, dapat diterima. Penyajian laporan sisa hasil usaha yang seharusnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.
61
Tabel 4.1 Koperasi CU. Maju Tarutung Laporan Sisa Hasil Usaha Untuk Periode Berakhir 31 Desember 2010 Uraian Pendapatan: Bunga pinjaman Provisi pinjaman Uang pangkal Denda Sisuka Dividen dana penyertaan Bunga bank Administrasi calon Jumlah pendapatan
Rupiah
1.113.171.800 31.196.100 14.550.000 13.122.500 77.403.300 4.597.000 18.355.762 5.763.000 1.278.159.462
Beban Perkoperasian: Jasa simpanan anggota Bunga sisuka anggota Biaya pelatihan Jumlah beban perkoperasian
553.376.000 208.900.900 5.880.000 768.156.900
Sisa hasil usaha kotor
510.002.562
Biaya Usaha: Biaya rapat dan rapat anggota tahunan (RAT) Biaya audit Biaya gaji Biaya solidaritas Biaya administrasi Biaya premi daperma
24.189.500 5.750.000 48.933.000 12.000.000 26.900.030 29.455.000
62
Biaya kerja pengurus Biaya penyusutan perlengkapan Biaya penyusutan bangunan Biaya penyusutan peralatan kantor Biaya tamu Biaya listrik dan air Biaya administrasi bank Bunga hutang Biaya lain-lain Jumlah biaya usaha Sisa hasil usaha
8.211.000 3.240.330 25.000.000 3.500.000 3.304.000 5.219.500 3.758.777 1.500.000 974.000 201.935.137 308.067.425
Sumber: Pengolahan Data Tabel 4.1 memperlihatkan bentuk penyajian laporan sisa hasil usaha yang seharusnya diterapkan pada Koperasi CU. Maju Tarutung sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Terlihat bahwa biaya perkoperasian telah dipisah dengan biaya usaha. Pendapatan dikurang beban perkoperasian menghasilkan sisa hasil usaha kotor sebesar Rp. 510.002.562. Kemudian sisa hasil usaha kotor dikurang biaya usaha menghasilkan sisa hasil usaha sebesar Rp. 308.067.425.
IV.B. Analisis dan Evaluasi Penyajian Neraca Koperasi Dari data hasil penelitian diketahui bahwa Neraca pada Koperasi CU. Maju Tarutung disajikan dalam dua bagian, yaitu bagian aktiva dan passiva. Aktiva pada koperasi merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan, sedangkan passiva merupakan kewajiban kepada pihak lain serta modal sendiri yang dimiliki. Kesalahan yang ditemukan pada neraca koperasi terletak pada pencatatan pembagian sisa hasil usaha. Koperasi telah melakukan pembagian sisa hasil usaha sesuai dengan ketetapan yang telah dibuat pada laporan alokasi sisa hasil usaha, tetapi pembagian tersebut tidak disajikan pada neraca. Koperasi tetap menyajikannya sebagai sisa hasil usaha, dan tidak didistribusikan
63
pada pos pengalokasian sisa hasil usaha. Menurut PSAK Nomor 27, jika pembagian sisa hasil usaha telah diatur secara jelas maka bagian yang tidak menjadi hak koperasi harus diakui sebagai kewajiban dalam neraca, dimana pembagian sisa hasil usaha tersebut harus dilakukan pada akhir periode pembukuan. Ini berarti bahwa alokasi sisa hasil usaha harus dicatat sesuai dengan pos-pos alokasinya dalam neraca. Dari Tabel 3.2 terlihat bahwa sisa hasil usaha koperasi telah dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu: alokasi sisa hasil usaha yang masih harus dibayar, dana-dana, biaya pra RAT dan RAT yang masih harus dibayar, serta biaya solidaritas yang masih harus dibayar. Dengan demikian, pos-pos pengalokasian sisa hasil usaha pada neraca seharusnya ditambahkan dengan besarnya nilai alokasi sisa hasil usaha pada tahun berjalan, sebagai berikut: a. Dana pengurus Jumlah alokasi sisa hasil usaha untuk dana pengurus adalah sebesar
Rp. 10.000.000. Dengan asumsi bahwa dana
tersebut belum dibayarkan, maka jumlah dana pengurus seharusnya adalah:
Rp. 20.088.104 + Rp. 10.000.000 = Rp.
30.088.104. Jurnal koreksi yang harus dibuat adalah:
Sisa hasil usaha
10.000.000
Dana pengurus
10.000.000
b. Dana kesejahteraan karyawan Jumlah alokasi sisa hasil usaha untuk dana kesejahteraan karyawan adalah sebesar Rp. 8.723.233. Dengan asumsi bahwa dana tersebut belum dibayarkan, maka jumlah dana kesejahteraan karyawan seharusnya adalah: 8.723.233 = Rp. 36.554.666. Jurnal koreksi yang harus dibuat adalah: Sisa hasil usaha Dana kesejahteraan karyawan
8.723.233 8.723.233
Rp. 27.831.433 + Rp.
64
c. Dana pendidikan Jumlah alokasi sisa hasil usaha untuk dana pendidikan adalah sebesar Rp. 20.000.000. Dengan asumsi bahwa dana tersebut belum dibayarkan, maka jumlah dana pendidikan seharusnya adalah: Rp. 11.513.217 + Rp. 20.000.000 =
Rp.
31.513.217. Dana pendidikan merupakan modal koperasi untuk membiayai pengembangan anggota tetapi belum dibayarkan (digunakan) sehingga pada neraca harus dicatat sebagai bagian dari modal. Jurnal koreksi yang harus dibuat adalah: Sisa hasil usaha
20.000.000
Dana pendidikan
20.000.000
d. Dana sosial Jumlah alokasi sisa hasil usaha untuk dana sosial adalah sebesar Rp. 5.815.489. Dengan asumsi bahwa dana tersebut belum dibayarkan, maka jumlah dana sosial seharusnya adalah: Rp. 5.296.907 + Rp. 5.815.489 = Rp. 11.112.396. Jurnal koreksi yang harus dibuat adalah: Sisa hasil usaha
5.815.489
Dana sosial
5.815.489
e. Dana cadangan Jumlah alokasi sisa hasil usaha untuk dana cadangan adalah sebesar Rp. 29.077.443. Dengan asumsi bahwa dana tersebut belum digunakan, maka jumlah dana cadangan seharusnya adalah: Rp. 105.919.686 + Rp. 29.077.443 = 134.997.129. Jurnal koreksi yang harus dibuat adalah: Sisa hasil usaha Dana cadangan
29.077.443 29.077.443
Rp.
65
f. Dana risko Jumlah alokasi sisa hasil usaha untuk dana risiko adalah sebesar
Rp. 29.077.443. Dengan asumsi bahwa dana
tersebut belum digunakan, maka jumlah dana cadangan seharusnya adalah: Rp. 54.514.776 + Rp. 29.077.443 =
Rp.
83.592.219. Jurnal koreksi yang harus dibuat adalah: Sisa hasil usaha
29.077.443
Dana risiko
29.077.443
g. Alokasi SHU YMH Dibayar Pos alokasi SHU YMH dibayar, merupakan pos yang digunakan untuk menampung pendistribusian sisa hasil usaha yang masih harus dibayar, terdiri dari: alokasi SHU YMH dibayar, biaya pra RAT dan RAT YMH dibayar, serta biaya solidaritas YMH dibayar. Dari Tabel 3.2 terlihat bahwa jumlah semua alokasi SHU YMH dibayar adalah: Rp. 183.392.222 + Rp. 9.200.000 + Rp. 12.781.595 =
Rp. 205.373.817. Dengan asumsi bahwa dana tersebut belum dibayarkan, maka jumlah
alokasi SHU YMH dibayar pada neraca seharusnya adalah: Rp. 0 + Rp. 205.373.817 = Rp. 205.373.817. Jurnal koreksi yang harus dibuat adalah: Sisa hasil usaha Alokasi SHU YMH Dibayar
205.373.817 205.373.817
Dari uraian di atas jelaslah bahwa pendistribusian alokasi sisa hasil usaha pada pos-pos neraca koperasi belum sesuai dengan PSAK Nomor 27. Sisa hasil usaha yang telah dialokasikan sebagai dana pengurus, dana kesejahteraan karyawan, dana sosial, serta alokasi SHU YMH Dibayar seharusnya diakui sebagai kewajiban, sedangkan sisa hasil usaha yang telah dialokasikan sebagai dana pendidikan, dana cadangan dan dana risiko harus diakui sebagai hak koperasi. Hipotesis yang menyatakan bahwa sisa hasil usaha yang tidak menjadi hak koperasi tidak diakui sebagai kewajiban, dapat diterima. Dengan demikian penyajian neraca Koperasi CU. Maju Tarutung yang seharusnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.
66
Tabel 4.2 Koperasi CU. Maju Tarutung Neraca Per 31 Desember 2010 Uraian
Rupiah Aktiva
Aktiva lancar: Kas Bank Sisuka Piutang anggota Jumlah aktiva lancar
340.905.985 415.070.162 1.040.000.000 5.299.097.752 7.095.073.899
Investasi jangka panjang: Dana penyertaan Aktiva tetap: Tanah Bangunan Perlengkapan kantor Peralatan kantor Akumulasi penyusutan pelengkapan kantor Akumulasi penyusutan peralatan kantor Akumulasi penyusutan bangunan Jumlah aktiva tetap
73.903.900 96.000.000 191.147.000 10.349.700 100.683.500 (6.840.030) (8.362.600) (70.000.000) 312.977.570 7.481.955.369
Jumlah aktiva Passiva Kewajiban lancar: Sisuka anggota Hutang Dana pengurus
2.129.100.000 30.088.104
67
Dana kesejahteraan karyawan Dana sosial Dana pembangunan kantor Dana audit Alokasi SHU YMH Dibayar Jumlah kewajiban lancar Modal: Simpanan pokok Simpanan wajib Simpanan sukarela Dana pendidikan Dana risiko Dana cadangan SHU tahun berjalan Jumlah modal Jumlah passiva (kewajiban+modal) Sumber: Pengolahan Data.
36.554.666 11.112.396 108.812.871 5.750.000 205.373.817 2.526.791.854 33.500.000 1.064.571.025 3.606.989.925 31.513.217 83.592.219 134.997.129 4.955.163.515 7.481.955.369
68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.A. Kesimpulan Dari hasil analisis dan evaluasi dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Penyajian laporan sisa hasil usaha pada Koperasi CU. Maju Tarutung belum sesuai dengan PSAK Nomor 27, karena koperasi tidak memisahkan pos beban perkoperasian dengan beban usaha. Semua jenis beban digabung dalam satu kelompok ‘biaya-biaya’. 2. Penyajian neraca koperasi belum sesuai dengan PSAK Nomor 27, karena koperasi telah melakukan pembagian sisa hasil usaha sesuai dengan ketetapan yang telah dibuat pada laporan alokasi sisa hasil usaha, tetapi sisa hasil usaha yang tidak menjadi hak koperasi tidak diakui sebagai kewajiban pada neraca.
V.B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka dibuat beberapa saran, sebagai berikut: 1. Koperasi sebaiknya membuat pengelompokan antara beban usaha dengan beban perkoperasian. 2. Neraca koperasi sebaiknya mengakui sisa hasil usaha koperasi yang tidak menjadi hak koperasi sebagai kewajiban, sesuai dengan ketetapan yang telah dibuat pada laporan alokasi sisa hasil usaha.
68
69
DAFTAR PUSTAKA Hadibroto, S., et. al, Dasar-Dasar Akuntansi, Cetakan Kesepuluh: LP3ES, Jakarta, 1997. Hendrojogi, Koperasi : Azas-Azas, Teori dan Praktek Koperasi, Cetakan Keenam: Rineka Cipta, Jakarta, 2004. Horngren, et. al, Introduction to Financial Accounting, 6th Edition, Pengantar Akuntansi Keuangan, Alih Bahasa: Salmon Sihombing, Jilid 1, Edisi Keenam: Erlangga, Jakarta, 1998. Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan: Salemba Empat, Jakarta, 2007. Ismaya, Sujana, Kamus Akuntansi, Cetakan Pertama: Pustaka Grafika, Bandung, 2006. Kieso, Donald E. dan Jerry J. Weygandt, Intermediate Accounting, 7th Edition, Akuntansi Intermediate, Alih Bahasa: Emil Salim, Jilid Satu, Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta, 2001. Marom, Chairul, Pedoman Penyajian Laporan Keuangan, Cetakan Ketiga: Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2004. Nazir, Moh., Metode Penelitian, Cetakan Keenam: Ghalia Indonesia, Bogor, 2005. RI, Undang – undang Perekoperasian 1992;UU NO.25 Tahun 1992, Cetakan Kesepuluh: Sinar Grafika, Jakarta, 2003. Sitio, Arifin dan Halomoan Tamba, Koperasi:Teori Dan Praktik, Cetakan Keempat: Erlangga, Jakarta, 2001. Sofyan Syafri, Harahap, Teori Akuntansi: Laporan Keuangan, Edisi Revisi: Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001. Sudarsono dan Edililus, Manajemen Koperasi Indonesia, Cetakan Keempat: Rineka Cipta, Jakarta, 2007.
70
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Edisi Kedua, Cetakan Keenambelas: Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004. Tugiman, Hiro, Akuntansi Untuk Badan Usaha Koperasi, Cetakan Keenam: Kanisius, Bandung, 2002. Tunggal, Amin, Akuntansi Untuk Koperasi,Cetakan Ketiga:Rineka Cipta, Jakarta, 1997.