Peneliti : Budi Santoso Fakultas Teknik Industri Univesitas Gunadarma
[email protected]
PROSES PEMBUATAN GULA DARI TEBU PADA PG X
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan gula dari tebu pada PG X. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Pada dasarnya proses pembuatan gula di PG X adalah melalui 6 tahap yaitu : Stasiun penggilingan, Stasiun pemurnian nira, Stasiun penguapan, Stasiun kristalisasi, Stasiun pemisahan, Stasiun penyelesaian. Sedangkan Utilitas yang digunakan ada 4 yaitu : Air, Uap, Listrik, Udara Kata Kunci : Pembuatan Gula
PENDAHULUAN Gula merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi kita, karena hampir setiap hari kita tidak pernah terlepas dari mengkonsumsi gula. Tetapi banyak sekali dari kita yang tidak mengetahui dari apakah bahan baku gula serta bagaimanakah proses pembuatan gula . Disini peneliti ingin membahas tentang proses pembuatan gula dari tebu di PG X. Proses yang digunakan adalah proses sulfitasi alkalis yang menghasilkan gula jenis SHS IA. Pengolahan tebu menjadi kristal melalui beberapa stasiun . Di pembahasan akan dibahas secara lebih jelas kegiatan dari masing-masing stasiun dan proses dari awal sampai akhirnya menjadi gula yang siap untuk kita konsumsi.
TINJAUAN PUSTAKA
Gula Dalam kehidupan sehari-hari orang telah mengenal gula sebagai bahan makanan pokok, baik untuk minuman ataupun makanan. Sebagai sumerr utama dari gula adalah dari berbagai macam tanaman, yang dapat digolongkan sebagai penghasil gula antara lain : tebu, beet, kelapa aren ( enau ). Untuk daerah tropis tebu merupakan tanaman utama sebagai penghasil gula, dismping kelapa dan enau. Tebu mengandung hidrokarbon yang terjadi dalam tanaman karena proses fotosintesa. Karbohidrat-karbohidrat ini terdiri dari monosakarida ( glukosa, fruktosa ), disakarida ( sakharosa ), dan polisakharida ( selulosa ).
Dalam fotosintesa terjadi reaksi antara CO2 dan H2O dibantu tenaga sinar matahari dan zat hijau daun ( khlorofil ) menghasilkan akrbohidrat monosakarida. Reaksi 6CO2 + 6H2O + kalori --------- C6H12O6 + 6O2 Contoh hasil analisa batang tebu adalah sebagai berikut : Monosakarida ………………………………………..: 0,5 – 1,50 % Sakharosa (disakarida ) ………………………………: 1,0 – 19,00% Zat organic ( abu ) …………………………………....: 0,5 – 1,50 % Sabut ( selulosa, pentosa ) …………………………...: 11,0 – 19,00% Asam-asam organic ……………………………….…: 0,15 % Bahan lain ( blenok, lilin, zat warna, ikatan N ) ……..: 12,00% Air ……………………………………………………: 65,0 – 75,00 % Susunan tebu ini tidak sama utnuk semua tebu, tergantung pada keadaan tanah, iklim, pemeliharaan tanaman dan macam tebu. Sakharosa merupakan komponen yang akan dibuat menjadi gula, sehingga senyawa inilah yang akan diambil sebanya-banyaknya dari tebu utnuk dipisahkan dari bagian-bagian lain dan dikristalkan menjadi gula. Sakharosa adalah karbohidrat yang mempunyai rumus molekul C12H22O11, disakharida yang terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. Sifat-sifat fisik sakharosa : Rumus molekul : C12H22O11 Bentuk kristal dan tak berwarna Mudah larus dalam air dan tidak larut dalam eter. Berat jenis : 1,6 Titik lebur : 185 oC Dalam suasana asam mudah terhidrolisa menjadi gula reduksi, peristiwa ini disebut inverse . Reaksi : C12H22O11 + H2O ------ C6H12O6 + C6H12O6 Optis aktif ( memutar bidang polarisasi kekanan ) ( Respati, 1980 ) Proses Pembuatan Gula Pembuatan gula dari tebu adalah proses pemisahan sakharosa yang terdapat dalam batang tebu dari zat-zat lain seperti air, zat organic, sabut. Pemisahan dilakukan secara bertingkat dengan jalan tebu digiling dalam beberapa mesin penggiling sehingga diperoleh cairan yang disebut nira. Nira yang diperoleh dari mesin penggiling dibersihkan dari zat-zat bukan gula dengan pemanasan dan penambahan zat kimia. Sedangkan ampas digunakan bahan ketel uap. 1. Pemurnian Nira Pelaksanaan pemurnian dalam pembuatan gula dibedakan menjadi 3 macam yaitu : a. Proses Defekasi Pemurnian cara Defekasi adalah car pemurnian yang paling sederhana, bahan pembantu hanya berupa kapur tohor. Kapur tohor hanya digunakan untuk menetralkan asam-asam yang terdapat dalam nira. Nira yang telah diperoleh dari mesin penggiling diberi kapur sampai diperoleh harga pH sedikit alkalis ( pH 7,2 ). Nira yang telah diberi kapur kemudian dipanaskan sampai mendidih. Endapan yang terjadi dipisahkan b. Proses Sulfitasi
Pada pemurnian cara sulfitasi pemberian kapur berlebihan . Kelebihan kapur ini dinetralkan kembali dengan gas sulfite. Penambahan gas SO2 menyebabkan : SO2 bergabung dengan CaO membentuk CaSO3 yang mengendap. SO2 memperlambat reaksi antara asam amino dan gula reduksi yang dapat mengakibatkan terbentuknya zat warna gelap. SO2 dalam larutan asam dapat mereduksi ion ferrri sehingga menurunkan efek oksidasi. Pelaksanaan proses sulfitasi adalah sebagai berikut : Sulfitasi dingin Nira mentah disulfitasi sampai pH 3,8 kemudian diberi kapur sampai pH 7. Setelah itu dipanaskan sampai mendidih dan kotorannya diendapkan Sulfitasi panas Pada proses sulfitasi terbentuk garam CaSO3 yang lebih mudah larut dalam keadaan dingin, sehingga waktu dipanaskan akan terjadi endapan pada pipa pemanas. Untuk mencegah hal ini pelaksanaan proses sulfitasi dimodifikasi sebagai berkut : Dimulai dengan nira mentah yang dipanaskan sampai 70-80 0C, disulfitasi, deberi kapur, dipanaskan sampai mendidih dan akhirnya diendapkan. Pada suhu kira-kira 750C kelarutan CaSO3 paling kecil. Pengapuran sebagian dan sulfitasi Bila dicara sulfitasi panas tidak dapat memberikan hasil yang baik maka dipakai cara modifikasi berikut : pengapuran pertama sampai pH 8,0 pemanasan sampai 50-700C, sulfitasi sampai pH 5,1 – 5,3 pengapuran kedua sampai pH 7 – 7,2 dilanjutkan dengan pemanasan dengan pemanasan sampai mendidih dan pengendapan. ( E.Hugot , 1960 ) Pelaksanaan sulfitasi dipandang dari sudut kimia dibagi menjadi 3 yaitu : Sulfitasi Asam Nira mentah disulfitasi dengan SO2 sehingga dicapai pH nira 3,2. Sesudah sulfitasi nira diberi larutan kapur sehingga pH 7,0 – 7,3. Sulfitasi Alkalis Pemberian larutan kapur sehingga pH nira 10,5 dan sesudah itu diberi SO2 pH nira menjadi 7,0 – 7,3 Sulfitasi netral Pemberian larutan kapur sehingga pH nira 8,5 dan ditambah gas SO2 pH nira menjadi 7,0 – 7,3. ( Halim K , 1973 ) Proses Karbonatasi
c.
Proses Karbonat Cara ini merupakan cara yang paling baik disbanding dengan keduacara diatas. Sebagai bahan pembantu untuk pemurnian nira adalah susu kapur dan gas CO2. Pemberian susu kapur berlebihan kemudian ditambah gas CO2 yang berguna utnuk menetralkan kelebihan susu sehingga kotoran-kotoran yang terdapat dalam nira akan diikat. Reaksi : Ca (OH)2 ----- CaCO3 + H2O
Karena terbentuknya endapan CaCO3 banya maka endapan dapat dengan mudah dipisahkan. ( E. Hugot, 1960 ) 2. Penguapan Nira yang telah mengalami proses pemurnian masih mengandung air, air ini harus dipisahkan dengan menggunakan alat penguap. Penguapan adalah suatu proses menghilangkan zat pelarut dari dalam larutan dengan menggunakan panas. Zat pelarut dalam proses penguapan nira adalah air. Bila nira dipanaskan terjadi penguapan molekul air. Akibat penguapan, nia akan menjadi kental. Sumber panas yang digunakan adalah uap panas. Pada pemakaian uap panas terjadilah peristiwa pengembunan. Sistem penguapan yang dipakai perusahaan gula adalah penguapan efek banyak . ( Soejardi , 1975 ) 3. Pengkristalan Proses pengkristalan adalah salah satu langkah dalam rangkaian proses di pabrik gula dimana akan dikerjakan pengkristalan gula dari larutan yang mengandung gula. Dalam larutan encer jarak antara molekul satu dengan yang lain masih cukup besar. Pada proses penguapan jarak antara masing-masing molekul dalam larutan tersebut saling mendekat. Apabila jaraknya sudah cukup dekat masing-masing molekul dapat saling tarik menarik. Apabila pada saat itu disekitarnya terdapat sakharosa yang melarut dan molekul sakharosa yang menempel, keadaan ini disebut sebagai larutan jenuh. Pada tahap selanjutnya, bila kepekatan naik maka molekul-molekul dalam larutan akan dapat saling bergabung dan membentuk rantai-rantai molekul sakharosa. Sedangkan pada pemekatan lebih tinggi maka rantai-rantai sakharosa tersebut akan dapat saling bergabung pula dan membentuk suatu kerangka atau pola kristal sakharosa. 4. Pengeringan Gula yang keluar dari alat pemutar ditampung dalam alat getar ( talang goyang ). Talang goyang ini selain berfungsi sebagai alat pengengkut, juga sebagai alat pengering gula. Pengeringan ini menggunakan udara yang dihembuskan dari bawah, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kadar air dalam gula. Setelah pengeringan gla dimasukkan dalam karung dan disimpan digudang.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan gula di PG X terdiri dari beberapa stasiun yaitu : 1. Stasiun Penggilingan Tugas dari stasiun ini adalah mengambil nira dari batang tebu sebanyak mungkin. Tebutebu yang telah ditebang diangkut dengan truk dan lori-lori. Tebu yang masuk ditimbang beratnya kemudian diangkut dengan lori masuk ke stasiun gilingan. Tebu diangkat dengan pesawat pengangkat tebu yang ebrkapasitas 10 ton. Selanjutnya diletakan diatas meja tebu utnuk diumpankan kegilingan melalui krepyak tebu. Dalam tahap pertama tebu yang akan diperah untuk diambil niranya masuk ke crusher yang terdiri dari 2 buah rol crusher. Fungsi dari crusher adalah untuk emnghancurkan tebu
menjadi potongan-potongan yang panjangnya kira-kira 107,3 mmmm. Crusher tidak berfungsi sebagai alat pemerah, namun demikian nira sudah ada yang keluar ke mesin penggiling untuk diperas, diambil niranya.. Mesin penggiling di PG X ada 4 unit, setiap unit terdiri dari 3 buah rol. Rol bagian atas saja yang digerakkan dan diberi tekanan kira-kira 300 kg / cm@, sedangkan rol yang dibawah akan berputar dengan sendirinya karena adanya alur-alur dari setiap rol belakang. Tebu yang masuk ke gilingan I diperah hingga mendapatkan hasil nira yang sebanyakbanyaknya, dengan tekanan 300 kg/cm2. Hasil dari gilingan I adalah ampas I dan nira I. Nira I ditampung, lewat saluran nira bertemu dengan nira dari crusher. Kedua nira ini disebut nira hasil perah pertama. Ampas I dibawa ke gilingan II yang bertekanan 300 kg/cm2, dengan alat pengangkutan “ drag conveyer “ untuk diperah lagi niranya. Untuk mendapatkan nira yang lebih banyak maka saat ampas I menuju gilingan II ditambah nira dari gilingan III. Hasil dari gilingan II ini adalah ampas II dan nira II. Nira dari crusher, nira gilingan I dan nira gilingan II disebut nira mentah. Nira mentah dipompa ke bak penampung dan ampas II diperah lagi digilingan III untuk diambil niranya. Ampas II diangkut ke gilingan II yang bertekanan 300 kg/cm2, untuk diperah lagi krena masih ada niranya. Pada gilingan III ini ditambah air imbibisi sebanya kira-kira 22% berat tebu yang akan digiling. Fungsi penambahan air imbibisi adalah utnuk mendapatkan prosentase pemerahan yang tinggi dan menekan kadar sakharosa yang ikut oleh ampas gilingan IV. Hasil dari gilingan III adalah ampas III dan nira III, dimana nira III dialirkan lewat saluran yang digunakan untuk nira imbibisi pada ampas I yang menuju ke gilingan II. Ampas III diangkut kegilingan IV yang bertekanan 300 kg/cm2. Hasil dari gilingan IV adalah ampas IV dan nira IV , dimana nira IV dialirkan lewat saluran sebagai nira imbibisi pada ampas II yang menuju gilingan III. Sedangkan ampas IV diangkut dengan “ drag conveyer “ menuju ke tempat penyimpanan, yang nantinya ampas digunakan sebagai bahan baker ketel uap. 2. Stasiun Pemurnian Nira Pada stasiun ini nira emntah dibersihkan dengan cara menambah susu kapur Ca ( OH )2 dan kemudian dialiri gas SO2. Setelah itu dilakukan pengendapan secara terus menerus. Proses ini dikenal dengan nama sulfitasi alkalis. Stasiun pemurnian nira dari beberapa bagian yaitu : a. Pemanas I ( untuk nira mentah ) Nira mentah dari stasiun gilingan yang telah disaring terlebih dahulu dan telah mengalami proses penimbangan dan penampungan dipompa kea lat pemanas I. Pemanas yang ada di PG X berbentuk tegak, hal ini dimaksudkan untuk effisiensi tempat dan juga untuk memudahkan pembersihan apabila ada kerak yang menempel didalam pipa pemanas tersebut. Nira yang keluar dari pemanas I pada temperature kira-kira 720C, tujuan pemanasan ini adlah untuk mempercepat reaksi pada reactor dan juga untuk mematikan jasad renik ( mikrobia ). Bahan pemanas yang digunakan adalah uap bekas atau uap nira dari stasiun penguapan dan uap yang dihasilkan dari ketel uap. b. Pembuatan susu kapur Batu kapur dibakar dalam tobong pada temperature 9000C dan tekanan 1 atmosfer. Reaksi CaCO3 ------ CaO + CO2
c.
d.
e.
f.
g.
Gas CO2 dibuang sedang CaO yang diperoleh ditambah air ditangki pencampur. Setelah tercampur disaring utnuk memisahkan kotorannya. Reaksi kapur dengan air : CaO + H2O -------- Ca(OH)2 Setelah itu Ca (OH)2 dimasukkan kedalam tangki yang berpengaduk supaya campurannya homogen. Kekentalan susu kapur kira-kira 80Be Pembuatan gas SO2 Belerang padat dimasukkan dalam tobong belerang, kemudian dibakar. Belerang akan mencair kemudian belerang cair akan menjadi belerang uap karena panasnya. Steusnya dialiri udara sehingga terbentuk gas SO2. Reaksinya : S + O2 ------------ SO2 + panas Gas SO2 yang terjadi segera dialirkan melalui pipa yang dibagian luarnya diberi air sebagai pendingin. Kemudian dialirkan ke sublimator terakhir dialirkan ke peti sulfitasi Reaktor ( Sulfitator ) Nira yang telah melalui panas dimasukkan ke “ defecator “ untuk direaksikan dengan susu kapur Ca(OH)2. Proses ini berlangsung secara terus menerus dan tujuannya agar pH larutan kira-kira 9,5. Kemudian larutan dimasukkan ke reactor, pada reactor ini dialirkan gas SO2 secara terus menerus dan terjadi reaksi sulfitasi. Tujuan penambahan gas SO2 ini adalah untuk pembentukan endapan CaSO3 dan dengan ini terjadi pembersihan kotoran. Reaksi : H2O SO2 ------ H2SO3 H2SO3 + Ca(OH)2 ------ CaSO3 + 2H2O Peanas II ( untuk nira kasar ) Setelah keluar dari reactor , nira kasar dipanaskan dalam pemanas II dengan menggunakan uap, sampai nira mempunyai suhu kira-kira 100OC, hal ini dimaksudkan untuk : Menyempurnakan reaksi sulfitasi Memperbanyak dan memeprcepat terbentuknya endapan CaSO3. Mempercepat proses pengeluaran gas-gas terembunkan yang ada dalam nira. Dari pemanasan II nira kasar dialirkan ke “ prefloc tower “ ( menara flokulasi ). Menara flokulasi adalah suatu alat yang berfungsi membebaskan gelembung-gelembung udara yang terdapat dalam nira. Pada menara ini ditambahkan zat flokulant yang bertujuan agar reaksi pengendapan dapat berlangsung dengan baik. Pengendapan Tugas dari peti pengendapan adalah untuk mengendapkan kotoran-kotoran yang terjadi selama proses sulfitasi, sehingga dihasilkan nira jernih dan nira kotor. Nira jernih dialirkan ke tangki penampung nira ernih, sedangkan nira kotor disaring dengan alat “filter press”. Hasil penyaringan dialirkan ke alat penimbangan untuk diproses lagi, sedangkan endapannya ( blotong ) dibuang sebagai limbah. Pemanas III Nira jernih dari tangki penampung dialirkan ke pemanas III sampai mencapai suhu 110OC. Tujuan pemanasan ini untuk mendekati titik didih nira, sehingga pada evaporator nira sudah siap mendidih dan proses penguapan segera terlaksana.
3. Stasiun Penguapan Nira Setelah nira mentah mengalami proses pemurnian, selanjutnya dialirkan ke stasiun penguapan. TUjuan dari stasiun penguapan ini adalah untuk membuat nira encer ( 12,5 0Brik ) menjadi kental ( 600 Brik ) dengan menggunakn beberapa badan penguapan yang bekerja
secara seri. Untuk menghindari terjadinya karamelisasi karena suhu tinggi serta menghemat kalori, maka proses penguapan dilaksanakan pada suhu dibawah titik didihnya ( tekanan vakum). Di PG X menggunakan system penguapan „” quadrule effect” yang terdiri dari 5 badan penguapan. Dari 5 badan penguapan yang beroperasi hanya 4 badan, sebuah dbadan penguapan diistirahatkan untuk dibersihkan secara bergantian, badan II dapat ebrfungsi sebagai badan I dan badan IV dapat berfungsi sebagai badan terakhir. Badan pemanas yang dipakai pada stasiun ini berasal dari uap air bekas dan bila perlu ditambah uap baru dari ketel. Uap dari badan penguap I dipakai untuk memanaskan nira pada penguapan II dan sebagian disadap untuk bahan pemanas pada pemanas I. Uap dari nira dari badan penguap II dipakai untuk memanaskan nira pada badan penguapan III. Uap nira dari badan penguap III dipakai untuk memanaskan nira pada badan penguapan IV, sedangkan uap nira yang keluar dari badan penguap IV diembunkan dalam “ barometric kondensor” Air embun yang berasal darii badan penguap I, II digunakan untuk air isian ketel dan air embun dari badan penguapan III, IV digunakan untuk air imbibisi, air cucian filter press, air cucian puteran. Aliran nira dari setiap badan penguapan akan mengalir dengan sendirinya dikarenakan adanya perbedaan tekanan pada setiap badan penguapan. Nira kental yang seap dari badan penguap IV ditampung dalam tangki kemudian dipompa kesulfitator. Disulfitator ini di tabahkan gas SO2, yang tujuannya untuk memucatkan zat-zat warna dalam nira yang semula berwarna coklat tua akan menjadi lebih jernih dan disini pH diharapkan kira-kira 5,5. Nira kental yang keluar dari sulfitator ini masih mengandung belerang, maka dialirkan dulu ke tangki JSP ( Juice Syrup Purification ) untuk diberi floculant sehingga timbul kotoran-kotoran yang berlangsung secara kontinyu, nira bersihnya dipompa ke tangki penampung nira kental dan siap utnuk dimasak. Sedangkan kotorankotoran yang mengapung ( buih ) dialirkan ke stasiun pemurnian . 4. Stasiun Kristalisasi Nira Proses kristalisasi ini dipabrik gula lebih dieknal dengan nama proses pemasakan. Nira kental yang keluar dari stasiun penguapan mempunyai kekentalan kira-kira 600 Brik, didalam stasiun kristalisasi diuapkan lagi sampai mencapai kondisi lewat jenuh sehingga timbul kristal gula. Pengambilan gula dari nira kental tidak dapat hanya satu kali, tetapi harus dilakukan dalam beberapa tingkat. Pada PG X proses pengkristalan daengan system 3 tingkat . Hal ini diharapkan agar didapat produk SHS IA. Untuk mencegah karamelisasi sakharosa maka pada waktu memasak dilaksanakan pada tekanan vakum kira-kira 65 cmHg, sehingga pada pemanasan kira-kira 600C diharapkan nira kental dalam pan pemasak sudah mendidih. Di PG X ada 6 buah pan masakan A yang dipakai untuk emmasak nira yang HKnya ( harga kemurnian ) tinggi, masing-masing VO-nya 104 m2 dan volumenya 240 HL. Sebuah pan masakan B yang VO-nya 190 m2 dan volumenya 250 HL. Dua buah pan masakan D yang VO-nya berturut-turut 125 m2, 200 m2, dan volumenya 300 HL, 350 HL. Pada pan masakan A ini diharapkan dapat mengkristalkan sakharosa yang terkandung dalam nria kental sebanyak-banyaknya. Nira kental dari peti penampung nira ekntal dipompa ke pan masakan A, disini nira kental dipanaskan sampai mencapai kekentalan tertentu. Apabila keadaan ini telah tercapai ekkentalan baru “ einwurf “ ( bibit ) ditambahkan secukupnya kira-kira 30 HL. Denga adanya penambahan bibit ini akan timbul butir-butir kristal, apabila jarak antara butir kristal yang satu dengan yang lain cukup dekat atau rapat maka ditambahkan klare SHS sehingga masakan menjadi encer kembali dengan harapan
memberikan kesempatan pada kristal untuk tumbuh lebih besar. Apabila pembentukan kristal sudah sesuai dengan volume masakan yang dibutuhkan, maka hasil masakan diturunkan melalui palung-palung pendingin dan selanjutnya dipompa ke puteran A. Pada pan masakan B ini yang dimasukkan adalah stroop A dan bibit kristal. Proses pemaaskan pada pan masakan B ini sama dengan proses pemasakan pada pan masakan A. Setelah melalui pengontrolan dan kristal sudah banyak maka hasil masakan tersebut diturunkan ke palung pendingin, kemudian dipompa ke centrifuge. Dari proses ini dihasilkan gula C2 ( digunakan sebagai bibit ) dan stoop B. Pada pan masakan D dimasukkan stroop B dan klare D ( stroop hasil putaran D2 yang kandungan gulanya rendah ). Hasil masakan diturunkan ke palung pendingin. Untuk pan masakan D karena merupakan pan masakan terakhir yang menghasilkan gula D2 dan tetes, maka pada palung pendingin dialirkan air pendingin yang tujuannya supaya terjadi peristiwa pengkristalan kembali dan diharapkan kandungan gula dalam tetes kecil. 5. Stasiun Pemisahan Hasil dari stasiun kristalisasi merupakan suatu campuran yang terdiri dari larutan dan kristal sakharosa, sehingga perlu dipisahkan. Setelah didinginkan kemudian dipisahkan antara kristal dan larutannya. Pemisahan dilakukan dalam “ centrifuge “ yang bekerja menggunakan gaya sentrifugal sebagai kekuatan pendorong. Di PG X digunakan system putaran berganda yaitu putaran depan dan putaran belakang. Putaran depan terdiri dari putaran A,B, dan D1. Sedang putaran belakang terdiri dari putaran SHS dan D2. Masquite ( kristal sakharosa dan larutannya ) dari masakan setelah lewat palung pendingin dipompa ke putaran A. Di putaran A ini akan dipisahkan gula A dan stoop A. Stroop A digunakan sebagai bahan dasar pada pan masakan B, sedangkan gula A dipompa ke putaran SHS. Di putaran SHS ini ditambahkan uap yang tujuannya membantu proses pengeringan. Pada putaran SHS ini akan dipisahkan gula SHS sebagai produk dan klare SHS dialirkan ke pan masakan A. Pada puteran B dihasilkan stroop B yang digunakan sebagai bahan dasar pada pan masakan B dan D, dan gula B nya dipompa ke puteran SHS. Pada puteran SHS ini dihasilkan klare SHS yang pada masakan A sebagai bahan campuran masakan dan gula B digunakan sebagai bibit (einwurf ). Pada puteran D1 dihasilkan gula D dan stroop yang disebut tetes. Gula D dipompa ke putaran belakang D2, sedangkan tetesnya merupakan hasil samping karena kadar gulanya sudah cukup rendah. Pada putaran D2 ini dipisahkan gula D2 selanjutnya dilebur ekmbali dan dialirkan ke pan masakan D sebagai bahan campuran pada masakan D. 6. Stasiun Penyelesaian Stasiun penyelesaian berfungsi menyelesaikan hasil gula yang telah mkristal. Pada bagian ini kristal-kristal gula hasil dari putaran SHS dilewatkan pada talang goyang. Pada talang goyang ini gula-gula yang menggumpal akan pecah menjadi butiran-butiran gula, pada saat butiran-butiran gula ini berjalan sepanjang talang dihembuskan udara agar menjadi kering dan dingin. Udara dihembuskan dengan menggunakan blower. Untuk mengangkut kristal-kristal gula ke talang saringan digunakan “ bucket elevator “.
Pada talang saringan ini kristal-kristal gula dipisahkan, kristal gula yang tidak memenuhi ukuran standart dilebur dan diproses kembali sedangkan butiran gula yang standart diambil sebagai produk. Gula yang dihasilkan sebagai produk pada PG X adalah jenis SHS IA. Utilitas Di PG X utilitas yang digunakan adalah air, uap, listrik dan udara. 1. Air Untuk memenuhi kebutuhan air proses dan air minum perusahaan karyawan digunakan air yang diambil dari sungai. Sebelum air digunakan sebagai air proses dan air minum, maka dilakukan pengolahan air. Disini pengolahan air dilakukan secara fisis, dimana air dilewatkan dalam bak-bak pengendap. Bak pengendap ini terbuat dari pasangan batu bata, bentuknya persegi panjang dengan ukuran 25m x 12m. Perjalanan air didalam bak melalui beberapa sekat, agar Lumpur dan partikel-partikel lainnya mengendap. Bak pengendap ini dilengkapi dengan pompa untuk memasukkan air ke peti reasevoir air pengisi ketel dan tangki air kali. Tangki air kali ini berfungsi untuk menampung air kali yang bersih, dimana air kali ini digunakan sebagai isian ketel apabila air embun tidak mencukupi dan digunakan sebagai air minum 2. Uap Uap diperoleh dari ketel uap, untuk memenuhi kebutuhan uap PG X mempunyai 9 buah ketel uap jenis pipa api. Ketel pipa api ini termasuk ketel tekanan rendah, dengan tekanan kerja 6-8 kg/cm2. Uap digunakan untuk menjalankan mesin-mesin uap atau pesawat pengolahan dan sebagian utnuk proses pengolahan gula. Air didalam ketel uap dipanaskan sampai mendidih, maka air akan menguap. Uap ditampung dalam dom uap, baru yang dihasilkan dialirkan ke mesin-mesin atau pesawat pengolahan melalui pipa-pipa. Pemanas yang digunakan adalah hasil pembakaran bahan baker ( ampas tebu ) pada dapur ketel. Ampas ini diumpankan kedalam dapur ketel melalui pintu pengumpan dengan menggunakan tenaga orang. 3. Listrik Kebutuhan tenaga listrik diperoleh dari genset yang digerakkan oleh mesin diesel maupun mesin uap. Lokasi genset terbagi menjadi 2 yaitu : a. Genset dengan penggerak mula diesel, bertempat diluar pabrik b. Genset dengan penggerak mula mesin uap, bertempat didalam pabrik. Dalam masa giling pembangkit listrik yang digunakan adalah yang digerakkan dengan mesin uap dan dibantu dengan mesin diesel. Pembangkit listrik yang digunakan diluar masa giling adalah mesin diesel. Kebutuhan tenaga listrik menggunakan 2 macam arus : AC dan arus DC. Adapun arus AC diperoleh dari generator dengan penggerak mesin uap. 4. Udara Udara digunakan sebagai pembantu pembuatan gas SO2 dalam dapur pembakaran belerang. Udara yang digunakan dengan tekanan 0,5 – 0,6 kg/cm2
KESIMPULAN
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pada dasarnya proses pembuatan gula di PG X adalah melalui 6 tahap yaitu : Stasiun penggilingan Stasiun pemurnian nira Stasiun penguapan Stasiun kristalisasi Stasiun pemisahan Stasiun penyelesaian.
Sedangkan Utilitas yang digunakan ada 4 yaitu : 1. Air 2. Uap 3. Listrik 4. Udara DAFTAR PUSTAKA Halim K, Rapidoor Clarifier dalam Industri Gula, LPP Yogyakarta , 1973 Hugot E, Hand Book of Cane Sugar Engineering , Elsevier Publising Company, Amsterdam, 1960 Landdheer A, Pesawat Industri Gula‟ diterjemahkan oleh Madukoro dan Soerjadi, LPP Yogyakarta, 1977 Respati , Pengantar Kimia Organik II, Aksara Baru Jakarta 1977 Soerjadi, Peranan KOmponen Batang Tebu dalam Pabrikasi Gula‟ Lpp Yogyakarta, 1977 Soenardi Djojopranoto R, Pesawat-pesawat Industri Gula, LPP Yogyakarta, 1977 Soerjadi, Peralatan Pembuat Hampa, LPP Yogyakarta 1980