PENDUGAAN DAERAH RAWAN BENCANA VULKANOLOGI DI SEKITAR GUNUNG SLAMET Mahfuzh Al Ansori *) Hari Priyadi **)
ABSTRAK Indonesia berada pada zona ring of fire dan di lalui tiga lempeng aktif dunia, lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik sehingga Indonesia memiliki jumlah gunung aktif terbanyak di dunia. Dibalik fenomena alam itu tersimpan kekayaan alam cukup berlimpah seperti geothermal dan lain sebagainya, namun tersimpan juga ancaman yang sangat mengkhawatirkan seperti letusan gunung berapi yang bisa mengancam kehidupan di sekitarnya sehingga perlu melakukan pendugaan zona rawan bencana vulkanologi di sekitar gunung berapai. Kata Kunci: Pendugaan zona rawan bencana, vulkanologi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I
ndonesia
Negara
yang
dikelilingi oleh perairan dan
Eurasia,
dan
Indonesia
sering
Pasifik, disebut
sehingga sebagai
negara ring of fire.
gunung api, dengan jumlah gunung api
Pada posisi inilah menempatkan
aktif terbanyak di dunia tersebar dari
Indonesia memiliki keuntungan yang
ujung Pulau Sumatera sampai pada
sangat luar biasa, sumberdaya alam
Pulau Papua kecuali Pulau Kalimantan.
cukup kaya dan beragam, dengan
Selama hampir lebih dari 10 tahun
tingkat persebaran merata mulai dari
belakangan ini. Beberapa gunung yang
pertambangan, bahan galian, dan lain
ada di kawasan Indonesia mengalami
sebagainya, tetapi dibalik posisi dan
aktivitas vulkanik dan telah mengalami
letak yang berada pada zona ring of fire
erupsi
inilah,
cukup
intensif.
Banyaknya
menempatkan
Indonesia
gunung api aktif yang ada di Indonesia
memiliki ancaman kebencanaan yang
selain dipengaruhi oleh letak dan posisi
sangat besar. Baik ancaman bencana
geografis
akibat
juga
dipengaruhi
oleh
pertemuan tiga lempeng tektonik aktif
aktivitas
tektonik
maupun
aktivitas vulkanik.
dunia, yakni lempeng Indo-Australia,
*) Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam ‘45 Bekasi **) Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Geografi Universitas Indonesia 1
Gunungapi
Slamet
secara
spesifik
Kabupaten
Tegal,
dan
Kabupaten
memiliki 4 kawah, yaitu K1, K2, K3 dan
Purbalingg. Seiring dengan aktivitas
K4, dengan letak geografis
vulkanik
berada
memungkinkan
terjadinya
pada 7o14,30’ Lintang Selatan dan
ancaman pada wilayah sekitar provinsi
109o12,30’
tersebut,
Bujur
Timur.
Secara
berupa
vulkanik
administratif Gunung Slamet berada di
yang
Provinsi Jawa Tengah dan berpapasan
korban jiwa apabila tidak ditangani dan
dengan lima kabupaten, antara lain
dilakuakan
Kabupaten
kawasan sekitar gunung api tersebut.
Pemalang,
Banyumas,
Kabupaten
Kabupaten
akan
bencana
mengakibatkan
mitigasi
banyak
bencana
pada
Brebes,
Berdasarkan Direktorat
kabupaten
yang
Vulkanologi, Gunung Slamet bertipe
kerawanan
cukup
strato,
ancaman aktivitas vulkanik Gunung
gunungapi
ini
sebagai
terhadap
Slamet
Pulau Jawa setelah gunungapi Semeru.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Berdasrkan sejarah kegempaan dalam
dan Peraturan daerah (Perda) yang
kurun
telah
tahun
terakhir,
Gunung
ini
tinggi
tingkat
gunungapi yang paling tinggi kedua di
36
hal
memiliki
disahkan
pada
dalam
tanggal
Oktober
letusan, pada tahun 1973, 1988, 1989,
tersebut maka perda tersebut sebagai
1990, 1991, 1992, 2000, 2004, 2005,
payung hukum dan landasan kajian
pada tahun 2009. Pada tahun 2014
secara empirik dalam penentuan zonasi
telah
aktivitas
dan kawasan bencana vulkanik akibat
vulkanik yang berupa semburan abu
aktivitas Gunung Slamet khususnya
vulkanik yang telah dirasakan oleh
yang berdampak dan mengarah pada
beberapa
Kabupaten Banyumas.
tanda-tanda
desa
di
Kabupaten
Berdasarkan
10
Slamet tercatat 10 kali mengalami
terjadi
2011.
tercermin
hal
Banyumas dan sekitarnya. Dalam
rangka
mengurangi
dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas
1.2. Tujuan Tujuan
pendugaan
daerah
vulkanik Gunung Slamet, maka perlu
rawan bencana vulkanologi di sekitar
dilakukan kajian mitigasi bencana untuk
gunung
mengurangi jatuhnya korban jiwa yang
spasial dalam menentukan zona rawan
diakibatkan
oleh
bencana
Kabupaten
Banyumas
aktivitas
vulkanik.
salah
satu
slamet
berupa
vulkanologi
pemodelan
dan
sebaran
daerah terdampak antara lain: 2
1. Membangun
zona
kerawanan
bencana hanya terfokus pada zona
bencana,
sekaligus
melihat
KRB II dan III karena zona KRB I di
berpotensi
wilayah Kabupaten Banyumas berupa
bencana (vulkanik) akibat letusan
hutan lindung dan tidak ada bangunan
Gunungapi Slamet.
atau pemukiman penduduk.
sebaran
wilayah
2. Melakukan analisa dengan model multi kriteria yang diintegrasikan dengan sistem informasi geografis (model sebaran
GIS)
untuk
wilayah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Rawan Bencana
melihat terpapar
Kawasan mencakup
rawan
sifat-sifat
bencana teknis
dan
terhadap penduduk, bangunan,
penerapan sosial sebagai informasi
dan penggunaan lahan.
untuk
3. Mengidentifikasi
daerah
menanggulangi
bencana.
yang
Penentuan kawasan rawan bencana
aman dari bencana sebagai lokasi
merupakan salah satu bagian mitigasi
evakuasi.
bencana
geologi.
geologi 1.3. Ruang Lingkup
zonasi
kerawanan
bencana vulkanologi dengan klasifikasi zona 1 merupakan batasan berbentuk Ring model buffering dengan jarak 5 (lima) km dari kawah, zona 2 model buffering 10 (sepuluh) km dari kawah dan zona 3 model buffering dengan jarak 15 (lima belas) km dari kawah. Dan Menentukan dan mengidentifikasi sebaran rawan bencana dan melihat sebaran kerentanan bencana terhadap penduduk dan lingkungan sekitar.
penelitan
upaya
untuk
yang menyebabkan korban, kehilangan dan
merusak
pendugaan
daerah rawan bencana vulkanologi di sekitar gunung slamet ini difokuskan pada wilayah administrasi Kabupaten Banyumas dengan pendugaan rawan
kehidupan.
Bencana
gunungapi adalah bencana alam yang diakibatkan
oleh
gunungapi
membahayakan makhluk hidup dan merusak lingkungan. Oleh karena itu, perlu
adanya
masyarakat
informasi
mengenai
untuk bencana
gunungapi, daerah rawan bencana, jalur evakuasi, tempat pengungsian dan itu semua dapat ditunjukkan dalam bentuk Peta Kawasan Rawan Bencana. Dalam pembuatan peta kawasan rawan
1.4. Batasan Penelitian Dalam
adalah
bencana
memperkecil dampak bencana geologi
Ruang lingkup difokuskan pada pembangunan
Mitigasi
bencana
gunungapi
harus
menggunakan parameter/faktor. Salah satu parameternya bisa berdasarkan bahaya letusan primer atau sekunder. Data-data dari setiap parameter ini dilakukan
analisis
dan
diberi 3
pembobotan sesuai dengan daerah
Berdasarkan dua definisi tersebut dapat
rawan bencana gunungapi.
dikatakan gunungapi aktif harus ada magma berupa batuan pijar atau gas
2.2. Pengertian Gunungapi Banyak
ahli
mengungkapkan
yang keluar ke permukaan bumi melalui
yang
telah
gunungapi
seperti
Schieferdecker (1959) mendefinisikan bahwa
gunungapi
adalah
sebuah
tempat di permukaan bumi dimana bahan magma dari dalam bumi keluar atau sudah keluar pada masa lampau yang
biasanya
membentuk
suatu
kawah atau dapat didefinisikan sebagai lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan dikeluarkan
puncaknya. Sementara itu, Macdonald (1972) menjelaskan gunung api adalah tempat atau bukaan dimana batuan kental
pijar
atau
gas,
umumnya
keduanya, keluar dari dalam bumi ke permukaan,
dan
tumpukan
bahan
batuan di sekeliling lubang kemudian membentuk
bukit
atau
Material
ke
bumiumumnya
yang
permukaan
membentuk
kerucut
terpancung.
gunung, kurang lebih berbentuk kerucut yang mempunyai kawah di bagian
bumi.
Penyebab
letusan
Gunungapi
terjadi karena pancaran magma dari dalam bumi yang berasosiasi dengan arus konveksi panas, proses tektonik dari
pergerakan
dan
pembentukan
lempeng atau kulit bumi, dan Akumulasi tekanan dan temperatur dari fluida magma yang menimbulkan pelepasan energi.
gunung.
Gambar 1. Penampang gunungapi (Krafft, 1989) 2.3. Klasifikasi Gunungapi di
erupsinya
Indonesia Klasifikasi diklasifikasikan
berdasarkan
tinggi
rendahnya derajat fragmentasi dan gunungapi berdasarkan
selain
luasnya yang terdiri dari (1). Tipe
tipe
Hawaiian, erupsi tipe ini menghasilkan 4
lava basalistik yang sangat encer dan
jejak gunung api berupa sol fatara,
sedikit gas. (2). Tipe Strombolian,
furmarola. Di Indonesia, terdapat 21
erupsi tipe ini hampir sama dengan
gunung pada tipe ini.
Hawaiian berupa semburan lava pijar dari
magma
dangkal.
Klasifikasi ini hanya merupakan
(3).
Tipe
klasifikasi prioritas dalam pemantauan
tipe
ini
karena dapat terjadi perubahan atau
mengeluarkan material padat seperti
terjadi peningkatan kegiatan pada tipe
bom, abu, lapilli, serta bahan-bahan
gunung
padat dan cair atau lava. Kekentalan
beristirahat. Semisal Gunung Pinatubo
magmanya dibentuk oleh konsentrasi
di Filipina yang meletus tahun 1990,
gas yang tinggi. Dan (4) Tipe Plinian,
padahal sudah beristirahat lebih dari
merupakan
500 tahun.
Volkanian,
eksplosif
letusan
erupsi
yang
sangat
Vulkanologi
dan
Mitigasi
Bencana
Geologi membagi klasifikasi gunungapi di Indonesia untuk pemantauan dan pengamatan. Klasifikasi ini didasarkan pada tingkat kegiatan dari gunung api, yakni:
menunjukkan tahun
kegiatannya
1600,
berjumlah
sebanyak 70 buah. Gunung tipe A dipantau
secara
terus
menerus
kegiatannya dari pos pengamatan gunungapi.
lama
Jenis bahaya gunungapi dibagi menjadi dua macam yaitu primary hazard dan secondary hazard. Primary Hazard
merupakan
meletus, tetapi sejak tahun 1600 pernah
menunjukkan
peningkatan kegiatannya. Gunung tipe ini berjumlah 29 buah di
bahaya
yang
muncul secara lansung dalam aktivitas Primary
hazard
dari
gunung api antara lain, aliran lava, abu dan awan panas, lahar, gas berbahaya berupa CO, CO2,HCN, H2S, SO2, hujan abu, dan tsunami. Sedangkan Secondary Hazard merupakan bahaya yang muncul secara tidak langsung sebagai
2. Tipe B: gunungapi yang pernah
tidak
sudah
2.4. Jenis Bahaya Gunungapi
vulkanisme.
1. Tipe A: gunung api yang meletus
sejak
yang
dari magma berviskositas
tinggi atau magma asam. Direktorat
atau
api
akibat
terjadinya
interaksi
antara komponen-komponen sumber primary
hazard.
Secondary
hazard
darigunungapi antara lain, lahar hujan, banjir bandang, dan juga longsoran vulkanik.
Indonesia. 3. Tipe C: gunungapi yang dianggap sudah padam atau istirahat lama. Pada daerah ini hanya terdapat
2.5. Penduduk Terpapar 5
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan
Nasional
Penanggulangan
terpapar dengan cara perhitungan nilai perbandingan
masing-masing.
Bencana (BNPB), penduduk terpapar
Kegunaannya dapat mengetahui jumlah
terdapat
penduduk
pada
analisis
kerentanan
yang
terkena
bencana
sosial dan termasuk pada perhitungan
letusan gunungapi di setiap daerah
risiko bencana. Analisis kerentanan
Kawasan Rawan Bencana (KRB), yang
sosial adalah analisis segala hal yang
dibagi menjadi tiga bagian.
menampilkan
kehidupan
manusia,
adalah
penduduk
penduduk
terpapar
kawasan
bencana.
himpunan
matematika.
Perhitungan
penduduk
terpapar
himpunan A dan B adalah himpunan
menggunakan
komponen
penduduk
semua objek atau anggota himpunan
salah
satunya
terpapar
di
perempuan,
laki-laki,
luas
dan
kepadatan penduduk suatu area yang
A
Prinsip
yang
dasar
sekaligus
perhitungan seperti
irisan
Irisan
menjadi
dua
anggota
himpunan A dan B (Gambar 2).
B
AΩB
Gambar 2. Prinsip dasar perhitungan penduduk terpapar 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Waktu
penelitian
Metodologi diterapkan
pendugaan
analisis
penelitian
menggunakan data
sekunder
yang metode dengan
daerah rawan bencana vulkanologi di
pemodelan spasial multi kriteria Sistem
sekitar Gunung Slamet dilaksanakan
Informasi Geografi (SIG). Indentifikasi
pada Bulan April 2014 dengan lokasi
dan zonasi potensi rawan bencana
survey
gunung
lapangan
di
Kabupaten
Banyumas Provinsi Jawa Tengah.
api
Pengumpulan
yaitu data
meliputi, terkait
(1).
aktifitas
Gunung Slamet, Peta dijital RBI Jawa Tengah tahun 2010, Peta geologi Indonesia 3.2. Metodologi Penelitian
skala
1:250.000,
Peta
penggunaan lahan 2007 skala 1:25000, 6
Peta kemiringan lereng skala 1: 25000,
(KRB).
Peta penggunaan lahan tahun 2010,
menggunakan persamaan 1 dilihat dari
Citra
Satelit
kepadatan
Ikonos
penduduk
Formula
rumus
itu
2010,
Data
data yang ada dengan komponen
Podes
2011,
jumlah penduduk dari data BPS dan
Banyumas dalam angka 2013, (2).
luas wilayah terpapar.
Gunung Slamet di analogikan dengan Gunung Merapi, (3). Peta Kawasan Rawan Bencana, dan (4). Penduduk terpapar di kawasan rawan bencana. Keterangan:
3.3. Perhitungan Penduduk Terpapar Formula untuk menghasilkan nilai jumlah penduduk sesuai daerah KRB dilakukan
proses
join
nKRB = Jumlah penduduk terpapar di daerah Kawasan Rawan Bencana n= jumlah penduduk dari data sensus penduduk 2010 (BPS )
untuk
L.KRB = luas wilayah yang terpapar di
menggabungkan data table di Mic.
daerah Kawasan Rawan Bencana
Excel ke data atribut di Arcgis dan nilai
(KRB)
jumlah penduduk akan tergabung pada
L = luas dari data sensus penduduk 2010 (BPS)
atribut Peta Kawasan Rawan Bencana
4. PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Geomorfologi Kabupaten Banyumas
b. Kemiringan 2o-15o meliputi areal secara
topografis, lebih dari 45% merupakan daerah dataran yang tersebar dibagian Tengah dan Selatan serta membujur dari Barat ke Timur. Ketinggian wilayah di
Kabupaten
Banyumas
sebagian
besar berada pada kisaran 25-100 mdpl (seluas 42.310,3 Ha) dan 100-500 mdpl (seluas 40.385,3 Ha). Kategori kemiringan
wilayah
di
Kabupaten
seluas 21.294,5 Ha (16,04%) yaitu sekitar Gunung Slamet; c. Kemiringan 15o-40o meliputi areal seluas 35.141,3 Ha (26,47%) yaitu
daerah
lereng
Gunung
Slamet; d. Kemiringan lebih dari 40o meliputi areal
seluas
(24,44%)
yaitu
32.446,3 daerah
Ha lereng
Gunung Slamet.
Banyumas terbagi menjadi: a. Kemiringan 0o-2o meliputi areal seluas 43.876,9 Ha (33,05%)
4.2. Keadaan Kawah Gunung Slamet dan Aktivitasnya
yaitu wilayah bagian Tengah dan Selatan; 7
Kawah Gunung Slamet terletak di bagian
puncak
gunungapi
yang
berbentuk kerucut.
3. Kawah III, terletak di dalam Kawah II, berdiameter 450 m. 4. Kawah IV, terletak di dalam Kawah
Komplek kawah ini mempunyai luas 12,5 ha, terdiri atas 4 kawah yang
III, berdiameter 185 m. Kawah IV adalah kawah aktif saat
berorientasi arah Timur
ini, terbentuk oleh erupsi gunungapi ini
Laut-Barat Daya yaitu:
antara 1859- 1910, di mana dalam
1. Kawah I, merupakan kawah yang
jangka waktu tersebut telah terjadi
terbentuk mula-mula berukuran 900
setidaknya enam kali erupsi. Pada
2
x 700 m .
kawah ini terdapat dua pusat kegiatan,
2. Kawah II, terletak di dalam Kawah I,
yaitu pada lubang kawah utama yang
mempunyai ukuran 650 x550 m2.
terletak di sebelah barat, dan kubah lava yang terdapat di sebelah timurnya.
Gambar 3. Tafsir evolusi tubuh gunung api (volcanic edifice) G. Slamet, Jawa Tengah, berdasarkan analisis citra landsat (Bronto & Pratomo 2010). 4.3. Kawasan Rawan Bencana
ketinggian
Gunung Slamet
pengamatan
Gunung Slamat secara geografis terletak
pada
7°14,30’
LS
3.432
m
terletak
dpl. di
Pos Desa
Gambuhan, Kec. Pulosari, dan Moga,
dan
Kab. Pemalang. Dalam penelitian ini
109°12,30’BT dan secara administratif
hanya dilakukan kajian mendalam pada
masuk kedalam Kabupaten Pemalang,
wilayah Kabupaten Banyumas.
Kab. Banyumas dan Kab. Brebes, Kab
Berdasarkan kondisi di lapangan
Tegal, Kab. Purbalingga, Jawa Tengah.
bahwa terdapat 3 kecamatan yang
Kota
Bumiayu,
masuk dalam KRB vulkanologi Gunung
Purbalingga.
Slamet di Kabupaten Banyumas antara
Gunungapi ini bertipe strato dengan
lain, Kecamatan Baturaden, Kedung
terdekat
Purwokerto
adalah dan
8
Banteng, dan Sumbang. Perhatikan
gambar baerikut ini.
Gambar 4. Zonasi Rawan Bencana Gunung Slamet 4.4. Pendugaan Bangunan dan
paling sedikit terdapat pada Desa
Penduduk Terpapar
Melung
Pada zona I tidak terdapat bangunan atau pun pemukiman yang terpapar,
karena
kawasan
dengan
jumlah
bangunan
terpapar sebanyak 12 unit dengan jumlah penduduk 60 jiwa.
tersebut
Pada zona KRB III memiliki
merupakan hutan lindung. Namun pada
tingkat keterpaparan bangunan yang
zona II dengan jarak 5-10 km dari
lebih banyak di dibandingkan pada
puncak
Gunung
KRB II, namun berdasarkan sejarah
potensi
kawasan
Slamet
memiliki baik
letusan Gunung Selamet KRB III ini
bangunan maupun penduduk. Pada
memiliki kemungkinan kecil dalam hal
zona KRB II terdapat 8 desa yang
terdampak langsung akibat aktivitas
rawan
vulkanik, karena jarak KRB III 10-15 km
dengan
terhadap jumlah
terpapar
aktivitas
vulkanik
bangunan
dan
dari puncak Gunung Slamet. KRB III
penduduk terpapar paling banyak di
terdapat 23 desa yang rawan terhadap
desa Kemutung Lor sebanyak 390 unit,
aktivitas
1950 jiwa, diikuti oleh Desa Ketenger
keseluruhan
sebanyak 377 unit dengan penduduk
sebanayak
vulkanik
dan
bangunan 9.381
unit
memiliki terpapar
dan
jumlah
terpapar sebanyak 1885 jiwa, dan yang 9
penduduk terpapar sebanyak 49.155
vulkanologi
Gunung
jiwa.
mengarah
ke
Selamet
wilayah
yang
Kabupaten
Banyumas yang berada pada zona 4.4.1. Pendugaan Infrastruktur dan Lahan Terdampak Berdasarkan infrastruktur
berupa pemukiman, sawah, kebun,
hasil
terdampak
KRB III antara lain, sebagain besar
analisis
belukar, dan ladang.
pendugaan
bencana vulkanologi Gunung Slamet yang berada di kawasan Kabupaten Banyumas
pada
zona
KRB
II
Infrastruktur terdampak ini berupa jalan termasuk semua kelas jalan baik jalan yang teraspal maupun jalan setapak dan
jembatan,
panjang
jalan
dengan
menghitung
terdampak
masing-
masing desa. Panjang jalan dan jembatan yang
terdampak
dalam
pendugaan
bencana vulkanologi Gunung Slamet yang berada pada zona II sebanyak 69.531 meter atau 69,53 km yang tersebar di 10 desa. Sedangkan zona KRB
III
kemungkinan
infrastruktur
terdampak apabila terjdi letusan yang mengarah ke Kabupaten Banyumas dengan total panjang infrastruktur yang terdampak 282, 471 km yang tersebar di 25 desa. Dan Penggunaan lahan yang
terdampak
dalam
pendugaan
bencana vulkanologi Gunung Selamet yang mengarah ke wilayah Kabupaten Banyumas pada zona KRB II antara lain penggunaan lahan belukar, hutan, kebun, pemukiman, sawah tadah hujan, dan ladang. Penggunaan lahan yang terdampak dalam pendugaan bencana 10
5. Kesimpulan Babupaten Banyumas selain memiliki potensi ekonomi yang tinggi kerena dijadikan sebagai kota yang melayani sekitarnya ternyata memiliki bencana alam berupa bencana vulkanologi akibat aktivitas Gunung Selamet sehingga berakibat pada: 1. Memiliki 3 kecamatan yang Rawan terhadap bencana vulkanologi Gunung Slamet (Baturaden, Kedung Banteng, dan Sumbang) yang berada pada zona KRB II dan III. 2. KRB II terdampak 8 desa dengan bangunan terpapar 1694 unit dan jumlah penduduk terpapar sebanyak 8.470 dan KRB III terdampak 23 desa Pemukiman terpapar 9.381 unit dan jumlah penduduk terpapar sebanyak 49.155 jiwa 3. Infrrastruktur terdampak zona II berdampak pada 10 desa dengan infrastruktur terdampak sepanjang 69,53 km dan Zona III terdampak pada 25 desa dengan panjang jalan terdampak 282, 471 km. DAFTAR PUSTAKA Badan Geologi.1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. ____________.2011. Data Dasar Gunung Api Indonesia. Edisi Kedua. Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, No. 02 tahun 2012. Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Badanb Pusat Statistik Kabupaten Banyumas. Kabupaten Banyumas Dalam Angka 2013. Banyumas: BPS. Badan Standardisasi Nasional. 1998. Penyusunan Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2007. Pedoman Penataan ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. Hariyanto, Ibnu dkk. 2012. Ekologi Gunung Slamet, Geologi, klimatologi, Biodiversitas, dan Dinamika Sosial. Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor Bekerjasama dengan Universitas Jendral Soedirman. Jakarta: Lipipress. Harjadi, Prihit dkk. 2007. Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. Jakarta: Direktorat Mitigasi Lakhar BAKORNAS PB. Indarto dan Arif Faisol, 2012. Konsep Dasar Analisis Spasial, Jember: Andi Yogyakarta. Bappeda Kabupaten Banyumas. Jurnal Penanggulangan Bencana BNPB. Edisi 2 tahun 2014. Suantika, Gede. 2011. Mitigasi Bencana Geologi Di Indonesia. Jakarta. Suprapto, dkk. 2012. Baseline Kegunungapian Indonesia. Jakarta: Badan Penanggulangan Bancana (BNPB).
11