PENDUGAAN BOBOT HIDUP PADA KAMBING KACANG BERDASARKAN UKURAN LINIER TUBUH
SKRIPSI MAYANG MEIVILIA
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN Mayang Meivilia. D14070007. 2011. Pendugaan Bobot Hidup pada Kambing Kacang Berdasarkan Ukuran Linier Tubuh. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Maman Duldjaman, MS Pembimbing Anggota : Prof. Emeritus Dr. drh. Rachmat Herman, MVSc Penentuan bobot hidup sangat diperlukan dalam manajemen peternakan kambing kacang. Bobot hidup ternak dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan pakan, produksi daging, penentuan bibit, harga jual beli, seleksi dan lain-lain. Metode penentuan bobot hidup yang sering digunakan adalah metode penimbangan. Penimbangan adalah cara terbaik dalam menentukan bobot hidup ternak namun kurang efisien. Teknik ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain membutuhkan peralatan khusus dan alat ini kadang-kadang tidak tersedia. Metode lain yang banyak dikembangkan saat ini adalah metode pendugaan melalui ukuran-ukuran tubuh, seperti lingkar dada dan panjang badan. Metode ini memiliki keunggulan dalam hal kepraktisan, namun memiliki kendala dengan tingkat akurasi pendugaanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan rumus pendugaan bobot hidup kambing kacang berdasarkan lingkar dada atau panjang badan sehingga diharapkan dapat memudahkan peternak dalam menentukan bobot hidup kambing tersebut. Penelitian ini dilasanakan di Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, untuk menduga bobot hidup pada kambing kacang dengan menggunakan ukuran linier tubuh (lingkar dada dan panjang badan). Seratus lima puluh enam ekor kambing kacang betina dan delapan puluh ekor kambing kacang jantan dengan bobot hidup antara 1- 32 kg dan 1,5 – 22 kg, digunakan pada penelitian ini. Pengukuran dilakukan pada ternak muda belum disapih sampai ternak dewasa, tanpa memperhatikan umur. Sebaran data antara lingkar dada (x, cm) dan bobot hidup (y, kg), panjang badan (x, cm) dan bobot hidup (y, kg) baik pada jantan maupun betina menunjukkan hubungan yang non linier. Rumus penduga bobot hidup berdasarkan lingkar dada yang dihasilkan adalah y = (0,00023) (x)(2,76±0,0346) dengan nilai determinasi (R2) sebesar 97,04% dan koefisien korelasi (r) 0,9851, sedangkan rumus penduga bobot hidup berdasarkan panjang badan yang dihasilkan adalah y = (0,00008) (x)(3,04±0,0454) dengan nilai determinasi (R2) sebesar 95,8% dan koefisien korelasi (r) 0,9790. Pengaruh jenis kelamin terhadap intersep (a) dan koefisien regresi (b) pada jantan dan betina tidak nyata (P > 0,01), sehingga pengelompokan berdasarkan jenis kelamin tidak perlu dilakukan. Rumus pendugaan bobot hidup berdasarkan lingkar dada lebih akurat dibandingkan rumus pendugaan berdasarkan panjang badan. Uji keakuratan pada kedua rumus menunjukkan persentase ketelitian yang cukup tinggi yaitu lebih dari 90%. Kata-kata kunci : kambing kacang, lingkar dada, panjang badan, bobot hidup.
ABSTRACT Predicting Live Body Weight of Kacang Goat Using Linear Body Measurement Meivilia, M., M. Duldjaman and R. Herman The present research work was conducted at Kaur, Bengkulu to predict live body weight of kacang goat using linear body measurement. Data was collected on 236 kacang goats of different age, 80 were male and 156 were female. The mean body weight of male were observed as 1,5 – 22 kg, respectively while that of female were noted as 1 – 32 kg, respectively. In both groups, the correlation between hearth girth and live body weight, body length and live body weight show non liniear. Prediction of body weight equation based on hearth girth was y = (0,00023) (x)(2,76±0,0346) (R2 = 97,04%), whereas the equation based on body length was y = (0,00008) (x)(3,04±0,0454) (R2 = 95,8%). Body weight was correlated with hearth girth (0.9851) and body length (0,9790), respectively. The different between slope and coefficient of regression of males and females were not significant (P > 0,01). The accuracy test for two equation show high level of accuracy more than 90%. Keyword : Kacang goat, live body weight, linear body measurement
PENDUGAAN BOBOT HIDUP PADA KAMBING KACANG BERDASARKAN UKURAN LINIER TUBUH
MAYANG MEIVILIA D14070007
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul
: Pendugaan Bobot Hidup pada Kambing Kacang Berdasarkan Ukuran Linier Tubuh
Nama
: Mayang Meivilia
NIM
: D14070007
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
Pembimbing Anggota,
(Ir. Maman Duldjaman, MS) NIP : 19460105 197403 1001
(Prof. Em. Dr. drh. Rachmat Herman, M.VSc) NIP. 130217472
Mengetahui : Ketua Departemen, Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc) NIP : 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian : 5 Agustus 2011
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Mei 1990 di Pasar Baru, Bengkulu. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ekhwan Sismo dan Ibu Nur’Aini. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2001 di SDN Darat Sawah 1 Seginim. Pendidikan lanjut tingkat pertama diselesaikan di SLTPN 1 Kota Manna pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Manna pada tahun 2004 dan diselesaikan pada tahun 2007. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Penulis aktif di Koperasi Mahasiswa IPB (KOPMA periode 2007-2011) dan Organisasi Mahasiswa Daerah IMBR ( Ikatan Bumi Raflesia). Penulis pernah mengikuti kegiatan magang di Kelompok Tani-Ternak Mantap Kecamatan Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah dan di PT. Lembu Jantan Perkasa, Serang, Banten. Penulis berkesempatan menjadi penerima beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) pada tahun 2010 dan 2011.
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan studi, penelitian dan penulisan skripsi dengan judul Pendugaan Bobot Hidup pada Kambing Kacang Berdasarkan Ukuran Linier Tubuh. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 hingga Agustus 2010 di Kabupaten Kaur, Bengkulu. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selain itu, penyusunan skripsi ini merupakan wujud peran aktif dan kontribusi dalam dunia peternakan. Penelitian ini dimulai dengan melakukan pengukuran panjang badan, lingkar dada, dan bobot hidup kambing kacang. Ukuran panjang badan dan lingkar dada akan digunakan untuk menduga bobot hidup ternak tersebut. Bobot hidup sangat penting diketahui dalam peternakan kambing kacang karena menjadi patokan dalam jual beli, pengobatan, perkiraan kebutuhan pakan hingga seleksi. Metode penimbangan merupakan metode yang paling akurat dalam menentukan bobot hidup, namun masih banyak kendala yang harus dihadapi yaitu keterbatasan alat dan tenaga kerja, tingkat mortalitas dan stress yang ditimbulkan. Pendugaan bobot hidup bobot hidup melalui ukuran linier tubuh diharapkan dapat mempermudah masyarakat dalam menghadapi permasalahan tersebut. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekeliruan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi pegangan dasar untuk penelitian serupa pada masa yang akan datang.
Bogor, Juli 2011
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN .................................................................................................
i
ABSTRACT .....................................................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
iv
RIWAYAT HIDUP..........................................................................................
v
KATA PENGANTAR ...................................................................................
vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii 3 DAFTAR TABEL ............................................................................................
ix 5
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
x5
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii PENDAHULUAN ..........................................................................................
15
Latar Belakang .................................................................................... Tujuan . ............................................................................................... TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
16 25 34
Kabupaten Kaur, Bengkulu ................................................................. Kambing ............................................................................................. Kambing Kacang ................................................................................ Hubungan Bobot hidup dengan Ukuran Linier Tubuh ....................... Pendugaan Bobot hidup ......................................................................
33 44 57 68 8
MATERI DAN METODE ............................................................................. 11 11 Lokasi dan Waktu .............................................................................. Materi .................................................................................................. Prosedur ............................................................................................. Analisis Data .......................................................................................
11 11 11 12 11 15 11
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 12 Bobot Hidup Kambing Kacang…………………………………… Sebaran Data ....................................................................................... Analisis Regresi ................................................................................... Persamaan Regresi .............................................................................. Uji Keakuratan ....................................................................................
12 12 17 18 19
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 21 Kesimpulan ......................................................................................... 21 Saran ................................................................................................... 21 UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... LAMPIRAN ...................................................................................................
23 26
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Populasi Kambing di Kabupaten Kaur ..................................................... 47 5 2. Hasil Analisis Regresi Linier dan Uji Ancova ........................................ 17 47 3. Hasil Pengujian Rumus Pendugaan Bobot Hidup Berdasarkan 20 Lingkar Dada dan Panjang Badan ...........................................................
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Peta Kabupaten Kaur ................................................................................ 47 3 2. Kambing Kacang ...................................................................................... 47 5 3. Sebaran Data Antara Bobot Hidup dan Lingkar Dada pada Grafik Linier ........................................................................................................ 14 4. Sebaran Data Antara Bobot Hidup dan Lingkar Dada pada Grafik Non linier .................................................................................................. 14 5. Sebaran Data Antara Bobot Hidup dan Panjang Badan pada Grafik Linier ........................................................................................................ 15 6. Sebaran Data Antara Bobot Hidup dan Panjang Badan pada Grafik Non Linier ................................................................................................. 15 7. Sebaran Data Antara Bobot Hidup dan Lingkar Dada pada Grafik Logaritmik ................................................................................................ 16 8. Sebaran Data Antara Bobot Hidup dan Panjang Badan pada Grafik Logaritmik ................................................................................................ 16
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Formulir Pendataan Peternak ................................................................... 27 47 2. Data Hasil Penelitian ................................................................................ 28 47 3. Perhitungan Regresi Non Linier, Y = axb................................................. 29 4. Analisis Peragam untuk Membandingkan Rumus Pendugaan Jantan dan Betina Relatif Bobot Hidup (y) terhadap Lingkar Dada (x) dan 35 Panjang Badan (x) ...................................................................................
PENDAHULUAN Latar Belakang Kambing kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang mempunyai banyak keunggulan sehingga baik untuk diternakkan. Keunggulan-keunggulan ternak ini yaitu bersifat prolifik, dapat beranak setiap tahun selama masa produktifnya, mudah beradaptasi dengan berbagai lingkungan bahkan di lingkungan yang buruk, mampu memanfaatkan sumber pakan bermutu rendah menjadi makanan bergizi tinggi (daging dan susu) serta daya tahan terhadap beberapa penyakit dan parasit lokal lebih tinggi dibandingkan kambing impor. Populasi kambing di Indonesia dari tahun 2005-2010 semakin meningkat. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan 2010, populasinya di Indonesia dari tahun 2005-2010 mengalami peningkatan sebesar 19,4%. Tahun 2005, populasinya di Indonesia sebanyak 13,4 juta ekor, dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 16,8 juta ekor. Populasi tertinggi terdapat di pulau Jawa yaitu sekitar 57,43%, lalu di pulau Sumatera sekitar 33,28% dan sisanya tersebar di pulau-pulau lainnya di Indonesia (Direktorat Jenderal Peternakan, 2010). Seiring dengan bertambahnya populasi kambing di Indonesia, penentuan bobot hidup dinilai semakin penting. Penentuan bobot hidup sangat diperlukan dalam manajemen peternakan kambing kacang. Bobot hidup ternak dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan pakan, produksi daging, penentuan bibit, harga jual beli, seleksi dan lain-lain. Secara umum ada dua teknik penentuan bobot hidup seekor ternak, yaitu penimbangan dan pendugaan. Kedua teknik tersebut memiliki keuntungan dan keterbatasan masing-masing. Penimbangan adalah cara terbaik dalam menentukan bobot hidup ternak namun kurang efisien. Teknik ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain membutuhkan peralatan khusus dan alat ini kadang-kadang tidak tersedia di lapangan, dan dalam beberapa kasus membutuhkan operator relatif lebih banyak (terutama dalam peternakan besar dengan system ranch) sehingga menjadi kurang efisien, dan tidak semua ranch memiliki peralatan (weight scale) tersebut. Metode pendugaan umumnya dilakukan dengan menggunakan ukuran-ukuran linier tubuh ternak seperti lingkar dada, panjang badan, lebar dada, dalam dada, tinggi pundak, dan ukuran-ukuran linier tubuh yang lain. Metode ini memiliki keunggulan dalam hal 2
kepraktisan, akan tetapi memiliki kendala dengan tingkat akurasi pendugaannya, oleh karena itu masih perlu terus dikembangkan terutama dalam konteks ternak-ternak lokal di Indonesia. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rumus pendugaan bobot hidup kambing kacang berdasarkan lingkar dada atau panjang badan sehingga diharapkan dapat memudahkan peternak dalam menentukan bobot hidup kambing tersebut.
3
TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu
(Sumber : Suharyanto, 2007)
Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur Kabupaten Kaur adalah salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Bengkulu. Luas wilayah administrasinya mencapai 2.369,05 km2 atau 11,8% dari luas Provinsi Bengkulu. Kabupaten Kaur ditinjau dari keadaan geografisnya, terletak antara 103°03'BT - 103°48'BT dan 4°18'LS - 4°56'LS. Kabupaten Kaur di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kedurang, Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Lahat, dan Provinsi Sumatera Selatan, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Barat, di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ulu (Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kaur, 2010). Topografi di kabupaten ini rata-rata berbukit-bukit, beriklim sejuk dengan suhu udara berkisar antara 22°C - 30° C, kelembaban udara berkisar antara 84,73% – 89,09%, dan curah hujan 3000-4000 mm/tahun. Wilayah administratifnya terbagi menjadi 15 kecamatan, 153 desa dan 3 kelurahan. Berdasarkan ketinggian wilayah dapat dibagi 2 jenis yaitu ketinggian wilayah kawasan budidaya dan ketinggian wilayah kawasan non budidaya. Ketinggian wilayah terluas pada kawasan budidaya terletak pada 4
ketinggian 0 – 100 m dpl seluas 41.374,05 Ha, sedangkan untuk kawasan non budidaya terletak pada ketinggian 500 – 1000 m dpl seluas 58.479,44 kawasan non budidaya terletak pada ketinggian
500 – 1000 m dpl seluas 58.479,44 Ha (Badan
Pusat Statistik Kabupaten Kaur, 2009). Kondisi Kabupaten Kaur berpotensi untuk pengembangkan usaha peternakan. Hal ini didasarkan pada pernyataan Williamson dan Payne (1993) bahwa suatu daerah yang memiliki suhu ±27oC, dengan jumlah curah hujan rata-rata 2032 – 3048 mm/tahun sangat cocok untuk usaha peternakan. Penduduk kabupaten ini tersebar di beberapa jenis pekerjaan, diantaranya adalah sektor pertanian sebesar 70,91%, jasa 11,20%, perdagangan 10,4%, konstruksi/bangunan 2,61%, sektor industri 2,49% dan sektor lainnya sebesar di bawah 2,39%. Data ini menunjukkan bahwa pada umumnya penduduk Kaur bekerja di sektor pertanian dimana ternak menjadi bagian dari sistem usaha taninya. Umumnya sistem usaha tani ini merupakan usaha sambilan dan bersifat ekstensif dan semi intensif. Jenis ternak ruminansia (kambing, domba, kerbau dan sapi potong) memiliki kesamaan sistem usaha tani dan persebarannya. Ternak lebih banyak bersifat sebagai tabungan dan beberapa digunakan sebagai tenaga kerja. Skala usahanya antara 1 – 10 ekor per KK dan terintegrasi dengan usahatani lainnya (Suharyanto, 2007). Apabila dilihat dari segi sistem pemeliharaannya maka terdapat 2 sistem berdasarkan kultur masyarakat. Masyarakat transmigran asal Pulau Jawa dan Bali serta masyarakat yang berdomisili di kawasan perbukitan (untuk ternak kerbau) (500 – 1000 m dpl) memelihara ternak-ternak tersebut secara dikandangkan dan diangon. Pemberian pakannya dengan sistem cut and carry. Jenis pakan yang biasa diberikan adalah rumput dan legum alam atau limbah pertanian. Beberapa petani memberikan pakan penguat pada ternaknya, sedangkan pada masyarakat asli Kaur memelihara ternak secara dilepas pada pagi hari dan dikandangkan pada sore menjelang malam hari. Pakan tidak pernah diberikan oleh petani. Ternak merumput sendiri di alam bebas (Suharyanto, 2007). Kambing Ensminger dan Parker (1986) mengklasifikasikan kambing dalam kingdom Animalia,
filum
Chordata,
sub-filum
Vertebrata,
kelas
Mammalia,
ordo
Artiodactyla, sub-ordo Ruminantia, famili Bovidae, genus Capra dan spesies Capra 5
hircus. Kambing dapat beradaptasi terhadap lingkungan yang ekstrim, dibandingkan ternak ruminansia lain sehingga penyebarannya cukup luas, mulai daerah tropis yang basah dan lembab sampai daerah tandus. Populasi kambing yang terdapat di Kabupaten Kaur pada tahun 2009 sekitar 25.259 ekor atau 17,03% dari populasi ternak kambing yang terdapat di Provinsi Bengkulu. Data populasinya terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Populasi Kambing di Kabupaten Kaur Tahun
Populasi Kambing (ekor)
2006
22.535
2007
23.035
2008
24.559
2009
25.259
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten kaur, 2010
Data populasi pada Tabel 1. menunjukkan bahwa populasi kambing di Kabupaten Kaur meningkat sekitar 4,33% dari tahun ke tahun (Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten kaur, 2010). Kambing Kacang Kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia. Bangsa kambing ini merupakan bangsa kambing yang terpenting ditinjau dari segi jumlah dibandingkan dengan bangsa kambing lain (Devendra dan Burns, 1994). Ternak ini mempunyai sifat tahan derita, lincah, memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap pakan berkualitas rendah dan lingkungan yang ekstrim dan tersebar luas di wilayah Indonesia (Devendra dan Burns, 1994; Sarwono, 2002). Kegunaan utamanya adalah sebagai penghasil daging (Devendra dan Burns, 1994).
Gambar 2. Kambing Kacang 6
Kambing kacang memiliki ciri khas yaitu telinganya pendek dan tegak. Bentuk badan kecil dan relatif pendek. Warnanya beragam, dengan berbagai warna yaitu hitam, putih, atau coklat, atau kombinasi warna tersebut. Kambing ini mempunyai kulit yang relatif tipis dengan bulu kasar, dan jantan mempunyai bulu surai yang panjang dan kasar. Tanduknya berbentuk pedang lengkung, melengkung ke atas dan ke belakang dan tumbuh dengan baik pada kedua jenis kelamin. Janggut selalu terdapat pada hewan jantan, tetapi lebih jarang terdapat pada yang betina. Lehernya pendek, dan punggungnya melengkung sedikit lebih tinggi daripada bahunya. Kambing ini memiliki rata-rata jumlah anak lahir seperindukan 2,2 ekor. Tinggi gumba kambing jantan rata-rata 60-65 cm, dan yang betina 56 cm. Jantan dan betina dewasa masing-masing berbobot kurang lebih 25 dan 20 kg (Devendra dan Burns, 1994; Herman et al., 1983; Mulyono, 2003). Rataan bobot badan kambing kacang baik jantan maupun betina pada umur 0 – 12 bulan adalah 3,7 – 11,8 kg (Lukman et al., 1987), 3,77 – 12, 83 kg (Sabrani et al., 1982), rataan bobot badan kambing kacang baik jantan maupun betina pada umur 2 bulah adalah 3,8 kg dan dewasa 24,8 kg (Basuki et al., 1980). Kambing betina pertama kali beranak pada umur 12-13 bulan. Kemungkinan induk beranak twin sekitar 52,2%, triplet 2,6%, dan tunggal 44,9% (Herman et al., 1983; Sarwono, 2002). Persentase karkasnya 44-51% (Sarwono, 2002). Rata-rata bobot lahir kambing kacang sekitar 3,28 kg. Total bobot sapih (umur 90 hari) adalah 10,12 kg. Kemampuan hidup saat lahir adalah 100% dan kemampuan hidup dari lahir sampai disapih sekitar 79,4%. Kambing kacang jantan muda mencapai dewasa kelamin mulai umur 20-23 minggu atau 135-173 hari. Kambing betina mulai dewasa kelamin pada umur 153-454 hari atau rata-rata pada umur 307,72 hari. Angka pemotongan kambing kacang tergolong tinggi di Indonesia terutama untuk produksi daging (Sarwono, 2002). Hubungan Bobot Hidup dengan Ukuran Linier Tubuh Ukuran tubuh sudah lama digunakan untuk menduga bobot berbagai ternak dengan ketelitian cukup tinggi. Ukuran-ukuran tubuh ternak dapat berbeda satu sama lain. Korelasi disebut positif apabila peningkatan satu sifat menyebabkan peningkatan pada sifat lain. Apabila satu sifat meningkat sedangkan sifat lain berkurang maka korelasinya disebut negatif (Laidding, 1996). Ukuran linear tubuh 7
yang berhubungan erat dengan bobot hidup adalah lingkar dada dan panjang badan (Diwyanto, 1982). Panjang badan diukur dari tulang duduk sampai bahu. Lingkar dada diukur melingkar di belakang sendi siku (Winters, 1948). Lingkar dada, tinggi pundak, dalam dada dan panjang badan berkorelasi positif dengan bobot hidup (Jamal, 2007; Hamayun et al., 2006; Utami, 2008;). Bertambahnya besar hewan ke arah samping akibat pertambahan bobot hidup adalah nyata. Lingkar dada adalah bagian tubuh yang mengalami perbesaran ke arah samping. Pertambahan bobot badan hewan menyebabkan hewan tambah besar dan diikuti dengan pertambahan dan perkembangan otot yang ada di daerah dada sehingga ukuran lingkar dada semakin meningkat (Doho, 1994). Otot yang menghubungkan
kaki
depan
dengan
dada
antara
lain
adalah
musculus
trapeziusthoracis, musculus pectoralis siperficialis, musculus latissimus dorsi, musculus rhomboideus, dan musculus pectoralis profundus (Herman, 2004). Penelitian Lukman et al. (1987), terhadap 120 ekor kambing kacang jantan dan betina yang berumur satu minggu sampai satu tahun menunjukkan bahwa ukuran tubuh ternak (lingkar dada, panjang badan, dalam dada, lebar dada, dan tinggi pundak) secara umum mempunyai hubungan yang sangat nyata dengan bobot badan kambing kacang (P < 0,01). Panjang badan dan lingkar dada merupakan penduga bobot badan yang terbaik untuk kambing kacang jantan dan betina umur 0 - 3 bulan, sedangkan kambing kacang kelompok umur 3 – 6, 6 – 9, 9 - 12 bulan baik jantan maupun betina
penduga bobot
badan terbaik adalah lingkar dada.
Koefisien
korelasi bobot badan dengan lingkar dada kambing kacang pada masing-masing tingkat umur tidak
nyata dipengaruhi oleh jenis kelamin (P > 0.05). Pengaruh
pengelompokkan umur pada koefisien korelasi bobot badan dengan lingkar dada kambing kacang secara umum tidak nyata (P > 0,05). Penelitian Hamayun et al. (2006), terhadap 86 ekor kambing Beetal baik jantan maupun betina yang berumur 0 – 36 bulan menunjukkan bahwa ukuran linier tubuh memiliki nilai korelasi yang tinggi dengan bobot hidup, sehingga dapat digunakan sebakai parameter penduga bobot hidup. Koefisien korelasi bobot badan dengan ukuran linier tubuh pada kambing Beetal pada masing-masing tingkat umur tidak nyata dipengaruhi oleh janis kelamin.
8
Penelitian Herman et al. (1985) terhadap 295 ekor kambing Peranakan Etawah dari lepas sapih hingga dewasa menunjukkan bahwa semua koefisien pertumbuhan ukuran tubuh relatif (panjang badan, lingkar dada, tinggi pundak, dalam dada, lebar dada) terhadap bobot tubuhnya mempunyai nilai nyata lebih rendah dari 1,0. Nilai-nilai ini menunjukkan bahwa ukuran tubuh tumbuh lebih dini karena ditentukan oleh ukuran tulang kerangka. Tulang tumbuh lebih dini dibandingkan komponen tubuh utama lainnya. Berdasarkan bobotnya, tulang karkas mempunyai koefisien pertumbuhan relatif terhadap bobot tubuh kosong sebesar 0,442, sedangkan otot dan lemak masing-masing sebesar 1,042 dan 1,572 pada kambing kacang jantan (Herman et al., 1983). Pengaruh jenis kelamin terhadap koefisien pertumbuhan dan intersep tidak nyata
kecuali
terhadap
koefisien
pertumbuhan
panjang
badan.
Koefisien
pertumbuhan panjang badan pada jantan relatif terhadap bobot badan sangat nyata lebih tinggi dibanding pada betina. Kambing jantan dan betina tidak mempunyai perbedaan yang nyata untuk semua ukuran tubuhnya pada bobot tubuh yang sama (17, 93 kg) (Herman et al., 1985). Koefisien pertumbuhan dari gabungan (jantan dan betina), maka urutan pertumbuhan adalah tinggi pundak (0,2664), panjang badan (0,2782), lebar dada (0,2812), dalam dada (0,2921), dan lingkar dada (0,3286). Lingkar dada mempunyai proses pertumbuhan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai penduga bobot tubuh, lingkar dada masih lebih mengikuti pertambahan bobot badan selama hewan tumbuh dibandingkan dengan ukuran tubuh lainnya (Herman et al., 1985). Pendugaan Bobot Hidup Pendugaan bobot hidup ternak telah banyak dilakukan (Natasasmita, 1985; Herman et al., 1985; Lukman et al., 1987; Hanibal, 2008; Utami, 2008; Jamal, 2007; Sutardi, 1985; Slippers et al., 2000; Alade et al., 2008; Machebe dan Ezekwe, 2010). Pertambahan bobot hidup hampir bersamaan dengan perubahan bentuk tubuh sehingga ukuran-ukuran tubuh dapat digunakan sebagai penduga bobot hidup. Jenis ternak, fase pertumbuhan, bangsa dan habitat yang berbeda umumnya akan menghasilkan rumus yang berbeda pula. Ukuran tubuh sudah lama digunakan untuk menduga bobot berbagai ternak, dengan ketelitian cukup tinggi (Winters, 1948). Hardjosubroto (1994) mengemukakan bahwa lingkar dada dan panjang badan 9
merupakan indikator bobot hidup ternak yang dapat digunakan bila tidak memungkinkan dilakukan penimbangan. Rumus pendugaan menggunakan dua peubah bahkan lebih kurang praktis karena pengukuran sangat dipengaruhi posisi berdiri ternak. Pengukuran lingkar dada akan lebih praktis dibandingkan panjang badan, dalam dada, tinggi pundak, dan ukuran linear tubuh lainnya. Pengukuran lingkar dada lebih mudah karena dapat diukur pada ternak dengan posisi apapun. Ukuran lingkar dada tidak dipengaruhi oleh posisi berdiri (Herman et al., 1985). Penelitian Herman et al. (1985), terhadap 295 ekor kambing Peranakan Etawah dari lepas sapih hingga dewasa menunjukkan persamaan allometris lingkar dada untuk gabungan jantan dan betina adalah log y = 0,2930 + 0,3286 log x. Persamaan ini mempunyai nilai r sama dengan 0,9677 dengan interpretasi sebesar 94 persen. Persamaan garis kuadratis yang dibentuk oleh lingkar dada dan bobot tubuh adalah y = -6,25 + 0,104x + 0,0046x2 dengan nilai r2 sebesar 0,9616. Lingkar dada dan dalam dada mempunyai hubungan erat dengan bobot hidup sehingga dapat digunakan sebagai penduga bobot hidup disamping tinggi pundak, panjang badan, lebar dada pada domba lokal di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) (Utami, 2008). Koefisien regresi antara lingkar dada, panjang badan dan lingkar skrotum dengan bobot hidup bernilai positif dan bersifat nyata sehingga secara langsung mempengaruhi bobot hidup (Hanibal, 2008). Penelitian Dewi (2010), terhadap 101 domba Batur tanpa memperdulikan faktor umur menunjukkan persamaan regresi linear untuk domba Batur jantan adalah y = -93,62 + 1,851x dengan koefisien determinasinya sebesar 96,4%. Persamaan regresi linear untuk domba Batur betina adalah y = -37,50 + 0,9385x dengan koefisien determinasinya sebesar 89,00%. Nilai korelasi antara lingkar dada dan bobot hidup cukup tinggi, pada domba jantan dan betina berturut-turut adalah 0,9817 dan 0,9435. Jantan memiliki nilai koefisien regresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan betina, yang menunjukkan perbedaan pertambahan bobot badan terhadap setiap pertambahan lingkar dada. Kambing Nguni sebanyak 52 ekor diduga bobot hidupnya oleh Slippers et al. (2000) menggunakan korelasi Pearson dan persamaan regresi linear antara bobot hidup dengan lingkar dada, dengan membedakan jantan dan betina. Persamaan 10
regresi linear untuk betina adalah y = -47,6799 + 1,07677x dengan R2 = 94,3%, sedangkan untuk jantan adalah y = -43,0277 + 0,992924x dengan R2
=
88,1%.
Pendugaan bobot hidup menggunakan lingkar dada pada kambing Nguni ini dilakukan karena pengukuran lingkar dada lebih mudah dan akurat dibandingkan ukuran tubuh lainnya. Butswat (1998), meneliti rumus pendugaan bobot hidup domba Tansaka dan kambing Red Sokoto menggunakan persamaan regresi geometrik antara ukuran lingkar dada (x) dan bobot hidup (y). Rumus pendugaan untuk domba Tansaka adalah y = 0,00016 x2,78 dan untuk kambing Red Sokoto adalah y = 0,0000658 x3,038. Snedechor dan Cochran (1967) mengemukakan bahwa bentuk kurva pertumbuhan ternak adalah parabola dan mengikuti persamaan y = axb. Beberapa pendugaan dilakukan menggunakan persamaan allometris. Hal ini dilakukan untuk memudahkan perhitungan data yang sebarannya berbentuk parabola tersebut. Pendugaan bobot hidup selain menggunakan ukuran linear tubuh juga dapat menggunakan komponen penyusun tubuh, misalnya jumlah bulu dan berat hati.
11
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kaur, Bengkulu pada bulan Juli hingga Agustus 2010. Materi Jumlah kambing Kacang yang dapat diukur mencapai 236 ekor, terdiri dari 80 ekor jantan dan 156 ekor betina. Pengukuran dilakukan pada hewan muda belum disapih sampai hewan dewasa, tanpa memperhatikan umur. Prosedur Pengambilan data dilakukan setiap hari pada pukul 06.30 – 09.00 WIB, sebelum hewan dilepaskan dari kandangnya. Data pengukuran meliputi panjang badan, lingkar dada, dan bobot hidup. Lingkar dada (LD) diukur melingkari rongga dada di belakang sendi siku dengan menggunakan pita ukur. Panjang badan (PB) adalah jarak antara benjolan sendi bahu dengan benjolan tulang duduk (os ischium). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan tongkat ukur. Bobot hidup (BH) ditimbang dengan menggunakan dacing (timbangan) dan supaya lebih teliti kambing dimasukkan ke dalam karung plastik. Analisis Data Hubungan antara lingkar dada dengan bobot hidup dan hubungan panjang badan dengan bobot hidup dipelajari dengan menggunakan sebaran titik pada kertas grafik biasa. Apabila sebaran tersebut membentuk garis lurus, maka hubungan kedua variabel dipelajari dengan regresi linier, dengan rumus y = a + (b ± Sb) x (Snedechor dan Cochran, 1967). Apabila sebaran titik membentuk garis non linier (parabola), maka hubungan kedua variabel tersebut dipelajari dengan menggunakan kertas grafik logaritmik. Apabila hubungan tersebut membentuk garis linier maka hubungan tersebut dipelajari dengan regersi non linier, dengan rumus y = ax(b
± Sb)
, yang
disederhanakan menjadi log y = log a + (b ± Sb) log x (Snedechor dan Cochran, 1967). Analisis regresi linier dilakukan pada persamaan y = a + (b ± Sb) x dan analisis regresi non linier dilakukan pada persamaan y = ax(b ± Sb) , dimana : y = bobot hidup dugaan x
= ukuran linier tubuh 14
a
= intersep
b
= slope (koefisien regresi)
Sb = galat untuk koefisien regresi r
= koefisien korelasi
R2 = koefisien determinasi Hubungan antara lingkar dada dengan bobot hidup dan panjang badan dengan bobot hidup dapat ditentukan sebagai berikut : Pertumbuhan LD atau PB
: x = c1 ek1t
Pertumbuhan Bobot Hidup
: y = c2 ek2t
Log x = log c1 + k1t Log y = log c2 + k2t Diferensial : dx/x = k1 dt dy/y = k2 dt dy/y : dx/x = k2/k1 = b (konstan) dy/y = b dx/x Integral : log y = b log x + log a Y = axb Pengaruh jenis kelamin terhadap intersep (a) dan koefisien regresi (b) dipelajari dengan menggunakan analisis peragam (co-variance). Apabila pengaruh jenis kelamin terhadap intersep dan koefisien regresi tidak nyata, maka dalam pengolahan data tidak perlu dipisahkan antara jantan dan betina. Pendugaan bobot hidup dapat menggunakan satu persamaan (Snedechor dan Cochran, 1967). Keakuratan rumus pendugaan yang diperoleh terhadap ukuran tubuh kambing kacang sebenarnya diuji dengan menggunakan uji keakuratan.
15
HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Hidup Kambing Kacang Secara umum kondisi bobot badan kambing kacang di Kabupaten Kaur sama dengan di daerah-daerah lain yaitu kurus sampai sedang. Rataan bobot hidupnya berkisar antara 4,0 – 14, 1 kg baik jantan maupun betina yang berumur belum sapih – 12 bulan, sedangkan rataan bobot badan kambing kacang yang berumur lebih dari 12 bulan adalah 21 – 22 kg. Hasil yang hampir sama diperoleh pada penelitian yang dilakukan oleh Sabrani et al. (1982) memperoleh hasil bahwa rataan bobot badan kambing kacang di Bogor berkisar antara 3,77 – 12, 83 kg, baik pada jantan maupun betina yang berumur belum sapih – 12 bulan. Rataan bobot hidupnya yang berumur dua bulan sebesar 3, 8 kg dan dewasa sebesar 24, 8 kg diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Basuki et al. (1980). Jantan dan betina dewasa masing-masing berbobot kurang lebih 25 dan 20 kg (Devendra dan Burns, 1994; Herman et al., 1983; Mulyono, 2003). Rataan bobot hidup kambing kacang baik jantan maupun betina pada umur belum sapih – 12 bulan adalah 3,7 – 11,8 kg (Lukman et al., 1987). Berdasarkan kenyataan di atas dapat dikatakan bahwa kondisi bobot hidup di Kabupaten Kaur relatif sama dengan di daerah lain. Kesamaan bobot hidup kambing ini antara satu tempat dengan tempat lainnya disebabkan karena latar belakang pemeliharaan (secara ekstensif) dan lingkungan (suhu, cuaca, iklim, hijauan, dll) yang hampir sama. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap ukuran-ukuran tubuh dan bobot hidup kambing. Faktor lingkungan yang banyak mempengaruhi kondisi kambing tersebut terutama adalah faktor pakan (Devendra dan Burns, 1994). Sebaran Data Sebaran data bobot hidup (y) terhadap lingkar dada (x) pada grafik linier dan non linier terdapat pada Gambar 3 dan 4. Nilai ketepatan R-Sq (adj) yang dihasilkan pada grafik linier sebesar 93% sedangkan pada grafik non linier sebesar 96,7%. Hal ini menunjukan bahwa model grafik non linier lebih tepat digunakan untuk menggambarkan sebaran data bobot hidup (y) terhadap lingkar dada (x) karena nilai ketepatan R-Sq (adj) yang dihasilkan lebih besar dibandingkan nilai R-Sq (adj)
16
grafik
linier
sehingga
nilai
errornya
akan
lebih
rendah.
Gambar 3. Sebaran Data Antara Bobot Hidup dan Lingkar Dada pada Grafik Linier
Gambar 4. Sebaran Data Antara Bobot Hidup dan Lingkar Dada pada Grafik Non Linier Sebaran data bobot hidup (y) terhadap panjang badan (x) pada grafik linier dan non linier terdapat pada Gambar 5 dan 6. Nilai ketepatan R-Sq (adj) yang dihasilkan pada grafik linier sebesar 92,2% sedangkan pada grafik non linier sebesar 95,2%. Hal ini menunjukan bahwa model grafik non linier lebih tepat digunakan untuk menggambarkan sebaran data
bobot hidup (y) terhadap lingkar dada (x)
karena nilai ketepatan R-Sq (adj) yang dihasilkan lebih besar dibandingkan nilai R17
Sq
(adj)
grafik
linier
sehingga
nilai
errornya
akan
lebih
rendah.
Gambar 5. Sebaran Data Antara Bobot Hidup dan Panjang Badan pada Grafik Linier
Gambar 6. Sebaran Data Antara Bobot Hidup dan Lingkar Dada pada Grafik Non Linier Gambar 5 dan 6 menunjukkan bahwa sebaran data bobot hidup kambing kacang baik jantan maupun betina bersifat non linear, maka hubungan kedua variabel
18
tersebut dipelajari dengan menggunakan kertas grafik logaritmik. Hasilnya terdapat pada Gambar 5 dan 6.
Gambar 7. Sebaran Data Antara Bobot Hidup dan Lingkar Dada pada Grafik Logaritmi
Gambar 8. Sebaran Data Antara Bobot Hidup dan Panjang Badan pada Grafik Logaritmik Sebaran tersebut membentuk garis lurus maka hubungan tersebut dipelajari dengan menggunakan analisis regresi non linier dengan rumus y = ax(b
± Sb)
(Snedechor dan Cochran, 1967). Pendugaan rumus menggunakan analisis non linear 19
pernah dilakukan oleh Herman et al. (1985) terhadap 295 ekor kambing Peranakan Etawah dan Butswat (1998) terhadap domba Tansaka dan kambing Red Sokoto. Analisis Regresi Hasil perhitungan analisis regresi non linier terdapat pada Tabel 2. Gabungan (jantan dan betina) memiliki nilai korelasi dan koefisien determinasi lebih rendah dibandingkan betina dan lebih tinggi dibandingkan jantan. Setelah dilakukan uji analisis covarian, pengaruh jenis kelamin terhadap koefisien regresi dan intersep tidak nyata (P>0,01). Hal ini menunjukkan bahwa pada bobot tubuh yang sama, jantan dan betina tidak mempunyai perbedaan yang nyata untuk ukuran lingkar dada dan panjang badan, sehingga pengelompokan berdasarkan jenis kelamin tidak perlu dilakukan. Nilai korelasi antara lingkar dada dengan bobot hidup dan panjang badan dengan bobot hidup cukup tinggi, pada gabungan (jantan dan betina) berturut-turut adalah 0,9851 dan 0,9790. Nilai koefisien determinasi (R2) untuk gabungan (jantan dan betina adalah 97,04% dan 95,80%. Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Non Linier dan Uji Ancova Peubah
LD
PB
JK
Intersep (a)
SK
Korelasi
R2
Sb
(b ± Sb.t(0,05))
(r)
(%)
Koefisien Regresi b
±
J
0,00045
2,617
0,0757
2,4925 - 2,7415
0,9750
95,10
B
0,00022
2,810
0,0395
2,7450 - 2,8750
0,9875
97,50
G
0,00023
2,760
0,0346
2,7030 – 2,8170
0,9851
97,04
J
0,00021
2,816
0,0894
2,6689 – 2,9631
0,9692
93,93
B
0,00007
3,103
0,0532
3,0155 – 3,1905
0,9815
96,30
G
0,00008
3,040
0,0454
2,9653 – 3,1147
0,9790
95,80
Keterangan : JK = Jenis Kelamin, LD = Lingkar Dada, PB = Panjang Badan, R2 = koefisien determinasi, Sb = galat untuk koefisien regresi J = Jantan, B = Betina, G = Gabungan, (P > 0,01).
Penelitian yang dilakukan oleh Herman et al. (1985), Lukman et al. (1987), Butswat (1998) dan Hamayun et al.(2006) juga diperoleh hasil yang sama yaitu pengaruh jenis kelamin terhadap koefisien regresi dan intersep tidak nyata sehingga tidak dilakukan pembedaan rumus antara
jantan dan betina. Namun pada
penelitian Dewi (2010) dan Slippers et al. (2000), dilakukan pembedaan rumus pendugaan bobot hidup pada jantan dan betina karena hasil penelitian menunjukan 20
pengaruh jenis kelamin terhadap koefisien regresi dan intersepnya nyata. Tidak dilakukannya pembedaan rumus antara jantan dan betina pada pendugaan bobot hidup ternak akan mempermudah penerapan rumus di lapangan oleh masyarakat karena kambing kacang jantan dan betina tidak harus memiliki pita ukur yang berbeda. Persamaan Regresi Persamaan allometris lingkar dada untuk gabungan (jantan dan betina) adalah y = (0,00023) (x)(2,76
± 0,0346)
. Persamaan ini mempunyai nilai r = 0,9851, dan
koefisien determinasinya sebesar 97,04%. Hal ini menunjukan bahwa lingkar dada (x) dan bobot hidup (y) memiliki korelasi yang positif sehingga dapat digunakan sebagai penduga bobot hidup, dimana 97,04% keragaman bobot hidup (y) kambing kacang dipengaruhi oleh keragaman lingkar dadanya (x). Nilai korelasi dan koefisien determinasi gabungan (jantan dan betina) antara lingkar dada dan bobot hidup yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi bila dibandingkan nilai korelasi dan koefisien determinasi yang diperoleh pada penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Herman et al. (1985) diperoleh nilai korelasi dan koefisien determinasinya berturut-turut sebesar 0,9677 dan 94%. Persamaan allometris panjang badan untuk gabungan (jantan dan betina) adalah y = (0,00008) (x)(3,04 ± 0,0454). Persamaan ini mempunyai nilai r = 0,979, dan koefisien determinasinya sebesar 95,8%. Hal ini menunjukan bahwa panjang badan (x) dan bobot hidup (y) memiliki korelasi yang positif sehingga dapat digunakan sebagai penduga bobot hidup, dimana 95,8% keragaman bobot hidup (y) dipengaruhi oleh keragaman panjang badannya (x). Nilai korelasi gabungan (jantan dan betina) antara panjang badan dan bobot hidup yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi bila dibandingkan nilai korelasi yang diperoleh pada penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Herman et al. (1985) diperoleh nilai korelasi sebesar 0,8159. Nilai koefisien determinasi digunakan untuk mengukur keakuratan dari rumus pendugaan yang diperoleh. Nilai koefisien determinasi yang semakin tinggi menunjukkan bahwa rumus pendugaan yang diperoleh semakin akurat. Hasil analisis regresi linier pada gabungan (jantan dan betina) berdasarkan lingkar dada memiliki nilai koefisien determinasi lebih tinggi dibandingkan gabungan (jantan dan betina)
21
yang didasarkan pada panjang badan. Hal ini menunjukkan bahwa rumus pendugaan berdasarkan lingkar dada lebih akurat dibandingkan dengan rumus pendugaan berdasarkan panjang badan. Hasil serupa juga diperoleh pada penelitian yang dilakukan oleh Herman et al. (1985), Lukman et al. (1987) dan Doho (1994). Lingkar dada adalah bagian tubuh yang mengalami perbesaran ke arah samping. Pertambahan bobot badan hewan menyebabkan hewan tambah besar dan diikuti dengan pertambahan dan perkembangan otot yang ada di daerah dada sehingga ukuran lingkar dada semakin meningkat (Doho, 1994). Penelitian yang dilakukan oleh Herman et al. (1985) mendapatkan hasil bahwa lingkar dada memiliki koefisien pertumbuhan (0,3286) yang paling tinggi dibandingkan ukuran tubuh yang lain. Lingkar dada mempunyai proses pertumbuhan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai penduga bobot tubuh, lingkar dada masih lebih mengikuti pertambahan bobot badan selama hewan tumbuh dibandingkan dengan ukuran tubuh lainnya (Herman et al., 1985). Hal inilah yang menyebabkan lingkar dada dapat lebih akurat dalam menduga bobot hidup ternak. Selain itu, pengukuran lingkar dada lebih mudah dan akurat dibandingkan ukuran tubuh lainnya (Slippers et al., 2000) karena dapat diukur pada ternak dengan posisi apapun. Ukuran lingkar dada tidak dipengaruhi oleh posisi berdiri ternak (Herman et al., 1985). Uji Keakuratan Uji keakuratan perlu dilakukan untuk mengetahui keakuratan rumus pendugaan yang diperoleh terhadap ukuran tubuh kambing kacang sebenarnya. Pengujian dilakukan menggunakan ukuran bobot hidup, lingkar dada, dan panjang badan yang tidak dimasukkan dalam pengolahan data persamaan tersebut. Hasil pengujian tersebut disajikan pada Tabel 3. Hasil pengujian rumus pendugaan bobot hidup pada Tabel 3 menunjukkan persentase ketelitian yang cukup tinggi yaitu lebih dari 90%. Hal ini berarti bahwa rumus yang diperoleh cukup akurat untuk digunakan menduga bobot hidup kambing kacang melalui lingkar dada atau panjang badan. Variasi selalu ada, diantaranya karena isi saluran pencernaan yang mempengaruhi besarnya bobot hidup pada saat penimbangan (Herman et al., 1985). Penyimpangan yang rendah dari rumus ini masih dapat dipertanggung jawabkan. 19
Rumus pendugaan ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat, karena dapat memudahkan dalam menentukan bobot hidup tanpa harus menimbang satu per satu dalam jumlah yang cukup banyak. Masyarakat cukup menggunakan pita ukur yang telah dibuat dengan persamaan ini. Tabel 3. Hasil Pengujian Rumus Pendugaan Bobot Hidup Berdasarkan Lingkar Dada dan Panjang Badan Ukuran Ukuran BH BH Sebenarnya Jenis Ketelitian Sebenarnya Ketelitian Dugaan Dugaan Kelamin (%) (%) LD BH PB BH (kg) (kg) (cm) (kg) (cm) (kg) 30 3 2,75 91,67 33 3 3,30 90,91
Jantan
Betina
37
5
4,89
97,80
37
5
4,68
93,60
46
9
8,93
99,22
45,5
9
8,78
97,56
48
10
10,05
99,50
47
10
9,50
95,00
54
14
13,90
99,28
52
14
13,17
94,07
58
17
16,94
99,65
58
17
18,36
92,59
59
19
17,75
93,42
57
19
17,42
91,68
60
20
18,60
93,00
61,5
20
21,94
91,16
62
21
20,36
96,95
60
21
20,35
96,90
62,8
22
21,09
95,86
63
22
23,61
93,18
21
1
1,02
98,04
22
1
0,96
96,00
24
1,5
1,48
98,66
25
1,5
1,42
94,66
33
3,5
3,60
97,22
33
3,5
3,30
94,29
37
5
4,90
98,00
36,5
5
4,50
90,00
46
9
8,90
98,89
45
9
8,50
94,44
48
10
10,05
99,50
47
10
9,69
96,9
55
15
14,63
97,53
53
15
13,96
93,07
60
18
18,60
96,77
59
18
19,34
93,07
61
20
19,46
97,30
61
20
21,40
93,46
63
25
26,81
93,25
66
25
27,19
91,95
Keterangan : LD = Lingkar Dada, PB = Panjang Badan, dan BH = Bobot Hidup
20
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rumus pendugaan bobot hidup kambing kacang melalui ukuran lingkar dada atau panjang badan jantan dan betina tidak perlu dibedakan, karena tidak berbeda nyata (P > 0,01) pada intersep dan koefisien regresinya. Sebaran data yang diperoleh baik jantan dan betina berbentuk non linier. Persamaan yang didapat untuk gabungan (jantan dan betina) berdasarkan lingkar dada adalah y = (0,00023) (x)(2,76 ± 0,0346), sedangkan persamaan yang didapat untuk gabungan (jantan dan betina) berdasarkan panjang badan adalah y = (0,00008) (x)(3,04
±
0,0454)
.
Rumus pendugaan berdasarkan lingkar dada lebih akurat
dibandingkan dengan rumus pendugaan berdasarkan panjang badan. Saran Penelitian lanjutan dibutuhkan untuk mengetahui hubungan antara bobot hidup dan ukuran linier tubuh pada bangsa yang sama atau berbeda di daerah yang sama atau berbeda dengan umur yang berbeda dan jumlah sampel yang lebih banyak.
24
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW. Skripsi ini disusun dalam rangka melengkapi tugas akademik dan merupakan syarat meraih gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Maman Duldjaman, MS selaku pembimbing utama dan Bapak Prof. Emeritus Dr. drh. Rachmat Herman, MVSc selaku pembimbing anggota, karena dengan sepenuh hati dan penuh kesabaran telah membimbing, membagi pengalaman dan meluangkan waktu selama penelitian hingga penyusunan skripsi ini, serta Bapak Dr. Jakaria, S.Pt, M.Si., Didid Diapari, M.Si. dan Bapak M. Baihaqi, S.Pt, M. Sc. sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan yang membangun untuk perbaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang utama dan tulus kepada kedua orang tua, Ayahanda Ekhwan Sismo, S.Pd. dan Ibunda Nur’Aini, S.Pd. atas doa, nasihat, kasih sayang, didikan, dan dukungan material maupun spiritual yang tak terhingga, serta kepada adik saya tersayang Dinokta Pangestu, Kakek, Nenek, Pakcik Arlan dan keluarga, Pakcik Ipul dan keluarga, Pakcik Yanto dan keluarga, dan Lia atas pengorbanan, doa, restu dan motivasi yang senantiasa mengiringi gerak langkah penulis hingga saat ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada sahabatsahabatku Dani, Fuad, Kak Handa, Desi, Tari, Ade, Revy, Santi, Tantia, Nailla, Riri, Sidiq, Wike, Uthe, Ritho, Yesua, Reza dan Yona atas segala bantuan dan dukungannya baik secara materil maupun moril yang diberikan. Semoga Allah membalas segala budi baik kalian semua. Kak Nielma yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini. Semua warga IPTP 44 dan seluruh penghuni wisma Aqila (Nunu, Maya, Tri, Tira, Inong, Iyud, dan Bian), Monic, terima kasih atas segala bantuan, dukungan dan kerjasamanya. Terakhir penulis ucapkan terima kasih kepada civitas akademika Fakultas Peternakan IPB. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya. Bogor, Juli 2011 25
DAFTAR PUSTAKA Alade, N. K., A. O. Raji, & M. A. Atiku. 2008. Determination of appropriate model for estimation of body weight in goats. ARPN J. of Agric. and Biological Sci. 3(4): 52-57. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kaur. 2009. Kabupaten Kaur dalam Angka 2009. Kabupaten Kaur, Bengkulu. Basuki, P., Ngadiono, & W. Hardjosubroto, 1980. Beberapa data performans ternak kambing Peranakan Etawah, Bligon, Kacang dan keturunan Saanen. Seminar Ruminansia II. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Bogor, Bogor. Butswat, I. S. R. 1998. Relationship between chest girth and live weight in Tansaka sheep and Red Sokoto goats-validation test of prediction equation. Pertanika J. Trop. Agric. Sci. 21(2):129. Devendra, C. & M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Terjemahan: IDK Harya Putra. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kaur. 2010. Populasi Ternak Kabupaten Kaur 2009. Kabupaten Kaur, Bengkulu. Direktorat Jenderal Peternakan. 2010. Statistik Peternakan 2010. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian Republik Indonesia, Jakarta. Dewi, N. K. 2010. Pendugaan bobot hidup pada domba Batur berdasarkan lingkar dada. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Diwyanto, K. 1982. Pengamatan fenotipe domba Priangan serta hubungan antara beberapa ukuran tubuh dengan bobot badan. Tesis. Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Doho, S. R. 1994. Parameter fenotipe domba Priangan serta hubungan antara beberapa ukuran tubuh denngan bobot badan. Tesis. Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ensminger, M.E. & Parker R.O. 1986. Sheep and Goat Science (Animal Agriculture Series). 5th ed. The Interstate Printers and Publishers I c, Illinois. Hamayun, K., Fida, M., Riaz, A., Rahimullah & M. Zubair. 2006. Relationship of body weight with linear body measurements in goat. J. of Agric. and Biological Sci. 3 : 51-54. Hanibal, M. V. 2008. Ukuran dan bentuk serta pendugaan bobot badan berdasarkan ukuran tubuh domba silangan lokal Garut jantan di Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliaan Ternak di Lapangan. Gramedia, Bogor. Herman, R. 2004. Komposisi dan distribusi otot karkas domba Priangan jantan dewasa. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 29(2): 57-64. Herman, R., M. 26
Duldjaman, & N. Sugana. 1983. Perbaikan Produksi Daging Kambing Kacang. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Herman, R., Suwartono, & Kadarman. 1985. Pendugaan bobot kambing Peranakan Etawah dari ukuran tubuh. Media Peternakan. 10 : 1-11. Jamal, M. K. 2007. Pendugaan bobot badan melalui ukuran-ukuran tubuh dengan pendekatan analilsis regresi best subset pada domba Garut tipe tangkas, pedagingn dan persilangnnya. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Laidding, A. R. 1996. Hubungan berat badan dan lingkar dada dengan beberapa sifat ekonomi penting pada sapi Bali. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang. IV (10): 127-133. Lukman, M., A. Saefuddin & S. S. Mansjoer. 1987. Pendugaan bobot badan melalui beberapa ukuran tubuh pada kambing kacang di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol. Media Peternakan. 12 : 94-103. Machebe, N. S. & A. G. Azekwe. 2010. Predicting body weight of growingfinishing gilt raised in the tropics using linear body measurement. Asian J. Exp. Biol. Sci. 1(1): 162-165. Mulyono, S. 2003. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Penebar Swadaya, Jakarta. Natasamita, A. 1985. Estimasi bobot hidup sapi Bali berdasarkan ukuran lingkar dada. Media Peternakan. 10(1) : 20-25. Sabrani, M., P. Sitorus, M. Rangkuti, Subandriyo, I.W. Mathiue, T. D. Sudjana, & A. Semali, 1982. Laporan Survey Baseline Ternak Kambing dan Domba. SRCRSP, Balai penelitian Ternak Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Sarwono, B. 2002. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta. Slippers, S. C., B. A. Letty, & J. F. de Villiers. 2000. Prediction of the body weight of Nguni goats. South African J. of Anim. Sci. 30(1): 127-128. Snedechor, G. W. & W. G. Cochran. 1967. Statistical Methods. 6th ed. Oxford and IBH Publishing Co, Oxford. Suharyanto. 2007. Pengembangan peternakan integratif berbasis kewilayahan di Provinsi Bengkulu. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu, Bengkulu. Sutardi, T. 1985. Pengaruh kelamin dan kondisi tubuh terhadap hubungan bobot badan dengan lingkar dada pada sapi perah. Media Peternakan. 8(2): 32-43.
27
Utami, T. 2008. Pola pertumbuhan berdasarkan bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh domba lokal di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Williamson, G. & W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan Daerah Tropis Terjemahan : S. G. N. Djiwa Darmadja. Gajah mada University Press, Yogyakarta. Winters, L. M. 1948. Animal Breeding. John Wiley and Sons, Inc., New York.
28
LAMPIRAN
27
Lampiran 1. Formulir Pendataan Peternak
Data Peternak 1. Nama
:
2. Pendidikan
:
3. Mata Pencaharian Utama
:
4. Jumlah Kambing
:
5. Cara Pemeliharaan
:
6. Jumlah Pakan/hari
:
7. Pendataan Ukuran Tubuh
:
No. Jenis Kelamin*)
Umur**) Bobot Hidup (kg)
Lingkar
Panjang
Dada (cm) Badan
Skor Kondisi***)
(cm) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 N Keterangan : *)
: diisi betina atau jantan
**)
: diisi kategori umur pra-sapih, lepas sapih, I1, I2, I3, dan I4
***)
: diisi kategori sangat kurus, kurus, gemuk, dan sangat gemuk
28
Lampiran 2. Data Hasil Penelitian No.
Jenis
Umur
Kelamin
Bobot
Lingkar
Panjang
Hidup Rata-
Dada Rata-
Badan Rata-
rata(kg)
rata(cm)
rata(cm)
Skor Kondisi
1
Betina
I3
28,5
69,29
66,71
Sedang
2
Betina
I2
21,35
61,86
60,75
Sedang
3
Betina
I1
14,08
52,98
52,42
Sedang
4
Betina
Lepas Sapih
7,34
41
41,2
Sedang
5
Betina
Belum Sapih
2,90
29,44
30,60
Sedang
6
Jantan
I2
21,1
60,96
60,55
Sedang
7
Jantan
I1
11,6
49,72
49,55
Sedang
8
Jantan
Lepas Sapih
6,35
40,08
40,08
Sedang
9
Jantan
Belum Sapih
3,68
31,65
33,06
Sedang
29
Lampiran 3. Perhitungan Regresi Non Linier, y = axb ∑ x2 = ∑ x2 - – Lingkar Dada : ∑ x2 (♂)
= (4,094)2 + … + (3,367)2 -
= 2,862
∑ x2 (♀)
= (4,197)2 + … + (3,638)2 –
= 10,340
∑ x2 (Gab) = (4,097)2 + … + (3,638)2 –
= 13,769
Panjang Badan : ∑ x2 (♂)
= (4,043)2 + … + (3,401)2 –
= 2,4303
∑ x2 (♀)
= (4,143)2 + … + (3,526)2 –
= 9,438
∑ x2 (Gab)
= (4,043)2 + … + (3,526)2 –
= 12,154
∑ y2 = ∑ y2 - – Lingkar Dada : ∑ y2 (♂)
= (2,996)2 + … + (1,099)2 -
= 20,611
∑ y2 (♀)
= (3,314)2 + … + (1,609)2 –
= 83,604
∑ y2 (Gab) = (2,996)2 + … + (1,609)2 –
= 107,769
Panjang Badan : ∑ y2 (♂)
= (2,996)2 + … + (1,099)2 –
= 20,515
∑ y2 (♀)
= (3,219)2 + … + (1,609)2 –
= 94,299
∑ y2 (Gab)
= (2,996)2 + … + (1,609)2 –
= 116,891
∑ xy = ∑ xy - – Lingkar Dada ∑ xy (♂)
= (4,094x2,996) + … + (3,367x1,099) – 30
= 7,4893 ∑ xy (♀)
= (4,197x3,314) + … + (3,638x1,609) – = 29,035
∑ xy (Gab)
= (4,094x2,996) + … + (3,638x1,609) – = 37,985
Panjang Badan : ∑ xy (♂)
= (4,043x2,996) + … + (3,401x1,099) – = 6,8436
∑ xy (♀)
= (4,143x3,219) + … + (3,526x1,609) – = 29,282
∑ xy (Gab)
= (4,043x2,996) + … + (3,526x1,609) – = 36,893
b= Lingkar Dada : b (♂)
=
= 2,617
b (♀)
=
= 2,81
b (Gab) =
= 2,76
Panjang Badan : b (♂)
=
= 2,816
b (♀)
=
= 3,103
b (Gab) =
= 3,04
31
log a = log y – (b. log x) Lingkar Dada : log a (♂) a (♂) log a (♀) a (♀)
= 2,105 – (2,617. 3,787) = - 7,806 = 0,00045 = 2,401 – (2,810.3,902) = - 8,564 = 0,00022
log a (Gab) = 2,304 – (2,760.3,864) = -8,361 a (Gab) = 0,00023 Panjang Badan : log a (♂) a (♂) log a (♀) a (♀)
= 2,131 – (2,816.3,796) = -8,559 = 0,00021 = 2,349 – (3,103.3,876) = -9,678 = 0,00007
log a (Gab) = 2,276 – (3,04.3,850) = 9,410 a (Gab) = 0,00008
⁄
dy2 = ∑ y2 – Lingkar Dada : dy2 (♂)
= 20,611 -
⁄
= 1,013
dy2 (♀)
=
-
⁄
= 2,073
dy2 (Gab) =
-
⁄
= 3,1895
= 1,2438
Panjang badan : dy2 (♂)
=
-
⁄
dy2 (♀)
=
-
⁄
= 3,4497 32
dy2 (Gab) =
⁄
-
= 4,9037
⁄
Syx = √ Lingkar Dada : Syx (♂)
=√
⁄
Syx2 (♀)
=√
⁄
Syx2 (Gab) =√
⁄
= 0,1278
= 0,1268
= 0,1285
Panjang badan : Syx (♂)
=√
⁄
Syx (♀)
= √
⁄
⁄
Syx (Gab) = √
Sb =
= 0,1393
= 0,1634
= 0,1584
⁄ √
Lingkar Dada : Sb (♂) =
⁄ √
= 0,0757
Sb (♀) =
⁄ √
= 0,0395
33
⁄ √
Sb (Gab) =
= 0,0346
Panjang Badan : Sb (♂) =
⁄ √
= 0,0894
Sb (♀) =
⁄ √
= 0,0532
Sb (Gab) =
⁄ √
r=
= 0,0454
⁄ √
Lingkar Dada : r (♂)
=
⁄ √
r (♀)
=
⁄ √
r (Gab) =
⁄ √
Panjang Badan : r (♂)
=
⁄ √
r (♀)
=
⁄ √
r (Gab) =
⁄ √
R2 = r2 x 100% Lingkar Dada : R2 (♂)
= 0,97502 x 100% = 95,10% 34
R2 (♀)
= 0,98752 x 100% = 97,50%
R2 (Gab)
= 0,98512 x 100% = 97,04%
Panjang Badan : R2 (♂)
= 0,96922 x 100% = 93,93%
R2 (♀)
= 0,98152 x 100% = 96,30%
R2 (Gab)
= 0,97902 x 100% = 95,80%
35
Lampiran 4. Analisis Peragam untuk Membandingkan Rumus Pendugaan Jantan dan Betina Relatif Bobot Hidup (y) Terhadap Lingkar Dada (x) dan Panjang Badan (x) Perhitungan Regresi Non Linier, y = axb Variabel
Lingkar Dada
Panjang Badan
Jantan
Betina
Gabungan
Jantan
Betina
Gabungan
∑ x2
2,862
10,340
13,769
2,4303
9,438
12,154
∑ y2
20,611
83,604
107,980
20,515
94,299
116,891
∑ xy
7,4893
29,035
37,985
6,8436
29,282
36,893
X
45,094
51,305
49,267
45,333
49,878
48,355
Y
9,555
14,016
12,552
9,705
13,631
12,315
B
2,617
2,810
2,760
2,816
3,103
3,04
A
0,00045
0,00022
0,00023
0,00021
0,00007
0,00008
R
0,975
0,9875
0,9851
0,9692
0,9815
0,9790
R2
95,10%
97,50%
97,04%
93,93%
96,30%
95,80%
0,1285
0,1634
0,1393
0,1584
0,0346
0,0894
0,0532
0,0454
Syx Sb
0,0757
0,0395
36
Lampiran 4. Lanjutan Analisis Peragam Antara Jantan dan Betina (Lingkar Dada (x) dan Bobot Hidup (y)) No. Sumber Keragaman
Db
∑ x2
∑ y2
∑ xy
b
db
Jk
KT
1.
Jantan
63
2,862
20,611
7,489
2,617
62
1,0145
0,0164
2.
Betina
130
10,340
83,604
29,035
2,810
129
2,0729
0,0161
3.
Galat
191
3,0874
0,0162
4.
Jantan + Betina
192
3,1695
0,0165
1
0,0821
0,0821
193
3,1895
0,01652
1
0,02
0,02
193
5.
13,202
104,215
36,524
Perbedaan Antar Slope
6.
Antara
1
0,567
3,765
1,461
7.
Gabungan
194
13,769
107,980
37,985
8.
Antara Nilai Tengah
2,760
Keterangan : db = derajat bebas, JK = jumlah kuartil, KT = Kuadrat Tengah
Tes Beda Nyata b : F hit = 0,0821/0,0162 = 5,0679 < F table (1,191) = 6,6353 (1%) sangat tidak nyata Tes Beda Nyata a : F hit = 0,02/0,0165 = 1,212 < F table (1,192) = 6, 6351 (1%) sangat tidak nyata
37
Lampiran 4. Lanjutan Analisis Peragam Antara Jantan dan Betina (Panjang Badan (x) dan Bobot Hidup (y)) No. Sumber Keragaman
Db
∑ x2
∑ y2
∑ xy
b
db
Jk
KT
1.
Jantan
65
2,4303
20,515
6,8436
2,816
64
1,2438
0,0194
2.
Betina
130
9,4380
94,299
29,282
2,103
129
3,4497
0,0267
3.
Galat
193
4,6935
0,0243
4.
Jantan + Betina
194
4,8523
0,0250
1
0,1588
0,1588
195
4,9037
0,0251
1
0,0514
0,0514
195
5.
11,8683
114,814
36,1256
Perbedaan Antar Slope
6.
Antara
1
0,2857
2,077
0,7674
7.
Gabungan
196
12,154
116,891
36,893
8.
Antara Nilai Tengah
3,04
Keterangan : db = derajat bebas, JK = jumlah kuartil, KT = Kuadrat Tengah
Tes Beda Nyata b : F hit = 0,1588/0,0243 = 6,5350 < F table (1,191) = 6,6349 (1%) sangat tidak nyata Tes Beda Nyata a : F hit = 0,0514/0,025 = 2,05 < F table (1,192) = 6, 6347 (1%) sangat tidak nyata
38