e-Journal JJPTE Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan S1 Pendidikan Teknik Elektro (Volume 3 Tahun 2014)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION PADA PRAKTEK PEMASANGAN INSTALASI LISTRIK PENERANGAN BANGUNAN SEDERHANA KELAS X TITL DI SMK N 3 SINGARAJA GUNA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Putu Wira Dharma Yudha1, Dr. I Putu Suka Arsa,ST.,MT2,I Wayan Sutaya,S.T.,M.T 3 Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Hasil Belajar Praktek Mata Pelajaran Pemasangan Instalasi Listrik Penerangan Bangunan Sederhana pada siswa kelas X TITL 2 (Teknik Instalasi Tenga Listrik) SMK N 3 Singaraja Tahun Pelajaran 2012/2013 melalui model pembelajaran Explicit Instruction. Metode Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas melalui 2 siklus, dimana setiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X TITL 2 yang berjumlah 30 orang. Indikator kinerja pada penelitian ini adalah siswa dikatakan tuntas dalam belajar, bila nilai hasil evaluasi ≥75. Melalui penerapan metode pembelajaran Explicit Instruction (Pengajaran Langsung), pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan proseduran dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. Berkaitan dengan hal tersebut hasil belajar siswa cenderung akan meningkat. Berdasarkan analisis data menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar praktek siswa pada mata pelajaranPemasangan instalasi listrik Penerangan Bangunan Sederhana. Hal ini ditunjukan dengan adanya peningkatan hasil belajar pada akhir siklus I didapat angka pencapaian nilai rata-rata sebesar 70,89 dengan daya serap (DS) 70,89% dan ketuntasan Belajar (KB) sebesar 56,6%. Sedangkan pada akhir siklus II angka pencapaian nilai rata-rata sebesar 82,76 dengan daya serap (DS) 82,76% dan ketuntasan Belajar (KB) sebesar 83,3%. Sedangkan untuk resspon siswa tehadap model pembelajaran Explicit Instruction dapat dilihat bahwa dari 30 orang siswa, sebanyak 11 orang siswa atau 36,6% dari jumlah siswa memberikan respon yang sangat positif terhadap penerapan metode Eplicit Instruction ini dengan rentangan skor 45-50. Sedangakan sebanyak 19 orang siswa atau sekitar 63,3% memberikan respon positif dengan rentangan skor 40-44,5. Dengan jumlah skor respon siswa diperoleh sebesar 1339 sehingga skor rata-rata respon siswa sebesar 44, 63 dengan kategori fositif. Hasil Belajar, Model Pembelajaran Explicit Instruction.
Abstract This study aims to improve the results of Study Subjects Practice Installation Electrical Installation Simple Building Illumination in class X TITL 2 (Power Plectrical Installation Engineering) SMK N 3 Singaraja academic year 2012/2013 through Explicit Instruction teaching model. Methods This study was a classroom action research through 2 cycles, with each cycle consisting of planning, implementation, evaluation, observation, and reflection. The subjects were students of class X TITL 2 which amounts to 30 people. Performance indicators in this study were students completed the study said, if the value of the evaluation results ≥75.
1
2
Through the application of learning methods Explicit Instruction (Direct Teaching), direct instruction specifically designed to develop students' learning about proseduran knowledge and declarative knowledge that can be taught with the pattern step by step. Related to that student learning outcomes are likely to increase. Based on the analysis of the data showed an increase in the practice of student learning outcomes in eyes pelajaranPemasangan Simple Building Illumination electrical installations. This is evidenced by an increase in learning outcomes at the end of the first cycle attainment figures obtained an average value of 70.89 with absorption (DS) 70.89% and completeness Learning (KB) by 56.6%. While at the end of the second cycle number achieving an average score of 82.76 with absorption (DS) 82.76% and completeness Learning (KB) of 83.3%. As for the students resspon tehadap Explicit Instruction teaching model can be seen that of the 30 students, a total of 11 students or 36.6% of the students responded very positively to the implementation of this Instruction Eplicit method with a score range of 45-50. While the students were 19 or about 63.3% gave a positive response with a range of scores from 40 to 44.5. With a total score student responses obtained for 1339 so that the average score student responses at 44, 63 with fositif category. learning outcomes, learning model explicit instruction.
PENDAHULUAN Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia bagi kehidupan di masa yang akan datang. Pendidikan menjadi salah satu indikator dalam menentukan indeks pembangunan manusia di suatu negara. Di Indonesia pendidikan telah mengalami perkembangan dari waktu ke waktu dalam segala aspek pembelajaran mulai dari sarana, fasilitas, media pembelajaran, teknologi pendidikan dan tenaga pengajar. Demikian pula di dalam menghadapi kehidupan global yang kompetitif dan inovatif, pembelajaran dituntut untuk mengembangkan sikap inovatif dan selalu ingin meningkatkan kualitas. Tingginya kualitas pengajaran dan pembelajaran tergantung pada komponen-komponen pembelajaran yang bekerja didalamnya. “Komponen dalam pembelajaran dapat berupa tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat, sumber pelajaran, dan evaluasi (Djamarah, 2010:41)”. Komponenkomponen pembelajaran tersebut apabila saling bekerjasama akan dapat mendukung proses pembelajaran dengan baik, maka dapat membuat pembelajaran berkualitas dan hasil belajar yang diperoleh pun akan optimal. Selain komponen- komponen tersebut, yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah model pembelajaran.
“Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkatperangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain”, (Joyce dalam Trianto, 2011 :5) . Model pembelajaran yang tepat sangat berpengaruh dengan hasil atau output dari siswa. Model pembelajaran yang digunakan dapat disesuaikan dengan karakteristik materi yang diajarkan. Setiap mata pembelajaran memiliki sifat maupun ciri khusus yang berbeda dengan mata pelajaran yang lainnya, sehingga perlu pemikiran yang matang untuk menerapkan model yang tepat untuk suatu kompetensi yang diajarkan, salah satunya materi pemasangan instalasi listrik. Materi tersebut sangat menuntut siswa untuk cekatan dan terampil dalam proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, sesuai dengan data yang sudah dilampirkan pada lampiran 1, peneliti menemukan permasalahan pada rendahnya hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Praktek Pemasangan Instalasi Listrik Penerangan Bangunan Sederhana dimana untuk Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada SMK N 3 Singaraja yang harus dicapai oleh siswa sebesar
3
75,00. Siswa dinyatakan tuntas apabila siswa mampu memperoleh skor hasil belajar diatas 75,00 atau sama dengan 75,00 begitu juga sebaliknya apabila siswa memperoleh skor hasil belajar dibawah 75,00 maka siswa tersebut dinyatakan belum tuntas dalam proses pembelajaran. Sesuai data yang diperoleh dalam ulangan harian yang dilaksanakan oleh guru, dimana tes hasil belajar dilaksanakan sebanyak lima kali, dari kegiatan tersebut diperoleh data dengan merata-ratakan hasil ulangan harian sehingga memperoleh data dari 30 siswa yang mengikuti tes hasil belajar hanya 14 orang siswa yang mampu memperoleh hasil belajar diatas 75,00 dengan ketuntasan klasikalnya mencapai 46,66% dan rata-rata nilai hasil belajar hanya mencapai 73,92. Dari hal tersebut hasil belajar siswa pada mata pelajaran Praktek Pemasangan Instalasi Listrik Penerangan Bangunan Sederhana belum optimal. Peneliti mengharapkan siswa mampu mencapai ketuntasan belajar sebesar 80% dengan rata-rata hasil belajar mencapai 80,00. Berdasarkan pengamatan dilapangan, proses belajar mengajar kususnya dalam mata pelajaran pemasangan instalasi listrik penerangan bangunan sederhana masih terfokus pada guru dan kurang terfokus pada siswa. Akibatnya siswa mudah bosan tidak memperhatikan guru saat proses belajar mengajar berlangsung. Dalam kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa sangat diperlukan karena suasana kelas yang aktif dan kondusif dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir secara sistematis, dan memperluas wawasan siswa. Dalam pokok bahasan yang terkait dengan mata pelajaran pemasangan instalasi listrik penerangan bangunan sederhana selain menuntut keterampilan dari siswa, keaktifan siswa juga sangat mempengaruhi dalam proses belajar mengajar, karena keaktifan siswa akan menumbuhkan suasana yang
menyenangkan dan semangat dalam belajar khususnya dalam proses pembelajaran pemasangan instalasi listrik penerangan bangunan sederhana. Latihan yang dilakukan guru saat observasi berlangsung, banyak siswa yang keliru didalam proses pembelajaran yang paling terlihat adalah padasaat proses praktikum, salahsatu contoh siswa yang aktif hanya itu-itu saja, sehingga berakibat pada hasil belajar siswa menjadi kurang optimal. Model Explicit Instruction merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan pada pendekatan guru dan siswa secara personal sehingga siswa dapat lebih mengerti tentang materi yang diajarkan dengan adanya bimbingan dari guru. Model Explicit Instruction atau model pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan proseduran dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. Hal ini dapat lebih mendekatkan siswa dengan guru secara intern sehingga siswa tidak malu lagi dalam bertanya tentang hal yang belum mereka pahami. Hal ini senada dengan hasil penelitian dari Yunita Noni Angelia dan Pramudi Utomo (2012) bahwa Model Explicit Instruction pada mata pelajaran desain grafis menggunakan media power point dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 11 Yogyakarta yang diterapkan dalam materi penggunaan perangkat lunak pembuat animasi. Penelitian Dwi Qirana Shali , (2012) bahwa sebelum dilakukan tindakan hanya ada 3 orang siswa yang nilainya sudah memenuhi KKM atau sekitar 8,57 %, dan setelah dilakukan uji coba 3 siklus terjadi peningkatan menjadi 29 orang siswa sekitar 82,86 %. “Keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan koordinasi
4
informasi yang dipelajari (Sudjana, 2010a:17)”. Dalam hal ini keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku siswa menjadi cekat, cepat dan tepat. Perilaku terampil ini dibutuhkan dalam keterampilan hidup manusia di masyarakat. Keterampilan siswa dalam belajar bahan yang diajarkan juga akan mempengaruhi hasil belajar mereka. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction Pada Praktek pemasangan instalasi listrik penerangan bangunan sederhana Kelas X TITL di SMK N 3 Singaraja Guna Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”.
METODE PENELITAN Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bersifat reflektif, partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistim, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK yaitu suatu kegaitan menguji cobakan suatu ide ke dalam praktik atau situasi nyata dalam harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar ( Riyanto, 2001) Berdasarkan observasi awal yang dilakukan proses pembelajaran yang dilakukan adalah model pembelajaran Explicit Instruction Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus . Setiap siklus tediri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi.
A. Siklus I 1. Perencanaan Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan. Kegiatan pada tahap ini adalah : a. Penyusunan RPP dengan model pembelajaran yang direncanakan dalam PTK. b. Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai dengan indikator pembelajaran yang ingin dicapai c. Membuat soal test yang akan diadakan untuk mengetahui hasil pemebelajaran siswa. d. Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik pelaksanaan model pembelajaran yang akan dilaksanakan 2. Pelaksanaan Tindakan a. Tindakan Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar praktek dengan menggunakan model pembelajaran Explicit Intruction Adapun langkah – langkah yang dilakukan adalah (sesuaikan dengan scenario pembelajaran) b. Kegiatan penutup Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan test secara tertulis dalam bentuk objektif untuk mengevalausi hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 3. Observasi Pengamatan dilakukan selama proses proses pembelajaran berlangsung dan hendaknya pengamat melakukan kolaborasi dalam pelaksanaannya.
5
4. Refleksi Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai. Refleksi daimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya unttuk menghasilkan perbaikan pada siklus II B. Siklus II Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I hanya saja perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I sehingga lebih mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus I. HASIL DAN PEMBAHASAN pada Siklus I siswa yang berda pada kategori amat baik sebanyak 2 orang (6.6%) dengan keterangan tuntas, kategori baik 15 orang (50%) dengan keterangan tuntas, kategori cukup 5 orang (16,6%) dengan keterangan tidak tuntas, kategori kurang 8 orang (26,6%).Ketuntasan belajar siswa kelas X TITL 2 dengan penerapan metode Explicit Instruction diperoleh sebanyak 17 (56,6%) orang siswa tuntas dengan nilai diatas 75 dan siswa yang belum tuntas sebanyak 13 orang (43’30%). Penelitian dilanjutkan pada siklus II dimana siswa yang berda pada kategori amat baik sebanyak 15 orang (50%) dengan keterangan tuntas, kategori baik 10 orang (33,3%) dengan keterangan tuntas, kategori cukup 5 orang (16,6%) dengan keterangan tidak tuntas, kategori
kurang tidak ada dan sangat kurang tidak ada. Ketuntasan belajar siswa kelas X TITL 2 dengan penerapan metode Explicit Instruction diperoleh sebanyak 25 (83,3%) orang siswa tuntas dengan nilai diatas 75 dan siswa yang belum tuntas sebanyak 5 orang (16,6%). Karena target yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu ratarata (M) sebesar 80, daya serap (DS) sebesar 80% dan ketuntasan belajar (KB) 80%, maka untuk siklus II yang sudah mencapai target yaitu rata-rata kelas (M) 82,76 daya serap (DS) yaitu 82,76% dan ketuntasan belajar (KB) 83,3%, PEMBAHASAN Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas, peneliti dapat mengidentifikasi adanya beberapa hal yang dianggap penting sehubungan dengan pelaksanaan pembelajaran Pemasangan Instalasi Penerangan Bangunan Sederhana di kelas X TITL 2 dengan penerapan metode pembelajaran Explicit Instruction. Hal tersebut dibahas berdasarkan logika, kajian teori dan temuan-temuan pada penelitian yang relevan. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran Explicit Instruction dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pemasangan Instalasi Listrik Penerangan Bangunan Sederhana di kelas X TITL 2 SMK N 3 Singaraja. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa, dimana pada siklus I, rata-rata hasil belajar siswa hanya mencapai 70,89 dengan daya serap (DS) 70,89% dan ketuntasan Belajar (KB) sebesar 56,6%. Dari 30 jumlah siswa dengan kategori cukup. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karena kurangnya pemahaman siswa terhadap metode yang diterapkan dan siswa masih
6
merasa asing dengan metode tersebut. Dengan kondisi seperti itu, maka seorang guru diharapkan mampu menjelaskan secara detail dan sistematis tentang metode yang dipergunakan, sehingga siswa lebih mudah memahami dan melaksanakan, sehingga hasil belajar yang di capai sesuai dengan yang diharapkan. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus II, Hal ini disebabkan karena pada siklus II metode yang diterapkan sudah dipahami dengan baik oleh siswa, karena metode tersebut sudah pernah dialami atau diterapkan pada Siklus I. Untuk hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus II mengalami peningkatan yang signifikan, yakni pada siklus I : Rata-rata Kelas (M) 71,66; Daya Serap (DS) 71,66 %; dan Ketuntasan Belajar (KB) 62,5%; meningkat pada siklus II menjadi Ratarata Kelas (M) 82,76; Daya Serap (DS) 82,76%; dan Ketuntasan Belajar (KB) 83,3%. Hal ini berarti pada siklus II semua target penelitian yang ditetapkan telah terlampaui dan dapat dinyatakan, penelitian di kelas X TITL 2 SMK Negeri 3 Singaraja dengan penerapan metode pembelajaran Explicit Instruction untuk mata pelajaran Pemasangan Instalasi Penerangan Bangunan Sederhana, berhasil dengan baik. Peningkatan hasil belajar mengalami peningkatan yang signifikan disebabkan oleh karena siswa sudah lebih terbiasa dengan metode pembelajaran Explicit Instruction serta secara psikologi siswa lebih bisa menerimanya. Begitu pula guru sudah bisa menerapkan metode pembelajaran tersebut dengan baik. Karena tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh faktor internal yaitu faktor yang berasal dari diri siswa dan psikologi dan faktor eksternal seperti orang tua, guru atau tenaga pendidik, keadaan ekonomi maupun
sekolah sesuai dengan teori Slameto (1995). Meningkatnya hasil belajar siswa disebabkan karena penerapan metode pembelajaran Explicit Instruction secara benar, baik dan tepat, dapat mengoptimalkan proses pembelajaran secara holistik, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik siswa, sehingga proses belajar mengajar menjadi aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan demikian, untuk mengatasi beragam permasalahan yang ditemui guru maupun siswa dalam pembelajaran, guru dapat mengaplikasikan metode pembelajaran Explicit Instruction. Penerapan metode Explicit Instruction dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan alternatif dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa. Untuk persentase peningkatan ketuntasan belajar diawali dari data observasi awal. Dari observasi awal diperoleh ketuntasan belajar siswa sebesar 46,66%, kemudian setelah dilakukannya penerapan metode pembelajaran Explicit Instruction pada Siklus I peningkatan ketuntasan belajar mencapai 56,6%, dari data tersebut peningkatan ketuntasan belajar mencapai 21,30%. Dilanjutkan pada siklus II siswa mampu memperoleh ketuntasan belajar sebesar 83,3%, berpatokan pada data siklus I peningkatan ketuntasan belajar mencapai 47,17%. Dari data tersebut dapat disimpulkan peningkatan ketuntasan belajar dari data observasi awal dengan data pada siklus II, siswa mengalami peningkatan ketuntasan belajar sebesar 78,53%.
7
PENUTUP Penerapan penerapan metode pembelajaran Explicit Instruction pada pembelajaran Pemasangan Instalasi Penerangan Bangunan Sederhana dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X TITL2 SMK Negeri 3 Singaraja. Hal ini dapat dilihat berdasarkan data hasil belajar siswa dari observasi awal yang dilakukan, ketuntasan klasikal siswa hanya mencapai 46,66%, akan tetapi setelah dilaksanakannya penerapan metode pembelajaran Explicit Instruction siswa yang tuntas dalam proses pembelajaran untuk siklus I sebesar 56,6% dan pada siklus II sebesar 83,3%, dengan persentase peningkatan dari data ketuntasan belajar pada observasi awal dengan data ketuntasan belajar siklus I sebesar 21,30%, dari ketuntasan belajar pada siklus I dengan ketuntasan belajar pada siklus II sebesar 47,17% dan untuk data ketuntasan belajar pada observasi awal dengan data ketuntasan belajar pada siklus II sebesar 78,53 %. Penelitian ini dapat dikategorikan berhasil karena sudah mencapai target yaitu rata-rata kelas (M) 82,76 daya serap (DS) yaitu 82,76% dan ketuntasan belajar (KB) 83,3%.
DAFTAR PUSTAKA Arends.
Dalam Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif Konsep, Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Group. Ali, Lukman, dkk. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Depdikbud,Balai Pustaka, Jakarta Alim Sumarno. (2011). Pengertian Pendidikan Keterampilan. Diambil
dari:http://blog.elearning.unesa. ac.id/alim-sumarno/perumusanevaluasipembelajaranberbasis-kompetensi. Diakses tanggal 15 Agustus 2013. Arikunto, Suharsimi. (1997). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta : Yogyakarta. .................................. (2002). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta : Yogyakarta. .................................. (2006). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta : Yogyakarta. ...................................(2010). Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta Aqib Zainal. (2006). Penelitian Tindakan Kelas Bagi Pengembangan Guru.Bandung: Irama Widya. Chauhan, s. S. (2012) Innovations in Teaching Learning Process. New Delhi : Vikas Publishing House PVT LTD. Djamarah, Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Dwi Qirana. S. dkk (2012). Penerapan model Explicit Instruction dalam Memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas VIII SMP Negeri 11 Cirebon. Jurnal Nasional 7(1): 38–60. Hasan Sadly dan Echols John. M., Metode-Metode Mengajar,, Jakarta: Gramedia, 1977. Hopkins, D. (1993). A Teacher’s guide to classroom research. Second edition. Buchingkamphiladeplia: Open University Press. Iru dan La Ode Saifun Arihi. (2012). Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi dan Model – Model
8
Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Persada. Joyce. Dalam Trianto 2011. Mendesaian Model Pembelajaran Inovative Progresif. Jakarta:Kencana. Kardi, S. dan Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung. Dalam Trianto,. 2011. Mendesain Model Pembelajaran InovatifProgresif. Jakarta : Kencana Kemmis, S., & Wilkinson, M. (1993). Participatory action research and the study of practice. In B. Atweh, S. Kemmis, & P. Weeks (Eds.), Action research in practice partnerhips for social justice in education (pp. 21-36). London:Routledge. Munandar, Utami. 1992, Mengembangkan Bakat & Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama Muhibbin Syah. (1995). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Nawawi ,Hadari. (1981). Metode-Metode Mengajar. Jakarta : Pustaka Pelajar. Nurkancana, Wayan dan P.P.N. Sunartana. 1990. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Paul B. Diedrich dalam Munir. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Rajagrafindo Persada. Rochiati Wiriaatmadja. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Soekamto. Dalam Trianto 2011. Mendesain Model Pembelajaran Innovative Progreesif. Jakarta: Kencana Soimah. S . (2013). penerapan model pengajaran langsung melalui
pendekatan Explicit Instruction untuk meningkatkan hasil belajar mengidentifikasi dokumen- dokumen kantor pada siswa kelas X AP SMK Negeri 1 Brebes. Jurnal Nasional 14(2): 121-141.Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta. Suharsimi.1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Suryabrata, Sumadi. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali. Yunita. N. dan Pramudi. U. (2012), peningkatan hasil belajar siswa menggunakan media power point dan animasi berbasis macromedia flash dengan model explicit instruction pada mata pelajaran desain grafis kelas XI IPA di SMA Negeri 11 Yogyakarta. Jurnal Nasional 2(1): 159–173.