PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM ALQUR’AN (TELAAH INTERPRETATIF TEMATIK)
SKRIPSI
Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : Sakinatul Birroh NIM: 11113190
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017 i
ii
3
4
vi
MOTTO
﴾٢٨﴿ اِمَّنَا اَْم ُرهُ اِذَا اََر َاد َشْيئًا اَ ْن يم ُق ْو َل لَوُ ُك ْن فَيَ ُك ْو ُن Artinya: Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghenaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya , “jadilah!” maka jadilah sesuatu itu (QS. Yâsîn/36: 82).
vi
PERSEMBAHAN Alhamdulillah dengan izin Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini penulis persembahkan kepada : 1. Kedua orang tuaku (Mustaqim & Siti Khotimah) yang senantiasa mendoakan dan selalu percaya denganku. 2. Saudara-saudaraku (Muh Darsul Hafidz, Siti Zahroil Batul, Siti Ayamil Choliyah) dengan adanya mereka telah memberi motivasi tersendiri. 3. Abah & Umi (K.Muhlasin & Nyai Choiriyatik) yang telah membimbing menjadi lebih baik. 4. Dosen pembimbing (Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag.), serta para guru dan dosen yang telah membagikan ilmu. 5. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu menghiburku yang tidak bisa disebutkan satu per satu. 6. Laki-laki terbaik yang selalu setia mendampingi, mendukung, serta memberikan kebahagian dunia dan akhirat. 7. Sivitas akademik IAIN Salatiga.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang maha Rahman yang telah mengangkat dan menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling mulia dan paling sempurna. Dan hanya dengan petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam selalu penulis haturkan kepada uswatun khasanah Nabi Muhammad SAW, suri tauladan yang baik bagi seluruh umat manusia. Sebagai insan yang lemah
penulis menyadari bahwa
penulisan skripsi ini bukanlah merupakan tugas yang ringan, akhirnya dengan berbekal kemauan serta dukungan dari berbagai pihak, maka tersusunlah skripsi ini dengan judul “PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM AL QUR‟AN TELAAH INTERPRETATIF TEMATIK. Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung serta membantu dalam penulisan skripsi ini. Saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa senang hati dan terbuka. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis serta bagi pembaca pada umumnya.
Salatiga, 22 maret 2017
Sakinatul Birroh NIM. 11113190
viii
ABSTRAK Birroh, Sakinatul. 2017. Pendidikan Multikultural dalam Al Qur’an Telaah Interpretatif Tematik. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag. Kata Kunci: Pendidikan Multikultural dalam Al Qur’an Begitu banyak keragaman (multikultural) yang ada di dunia ini mulai dari budaya, suku, etnis, bahasa, agama, bahkan kepercayaan yang berbeda. Tak jarang hal ini bisa menjadi salah satu sebab timbulnya suatu konflik. Sebenarnya keragaman tersebut tidak perlu dipermasalahkan karena memang sudah menjadi sunatullah. Jadi hal yang mustahil jika ada seseorang yang mempunyai keinginan untuk menyeragamkan keragaman tersebut. Melalui pendidikan multikultural diharapkan mampu menjadi solusi untuk mengahadapi keragaman (multikultural) yang ada. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep pendidikan multikultural, serta untuk mengetahui ajaran multikultural yang terdapat dalam Al Qur‟an yaitu dalam QS. Ar Rum ayat 22, Qs. Al Hujurat Ayat 13, Qs. Fatir Ayat 28, Qs. Al Maidah Ayat 48, Qs. Hud Ayat 118-119. Dalam penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan pendekatan kajian tafsir maudlu‟i, atau biasa disebut juga dengan tafsir tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep pendidikan multikultural merupakan sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk menghadapi berbagai ragam perbedaan dalam bentuk budaya, bahasa, suku, ras, serta agama, untuk membentuk sikap saling menghormati dan menghagai antar sesama manusia. Kemudian terdapat ajaran multikultural dalam QS. Ar Rum ayat 22 mengenai keragaman dalam hal komunikasi yaitu keragaman dalam bentuk bahasa, serta keragaman ras yaitu keragaman bentuk dan warna kulit, dimana setiap manusia atau individu memiliki bentuk dan warna kulit yang berbeda. Sedangkan dalam QS. Al Hujurat ayat 13 menjelaskan tentang diciptakannya laki-laki dan perempuan yang berpasang-pasang dalam bangsa-bangsa dan suku yang berbeda. Kemudian dalam QS. Fatir ayat 28 dijelaskan adanya perbedaan pada setiap makhluk. Dijelaskan pula dalam QS. Al Maidah ayat 48 yaitu tentang adanya perbedaan pendapat dari setiap umat. Serta QS. Hud ayat 118-119 yang memiliki perbedaan prinsip pada setiap umat bahkan dalam beragama.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... iii PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... v MOTTO ........................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................... 1 A. Latar Belakang ...................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian .................................................................. 6 D. Kegunaan Penelitian.............................................................. 6 E. Metode Penelitian.................................................................. 7 F. Pennegasan Istilah ................................................................. 9 x
G. Sistematika Penulisan ........................................................... 11 BAB II
KOMPILASI AYAT-AYAT MULTIKULTURAL ................ 13 A. QS. Ar Rum Ayat 22 .............................................................. 13 B. QS. Al Hujarat Ayat 13 .......................................................... 16 C. QS. Fatir Ayat 28 ................................................................... 18 D. QS. Al Maidah Ayat 48 .......................................................... 19 E. QS. Hud Ayat 118-119 ........................................................... 22
BAB III
ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH ............................... 24 A. Asbabun Nuzul ....................................................................... 24 B. Munasabah ............................................................................. 29
BAB IV
PEMBAHASAN.......................................................................... 42 A. Pendidikan Multikultural ......................................................... 42 B. Analisis Ajaran Multikultural dalam Al Qur‟an ...................... 51
BAB V
PENUTUP .................................................................................... 70 A. Kesimpulan ............................................................................. 70 B. Saran ........................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah bangsa besar, memiliki georafis yang sangat luas, terdiri lebih dari 13.000 pulau besar maupun kecil, memiliki penduduk lebih dari 250 juta jiwa, terbentuk dari berbagai budaya, suku, etnis, bahasa, serta agama yang berbeda. Indonesia mempunyai ratusan suku, yang menggunakan hampir dari 200 bahasa daerah, serta menganut agama atau kepercayaan yang berbeda pula, seperti Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Konghucu. Dengan demikian, maka tidak heran jika Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Para pendiri bangsa telah sadar akan hal tersebut sehingga megukuhkan semboyan berbangsa dan bernegara Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tapi tetap bersatu. Dengan harapan semboyan tersebut dapat menjadikan jiwa bagi tubuh yang mampu mewujud ke dalam sikap berbagai kelompok untuk saling mengenal, saling memahami, saling percaya, saling menghargai, saling mengakui, dan akhirnya saling memberi manfaat. Meskipun demikian, adanya berbagai perbedaan dan keragaman tersebut jika tidak diimbangi dengan sikap menghargai dan menghormati satu sama lain dapat memicu persoalan dan mengakibatkan berkurangnya
1
rasa kemanusiaan untuk selalu menghormati hak-hak orang lain. Kekerasan, pemberotakan, dan pembunuhan tidak dapat dielakkan lagi. Pembunuhan besar-beasaran terhadap Partai Komunis Indonesia pada tahun 1965, kekerasan terhadap etnis Cina di Jakarta pada Mei 1998, perang Islam-Kristen di Maluku Utara pada tahun 1999-2003, perang antar etnis antara warga Dayak-Madura pada tahun 1931-2000, merupakan sejarah kelam yang dialami Indonesia menyebabkan kurang lebih 2000 nyawa manusia melayang sia-sia. Selain itu, yang sedang terjadi pada akhir-akhir ini konflik perseteruan politik dan perseteruan yang mengatas namakan agama telah mengakibatkan terusiknya ketentraman masyarakat selama ini. Maka dari itu, menjadi keharusan bagi kita bersama untuk memikirkan upaya pemecahannya (solution). Bukan hanya dari pihak pemerintah saja yang harus bertanggung jawab dalam hal ini, akan tetapi dari kalangan pendidikan juga harus ikut memikirkannya. Para kalangan pendidikan sudah selayaknya berperan dalam menyalesaikan masalah konflik perseteruan yang terjadi di masyarakat. Minimal, pendidikan diharapkan mampu memberikan penyadaran kepada masyarakat bahwa konflik atau perseteruan bukan suatu hal yang baik untuk dibudayakan. Dan seharusnya para kalangan pendidikan mampu memberikan tawarantawaran yang mencerdaskan, seperti dengan mendesign materi, metode, hingga kurikulum yang mampu menyadarkan masyarakat akan pentingnya sikap saling toleran, menghormati perbedaan suku, agama, ras, etnis dan
2
budaya masyarakat Indonesia yang multikultural. Sudah selayaknya pendidikan berperan sebagai media transformasi sosisal budaya dan multikulturalisme. Telebih bagi pendidikan agama Islam (Mahfud, 2006: 4). Multikultural dimaknai sebagai paham yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial
politik
yang
sama
dalam
masyarakat
modern.
Istilah
multikulturalisme juga sering digunakan untuk menggambarkan kesatuan berbagai etnis masyarakat yang berbeda dalam suatu negara. Multikultural secara etimologi berasal dari dua kata yaitu multi (banyak/beragam) dan kultural (budaya atau kebudayaan), yang berarti keberagaman budaya. Budaya dalam hal ini dipahami sebagai seluruh dialektika manusia terhadap kehidupannya. Dialektika ini akan melahirkan banyak wajah, seperti sejarah, pemikiran, budaya verbal, bahasa dan lain-lain. Pada awalnya istilah multikultural dikenal dengan istilah pluralisme yang mengacu pada keragaman etnis dan budaya dalam suatu daerah atau negara. Ketika memaknai pendidikan Islam multikultural, kita akan dibawa pada sebuah justifikasi yang menyatakan bahwa sebelum adanya konsep multikultural ini, Islam tidak menghargai perbedaan dalam bentuk apapun. Seperti perbedaan dalam bentuk budaya, wajah, bahasa, suku dan agama. Padahal sesungguhnya, Islamlah yang paling pertama menghargai perbedaan yang terjadi antar umat manusia. Jika ditelusuri secara 3
mendalam, ternyata sejarah Islam lebih banyak diwarnai perdamaian. Benar bahwa terjadi banyak peperangan, tetapi kehidupan umat Islam secara keseluruhan ketika itu lebih banyak diwarnai suasana damai. Rasulullah Saw diutus menjadi Rasul ketika berumur 40 tahun. Kemudian beliau berdakwah selama kurang lebih 23 tahun yang bisa dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Makkah
yang berlangsung selama 13 tahun,
sedangkan periode Madinah berlangsung selama kurang lebih 10 tahun. Berdasarkan sejarah, dakwah Rasulullah saw di Makkah tidak terjadi peperangan, bahkan Rasul menjadi teladan agung dalam hal kesabaran, ketabahan, dan jiwa pemaaf. Adapun periode Madinah, memang terjadi banyak peperangan, itu karena umat Islam berusaha membela dirinya dari serangan
kaum
Quraish
yang
memusuhi
mereka
dan
berjuang
mengembalikan hak yang telah dirampas oleh kaum Quraish. Namun, meskipun banyak peperangan, Islam tetap menunjukkan keluhurannya sebagai agama yang damai. Contoh nyata dalam hal ini adalah adanya piagam Madinah yang bertujuan untuk menghadirkan kehidupan sosial yang stabil, aman, dan sejahtera di kota Madinah yang dihuni oleh masyarakat majemuk. Adanya Perjanjian Hudaibiyah yang dibuat untuk suatu kesepakatan atau perjanjian perdamaian. Serta peristiwa pembebasan kota Makkah (fathul Makkah) yang bertujuan agar masyarakat Madinah yang beragam itu tetap berkomitmen untuk hidup bersama secara beradap dengan membuat kontrak-kontrak sosial yang dihormati dan dipatuhi.
4
Begitu banyak ayat dalam Al Qur‟an yang menjelaskan tentang ajaran multikultural, salah satunya dalam Q.S Ar Rum ayat 22 yang menjelaskan adanya kebesaran Allah yang penciptaan langit dan bumi serta perbedaan bahasa dan warna kulit. Perbedaan bahasa adalah sebuah kewajaran. Begitu juga warna kulit, ada yang berkulit putih, hitam, coklat, dan lain-lain. Perbedaan ini adalah hal yang sudah menjadi kehendak Allah dan suatu hal yang mustahil jika ada pihak yang mempunyai keinginan
untuk
menyeragamkan
perbedaan.
Al
Qur‟an
telah
mengingatkan bahwasannya Islam telah mengajarkan untuk saling menghormati antar manusia satu dengan yang lainnya. Islam adalah agama yang mengajarkan nilai-nilai universal dengan tujuan untuk memberikan rahmat bagi semesta alam, (rahmatan lil‟alamin) sehingga terdapat ayatayat dalam Al Qur‟an yang mengajarkan tentang perdamaian, kasih sayang, menghormati perbedaan, dan lain sebagainya. B. Rumusan Masalah Pembahasan dalam penelitian ini dibatasi telaah pada Q.S Ar Rum ayat 22, QS. Al Hujurat ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah ayat 48, dan QS. Hud ayat 118-119. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana konsep pendidikan multikultural? 2. Bagaimana ajaran multikultural yang terkandung dalam Q.S Ar Rum ayat 22, QS. Al Hujurat ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah ayat 48, dan QS. Hud ayat 118-119?
5
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan pernyataan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah (Tim, 2008: 16). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui konsep pendidikan multikultural. 2. Untuk mengetahui ajaran multikultural yang terkandung dalam Q.S Ar Rum ayat 22, QS. Al Hujurat ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah ayat 48, dan QS. Hud ayat 118-119. D. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoritik Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat menambah kesadaran akan pentingnya pendidikan multikultural bagi bangsa Indonesia, serta menambah khasanah pengetahuan tentang adanya pendidikan multikultural dalam Islam. 2.
Manfaat Praktis Secara praktis, ada beberapa manfaat penyampaian pesan melalui buku yaitu: a. Bagi bidang kepenulisan, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat karya buku yang sarat dengan pendidikan multikultural.
6
b. Bagi bidang pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam pengembangan pendidikan bebasis multikultural terlebih pada pendidikan agama Islam c. Bagi civitas akademika, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk penelitian-penelitian yang relevan di masa yang akan datang. E. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara kerja meneliti, mengkaji dan menganalisis objek sasaran penelitian untuk mencari hasil atau kesimpulan tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), merupakan penampilan argumentasi penalaran keilmuan yang memaparkan hasil kajian pustaka dan hasil olah pikir peneliti mengenai suatu masalah/topik kajian. 2. Pendekatan Dalam pencapaian hasil yang maksimal, maka metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan kajian tafsir maudlu‟i, atau biasa disebut juga dengan tafsir tematik, yaitu cara menafsirkan kitab suci dengan menghimpun ayat-ayat Al Qur‟an dari berbagai ayat yang berkaitan dengan persoalan atau topik yang ditetapkan. Dalam hal ini peneliti akan membahas mengenai satu topik yaitu pendidikan
7
multikultural dalam QS. Ar Rum ayat 22, QS. Al Hujurat Ayat 13, QS. Fatir Ayat 28, QS. Al Maidah Ayat 48, QS. Hud Ayat 118-119. Kemudian peneliti membahas dan menganalisis kandungan ayat tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh untuk mendapatkan pemahaman mengenai esensi dari kandungan ayat dalam Al Qur‟an sehingga memperoleh suatu konsep yang lebih relevan. 3. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumendokumen atau transkip yang telah ada. Adapun data penelitian ini dibagi menjadi menjadi dua, yaitu: a. Data Primer Merupakan bahan pokok yang diperoleh melalui buku seperti Tafsir Jalalain. b. Data Sekunder Yaitu data yang berupa bahan pustaka yang memiliki kajian yang sama yang dihasilkan dari beberapa sumber lain. Sehingga dapat membantu memecahkan permasalahan yang menjadi fokus penelitian skripsi ini. Misalnya Pendidikan Multikultural oleh Choirul Mahfud, serta sumber lainnya yang relevan. 4. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan ialah Content Analysis (analisis isi), yaitu upaya menggali sejauh mungkin produk tafsir yang
8
dilakukan ulama-ulama tafsir terdahulu berdasarkan literature tafsir. Disini penulis hanya menafsirkan pendidikan multikultural dalam kandungan QS. Ar Rum ayat 22, QS. Al Hujurat ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah ayat 48, dan QS. Hud ayat 118-119. Kemudian dari hasil penafsiran surah tersebut dianalisa secara mendalam dan seksama mengenai pendidikan multikultural. F. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menelaah judul penelitian, maka penulis akan menjelaskan istilah pokok yang terkandung dalam judul, yaitu: 1. Pendidikan Dalam arti khusus Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Sedangkan dalam arti luas, pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat (Sadullah, 2014: 3). Pendidikan menurut Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1973 juga dijelaskan bahwasannya pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu usaha yang disadari, untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup.
9
Terdapat pula dalam UU RI No. 20 th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dengan demikian dari berbagai pengertian diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwasannya pendidikan merupakan usaha seseorang yang bertujuan untuk mendapatkan dan menjadikan seseorang agar menjadi lebih baik dari segi apapun secara sadar yang berlangsung seumur hidup. 2. Multikultural Secara etimologis multikultural dibentuk dari kata multi yang berarti banyak, dan kultur yang berarti budaya. Dalam kata tersebut terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik (Mahfud, 2006: 75). 3. Pendidikan Multikultural Pendidikan
multikultural
adalah
strategi
pendidikan
yang
diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan-perbedaan kultur yang ada pada siswa seperti
10
perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, ras, kemampuan, dan umur agar proses belajar menjadi efektif dan mudah (Yaqin, 2005: 25). G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini tersusun dalam tiga bagian, yaitu: 1. Bagian Awal Yang meliputi sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, dan daftar isi. 2. Bagian Inti Bagian inti dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima bab yang rinciannya adalah sebagai berikut: Bab pertama merupakan bab pendahuluan. Dalam bab ini dikemukakan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi. Bab kedua berisi kompilasi ayat-ayat yang berkenaan dengan multikultural. Bab ketiga merupakan asbabun nuzul dan munasabah dari ayatayat multikultural. Bab keempat berisi pembahasan mengenai pengertian pendidikan multikultural, ciri-ciri penidikan multikultural, urgensi pendidikan multikultural, tujuan pendidikan multikultural dan analisis tentang
11
pendidikan multikultural dalam QS. Ar Rum ayat 22, QS. Al Hujurat ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah ayat 48, QS. Hud ayat 118119. Bab kelima, merupakan bab penutup yang merefleksikan kembali ringkasan skripsi dalam bentuk kesimpulan dan saran 3. Bagian Akhir Yaitu bagian yang memuat daftar pustaka, daftar riwayat hidup dan lampiran-lampiran.
12
BAB II KOMPILASI AYAT-AYAT MULTIKULTURAL Kebereagaman antara umat di bumi ini telah menjadi kehendak Allah dan hal yang mustahil dilakukan bagi siapa pun untuk menyeragamkan keberagaman tersebut. Seperti yang telah diisyaratkan dalam firman Allah: A. QS Ar Rum Ayat 22
ِ ِ ِ وِمن ايتِو خ ْلق ال مسمو ٍ ك َْلي ِ ت َو ْاْلَْر ت ُ اختِ ََل َ ف اَلْ ِسنَتِ ُك ْم َواَلْ َوانِ ُك ْم ۗ ا من ِ ِْف ذل ْ ض َو ُ َ ْ َ ِِ ِ ﴾٨٨﴿ي َ ْ ل ْلعلم Artinya: Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu, sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (QS Ar Rum/30: 22)
ِ (وِمن ايتِو خ ْلق ال مسمو ِ ت َو ْاْلَْر )ف اَلْ ِسنَتِ ُك ْم ُ اختِ ََل ْ ض َو ُ َ ْ َ
Dan diantara tanda-
tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlainlainan bahasa kalian, maksudnya dengan bahasa yang berlainan
()واَلْ َوانِ ُك ْم َ
dan berlain-lainan pula warna kulit kalian, diantara kalian ada yang berkulit putih, ada yang hitam, dan lain sebagainya, padahal kalian berasal dari seorang lelaki dan seorang perempuan yaitu Nabi Adam dan Siti
ٍ َْلي Hawa (ت
ِ ِ ك َ )ا من ِ ِْف ذلsesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
13
terdapat tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah Swt
ِِ ِ (ي َ ْ )ل ْلعلم
bagi orang-orang menhetahui yaitu bagi orang-orang yang berakal dan berilmu (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 454). Ayat di atas mejelaskan tentang tanda-tanda kekuasaan Allah yang menciptakan langit dalam hal ketinggian, keluasan, yang dihiasi dengan beraneka bintang dan planet-planet yang tetap maupun yang beredar, serta menciptakan bumi yang mempunyai gunung, sungai, laut, daratan, binatang, dan tumbuhan. Semakin maju ilmu pengetahuan manusia, semakin banyak hal baru terungkap dari keagungan dan kekuasaan Allah. Dahulu manusia menganggap bahwa jumlah bintang sekitar lima hingga enam ribu saja, hal ini karena mereka melihatya hanya dengan mata telanjang. Kini setelah ada teleskop yang lebih kuat, kebesaran dan keberagaman bintang-bintang dilangit semakin bertambah, dan jumahnya belum diketahui seorangpun, hanya Allah Swt yang mengetahui jumlah seluruh bintang yang ada dilangit (Imani, 2008: 141). Diantara tanda-tanda kekuasaan Allah yang lain adalah adanya berbagai macam bahasa percakapan manusia di bumi yang tidak dapat dihitung jumlahnya. Kata
)(ألسنتكم
alsinatikum adalah jamak dari kata
) (لسانyang berarti lidah. kata ini berasal dari )(لسن
lasina yang berarti
fasih dan lancar. Kata lisân mempunyai dua bentuk jamak dengan
14
pengertian yang berbeda. Bentuk pertama adalah
) (ألسنalsun
kata lisan
disini dipandang sebagai muanas yang berarti kata dan sebutan. Sedangkan bentuk kedua adalah
)(السنة
alsinah yang dipandang sebagai
mudzakar yang berarti bahasa atau pembicaraan (Quraish Shihab, 2007: 79). Berarti perbedaan lidah disini dapat diartikan sebgai perbedaan bahasa, dialek dan intonasi (Quraish Shihab, 2007: 190). Meskipun manusia hidup di satu bumi, dan berasal dari asal-usul yang sama namun diantara mereka terdapat bahasa yang berbeda-beda. Hampir dari setiap negara memiliki bahasa yang berbeda bahkan di Indonesia sendiri memiliki lebih dari 250 bahasa daerah yang berbeda. Disamping adanya perbedaan bahasa juga terdapat perbedaan dalam hal warna kulit. Kata alwân, merupalan jamak dari laun, yang pada mulanya berarti warna, namun di ayat ini berarti warna kulit. Semua manusia yang ada di bumi ini tidak ada yang sama, meskipun mirip, bahkan anak kembar sekalipun pasti ada perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Mulai dari sidik jari, raut muka, bentuk mata, bentuk hidung, bentuk telinga, semuanya tidak ada yang sama (Hamka, 1988: 68). Ayat di atas ditutup dengan
)(للعاملي
li al-„âlimîn/bagi orang-orang yang alim,
yakni bagi orang-orang yang berakal dan berilmu. Maksudnya terhadap apa yang telah dijelaskan itu terdapat tanda-tanda yang nyata bagi orang-
15
orang yang mengetahui rahasia alam dan aturan-aturan bermasyarakat (Ash-Shiddieqy, 2000: 3171). B. QS Al Hujarat Ayat 13
ِ يآيُّهاالن ماخلَ ْقن ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍرمواُنْثى َو َج َع ْلن ُك ْم ُشعُ ْوبًا موقَبَآئِ َل لِتَ َع َارفُ ْواۗ اِ من اَ ْكَرَم ُك ْم ِعْن َداللّ ِو َ ماس ان ُ َ ﴾۳۱﴿اَتْق ُك ْم ۗ اِنماللّوَ َعلِْي ٌم َخبِْي ٌر Artinya: wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah maha mengetahui, maha teliti. (QS Al Hujarat/49: 13)
ِ ( يآيُّهاالنHai manusia, sesungguhnya Kami ماخلَ ْقن ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍرمواُنْثى َ ماس ان ُ َ menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan) yakni dari bangsa Adam dan Hawa
( َو َج َع ْلن ُك ْم ُشعُ ْوبًاdan Kami menjadikan kalian
berbangsa-bangsa ) lafadz syu‟ûban adalah bentuk jamak dari lafadz sya‟bun, yang artinya tingkatan nasab keturunanyang paling tinggi
َوقَبَآئِ َل
(dan bersuku-suku) kedudukan suku berada dibaawah bangsa, setelah suku atau kabilah disebut Imarah, lalu Batn kemudian Fakhs dan yang paling bawah adalah Fasilah. Contohnya ialah Khuzaimah adalah nama suatu bangsa, Kinanah adalah nama suatu kabilah atau suku, Quraisy adalah nama satu Imarah, Qusay adalah nama suatu Batn, Hasyim adalah nama
16
suatu Fakhs, dan Al Abbas adalah nama suatu Fasilah.
لِتَ َع َارفُ ْوا
(supaya
kalian saling mengenal) lafaz ta‟ârafû asalnya adalah tata‟ârafû, kemudian salah satu dari kedua huruf ta dibuang sehingga jadilah ta‟ârafû, maksudnya supaya sebagian dari kalian saling mengenal sebagian yang lain, bukan saling untuk membanggakan ketinggian nasab atau keturunan, karena sesungguhnya kebanggaan itu hanya dari segi ketakwaan.
اِ من اَ ْكَرَم ُك ْم ِعْن َداللّ ِو اَتْق ُك ْم ۗ اِنماللّوَ َعلِْي ٌم
(sesungguhnya orang yang paling
mulia diantata kalian disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui) tentang kalian
َخبِْي ٌر
(lagi Maha
Mengenal) apa yang tersimpan didalam batin kalian (Al-Mahalli & As Suyuti, 2016: 895). Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij, dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini turun ketika Fathul Makkah Bilal naik ke atas Ka‟bah untuk adzan. Berkatalah beberapa orang: “Apakah pantas budak hitam adzan di atas Ka‟bah?”. Maka berkatalah yang lainnya: “Sekiranya Allah membenci orang ini, pasti Allah akan meggantinya”. Kemudian ayat ini turun sebagai penegasan bahwa dalam Islam tidak ada diskriminasi, dan yang paling mulia adalah yang paling taqwa (Shaleh, Dahlan & Dahlan, 1990: 475).
17
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptan makhluk-Nya, laki-laki dan perempuan, dan menciptakan manusia berbangsa-bangsa, untuk menjalin hubungan yang baik. Dijadikannya makhluk dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku adalah dengan harapan bahwa satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi secara baik dan positif. Adanya perbedaan-perbedaan itu bukanlah ukuran untuk menilai apakah seseorang itu baik atau buruk. Derajat kebaikan manusia diukur dari ketaqwannya. Tidak peduli apakah dia laki-laki atau perempuan, berkulit putih atau hitam, asal bertaqwa kepada Allah Swt, maka dia tergolong orang baik (Ihsan, 2015: 27). C. QS Fatir Ayat 28
ِ ِ ِ َوِم َن الن ۗ ك ۗ امَّنَا ََيْ َشى اللّوَ ِم ْن ِعبَ ِاد ِه الْعُلَم ُؤا ِّ مو ٌ آب َو ْاْلَنْعاَِم ُُْمتَل َ ف اَلْ َوانُو َكذل َ ماس َواالد ﴾٨٢﴿اِ من اللّوَ َع ِزيٌْز َغ ُف ْوٌر Artinya: Dan dengan demikian (pula) diantara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang bermacammacam warnanya (dan jenisnya). Diantara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyakah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun. (QS Fatir/35: 28)
ِ ِ ِ َوِم َن الن ك ِّ مو ٌ آب َو ْاْلَنْعاَِم ُُْمتَل َ ف اَلْ َوانُو َكذل َ ماس َواالد
(Dan demikian pula
diantara manusia, binatang-binatang melata, dan binatang-binatang ternak
ada
yang
bermacam-macam
warnanya)
beranekaragamnya buah-buahan dan gunung-gunung.
18
sebagaimana
امَّنَا ََيْ َشى اللّ َو ِم ْن ِعبَ ِادهِ الْعُلَم ُؤا
(sesungguhnya yang takut kepada Allah
diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama).
Allah maha perkasa),
َغ ُف ْوٌر
( اِ من اللّوَ َع ِزيٌْزSesungguhnya
(lagi maha pengampun) terhadap dosa-dosa
hamba-Nya yang mukmi (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 576). Pada ayat ini menerangkan tentang adanya pebedaan bentuk dan warna makhluk hidup. Firman-Nya:
)(كذلك
kadzaalika dipahami oleh
banyak ulama dalam arti keragaman. Ayat ini menggarisbawahi tentang adanya perbedaan dari setiap makhluk meskipun berasal dari sumber materi yang sama (Quraish Shihab, 2012: 62). D. QS Al Maidah Ayat 48
ِ ِ ِ ِ ك الْ ِكت ِ ي يَ َديِْو ِمن الْ ِكت اح ُك ْم بَْي نَ ُه ْم َ َواَنْ َزلْنَآالَْي َ ْ َص ِّدقًالِّ َماب ْ َب َوُم َهْيمنًا َعلَْيو ف َ ب ب ْل َح ِّق ُم َ َ ِ ْ ِِبآاَنْزَل اللّو وْلَتَتمبِع اَىوآءىم ع مماجآء َك ِمن ِ ِ ِ ۗ اجا ً اْلَ ِّق ۗل ُك ٍّل َج َع ْلنَا مْن ُك ْم ش ْر َع ًة مومْن َه َ َ َ َ ْ َُ َ ْ ْ َ ُ َ َ ِ ااْلي ر ِ ِ ت ۗاِ ََل اللّ ِو َم ْرِجعُ ُك ْم َْْ َولَ ْو َشآءَاللّوُ ََلَ َعلَ ُك ْم اُم ًة مواح َد ًة مولك ْن لِّيَْب لَُوُك ْم ِ ِْف َمآات ُك ْم فَ ْستَبِ ُقو َِ ﴾٨٢﴿ َجْي ًعافَيُنَبِّئُ ُك ْم ِِبَا ُكْنتُ ْم فِْي ِو ََتْتَلِ ُف ْو َن Artinya: Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al Qur‟an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran yang membenarkan kitabkitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat diantara kamu, Kami
19
berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlombalombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan (QS Al Maidah/5: 48). Dalam surat Al Maidah ayat 48 ini menerangkan bahawa Al Qur‟an adalah bukti dan saksi kebenaran kandungan kitab-kitab yang terdahulu (Quraish Shihab, 2012: 276). Al Qur‟an menghapus sebagian hukum pada kitab terdahulu, yang didalamya terdapat kesulitan, beban, dan belenggu. Syariat memang berbeda, namun dasar agama tetap satu, yaitu Islam. Umat Yahudi memiliki syariat yang terperinci dalam hukum-hukum yang dikhususkan untuk mereka. Begitu pula umat Kristen dan umat Islam. Kendati demikian, sesungguhnya agama yang disisi Allah Swt adalah Islam (Tim Qisthi Press, 2008: 522).
ِ ك َ َواَنْ َزلْنَآالَْي
(Dan telah Kami turunkan padamu) hai Muhammad
(kitab) Al Qur‟an
بِْل َح ِّق
ِ الْ ِكت ب
(dengan kebenaran) berkaitan dengan anzalna
ي يَ َديِْو َ ْ َص ِّدقًالِّ َماب َ ( ُمmembenarkan apa yang terdapat dihadapannya) maksudnya yang sebelumnya
batu ujian
terdahulu.
َعلَْي ِو
ِ ِمن الْ ِكت ب َوُم َهْي ِمنًا َ
(diantara kitab dan menjadi saksi) atau
(terhadapnya). Kitab disini maksudnya ialah kitab-kitab
اح ُك ْم بَْي نَ ُه ْم ْ َف
(sebab itu putuskanlah perkara mereka) maksudnya
20
antara ahli kitab jika mereka mengadu kepadamu
diturunkan Allah) kepadamu
َوْلَتَتمبِ ْع اَ ْى َوآءَ ُى ْم
hawa nafsu mereka) dengan menyimpang
ِ ُ( ِبَآاَنْ َزَل اللّوdengan apa yang
(dan jaganlah kamu mengikuti
اْلَ ِّق ۗلِ ُك ٍّل َج َع ْلنَا ِمْن ُك ْم ْ اجآءَ َك ِم َن َ َع مم
(dari kebenaran yang telah datang kepadamu. Bagi tiap-tiap umat diantara
ِ kamu Kami beri) hai manusia اجا ً مومْن َه
ً( ِش ْر َعةaturan dan jalan) maksudnya jalan
yang nyata dalam agana yang akan mereka tempuh.
ِ ولَو َشآءاللّو ََلعلَ ُكم اُمةً مو اح َد ًة ْ ََ ُ َ ْ َ
(sekiranya dikehendaki Allah, tentulah kamu dijadikan-Nya satu umat) degan hanya satu syariat,
golongan
لِّيَْب لَُوُك ْم
مولكِ ْن
(tetapi) dibagi-baginya kamu kepada beberapa
(untuk mngujimu)
ِ ِْف َمآات ُك ْم
(mengenai apa yang telah
diberikan-Nya kepadamu) berupa syariat yang bermacam-macam untuk melihat siapakah diantara kamu yang taat dan siapa pula yang durhaka (AlMahalli & As-Suyuti, 2016: 450). Pada ayat ini menjelaskan sebenarnya Allah bekuasa untuk membuat manusia menjadi umat yang satu dan seragam tanpa perbedaan. Namun itu tidak dikehendakinya. Sebaliknya, Allah menciptakan umat manusia berjenisjenis dan beraneka ragam. Ketetapan Allah ini bertujuan untuk menguji hamba-hamba-Nya membuat mereka berbeda dalam syariat agar Allah Swt melihat siapa yang taat dan siapa yang bermaksiat kepada-Nya, serta siapa
21
yang membenarkan dan siapa yang mendustakan-Nya. Serta mendorong mereka untuk saling berlomba-lomba dalam kebaikan. Artinya perbedaan fisik, agama, budaya, suku, ras dan jenis kelamin, bukanlah suatu hal yang perlu dipersoalkan, melainkan anugerah Allah Swt agar manusia saling mengenal dan saling memahami. E. QS. Hud Ayat 118-119
ِِ ِ ﴾ اِْلمَم ْن مرِح َم١١٢﴿ۗ ي َ َُّولَ ْو َشآءََرب َ ْ ماس اُمةً مواح َدةً موْلَيََزالُْو َن ُُْمتَلف َ ك ََلَ َع َل الن ِ ربُّك ۗولِذلِك خلَ َقهم ۗوََتم ِ ِ اَلِن ِمة والن ِ ك َْلَملَئ من جهن ﴾۳۳۱﴿ي ْ َ ُْ َ َ َ َ َ َ ْ ماس اَ َْجَع َ ْ مم م َن َ َ َ َ ْ َ ِّت َكل َمةُ َرب Artinya: 118. Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. 119. Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah tetap, “Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya. (QS. Hud/11: 118-119)
ِ ك ََلعل النماس اُمةً مو اح َد ًة َ َ َ َ َ َُّولَ ْو َشآءََرب
Kata
)(لو
law dalam firman-Nya:
sekiranya Allah menghedaki menunjukkan bahwa hal tersebut tidak dikehendaki-Nya karena kata law tidak digunakan kecuali untuk mengandaikan sesuatu yang tidak mungkin terjadi/mustahil. (Jikalau Tuhanmu menghendaki tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu) pemeluk agama.
ِِ ي َ ْ موْلَيََزالُْو َن ُُْمتَلف
(tetapi mereka senantiasa berselisih
pendapat) dalam masalah agama. ك َ َُّرب
22
( اِْلمَم ْن مرِح َمkecuali orang-orang yang
diberi rahmat oleh Tuhanmu) artinya Allah telah menghendaki kebaikan dari mereka sehingga mereka tidak berselisih pendapat tentangnya,
ِِ ك َخلَ َق ُه ْم َ َولذل
(dan untuk itulah Allah menciptakan) sebagian diantara
mereka yang suka berselisih dan sebagian yang lain ada yang diberi rahmat oleh-Nya sehingga mereka tidak berselisih mengenai agama (AlMahalli & As-Suyuti, 2016: 884). Ini berarti bahwa Allah Swt tidak menghendaki menjadikan manusia semua sejak dahulu hingga kini satu umat saja, yakni satu pendapat, satu kecerendungan, bahkan satu agama dalam segala prinsip dan perinciannya. Karena jika Allah Swt menghendaki demikian, Dia tidak akan memberi manusia kebebasan memilah dan memilih, termasuk kebebasan memilih agama dan kepercayaan (Quraish Shihab, 2012: 784).
23
BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH A. Asbabun Nuzul 1. Pengertian Asbabun Nuzul Kata asbab merupakan jamak taksir dari sabab yang artinya “sebab”. Menurut lisan al-Arab diartikan saluran, yaitu segala sesuatu yang menghubungkan satu benda ke benda lainya (Efendi, Fathurrohman, 2014: 77). Kata nuzul adalah isim masdar dari nazala yang berarti menurunkan sesuatu atau kejadian sesuatu (Budiharjo, 2012: 21) Menurut istilah Dr. M. Quraish Shihab menjelaskan asbabun nuzul adalah: a. Peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat dimana ayat tersebut menjelaskan pandagan Al Qur‟an tentang peristiwa tersebut atau mengomentarinya. b. Peristiwa yang terjadi sesudah turunnya suatu ayat, dimana peristiwa tersebut dicakup pengertiannya atau dijelaskan hukumnya oleh ayat tersebut (Baidan, 2011: 135) Zuhdi mengatakan asbabun nuzul adalah semua yang disebabkan diturunkan suatu ayat yang mengandung sebabnya, memberi jawaban terhadap sebabnya atau memberi jawaban terhadap sebabnya atau menerangkan hukumnya pada saat terjadinya peristiwa itu (Zuhdi, 1997: 78).
24
Dengan demikian secara singkat asbabun nuzul dapat diartikan sebagai sebab turunnya ayat-ayat Al Qur‟an. Asbabun nuzul biasanya terkait dengan adanya pertanyaan yang ditujukan kepada Nabi maupun peristiwa tertentu yang bukan dalam bentuk pertanyaan. Asbabun nuzul sangat penting untuk memberikan dampak yang sangat besar dalam membantu memahami ayat-ayat maupun surah-surah dalam Al Qur‟an yaitu: lebih memberikan petunjuk untuk mengetahui hikmah yang dikehendaki Allah atas apa yang telah ditetapkan, memberikan petunjuk tentang adanya ayat-ayat tertentu yang memiliki kekhususan hukum tertentu, merupakan cara efisien untuk memahami makna yang terkandung dalam ayat-ayat Al Qur‟an, membantu memudahkan penghafalan ayat dan pengugkapan makna yang terkandung di dalam ayat, serta untuk menghindari adanya kesalahan yang mungkin terjadi dalam proses memahami maksud dalam Al Qur‟an tersebut. Meskipun demikian, ada sebagian ulama yang menganggap bahwa asbabun nuzul tidak begitu penting. Salah satunya adalah Al-Syaikh Muhammad „Abduh yang menganggap bahwa asbabun nuzul bersumber dari hadis-hadis yang tidak mempunyai sanad, karenanya tidak shahih. Selain itu Muhammad „Abduh juga menganggap bahwa para perawi dalam meriwayatkan hadis hanya mengaitkan ayat dengan kisah-kisah tertentu dan hanya dalam bentuk makna saja. Jadi pada hakikatnya asbabun nuzul itu hanya hasil ijtihad.
25
Menurut sejarah, proses turunnya ayat-ayat Al Qur‟an ada yang didahului dengan sebab dan ada pula ayat-ayat Al Qur‟an yang turun tanpa didahului dengan sebab. Ayat-ayat Al Qur‟an yang turun dengan didahulu suatu sebab biasanya berupa ayat-ayat tasyri‟yyah atau ayat-ayat hukum. Dan sebab turunnya ayat itu adakalanya berupa peristiwa yang terjadi di masyarakat Islam dan adakalnya berupa pertanyaan dari kalangan Islam atau kalangan lainnya yang ditunjukkan kepada Nabi. Sedangkan ayat-ayat Al Qur‟an yang turun tanpa didahului dengan sebab biasanya berupa sejarah yang mengisahkan tentang umat-umat terdahulu beserta para Nabinya, menceritakan
tentang hal-hal
gaib
yang akan terjadi,
meggambarkan keadaan hari kiamat beserta nikmat surga dan siksa neraka. Ayat-ayat demikian diturunkan oleh Allah untuk memberi petunjuk manusia agar menempuh jalan yang lurus. Jadi secara garis besar tidak semua ayat Al Qur‟an diturunkan dengan suatu sebab tertentu. 2. Asbabun Nuzul QS. Ar Rum Ayat 22, QS. Al Hujurat Ayat 13, QS. Fatir Ayat 28, QS. Al Maidah Ayat 48, dan QS. Hud ayat 118-119 a. Asbabun Nuzul QS. Al Hujurat ayat 13 Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan sebuah hadist melalui Ibnu Abu Mulaikah yang telah menceritakan bahwa ketika penaklukan Makkah, Bilal langsung naik ke atas Ka‟bah, kemudian mengumandangkan suara azan. Lalu sebagian orang mengatakan: “Apakah hamba sahaya yang hitam
26
ini berani azan di atas
Ka‟bah?”. Lalu Allah Swt menurunkan QS. Al Hujurat ayat 13 (Al Mahalli & As Suyuti, 2016: 904). b. Asbabun Nuzul QS. Al Maidah ayat 48 Imam Ahmad dan Imam Abu Daud telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Abbas yang telah mengatakan: “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan dua golongan orang-orang Yahudi yang satu sama lainnya saling berperang, sehingga salah satu diantaranya
menang
atas
golongan
lainnya.
Kejadian
itu
berlangsung ketika zaman jahiliyah; akhirnya lahirlah suatu perjanjian, bahwa setiap orang yang dibunuh oleh golongan yang menang dari kalangan golongan yang kalah, maka diyatnya adalah lima puluh wasaq. Dan setiap orang yang dibunuh oleh golongan yang kalah dari golongan yang menang, maka diyatnya seratus wasaq. Keadaan itu terus
berlangsung sampai datangnya
Rasulullah SAW. Pada masa Rasulullah ada seorang dari kalangan golongan yang kalah membunuh seseorang dari golongan yang menang. Lalu dari golonga yang menang segera mengutus seseorang kepada golongan yang yang kalah untuk meminta diyatnya sebanyak seratus wasaq. Akan tetapi golongan yang kalah mengatakan: “Apakah hal seperti ini pernah terjadi pada dua kabilah yang agama, kebangsaan, dan negrinya satu, yaitu diyat sebagian diantara mereka separo dari diat yang lainnya? Dahulu kami memberikannya kepadamu karena perbuata aniya kamu 27
kepada kami dan kami takut kepada kamu serta demi memelihara kesatuan karena kami takut menjadi becerai-berai. Akan tetapi sekarang, setelah kedatangan Muhammad, kami tidak akan memberikannya lagi kepadamu”. Hal ini hampir saja membawa kedua golongan itu kearah pertempuran. Akan tetapi akhirnya meraka setuju untuk mengemukakan kasus ini kepada Rasulallah SAW agar beliau melerai perselisihan diantara kedua golongan tersebut. Lalu mereka mengutus beberapa orang dari kalangan orang-orang yang munafik untuk menguj kebijaksanaan beliau. Kemudian Allah menurunkan QS. Al Maidah ayat 41-48 (Al Mahalli & As Suyuti, 2016: 495). c. Asbabun Nuzul QS. Ar Rum Ayat 22, QS. Fatir Ayat 28, dan QS. Hud Ayat 118-119 Setelah penulis berusaha mencari dari berbagai sumber mengenai asbabunnuzul dari QS. Ar Rum ayat 22, QS. Fatir ayat 28, dan QS. Hud ayat 118-119 ternyata penulis tidak menemukan asbabunnuzul dari QS. Ar Rum ayat 22, QS. Fatir ayat 28, dan QS. Hud ayat 118-119 tersebut. Mulai dari buku-buku tafsir, maupun sumber lain dari internet. Hal ini tidak perlu dipersoalkan karena memang
tidak
semua
ayat
dalam
Al
Qur‟an
asbabunnuzul seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
28
memiliki
B. Munasbah 1. Pengertian Munasabah Kata munasabah berasal dari kata
مناسبة → يناسب → ناسب.
Kata tersebut merupakan bentuk tsulasi mujaradnya
نسب
(nasaba) yang
berarti hubungan sesuatu dengan sesuatu yang lain (Budihardjo, 2012: 39). Menurut Al- Qaththan munasabah adalah menghubungkan antara jumlah dengan jumlah dalam suatu ayat, atau antara ayat dengan ayat, atau antara surah dengan surah (Hermawan, 2011: 122). Dalam redaksi yang sama, Ibnu Al-„Arabi mengatakan bahwa, munasabah adalah keterkaitan ayat-ayat Al Qur‟an sehingga seolah-olah merupakan satu ungkapan yang mempunyai satu kesatuan. Selanjutnya Quraish Shihab menyatakan (menggaris bawahi AsSuyuthi) bahwa munasabah adalah adanya keserupaan dan kedekatan diantara berbagai ayat, surat, dan kalimat yang menyebabkan adanya hubungan (Fathurrahman & Efendi, 2014: 111). Dari berbagai definisi diatas, penulis dengan singkat dapat menyimpulkan bahwa munasabah adalah keterkaitannya ayat satu dengan ayat lainnya dalam Al Qur‟an. Jumhur ulama telah sepakat bahwa urutan ayat dalam satu surah merupkan urutan-urutan tauqifiy, yaitu urutan yang sudah ditentukan oleh Rasulullah sebagai penerima wahyu, yang sesuai dengan wujud teks imanen yang sudah ada di lauh mahfudz. Secara sepintas jika diamati
29
urutan teks dalam Al Qur‟an terdapat kesan bahwa Al Qur‟an memberikan informasi yang tidak sistematis dan melompat-lompat. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan antara urutan turunnya ayat maupun surah dalam susunan teks Al Qur‟an. Satu sisi realitas teks ini menyulitkan pembacaan secara utuh akan tetapi realitas teks itu dapat menunjukkan stilistika (retorika bahasa) yang merupakan bagian dari kemukjuzatan Al Qur‟an pada aspek kesustraan dan gaya bahasa. Maka dari itu dibutuhkan„ilm munasabah untuk pembacaan secara holistik pesan spiritual dalam Al Qur‟an. Selanjutnya, secara garis besar munasabah Al Qur‟an dapat di bagi menjadi dua yaitu munasabah antar ayat dalam Al Qur‟an dan munasabah antar surah dalam Al Qur‟an. Berikut ini pembagian munasabah Al Qur‟an menurut Imam Suyuthi: a. Tartib surah-surah dalam Alqur‟an dan hikmah dibalik peletakan satu surah pada tempatnya. b. Hubungan antara pembukaan surah dengan akhir surah sebelumnya. c. Hubungan antara awal surah dengan isi surah. d. Hubungan antara awal surah dengan akhir surah. e. Hubungan antara satu ayat dengan ayat setelahya. f. Hubungan antara akhiran ayat dengan awal ayat. g. Hubungan antara nama surah sengan kandungan surah (Said, 2014: xxii).
30
2. Munasabah Ayat Dari berbagai macam munasabah diatas, disini penulis hanya akan menerapkan munasabah antara ayat dengan ayat dalam Al Qur‟an yaitu: a. QS. Ar Rum ayat 21-23
ِ ِ ِ ۗ ًاجالِّتَ ْس ُكنُ ْوآاِلَْي َه َاو َج َع َل بَْي نَ ُك ْم م َومد ًة موَر ْْحَة ً َوم ْن ايتو اَ ْن َخلَ َق لَ ُك ْم ِّم ْن اَنْ ُفس ُك ْمَ اَْزَو ِ ِ ٍ ك َْلي ﴾٨۳﴿ت لَِّق ْوٍم يمتَ َف مك ُرْو َن َ ا من ِ ِْف ذل Artinya: Dan, diantara tanda-tanda-Nya adalah Dia menciptakan untuk kamu pasangan-pasanan dari jenis kamu sendiri supaya kamu tenang kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kamu mawaddah dan rahmat. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir (QS.Ar Rum/30: 21).
ِ ِ ِ اجا ً َوم ْن ايتو اَ ْن َخلَ َق لَ ُك ْم ِّم ْن اَنْ ُفس ُك ْمَ اَْزَو
(Dan diantara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri) Siti Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam, sedangkan manusia lainnya tercipta dari air mani laki-laki dan perempuan
لِّتَ ْس ُكنُ ْوآاِلَْي َها
(supaya kalia cenderung dan merasa tentram
kepadanya) supaya kalian merasa betah dengannya
َو َج َع َل بَْي نَ ُك ْم
dijadikan-Nya diantara kamu sekalian) semuanya
م َومد ًة موَر ْْحَةً ۗ اِ من ِ ِْف
ِ ك َ ذل
(dan
(rasa kasih sayang. Sesugguhnya pada yang demikia itu) hal
31
yang telah disebutkan itu
ٍ َْلي ت لَِّق ْوٍم يمتَ َف مك ُرْو َن
(benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir) yakni yang memikirkan tentang penciptaan Allah (Al Mahalli & As Suyuti, 2016: 454). Ayat diatas menguraikan tentang adanya kekuasaan dan keesaan Allah yang menciptakan pria dan wanita dengan berpasang-pasangan. Seperti Siti Hawa yang tercipta dari tulang rusuk Nabi Adam, sedangkan manusia yang lainnya tercipta dari air mani laki-laki dan perempuan, serta dampak yang dihasilkannya yaitu rahmat pada suami istri dengan lahirnya anak (Quraish Shihab, 2012: 185).
ِ ِ ِ وِمن ايتِو خ ْلق ال مسمو ٍ ك َْلي ِ ت َو ْاْلَْر ت ُ اختِ ََل َ ف اَلْ ِسنَتِ ُك ْم َواَلْ َوانِ ُك ْم ۗا من ِ ِْف ذل ْ ض َو ُ َ ْ َ ِِ ِ ﴾٨٨﴿ي َ ْ ل ْلعلم Artinya: Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu, sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui (QS. Ar Rum/30: 22)
ِ (وِمن ايتِو خ ْلق ال مسمو ِ ت َو ْاْلَْر )ف اَلْ ِسنَتِ ُك ْم ُ اختِ ََل ْ ض َو ُ َ ْ َ
Dan diantara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasa kalian, maksudnya dengan bahasa yang berlainan
()واَلْ َوانِ ُك ْم َ
dan berlain-lainan pula warna kulit kalian,
diantara kalian ada yang berkulit putih, ada yang hitam, dan lain sebagainya, padahal kalian berasal dari seorang lelaki dan seorang 32
perempuan yaitu Nabi Adam dan Siti Hawa
ِ ِ ٍ ك َْلي (ت َ )ا من ِ ِْف ذل
sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandatanda yang menunjukkan kekuasaan Allah Swt
ِِ ِ (ي َ ْ )ل ْلعلم
bagi orang-
orang menhetahui yaitu bagi orang-orang yang berakal dan berilmu (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 454). Ayat diatas menjelaskan tentang adanya kekuasaan dan keesaan Allah yang menciptakan langit dan bumi beserta semua sistemnya yang sangat teliti, rapi dan serasi. Serta adanya kata
)(ألْ ِسنَتِ ُك ْم
alsinatikum yang merupakan bentuk jamak dari kata ) (لسانlisân yang berarti lidah dimana kata ini juga digunakan dalam arti bahasa atau suara. Berarti perbedaan lidah disini dapat diartikan sebgai perbedaan bahasa, dialek dan intonasi. Selain itu pebedaan juga terjadi pada warna kulit, ada yang hitam, sawo matang, dan putih meskipun pada awalnya bersumber dari asal-usul yang sama ( Quraish Shihab, 2007: 190). Sedikit dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang dapat diketahui dengan melihat begitu banyak benda langit yang beredar di angkasa, namun tidak terjadi tabrakan antar benda-benda itu. Jika benda-benda di langit tabrakan maka akan mengakibatkan kehancuran bumi. Terjadi sekian banyak tanda-tanda kekuasaan Allah melalui salah satu
33
benda langit yang paling berperan dalam kehidupan manusia dan makhluk di bumi yaitu matahari. Dimana dengan adanya peredaran matahari dan bumi menyebabkan terjadinya perbedaan malam dan siang, serta mengakibatkan adanya perbedaan musim. Hal inilah yang menyebabkan adanya perbedaan lidah (bahasa) karena perbedaan tempat tinggal di bumi, serta perbedaan warna kulit yang dipengaruhi oleh sinar matahari.
ِ ِ َوِمن ايتِو منام ُكم بِلمي ِل والنمها ِر وابتِغآ ُؤُكم ِّمن ف ِ ٍ ك َْلي ت لَِّق ْوٍم ْ ْ ْ َ ْ َ َ َ ْ ْ ُ ََ َ ضلوۗ ا من ِ ِْف ذل ْ َ ﴾٨۱﴿يم ْس َمعُ ْو َن Artinya: Dan, diantara tanda-tanda-Nya adalah tidur kamu diwaktu malam dan siang dan usaha kamu mencari sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti-bukti bagi kaum yang mendengarkan (QS.Ar Rum/30: 23)
ِ ِ ِ مها ِر َ ( َوم ْن ايتو َمنَ ُام ُك ْم بلمْي ِل َوالنDan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah tidur kalian di waktu malam dan siang hari) dengan kehendak-Nya sbagai waktu istirahat buat kalian
kalian) disiang hari
ضلِو ْ َِّم ْن ف
َوابْتِغَآ ُؤُك ْم
(dan usaha
(mencari sebagian dari karunia-
Nya)mencari rezeki dan penghidupan berkat kehendak-Nya
ِ ِ ك َ ا من ِ ِْف ذل
ٍ ( َْليsesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ت لَِّق ْوٍم يم ْس َمعُ ْو َن
34
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarakan) dengan pendengaran yang dibarengi pemikiran dan mengambil pelajaran (Al Mahalli & As Suyuti, 2016: 455). Pada ayat sebelumnya menjelaskan akan kekuasaan dan keesaan Allah mengenai penciptaan langit dan bumi dengan sistem dan peredaran yang ditetapkannya, dapat menciptakan siang dan malam. Dalam ayat ini masih menerangkan tentang adanya kekuasaan dan keesaan Allah yang berkaitan dengan siang malam. Dalam hal ini ulama memahami dalam arti “ Diantara tanda-tanda-Nya adalah tidur kamu diwaktu malam dan usahamu mencari rezeki diwaktu siang” adalah bahwa Allah menjadikan malam untuk istirahat dan siang untuk mencari rezeki. Memang secara umum waktu malam adalah waktu untuk tidur, dan siang adalah untuk bekerja. Akan tetapi adanya kata
)(فضلو
fadhlihi berarti kelebihan dari kadar kebutuhan,
sebagaimana ia dipahami pula dalam arti pemberian adalah sesuatu yang melebihi kebutuhan, berarti siapa yang bekerja siang dan malam atau dimalam hari, upayanya ketika itu dapat dinilai sebagai upaya meraih kelebihan dari kadar kebutuhannya (Quraish shihab, 2007: 192). Berdasarkan uraian di atas dapat diambil munasabah pada ayatayat tersebut yang menerangkan bahwa adanya bukti-bukti kekuasaan, dan kebesaran Allah, diantaranya penciptaan manusia secara
35
berpasang-pasangan
yang
kemudian
berkembang
biak
yaitu
dijadikannya anak dalam setiap pasangan. Pada ayat selanjutnya dijelaskan adanya kekuasaan dan kebesaran Allah lainya yaitu penciptaan langit dan bumi yang mempunyai kesamaan dengan adanya penciptaan pria dan wanita (manusia). Dalam penciptakan manusia tersebut, dengan keadaan warna kulit yang berbeda serta bahasa yang berbeda pula. Perbedaan warna kulit dan bahasa dipengaruhi daerah masing-masing yang memiliki iklim maupun cuaca yang berbeda, dan daerah yang berbeda tersebut dipengaruhi oleh adanya langit dan bumi dengan peredarannya. Allah menciptakan langit dan bumi dengan peredarannya dapat menghasilkan siang dan malam, dan agar
pada malam hari digunakan sebagai kebutuhan
untuk tidur dan waktu siang digunakan untuk berusaha atau bekerja (Departemen Agama RI Jilid VII, 2007: 78). b. Munasabah QS. Al Hujurat Ayat 11 &13
يَآيُّ َها الم ِذيْ َن ا َمنُ ْواْلَيَ ْس َخ ْرقَ ْوٌم ِم ْن قَ ْوِم ْن َعسۗى اَ ْن يم ُك ْونُ ْوا َخْي ًرِّمْن ُه ْم َوْلَ نِ َسآءٌِّم ْن ٍ ن ِ ِ ِ ِ م س َ َ ِّسآء َعسى اَ ْن يم ُك ْون َخْي ًرا ِّمْن ُه من ۗ َوْلَتَ ْلم ُزْوآ اَنْ ُف َس ُك ْم َوْلَتَنَا بَ ُزْوابا ْْلَلْ َقاب ۗبْئ ِ ِ ِ ﴾۳۳﴿ك ُى ُم الظملِ ُم ْو َن َ ُب فَا َ ِولۗئ ْ ُاْل ْس ُم الْ ُف ُس ْو ُق بَ ْع َد ْاْل ْْيَان ۗ َوَم ْن مَّلْ يَن Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suau kaum mengolol-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolol-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olokkan). Janganlah kamu 36
saling mencela satu sama lain, dan jangankah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS Al Hujarat/49:11) Ayat diatas melarang mengejek diri sendiri, dalam arti jangan mengejek orang lain karena mengejek orang lain sama dengan mengejek diri sendiri. Ini karena masyarakat adalah satu kesatuan (Quraish Shihab, 2012: 13).
ِ يآيُّهاالن ماخلَ ْقن ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍرمواُنْثى َو َج َع ْلن ُك ْم ُشعُ ْوبًا موقَبَآئِ َل لِتَ َع َارفُ ْواۗ اِ من اَ ْكَرَم ُك ْم َ ماس ان ُ َ ﴾۳۱﴿ِعْن َداللّ ِو اَتْق ُك ْم ۗ اِنماللّ َو َعلِْي ٌم َخبِْي ٌر Artinya: wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah maha mengetahui, maha teliti. (QS Al Hujarat/49: 13) Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptan makhluk-Nya, laki-laki dan perempuan, dan menciptakan manusia berbangsa-bangsa, untuk menjalin hubungan yang baik. Dijadikannya makhluk dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku adalah dengan harapan bahwa satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi secara baik dan positif.
37
c. Munasabah QS. Fatir Ayat 27-28
ِ ٍ آءمآءۗ فَاَخرجنَا بِِو ََثَر ِ اَلِبَ ِال ْ ت ُمُْتَلِ ًفا الْ َوانُ َهاَۗ َوِم َن ْ َْ ً َ اَ ََّلْ تَ َراَ من اللّ َو اَنْ َزَل م َن ال مس َم ِ ِ ِ ﴾ َوِم َن الن٨٢﴿ب ُس ْوٌد آب َو ْاْلَنْعاَِم ِّ مو ٌ ض موْحٌُْر ُُّْمتَل ٌ ُج َد ٌد بِْي َ ماس َواالد ُ ف اَلْ َوا نُ َها َو َغَرا بْي ِ ِ ك ۗ امَّنَا ََيْ َشى اللّوَ ِم ْن ِعبَ ِادهِ الْ ُعلَم ُؤا ۗ اِ من اللّ َو َع ِزيٌْز ٌ ُُْمتَل َ ف اَلْ َوانُو َكذل ﴾٨٢﴿َغ ُف ْوٌر Artinya: 27. Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menurunkan air dari langit lalu dengan air itu Kami hasilkan buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan diantara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. 28. Dan dengan demikian (pula) diantara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Diantara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyakah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun (QS Fatir/35: 27-28). Ayat diatas menerangkan adanya tanda-tanda kekuasaan Allah ialah diturunkannya hujan yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan buah-buahan yang beraneka ragam macamnya, dan diciptakannya gunung-gunung yang dilengkapi dengan jalan-jalan yang beraneka ragam. Demikian juga manusia, binatang-binatang melata, dan binatang-binatang ternak diciptakan Allah bermacammacam jenis warnanya sebagai tanda kekuasaan-Nya (Departemen Agama RI, 2009: 163).
38
d. Munasabah QS. Al Maidah Ayat 84-49
ِ ِ ِ ِ ك الْ ِكت ِ ي يَ َديِْو ِمن الْ ِكت اح ُك ْم بَْي نَ ُه ْم َ َواَنْ َزلْنَآالَْي َ ْ َص ِّدقًالِّ َماب ْ َب َوُم َهْيمنًا َعلَْيو ف َ ب ب ْل َح ِّق ُم َ َ ِ اْلَ ِّق ۗلِ ُك ٍّل َج َع ْلنَا ِمْن ُك ْم ِش ْر َع ًة ْ اجآءَ َك ِم َن َ ِبَآاَنْ َزَل اللّوُ َوْلَتَتمبِ ْع اَ ْى َوآءَ ُى ْم َع مم ِ موِمْن هاجا ۗ ولَو َشآءاللّو ََلعلَ ُكم اُم ًة مو اح َد ًة مول ِك ْن لِّيَْب لَُوُك ْم ِ ِْف َمآات ُك ْم ً َ ْ ََ ُ َ ْ َ ِ ااْلي ر َِ ت ۗاِ ََل اللّ ِو مرِجع ُكم ﴾ َواَ ِن٨٢﴿ َجْي ًعافَيُنَبِّئُ ُك ْم ِِبَا ُكْنتُ ْم فِْي ِو ََتْتَلِ ُف ْو َن َْْ فَ ْستَبِ ُقو ْ ُ َْ ِ ِ اح َذ ْرُى ْم اَ ْن يم ْفتِنُ ْو َك َع ْن بَ ْع ض َمآاَنْ َزَل ْ اح ُك ْم بَْي نَ ُه ْم ِبَآاَنْ َزَل اللّوُ َوْلَ تَتمبِ ْع اَ ْى َوآءَ ُى ْم َو ْ ِ ِ ِ ُّاعلَم اَمَّنَا ي ِري ُداللّو اَ ْن ي ِ صْيبُ ُه ْم بِبَ ْع ض ذُنُ ْوِبِِ ْمۗ َواِ من َكثِْي ًر ِّام َن َ اللّوُ الَْي ُ ْ ُ ْ ْ َكۗ فَا ْن تَ َولمْوا ف ِ الن ﴾٨٤﴿ماس لَف ِس ُق َن Artinya: 48. Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al Qur‟an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran yang membenarkan kitabkitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikanNya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan. 49. Dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka. Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka memperdayakan engkau terhadap sebagian apa yang telah
39
diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sungguh, kebanyakan manusia adalah orang-oang yang fasik (QS. Al Maidah ayat 48-49).
Ayat-ayat yang pertama menerangkan tentang diturunkannya Kitab Taurat dan Injil, dan bahwa kedua Kitab itu mengandung petunjuk cahaya. Allah memerintahkan supaya para penganut kitabkitab tersebut menegakkan hukum-hukum yang ada di dalamnya, Allah
mengancam
akan
menyiksa
orang-orang
yang
tidak
melaksanakan hukum-hukum tersebut. Pada ayat selanjutnya Allah menerangkan bahwa Allah telah menurunkan pula Al Qur‟an kepada Nabi terakhir Muhammad Saw, dan menerangkan kedudukan Al Qur‟an terhadap kitab samawi sebelumnya (Departemen Agam RI, 2009: 411). e. Munasabah QS. Hud Ayat 118-119
ِِ ِ ﴾ اِْلمَم ْن مرِح َم١١٢﴿ۗ ي َ َُّولَ ْو َشآءََرب َ ْ ماس اُمةً مواح َدةً موْلَيََزالُْو َن ُُْمتَلف َ ك ََلَ َع َل الن ِ ِِ ِ اَلِن ِمة َوالن ماس ْ مم ِم َن َ ِّت َكل َمةُ َرب َ ك ۗ َولذل َ َُّرب ْ ك َخلَ َق ُه ْم ۗ َوََتم َ ك َْلَ ْملَئَ من َج َهن ِ ﴾۳۳۱﴿ي َ ْ اَ َْجَع Artinya: 118. Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. 119. Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah tetap, “Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya. (QS. Hud/11: 118-119) 40
Dalam QS. Hud ayat 118 menjelaskan bahwa jika Allah menghendaki, maka manusia menjadi umat yang satu dalam beragama sesuai fitrah asal kejadiannya. Sekalipun pada mulanya manusia itu merupakan merupakan umat yang satu tidak terdapat perselisihan di antara mereka, tetapi setelah mereka berkembang biak, timbullah keperluan dan keinginan yang berbeda-beda maka timbul pulalah perbedaan dan perselisihan yang tak habis-habisnya. Kemudian dalam QS. Hud ayat 119 melanjutkan ayat sebelumnya yaitu tentang perselisihan mereka yang tidak saja tentang agama yang dianut oleh masing-masing kaum seperti agama Yahudi, Nasrani, Majusi, Islam, atau syirik, tetapi juga penganut dari satu agama, kecuali orang-orang yang mendapat rahmat dari Allah dan diberi taufik serta hidayah. Mereka itu bersatu dan selalu mengusahakan persatuan agar manusia taat kepadanya peraturan dan ketentuan Allah, mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya (Departemen Agama RI, 2009: 488).
41
BAB IV PEMBAHASAN A. Pendidikan Multikultral 1. Pengertian Pendidikan Multikultural Pendidikan multikultural merupakan gabungan dari dua kata yaitu pendidikan dan multikultural. Dalam arti khusus Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Baik dewasa dari segi intelektual, emosional, sosial, moral, maupun spiritual. Sedangkan dalam arti luas, pendidikan merupakan usaha manusia
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
hidupnya,
yang
berlangsung sepanjang hayat (Sadullah, 2014: 3). Terdapat pula dalam UU RI No. 20 th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Berdasrkan berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha seseorang yang bertujuan untuk
42
mendapatkan dan menjadikan seseorang agar menjadi lebih baik dari segi apapun secara sadar yang berlangsung seumur hidup. Selanjutnya secara etimologis multikultural dibentuk dari kata multi yang berarti banyak, dan kultur yang berarti budaya. Dalam kata tersebut terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik (Mahfud,
2006:
75).
Secara
sederhana
multikultural
berarti
keberagaman budaya. Menurut Agus Iswanto multikultural adalah sebuah gerakan menuntut pengakuan terhadap semua perbedaan sebagai entitas dalam masyarakat yang harus diterima, dihargai, dilindungi, serta dijamin eksistensnya (Agus, 2009: 7). Kemudian pendidikan
multikultural
menurut
Tilaar
adalah
pendidikan
untuk/tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan (Baidhawy, 2005: VIII). Baidhawy juga berpendapat bahwa pendidikan multikultural adalah suatu cara untuk mengajarkan keragaman. Pendidikan multikultural menghendaki rasionalisasi etis, intelektual, sosial, dan pragmatis
secara
inter-relatif
yaitu
mengajarkan
ideal-ideal
inklusivisme, pluralisme, dan menghargai semua orang. Begitu
juga
Andersen
dan
Cusher
bahwa
pendidikan
multikultural dapat diartikan sebagai pendidikan mengenai keragaman kebudayaan. Kemudian, James Banks mendefinisikan pendidikan
43
multikultural sebagai suatu rangkaian kepercayaan dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis didalam membentuk gaya hidup, pengalama sosial, identitas pribadi, kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun negara (Agus Iswanto, 2009: 8). Selain itu Muhaemin el Ma‟hadi juga berpendapat bahwa secara sederhana pendidikan multikultural dapat didefinisikan sebagai pendidikan tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pendidikan
multikultural merupakan sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk menghadapi berbagai ragam perbedaan dalam bentuk budaya, bahasa, agama, suku, ras, dll. 2. Ciri-Ciri Pendidikan Multikultural Pendidikan multikultural biasanya mempunyai ciri-ciri: a. Tujuan membentuk “manusia budaya” dan menciptakan “masyarakat berbudaya (berperadaban)”. b. Materinya mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilainilai bangsa, dan nilai-nilai kelompok etnis. c. Metodenya
demokratis,
yang
menghargai
aspek-aspek
perbedaan dan keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis.
44
d. Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang meliputi persepsi, apresiasi,dan tindakan terhadap budaya lainnya (Mahfud, 2006: 179). 3. Urgensi Pendidikan Multikultural Untuk mewujudkan multikulturalisme dalam dunia pendidikan, maka pendidikan multikultural juga perlu di masukkan ke dalam kurikulum nasional, yang pada akhirnya dapat menciptakan tatanan masyarakat indonesia yang multikultural, serta upaya-upaya lain yang dapat dilakukan guna mewujudkannya. Berikut Mahfud memaparkan urgensi pendidikan multikultural yaitu: a.
Sebagai sarana alternatif pemecah konflik Penyelenggaraan pendidikan multicultural di dunia pendidikan diyakini dapat menjadi solusi nyata bagi konflik dan disharmonisasi yang terjadi di masyarakat, khususnya yang kerap terjadi di masyarakat Indonesia yang secara realitas plural. Dengan kata lain, pendidikan multicultural dapat menjadi sarana alternatif pemecahan konflik sosial budaya (Mahfud, 2006: 208) Pendidikan merupakan alat yang strategis dalam mengembangkan visi dan misi pendidikan multikultural. Melalui pendidikan berbasis multikultural, diharapkan para pendidik
dapat
membantu
45
internalisasi
nilai-nilai
multikulturalisme dalam diri masing-masing anak didik. Ketika peserta didik telah sampai kepada pemahaman dan penghayatan mengenai nilai-nilai multiculturalisme, peserta didik diharapkan mampu mengubah sikap (bagi yang menafikkan adanya setiap perbedaan), sebagai wujud pengimplementasian nilai-nilai multikulturalisme yang sudah disampaikan oleh masing-masing pendidik. Sebab pendidikan tetap masih akan dikatakan gagal apabila ia belum mampu membawa perubahan. Pendidikan harus mampu mengubah terma-terma yang mendoktrin peserta didik, sehingga diharapkan peserta didik dapat merubah perilaku mereka menjadi lebih baik. Tugas seorang pendidikan tidak hanya sebatas menyampaikan materi saja, namun harus memenuhi lingkup ketiganya, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. b. Supaya siswa tidak tercabut dari akar budaya Selain sebagai sarana alternatif pemecahan konflik, pendidikan multikultural juga signifikan dalam membina siswa agar tidak tercerabut dari akar budaya yang ia miliki sebelumnya, tatkala dia berhadapan dengan realitas sosialbudaya di era globalisasi. (Mahfud, 2006: 210) Melalui pendidikan multikultural, peserta didik tidak akan mudah terpengaruh dengan arus global yang 46
terkadang membawa budaya baru yang akan berdampak padaperkembangan setiap peserta didik. Dengan maksud, peserta didik mampu mengelola budaya-budaya “asing” agar tidak menjadi dampak yang negative bagi dirinya maupun lingkungannya. Beragamnya budaya yang beradu, tidak menjadikan limpung. Peserta didik akan dapat memilah-memilah budaya yang masuk setelah mereka memahaminya. c. Sebagai landasan pengembangan kurikulum nasional Dalam
melakukan
pengembangan
kurikulum
sebagai titik tolak dalam proses belajar mengajar, atau guna memberikan sejumlah materi dan isi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa dengan ukuran atau tingkatan tertentu, pendidikan multikultural sebagai landasan pengembangan kurikulum menjadi sangat penting (Mahfud, 2006: 214). d. Menuju masyarakat Indonesia yang multikultural Dalam masyarakat multikultural ditegaskan, bahwa corak masyarakat Indonesia yang bhinneka tunggal ika ini bukan hanya dimaksudakan pada keanekaragaman suku bangsa saja, melainkan juga keanekaragaman kebudayaan yang ada dalam masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Eksistensi
keberagaman
kebudayaan
tersebut
selalu
dijaga/terjaga yang bisa tampak dalam sikap saling
47
menghargai, menghormati, toleransi antar satu kebudayaan dengan kebudayan lainnya. Dalam konteks ini ditegaskan, bahwa perbedaan bukan menjadi penghalang untuk bersatu padu meraih tujuan dan mewujudkan cita-cita dalam kehidupan
berbangsa
dan
bernegara
sebagaimana
termaktub dalam UUD 1945 dan Pancasila (Mahfud, 2006: 227). Keragaman sosial, baik dalam kelompok budaya maupun pemikiran (perbedaan pendapat)
merupakan
sunnatullah yang wajib kita syukuri. Selanjutnya, tinggal bagaimana caranya mengembangkan langkah yang bijak dalam menyikapi perbedaan tersebut secara arif. 4. Tujuan Pendidikan Multikultural Berdasarkan setiap uraian yang disampaikan oleh para pakar mengenai pendidikan multikultural, dapat dirumuskan beberapa tujuan diusulkannya pendidikan yang berbasis multikulturalisme. Pendidikan mutikultural mempunyai tujuan sebagai berikut: a. Menanamkan
kesadaran
akan
keragaman
(plurality),
kesetaraan (equality), kemanusiaan (humanity), keadilan (justice), dan nilai-nilai demokrasi (demokration values) yang dibutuhkan oleh setiap individu maupun kelompok masyarakat.
48
Peserta didik diharapkan mampu menerima setiap perbedaan yang ada, memahami, dan menyikapinya secara arif. Minimal peserta didik dapat menyikapi perbedaan yang sederhana seperti yang sering mereka temui di bangku sekolah. Seperti kelas ekonomi, kelas sosial, perbedaan warna kulit, bahasa, atau bahkan bagi penyandang disabilitas yang kadang dimasukkan ke dalam kaum minoritas. Setelah itu, peserta didik akan dapat menjunjung tinggi hak-hak kemanusiaan. Memuliakan manusia sebagai ciptaan
Tuhan
yang
paling
sempurna.
Menjadikan
semuanya berkedudukan sama, sederajat, dan berlaku adil terhadap semua golongan. Hal-hal tersebut sudah termasuk kedalam nilai-nilai demokrasi yaitu asas kedaulatan rakyat, penghormatan hak-hak asasi manusia, serta keadilan sosial. (Yaqin, 2009: 76). b. Membangun Paradigma keberagamaan Inklusif Paradigma keberagamaan yang inklusif berarti lebih mementingkan dan menerapkan nilai-nilai agama daripada hanya
melihat
dan
mengagungkan
simbol-simbol
keagamaan. Paradigma pemahaman keagamaan aktif sosial berarti agama tidak hanya menjadi alat pemenuhan kebutuhan rohani secara pribadi saja. Akan tetapi yang
49
terpenting adalah membangun kebersamaan dan solidaritas bagi seluruh manusia melalui aksi-aksi sosial yang nyata yang dapat meningkatkan kesejahteraan umat manusia (yaqin, 2005: 31). Tuhan tidak menghendaki kejahatan dan kekerasan. Sebab keduanya hanya akan meninggalkan luka dan duka. Manusia diciptakan Tuhan bukan untuk menebarkan kekerasan dan kejahatan, melainkan untuk menebarkan kebahagiaan dan kedamaian. Karena itu, tidak ada jalan lain kecuali berusaha menjadikan iman dan amal saleh sebagai basis toleransi. Iman dan amal saleh harus mampu membangun kesadaran kolektif, bahwa untuk hidup rukun landasan paradigmatiknya adalah iman dan amal saleh. Keduanya tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain. iman dan amal saleh pada akhirnya harus mampu menerjemahkan ajaran toleransi di antara sesama makhluk Tuhan. Artinya, iman seseorang tidak bermakna apa-apa bilamana tidak membangun kepekaan sosial, terutama dalam rangka mengatasi konflik yang pada umumnya mengatasnamakan iman. Oleh sebab itu, untuk sampai kepada masyarakat yang
rukun
dan
damai,
seseorang
dituntut
untuk
mempelajari agamanya melalui esensi yang terkandung
50
dalam setiap agama yang dipeluknya. Karena sejatinya, setiap agama mengajarkan kebaikan dan kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan yang penuh perbedaan ini. Sikap tidak menerima akan perbedaan akan berakibat menimbulkan sikap kekakuan dalam beragama atau sikap “ekstrim”. Ektrimisme sering tampak pada orang yang
selalu
menolak
untuk
mengubah
atau
mempertimbangkan pendapat orang lain. Berpegang teguh pada prasangka-prasangka dan kekakuan dalam beragama. Hal ini akan menjadi lebih berbahaya ketika ada ungkapan bahwa
dirinyalah
satu-satunya
yang
berada
dalam
kebenaran. B. Analisis Ajaran Multikultural dalam QS. Ar Rum ayat 22, QS. AL Hujurat Ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah Ayat 48, QS. Hud Ayat 118-119 Islam sebagai agama rahmatan li al‟alamin memberikan penyelesaian mengenai perbedaan melalui al Qur‟an yang mulia. Perbedaan di sini tidak sekedar dalam perbedaan bermakna sempit. Namun, dapat diperluas mengenai perbedaan yang ada pada setiap individu, suku, ras, bahasa, agama, dan sampai kepada pengkelasan bagian-bagian tertentu, seperti perbedan dalam hal bahasa dan warna kulit. Berikut analisis pendidikan multikultural dalam Al Qur‟an yaitu:
51
1. QS. Ar Rum Ayat 22 a. Penciptaan Langit Dan Bumi Pada QS Ar Rum ayat 22 dalam penciptaan langit dan bumi terdapat dalam ayat
ِ )وِمن ايتِو خ ْلق ال مسمو, kata penciptaan itu (ت َو ْاْلَْرض ُ َ ْ َ
sendiri menggunakan kata
( )خلقkhalaqa yang berarti mencipta, baik
ciptaan itu telah ada yang serupa degannya sebelum yang ini diciptakan, maupun dalam bentuk baru. Kata ini secara umum hanya membutuhkan satu objek. Kata
( )خلقdari segi pengertian kebahasaan
memiliki sekian banyak arti, antara lain menciptakan (dari tiada), menciptakan (tanpa satu contoh terlebih dahulu), mengukur, memperhalus, mengatur, membuat, dan sebagainya (Quraish Shihab, 2012: 395). Kata ini biasanya memberikan tekanan tentang kehebatan dan kebesaran Allah
dalam Ciptaan-Nya
serta
menunjukkan
aksentuasinya pada kemahakuasaan dan kehebatan Allah Swt. Ia maha kuasa menciptakan apa saja sesuai dengan ketentuan yang ditentukanNya sesuai dengan ukuran yang ditetapkan-Nya, walaupun proses dan sebab-sebab penciptaannya kadang-kadang tidak terjangkau oleh daya nalar manusia (Quraish Shihab, 2007: 458). Dalam ayat ini idak menggunakan kata
)(جعل
ja‟ala yang mengandung penekanan
terhadap manfaat yang harus atau dapat ditperoleh dari sesuatu yang
52
dijadikan itu (Quraish Shihab, 2012: 458), dengan kata lain, kata
)(جعل
ja‟ala berarti menjadikan dari sesuatu, ke sesuatu yang lain, karena itu ia membutuhkan dua objek. Yang pada intinya kata
)(جعل
ja‟ala
adalah menjadikan sesuatu dari sebelumnya yang sudah ada. Dengan pengamatan terhadap ayat-ayat yang menggunakan kedua kata itu ditemukan bahwa kata
( )خلقkhalaqa yang pelakunya Allah
digunakan dalam konteks penekanan terhadap keagungan Allah dan kekuasaan ciptaan-Nya, sedang kata
)(جعل
ja‟ala adalah penekanan
pada rahmat Allah yang dengan kehadirannya manusia dapat meraih manfaat yang besar (Quraish Shihab, 2007: 133). Keagungan dan kekuasaan Allah dalam QS. Ar Rum ayat 22 dibuktikan dengan adanya penciptaan langit dengan kata
berasal dari kata
ِ )ال مسمو (ت
ِ ُ ال مسموت → ََسََوyang berarti tinggi, langit, ُات → ََسَاء
awan, atap, tiap-tiap yang diatasmu (Amalia Hasanah, 2013: 217). Ini berarti Allah menciptakan langit dalam hal ketinggian, keluasan, yang dihiasi dengan beraneka bintang dan planet-planet yang tetap maupun yang beredar (yang berarti tinggi) kata ini pada mulanya berarti segala sesuatu yang berada diatas seseorang, namun secara umum ia
53
dipahami dalam arti langit yang memang langit selalu berada diatas orang (Quraish Shihab, 2007: 202).
Dalam ayat ini kata
ِ )ال مسمو (ت
mengunakan dalam bentuk jamak
karena ada hubungannya dengan lapisan langit yang berjumlah 7 lapis seperti dalam ayat berikut:
ٍ اَللّو الم ِذي حلَق سبع ََسو ِ ت موِم َن اْْلَْر ...ض ِمثْ لَ ُه من َ َْ َ َ ْ ُ Artinya: Bahwasannya Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi,... (QS. Thalaq ayat 12). Selain penciptaan langit, keagungan dan kehebatan Allah dalam ayat ini dibuktikan dengan adanya penciptaan
) (ارضardh, yaitu yang
ada dalam Al Qur‟an biasa diartikan sebagai bumi. Akan tetapi, tidak semua kata itu diartikan sebagai bumi, karena ada juga yang digunakan untuk meginformasikan penciptaan alam semesta dengan sistem tata surya belum terbentuk seperti sekarang. Kata
) (ارضardh didalam Al
Qur‟an disebut sebanyak 461 di dalam 86 surah hanya disebut dalam bentuk mufrad (tunggal) saja dan tidak pernah muncul di dalam bentuk jamak. Ini dimaksudkan agar manusia tidak menuntut kepada Rasululah saw untuk menunjukan bumi yang lain. Bila bumi disebutkan secara eksplisit berjumlah tujuh, tentu saja bertentangan dengan apa yang mereka saksikan setiap hari karena mereka hidup di
54
bumi. Oleh sebab itu, penyebutnya secara eksplisit hanya satu, sangat sesuai dengan dengan daya nalar manusia (Quraish Shihab, 2007: 94). b. Perbedaan Bahasa Dalam QS. Ar Rum ini perbedaan dibuktikan dengan adanya kata
)(ألسنتكم
alsinatikum merupakan jamak dari kata
berarti lidah. Kata
)(لسان
lisân yang
) (لسانlisân mempunyai dua bentuk jamak dengan
pengertian yang berbeda. Bentuk pertama adalah
)(ألسن
alsun kata
lisan disini dipandang sebagai muanas yang berarti kata dan sebutan. Sedangkan bentuk kedua adalah
)(السنة
alsinah yang berarti bahasa
atau pembicaraan (Quraish Shihab, 2007: 79). Berarti perbedaan lidah disini bukan hanya dapat diartikan sebagai perbedaan bahasa, akan tetapi juga dapat diartikan dengan dialek dan intonasi (Quraish Shihab, 2012: 190). Bahasa adalah sebuah kumpulan dari bermacam-macam simbol yang dibentuk dengan menggunakan aturan-aturan yang kemudian digunakan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Selain itu bahasa juga dapat dikatakan sebagai instrumen sosial yang berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi dimana individu dapat bertukar pikiran dan perasaan antara satu dengan yang lainnya. Yang pada
55
intinya bahasa merupakan alat manusia untuk berkomuniasi dan berinteraksi antara satu dan yang lainnya (yaqin, 2005: 74). Dalam agama samawi (Islam, Kristen, dan Yahudi) diyakini bahwa nenek moyang manusia di dunia adalah Adam dan Siti Hawa. Mereka diturunkan ke dunia karena melanggar larangan Allah Swt di surga. Ada yang meyakini bahwa keduanya diturunkan secara terpisah, Adam dipegunungan Himalaya dan Siti Hawa di Timur Tengah yang akhirnya bertemu di wilayah Arafah Arab Saudi. Keyakinan seperti ini tentu akan memberikan turunan bahwa asal muasal bahasa manusia di dunia ini hanya satu yaitu bahasa yang dipakai Adam dan Siti Hawa. Berkembangnya anak cucu Adam dan Siti Hawa serta penyebarannya ke seluruh penjuru dunia mempunyai konsekuensi berkembangnya bahasa itu sesuai dengan kebutuhan kelompok anak manusia atau sesuai dengan perkembangan kebudayannya. Akan tetapi pendapat ini berbeda yang dikemukakan oleh orangorang yang percaya kepada teori evolusi dari Charles Darwin, yang mengatakan bahwa manusia berevolusi dari monyet. Mereka mempercayai bahwa sebelum manusia ada di bumi bersama dengan bahasanya yang berdiam di Afrika, Asia, Eropa, Amerika dan tempat tertentu lainnya di dunia ini. Itu artinya setiap kelompok monyet mempunyai bahasa yang berbeda dari kelompok monyet lainnya, terutama apabila mereka berbeda pulau sebagai tempat berdiam atau
56
tidak bersinggungan antara satu dengan lainnya (Muzril Zahari, 2011: 301). Begitu banyak bahasa yang ada di dunia. Seorang atropolog, Michael Krauss menganalisa bahwa kurang lebih 10.000 tahun yang lalu diperkirakan ada sekitar 15.000 macam bahasa di seluruh dunia. Namun sekarang sudah berkurang jumlahnya menjadi hanya sekitar 6000 macam bahasa saja. Sedangkan di Indonesia sendiri memiliki lebih dari 250 macam bahasa yang berbeda (Yaqin, 2005: 72). Kemudian, sebagaimana bahasa dalam penjelasan diatas, bahasa secara umum berfungsi untuk mengungkapkan ide-ide manusia. Namun demikian, ada fungsi lain dari bahasa yaitu sebagai kekuatan bahasa itu sendiri. Meskipun keberadaan fungsi bahasa ini seriing tidak disadari. Seperti yang dikatakan Rodman dan Adler bahwa ada delapan kategori kekuatan bahasa yaitu: 1) Memberi Penamaan Penamaan adalah kekuatan bahasa dimana bahasa dapat dipakai sebagai tanda untuk meyebut sesuatu. Sesuatu tersebut dapat berupa benda-benda hidup, termasuk manusia atau bendabenda mati. Setiap manusia dibelahan dunia dimanapun berada mempunyai sebutan atau nama dengan menggunakan suku dari bahasa yang mereka gunakan.
57
2) Menunjukkan Kredibilitas Bahasa dapat digunakan oleh seseorang untuk mengetahui kredibilitas orang lain yang sedang berbicara. 3) Menunjukkan Status Bahasa dipercaya mempunyai kekuatan yang dapat menunjukkan status seseorag. Misalnya ketika seseorang berbicara dengan intonasi yang keras, dengan kata-kata yang kasar, maka orang lain akan menilai bahwa orang tersebut berstatus rendah. Sedangkan seseorang yang selalu menggunakan kata-kata yang sopan, dan penuh dengan sikap menghormati orang lain, maka orang lain akan menilai bahwa orang tersebut berstatus tinggi. 4) Menunjukkan Jenis Kelamin Bahasa juga mempunyai kekuatan untuk membedakan jenis kelamin seseorang. 5) Membedakan Ras Bahasa mempunyai kekuatan untuk memberikan sebuah identitas dan mengkategorikan dari ras apa orang yang sedang menggunakan bahasa tersebut. 6) Menunjukkan Kekuatan Seseorang yang menggunakan bahasa dengan ciri-ciri seperti gaya, intonasi bahasa yang tegas, dan penuh kepercayaan diri, adalah tanda bahwa orang tersebut mempunyai kekuatan.
58
7) Menunjukkan Adanya Keinginan Seseorang Bahasa mempunyai kekuatan untuk menjelaskan maksud dan keinginan oarng yang menggunakannya. 8) Memperlihatkan Adanya Afilasi Bahasa mempunyai kekuatan yang dapat digunakan untuk menunjukkan solidaritas terhadap orang lain (Yaqin, 2005: 79) c. Perbedaan Warna Kulit Perbedaan warna kulit disini menggunakan kata
merupalan jamak dari
) (لونlaun,
)(ألوان
alwân,
yang pada mulanya berarti warna,
rupa, macam (Amalia Hasanah, 2013: 512), namun diayat ini berarti warna kulit. Pada ayat ini tidak menggunakan kata
) (بشرbasyar yang
mempunyai makna pokok tampaknya sesuatu dengan baik dan indah. Dari makna tersebut terbentuk kata kerja basyara yang berarti bergembira, menggembirakan dan menguliti. Menurut Al- Ashfahani, kata basyar adalah jamak dari kata
Kata
)(بشر
) (بشرةbasyarah yang berarti kulit.
basyar digunakan Al Qur‟an untuk meunjuk manusia
secara umum yang kesemuanya memiliki persamaan dalam potensi kemanusiaan, tanpa mempertimbangkan perbedaan-perbedaan dalam sifat-sifat individual manusia (Quraish Shihab, 2012: 184). Manusia disebut basyar karena kulit manusia tampak jelas dan berbeda 59
dibanding dengan kulit hewan lainnya. Oleh karena itu dalam Al Qur‟an kata basyar secara khusus merujuk kepada tubuh dan lahiriah manusia (Quraish Shihab, 2007: 137). Semua manusia yang ada di bumi ini tidak ada yang sama, meskipun mirip, bahkan anak kembar sekalipun pasti ada perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Mulai dari sidik jari, raut muka, bentuk mata, bentuk hidung, bentuk telinga, semuanya tidak ada yang sama (Hamka, 1988: 68). 2. QS. AL Hujurat ayat 13
ِ يآيُّهاالن ماخلَ ْقن ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍرمواُنْثى َو َج َع ْلن ُك ْم ُشعُ ْوبًا موقَبَآئِ َل لِتَ َع َارفُ ْواۗ اِ من اَ ْكَرَم ُك ْم َ ماس ان ُ َ ﴾۳۱﴿ِعْن َداللّ ِو اَتْق ُك ْم ۗ اِنماللّ َو َعلِْي ٌم َخبِْي ٌر Artinya: wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah maha mengetahui, maha teliti. (QS Al Hujarat/49: 13)
ِ (يآيُّهاالنHai ماخلَ ْقن ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍرمواُنْثى َ ماس ان ُ َ
manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan) yakni dari bangsa Adam dan Hawa
( َو َج َع ْلن ُك ْم ُشعُ ْوبًاdan Kami menjadikan kalian
berbangsa-bangsa) lafadz syu‟ûban adalah bentuk jamak dari lafadz
60
sya‟bun, yang artinya tingkatan nasab keturunanyang paling tinggi
َوقَبَآئِ َل
(dan bersuku-suku) kedudukan suku berada dibaawah bangsa, setelah suku atau kabilah disebut Imarah, lalu Batn kemudian Fakhs dan yang paling bawah adalah Fasilah. Contohnya ialah Khuzaimah adalah nama suatu bangsa, Kinanah adalah nama suatu kabilah atau suku, Quraisy adalah nama satu Imarah, Qusay adalah nama suatu Batn, Hasyim adalah nama suatu Fakhs, dan Al Abbas adalah nama suatu Fasilah.
لِتَ َع َارفُ ْوا
(supaya
kalian saling mengenal) lafaz ta‟ârafû asalnya adalah tata‟ârafû, kemudian salah satu dari kedua huruf ta dibuang sehingga jadilah ta‟ârafû, maksudnya supaya sebagian dari kalian saling mengenal sebagian yang lain, bukan saling untuk membanggakan ketinggian nasab atau keturunan, karena sesungguhnya kebanggaan itu hanya dari segi ketakwaan.
اِ من اَ ْكَرَم ُك ْم ِعْن َداللّ ِو اَتْق ُك ْم ۗ اِنماللّوَ َعلِْي ٌم
(sesungguhnya orang yang paling
mulia diantata kalian disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui) tentang kalian
َخبِْي ٌر
(lagi Maha
Mengenal) apa yang tersimpan didalam batin kalian (Al-Mahalli & As Suyuti, 2016: 895). Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij, dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini turun ketika Fathul Makkah Bilal naik ke atas Ka‟bah untuk adzan. Berkatalah beberapa
61
orang: “Apakah pantas budak hitam adzan di atas Ka‟bah?”. Maka berkatalah yang lainnya: “Sekiranya Allah membenci orang ini, pasti Allah akan meggantinya”. Kemudian ayat ini turun sebagai penegasan bahwa dalam Islam tidak ada diskriminasi, dan yang paling mulia adalah yang paling taqwa (Shaleh, Dahlan & Dahlan, 1990: 475). Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptan makhluk-Nya, laki-laki dan perempuan, dan menciptakan manusia berbangsa-bangsa, untuk menjalin hubungan yang baik. Dijadikannya makhluk dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku adalah dengan harapan bahwa satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi secara baik dan positif. Adanya perbedaan-perbedaan itu bukanlah ukuran untuk menilai apakah seseorang itu baik atau buruk. Derajat kebaikan manusia diukur dari ketaqwannya. Tidak peduli apakah dia laki-laki atau perempuan, berkulit putih atau hitam, asal bertaqwa kepada Allah Swt, maka dia tergolong orang baik (Ihsan, 2015: 27). 3. QS. Fatir Ayat 28
ِ ِ ِ َوِم َن الن ك ۗ امَّنَا ََيْ َشى اللّوَ ِم ْن ِعبَ ِاد ِه ِّ مو ٌ آب َو ْاْلَنْعاَِم ُُْمتَل َ ف اَلْ َوانُو َكذل َ ماس َواالد ﴾٨٢﴿الْعُلَم ُؤا ۗ اِ من اللّوَ َع ِزيٌْز َغ ُف ْوٌر Artinya: Dan dengan demikian (pula) diantara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Diantara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyakah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun (QS Fatir/35: 28).
62
ِ ِ ِ َوِم َن الن ك ِّ مو ٌ آب َو ْاْلَنْعاَِم ُُْمتَل َ ف اَلْ َوانُو َكذل َ ماس َواالد
(Dan demikian pula
diantara manusia, binatang-binatang melata, dan binatang-binatang ternak
ada
yang
bermacam-macam
warnanya)
sebagaimana
beranekaragamnya buah-buahan dan gunung-gunung.
امَّنَا ََيْ َشى اللّ َو ِم ْن ِعبَ ِادهِ الْعُلَم ُؤا
(sesungguhnya yang takut kepada Allah
diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama).
Allah maha perkasa),
َغ ُف ْوٌر
( اِ من اللّوَ َع ِزيٌْزSesungguhnya
(lagi maha pengampun) terhadap dosa-dosa
hamba-Nya yang mukmi (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 576). Pada ayat ini menerangkan tentang adanya pebedaan bentuk dan warna makhluk hidup. Firman-Nya:
)(كذلك
kadzaalika dipahami oleh
banyak ulama dalam arti keragaman. Ayat ini menggarisbawahi tentang adanya perbedaan dari setiap makhluk meskipun berasal dari sumber materi yang sama (Quraish Shihab, 2012: 62). 4. QS. Al Maidah Ayat 48
ِ ِ ِ ِ ك الْ ِكت ِ ي يَ َديِْو ِمن الْ ِكت اح ُك ْم بَْي نَ ُه ْم َ َواَنْ َزلْنَآالَْي َ ْ َص ِّدقًالِّ َماب ْ َب َوُم َهْيمنًا َعلَْيو ف َ ب ب ْل َح ِّق ُم َ َ ِ ْ اجآءَ َك ِم َن ًاْلَ ِّق ۗلِ ُك ٍّل َج َع ْلنَا ِمْن ُك ْم ِش ْر َعة َ ِبَآاَنْ َزَل اللّوُ َوْلَتَتمبِ ْع اَ ْى َوآءَ ُى ْم َع مم
63
ِ موِمْن هاجا ۗ ولَو َشآءاللّو ََلعلَ ُكم اُم ًة مو اح َد ًة مول ِك ْن لِّيَْب لَُوُك ْم ِ ِْف َمآات ُك ْم ً َ ْ ََ ُ َ ْ َ ِ ااْلي ر َِ ت ۗاِ ََل اللّ ِو مرِجع ُكم ﴾٨٢﴿ َجْي ًعافَيُنَبِّئُ ُك ْم ِِبَا ُكْنتُ ْم فِْي ِو ََتْتَلِ ُف ْو َن َْْ فَ ْستَبِ ُقو ْ ُ َْ Artinya: Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al Qur‟an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran yang membenarkan kitabkitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikanNya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan (QS Al Maidah/5: 48). Dalam surat Al Maidah ayat 48 ini menerangkan bahawa Al Qur‟an adalah bukti dan saksi kebenaran kandungan kitab-kitab yang terdahulu (Quraish Shihab, 2012: 276). Al Qur‟an menghapus sebagian hukum pada kitab terdahulu, yang didalamya terdapat kesulitan, beban, dan belenggu. Syariat memang berbeda, namun dasar agama tetap satu, yaitu Islam. Umat Yahudi memiliki syariat yang terperinci dalam hukumhukum yang dikhususkan untuk mereka. Begitu pula umat Kristen dan umat Islam. Kendati demikian, sesungguhnya agama yang disisi Allah Swt adalah Islam (Tim Qisthi Press, 2008: 522).
64
ِ ك َ َواَنْ َزلْنَآالَْي ِ الْ ِكت ب
(Dan telah Kami turunkan padamu) hai Muhammad
(kitab) Al Qur‟an
anzalna
يَ َديِْو
بِْل َح ِّق
ي َ ْ َص ِّدقًالِّ َماب َ ُم
(dengan kebenaran) berkaitan dengan
(membenarkan
dihadapannya) maksudnya yang sebelumnya
kitab dan menjadi saksi) atau batu ujian
apa
yang
terdapat
ِ ِمن الْ ِكت ب َوُم َهْي ِمنًا َ
(diantara
( َعلَْي ِوterhadapnya). Kitab disini
maksudnya ialah kitab-kitab terdahulu.
اح ُك ْم بَْي نَ ُه ْم ْ َف
(sebab itu
putuskanlah perkara mereka) maksudnya antara ahli kitab jika mereka mengadu kepadamu
kepadamu
ِ ُِبَآاَنْ َزَل اللّو
َوْلَتَتمبِ ْع اَ ْى َوآءَ ُى ْم
(dengan apa yang diturunkan Allah)
(dan jaganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka) dengan menyimpang
اْلَ ِّق ۗلِ ُك ٍّل َج َع ْلنَا ِمْن ُك ْم ْ اجآءَ َك ِم َن َ َع مم
(dari
kebenaran yang telah datang kepadamu. Bagi tiap-tiap umat diantara
ِ kamu Kami beri) hai manusia اجا ً مومْن َه
ً( ِش ْر َعةaturan dan jalan) maksudnya
jalan yang nyata dalam agana yang akan mereka tempuh.
َولَ ْو َشآءَاللّوُ ََلَ َعلَ ُك ْم
ِ ( اُمةً موsekiranya dikehendaki Allah, tentulah kamu dijadikan-Nya satu اح َد ًة
65
umat) degan hanya satu syariat,
kepada beberapa golongan
لِّيَْب لَُوُك ْم
مول ِك ْن
(tetapi) dibagi-baginya kamu
(untuk mngujimu)
( ِ ِْف َمآات ُك ْمmengenai
apa yang telah diberikan-Nya kepadamu) berupa syariat yang bermacammacam untuk melihat siapakah diantara kamu yang taat dan siapa pula yang durhaka (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 450). Pada ayat ini menjelaskan sebenarnya Allah bekuasa untuk membuat manusia menjadi umat yang satu dan seragam tanpa perbedaan. Namun itu tidak dikehendakinya. Sebaliknya, Allah menciptakan umat manusia berjenis-jenis dan beraneka ragam. Ketetapan Allah ini bertujuan untuk menguji hamba-hamba-Nya membuat mereka berbeda dalam syariat agar Allah Swt melihat siapa yang taat dan siapa yang bermaksiat kepada-Nya, serta siapa yang membenarkan dan siapa yang mendustakan-Nya. Serta mendorong mereka untuk saling berlombalomba dalam kebaikan. Artinya perbedaan fisik, agama, budaya, suku, ras dan jenis kelamin, bukanlah suatu hal yang perlu dipersoalkan, melainkan anugerah Allah Swt agar manusia saling mengenal dan saling memahami. 5. QS. Hud Ayat 118-119
66
ِِ ِ ﴾ اِْلمَم ْن مرِح َم١١٢﴿ۗ ي َ َُّولَ ْو َشآءََرب َ ْ ماس اُمةً مواح َدةً موْلَيََزالُْو َن ُُْمتَلف َ ك ََلَ َع َل الن ِ ِِ ِ اَلِن ِمة َوالن ماس ْ مم ِم َن َ ِّت َكل َمةُ َرب َ ك ۗ َولذل َ َُّرب ْ ك َخلَ َق ُه ْم ۗ َوََتم َ ك َْلَ ْملَئَ من َج َهن ِ ﴾۳۳۱﴿ي َ ْ اَ َْجَع Artinya: 118. Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. 119. Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah tetap, “Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya. (QS. Hud/11: 118-119)
ِ ك ََلعل النماس اُمةً مو اح َد ًة َ َ َ َ َ َُّولَ ْو َشآءََرب
Kata
)(لو
law dalam firman-Nya:
sekiranya Allah menghedaki menunjukkan bahwa hal tersebut tidak dikehendaki-Nya karena kata law tidak digunakan kecuali untuk mengandaikan sesuatu yang tidak mungkin terjadi/mustahil. (Jikalau Tuhanmu menghendaki tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu) pemeluk agama.
ِِ ي َ ْ موْلَيََزالُْو َن ُُْمتَلف
(tetapi mereka senantiasa berselisih
pendapat) dalam masalah agama. ك َ َُّرب
( اِْلمَم ْن مرِح َمkecuali orang-orang yang
diberi rahmat oleh Tuhanmu) artinya Allah telah menghendaki kebaikan dari mereka sehingga mereka tidak berselisih pendapat tentangnya,
ِِ ك َخلَ َق ُه ْم َ َولذل
(dan untuk itulah Allah menciptakan) sebagian diantara
mereka yang suka berselisih dan sebagian yang lain ada yang diberi
67
rahmat oleh-Nya sehingga mereka tidak berselisih mengenai agama (AlMahalli & As-Suyuti, 2016: 884). Ini berarti bahwa Allah Swt tidak menghendaki menjadikan manusia semua sejak dahulu hingga kini satu umat saja, yakni satu pendapat, satu kecerendungan, bahkan satu agama dalam segala prinsip dan perinciannya. Karena jika Allah Swt menghendaki demikian, Dia tidak akan memberi manusia kebebasan memilah dan memilih, termasuk kebebasan memilih agama dan kepercayaan (Quraish Shihab, 2012: 784). C. Pelajaran yang Terdapat dalam QS. Ar Rum Ayat 22, QS. AL Hujurat Ayat 13, QS. Fatir Ayat 28, QS. Al Maidah Ayat 48, QS. Hud Ayat 118-119 1. Meningkatkan Ketakwaan Terhadap Allah SWT Takwa di sini meliputi tiga aspek yaitu, hablun min Allah, hablun min annas, dan hablun min al‟alam. Implementasi dari takwa itu sendiri sangatlah luas, tataran vertical menyangkut peribadatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan tataran horizontalnya yaitu bagaimana manusia bersikap arif terhadap kemajemukan sosial dan melestarikan karunia Allah yaitu alam semesta. Allah menjanjikan “piala” menjadi manusia paling mulia di sisi-Nya bagi mereka yang benar-benar mengamalkan nilai takwa, baik secara vertical maupun horizontal. Hal ini menjadikan manusia berlomba-lomba untuk menjadikan dirinya layak menjadi manusia paling mulia. 2. Saling Menghargai dan Saling Menghormati 68
Salah satu alasan diciptakannya manusia dalam keadaan yang berbeda-beda, bisa jadi karena Allah ingin menguji setiap hamba-Nya. Apakah manusia tersebut bersikap acuh terhadap sesamanya ataukah sebaliknya. 3. Membangun Sikap Toleransi Sikap toleransi sangatlah penting dalam kehidupan bermasyarakat. Sikap toleransi mengakui perbedaan dan sikap siap menerima bahwa orang lain berbeda dengan kita. Sehingga, dapat membuka peluang untuk hidup berdampingan, saling memberi peluang untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Naim dan Sauqi (2010) memberikan pengertian, toleransin adalah kemampuan untuk menghormati sifat dasar, keyakinan, dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain. 4. Dapat menumbuhkan semangat untuk belajar Karena begitu agung Allah menciptakan alam semesta ini beserta makhluknya. Sehingga hanya sedikit saja yang bisa dilihat dengan mata telanjang. Dan membutuhkan pemikiran yang lebih untuk mengetahuinya secara keseluruhan.
69
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pendidikan multikultural merupakan sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk menghadapi berbagai ragam perbedaan dalam bentuk budaya, bahasa, agama, suku, ras, dll. Untuk membentuk sikap saling menghormati dan menghagai antar sesama manusia. 2. Islam sebagai agama rahmatan li al‟alamin memberikan penyelesaian mengenai perbedaan melalui al Qur‟an yang mulia. Berikut ajaran multikultural yang terdapat dalam Al Qur‟an. a. QS. Ar Rum ayat 22 1. Adanya keragaman dalam komunikasi yaitu keragaman dalam bentuk bahasa. 2. Adanya keragaman ras yaitu bentuk dan warna kulit, dimana setiap manusia atau individu memiliki bentuk dan warna kulit yang berbeda. b. QS. Al Hujurat Ayat 13 Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan berpasangpasang dan menjadikannya berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling berinteraksi dengan baik.
70
c. QS. Fatir Ayat 28 Allah menciptkan makhluknya, baik tumbuhan maupun hewan dalam bentuk yang berbeda-beda meskipun dari asal yang sama. d. QS. Al Maidah Ayat 48 Allah menciptakan umat dalam berjenis-jenis dan beraneka ragam agar mereka saling berlomba-lomba dalam kebaikan. e. QS. Hud Ayat 118-119 Allah
menciptakan
makhluk
dengan
kebebasannya
untuk
berpendapat dan beragama. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis uraikan di atas, selanjutnya penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Hendaknya pendidikan Indonesia dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan terkait dengan kesejahteraan masyarakat yang terdiri dari banyak kultur budaya, ras, agama yang sangat beragam, serta terciptanya suatu keadaan masyarakat yang dinamis, yang menjunjung tinggi akan nilai-nilai persatuan dan kesatuan serta kearifan dalam bermasyarakat, mempertimbangkan pendidikan multikultural sebagai solusi untuk dijadikan bahan pijakan dalam rangka menata pendidikan Indonesia menjadi lebih baik kaitannya dengan keberagaman masyarakat Indonesia. 2. Karena adanya keragaman tersebut sudah menjadi sunatullah maka hal mustahil jika ada seseorang untuk menyeragamkan keberagaman
71
tersebut. Dari pada demikian, akan lebih baik jika adanya keberagaman
tersebut
kita
manfaatkan
sebagai
sarana
untuk
mendekatkan diri kepada Allah melalui habluminannas yaitu menghargai dan menghormati antara satu dengan yang lainnya.
72
DAFTAR PUSTAKA Abubakar & Bamualim (Eds.). Pendidikan Perdamaian di Pesantren Berspektif Islam dan HAM. Jakatra: CSRC UIN Syarif Hidayatullah. Al-Qarni, „Aidh. 2008. Tafsir Muyassar Jilid 1. Jakarta: Qisthi Press. Ash-Shiddieqy, Muhammad Teungku. 2000. Tafsir Al-Qur‟anul Majid AnNur. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra. Baidan, Nashruddin. 2011. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baidhawy, Zakiyuddin. 2005. Pendidikan Multikultural. Jakarta: Erlangga.
Agama
Berwawasan
Budihardjo. 2012. Pembahasan Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an. Yogyakarta. Lokus. Efendi & Fatchurrohman. 2014. Studi Al-Qur‟an Memshsmi Wahyu Allah secara Lebih Integrsl dan Komprehensif. Yogyakarta: Teras. Hamka. 1988. Tafsir Al Azhar Juz XXI. Jakarta: Pustaka Panjimas. Hasanah, Amalia. 2013. Kamus Besar Bahasa Arab. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Imani, Faqih AK. 2008. Tasir Nurul Qur‟an Sebuah Tafsir Sederhana Menuju Cahaya Al-Qur‟an. Jakarta: Al-Huda. Mahfud, Choirul. 2006. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa. Yogyakarta: CV. Orbitus Corp. Nizar, Samsul. 2005. Sejarah pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam. Ciputat: Quantum Teaching Sadullah, Uyoh. 2014. Pedagogik Ilmu Mendidik. Bandung: Alfabeta. Said, Ahmad Hasani. 2014. Diskursus Munasabah Al Qur‟an Tinjauan Kritis Terhadap Konsep dan Penerapan Munasabah dalam Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lectura Press.
73
Shihab, Umar, Hanafi, dkk (Eds). 2007. Ensiklopedia Al Qur‟an: Kajian Kosakata. Jakarta: Lentera Hati. Shihab, Quraish. 2012a. Al-Lubab Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah Al-Qur‟an. Jakarta: Lentera Hati. 2012b. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur‟an volume 5. Jakarta: Lentera Hati. 2012. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur‟an volume 10. Jakarta: Lentera Hati. 2012. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur‟an volume 11. Jakarta: Lentera Hati. Tim STAIN Salatiga. 2008. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Salatiga: STAIN Salatiga. Yaqin,
Ainul. 2005. Pendidikan Multikultural Cross-Cultural Understanding untuk Demokrasi dan keadilan. Yogyakarta: Nuansa Aksara.
Zahari, Musril. 2011. Menjunjung Bahasa Persatuan Sebuah Kumpulan Karangan. Jakarta. PT Gria Media Prima. Zuhdi, Masjfuk. 1997. Pengantar Ulumul Qur-an. Surabaya: Karya Abditama.
74
75
SKK Nama
: Sakinatul Birroh
NIM
: 111-13-190
Jurusan
: S1-PAI
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
No
Nama Kegiatan
1.
Opak STAIN SALATIGA 2013
2. 3.
4. 5. 6.
7.
8. 9. 10.
11.
12.
13.
Opak HMJ Tarbiyah 2013 STAIN Salatiga Tahun 2013 UPT Perpustakaan Library User Education (Pendidikan Pemakai Perpustakaan) Pengajian dan Mujadahan Rutinan bersama santri, wali santri, & alumni Pon Pes Pancasila Juara 1 Khitobah dalam peringatan Maulud Nsbi SAW Pengajian dan Mujadahan Rutinan bersama santri, wali santri, & alumni Pon Pes Pancasila Pengajian dan Mujadahan Rutinan bersama santri, wali santri, & alumni Pon Pes Pancasila Pengajian dan Mujadahan Rutinan bersama santri, wali santri, & alumni Pon Pes Pancasila Pengajian Akbar Akhirusanah & Khotmil Qur‟an Pengajian dan Mujadahan Rutinan bersama santri, wali santri, & alumni Pon Pes Pancasila Pengajian dan Mujadahan Rutinan bersama santri, wali santri, & alumni Pon Pes Pancasila Pengajian dan Mujadahan Rutinan bersama santri, wali santri, & alumni Pon Pes Pancasila Pengajian dan Mujadahan Rutinan bersama santri, wali santri, & alumni Pon Pes Pancasila
76
Tanggal 26-27 Agustus 2013
Keikutsertaan
Skor
Peserta
3
29 Agustus 2013
Peserta
3
16 September 2013
Peserta
2
10 Januari 2014
Panitia
3
20 Januari 2014
Peserta
3
10 Februari 2014
Panitia
3
10 Maret 2014
Panitia
3
10 April 2014
Panitia
3
21 Juni 2014
Panitia
3
10 Januari 2015
Panitia
3
10 Ferbruari 2015
Panitia
3
10 Maret 2015
Panitia
3
10 April 2015
Panitia
3
14.
15. 16. 17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25. 26. 27.
Pengajian dan Mujadahan Rutinan bersama santri, wali santri, & alumni Pon Pes Pancasila Pengajian dan Mujadahan Rutinan bersama santri, wali santri, & alumni Pon Pes Pancasila Pengajian Akbar Akhirusanah & Khotmil Qur‟an Pengajian dan Mujadahan Rutinan bersama santri, wali santri, & alumni Pon Pes Pancasila Pengajian dan Mujadahan Rutinan bersama santri, wali santri, & alumni Pon Pes Pancasila Pengajian dan Mujadahan Rutinan bersama santri, wali santri, & alumni Pon Pes Pancasila Pengajian dan Mujadahan Rutinan bersama santri, wali santri, & alumni Pon Pes Pancasila Seminar Nasional Kewirausahaan bersama Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan koperasi Disperindagkop) Salatiga dengan tema Jiwa Muda, Berani Berwirausaha Semiar Nasional Al Hidmah dengan tema Wacana Islam Nusantara dalam Menjaga Kebhinekaan dan Keutuhan NKRI Pengajian dan Mujadahan Rutinan bersama santri, wali santri, & alumni Pon Pes Pancasila Seminar Nasional DEMA FTIK dengan tema Peningkatan Profesionalisme Guru Sebagai dalam Pembelajaran diera Globalisasi Pengajian dan Mujadahan Rutinan bersama santri, wali santri, & alumni Pon Pes Pancasila Peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW Pengajian dan Mujadahan Rutinan bersama santri, wali santri, & alumni Pon Pes Pancasila 77
10 Mei 2015
Panitia
3
10 Juni 2015
Panitia
3
13 Juni 2015
Panitia
3
10 Juli 2015
Panitia
3
10 Agustus 2015
Panitia
3
10 September 2015
Panitia
3
10 Oktober 2015
Panitia
3
30 Oktober 2015
Peserta
8
31 Oktober 2015
Peserta
8
10 Nopember 2015
Panitia
3
23 Nopember 2015
Peserta
8
10 Desember 2015
Panitia
3
21-24 Deaember 2015
Panitia
3
10 Januaari 2016
Panitia
3
78
79
80