Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam Perkembangan Pendidikan Manusia. Tinjauan Filosofis berdasarkan Filsafat Pendidikan Pragmatisme John Dewey Mahliani Devinta Saputri & Muhammad Fuad Program Studi Filsafat Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
ABSTRAK Nama Program Studi Judul
: Mahliani Devinta Saputri : Filsafat : Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam Perkembangan Pendidikan Manusia: Tinjauan Filosofis berdasarkan Filsafat Pendidikan Pragmatisme John Dewey.
Keterlibatan aktif seorang anak didik terwujud dalam proses pendidikan anak usia dini (PAUD). Latar belakang pemikiran pendidikan anak baik secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis menjadi penerapan terhadap filsafat pendidikan pragmatisme John Dewey yang menjadi dasar dalam penulisan skripsi ini. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dalam menganalisa pendidikan anak usia dini dengan konsep pengalaman aktif anak didik. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan pendidikan anak yang memprioritaskan pengembangan individu, hal tersebut memberikan relevansi terhadap proses pendidikan manusia yang menghargai faktor internal individu seperti bakat dan potensi anak dan juga faktor sosial. Hasil dari penelitian ini adalah pemahaman terhadap proses pendidikan yang memperhatikan nilai-nilai individu dan nilai sosial di dalamnya sehingga tidak ada dominasi antara pendidik dan anak didik. Hal ini dapat dipahami melalui keterlibatan aktif anak didik dalam proses pengajarannya yang akan membentuk pengalaman-pengalaman berdasarkan konsep pendidikan John Dewey. John Dewey melihat kondisi pendidikan melalui bentuk pengalaman yang bersifat kontinue. Kata Kunci : Pengalaman Aktif, Pendidikan, Usia Dini, Anak Didik, Pendidik, dan Sosial
1 Fungsi Pendidikan..., Mahliani Devinta Saputri, FIB UI, 2013
Function of Early Childhood Education (PAUD) in the Education of Human Development: Overview of Philosophical Pragmatism Philosophy of Education by John Dewey. The active involvement of the individual realized in the process of early childhood education (PAUD). The basic reason of this view as well as ontological, epistemological and axiological into the application of the education philosophy of John Dewey’s pragmatism become a basic in this research. This research using the descriptive analysis for analyzing early childhood education with the concept of active experience of the student. The purpose of this study is to explain the education of children who prioritize individual development, this is give relevance to the educational process which is respects of human internal factors such as the individual talents and potential of children and social factor too. The results of this research is an understanding of the educational process who takes into account individual values and social values in them, so there is no dominance between educators and students. This can be understood through the active involvement of student in the process of study, that will shape the experiences based on the concept of education John Dewey. John Dewey’s view is the condition of education through continuous experience. Keyword: An Active Experience, Education, Early Childhood, Student, Teacher, and Social
A. PENDAHULUAN Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia itu bergantung pada kualitas pendidikannya. Hal ini membuat peran pendidikan yang akan menciptakan masyarakat yang cerdas, terbuka, dan demokratis menjadi sangat penting dalam kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa. Upaya peningkatan mutu pendidikan itu diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia. Untuk mencapai itu, pembaharuan pendidikan perlu terus dilakukan untuk menciptakan dunia pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman. Pendidikan menjadi proses pengembangan berbagai potensi yang ada di dalam diri manusia yang mempunyai kemampuan akademis, relasional serta bakat dan talenta. Hadirnya pendidikan memberikan kebebasan untuk berekspresi sebagaimana potensi dan bakat yang dimiliki seorang anak dengan memperhatikan nilai sosial di dalamnya. Pendidikan yang mengkesampingkan keterlibatan aktif dari seorang anak didik merupakan kemunduran bagi dunia pendidikan. Pendidikan seperti itu hanya memberikan doktrin-doktrin pengajaran yang 2 Fungsi Pendidikan..., Mahliani Devinta Saputri, FIB UI, 2013
tersampaikan lewat seorang pendidik. Proses pengajaran semacam ini justru terlihat bahwa seorang
pendidik
mempunyai
dominasi
penuh
terhadap
jalannya
pendidikan
dan
mengkesampingkan nilai-nilai individu yang ada pada anak didik. Misalnya, seorang pendidik yang berdiri di depan kelas dengan memberikan materi belajar berupa konsep dan teori tanpa memberikan refleksi kritis kepada anak didik. Apa yang anak-anak peroleh di sekolah, sebagian hanya hafalan dengan tingkat pemahaman yang rendah. Anak-anak hanya tahu bahwa tugasnya mengenal fakta-fakta, sementara keterkaitan antara fakta-fakta itu dengan pemecahan masalah belum mereka kuasai. Dengan demikian, anak didik tidak akan pernah merasa bahwa materi belajar itu berguna bagi kehidupannya serta jalannya pendidikan akan mudah terlupakan begitu saja dan tidak akan bermakna. Hal yang penting untuk ditumbuhkan dalam pendidikan bagaimana membangun anak didik untuk bisa bersikap kritis terhadap apa yang diberikan. Sikap kritis ini akan memperlihatkan minat serta pengalaman baru bagi anak didik. Kemampuan untuk bisa bersikap kritis ini bisa tumbuh dan berkembang setelah anak didik diberi ruang untuk didengarkan. Oleh karena itu, akan terbangun suasana yang dialogis, bahkan anak didik diperbolehkan untuk berbeda pendapat. Suasana dialogis ini tidak hanya dengan sesama temannya, namun berbeda pendapat dengan gurunya sekalipun. Dengan demikian, pendidikan akan berjalan memenuhi kesepakatan bersama. Hal tersebut menjadi perwujudan dari pendidikan anak usia dini. Definisi anak berdasarkan dari National Association for the Education of Young Children (NAEYC) mendefinisikan “early childhood is the period from birth to age eight with identifies dimensions of developmentally appropriate practice” (Encyclopedia Vol 1-4 Rebbecca Staples edited, 2007: xxvi). Anak usia dini adalah range usia dari lahir sampai usia delapan tahun. Walaupun, banyak perdebatan yang terjadi dalam range golongan usia anak. Kehadiran dari anak usia dini menjadi faktor penting dalam memunculkan pendidikan sebagai perkembangan manusia. Sebab, pendidikan bagi anak merupakan dasar dan awal untuk menghasilkan manusia yang unggul. Pendidikan yang diberikan kepada anak terutama anak usia dini jelas berbeda dengan pendidikan orang dewasa. Jika pendidikan biasanya mengembangkan kognitif abstrak, namun pada pendidikan anak ini hanya dapat dilakukan dengan mengembangkan psikomotorik melalui kegiatan praktis dalam proses pengajaran. Namun, melalui kegiatan praktis ini akan mempengaruhi perkembangan kognitif anak secara tidak langsung. Oleh karena itu, pendidikan 3 Fungsi Pendidikan..., Mahliani Devinta Saputri, FIB UI, 2013
bagi anak usia dini selalu menuntut agar anak terlibat aktif ke dalam proses pembelajaran tersebut. Pendidikan bagi anak usia dini ini bertujuan mengarahkan, membimbing, dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki anak untuk dapat berkembang dengan lebih baik. Dengan demikian, pendidikan anak usia dini merupakan bentuk pembinaan yang ditujukan bagi anak dari ia lahir melalui pemberian rangsangan pendidikan. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Apa yang menjadi potensi maupun bakat anak dapat terdeteksi sejak sedini mungkin. Dengan adanya pendidikan ini, segala potensi maupun bakat tersebut dapat dikembangkan dengan maksimal baik fisik, intelektual, dan emosional anak. Setiap rancangan, perencanaan dan kurikulum yang ada pada pendidikan anak usia dini sangat disesuaikan dengan minat anak. Penyesuaian pada minat anak ini akan memberikan kesempatan kepada anak didik untuk memilih atau melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya. Pembelajaran berdasarkan minat ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik anak. Dengan demikian, konsep belajar dalam pendidikan anak usia dini ini sangat berpusat kepada anak dan memberikan kreativitas, aktivitas, dorongan belajar alamiah dan juga pengalaman. Hal ini terlihat dalam proses pendidikan learning by doing dengan menciptakan belajar sambil bermain atau bermain sambil belajar. Pendidikan harus memberikan suasana yang menyenangkan bagi anak-anak, agar mereka tertarik dalam proses pengajaran. Menurut Lev Vygotsky, seorang psikolog anak dari Universitas Moskow, bermain dapat mendukung munculnya kemampuan anak untuk menggunakan objek sebagai unsur simbolik. Misalnya, ketika anak menunggangkan sebuah tongkat. Mereka dapat membedakan tongkat dari penggunaan maknanya. Dengan begitu, anak dapat berpikir secara bersamaan tongkat sebagai tongkat dan juga seekor kuda. Bagi Vygotsky, bermain akan membuat perkembangan anak dengan tumbuh optimal karena anak akan beroperasi pada tingkat yang lebih tinggi. Bermain akan banyak melibatkan anak dalam berbagai aktivitas dan interaksi sosial, sehingga konsep-konsep yang diajarkan dapat ditangkap dengan cepat dan mampu bertahan lama dalam memori anak. Bermain menjadi kegiatan eksperimental bagi anak untuk memahami pengetahuan di luar dirinya. Berdasarkan pandangan tersebut, maka jelas bahwa pendidikan anak usia dini ini memiliki peran menjadikan anak didik yang memiliki kualitas dan terus maju sebagai generasi yang akan menjawab tantangan peradaban baru. 4 Fungsi Pendidikan..., Mahliani Devinta Saputri, FIB UI, 2013
Proses pembelajaran pendidikan anak usia dini akan membawa pada kemajuan dunia pendidikan. Sebab, proses pendidikannya mampu membuat anak-anak menghubungkan antara apa yang dipelajari dengan bagaimana pengetahuan itu dimanfaatkan untuk memecahkan persoalan sehari-hari. Salah satu bentuk usaha meningkatkan mutu pendidikan adalah menciptakan rancangan pendidikan yang lebih memberdayakan anak-anak. Untuk itu, perlu dirancang sebuah kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan pendidikan yang melahirkan manusia berkualitas dan kompeten. Dengan menghargai faktor internal individu dan faktor eksternalnya, pendidikan itu akan lebih nyata sebagai proses kehidupan. Pendidikan bagi anak bukan merupakan suatu proses pembentukan dari luar, baik anak maupun orang dewasa selalu belajar dari pengalamannya. Anak harus diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat tidak hanya menerima pengetahuan dari guru saja, melainkan guru sebagai fasilitator menciptakan suasana agar anak selalu haus akan pengetahuan. Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini akan membuat anak memperoleh pengetahuannya melalui suatu pengalaman-pengalaman aktif dalam proses belajar. Penerapan ini sejalan dengan pemikiran pendidikan pragmatisme yang dikembangkan oleh John Dewey, seorang tokoh pemikir Amerika. Kesamaan latar belakang dan kondisi yang dapat dipertemukan relevansi-relevansi antara PAUD dengan teori pendidikan pragmatisme John Dewey. Penekanan atas asas pengalaman aktif menjadi benang merah yang mampu mengaitkan kesamaan-kesamaan teoritis yang ada di keduanya. a) Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut : 1. Sejauh mana pentingnya peranan dan fungsi Pendidikan Anak Usia Dini dalam kehidupan manusia? 2. Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan pragmatisme John Dewey? 3. Bagaimana fungsi PAUD sebagai pendidikan dasar anak ditinjau dengan pemikiran pragmatisme John Dewey?
5 Fungsi Pendidikan..., Mahliani Devinta Saputri, FIB UI, 2013
b) Tujuan Penelitian Penulisan ini diarahkan pada tujuan untuk mewujudkan pendidikan yang harus dibangun berdasarkan prioritas pengembangan individu. Hal ini merupakan perwujudan dari konsep pembelajaran pendidikan bagi anak. Dengan demikian, pendidikan akan menjadi dasar kehidupan sosial bermasyarakat yang mampu mengantar individu untuk memahami aktivitas yang ditemukan dalam masyarakat melalui potensi dan pengalaman yang dimiliki individu B. TINJAUAN TEORITIS Penulisan ini menggunakan kerangka dasar dari ajaran filsafat pragmatisme John Dewey yakni keterlibatan peserta didik dalam proses pendidikan. Filsafat pendidikan sebagai suatu rencana pelaksanaan pendidikan yang berguna untuk pemecahan suatu masalah dengan dasar pengalaman aktif di dalamnya. Hanya melalui pendidikan lah pengetahuan diinternalisasikan, kemudian dipraktekkan untuk mencapai suatu kemajuan baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakat. Dengan demikian, dituntut secara langsung individu di dalam proses pelaksanaan pendidikan. Selain konsep di atas, penulisan ini juga menganalisis konsep perkembangan anak melalui landasan psikologis yang mendukung hadirnya pendidikan bagi anak dengan dasar keaktifan anak tersebut. Menurut Vygotsky, seorang psikolog anak, untuk terjadinya perkembangan pada anak dibutuhkan dua hal paling mendasar, yaitu an active child dan an active environment. Ketika manusia lahir, ia memiliki fungsi-fungsi mental dasar berupa bakat sebagai bekal untuk memahami dunia. Untuk dapat bertahan, manusia tidak cukup hidup dengan menggunakan fungsi mental dasar saja. Ia harus memiliki kesadaran akan simbol dan tanda, yang membantu mereka untuk berfikir dengan cara yang lebih kompleks, dimana kesadaran tersebut hanya bisa didapat melalui interaksi sosial. C. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah studi kepustakaan dengan paparan deskripsi analisis. Studi kepustakaan yang dimaksud adalah penulis menggunakan bukubuku sumber pendidikan anak usia dini dan juga beberapa buku psikologi anak. Sedangkan sebagai metode refleksi-kritis. penulis menggunakan karya John Dewey yaitu Democracy and 6 Fungsi Pendidikan..., Mahliani Devinta Saputri, FIB UI, 2013
Education, Pendidikan Dasar Berbasis Pengalaman dan My Pedagogic Creed serta karya-karya lainnya yang berhubungan dengan teori pendidikan pragmatisme dan pendidikan anak usia dini sebagai objek kajiannya. Buku tersebut penulis analisa dengan deskripsi analitis berupa kritisi dan kaji secara filosofis dengan menggunakan deskripsi seperti pendidikan anak usia dini dalam perkembangan karakter anak. Deskripsi analitis merupakan metode pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat, dan mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu, termasuk hubungan-hubungan dengan kegiatan, sikap serta pandangan-pandangan. “Metode deskriptif analisis bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antar fenomena atau pemikiran tokoh yang diselidiki” (Nazir, 2003: 54). D. PEMBAHASAN Adanya dominasi dalam dunia pendidikan sebab kurang memperhatikan aspek-aspek dalam proses pendidikan tersebut. Perkembangan seorang anak akan berjalan maksimal dengan memperhatikan kapasitas diri anak, kemampuan belajar anak, kebiasaan, kapasitas guru dan interaksi dengan lingkungan sosial yang mendukung proses pendidikan. Pendidikan anak usia dini memiliki karakteristik khusus yang harus melibatkan anak secara langsung pada proses pembelajaran. Ini terlihat pada setiap kegiatan fisik seperti bermain yang dilakukan anak-anak. Hal ini lah yang membuat pendidikan anak usia dini bersifat partisipatif. Dengan demikian, hubungan antara anak dengan lingkungan sekitarnya bukan hanya hubungan adaptasi, tetapi menciptakan proses kreativitas, produktivitas dan interaksi bagi dirinya. Pendidik yang baik bukan menguasai kondisi siswa dan pendidikannya melalui dominasi di dalam kelas. Sebaliknya, pendidik dituntut mengetahui kondisi siswa terhadap kebutuhannya, pengalamannya dan pengetahuannya. Dengan demikian, pendidikan dilakukan dengan penggunaan berbagai sarana untuk kemudian dilihat bagaimana anak mengarahkan responnya berdasarkan minat dan hasratnya. Oleh karena itu, pendidikan tidak memberikan doktrinasi kepada apa yang seharusnya dilakukan oleh peserta didik. Peranan pendidik dalam pendidikan anak usia dini bukan sebagai dictator yang mendominasi kegiatan pembelajaran, akan tetapi menjadi fasilitator. Pendidik bagi anak usia dini menurut Katz dalam buku Introduction to Early Childhood Education Eva L Essa bahwa,
7 Fungsi Pendidikan..., Mahliani Devinta Saputri, FIB UI, 2013
“As function of teachers of young children: caretaking, providing emotional, support and guidance, instructing, and facilitating. The caregiving role, similar in many ways to the lore of the mother, dimishes as the child gets older” (Eva L Essa, 2003 :83). Berdasarkan pengertian di atas, pendidik berperan dalam pengajaran anak dengan berpegang pada panduan kemampuan yang akan dicapai anak dengan cara memahami minat, emosi dan pengalaman anak. Pendidik hanya berperan sebagai fasilitator dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pengalaman, perasaannya melalui berbagai interaksi kepada pendidik maupun teman sebaya. Hal ini memungkinkan anak mengekspresikan apa saja yang ada dalam pikirannya. Pendekatan ini menjadi sangat efektif dan terbaik karena anak akan berkembang secara utuh. PAUD berfungsi sebagai pengantar pendidikan dasar anak untuk memperkenalkan anak pada pendidikan sejak usia dini. Hal ini ditegaskan dalam buku Introduction of to Early Childhood Education bahwa, “The primary goal of child care programs is to provide safe and nurturing care in a developmentally appropriate setting for children” (Eva L Essa, 2003: 7). Berdasarkan hal ini, pendidikan anak mempunyai peran dalam mengembangkan potensipotensi yang dimiliki oleh anak. Anak juga dilatih untuk berinteraksi dengan lingkungan yang akan ia temui. Guru sebagai fasilitator yang membimbing dan mendampingi perkembangan anak. Dengan demikian, pendidikan harus mengarahkan pada keaktifan anak, agar setiap pengalaman yang ia alami dapat dipahami sebagai pengetahuan bagi dirinya dan perannya dalam kehidupan sosial. Pendidikan anak usia dini dini mempunyai konstribusi positif bagi perkembangan sosial anak, karena hal: 1. Suasana PAUD yang memang diciptakan senyaman mungkin dan menyenangkan bagi siswa. 2. Perencanaan pendidikan yang tidak mengikat kebebasan anak. 3. Anak banyak memperoleh kesempatan untuk bergerak dan bermain. Penerapannya dalam pendidikan menuntut agar anak terangsang untuk aktif terlibat menambah pengalamannya, sehingga menjadi suatu kebiasaan yang akan dibawa dalam kehidupan sehari-harinya. John Dewey mengungkapkannya dalam karya My Pedagogic Creed (1897) bahwa, 8 Fungsi Pendidikan..., Mahliani Devinta Saputri, FIB UI, 2013
“True education comes through the stimulation of the child’s power by the demands of the sosial situations in which he finds himself” (John Dewey, 1897: 3). Melalui penjelasan John Dewey di atas, pendidikan seharusnya membuat anak dengan kondisi internalnya belajar untuk selalu terlibat langsung menerima pengetahuannya sebagai bentuk persiapan diri menghadapi kondisi sosialnya. Anak diajarkan untuk mengatur dirinya sendiri dalam suatu kelompok, berinteraksi dengan orang lain dan bersama-sama memecahkan masalah serta bekerja sama. Sebab, pengalaman maupun pengetahuan pada akhirnya bersifat sosial. Dengan demikian, pengalaman membutuhkan suatu kontak dan komunikasi secara langsung dengan memperhatikan kondisi internal yang dimiliki oleh anak. Usia dini merupakan masa dimana semua aspek dalam dirinya sedang mengalami perkembangan. Menurut pandangan Vygotsky, “Development is both quantitative and qualitative with periods of calm alternating with periods of crisis or turning points spasmodic and revolutionary changes” (Vygotsky, 1978: 73). Dari penjelasan tersebut maka perkembangan mengandung pengertian sebagai proses perubahan yang berkembang secara kuantitatif, tetapi sebagai hasilnya akan memunculkan suatu kualitas yang baru. Dengan demikian, untuk mendapatkan suatu perkembangan yang optimal pada anak, dibutuhkan lingkungan dan pendidikan yang mendukung dengan memberikan kenyamanan dan kesenangan sebagaimana karakteristik yang dimiliki anak seusianya. Ketika seorang anak dalam berinteraksi merasa nyaman dan bahagia, perkembangannya pun akan berjalan dengan lebih mudah dan cepat. Oleh karena itulah, pendidikan harus menciptakan situasi yang menyenangkan untuk menciptakan perkembangan anak yang optimal. Masyarakat menjadi hal yang juga penting dalam membangun jalannya pendidikan. Interaksi yang terjadi antara teman, lingkungan alam maupun sosial membentuk suatu dimensi nilai sosial dan interaksi tersebut tidak membuat kehidupan ini menjadi statis atau stagnan. Namun, lingkup sosial ini menciptakan interaksi yang particular di dalamnya. Orientasi filosofis pendidikan anak terhadap dimensi individu dan sosial justru akan membawa kemajuan. Keseimbangan individu akan tercipta karena pengasahan kapasitas dan emosional yang dimiliki setiap anak. Dengan demikian, kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan pun akan teruji, sehingga akan menghapus diskriminasi sosial. Hal ini terlihat pada konsep pendidikan John Dewey yang menempatkan individu di awal proses kependidikannya. 9 Fungsi Pendidikan..., Mahliani Devinta Saputri, FIB UI, 2013
“The school is primarily sosial institution. Education being a sosial process, the school is simplie that form of community life in which all those agencies are concentrated that will be most efeective in bringing the child share in the inherited resources of the race and to use his own powers for sosial ends” (John Dewey, 1897: 7). Pendidikan versi Dewey tidak bersifat individualistik. Namun, pendidikan anak akan menjauhkan anak dari sifat egois akibat dari kebebasan diri dan hak yang dimilikinya untuk memenuhi hasrat dirinya semata. Anak tidak lagi dianggap sebagai objek pendidikan bagi pendidik, karena antara pendidik dan peserta didik adalah sama dan setara. Keduanya merupakan pribadi yang sama-sama belajar dan tidak memiliki dominasi tinggi di dalam pendidikan. Inilah ciri kesetaraan dalam kehidupan demokrasi. Dengan demikian, pendidikan anak usia dini ini akan menjadi cikal bakal dari pendidikan demokratis selanjutnya. Individu mempunyai peran partisipasi dalam kehidupan masyarakat. Partisipasi demikianlah yang menghasilkan masyarakat yang demokrasi. Artinya, pendidikan yang telah ada dalam individu akan membawanya pada pengetahuan yang ia alami sebelumnya agar menjadi aktif di masyarakat sebagai ide perubahan masyarakat. Lewat kemampuan yang dimiliki individu, yang kemudian beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya akan membuat individu terlibat dalam proses pengetahuan yang bersifat demokrasi. Dengan demikian, dari pendidikan di sekolah lah nilai demokrasi dibentuk. Pendidikan dimulai dari seorang pendidik yang berperan sebagai pembimbing dalam proses pengajaran anak. Dewey beranggapan, guru harus menjadi fasilitator bagi anak didik dengan memberikan sarana berupa mempersiapkan lingkungan sebagai proses pengajaran. Dengan demikian, anak diberikan kesempatan untuk mengolah pengalamannya dengan bimbingan orang dewasa yang mengawasinya. Pendidikan harus mendorong dan menciptakan pembelajaran aktif di kelas. Bagi Dewey, hal ini dapat lakukan dengan menggunakan metode learning by doing. Peserta didik diberi kesempatan untuk menentukan apa yang akan dipelajari dan mengembangkan kemampuan yang sudah dimilikinya. Materi pembelajaran yang harus dipelajari peserta didik, tidak harus selalu ditentukan terlebih dahulu oleh pendidik. Dengan begitu, anak akan belajar secara aktif karena merasa membutuhkannya. Pendidikan merupakan sarana bersosialisasi, diharapkan melalui pengajaran di kelas dapat memberikan kesepakatan anak untuk bereksplorasi, mengekspresikan perasaan dan belajar untuk dirinya. Menurut Dewey, pendidikan bagi anak akan membantu anak mengenal tentang dirinya 10 Fungsi Pendidikan..., Mahliani Devinta Saputri, FIB UI, 2013
sendiri, dengan siapa anak itu hidup serta lingkungan tempat dimana anak hidup. Dengan begitu, anak akan memahami kehidupan di luar dirinya. Pendidikan harus menjamin anak untuk menerapkan apa yang dipelajari dalam sekolah di kehidupan. Pendidikan tidak hanya sebagai persiapan anak, tetapi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan seharihar. Dengan begitu, menurut Dewey, pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori dan fakta tetapi juga diaplikasikan dalam kehidupan keseharian. Konsep pendidikan yang John Dewey usung tidak berarti menyingkirkan konsep atau teori-teori sebagai landasan pendidikan. Teori-teori tersebut justru muncul melalui tindakantindakan praktis dalam memahami realitas. Namun, teori tersebut dapat bernilai jika dapat menyelesaikan masalah kehidupan seperti ekonomi, sosial dan budaya. Pendidikan bukan untuk mempersiapkan anak untuk bekerja. Sebab, bekerja hanyalah salah satu masalah kehidupan. Hal yang terpenting bukan kepada hasil, namun kepada konsekuensi, proses dan nilai guna dalam memahami kehidupannya. Dengan demikian, pragmatisme mensyaratkan kreatifitas dalam merefleksikan fakta dan realitas agar manfaat yang dihasilkan lebih berkualitas. Posisi anak dalam filsafat pendidikan Dewey dapat memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan kekayaan dalam hubungan sosial. Anak akan lebih produktif dan kreatif karena pendidikan dikembangkan berdasarkan pada hasrat dan minat anak. Pembentukan kurikulum yang berhubungan seluruhnya dengan kehidupan pribadi anak dan kehidupan sosial anak, pada akhirnya akan membawa mereka kepada daya tahan dan daya kreativitas yang unggul dalam kehidupan. Sistem pendidikan saat ini mungkin memudarkan daya kreatif dan ekspresif dalam diri anak, sehingga bibit-bibit unggul anak tidak terlihat dalam diri setiap anak. Inilah yang berusaha dihindari dengan memunculkan pendidikan partisipatif seperti yang ada dalam pendidikan anak usia dini. Pendidikan bagi anak usia dini dapat mengembangkan kualitas individu sebagai sumber daya manusia di kehidupan masyarakat. Sebab, usia dini menjadi dasar kapasitas individu dibentuk sehingga kemampuan individu dapat berkembang secara matang. Pengajaran anak usia dini lebih mengedepankan psikomotorik anak dan bukan kognitif anak. Kognitif anak justru akan tumbuh seiring dengan psikomotoriknya. Melalui metode pembelajaran yang khas seperti bermain, bercerita, roll playing akan menciptakan anak aktif, kreatif serta efektif di dalam kelas. Betapa pentingnya bermain, bercerita, bernyanyi bagi anak untuk memperkenalkan dunia secara lebih konkrit. Dari sinilah pendidikan demokratis terbentuk. 11 Fungsi Pendidikan..., Mahliani Devinta Saputri, FIB UI, 2013
Bercermin dari proses pendidikan pada anak, maka realitas kehidupan tentunya tidak mudah untuk dijalani, harus ada upaya yang sangat keras dan cerdas oleh setiap individu dalam perkembangannya agar tetap survive dalam kehidupan. Pendidikan dengan demikian memiliki fungsi sebagai sarana memperoleh pengetahuan dan pengalaman masa lalu untuk kemudian direfleksikan pada saat ini. Tanpa pendidikan sangat sulit untuk menjadi anak yang tangguh menghadapi hidup yang kemudian dapat menciptakan kehidupan dalam kedamaian dan keadilan. Pendidikan akan memberikan pengetahuan tentang menjalani hidup yang baik, cara menjalani hidup hingga berhasil dan juga
menghormati orang lain. Dengan demikianlah, pendidikan
membuat manusia menjadi manusia dan inilah fungsi pendidikan sebagai kebutuhan hidup. E. KESIMPULAN Konsepsi John Dewey melalui partisipasi aktif individu, terwujud dalam pembelajaran anak usia dini dengan learning by doing. Bercermin dari pendidikan anak usia dini ini akan membentuk pribadi anak sebagai individu dan perannya dalam masyarakat. Dengan teori yang John Dewey berikan, membuat pendidikan dapat merangsang minat dan bakat anak, sehingga tidak ada lagi dominasi dalam proses pengajaran namun juga menyukai pengajaran yang akan ia terima. Konsep pengajaran ini dapat dimulai dengan penyediaan media belajar yang menarik dan mendukung pengajaran tersebut. Dengan demikian, anak mempunyai ketertarikan, sehingga memunculkan sikap aktif ketika ingin menerima pengetahuan tersebut. Penekanan pada pendidikan yang dimaknai dengan partisipasi aktif dari peserta didik agar tercipta sebuah proses pendidikan yang sesuai minat dan bakat bagi anak. Sehingga, apa yang diajarkan dalam proses pendidikan tersebut, akan terus berbekas menjadi pengalaman yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan merupakan proses perkembangan seseorang yang ditentukan oleh nilai-nilai individu dengan mengembangkan minat dan bakatnya serta relasi di luar dirinya. Konsep pendidikan itulah yang melahirkan pendidikan bagi anak usia dini dengan menempatkan pendidikan sebagai bagian dari fungsi sosial. Konsep pendidikan menjadi penerapan teori pendidikan pragmatisme yang John Dewey kembangkan. Pendidikan anak usia dini merupakan wujud dari pendidikan pragmatisme yang tercermin dari elemen-elemen tujuan dan pelaksanaan pendidikan anak usia dini.
12 Fungsi Pendidikan..., Mahliani Devinta Saputri, FIB UI, 2013
F. KEPUSTAKAAN Curren, Randall. 2007. Philosophy of Education. United Kingdom: Blackwell Publishing. Curtis, Audrey. 2003. Care and Education in Early Childhood. USA & Kanada: Routledgefalmer. Copleston, Frederick. 2002. A History of Philosophy Volume 6. London: Continuum. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Pustaka Widyatama. Dewey, John. 1916. Democracy and Education. New York: The Free Press. ___________. 1897. My Pedagogic Creed. New York: E. L. Kellogg & Co. ___________. 2009. Pendidikan Dasar Berbasis Pengalaman (diterjemahkan oleh Pontoh Ireine dalam Experience and Education, John Dewey). Indonesia Publishing: Jakarta. Essa, Eva L. 2003. Introduction To Early Childhood Education. Canada : Thompson Delmar Learning. Gordon, Ann Miles dkk. 2011. Beginnings and Beyond Foundations in Early Childhood Education. USA: Graphic World Inc. Hildebrand, David. 2008. Beginners Guides Dewey. England: Oneworld Publications. Keenan, Barry. 1977. The Dewey Experiment in China: Educational Reform and Political Power in The Early Republic. Cambridge: Harvard University Press. Miller, Patricia H. 2011. Theories of Development Psychology. San Francisco: Worth Publisher. Montessori, Maria. 1915. My System of Education. New York City: The House of Childhood, inc. Nazi, Muhammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
13 Fungsi Pendidikan..., Mahliani Devinta Saputri, FIB UI, 2013
Paciorek, Karen M and Joyce Huth Munro. 2002. Annual Editions: Early Childhood Education. United States of America. Roopnarine, Jaipaul L dan James E. Johnson. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini dalam berbagai Pendekatan (diterjemahkan oleh Sari Narulita). Jakarta: Kencana. Semiawan, Conny. dkk. 1984. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Menengah. Jakarta: Gramedia. Smith, John E. 1995. Semangat Filsafat Amerika (diterjemahkan oleh Marianto S. dari The Spirit of American Philosophy, diberi kata pengantar oleh Juliaman Saragi. Jakarta: Sumber Agung. Staples, Rebecca New dan Moncrieff Cochran. 2007. Early Childhood Education: an International Encyclopedia Vol 1-4. USA: Greenwood Publishing Group. Undang Undang No. 20 tahun 2003. Sisdiknas. Jakarta: Depdiknas Vygotsky, L.S. 1967. Play and Its Role In The Mental Development of The Child. Uni Soviet: Soviet Psycholog. ____________. 1978. Mind in society: The Development of Higher Psychological Processes. Cambridge, MA: Harvard University Press. Wingo, G Max. 1974. Philosophies of Education. United State of America: D.C. Heath and Company.
14 Fungsi Pendidikan..., Mahliani Devinta Saputri, FIB UI, 2013