PENDIDIKAN KARAKTER KAFFAH MELALUI ………| 1
PENDIDIKAN KARAKTER KAFFAH MELALUI PENGEMBANGAN BOARDING SCHOOL: SEBUAH ALTERNATIF Singgih Tri Sulistiyono*
Abstrak Pembangunan karakter bangsa merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar dalam rangka untuk memperbaiki krisis moralitas kebangsaan yang terjadi dewasa ini. Pendidikan karakter di sekolah merupakan salah satu upaya untuk pembangunan karakter bangsa secara keseluruhan. Dengan mengingat bahwa akar persoalah karakter bangsa bersumber pada kepribadian yang terbelah yang bermula dari adanya gap antara dunia pendidikan di sekolah dan dunia nyata dalam masyarakat maka diperlukan suatu sistem pendidikan yang kaffah yang mampu menciptakan manusia dengan kepribadian dan karakter yang utuh. Di samping itu pendidikan yang kaffah juga perlu diiringi dengan upaya pemerintah untuk menciptakan dan menegakkan hukum dalam masyarakat yang merefleksikan nilai-nilai luhur budaya dan karakter bangsa sebagaimana yang telah dirumuskan oleh kemendikbud. Model sekolah bording dengan penerapan pendidikan budaya dan karakter bangsa secara kaffah dapat dijadikan sebagai alternatif untuk mencetak generasi muda yang memiliki karakter yang diidealkan berdasarkan Pancasila dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Kata kunci: Pendidikan karakter, boarding school Kemerosotan bersama
sebagai
kualitas suatu
kehidupan yang
P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
dikeluhkan oleh berbagai kalangan pada
Pancasila), Departemen Pendidikan dan
saat ini sebetulnya sudah muncul sejak
Kebudayaan
tahun 1980-an. Pada waktu itu, berbagai
mengampanyekan
sinyalemen
akut
(Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa)
mengenai ‘merosotnya nasionalisme dan
dan Pendidikan Moral Pancasila (PMP), dan
patriotisme’,
dalam kondisi perekonomian yang sedang
adanya
kepahlawanan’,
bangsa
pendidikan moral yang berupa penataran
gejala
yang
‘merosotnya ‘ancaman
sikap
disintegrasi’,
mengalami
yang
‘boom’.
sedang
gencar
matapelajaran PSPB
Pada
saat
ini,
terjadinya ‘dekadensi moral’, dan berbagai
sinyalemen-sinyalemen tersebut ternyata
persoalan ‘pelanggaran etika dan hukum’,
bukan hanya rangkaian kata-kata belaka
sudah mulai menjadi kekhawatiran banyak
tetapi betul-betul telah menjadi kenyataan.
pihak.
bahwa
Republik Indonesia yang belum genap
kekhawatiran tersebut muncul di tengah-
berusia tujuh dekade ini sedang mengalami
tengah upaya pemerintah Orde Baru yang
berbagai konflik. Konflik-konflik politik
pada waktu itu sedang menggalakkan
yang mengancam persatuan dan kesatuan
Adalah
sangat
ironis
* Singgih Tri Sulistiyono adalah Ketua DPW LDII Provisnsi Jawa Tengah, Dosen Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang
2 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
bangsa Indonesia saat ini adalah masih
Agama, Sejarah, PPKn) diposisikan sebagai
belum tuntasnya persoalan disintegrasi
‘tertuduh’.
bangsa. Apapun alasannya, konflik-konflik
pelajaran tersebut dipandang telah gagal
yang berpotensi meruntuhkan integrasi
dalam pembangunan moral dan karakter
bangsa itu merupakan cermin kerapuhan
bangsa. Orang sering mencemooh bahwa
nasionalisme
bangsa
‘kegagalan’ pendidikan moral dan karakter
Indonesia. Balum lagi adanya berbagai
pada masa Orde Baru disebabkan oleh
konflik sosial yang sewaktu-waktu dapat
terlalu banyaknya kepentingan penguasa
mencuat ke permukaan.
yang
dan
Fenomena
patriotisme
yang
membuat
hati
menjadi ‘miris’ (tidak sekedar terusik) adalah adanya praktik-praktik korupsi dan ‘mafianisme’ hukum serta pelanggaran etika dan
moral
lainnya
dalam
kehidupan
bersama sebagai sebuah komunitas bangsa yang jika tidak segera diantisipasi akan betul-betul
menghacurkan
diri
sendiri.
Belum lagi terjadinya tawuran antarpelajar yang menimbulkan kerusakan dan kematian juga masih sering terjadi. Krisis melanda
moral
yang
masyarakat
mengindikasikan bahwa pendidikan agama dan
moral
pendidikan
yang tidak
didapat
di
berdampak
bangku terhadap
perubahan perilaku manusia Indonesia. Bahkan yang terlihat adalah begitu banyak manusia Indonesia yang tidak koheren antara ucapan dan tindakannya. Hal ini kemungkinan besar berawal dari produk dunia pendidikan (Zubaidi, 2011: 2). Dalam
kondisi
yang
seperti
itu,
pendidikan moral yang kemudian terkenal dengan
istilah
pendidikan
karakter
(termasuk di dalamnya antara lain pelajaran
Seringkali
‘dititipkan’
berbagai
pada
mata
berbagai
mata
pelajaran yang dapat dikategorikan sebagai bagian dari pendidikan karakter. Sebagai contoh adalah: hanya buku sejarah yang ‘direstui’ pemerintah saja yang boleh diedarkan dalam masyarakat. Dengan demikian ketika orang menyaksikan sendiri adanya
kesenjangan
antara
perilaku
pemerintah dengan substansi pendidikan karakter (mata pelajaran Sejarah, Agama, Pendidikan Moral Pancasila) maka yang terjadi
bukanlan
‘pemupukan’
tetapi
‘pembusukan’ kehidupan bersama sebagai sebuah bangsa. Ketika
Orde
Baru
runtuh,
‘kewibawaan’ berbagai mata pelajaran yang dapat dikategorikan sebagai pendidikan karakter tersebut juga ikut merosot, karena semuanya dianggap bagian kebobrokan rezim itu. Di sini tampak dengan jelas bahwa materi pendidikan karakter yang kurang
menyentuh
segenap
bangsa
membangun
akar
kurang
karakter
kepribadian efektif
sebuah
untuk bangsa.
Demikian juga pelajaran sejarah yang disampaikan dalam suasana kebohongan
PENDIDIKAN KARAKTER KAFFAH MELALUI ………| 3
tidak
bisa
sepenuhnya
dapat
yang akan dan sedang dijalankan ini dapat
membangkitkan kesadaran sejarah atau
mencapai hasil seperti yang diharapkan
historical consciousness (Ballard, 1971).
atau
Kini, banyak orang yang merasa risau ketika berbagai persoalan internal yang terkait dengan national and character building mencuat keluar dan ternyata tidak mudah
untuk
diselesaikan.
Apalagi
kekuatan eksternal yang berupa gelombang globalisasi dan neoliberalisme semakin lama semakin agresif dalam mengikis karakter bangsa. Dalam sambutan pada peringatan
Hari
tanggal
Mei
2
Pendidikan 2010
Nasional
Presiden
Susilo
Bambang Yudhoyono mulai mencanangkan pendidikan
karakter.
Ia
menyatakan
pendidikan di Indonesia memiliki dua tujuan utama, yaitu: untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi, dan untuk
tidak.
diterapkan
Jika dalam
pendidikan kerangka
karakter paradigma
pendidikan yang sama dengan periode sebelumnya, maka kemungkinan kegagalan akan di depan mata, sebab secara substansi, barangkali tidak ada yang baru antara pendidikan moral yang pernah dilaksanakan oleh
pemerintah
Indonesia
sebelum
Reformasi dengan pendidikan karakter saat ini. Paradigma pendidikan lama itu masih dapat dilihat dari beberapa aspek, misalnya keberhasilan
pendidikan
lebih
banyak
diukur dari segi kognitif daripada aspek afektif dan psikomotorik. Dalam hal ini UTS, UAS, UN, masih menjadi tolok ukur utama keberhasilan pendidikan. Dengan
demikian
sebagian
besar
membangun karakter bangsa yang kuat
siswa dan orang tua siswa mengambil jalan
(strong national character building).
pintas untuk mengambil les di berbagai
Presiden juga menyatakan bahwa kemajuan
pendidikan
tidak
boleh
melupakan pembangunan karakter. Oleh karena itu Presiden melalui Kementerian Pendidikan Nasional akan meluncurkan 'Program Pendidikan Karakter'. Selanjutnya pemerintah
menyusun
Rencana
Aksi
Nasional (RAN) Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025 dan dan berbagai perangkat aturan lain termasuk Buku Pedoman Pendidian Karakter dan Budaya bangsa. Masih ada sementara orang yang masih pesimis apakah pendidikan karakter
lembaga
bimbingan
belajar
untuk
mempelajari soal dan jawabannya. Bahkan akhirnya guru juga menerapkan metode yang dugunakan oleh lembaga bimbingan belajar dalam kegiatan kurikuler di sekolah. Akibatnya adalah aspek pembinaan watak dan budi pekerti terabaikan dalam proses pendidikan. Bahkan secara tidak langsung siswa dibiasakan untuk bersikap instant dalam menyelesaikan masalah. Demikian juga sistem evaluasi pendidikan masih cenderung
memakai
instrumen
yang
mengesampingkan pola berpikir konvergen.
4 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
Guru lebih menekankan pada kemampuan
bangsa sedang mengalami banyak persoalan
menguasai pengetahuan daripada memberi
moralitas dan persoalan-persoalan krusial
motivasi untuk belajar sehingga hasil akhir
lainnya seperti yang dialami Indonesia pada
lebih
saat
penting
daripada
proses.
Pada
ini.
Pendidikan
karakter
secara
puncaknya, gelar kesarjanaan menjadi lebih
kontinyu mutlak diperlukan oleh sebuah
penting
daripada
berinvensi
dan
memecahkan
kompetensi
untuk
bangsa jika bangsa itu menginginkan untuk
berinovasi
dalam
melanjutkan
persoalan
dalam
rangka
mencapai kemajuan masyarakat bangsa. Dalam hubungan itulah, makalah ini akan mencoba untuk membahas salah satu alternatif model pendidikan karakter agar betul-betul dapat menghasilkan generasi muda Indonesia yang memiliki karakter
pertama
eksistensinya.
yang
menyadari
Politikus pentingnya
pendidikan karakter, khususnya karakter kebangsaan
dan
nasionalisme
serta
patriotisme adalah Maximilien François Marie Isidore de Robespierre (6 May 1758 – 28 July 1794) seorang tokoh garis keras dalam Revolusi Perancis.
sebagaimana yang diharapkan. Alternatif
Ia pernah mengatakan: ‘The nation
model pendidikan karakter itu adalah
has the right to bring up its children; we
pendidikan karakter kaaffah atau yang
cannot confide this trust to family pride and
dalam literatur Barat kurang lebih dapat
individual prejudice’ (Birch: 1989). Jadi
disebut sebagai pendidikan holistik (holistic
sesungguhnya negara atau pemerintah lah
education). Untuk itu makalah ini akan
yang memiliki kewajiban utama untuk
mengawali
melaksanakan
pembahasannya
terhadap
pendidikan
karakter
sejarah pendidikan moral dan karakter di
kebangsaan dari setiap warga negaranya,
Indonesia
karena hal itu akan menentukan masa
beserta
kelemahan-
kelemahannya. Setelah itu, makalah ini akan membahas
tentang
konsep
dengan negara itu sendiri.
pendidikan beserta
Sudah barang tentu corak pendidikan
kemungkinan penerapannya di Indonesia
karakter bangsa yang dilakukan oleh negara
sebagai sebuah alternatif.
bergantung terutama kepada dasar ideologi
karakter
kaffah
atau
holistik
atau
setidak-tidaknya
kepentingan
Menilik Sejarah Pendidikan Karakter di
pemerintah yang sedang berkuasa. Di dalam
Indonesia: dari Zaman Bung Karno
sejarah Indonesia sendiri, ideologi dan
hingga Pak Harto
kepentingan pemerintah silih berganti dan
Sebetulnya
pendidikan
karakter
diperlukan bukan hanya ketika sebuah
memiliki kecenderungan dan nuansa yang berbeda-beda.
Pada
masa
akhir
pemerintahan kolonial Belanda yang mulai
PENDIDIKAN KARAKTER KAFFAH MELALUI ………| 5
dikendalikan oleh kaum liberal, pendidikan
Hanya anak-anak dari golongan tertentu
moral ataupun pendidikan karakter tidak
yang
diberikan secara khusus. Pendidikan agama
pendidikan formal dengan baik.
Nasrani yang pada masa VOC masih sering dilaksanakan di sekolah, mulai dilarang. Pemerintah
mengenyam
Sementara itu anak-anak masyarakat biasa tidak memiliki kesempatan yang luas
menerapan
untuk memperoleh pendidikan yang baik.
kebijakan untuk melaksanakan pendidikan
Untuk meneguhkan perbedaan-perbedaan
yang
Pendidkan
dalam masyarakat kolonial, pendidikan juga
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
diselenggarakan dengan dasar kebudayaan
pasar tenaga kerja dalam kaitannya dengan
dari masing-masing golongan penduduk,
bisnis kaum kapitalis di Hindia Belanda
misalnya sekolah-sekolah di Jawa memiliki
(Nasution: 1994). Sementara itu praktik
kurikulum yang mengajarkan kebudayaan
pembangunan moral dilakukan melalui
dan bahasa Jawa. Demikian juga sekolah-
peraturan-peraturan
yang
sekolah untuk keturunan orang Cina juga
Peraturan-
mengajarkan bahasa dan budaya Cina.
mampu
Hanya sebagian kecil saja siswa-siswa
membentuk karakter siswa seperti sikap
pribumi (anak-anak amtenar) yang memiliki
disiplin, rasional, kritis, dan sebagainya.
kesempatan bersekolah di sekolah-sekolah
netral
mengatur
kolonial
diperbolehkan
dari
agama.
sekolah
perilaku
peraturan
ini
siswa.
yang
akan
Meskipun pendidikan model Barat yang diterapkan oleh pemerintah Hindia Belanda didasari atas filsafat rasionalisme dengan semangat liberalisme yang mestinya
untuk orang Eropa. Pengajaran budaya ini akan memperkuat identitas dan kesadaran masing-masing siswa berdasarkan status dan rasnya yang sangat diskriminatif.
juga menghargai hak asasi manusia dan
Ini juga dimaksudkan agar orang-
hak-hak individu, namun dalam praktiknya
orang
semangat diskriminasi dalam masyarakat
kedudukannya
kolonial
inlanders,
masih
sangat
menonjol.
pribumi
dapat
yang
yang
menerima
rendah
seolah-olah
sebagai sudah
Kesempatan pendidikan masih didasarkan
ditakdirkan untuk melauani kepentingan
atas status dan ras sesuai dengan dasar
orang-orang Belanda. Demikian juga sistem
hukum Hindia Belanda yang membagi
ini juga memberikan kesadaran kepada
warga negaranya menjadi tiga golongan
siswa-siswa Eropa untuk merasa lebih
besar yaitu golongan Eropa atau orang yang
tinggi dari orang-orang pribumi dan timur
dipersamakan dengannya (Europeanen en
asing. Jadi sistem pendidikan pada waktu itu
gelijkgesteld),
memberikan
Oosterlingen)
Timur dan
Asing
Pribumi
(Vreemde (Inlanders).
kemungkinan
bagi
6 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
keberlanjutan struktur masyarakat kolonial
pengetahuan
yang diskriminatif.
tetapi juga membangun karakter sebagai
Pada masa kolonial Belanda memang sudah diajarkan pelajaran sejarah, baik sejarah Negeri Belanda sendiri maupun sejarah Nederland Indie (Hindia Belanda) (Nasution, 1994: 131). Pelajaran sejarah juga
dimaksudkan
untuk
membangun
kesadaran bahwa sejarah Hindia Belanda adalah bagian dari sejarah Belanda. Dengan demikian akan timbul kesadaran bagi masyarakat pribumi untuk menerima hal itu sebagai sesuatu yang tidak bisa dihindari. Buku sejarah yang sangat penting pada waktu itu adalah karya F.W. Stapel (1938)
dan
ketrampilan
modern
kelompok komunitas yang beradab yang memiliki harga diri. Dengan kesadaran yang seperti
inilah
pendidikan
Barat
yang
diberikan kepada beberapa tokoh nasional justru menjadi bumerang bagi pemerintah kolonial Belanda. Pelajaran sejarah Hindia Belanda yang diterima Sukarno akhirnya memberikan kesadaran kepadanya bahwa bangsa Indonesia dulu pernah jaya, dan sekarang (zaman kolonial) dalam keadaan terjajah, serta dia memiliki harapan untuk berjaya kembali di masa yang akan datang. Apa yang bisa dikategorikan sebagai
yang berjudul Geschiedinis van Nederlands
pendidikan
Indie.
berkembang dengan pesat pada zaman Dengan
pendidikan
melihat yang
bahwa diterapkan
sistem oleh
pemerintah kolonial Belanda yang bersifat diskriminatif
dan
bernuansa
melanggengkan dominasi dan hegemoni penjajahan,
maka
beberapa
pergerakan
nasional
organisasi
berusaha
untuk
mengembangkan pendidikan sendiri seperti
karakter
banrangkali
pemerintahan pendudukan Jepang, 19421945. Oleh karena situasi perang Pasifik yang menuntut dukungan dari masyarakat pada daerah-daerah yang direbutnya dari kolonialis Barat, pemerintah pendudukan Jepang
berusaha
untuk
melakukan
propaganda. Dalam
hal
ini
yang
Taman Siswa, Muhammadiyah, NU, dan
dikembangkan
sebagainya. Di samping itu juga banyak
pendudukan
tokoh yang berinisiatif mengembangkan
propaganda dengan membangun moralitas
sekolah seperti Imam Syafi’i di Kayutanam
siswa.
Sumatra, Kartini di Rembang, Dewi Sartika
dikembangkan Jepang didasarkan atas basis
di Jawa Barat dan sebagainya (Djohan
filosofi Hakko Ichi-u. Konsep ini mengacu
Makmur,
Dengan
kepada gambaran mengenai dunia yang
mengembangkan lembaga pendidikan itulah
berada di bawah pimpinan Jepang. Dalam
mereka tidak hanya mengajarkan ilmu
hal ini rakyat Indonesia harus mendukung
dkk,
1993:
84-99).
di
pedidikan
juga
Pendidikan
daerah-daerah
dimanfaatkan karakter
untuk yang
PENDIDIKAN KARAKTER KAFFAH MELALUI ………| 7
saudara tua (Jepang) untuk membangun
situasi revolusi. Basis filosofi dari sistem
Asia
kemakmuran
pendidikan yang dikembangkan pada waktu
bersama. Indonesia baru akan tercapai jika
itu adalah ideologi negara yaitu Pancasila
bekerjasama dengan Jepang.
dengan sendi-sendi agama dan kebudayaan
Timur
Raya
untuk
Oleh sebab itu masyarakat Indoneia harus bersumpah untuk setia kepada Tenno Heika. Aspek-aspek pendidikan karakter yang sangat membekas bagi para siswa di masa
selanjutnya
antara
lain
sikap
egalitarian (sistem status yang hierarkhis zaman Belanda dihancurkan), sikap antibudaya Barat, semakin berkembangnya nasionalisme dan patriotisme di kalangan rakyat secara umum melalui penggunaan bahasa Indonesia di sekolah dan kantor serta latihan semi militer untuk menghadapi tentara
Sekutu.
Beberapa
praktik
pendidikan zaman Jepang yang masih ditiru dengan berbagai modifikasi pada masa setelah kemerdekaan Indonesia antara lain: setiap
pagi
sebelum
pelajaran
bangsa (Sjamsuddin, 1993: 10). Dalam suasana revolusi, kesempatan memperoleh pendidikan tidak terjadi lagi sebagaimana zaman
penjajahan
Belanda,
tetapi
prinsipnya seperti zaman Jepang yaitu ‘pendidikan untuk semua’. Selama periode revolusi, tujuan utama pendidikan pada waktu itu adalah untuk mengembangkan semangat nasionalisme dan patriotisme untuk mempertahankan kemerdekaan dari agresi Belanda. Hal ini terkait dengan suasana revolusi di mana anak-anak sekolah sejak
usia
14
tahun
banyak
yang
meninggalkan sekolah untuk mengangkat senjata
yang
tergabung
dalam
TRIP
(Tentara Republik Indonesia Pelajar).
mulai
Perkembangan yang menarik terjadi
diadakan upacara dengan menyanyikan lagu
pada
kebangsaan (Kimigayo), melakukan senam
kemerdekaan. Selama periode demokrasi
pagi (taisyo), dan mengibarkan bendera dan
liberal
menghormat
pendidikan
Tenno
Heika
serta
periode
setelah
(1950-1957) didasarkan
pasca
revolusi
pelaksanaan pada
Undang-
mengucapkan sumpah setia kepada sang
undang No. 4 Tahun 1950 yang kemudian
kaisar. Pada waktu tertentu siswa juga
disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun
melakukan kegiatan kinrohhosyi (atau kerja
1954. Dalam undang-undang itu dijelaskan
bakti untuk sekolah dan lingkungannya).
dasar-dasar filosofis dan moral pelaksanaan
Pada
masa
kemerdekaan
corak
pendidikan
Indonesia
masih
banyak
dipengaruhi
oleh
sistem
yang
dikembangkan Jepang dalam kaitannya dengan pendidikan karakter sesuai dengan
pendidian di Indonesia: “Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas azas-azas yang termaktub dalam Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia dan atas kebudayaan kebangsaan Indonesia”. Tujuan pendidikan
8 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
dan pengajaran adalah membentuk manusia
merupakan satu kesatuan. Jika Pancasila
susila yang cakap dan warga negara yang
merupakan
demokratis serta bertanggungjawab tentang
Manipol/USDEK ditempatkan sebagai azas
kesejahteraan masyarakat dan tanah air
operasional. Haluan politik pemerintah ini
(Sjamsuddin, 1993: 15). Dalam hal ini
tentu
pendidikan karakter ditumpukan antara lain
terhadap dunia pendidikan. Pada waktu itu
dengan
rumusan tujuan pendidikan adalah untuk
pendidikan
agama
yang
saja
azas
juga
filosofis,
sangat
pelaksanaannya diatur dalam Peraturan
menanamkan
jiwa
Bersama
kepeloporan
dalam
antara
Menteri
Pendidikan,
maka
berpengaruh
yang
memiliki
membela
dan
Pengajaran, dan Kebudayaan dan Menteri
mengembangkan Manipol/USDEK. Berbeda
Agama pada tahun 1951. Selain itu sekolah-
dengan
periode
sekolah juga diberi kesempatan untuk
revolusi
kemerdekaan
dan
demokrasi
mengajarkan budi pekerti kepada siswa.
liberal),
pada
ini
pendidikan
Setelah Indonesia memasuki periode Demokrasi
Terpimpin
(1957-1965),
pengaruh haluan politik pemerintah sangat jelas
memberikan
pengaruh
kepada
pelaksanaan pendidikan karakter. Seperti diketahui
pelaksanaan
Demokrasi
Terpimpin memberikan peran yang sangat aktif
kepada
Presiden
Sukarno
untuk
mempimpin dan mengatur pemerintahan. Dalam
hal
ini
Presiden
Sukarno
melontarkan konsep politik yang terkenal dengan
nama
Manipol/USDEK
yang
merupakan akronim dari Manifesto politik / Undang-Undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia.
sebelumnya
periode
(periode
karakter mulai diterapkan secara progresif. Pada
waktu
itu
diselenggarakan
matapelajaran Civic yang menjadi salah satu matapelajaran utama di setiap jenjang pendidikan. Ajaran-ajaran Manipol/USDEK menjadi materi utama dalam matapelajaran ini. Bahkan pada jenjang pendidikan tinggi, pendidikan ditujukan untuk membangun manusia yang memiliki semangat Pancasila dan mendukung pembentukan masyarakat Indonesia yang sosialistik, adil, dan makmur baik spiritual maupun material (Undangundang
No
22/
1961
(Law
No.
22/1961)dalam:http://www.theceli.com/d okumen/produk/1961/22-1961.htm). Dengan
terjadinya
pergantian
Manipol/USDEK dijadikan sebagai haluan
pemerintahan dari Presiden Sukarno ke
negara
tinggi,
Presiden Suharto sejak tahun 1966, corak
dipupuk, dan dijalankan oleh semua bangsa.
pendidikan juga mengalami perubahan.
yang
Pada Manifesto
harus
waktu
itu
dijunjung
Pancasila
Politik-USDEK
dan
dipandang
Dalam Tap XXVII /MPRS/1966 ditetapkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah
PENDIDIKAN KARAKTER KAFFAH MELALUI ………| 9
untuk menghasilkan manusia Pancasila
Penataran P4 pun juga runtuh. Akibatnya
sejati. Dalam hal ini pendidikan harus
Pemerintah Reformasi mengalami krisis
mampu: a) mempertinggi mental-moral-
pendidikan
budi pekerti dan memperkuat keyakinan
sebagai dasar dan ideologi negara juga
agama, b) mempertinggi kecerdasan dan
sudah jarang disebut-sebut lagi oleh para
ketrampilan, dan c) mengembangkan fisik
pejabat. Berbagai persoalan moral bangsa
yang sehat dan kuat (Sjamsuddin, 1993: 82).
juga belum menunjukkan perbaikan yang
Perubahan
suasana
politik
juga
mendorong perubahan di bidang kurikulum. Kurikulum baru telah berhasil ditetapkan pada tahun 1968. Matapelajaran Civic diganti
dengan
Kewarganegaraan
Pendidikan
yang
di
karakter.
Bahkan
Pancasila
signifikan. Baru tahun 2010 Presiden SBY berkeinginan
untuk
menerapkan
pendidikan budaya dan karakter bangsa atau sering disebut pendidikan karakter saja.
dalamnya
Pelaksanaan pendidikan karakter
mengandung unsur pengetahuan sejarah,
terutama didasarkan atas Undang-Undang
geografi,
Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
dan
pengetahuan
kewarganegaraan. Kurikulum
1975,
Selanjutnya
pada
tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU
matapelajaran
Civic
Sisdiknas)
dipecah menjadi dua yaitu PMP (Pendidikan Moral Pancasila) dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial).
Pendidikan
Kewarganegaraan
masuk ke dalam PMP, sedangkan sejarah dan geografi masuk ke dalam IPS. Untuk memperkuat
pendidikan
karakter
kebangsaan maka pemerintah Presiden Suharto menyelenggarakan Penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) yang wajib diikuti bukan hanya para siswa tetapi juga segenap elemen masyarakat. Menelisik
yang
yang
mengamanatkan
bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
dan
membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam
mencerdaskan bertujuan
rangka
kehidupan
untuk
bangsa,
berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan
berakhlak
Yang
mulia,
Maha
sehat,
Esa,
berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi Konsep
Dasar
Pendidikan
Karakter di Zaman Reformasi Dengan
runtuhnya
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
pemerintah
Presiden Suharto, mata pelajaran PMP dan
Tujuan
pendidikan
nasional
itu
merupakan rumusan mengenai kualitas
10 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
manusia
Indonesia
yang
harus
setiap
satuan
mengembangkannya menjadi 18 nilai yang
pendidikan. Oleh karena itu, rumusan
diupayakan dapat diinnternalisasikan ke
tujuan pendidikan nasional menjadi dasar
dalam diri peserta didik sehingga menjadi
dalam pengembangan pendidikan budaya
karakter mereka. Nilai dan deskripsi nilai
dan karakter bangsa.
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
dikembangkan
oleh
Dalam buku Pedoman Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa disebutkan bahwa tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah: 1) mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa; 2) mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius; 3) menanamkan
jiwa
kepemimpinan
dan
tanggung jawab peserta didik sebagai generasi
penerus
bangsa;
4)
mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan
kebangsaan;
mengembangkan
lingkungan
dan
5)
kehidupan
sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,
jujur,
penuh
kreativitas
dan
persahabatan,
serta
dengan
rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
kemudian
Kemendiknas
yang dikembangkan oleh Kemendiknas adalah sebagai berikut: Apa
yang
membedakan
antara
pendidikan moral dan pendidikan karakter pada
masa-masa
sebelumnya
dengan
pendidikan karakter saat ini adalah bahwa secara prinsip pendidikan budaya dan karakter bangsa tidak dimasukkan sebagai mata pelajaran atau pun pokok bahasan tersendiri tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran
yang
ada,
penekanan
pada
pengembangan diri, dan penciptaan budaya sekolah. Oleh sebab itu sangat penting bagi sekolah untuk mengintegrasikan nilai-nilai yang
ingin
disosialisasikan
dan
diinternalisasikan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP), kegiatan ekstra kurikuler, dan penciptaan budaya sekolah yang kondusif. Dalam
hal
mengembangkan
ini
sekolah
strategi
harus
pembelajaran
agar peserta didik mengenal dan menerima yang
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
dikembangkan dalam Pendidikan Budaya
sebagai milik mereka dan bertanggung
dan Karakter Bangsa terutama bersumber
jawab atas keputusan yang diambilnya
dari agama, Pancasila, budaya, dan UU
melalui tahapan mengenal pilihan, menilai
Sisdiknas. Dari empat sumber nilai itulah
pilihan,
Adapun
nilai-nilai
menentukan
pendirian,
dan
PENDIDIKAN KARAKTER KAFFAH MELALUI ………| 11
selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai
pengembangan
dengan keyakinan diri. Dengan demikian
karakter bangsa dilakukan melalui setiap
peserta
mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan
didik
belajar
melalui
proses
berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses
ini
dimaksudkan
dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial. Pemerintah
melalui
Kemendikbud
juga mengintroduksikan beberapa prinsip yang
digunakan
untuk
pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa di lembaga
pendidikan,
yaitu:
1)
berkelanjutan, 2) melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah, 3) Nilai tidak diajarkan tetapi dikembangankan, 4) proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan. Prinsip berkelanjutan mengandung makna bahwa pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari awal
budaya
dan
kurikuler dan ekstrakurikuler.
untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik
nilai-nilai
Prinsip
ke
tiga
mengandung
pengertian bahwa materi nilai budaya dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar atau pun pokok bahasan yang diajarkan secara khusus kepada peserta didik. Dalam hal ini materi yang diajarkan dalam berbagai mata pelajaran
harus
digunakan
digunakan
sebagai media untuk mengembangkan nilainilai budaya dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pendidik tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada, tetapi menggunakan materi pokok bahasan itu untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan
karakter
bangsa.
Demikian
juga
pendidik
tidak perlu mengembangkan
proses
belajar
khusus
untuk
mengembangkan nilai budaya dan karakter bangsa. Dalam
hal
ini
semua
kegiatan
peserta didik masuk sampai selesai dari
pembelajaran
suatu satuan pendidikan. Sebetulnya, proses
mengembangkan kemampuan dalam ranah
tersebut dimulai dari kelas 1 SD atau tahun
kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam
pertama dan berlangsung paling tidak
konteks prinsip ini, nilai-nilai budaya dan
sampai kelas 9 atau kelas akhir SMP.
karakter bangsa tidak perlu ditanyakan
Pendidikan budaya dan karakter bangsa di
dalam ujian. Namun demikian, peserta didik
SMA adalah kelanjutan dari proses yang
harus memahami dan mengamalkan nilai-
telah terjadi selama 9 tahun.
nilai yang sedang mereka internalisasikan.
Sementara mensyaratkan
itu
prinsip bahwa
ke
dua proses
Prinsip
dapat
ke
digunakan
empat
untuk
mensyaratkan
bahwa proses pendidikan nilai budaya dan
12 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
karakter bangsa dilakukan oleh peserta
badan (kuku, telinga, rambut, dan lain-lain)
didik sendiri dan bukan oleh pendidik.
setiap hari Senin, beribadah bersama atau
Dalam hal ini prinsip ”tut wuri handayani”
shalat bersama setiap dhuhur (bagi yang
perlu diterapkan oleh pendidik dalam
beragama Islam), berdoa waktu mulai dan
proses pembelajaran. Sudah barang tentu
selesai pelajaran, mengucap salam bila
prinsip ini tidak bisa terlaksana dengan baik
bertemu pendidik, tenaga kependidikan,
kecuali
atau teman dan sebagainya.
dalam
suasana
belajar
yang
menyenangkan.
Sementara
itu
kegiatan
spontan
Media Internalisasi dan Sosialisasi Nilai-
dilakukan secara spontan pada saat itu juga.
nilai Budaya dan
Kegiatan
Karakter Bangsa
mengingatkan
Kemendikbud telah mencanangkan bahwa
perencanaan
dan
pelaksanaan
ini
berupa dan
tindakan
mengoreksi
untuk kepada
siswa yang sedang melakukan pelanggaran peraturan
dan
etika
sekolah.
Dengan
pendidikan budaya dan karakter bangsa
demikian para siswa segera mengetahui
dilakukan oleh komunitas civitas academika
bahwa
sekolah yang terdiri dari kepala sekolah,
merupakan tindakan yang tidak sesuai
pendidik,
secara
dengan karakter moral bangsa. Sebaliknya
bersama-sama sebagai suatu komunitas
perilaku siswa yang sedang melakukan
pendidikan. Sebagaimana telah disinggung
perbuatan baik mendapatkan pujian dan
sebelumnya
apresiasi seperti ketika siswa mendapat
tenaga
kependidikan
bahwa
sosialisasi
dan
perbuatan
nilai
bangsa ini diterapkan dalam kurikulum
temannya,
melalui kegiatan kurikuker dan ekstra-
perpustakaan, berani menolak ajakan teman
kurikuler
untuk
mencakup
aspek
tinggi,
dilakukannya
internalisasi nilai-nilai budaya dan karakter
yang
yang
yang
tekun
menolong membaca
melakukan
temanbuku
perbuatan
di yang
pengembangan diri, aspek kurikuler, dan
melanggar norma dan etika sekolah, dan
aspek budaya sekolah.
lain-lain.
1. Aspek Pengembangan Diri Dalam Buku Pedoman Pendidikan Budaya dan karakter bangsa dijelaskan bahwa
aspek
pengembangan
diri
dilaksanakan dalam kegiatan sehari-hari di sekolah melalui kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengodisian. Contoh kegiatan rutin antara lain berbagai upacara di sekolah, pemeriksaan kebersihan
Perilaku sehari-hari yang juga sangat penting adalah keteladanan sikap dan perilaku yang diberikan oleh pendidik dan tenaga
kependidikan
sehingga
dapat
menjadi panutan bagi para peserta didik, misalnya
berbicara
sopan,
menghargai
sesama guru dan tenaga kependidikan, disiplin,
berpakaian
rapi,
membuang
PENDIDIKAN KARAKTER KAFFAH MELALUI ………| 13
sampah pada tempatnya, dan sebagainya.
setiap kesempatan secara terus-menerus
Untuk mempersiapkan suasana keseharian
dan di setiap tempat baik di kelas maupun
yang kondusif sesuai dengan tuntutan
di luar kelas, termasuk di luar lingkungan
pendidikan budaya dan karakter bangsa
sekolah ketika siswa melakukan kegiatan
maka pihak sekolah juga harus melakukan
ekstra kurikuler di luar sekolah, seperti di
pengondisian, yaitu menyediaan prasarana
museum, lokasi bencana alam,
dan
kumuh, dan sebagainya.
sarana
yang
ketersediaan memadai,
memadai
tempat
toilet
yang
misalnya
sampah
yang
higienis,
taman
sekolah yang indah, dan sebagainya.
Bangsa
budaya
dan
Pertanyaan yang sangat penting untuk
semua
mata
dijawab adalah apakah sistem persekolahan
pelajaran dalam kurikum sangat penting
yang pada umumnya sekarang berlaku di
karena
nilai-nilai
Indonesia bisa mengondisikan efektifitas
pendidikan budaya dan karakater bangsa
pelaksanaan pendidikan karakter secara
diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan
kaffah?
dari
Dengan
mengingat bahwa pelaksanaan pendidikan
demikian nilai-nilai budaya dan karakter
moral dan karakter bangsa selama ini telah
bangsa harus tercantum dalam silabus dan
menghiasi masa-masa sepanjang sejarah
RPP.
pendidikan
karakter
pendidikan
Akar Persoalan Pendidikan Karakter
1. Lingkungan Belajar Ambivalen
2. Aspek Kurikuler Dalam
kampung
bangsa,
posisi
pengembangan
setiap
mata
Demikian
mengembangkan
pelajaran.
juga
guru
strategi
harus
pembelajaran
Hal
ini
perlu
modern
dipertanyakan
di
Indonesia
sebagaimana yang telah dipaparkan pada
yang memungkinkan nilai-nilai budaya dan
bagian
karakter
bisa
apabila keberhasilan upaya pendidikan
diinternalisasikan
moral dan karakter bangsa itu diukur dari
bangsa
disosialisasikan
tersebut
dan
sebelumnya.
Namun
demikian
dalam kegiatan krikuler.
performance moral dan perilaku orang-
3. Aspek Budaya Sekolah
orang yang pernah ‘makan sekolahan’ atau
Dalam
hal
ini
budaya
sekolah
kaum terdidik ketika memegang kekuasaan
mencakup pola pikir dan pola sikap serta
negara
perilaku yang dianut oleh segenap civitas
pendidikan moral dan karakter bangsa
akademika dalam kehidupan sekolah. Dalam
tersebut mengalami kegagalan. Hal itu dapat
hal ini budaya sekolah harus dikembangkan
dengan sederhana dilihat dari perjalanan
dengan dasar 18 nilai karakter sebagaimana
sejarah bangsa Indonesia yang diwarnai
yang telah dirumuskan oleh Kemendikbud.
dengan konflik, pelanggaran etika moral dan
Pengembangan budaya sekolah dilakukan di
hukum, korupsi, dekadensi moral dan rasa
maka
bisa
dikatakan
bahwa
14 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
cinta tanah air yang menyebabkan image
didik menghadapi lingkungan pendidikan
Indonesia di mata pergaulan internasional
yang ambivalen antara lingkungan sekolah
menjadi merosot.
dan
Kegagalan karakter
pendidikan moral
selama
ini
tidak
terutama
buruknya
rumusan
disebabkan
oleh
kristalisasi
nilai-nilai
diajarkannya.
dan
moral
Substansi
bahan
yang ajar
pendidikan moral dan karakter bangsa selama ini sudah sangat baik sebagaimana yang diajarkan pada Pendidikan Moral Pancasila
pada
zaman
presiden
Suharto.
pemerintahan
Dengan
demikian
masyarakat. budaya
sosial
Padahal
dalam
budaya
dalam
lingkungan
sosial
masyarakat
merupakan
unsur yang sangat penting dalam proses pendidikan yang bersifat kaffah. Barangkali pertanyaan yang muncul adalah lebih kuat manakah antara pengaruh pendidikan di sekolah
(yang
biasanya
lebih
banyak
bersifat teoritik) dengan pendidikan yang berlangsung di dalam masyarakat yang biasaya lebih bersifat praksis.
pertanyaannya adalah apa yang menjadi penyebab utama
lingkungan
Dalam
sistem
persekolahan
yang
kegagalan pendidikan
kovensional, peserta didik menghabiskan
moral dan karakter kebangsaan selama ini?
waktu di lingkungan sekolah hanya sekitar
Dalam hal ini penyebab utama kegagalan
seperempatnya saja dari waktu 24 jam yang
tersebut adalah bahwa anak didik hidup
mereka miliki yaitu dari pukul 07.00 pagi
dalam lingkungan sosial dan budaya yang
hingga 13.00 siang. Selebihnya mereka
berbeda antara di sekolah dengan di dalam
menghabiskan
masyarakat. Di sekolah para peserta didik
masyarakat dan sisanya dalam keluarga.
diajari berbagai nilai ideal yang pada
Dengan demikian mudah diperkirakan jika
kenyataannya berbeda dengan apa yang
pengaruh
terjadi dalam masyarakat.
berperan membentuk kepribadian peserta
Di dalam masyarakat seringkali siswa harus
melihat
kenyataan
yang
pahit
mengenai pelanggaran etika, susila, moral, peraturan negara baik dalam kehidupan sosial maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berbagai bentuknya seperti
korupsi,
kriminalitas,
kolusi,
prostitusi,
nepotisme, ketidakadilan,
perlawanan terhadap pemerintah pusat, dan sebagainya. Ini berarti bahwa para peserta
didik
waktu
di
lingkungan
lingkungan masyarakat lebih
daripada
lingkungan
sekolah.
Bangunan karakter yang hendak didirikan oleh sekolah dalam diri peserta didik harus menghadapi gempuran badai yang lebih kuat di dalam masyarakat. Perkembangan teknologi komunikasi yang sangat pesat selama kurang lebih satu dekade terakhir ini juga sangat memperparah keadaan ketika pengaruh negatif dunia luar sekolah masuk dengan mudah dalam lingkungan sekolah
PENDIDIKAN KARAKTER KAFFAH MELALUI ………| 15
melalui hand phone dan internet. Dalam
Kepribadian
menghadapi
terdapat
ekspresi dari kepribadian utama yang
beberapa alternatif pemecahannya, antara
muncul karena kepribadian utama tidak
lain: memperpanjang kehadiran peserta
dapat
didik di lingkungan budaya sekolah, dan
dilakukannya.
mengubah
kepribadian
tantangan
carut-marut
ini
budaya
dalam
itu
biasanya
mewujudkan
hal
Bisa ganda
merupakan
yang
ingin
diartikan
bahwa
merupakan
kondisi
lingkungan masyarakat menjadi lingkungan
ketika beberapa pribadi yang sepenuhnya
yang kondusif bagi pendidikan budaya dan
berbeda muncul dalam satu tubuh. Kondisi
karakter bangsa.
ini juga dikenal sebagai penyimpangan disasosiasi identitas.
2. Kepribadian Terbelah Salah satu sebab muncul dan berkembangnya persoalan-persoalan besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini mulai dari pelanggaran etika dan moral hingga pelanggaran hukum serta mulai membusuknya rasa keindonesiaan adalah berkembangnya kepribadian yang terbelah yang dialami oleh sebagian atau bahkan mungkin sebagian besar bangsa Indonesia. Berbagai peristiwa yang mencengangkan terjadi
yang
kepribadian
merefleksikan
terbelah
atau
adanya
kepribadian
Dalam term agama Islam kepribadian ganda ini merujuk kepada simptom yang ditampilkan oleh seseorang yang memiliki beberapa
ciri
orang
munafik.
Ketika
bersama dengan orang-orang iman, orang yang
berkepribadian
ganda
akan
menyatakan diri dan menampilkan diri sebagai orang iman, namun bila berkumpul dengan orang kafir, dia juga akan berpikir, bersikap dan berperilaku sebagai orang kafir juga. Hal itu sesuai dengan firman Allah SWT:
ganda, misalnya seorang penegak hukum yang
justru
memanfaatkan
pada
saat
yang
kedudukannya
sama untuk
korupsi, seorang yang tampaknya sebagai
Artinya: “Dan bila mereka berjumpa dengan
ahli ibadah namun ternyata juga melakukan
orang-orang
korupsi dan perbuatan maksiat lainnya.
mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka
yang
kembali
beriman, kepada
mereka pemimpin-
Kepribadian ganda atau juga sering
pemimpin mereka, mereka mengatakan:
disebut juga kepribadian terbelah (Multiple
"Sesungguhnya kami sependirian dengan
Personality
suatu
kamu, kami hanyalah berolok-olok". Dalam
keadaan di mana kepribadian individu
khasanah budaya Jawa orang seperti ini
terpecah sehingga muncul kepribadian lain.
sering diberi predikat sebagai orang yang
Disorder)
merupakan
16 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
bisa
“mancala
putri”.
dan Karakter Bangsa sudah diintegrasikan
Mereka bisa menjadi dermawan untuk
ke dalam semua mata pelajaran yang ada.
memberikan amal jariyah pembangunan
Dari sisi lingkungan atau pun budaya
masjid, namun pada saat yang sama mereka
sekolah yang hendak dibangun melalui
juga seorang koruptor. Ada seseorang jika di
Pendidikan Buadaya dan Karakter Bangsa
rumah sebagai penyayang keluarganya,
sudah
mencerminkan
namun ketika di dalam masyarakat ia
antara
budaya
berubah menjadi orang yang kasar dan
lingkungan sekolah serta masyarakat di
sadis. Demikian juga ada seseorang yang
mana
rajin beribadah namun juga melakukan apa
kegiatan ekstra kurikuler. Demikian juga,
yang dalam masyarakat Jawa disebut “Mo
secara
Limo” (madat, madon, minum, maling,
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa di
main).
sekolah juga sudah merupakan elemen yang
Oleh
putra,
karena
kepribadian
ganda
mancala
kemunafikan lahir
dari
dan proses
peserta
di
adanya dalam
didik
konseptual
akan para
integrasi
kelas,
dan
melakukan pelaksana
komprehensif antara unsur pendidik dan tenaga kependidikan.
pendidikan dan pembiasaan yang bersifat
Namun demikian konsep seperti ini
parsial (tidak utuh) maka diperlukan suatu
masih mengkawatirkan akan menghasilkan
sistem pendidikan yang bersifat holistik
insan dengan kepribadian yang terbelah.
yang dalam istilah Islam disebut sebagai
Karena
kaffah. Pertanyaannnya: benarkah sistem
pendidikan di sekolah namun jika para
pendidikan yang berlangsung selama ini
peserta didik menghadapi suasana lain
masih parsial? Jawabannya memang tidak
dalam
bisa hitam-putih. Jika dicermati, konsep
karakter dan moral di sekolah tidak banyak
pendidikan budaya dan karakter bangsa
memberikan
yang
Dengan demikian perlu konsep yang betul-
sedang
pemerintah
diintroduksikan
SBY
masyarakat
komprehensifnya
maka
dampak
yang
signifikan.
untuk
pendidikan yang bersifat holistik atau kaffah
mengintegrasikan semua determinan yang
dalam rangka membentuk insan kamil atau
menentukan keberhasilan pendidikan baik
manusia paripurna.
dari
sisi
materi,
upaya
lingkungan,
maupun
pelaksananya. Dari sisi hendak
materi,
nilai-nilai
diinternalisasikan
yang dan
disosialisasikan oleh Pendidikan Budaya
mencerminkan
pendidikan
betul
adanya
ini
pun
sudah
mencerminkan
saat
oleh
betapa
pelaksanaan
Pendidikan Karakter Kaffah Untuk membangun insan kamil atau sering disebut sebagai manusia paripurna diperlukan pendidikan yang paripurna juga,
PENDIDIKAN KARAKTER KAFFAH MELALUI ………| 17
yaitu
pendidikan
seara
kaffah
atau
holistik dari bentuk-bentuk pendidikan lain
menyeluruh. Dalam teori pendidikan Barat,
terletak
pendidikan
terhadap
yang
bersifat
kaffah
ini
pada
pengalaman
barangkali mirip dengan konsep pendidikan
pentingnya
holistik
dalam
atau
holistic
education
yang
tujuannya,
perhatiannya belajar,
menempatkan
konteks
dan
pendidikan
nilai-nilai
dasar
merupakan salah satu penjabaran dari
kemanusiaan dalam lingkungan belajar
filsafat holism di dunia pendidikan.
(http://en.wikipedia.org/wiki
Filsafat holisme memandang bahwa
/Holistic_education).
sebuah sistem berfungsi sebagai sebuah
Dengan demikian pendidikan holistik
keseluruhan dan fungsi sistem tersebut
merupakan pendidikan yang menyeluruh
tidak dapat sepenuhnya dipahami semata-
untuk membantu peserta didik untuk
mata dari masing-masing bagian dari sistem
berkembang secara optimal sesuai potensi
itu. Atau sebaliknya bagian-bagian dari
yang dimilikinya baik di bidang intelektual,
sebuah sistem tidak dapat dipahami jika
emosional, sosial, fisik, seni, kreatifitas, dan
tidak
spiritual. Proses pendidikan juga mencakup
ditempatkan
sistem.
dalam
Keseluruhan
keseluruhan bukan
pengembangan ranah kognitif, afektif, dan
bagaian-
psikomotor atau yang terkenal dengan
bagian dari sistem tersebut dan keseluruhan
konsep taksonomi Bloom. Dalam hal ini
sistem akan menentukan dinamika dari
proses pendidikan akan mengambangkan
bagian-bagiannya.
tanggung jawab peserta didik baik secara
merupakan
penjumlahan
sistem dari
Dalam filsafat pendidikan holisme atau
filsafat
pendidikan
personal maupun secara sosial.
holistik
Robin Ann Martin dan Scott Forbes (
dikembangkan premis bahwa setiap orang
2004) membagi dua capaian dalam proses
akan menemukan identitas, makna, dan
pendidikan holistik, yaitu ultimasi dan
tujuan hidupnya melalui interaksi di dengan
kearifan. Capaian ultimasi dapat mencakup
lingkungannya sebagai sebuah keseluruhan
religiusitas, psikologis, dan ketakterbatasan.
yaitu: masyarakat, alam, dan nilai-nilai
Capaian religiusitas atau spiritualitas anak
kemanusiaan seperti kasih sayang dan
didik merupakan komponen penting dalam
perdamaian. Pendidikan holistik bertujuan
pendidikan
untuk membangkitkan kesalehan hidup
menekankan pada interrelasi antara semua
yang intrinsik dan cinta yang penuh gairah
makhluk
untuk belajar pada diri peserta didik. Robin
harmoni antara “the inner life and outer life”,
Ann Martin menyatakan bahwa secara
antara hati dengan sikap dan tindakan.
umum perbedaan umum antara pendidikan
Dengan demikian pendidikan dalam capaian
holistik
hidup
dan
karena
religiusitas
penekanan
pada
18 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
ini akan berfungsi untuk membuat individu
mewajibkan para umatnya untuk memiliki
menjadi tercerahkan atau “enlightened”.
kepribadian yang utuh sebagai orang iman
Sementara mengacu
itu
pada
capaian psikologis
aktualisasi
diri
(self
actualization) di mana pendidikan harus memberikan kemungkinan kepada individu untuk
berkembang
sesuai
yang
melaksanakan
segala
seoptimal kemampuannya
sunatulloh
dan menjauhi
segala larangan-Nya. Hal ini sesuai dengan perintah Alloh SWT:
dengan
potensinya. Tidak ada kekurangan dalam diri
anak
didik,
yang
ada
hanyalah
perbedaan. Aspek capaian ketakterbatasan
Artinya: “Hai Orang beriman masuklah kamu
mengacu kepada prinsip bahwa pendidikan
ke dalam islam secara keseluruhan, dan
harus
janganlah
mengembangkan
individu
untuk
kamu
turut
langkah-langkah
mencapai tingkatan yang paling tinggi yang
syaitan. Sesungguhnya syaitan adalah musuh
bisa dicapai oleh manusia yang tidak hanya
yang nyata bagimu (QS Albaqarah: 208).
mencakup aspek jasmaniah tetapi juga Menurut ayat tersebut orang yang
rohaniah.
berkepribadian utuh adalah orang yang Sementara
itu
capaian
kearifan
mampu mengejawantahkan nilai-nilai luhur
(kebebasan
agama baik dalam pikir, sikap dan perilaku
mencakup
aspek
freedom
khususnya
secara
psikologis),
Good-
secara utuh dan konsisten. Sebaliknya orang
judgement/ self-governance (mandiri), meta
yang tidak mampu menjadikan nilai-nilai
learning (setiap anak didik belajar sesuai
agama dalam pikir, sikap, dan perilaku
dengan cara mereka sendiri), social ability
secara utuh dan konsisten akan menghadapi
(tidak
persoalan kepribadian ganda sebab ia akan
sekedar
ketrampilan
belajar
sosial,
mengenai
tetapi
bisa
mengambil
nilai-nilai
lain
yang
mempraktekkan), refining values (mampu
bertentangan dengan kaidah agama, yang
mengembangkan
self
berarti orang tersebut telah mengambil
knowledge (mampu mengembangkan aspek
jalan syaitan yaitu jalan yang menyimpang
emosional
dari grand narative dari kaidah agama.
karakter),
dan
diri)
(http://en.wikipedia.org/wiki /Holistic_education).
Sudah totalitas
barang dan
tentu
konsistensi
pengertian dalam
Dalam Islam misalnya untuk menjadi
berkomitmen untuk berpola pikir, bersikap,
insan kamil harus memiliki komitmen untuk
dan berperilaku sesuai dasar-dasar agama
berislam secara kaffah. Dalam hal ini Islam
memiliki pengertian yang luas. Dalam hal ini
PENDIDIKAN KARAKTER KAFFAH MELALUI ………| 19
ada prinsip yang menyatakan bahwa untuk
kaffah maka ia akan menjadi manusia yang
urusan keduniaan, apapun boleh dilakukan
‘sempurna’ atau yang oleh kaum sufi disebut
kecuali yang dilarang oleh Alloh SWT.
sebagai insan kamil.
Sebaliknya untuk urusan ibadah mahdoh berlaku prinsip: jangan melakukan apapun kecuali yang diperintahkan oleh Alloh SWT. Dengan demikian semua nilai-nilai budaya yang ada bisa dijalankan sejauh tidak bertentangan
dengan
nilai-nilai
yang
termaktub dalam dasar-dasar Agama Islam. Para Alim Ulama besar sejak dulu
Insan kamil ialah manusia yang sempurna
dari
segi
wujud
dan
pengetahuannya. Kesempurnaan dari segi wujudnya ialah karena dia merupakan manifestasi sempurna dari citra Tuhan, yang pada dirinya tercermin nama-nama dan sifat Tuhan secara utuh. Adapun kesempurnaan dari segi pengetahuannya
bersepakat bahwa yang dimaksud Islam
terkait
secara keseluruhan berarti Islam secara
pemahamannya mengenai ilmu agama yang
lahir dan bathin. Islam secara lahir berarti
bersumber kepada Al Quran dan Al Hadits.
seseorang harus mampu melaksanakan apa
Bagi para sufi, insan kamil merupakan
yang tertuang dalam ketentuan ilmu Fiqih
manifestasi dari penampakan (madzhar)
(Syari’at Islam). Pelaksanaan ilmu fiqih
diri Tuhan paling sempurna, meliputi nama-
merupakan
nama
bentuk-bentuk
peribadatan
dengan
dan
pengetahuan
sifat-sifat-Nya.
Allah
dan
SWT
yang kasat mata seperti shalat, zakat, haji,
memilih manusia sebagai makhluk yang
tidak
dan
memiliki keunggulan (tafadhul) atau ahsani
sebagainya. Dari sini kemudian ditingkatkan
taqwim (ciptaan paling sempurna) menurut
kepada bentuk peribadatan bathin seperti
istilah Alquran. Jadi jika kita ingin mencetak
ikhsan, tawadlu, mejaga hati, senantiasa
karakter
siswa
berdzikir,
manusia
paripurna
mencuri,
tidak
dan
berzina
sebagainya.
Dengan
memenuhi dua aspek tersebut, secara sederhana orang sudah bisa dikatakan Islam secara kaffah. Pengamalan Islam secara kaffah juga mencakup komitmen untuk menjalankan hukum dan nilai-nilai Islam secara
keseluruhan
baik
yang
mudah
maupun yang sulit, baik yang mengenakkan maupun yang tidak mengenakkan, dan seterusnya. Jika orang Islam sudah bisa menjalankan nilai dan hukum Islam secara
menjadi
insan
maka
kamil/
diperlukan
pendidikan yang kaffah. Dalam
konteks
Pendidikan
Karakter
didefinisikan
sebagai
keindonesiaan Kaffah upaya
dapat
terencana
untuk menanamkan nilai-nilai luhur yang bersumber dari ajaran Islam (Al Qur’an dan Al Hadits), Pancasila, dan nilai-nilai luhur dari Kebudayaan Nasional dalam rangka membangkitkan
kesadaran
hati
serta
kemauan peserta didik untuk mengamalkan
20 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
nilai-nilai luhur tersebut dalam kehidupan
Pada bagian sebelumnya telah diulas
nyata sehari-hari. Sementara itu tujuan
bahwa salah satu faktor yang menyebabkan
Pendidikan
dapat
kegagalan pendidikan karakter di Indonesia
berikut:
bersumber dari adanya ambivalensi atau
mengembangkan secara optimal potensi
seringkali bahkan kontradiksi antara nilai
peserta didik menjadi individu berakhlakul
yang dikembangkan di sekolah dengan di
karimah yang mampu membuat keputusan
dalam masyarakat. Nilai-nilai yang disemai
baik-buruk berdasarkan nilai-nilai luhur
dan dikembangkan di sekolah seringkali
tersebut, memelihara apa yang baik dan
terkontaminasi
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan
berkembang di dalam masyarakat. Salah
pribadi
kehidupan
satu upaya untuk mengatasi hal tersebut
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
adalah dengan memperpanjang kehadiran
dengan ikhlas untuk mencari ridhlo Allah
peserta didik dalam lingkungan pendidikan
SWT.
yang kondusif di sekolah melalui penerapan
Karakter
dirumuskan
Kaffah
sebagai
sehari-hari
serta
Pendidikan kaffah adalah mendidikan yang menyeluruh (holistik) dan sekaligus terpadu (integrated) yang mencakup: 1) keseluruhan pengembangan
dan
keterpaduan
secara
optimal
dalam aspek
kognitif materi pendidikan dengan praktik (afektif dan psikomotor) kehidupan seharihari baik di lingkungan sekolah, keluarga, dan
masyarakat.
2)
Keseluruhan
dan
keterpaduan para pemangku kepentingan antara civitas akademika sekolah, orang tua/wali peserta didik, dan tokoh-tokoh masyarakat
(ulama,
umaro,
tokoh
masyarakat dan adat). 3) Keseluruhan dan keterpaduan antara pengembangan budaya yang mencerminkan nilai-nilai luhur di lingkungan
sekolah,
keluarga
dan
masyarakat. Sistem Sekolah Boarding untuk Proses Pendidikan Karakter Kaffah
sistem
dalam
boarding
budaya
school
atau
yang
sekolah
bording. Boarding school berasal dari dua kata yaitu boarding dan school. Boarding bisa
diartikan
sebagai
pemondokan
sedangkan school berarti sekolah. Dengan demikian secara harafiah boarding school dapat
diartikan
sebagai
sekolah
pemondokan. Dalam pengertian yang luas boarding school merupakan sekolah di mana semua
siswa
belajar
dan
tinggal
di
lingkungan sekolah bersama dengan semua atau sebagian pendidik dan/ atau tenaga kependidikan. Dalam pengertian yang lebih luas,
pnegertian
sekolah
bording
ini
direduksi sebagai full-day school, yaitu sekolah yang jam pelajarannya sehari penuh dari pagi hingga sore. Pada sore dan malam hari para siswa pulang ke rumah orang tua masing-masing. Dalam Indonesia
sejarah konsep
pendidikan boarding
di
school
PENDIDIKAN KARAKTER KAFFAH MELALUI ………| 21
barangkali dapat diindentikkan dengan
dalam gereja maupun dalam sebuah rumah
padepokan
tempat
tangga yang besar. Tradisi ini lah yang
pendidikan khusus di mana para siswa
kemudian menjadi lembaga sekolah dan
belajar dan tinggal di padepokan atau
universitas di Eropa yang merupakan salah
asrama bersama guru atau pendeta dan
satu tenaga penggerak utama kemajuan
para cantrik yang merupakan semacam
negara-negara Barat.
guru magang. Di dalam padepokan atau
Kekuatan
yang
merupakan
boarding
school
kemungkinannya
untuk
asrama inilah para siswa digodog untuk
terletak
menjadi cendekiawan dan pemimpin di
mendidik para siswa secara kaffah, baik dari
dalam masyarakat dan negara. Pada masa
sisi
pengaruh agama Hindu di Jawa, para
substansi
pejabat tinggi negara yang berasal dari
pembelajarannya. Dari sisi alokasi waktu,
kelompok ksatria biasanya digembleng dulu
selama 24 jam setiap hari sekolah dapat
di dalam padepokan. Sistem pendidikan
menginternalisasikan
padepokan ini juga ditemukan dalam cerita
menyosialisasikan nilai-nilai karakter ideal
pewayangan. Semasa anak-anak dan remaja,
kepada seluruh siswa. Dalam waktu 24 jam
ksatria tangguh seperti Arjuna digodhok
setiap hari selama masa studi siswa dapat
dalam pendidikan berbagai padepokan.
hidup dan berlatih serta mempraktikkan
Pada masa perkembangan agama Islam di
hidup dalam lingkungan budaya sekolah
Nusantara, sistem pemondokan atau asrama
yang
ini
justru
pendidikan. Dalam hal ini sekolah dapat
yaitu
merancang jadual yang sistematis dalam
menjadi apa yang hingga sekarang disebut
rentang waktu 24 jam sehari semalam
sebagai pondok pesantren. Di pondok
dalam rangka untuk membentuk karakter
pesantren ini, para siswa (santri) belajar
siswa yang ideal baik dari sisi kognitif,
dan tinggal bersama kyai dan ustad mereka.
afektif,
tidak
dilestarikan
dihapuskan dan
tetapi
dikembangkan,
Di Eropa, praktik mengirim anak-anak
pada
sistem
alokasi
waktu
maupun
kurikulum
dirancang
dan
merancang
berserta
dari
sisi
strategi
dan
untuk
psikomotor. everyday-life
kondusif
bagi
Sekolah
bisa
activities
para
ke keluarga lain atau ke lembaga pendidikan
siswa mulai dari doa dan sholat malam (bagi
sehingga mereka dapat belajar bersama juga
sekolah boarding Islam), sholat subuh,
sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu.
pengajian, dan seterusnya hingga tidur
Setelah agama Nasrani berkembang di sana
malam setelah belajar.
(terutama
setelah
memasuki
Abad
Dari sisi substansi kurikulum dan
Pertengahan sekitar abad VI Masehi),
strategi pembelajarannya, sekolah bording
banyak keluarga mengirim anak laki-laki
juga
untuk diajar oleh para pendeta baik di
memasukkan
memiliki
keleluasaan kurikulum
untuk yang
22 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
diinginkannya baik kurikulum yang sejalan
sendiri.
dengan
maupun
memandang perlu bahwa sistem sekolah
kurikulum tambahan yang terkait dengan
bording dapat dijadikan sebagai media
pendidikan
untuk
kurikulum
nasional
agama,
moral,
karakter,
Sebetulnya
mencetak
jika
pemerintah
generasi
muda
yang
kepemimpinan, dan kompetensi soft skill
berkarakter kaffah maka tidak ada ruginya
lain sebagaimana yang dikembangkan oleh
untuk
Kemendikbud melalui 18 nilai karakter yang
konvensional
ideal. Ketersediaan waktu 24 jam juga
dalam
memungkinkan sekolah untuk menerapkan
Indonesia
metode dan strategi pembelajaran yang
Indonesia yang paripurna. Melalui sistem
efektif dalam rangka melakukan proses
sekolah bording ini lah sosialisasi dan
pembiasaan yang akan menjadi landasan
internalisasi 18 nilai karakter bangsa dapat
bagi terbentuknya karakter siswa. Sudah
dilakukan dengan baik.
barang tentu kunjungan ke keluarga dan masyarakat juga harus diagendakan agar siswa
juga
memiliki
pemahaman
dan
conscience atau nurani yang prihatin kepada kehidupan masyarakat. Pada prinsipnya, pihak sekolah dapat memanfaatkan semua waktu siswa untuk proses pendidikan. Dengan sistem seperti ini, pendidikan yang kaffah dapat dijalankan dalam rangka membentuk manusia paripurna, manusia kaffah, atau pun manusia paripurna.
menjadi
rangka
sekolah-skolah sekolah
bording
menciptakan
yang
kaffah,
manusia
menjadi
insan
Untuk memodifikasi sekolah-sekolah konvensional
menjadi
sekolah
bording
diperlukan penyiapan gedung sekolah dan asrama dengan segara perangkat dan fasilitas yang dibutuhkan, training guru dan tenaga
kependidikan,
kurikulum
strategi
pembelajaran,
dan
dan
sebagainya.
Upaya ini memang tidak ringan, namun sesuai dengan konstitusi bahwa negara lah yang memiliki kewajiban utama untuk menyelenggarakan pendidikan. Pendidikan
1. Peran Pemerintah Untuk
mengembangkan
yang berkualitas memang sangat mahal,
membangun
dan
namun
akan
sangat
mahal
lagi
mengembangkan sekolah bording tentu saja
pengabaian
bukan merupakan usaha yang murah dan
mengakibatkan
mudah.
bangsa. Namun demikian jika pemerintah
Namun
demikian
apapun
hambatannya, pemerintah pada dasarnya
dengan
merupakan
peling
melakukan
pembinaan
masyarakat
pihak
bertanggungjawab karakter
bangsa
yang dalam untuk
menjamin
keberlangsungan bangsa dan negara itu
pendidikan
jika telah
keterbelakangan
berbagai hal
alasan tersebut
yang
sebuah
belum maka
peduli
bisa peran
terhadap
pendidikan dan kemajuan bangsa sangat
PENDIDIKAN KARAKTER KAFFAH MELALUI ………| 23
dibutuhkan.
Oleh
sebab
itu
perlu
mendapatkan dukungan yang positif.
Keterbatasan anggaran dan likuiditas sistem keuangan akhirnya menjadi kendala yang
Selama ini sebagian besar sekolah bording diusahakan oleh pihak swasta. Memang di satu sisi memang hal ini bisa sebagai
manifestasi
besarnya
perhatian dan partisipasi masyarakat dalam upaya
untuk
sumberdaya intelektual
membangun
manusia maupun
kualitas
baik
dari
emosional.
sisi
Namun
demikian di sisi lain partisipasi yang sangat besar
dari
masyarakat
tersebut
juga
menunjukkan lemahnya pemerintah dalam melaksanakan tanggungjawabnya di bidang penyelenggaraan pendidikan yang terbaik bagi generasi muda sebagaimana amanat konstitusi.
serius bagi penciptaan sistem pendidikan yang kaffah. 3.
Menciptakan
Lingkungan
Belajar
dalam Masyarakat Sebagaimana dijelaskan di bagian depan
bahwa
lingkungan
masyarakat
sebetulnya merupakan sumber belajar yang sangat penting bagi siswa. Dengan belajar di dalam masyarakat, siswa dapat mengambil nilai-nilai yang akan dapat digunakan sebagai
bekal
untuk
menjadi
warga
masyarakat yang baik. Namun demikian persoalan
besar
akan
timbul
jika
masyarakat dinilai tidak lagi menjadi ruang belajar yang kondusif untuk mencetak
Salah satu faktor mengapa yayasan swasta
yang
memang membutuhkan dana yang besar.
2. Peran Swasta
dilihat
anggaran pendidikan yang ideal
justru
bisa
mengembangkan
generasi muda yang memiliki karakter yang diidealkan dalam dunia pendidikan. Bahkan
pendidikan yang holistik melalui sistem
banyak
sekolah bording karena mereka memiliki
kehidupan nyata dalam masyarakat akan
keleluasaan dalam menarik dana dari orang
memberikan contoh-contoh yang tidak baik
tua yang menginginkan anaknya dididik
kepada
dengan baik. Tidak jarang pula
yayasan
berbagai pelanggaran terhadap nilai, etika,
swasta menerima dana dari donatur tanpa
norma, dan undang-undang yang ada.
melalui
ketat
Pengaruh masyarakat ini menjadi sangat
sehingga likuiditas penggunakan dana bisa
besar ketika kepribadian siswa sendiri
cepat sesuai dengan tuntutan dinamika
belum terbentuk melalui pendidikan dalam
pendidikan. Sementara itu, pemerintah yang
keluarga dan di dalam sekolah. Ketika
belum sepenuhnya memberikan prioritas
karakter mereka masih labil, pengaruh
utama pembangunan pendidikan selalu
masyarakat di luar sekolah akan mudah
merasa
mempengaruhi pikiran, sikap dan perilaku
pertanggunjawaban
keberatan
untuk
yang
membiayai
yang
mengkawatirkan
generasi
muda
yang
bahwa
berupa
24 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
siswa. Jika hal itu terjadi, pendidikan
ruang belajar yang ideal bagi siswa. Bahkan
karakter ideal yang dilaksanakan di sekolah
seringkali
tidak
dikhawatirkan
akan
memberikan
hasil
yang
signifikan. Jurang yang lebar antara kultur yang
dikembangkan
di
sekolah
dan
kehidupan nyata di dalam masyarakat akan menciptakan
kepribadian
terbelah
dan
hipokrit bagi para generasi muda. Jika fenomena ini masih berlangsung, negara tidak akan mampu mengatasi berbagai persoalan moral dalam masyarakat dan pemerintahan sebab sumber persoalan yang berasal dari pendidikan tersebut tidak dapat diatasi. Dalam
kehidupan justru
di
luar
sekolah
mengontaminasi
kepribadian siswa. Ketika lingkungan di luar sekolah justru menjadi antesenden terhadap upaya pendidikan di sekolah, maka keberadaan sekolah
bording
untuk
menerapkan
pendidikan karakter yang kaffah sangat diperlukan. Di sekolah bording ini para siswa dapat digembleng secara kaffah sehingga menjadi pemuda yang memiliki karakter yang kuat sebagaimana yang diidealkan dalam dunia pendidikan. Setelah
hubungan
pertanyaan
lulusan mereka ditargetkan sudah memiliki
selanjutnya yang perlu dijawab adalah:
kepribadian yang kuat sehingga ketika
bagaimana cara menjadikan lingkungan
harus terjun ke dalam masyarakat mereka
masyarakat
sebagai
tidak terkontaminasi oleh berbagai racun
lingkungan belajar yang kondusif. Sudah
jiwa yang berkembang di dalam masyarakat.
barang tentu pertanyaan ini tidak mudah
Bahkan diharapkan para lulusan sekolah
untuk dijawab sebab menyangkut spektrum
bording
yang sangat luas yang berada di luar
memperbaiki
kewenangan manajemen sekolah. Atau lebih
bangsa dan negara.
dan
ini,
keluarga
jelasnya pemerintah lah yang memiliki kewajiban
utama
untuk
membangun
masyarakat yang kondusif sebagai ruang pendidikan
yang
Pemerintah
sebagai
semestinya menegakkan
ideal
bagi
pemegang
mampu peraturan
siswa. otoritas
membuat
dan
perundangan
sehingga dapat tercipta masyarakat yang diidamkan. Hingga sekarang pemerintah belum sepenuhnya berhasil menjadikan masyarakat sebagai sumber dan sekaligus
ini
dapat
mewarnai
kehidupan
dan
masyarakat,
Sudah barang tentu masyarakat tetap penting untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran untuk memberikan kesadaran kepada siswa. Di sekolah, para siswa diinternasilasi dan disosialisasi mengenai nilai-nilai
kecintaan
terhadap
sesama
manusia, penghormatan kepada orang tua dan orang yang lebih tua, penanaman rasa cinta kepada tanah air dan cinta kepada bangsa Indonesia, keprihatinan terhadap kesejahteraan
dan
keadilan
dalam
PENDIDIKAN KARAKTER KAFFAH MELALUI ………| 25
masyarakat
dan
sebagainya
sehingga
demikian sekolah pewrlu mengembangkan
diharapkan
ketika
sekolah
kegaitan ‘pelayanan’ kepada orang tua
bording mereka menjadi pelita dalam
murid. Jika keluarga sebagai inti dari
masyarakat. Demikian juga sekolah harus
masyarakat
membangun komunikasi yang baik dengan
memprakteknakan nilai-nilai luhur secara
orang tua siswa melalui berbagai kegiatan
kaffah, maka dengan sendirinya secara
yang diagendakan. Tidak kalah penting,
evolusioner masyarakat juga akan mampu
sekolah juga bisa menjadikan masyarakat
membangun
sebagai laboratorium untuk peningkatan
kondusif untuk lingkungan pendidikan dan
kualitas karakter siswa, misalnya dengan
sekaligus menghilangkan atau setidaknya
pemagangan pada masyarakat miskin, panti
mengurasi potensi lahirnya manusia yang
asuhan, museum, dan sebagainya.
berkepribadian
lulus
dari
Sudah barang tentu perekayasaan
sudah
memahami
budayanya
ganda
yang
dan
sangat
atau
manusia
hipokrit.
masyarakat agar menjadi lingungan belajar
Namun
catatan
yang
harus
yang kondusif tidak harus dilakukan oleh
digarisbawahi adalah bahwa apapun jenis
pemerintah.
belum
lembaga kemasyarakatan itu dan apapun
sepenuhnya mampu melakukan itu, maka
program yang dilaksanakan, mereka tetap
peran
harus
Ketika
pemerintah
masyarakat
kemasyarakat
melalui
juga
sangat
lembaga diharapkan.
memiliki
kimitmen
total
dalam
konteks NKRI dan keindonesiaan.
Dalam hal ini peran lembaga dakwah
Penutup
menjadi sangat penting. Lembaga dakwah
Dari uraian di atas dapat diambil beberapa
seperti NU, Muhammadiyah, LDII, dan
poin penting, yaitu:
sebagainya
1. Pembangunan
mestinya
bisa
mengambil
karakter
bangsa
tanggungjawab ini. lembaga dakwah perlu
merupakan sesuatu yang tidak bisa
mengoptimalkan perannya untuk menjadi
ditawar-tawar
benteng
memperbaiki
moral
generasi
muda
dalam
dalam
rangka
krisis
untuk
moralitas
menghadapi tantangan dampak destruktif
kebangsaan yang terjadi dewasa ini.
dari globalisasi.
Pendidikan
Melalui jalinan hubungan baik antara sekolah
bording
masyarakat, menawarkan
dengan
pihak
orang
sekolah
program-program
tua bisa
kepada
orang tua melalui pengkajian nilai-nilai moral
dan/
atau
keagamaan.
Dengan
karakter
di
sekolah
merupakan salah satu upaya untuk pembangunan karakter keseluruhan. 2. Mengingat
akar
persoalah
karakter
bangsa bersumber pada kepribadian yang terbelah yang bermula dari adanya gap antara dunia pendidikan di sekolah
26 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
dan dunia nyata dalam masyarakat maka
diperlukan
suatu
Masruki,
sistem
2010.
“Model
Pendidikan
Pembelajaran
Karakter”,
makalah
pendidikan yang kaffah yang mampu
disampaikan pada Seminar Nasional
menciptakan
“Aktualisasi Fungsi Arsip sebagai
manusia
dengan
kepribadian dan karakter yang utuh.
Simpul Integrasi Nasional dalam
3. Di samping itu pendidikan yang kaffah juga
perlu
Bangsa”,
Kerjasama Arsip Nasional Republik
pemerintah untuk menciptakan dan
Indonesia (ANRI), Magister Ilmu
menegakkan hukum dalam masyarakat
Sejarah
yang merefleksikan nilai luhur budaya
Universitas
dan karakter bangsa sebagaimana yang
Masyarakat
telah dirumuskan oleh kemendikbud.
(MSI)
sekolah
penerapan
dengan
Karakter
upaya
4. Model
diiringi
Pembangunan
bording
pendidikan
dengan
budaya
dan
sebagai
alternatif
untuk
Pascasarjana
Diponegoro, Sejarawan
Cabang
dan
Indonesia
Jawa
Tengah
(Semarang: 25 Mei 2010). Nasution, S. 1983. Sejarah Pendidikan
karakter bangsa secara kaffah dapat dijadikan
Program
Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara). Sjamsuddin,
Hellius.
Sejarah
Indoensia
Zaman
mencetak generasi muda yang memiliki
Pendidikan
karakter yang diidealkan berdasarkan
Kemerdekaan (1945-1966) (Jakarta:
Pancasila dan nilai luhur budaya bangsa.
Depdikbud).
Daftar Pustaka
Stapel,
Ballard, Martin. 1971. New Movements in the Study and Teaching of History. Bloomingtob: Indiana University. Birc,
Anthony.
National
1989.
Integration,
Nationalism London:
and
Unwin
Hyman. http://www.theceli.com/dokumen/ produk/1961/22-1961.htm (http://en.wikipedia.org/wiki /Holistic_education) Indonesia
zaman
F.W. 1938. Geschiedenis van Nederlandsch-Indië V. Amsterdam: Joost van den Vondel.
Sulistiyono, Singgih Tri. 2012. “Pendidikan Sejarah dan Pembangunan Karakter Bangsa”, Makalah disajikan dalam Seminar nasional Pendidikan Karakter Bangsa (Ternate: Arsip Nasional republik indonesiaPemerintah Provinsi Maluku Utara). Zubaidi, 2011. Desain Pendidikan Karakter (Jakarta: Prenada Media, 2011). Buku pedoman pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa kementerian
Makmur, Djohan. 1993. Sejarah Pendidikan di
di
1993.
Penjajahan
(Jakarta: Depdikbud, 1993).
pendidikan nasional badan penelitian dan pengembangan pusat kurikulum jakarta, 2010.