PENDIDIKAN INKLUSIF DI TINGKAT SEKOLAH DASAR: KONSEP, IMPLEMENTASI, DAN STRATEGI Erni Murniarti
[email protected]
Nouf Zahrah Anastasia
[email protected] Universitas Kristen Indonesia
ABSTRACT In 1994, it has been set Salamanca Statement and Framework for Action on Special Needs Education which contains about the importance of Education for all including education for children with special needs. In the development time, it was then born the idea of inclusive education is friendly public education for all children without exception. In Indonesia, 10 years ago, the Indonesian government has shown the attitude to education for children with special needs to enact legislation governing the national education system and also specifically on inclusive education in Indonesia. But along the way, there are still many schools that still not understand the concept, implementation, and strategies on the implementation of the inclusive education. The purpose of this paper is to explain the concept, how the implementation and strategies that can be done in the implementation of inclusive education. Keywords: inclusive education, the concept of inclusive education, the implementation of inclusive education, inclusive education strategy ABSTRAK Pada tahun 1994, telah ditetapkan Salamanca Statement and Framework for Action on Special Needs Education yang berisikan tentang pentingnya “Pendidikan Untuk Semua” (Education for All) termasuk di dalamnya pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus. Pada perkembangannya kemudian lahirlah pemikiran pendidikan inklusif yaitu pendidikan umum yang ramah untuk semua anak tanpa terkecuali. Di Indonesia sendiri, sejak lebih dari 10 tahun yang lalu, pemerintah Indonesia telah menunjukkan sikap terhadap pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus dengan menetapkan undang-undang yang mengatur sistem pendidikan nasional dan juga khususnya tentang pendidikan inklusif di Indonesia. Namun dalam perjalanannya, masih banyak sekolah-sekolah yang masih belum memahami konsep, implementasi, dan strategi tentang penyelenggaraan pendidikan inklusif ini. Tujuan dari makalah ini adalah untuk memaparkan konsep, bagaimana implementasi dan strategi yang dapat dilakukan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif. Kata kunci: pendidikan inklusif, konsep pendidikan inklusif, implementasi pendidikan inklusif, strategi pendidikan inklusif
PENDAHULUAN
Nomer 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Hak
untuk
memperoleh
pendidikan
Dalam 10 tahun belakangan dilaporkan
merupakan hak semua warga negara, tak terkecuali
meningkatnya keberadaan anak-anak berkebutuhan
anak berkebutuhan khusus. Undang-undang Dasar
khusus, khususnya autisme di tingkat usia sekolah
1945 mengamanatkan bahwa setiap warga negara
dasar. Menurut data Unesco, pada tahun 2011 dicatat
berhak mendapatkan pengajaran dan penegasan
terdapat sekitar 35 juta orang penyandang autisme di
amanat UUD 45 ini tertuang dalam Undang Undang
dunia. Walaupun belum ada data resmi jumlah individu
9
J D P, Volume 9, Nomor 1, April 2016: 9 – 18
dengan Gangguan Spektrum Autisme di Indonesia,
yang ramah untuk semua anak dan merupakan
diasumsikan dengan prevalensi autisme 1,68 per
praktek pendidikan yang saling memberikan manfaat
1000 untuk anak di bawah 15 tahun dimana jumlah
dan keuntungan kepada setiap anak.
anak usia 5-19 tahun di Indonesia mencapai 66.000.805 jiwa berdasarkan data BPS tahun 2010
Pembahasan dalam makalah ini akan membahas 3 hal
maka diperkirakan terdapat lebih dari 112.000 anak
utama, yaitu:
penyandang autisme pada rentang usia 5-19 tahun.
1.
Seperti telah disinggung diatas, pada 10
Konsep Pendidikan Inklusif yang di dalamnya juga mencakup
pengertian
pendidikan
inklusif,
tahun belakangan ini, anak-anak berkebutuhan khusus
pemahaman tentang landasan yuridis, prinsip-
dengan spectrum yang lebih beragam (PDD NOS,
prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusif,
Speech Delay, Learning Difficulties, ADD, ADHD)
keunggulan dan alasan pendidikan inklusif perlu
makin sering di jumpai di Indonesia. Memang belum
untuk dilakukan.
ada data yang akurat tentang jumlah individu dengan
2.
Implementasi
penyelenggaraan
pendidikan
spektrum autisme dan gangguan lainnya, namun
inklusif. Dalam bagian ini akan dijelaskan
penjelasan dr Melly Budhiman SpKJ, seorang ahli
mengenai assesment, kurikulum, penilaian hasil
kejiwaan, dapat dijadikan acuan. Menurut beliau,
belajar, laporan hasil belajar, sistem kenaikan
beberapa tahun yang lalu jumlah pasien anak dengan
kelas,
gangguan spektrum autisme yang datang untuk
diimplementasikan
berkonsultasi dengannya hanya bejumlah 2-3 orang
pendidikan inklusif.
pertahun, namun saat ini bisa terdapat 2-3 pasien
3.
dan
sistem
kelulusan dalam
yang
dapat
penyelenggaraan
Strategi dalam pelaksanaan pendidikan inklusif.
dengan gangguan spektrum autisme dalam sehari.
Dalam bagian ini akan dipaparkan beberapa
Maka dapat di lihat bahwa keberadaan penyandang
strategi akomodasi dan modifikasi yang dapat
autis jumlahnya berlipat ganda dari hanya dalam
dilakukan di sekolah agar pendidikan inklusif
hitungan tahun.
dapat berjalan sesuai kebutuhan peserta didik.
Menanggapi kondisi yang telah dipaparkan di PEMBAHASAN
atas, lahirlah pemikiran untuk melakukan perubahan demi
mendukung
penyelenggaraan
pendidikan Konsep Pendidikan Inklusif
khususnya bagi anak berkebutuhan khusus (ABK).
Pendidikan
Pada awalnya, ABK belajar secara terpisah dalam
Inklusif
adalah
suatu
sistem
sekolah-sekolah khusus. Belakangan ini pemikiran dan
pendidikan yang diciptakan untuk mewujudkan
gagasan untuk menyatukan ABK dalam sistem
konsep pendidikan untuk semua dengan cara
pendidikan
pendidikan
menggabungkan anak-anak berkebutuhan khusus
Kondisi ini, terjadi di
dalam lingkungan belajar bersama anak-anak normal.
negara-negara di seluruh negara di dunia, dan
Dalam Permendiknas No. 70 tahun 2009 pendidikan
Indonesia termasuk negara yang ikut berpartisipasi
inklusif
dan mendukung sistem pendidikan inklusif ini.
penyelenggaraan
umum
(penyelenggaraan
inklusif) mulai digaungkan.
didefinisikan
sebagai
pendidikan
suatu
yang
sistem
memberikan
kesempatan kepada semua peserta didik yang Sejak sekitar 20 tahun yang lalu, mulailah
memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan
dicanangkan “Pendidikan Untuk Semua” yang di
dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan
dalamnya dikembangkan juga konsep pendidikan
secara bersama-sama dengan peserta didik lainnya. 1
inklusif. Pendidikan inklusif adalah pendidikan umum
1
Permendiknas No. 70 tahun 2009 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
10
Murniarti & Anastasia, Pendidikan Inklusif di Tingkat Sekolah Dasar: Konsep, Implementasi, dan Strategi
Jadi, melihat definisi tersebut di atas,
pendidikan adalah bukan hanya mengejar nilai atau
pendidikan inklusif bertujuan untuk memberikan
angka belaka, termasuk ketika menjalankan konsep
kesempatan bagi seluruh peserta didik yang memiliki
pendidikan inklusif. Ketika anak berkebutuhan khusus
kebutuhan khusus atau yang berbakat seluas-
(ABK) belajar di kelas reguler penting bagi ABK untuk
luasnyauntuk mendapatkan kesempatan pendidikan
berpartisipasi secara bermakna dalam melakukan
yang berkualitas dan bermakna sekaligus juga
proses pembelajaran di kelas reguler, seperti dijelaskan
mewujudkan
oleh Bateman & Bateman (2001) berikut ini:
penyelenggaraan
pendidikan
yang
menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif.
“An inclusive setting is defined as the meaningful participation of students with disabilities in the general education classroom”
Konsep penyelenggaraan pendidikan inklusif ini tidak hanya bermanfaat bagi peserta didik berkebutuhan khusus, namun juga memberikan kontribusi positif bagi pengembangan karakter peserta didik yang tidak memiliki kebutuhan khusus (reguler). Mereka bisa belajar berempati dan bertoleransi sekaligus menghargai adanya perbedaan yang ada di dunia ini. Ada beberapa hal penting yang perlu diingat dalam penerapan pendidikan inklusif di sekolah, yaitu: a.
Pada dasarnya setiap anak berbeda (memiliki perbedaan kemampuan, minat, bakat, latar belakang etnik, dsb)
b.
Pada dasarnya setiap anak memiliki kemampuan untuk belajar
c.
Sistem penyelenggaraan pendidikan di sekolah perlu
diubah
agar
dapat
mengakomodir
kebutuhan semua anak (termasuk di dalamnya anak berkebutuhan khusus). Penjelasan di atas diilustrasikan pada gambar 1: Anak-anak Berkebutuhan Khusus kondisinya beragam, baik kondisi fisik, emosi, mental, dan sosial, maupun prilakunya. Keberagaman kondisi Anak Berkebutuhan Khusus ini membawa konsekwensi, baik
kepada
kurikulum,
silabus,
pembelajaran,
penilaian maupun pada implementasinya. Kondisi
Gambar 1. Ilustrasi pendidikan luar biasa, pendidikan
keberagaman peserta didik ini, kadang menjadi
terpadu dan pendidikan inklusif.
hambatan bagi guru dalam merancang pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual di tengah-
Perlu
tengah layanan secara klasikal, bahkan dalam hal-hal
bermakna
tertentu keberagaman peserta didik tidak mungkin
penyelenggaraan inklusif memberikan kesempatan
dapat dilakukan melalui proses pembelajaran dan
bagi ABK untuk mendapatkan kesempatan yang sama
penilaian secara klasikal dalam jumlah besar.
mengenyam pendidikan bersama dengan peserta didik
Pelaksanaan pendidikan idealnya merupakan suatu
lainnya yang tidak memiliki kebutuhan khusus.
proses belajar yang bermakna dan bermanfaat, dan
Namun, kita juga perlu mengingat kembali hakekat
11
digaris-bawahi (meaningful
kata partisipasi
participation).
yang
Konsep
J D P, Volume 9, Nomor 1, April 2016: 9 – 18
Penjelasan gambar:
pendidikan yang sebenarnya. Bahwa pendidikan dan proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik harus memiliki
makna
baginya
dan
idealnya
Pada gambar yang sebelah kiri terlihat bahwa
dapat
setiap anak mendapatkan kesempatan yang sama
disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhannya.
untuk menonton pertandingan softball (diandaikan
Contohnya adalah sebagai berikut: seorang ABK
pertandingan tersebut adalah pendidikan yang ingin
dengan gangguan perkembangan yang cukup berat
dijalani). Masing-masing anak mendapatkan akses dan
(misalnya di usia 10 tahun ABK masih belum bisa
bantuan yang sama (masing-masing dapat 1 kotak).
mengenali dirinya sendiri atau masih memiliki kosa
Terlihat bahwa anak yang tinggi (diibaratkan sebagai
kata setara anak 5 tahun) belajar di sekolah yang
anak yang cerdas) akan dengan mudahnya bisa
menyelenggarakan pendidikan inklusif. Jika sekolah
mengakses pertandingan (pendidikan, ilmu). Ia dengan
hanya memahami pendidikan inklusif sebagai suatu
mudah melampaui pagar. Jika pagar yang ada dalam
sistem pendidikan yang memberikan kesempatan yang
gambar diibaratkan sebagai KKM, maka dengan
sama bagi semua peserta didik (tak terkecuali yang
mudahnya
berkebutuhan khusus) untuk belajar di kelas reguler
ketuntasan minimal. Mari kita lihat anak yang paling
saja, maka sekolah (hanya) akan menempatkan ABK
pendek (diibaratkan sebagai ABK). Anak yang pendek
di kelas (reguler) saja tanpa ada hal-hal lain yang perlu
tersebut memiliki akses yang sama. Namun karena
dipertimbangkan. Padahal dengan usianya yang sudah
tidak
10 tahun dan keterbatasan kemampuan yang dimiliki
kebutuhannya, maka anak tersebut hanya memiliki
oleh ABK tersebut, pastinya ia membutuhkan
kesempatan yang sama saja. Tapi pembelajaran yang
intervensi, bantuan, dan dukungan lebih lanjut agar
dijalaninya tidak bermakna dan memberikan manfaat
proses pembelajaran yang akan dijalani setiap harinya
sama sekali baginya.
dapat bermakna dan tidak dipaksakan.
mereka
diberikan
melampaui
fasilitas
yang
target
sesuai
kriteria
dengan
Untuk gambar ilustrasi sebelah kanan, semua
Karena sama belum tentu adil dan adil tidak
anak juga mendapatkan kesempatan yang sama untuk
berarti sama. Jadi kesempatan belajar di kelas reguler
menonton
bagi ABK saja tidak cukup. Perlu diperhatikan lebih
pendidikan). Karena kondisi mereka yang berbeda,
lanjut apakah ABK tersebut membutuhkan hal lain
mereka diberikan bantuan (kotak) dengan jumlah yang
(yang mungkin tidak dibutuhkan oleh siswa reguler)
berbeda agar mereka bisa sama-sama menonton
sehingga pembelajaran yang dilakukannya bisa sesuai
pertandingan tersebut. Bantuan yang berbeda yang
dengan
dan
diberikan pada kesempatan belajar yang sama,
merespon pembelajaran yang dibutuhkan olehnya.
ternyata bisa membantu anak yang pendek (dibaratkan
Sebagai ilustrasi adalah gambar 2.
ABK) menonton pertandingan dengan nyaman
profil
kemampuannya,
bermakna
pertandingan
(diibaratkan
sebagai
(diibaratkan sebagai pendidikan yang bermakna). Sama belum tentu adil
Adil tidak berarti sama
Prinsip dalam Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, ada beberapa prinsip umum yang harus dipahami oleh setiap penyelenggara pendidikan (kepala sekolah, guru, staf administrasi, dll). Adapun prinsip terbut adalah sebagai berikut: 1.
Pendidikan yang Ramah. Pendidikan inklusif harus menciptakan dan menjaga komunitas kelas
Gambar 2. Ilustrasi adil dan sama.
yang ramah dan terbuka dalam menerima
Sumber foto: http://readingyear.blogspot.co.id/2014/08/picture-books10-for-10-fairness.html
keanekaragaman dan menghargai perbedaan yang ada. Sekolah yang “ramah” juga berati memberikan hak kepada anak untuk belajar dan
12
Murniarti & Anastasia, Pendidikan Inklusif di Tingkat Sekolah Dasar: Konsep, Implementasi, dan Strategi
mengembangkan potensinya seoptimal mungkin
b)
reguler
untuk
belajar
menggeneralisasikan ketrampilan yang telah dipelajari dan dikuasainya dalam setting yang
itu,
“ramah”
juga
berarti
guru
didik
tanpa
terkecuali
dan
tidak
mungkin.
Pada
lebih nyata. c)
mengganggap ABK sebagai beban. Pengembangan
seoptimal
harus
diusahakan
untuk
dapat
mempelajari
suatu
ketrampilan tertentu. d)
kebutuhan yang berbeda-beda. Oleh karena itu pendidikan
ABK perlu belajar di kelas reguler secara langsung
dasarnya, setiap anak memiliki kemampuan dan
Dilihat dari jumlah sekolah yang ada, jumlah sekolah khusus (SLB) relatif jauh lebih sedikit jika
untuk
dibandingkan dengan sekolah reguler.
menyesuaikan dengan kondisi anak.
4.
kelas
Selain peserta
3.
perlu
di dalam lingkungan yang aman dan terbuka. menunjukkan sikap positif dan mendukung pada
2.
ABK
e)
Dilihat
dari
tenaga
kerja,
guru
kelas
Kerja sama. Penyelenggaraan pendidikan inklusif
reguler/bidang studi lebih menguasai ilmu yang
harus melibatkan seluruh komponen pendidikan
ingin disampaikan. Sedangkan guru Pendidikan
terkait.
Luar Biasa (PLB) atau guru pendamping khusus
Perubahan Sistem. Sekolah harus berani fleksibel
lebih mendalami tata laksana penerapan disiplin
dalam
penyelenggaraan
atau perlakuan yang harus dijalani. Jadi jelas
pendidikan. Perlu diperhatikan setting kelas yang
butuh kolaborasi antara guru reguler dengan guru
cocok,
dengan latar belakan pendidikan luar biasa.
implementasi kemungkinan
perlunya
modifikasi
program belajar, dan sistem penilaian yang sesuai bagi masing-masing ABK.
Landasan Yuridis Pendidikan Inklusif
Menelaah semua penjelasan di atas, maka dalam
Penerapan
pelaksanaannya,
berdasarkan beberapa landasan yuridis berikut di
pendidikan
inklusif
sekolah adalah
penyelenggara sekolah
yang
inklusif
di
indonesia
bawah ini:
menggabungkan layanan pendidikan khusus dan
-
reguler dalam satu sistem persekoahan untuk
UUD 45 pasal 31, ayat (1) : “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”
mengakomodasi kebutuhan khusus dari setiap
-
peserta didik.2
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5
Alasan Pendidikan Inklusif Perlu Dilakukan
Ayat 1: Setiap warga negara mempunyai hak
Ada beberapa alasan mengapa kita perlu
yang
sama
untuk
memperoleh
pendidikan yang bermutu
menjalankan sistem pendidikan inklusif. Beberapa diantarannya adalah: a)
pendidikan
Ayat 2: Warga negara yang mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
Tidak semua ABK cocok atau harus belajar di
yang bermutu
sekolah khusus (Sekolah Luar Biasa). Bagi ABK
Ayat 3: Warga negara di daerah terpencil
dengan gangguan tidak terlalu berat atau
atau terbelakang serta masyarakat adat yang
memiliki potensi akademik (IQ) yang (cukup)
terpencil berhak memporelh endidikan
baik/rata-rata ke atas, situasi dan tuntutan belajar
layanan khusus
di sekolah khusus tidak dapat menjawab kebutuhan ABK tersebut.
Ayat 4: Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
2
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif DiProvinsi DKI Jakarta. Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Helen Keller International & USAID
13
J D P, Volume 9, Nomor 1, April 2016: 9 – 18
-
-
-
UUD No. 4 tahun 1997 tentang Penyandang
Sebagai catatan tambahan, perlu diingat
Cacat (pasal 5): Setiap penyandang cacat
bahwa pembedaan bantuan atau intervensi yang
mempunyai hak dan kesempatan yang sama
diberikan (misal siswa perlu belajar di kelas
dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.
khusus) perlu dilihat sebagai suatu upaya
Permendiknas No. 70 tahun 2009 tentang
penyediaan layanaan pendidikan yang diberikan
Pendidikan Inklusif bagi peserta didik yang
dan bukan dilihat sebagai suatu usaha untuk
memiliki
memisahkan peserta didik yang berkebutuhan
kelainan
dan
memiliki
potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa
khusus dengan peserta didik yang tidak memiliki
Surat Edaran Dirjen DikDasmen Depdiknas No.
kebutuhan khusus.
380/C/C6/MN/2003 20 Januari 2003: “Setiap
Assessment Assessment
merupakan
disekurang-kurangnya 4 (empat) sekolah yang
pengumpulan
tentang
terdiri dari SD, SMP, SMA, SMK.
berkebutuha khusus (ABK) yang perlu dilakukan
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus
sebleum menentukan program pembelajaran yang
Ibukota Jakarta No. 116 tahun 2007
sesuai. Assessment ini dimaksudkan untuk memahami
kabupaten/kota diwajibkan menyelenggarakan dan
-
mengembangkan
Deklarasi
Bandung
pendidikan
:
inklusif
”Indonesia
Menuju
informasi
proses
peserta
didik
keunggulan dan hambatan belajar siswa, sehingga
Pendidikan Inklusif” tanggal 8 Agustus 2004
diharapkan program yang disusun benar-benar sesuai
-
Deklarasi Bukittinggi tahun 2005
dengan kebutuhan belajarnya.5
-
Salamanca Statement and Framework for Action
Adapun fungsi assessment adalah:
on Special Needs Education (1994), article 2 &
article
33
Implentasi Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
-
Untuk mendapatkan profil siswa
-
Untuk mengetahui kebutuhan peserta didik
-
Menentukan jenis layanan yang dibutuhkan
-
Sebagai acuan dalam pembuatan program yang
Dalam mengimplementasikan pendidikan inklusif
sesuai
perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
-
Menentukan strategi pembelajaran yang cocok
Alternatif Layanan Pendidikan Khusus
-
Mengevaluasi dan memantau perkembangan
Ada banyak alternatif layanan pendidikan inklusif
siswa
yang mungkin diterapkan, yaitu: a. b. c.
-
ABK belajar di kelas biasa secara penuh
Merujuk peserta didik ke tenaga profesional jika dibutuhkan.
tanpa bimbingan guru pendamping khusus
Tahap assessment ini sangat penting karena jika
ABK belajar di kelas biasa dengan tambahan
assessmentnya tidak benar maka bisa dipastikan
bimbingan di dalam kelas
program yang dibuatpun tidak akan sesuai dengan
ABK belajar di kelas biasa dengan tambahan
kebutuhan siswa.
bimbingan di luar kelas d.
Kurikulum
ABK belajar di kelas khusus dengan kesempatan bergabung di kelas biasa
e.
ABK belajar di kelas khusus secara
Banyak guru dan sekolah masih kebingungan
penuh4
dengan penyelenggaran pendidikan inklusif yang
3
5
Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar. Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar. 2012. 4
Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif. Kementrian Pendidikan & Kebudayaan. Dikrektorat Jendral Pendidikan Dasar. Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar. 2012. Hal. 19
www.pklk-dikdas.com/p/pendidikaninklusif.html
14
Murniarti & Anastasia, Pendidikan Inklusif di Tingkat Sekolah Dasar: Konsep, Implementasi, dan Strategi
dapat mengakomodir kebutuhan peserta didik yang
Penyesuaian kurikulum yang mungkin diberikan
memiliki kebutuhan khusus mengingat ada standar
bagi peserta didik dengan kebutuhan khusus adalah
kurikulum pendidikan nasional yang harus dipenuhi
sebagai berikut:
dan
1.
juga
terutama
dikaitkan
dengan
Kriteria
Kurikulum Duplikasi, adalah model kurikulum
Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus dicapai oleh
tingkat satuan pendidikan yang sesuaistandar
setiap siswa.
nasional. Diberlakukan bagi ABK yang tidak
Undang-undang No 20 Tahun 2003, pasal 12
memiliki hambatan kognitif.
ayat 1, menyatakan ’Setiap peserta didik pada setiap
2.
Kurikulum modifikasi. Ada 4 hal yang mungkin
satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan
dilakukan, yaitu:
pendidikan
dan
a.
Menambah materi (addisi)
kemampuannya. Pengejawantahan undang-undang
sesuai
dengan
b.
Mengganti beberapa materi (duplikasi)
tersebut,
kebijakan-
c.
Menyederhanakan materi (simplifikasi)
kebijakan yang mengatur dan memberikan keleluasaan
d.
Menghilangkan beberapa bagian sulit atau
pemerintah
bakat,
minat
mengeluarkan
kepada sekolah sekolah reguler penyelenggara
keseluruhan dari kurikulum umum (omisi)
pendidikan inklusif supaya menyediakan kondisi kelas
Penilaian Hasil Belajar
yang hangat, ramah, menerima keanekaragaman dan menghargai perbedaan,melakukan pengelolaan kelas yang heterogen dengan menerapkan kurikulum dan
Terkait dengan mata pelajaran, evaluasi
pembelajaran yang bersifat individual, menerapkan
merupakan proses menentukan tingkat pencapaian
pembelajaran
suatu pelajaran setelah pembelajaran selesai dalam
keleluasaan
yang bagi
interaktif para
dan
guru
memberikan sekolah
suatu periode tertentu. Menurut Permendikbud No 66
penyelenggara pendidikan inklusif untuk melakukan
Tahun 2013, Penilaian pendidikan sebagai proses
kolaborasi dengan profesi atau sumberdaya lain,
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
termasuk dengan pihak orangtua dalam membuat
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.
Dalam melakukan pengumpulan dan pengolahan
Kebijakan-kebijakan
tersebut
pada
prakteknya
informasi untuk mengukur pencapai hasil belajar
menuntut beberapa penyesuaian. Salah satunya
peserta didik penilaian pembelajaran yang dilakukan
adalah dalam hal adaptasi pembelajaran. Adaptasi
juga perlu diadaptasi sesuai dengan kondisi dan
pembelajaran dimaksud dalam tulisan ini adalah
kemampuan siswa.
perubahan-perubahan
dalam
berbagai
komponen
Adaptasi
penilaian
proses secara
pembelajaran, cara penilaian sampai pada pelaporan
fleksibel untuk mengukur pencapaian hasil belajar
hasil belajar siswa melalui perubahan materi dan
peserta didik berkebutuhan khusus. Penilaian terhadap
program pembelajaran. (Rusyani, 2013) Adaptasi
siswa
pembelajaran
penyesuaian
pengamatan yang dilaksanakan secara terus menerus
pembelajaran atau materi pembelajaran, tetapi juga
dan harus bersifat fleksibel. Semua proses pengalaman
meliputi berbagai komponen pendidikan dilakukan
belajar dan hasil belajar siswa diamati, sehingga guru
penyesuaian
dapat
memperoleh gambaran yang utuh mengenai kondisi
mengembangkan kemampuannya secara optimal
hasil belajar siswa dari awal sampai akhir. Sistem
agar
terbatas
setiap
sesuai dengan bakat dan
pada
peserta
didik
minatnya.6
berkebutuhan
yang
adalah
pengumpulan
tidak
informasi
dilakukan
pendidikan seperti konsep isi kurikulum, metode
khusus,
dilakukan
melalui
penilaian yang diharapkan dalam setting pendidikan inklusif adalah sistem penilaian yang fleksibel.
6
Endang Rusyani. Adaptasi pembelajaran Dalam Setting Kelas Inklusif (makalah untuk Bimbingan Teknis guru PK-PLK). 2013
15
J D P, Volume 9, Nomor 1, April 2016: 9 – 18
Penilaian fleksibel adalah penilaian yang disesuaikan
-
Siswa ABK yang menggunakan kurikulum yang
dengan kompetensi semua siswa, dan mengacu
dimodifikasi/PPI: SISTEM KENAIKAN KELAS
kepada kemampuan dan kebutuhan siswa. 7
BERDASARKAN USIA KRONOLOGIS
Sistem Kelulusan •
ABK mengikuti proses belajar mengajar dengan waktu yang ditentukan menggunakan kurikulum
reguler dengan kompetensi standar nasional pendidikan: mengikuti Ujian Nasional dinyatakan lulus mendapat ijasah •
ABK mengikuti proses belajar mengajar dengan
Gambar 3. Gambar ini mengilustrasikan kenapa kita
waktu yang ditentukan menggunakan kurikulum
perlu melakukan diferensiasi dalam mengevaluasi hasil
modifikasi atau PPI yang dikembangkan dengan
belajar
dan
menggunakan kompetensi di bawah standar
kemampuan ABK yang berbeda satu dengan lainnya,
nasional pendidikan: mengikuti Ujian Sekolah
maka bentuk dan cara menilai potensi masing-masing
(materi soal disesuaikan dengan kemampuan tiap
ABK
siswa) mendapat STTB
yang
perlu
sudah
dilakukan.
dideferensiasi
Kondisi
sesuai
potensi
dan
kemampuannya. Strategi Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
Laporan Hasil Belajar ABK
Dalam pelaksanaannya perlu dipikirkan
Laporan hasil belajar yang diberikan disesuaikan
berbagai bentuk akomodasi maupun modifikasi yang
dengan jenis layanan program/kurikulum yang diikuti
bisa
oleh ABK. Variasinya adalah sebagai berikut.
berkebutuhan
•
Menggunakan kurikulum reguler penuh (inklusi
berkesempatan
penuh): raport reguler (raport angka)
semaksimal mungkin. Beberapa hal yang dapat
•
Menggunakan
kurikulum
reguler
raport regular (angka) dilengkapi dengan diskripsi (narasi) dimodifikasi: •
yang
dilakukan
sehingga
khusus
kebutuhan
terpenuhi
dan
mengembangkan
siswa mereka
potensinya
dijadikan contoh adalah sebagai berikut.
yang Akomodasi dan Modifikasi
Menggunakan program pembelajaran individual
Akomodasi
digunakan
ketika
siswa
(PPI): raport angka yang dilengkapi dengan
mempelajari isi kurikulum yang sama. Namun siswa
diskripsi
dapat diajarkan dengan cara yang berbeda atau butuh
(narasi)
dimana
nilai
kuantitatif
didasarkan pada kemampuan masing-masing
perubahan lingkungan.
ABK Modifikasi digunakan ketika siswa belajar
Sistem Kenaikan Kelas -
kurang atau berbeda konten kurikuler. Modifikasi bisa
Siswa ABK yang menggunakan kurikulum reguler
dilakukan pada tugas, tes, lembar kerja dan bahan
penuh dengan standar nasional pendidikan :
lainnya di dalam kelas.
SISTEM KENAIKAN KELAS REGULER.
7
Endang Rusyani. Adaptasi pembelajaran Dalam Setting Kelas Inklusif (makalah untuk Bimbingan Teknis guru PK-PLK). 2013, hal. 16
16
Murniarti & Anastasia, Pendidikan Inklusif di Tingkat Sekolah Dasar: Konsep, Implementasi, dan Strategi
•
Contoh Akomodasi (Ruang) • •
kursi khusus atau bantal, lebih rendah atau tinggi
kebutuhan sensorinya
meja dan kursi, berjudul desktop yang
•
perangkat komunikasi atau bahasa isyarat
pencahayaan yang berbeda atau tambahan (tidak
•
Menggunakan layar sentuh, suara diaktifkan
fluorescent), duduk di jendela untuk cahaya alami •
Memberikan waktu untuk anak bisa mendapatkan
komputer,
Duduk dekat dengan papan tulis atau guru, duduk
beralih
kontrol
atau
diadaptasi
keyboard, mouse, kalkulator
jauh dari orang lain
•
Membantu siswa mengorganisasikan sesuatu
•
Berdiri bukannya duduk atau duduk bukan berdiri
•
Memberikan waktu untuk transisi ke aktivitas
•
Alat bantu visual (visual tools) Gambar jadwal,
berikutnya
instruksi tertulis, dll •
Ada tempat tersedia untuk menenangkan diri (quiet time) atau bekerja di lokasi tertentu untuk
KESIMPULAN
membantu konsentrasi. •
kode warna
•
Pengorganisasian ruangan/perlengkapan (misal
disimpulkan bahwa konsep pendidikan inklusif dapat
peletakan
menjadi jembatan untuk mewujudkan pendidikan
•
Setelah membaca paparan di atas, dapatlah di
kategorikan,
laci-laci
diberi
warna/kode tertentu)
untuk semua (education for all), tanpa ada seorangpun
Memiliki setidaknya bagian yang tidak ada
yang tertinggal dari layanan sistem pendidikan.
stimulasi apapun (di dinding, langit-langit)
Perbedaan kemampuan dan kondisi siswa hendaknya tidak dilihat sebagai beban namun sebuah
Contoh Akomodasi (Guru)
tantangan yang memberikan keuntungan baik bagi
•
Jangan memakai banyak perhiasan (mengalihkan
guru, peserta didik dengan kebutuhan khusus dan
perhatian anak-anak dengan ADHD)
tanpa kebutuhan khusus.
•
Hitung sampai 10 sebelum mempersilahkan
Paradigma pengajaran di sekolah yang
seorang anak menjawab (memberikan waktu
dilakukan perlu di dasari dengan paradigma untuk
proses)
memahami
•
Bervariasi metode pengajaran
didiknya. Dalam menjalankannya, penting untuk
•
Memberikan instruksi satu langkah pada satu
diingat prinsip-prinsip dasar pelaksanaan pendidikan
waktu, bukan sekaligus (1 step direction)
inklusif
Menggunakan bahasa yang sederhana, kalimat
mengakomodasi
pendek-pendek.
melakukan perubahan sistem.
• •
dan
merespon
yang
ramah, kebutuhan,
kebutuhan
fleksibel, dan
peserta
terbuka,
kebersediaan
Mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi
apakah
anak
memahami
ACUAN PUSTAKA
instruksi/penjelasan •
Rusyani, E. (20130). Adaptasi pembelajaran Dalam Setting Kelas Inklusif (makalah untuk Bimbingan Teknis guru PK-PLK)
Bagilah kelas (kelompok kecil, mitra rekan, rekan tutor)
Bateman, D. & Bateman, C. F. (2001). What does
Contoh Akomodasi (Untuk Siswa) •
Membaca soal/informasi kepada siswa dan
inclusion mean and what does a principal need to know about it? In A principal's guide to special education. Available from the Council for Exceptional Children, Arlington,
memberikan tes lisan
VA. Order Number P5356, 888.232.7733.
Lebih sedikit masalah pada halaman, cetak besar atau cetak gelap
• •
Menggunakan tape recorder (mencatat dan
http://www.pk-plk.com/p/pendidikan-inklusif.html
memberikan laporan) Modul Pelatihan Pendidikan Inkluisif. ( 2012) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
17
J D P, Volume 9, Nomor 1, April 2016: 9 – 18
Derektorat Jendral Pendidikan Dasar; Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar. PER. MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL No.70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif PER. GUBERNUR PROV. DKI No.116/2007 tgl. 29 April 2014
JAKARTA
PEDOMAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROV. DKI JAKARTA Juni 2010 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif UU No. 20 Nasional
(2003) tentang Sistem Pendidikan
18