Pendidikan Anak Usia Dini Berwawasan Maritim
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI BERWAWASAN MARITIM (STUDI KASUS DI PAUD ARRAISYAH KOBA BANGKA TENGAH) Oleh: Dwi Haryanti, M.Pd.I1 Dosen PAUD STAIN SAS Bangka Belitung Abstract Education insights done maritime motivated by the extensive damage that occurred in Indonesia as well as the oceans began to overcast the implementation of character values in maintaining and preserving the marine environment. Departing from these problems, as a step antisipasif needs to be done so that this condition does not go on getting worse is to introduce the natural environment in early childhood. This is a strategic move considering the age of the early development of children is a teachable moment. Issues raised in this study is mendeskriprisikan the general concept of early childhood education with vision of maritime, presents an overview of the application of these concepts as well as the implications of the implementation of early childhood education, maritime insightful. This study uses qualitative research methods are directed to field research. The data used was obtained data derived from observations, field data collection, interviews, and documentation. The results showed that the concept of early childhood education in early childhood vision of maritime Arraisyah Central Bangka Koba interpreted as a conscious effort in the process of providing knowledge to the students that he expected to know the state of the marine environment that is rich. Implementation is carried out in the maritime insightful learning in early childhood learning Arraisyah done through contextual learning material adapts to the child's life. In applying the insights of maritime, theme provided by ECCE Arraisyah is "Face of Birth Island" with the aim of developing a developmental aspects in children as well as character values. The implications of the adoption of sound maritime basically giving knowledge to children so that the growing awareness of loving nature. Learning can also develop naturalist intelligence. Furthermore, by providing knowledge to children through concrete objects, learning activities inherent to the child as an enjoyable experience. Keywords: early childhood education, contextual learning, and maritime
1
Hasil penelitian ini telah diujikan dan diseminarkan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
337
Pendidikan Anak Usia Dini Berwawasan Maritim
PENDAHULUAN Potensi laut Indonesia bisa menjadi kekuatan ekonomi yang dapat diandalkan bagi Indonesia dalam persaingan global. Pengembangan kelautan bisa menjadi jembatan untuk memeratakan hasil pembangunan negara. Indonesia seharusnya melakukan reorientasi pembangunan yang berbasis darat ke laut, dengan menjadikan kelautan sebagai saka guru2 pembangunan sosial ekonomi bangsa. Potensi besar kelautan tersebut pada kenyataannya belum dapat berkembang karena beberapa hal; pertama, kendala budaya yang terjadi sejak zaman penjajahan yang dialami oleh Indonesia. Kedua, dari sisi historis (sejarah) bangsa Indonesia. Setelah Kerajaan Majapahit runtuh, mulai mereduplah kejayaan Indonesia sebagai bangsa bahari dengan disusul masuknya VOC ke Indonesia. Ketiga, dilihat dari sisi ekonomi, selama tiga dasa warsa terakhir, sektor kelautan selalu diposisikan sebagai anak tiri dalam pembangunan ekonomi nasional. Rahardjo Adisasmita menegaskan bahwa permasalahan yang timbul dalam aspek ekonomi disebabkan belum dilaksanakannya secara optimal dan berkelanjutan kegiataan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perairan laut karena keterbatasan modal, sarana produksi, pengetahuan dan keterampilan, serta faktor eksternal seperti keterbatasan pelayanan dan penyediaan fasilitas oleh pemerintah. Permasalahan keempat, dari sisi politis berkenaan dengan kebijakan. Menjadi negara kepulauan terbesar memiliki dampak penting bagi sektor kelautan di dalam perekonomian Indonesia meningkat. Kelima, dari sisi sosial, kesadaran masyarakat untuk melindungi, menjaga keseimbangan dan memantapkan ekosistem laut masih rendah, sehingga terjadi banyak pengrusakan hutan mangrove, terumbu karang dan padang lamun (seagrass) untuk kepentingan jangka pendek. Keenam, dari sisi pendidikan, wawasan tentang maritim belum
2
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, saka guru diartikan sebagai tiang utama atau diartikan sebagai sesuatu yang menjadi penegak atau pengukuh (negara tersebut). Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.3. Cet.2 (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 722.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
338
Pendidikan Anak Usia Dini Berwawasan Maritim
mendapatkan perhatian yang maksimal dari pemerintah sebagai wahana sosialisasi pembangunan kelautan.3 Dengan berbagai permasalahan yang menimpa Indonesia dari sisi kelautannya, sehingga sudah sewajarnya, atau bahkan seharusnya bangsa Indonesia memberi perhatian khusus kepada pengelolaan, pemanfaatan, dan pemeliharan sumber daya alam terutama sumber daya laut. Upaya memberikan kesadaran akan keberadaan dan pemanfaatan sumber daya laut perlu ditingkatkan dengan tetap pada batas yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan terhadap peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan bagi generasi masa kini dan mendatang. Salah satu Propinsi Kepulauan yang mempunyai kekayaan laut di Indonesia adalah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dengan potensi kelautan tersebut, Propinsi Bangka Belitung mencanangkan sebagai Propinsi Archipelago 4. Sebagai “Negeri Serumpun Sebalai”, Bangka Belitung mempunyai luas wilayah 81.724, 14 km2 dengan luas daratan 16.423,14 km2 dan luas perairan 65.301 km2 atau 79,99% dari luas daratan.5 Beragam hayati laut yang ada di perairan laut Bangka Belitung menjadi sumber perekonomian. Seperti udang, teritip, kepiting, siput gonggong yang dapat dikelola menjadi makanan. Sayangnya, lingkungan kelautan tersebut tidak dapat terelakkan dari masalah pencemaran laut serta lingkungan. Pantai kotor akibat limbah rumah tangga yang berasal dari plastik berserakan. Laut rusak akibat penambangan TI apung yang tak kunjung henti. Hutan bakau sebagai penahan gelombang air laut hampir habis ditebang dan digunakan oleh masyarakat. Kurangnya pendidikan 3
Ambar Kristiyanto dan Adi Bandono…., dalam http://collaborationflexiblelearning.blogspot.com/2011/04/sebuah-gagasan-urgensi pendidikan.html, diakses pada tanggal 23 Februari 2013, pukul 10.24 WIB. 4 Archipelago dimaksudkan sebagai pemanfaatan dan pengelolaan sumber-sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya ekonomi lainnya pada ruang wilayah daratan dan ruang wilayah perairan (laut) dalam kawasan kepulauan secara efektif dan produktif melalui berbagai kegiatan pembangunan untuk kebutuhan penduduk dan bertujuan mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi. (Lebih jelas lagi, dapat dilihat dalam buku Pembangunan Kelautan dan Kewilayahan, karya Rahardjo Adisasmita, hlm. 16.) 5 Dokumentasi Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, http://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Bangka_Belitung, diakses tanggal 01 Maret 2013.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
339
Pendidikan Anak Usia Dini Berwawasan Maritim
lingkungan kelautan makin memperparah kondisi kerusakan laut dan pantai di Bangka Belitung. Masyarakat kurang menyadari bahwa laut adalah titipan untuk anak cucu di masa yang akan datang yang harus dilestarikan dan dijaga. Rusaknya lingkungan alam terutama laut, berdampak pada ekosistem laut. Harus ada solusi dari masalah-masalah yang terjadi berkenaan dengan kelautan di Bangka Belitung. Salah satunya adalah dengan memberikan pendidikan berwawasan kemaritiman kepada anak sejak usia dini. Hampir di setiap desa di Kabupaten ini didirikan lembaga PAUD dalam menaungi pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Pendirian lembaga PAUD di Bangka Belitung menjadi wadah dalam menanamkan serta mendidik anak supaya mencintai lingkungan sekitar mereka. Salah satunya adalah lembaga PAUD Arraisyah yang berada di Kabupaten Bangka Tengah. Lembaga PAUD Arraisyah adalah lembaga percontohan untuk PAUD yang lain, sehingga banyak kegiatan-kegiatan pelatihan yang dilaksanakan oleh PAUD ini. Sebagai wujud peran serta dalam pelestarian lingkungan kelautan melalui pendidikan, PAUD Arraisyah Koba, Bangka Tengah telah menjadi pelopor
dalam
menanamkan
nilai-nilai
lingkungan
alam
pada
proses
pembelajarannya. Lingkungan alam di sekitar PAUD Arraisyah Koba merupakan lingkungan pantai (pesisir). PAUD Arraisyah Koba merupakan PAUD yang bernuansa alam dengan melibatkan pantai sebagai sarana pembelajarannya. Pantai menjadi tempat pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Tidak hanya itu saja, media yang digunakan dalam pembelajaran menggunakan semua yang disediakan di alam.6 Melalui pembelajaran yang dilakukan pada pendidikan anak usia dini di PAUD ini, anak akan mencintai dan merawat serta melestarikan lingkungan kelautan mereka. Anak dididik untuk mempunyai tanggung jawab akhlak serta moral. Artinya, anak dididik bertanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap lingkungan sekitar dan tentunya saja tanggung jawab terhadap Allah SWT sebagai pencipta alam semesta. 6
Wawancara dengan Kepala Pengelola PAUD, Bunda Tia Lestari, 06 September 2013, pukul 10.00 WIB.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
340
Pendidikan Anak Usia Dini Berwawasan Maritim
Berdasarkan pada penjelasan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan-permasalahan berikut: 1) Apa konsep pendidikan anak usia dini berwawasan maritim di PAUD Arraisyah?; 2) Bagaimana penerapan konsep Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berwawasan maritim di PAUD Arraisyah?; 3) Apa implikasi penerapan konsep Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berwawasan maritim terhadap perilaku peserta didik di PAUD Arraisyah? Dengan
berangkat
dari
permasalahan-permasalahan
yang
telah
dirumuskan, maka setidaknya terdapat tiga tujuan penelitian, yakni: 1) Mendeskripsikan secara umum mengenai konsep pendidikan anak usia dini berwawasan maritim di PAUD Arraisyah; 2) Menyajikan deskripsi tentang penerapan konsep pendidikan anak usia dini berwawasan maritim di PAUD Arraisyah; 3) Menguraikan implikasi dari penerapan pendidikan anak usia dini berwawasan maritim di PAUD Arraisyah.
KAJIAN TEORI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI BERWAWASAN MARITIM 1. Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan anak usia dini adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan baik koordinasi motorik (halus dan kasar), kecerdasan emosi, kecerdasan jamak (multiple intelligence) dan kecerdasan spiritual. Secara alami anak mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi untuk mempelajari sesuatu. Sifat natural yang telah dikaruniakan kepada anak sangat menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Sifat-sifat natural anak yang harus senantiasa diolah dan dikembangkan seperti yang dipaparkan oleh Yeni Rachmawati7, sebagai berikut: (a) pesona dan takjub; (b) berimajinasi; (c) rasa ingin tahu yang tinggi; (d) banyak bertanya.
7
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 38-40.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
341
Pendidikan Anak Usia Dini Berwawasan Maritim
Montessori mengungkapkan bahwa anak adalah seorang penyerap yang sangat baik (The absorbent Mind).8 Maria Montessori melanjutkan bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang paling kaya, masa ini harus digunakan oleh pendidikan sebaik-baiknya, karena jika masa ini tersia-sia, maka tidak akan pernah bisa mengganti waktunya.9 Lebih tegasnya lagi, Montessori mengatakan bahwa ketika kita ingin meleburkan gagasan-gagasan baru untuk mengubah atau memperbaiki adat istiadat dan kebiasaan masyarakat untuk menghembuskan nafas baru ke dalam watak bangsanya, adalah melalui anakanak sebagai sarananya, kepada anak-anaklah diarahkan perhatian untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut.10 2. Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) menurut Blancard, Berns dan Erickson adalah sebuah konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat.11 Tujuan dari pembelajaran kontekstual ini lebih pada membekali anak dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lain, dari satu konteks ke konteks lain dengan arahan agar anak dapat memecahkan permasalahan kehidupan nyata.12 Pada hakikatnya, pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan implementasi dalam penentuan materi pembelajaran dan dalam pengalaman belajar anak yang disesuaikan dengan karakteristik anak dan daerah. Dikatakan kontekstual karena proses pembelajaran yang membantu 8
Lesley Britton, Montessori Play Group and Learn a Parents Guide to Porposeful Play From Two to Six (New York: Crown Publisers, Inc, 1992), hlm. 12. 9 Maria Montessori, The Absorbent Mind, Pikiran yang Mudah Menyerap (Terj) Dariyatno (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. XIII. 10 Ibid, hlm. XIX. 11 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010), hlm. 6. 12 Baharuddin dan Moh. Makin, Pendidikan Humanistik: Konsep, Teori, dan Aplikasi Praktis dalam Dunia Pendidikan (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2007), hlm. 210211.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
342
Pendidikan Anak Usia Dini Berwawasan Maritim
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehiupan mereka sebagai anggota masyarakat. Dalam pendekatan ini tidak bertujuan untuk mengajarkan suatu konsep sains kepada anak, tetapi lebih mengajak anak melakukan eksplorasi terhadap fenomena alam melalui interaksi langsung dengan objek. 3. Pendidikan Berwawasan Maritim Dalam upaya reorientasi dari visi kontinental ke visi maritim, diperlukan gagasan-gagasan yang dapat direalisasikan dalam bentuk tindakan. Sejalan dengan hal tersebut maka dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten dan tangguh di bidang ilmu dan teknologi kelautan. Milenium Development Goals yaitu era pasar bebas atau era globalisasi merupakan era persaingan mutu atau kualitas, maksudnya siapa yang berkualitas dialah yang akan maju dan mampu mempertahankan eksistensinya.13 Agar mampu ikut serta dalam memenangkan persaingan bebas diantara bangsa-bangsa, maka posisi yang sangat strategis untuk membentuk karakter bangsa
yang mandiri dan dapat diperhitungkan adalah membangun
keterampilan berpikir manusia Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka pendidikan dan pengetahuan mengenai sains bidang kelautan harus ditingkatkan, dimana menurut Permen Diknas No.22/2006, peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia.14 Pendidikan berwawasan maritim yang diberikan kepada peserta didik dapat menambah informasi bahwa laut sebagai fenomena geosfer adalah merupakan tanda (ayat) kekuasaan, kebijaksanaan, kasih sayang, kebesaran Allah sebagai Maha Pencipta, Pemelihara dan Pengatur semesta alam (Robbul ‘alamin). Dengan seringnya informasi tentang ayat-ayat Allah kepada peserta didik, diharapkan mereka selalu ingat (dzikir) kepada Allah. Perlu 13 14
Ibid, hlm. 68 Ibid, hlm. 68.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
343
Pendidikan Anak Usia Dini Berwawasan Maritim
diberitahukan kepada peserta didik bahwa mempelajari laut itu diperintah oleh Allah. Sebagaimana ayat al-Qur’an yang relevan, QS. At-Thur ayat 615
Artinya: “Demi lautan yang penuh gelombang.”
Di dalam rangka peningkatan IMTAK, dapat dijelaskan kepada peserta didik bahwa tujuan Tuhan menciptakan manusia, adalah agar manusia itu (termasuk kita) supaya beribadah, mengabdi kepada-Nya. Salah satu ciri dan bentuk ibadah dan pengabdian adalah melaksanakan perintah-Nya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Karena itu memperhatikan, mentafakuri dan mempelajari laut sebagai fenomena geosfer adalah merupakan salah satu bentuk ibadah. Secara umum berpikir merupakan suatu proses kognitif, suatu aktivitas mental untuk memperoleh pengetahuan. Pola berpikir sains berbeda dengan pola berpikir sehari-hari (common sense). Cara sains memandang fenomena alam hanya dapat dipahami berlandaskan falsafah, teori-teori, dan terminologi tertentu yang disebut konsep. Belajar sains memerlukan kemampuan untuk dapat membangun konsep. Sains diperkenalkan kepada setiap orang melalui pendidikan sains. Pendidikan sains bertujuan mempersiapkan manusia yang berkepribadian dan bertanggung jawab dalam kehidupan sebagaimana yang diungkapkan oleh Rutherford dan Ahlgren, ”science education should help students to develop the understandings and habits of mind they need to become compassionate human beings able to think for themselves and face life head on. It should equip them also to participate thoughtfully
15
Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung: PT. Sygma Examidea Arkanleema, 2009), hlm. 523.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
344
Pendidikan Anak Usia Dini Berwawasan Maritim
with fellow citizens in building and protecting a society that is open, decent, and vital”.16 Pendidikan lingkungan kelautan dilaksanakan bertujuan membantu masyarakat mengembangkan kesadaran dan rasa tanggap terhadap lingkungan dan masalah-masalahnya. Selanjutnya, pendidikan membantu setiap warga untuk menguasai pengetahuan dan pengertian yang diperlukan untuk berperan serta dalam mencapai tujuan akhir. Bahkan pendidikan harus mampu menanamkan sikap dan pola perilaku masyarakat terhadap lingkungan. 17 Pendidikan
lingkungan
kelautan
menyiapkan
individu
yang
bertangggung jawab atas perubahan teknologi dunia yang pesat, memahami masalah-masalah setempat regional dan internasional, dan menyediakan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan peran produktif yang seharusnya dilakukan masyarakat dalam pengembangan dan perlindungan lingkungan hidup kelautan. Arah atau tujuan umum dalam penerapan pendidikan berwawasan maritim ini adalah sebagai berikut: (1) Membina warga negara Indonesia memiliki wawasan maritim (kelautan) secara alamiah; (2) Membina warga negara memiliki wawasan mengenai lingkungan alam sekitar; (3) Mengembangkan pemikiran kreatif dan partisipasi aktif warga negara dalam pengelolaan dan keserasian lingkungan kelautan yang dinamis dalam meningkatkan kualitas hidup penduduk.18 Konsep PAUD Berwawasan Maritim Konsep pendidikan anak usia dini berwawasan maritim di PAUD Arraisyah mempunyai penafsiran yang berbeda tetapi mempunyai tujuan yang 16
Ester S. Manapa, Jurnal Penelitian Pendidikan berjudul “Profil Dunia Kelautan Perspektif Siswa Indonesia di Tingkat Sekolah Dasar (Studi Kasus: Siswa Kelas 4, 5, dan 6) Vol. 11 No. 1 April 2010 hlm. 68. 17 Dendasurono Prawiroatmodjo, Pendidikan Lingkungan Kelautan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hlm. 6. 18 Dendasurono, …, hlm. 14-15.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
345
Pendidikan Anak Usia Dini Berwawasan Maritim
sama. Menurut mereka, pendidikan berwawasan maritim adalah upaya memberikan pengetahuan serta mengenalkan kepada anak tentang laut. 19 Penanaman pengetahuan tentang kelautan ini dijadikan sebagai kegiatan akademik dalam pembelajaran anak. Sebagai Kepala Yayasan, Bunda Yani berpendapat bahwa pengenalan lingkungan alam sekitar sangat perlu dilakukan agar anak mengenal lingkungannya dan menanamkan rasa cinta terhadap lingkungan mereka sendiri. Oleh sebab itu, pendidikan berwawasan maritim perlu diberikan kepada anak didik agar mereka tahu kekayaan alam yang ada di sekitar mereka.20 Pendapat dari Kepala Pengelola PAUD Arraisyah bahwa yang dimaksud dengan pendidikan anak usia dini berwawasan maritim di PAUD Arraisyah adalah upaya mengenalkan serta memberi wawasan kepada anak didik tentang kelautan yang berhubungan dengan lingkungan alam sekitar mereka. Wawasan maritim dikenalkan kepada anak untuk memberikan mereka pengetahuan agar kecintaan mereka terhadap laut sangat baik sehingga pada jenjang pendidikan berikutnya, mereka dapat mengelola serta memanfaatkan laut dengan baik.21 Pendidikan berwawasan maritim merupakan pendidikan yang membekali peserta didik dengan berbagai pengetahuan agar mereka mampu mengantisipasi keadaan lingkungan
yang tidak seimbang.
Lingkungan
yang kondusif
memberikan dorongan atau memberikan motivasi dan rangsangan kepada anak untuk menerima, memahami, meyakini serta mengamalkan sikap dan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan misi dari PAUD Arraisyah itu sendiri “memberikan metode pembelajaran yang melibatkan secara aktif seluruh panca indera dan pergerakan anggota tubuh lainnya dengan memanfaatkan kekayaan alam sekitar”.
19
Wawancara dengan Guru Sentra Akhlak, Bunda Anisa Romanti pada tanggal 5 September 2013 pukul 12.30 WIB. 20 Wawancara dengan Kepala Yayasan PAUD Arraisyah, Bunda Turhindayani, SE pada tanggal 5 September 2013 pukul 17.00 WIB. 21 Wawancara dengan Kepala Pengelola PAUD Arraisyah, Bunda Tia Lestasi, pada tanggal 6 September 2013 pukul 10.00 WIB.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
346
Pendidikan Anak Usia Dini Berwawasan Maritim
Penerapan Konsep PAUD Berwawasan Maritim Awal penerapan konsep berwawasan maritim di PAUD Arraisyah sejatinya telah diberikan kepada anak didik sejak berdirinya lembaga pendidikan tersebut. Mulanya penerapan konsep ini masih dalam tataran metode karyawisata, yakni melakukan kunjungan ke pantai. Seperti yang dikemukakan oleh Kepala Pengelola PAUD, Bunda Tia bahwa pantai adalah tempat bermain yang asyik dan menyenangkan bagi anak. Mereka bisa bermain pasir dan bermain air dimana kegiatan tersebut dapat mengembangkan kemampuan fisik dan motorik anak.22 Dengan semakin berkembangnya pengetahuan serta semakin pentingnya memberikan pendidikan dengan konteks budaya dan lingkungan sekitar, sehingga yang semulanya diterapkan dengan metode karyawisata kemudian pantai dimanfaatkan menjadi tempat pembelajaran bagi anak didik di PAUD Arraisyah. Dengan penerapan pendidikan berwawasan maritim ini menanamkan pada jiwa anak nilai-nilai moral, agama, serta etika kehidupan dan disiplin diri. Pelaksanaan pendidikan berwawasan maritim di PAUD Arraisyah menggunakan berbagai metode yang bervariasi. Metode ini pada dasarnya merupakan cara dalam menyampaikan pengetahuan berwawasan maritim kepada anak didik sehingga tujuan dari pembelajaran tersebut tercapai. Adapun metode yang digunakan sebagai berikut: a. Melalui bermain Bermain di pantai merupakan alternatif yang menyenangkan dan dapat memuaskan anak. Penerapan wawasan maritim di PAUD Arraisyah melalui metode ini yaitu, (1) dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui gerak, melatih motorik kasar dan keseimbangan yang dilakukan dengan bermain pasir, berlari, menyusuri pantai, dan lain sebagainya; (2) bermain juga dapat mengembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri pada teman dan orang lain, kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif dan dapat mengembangkan empati kepada orang lain; (3) melalui bermain anak juga dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya karena 22
Wawancara dengan Kepala Pengelola PAUD Arraisyah, Bunda Tia Lestari, pada tanggal 6 September 2013, pukul 10.00 WIB.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
347
Pendidikan Anak Usia Dini Berwawasan Maritim
mereka sering kali bereksplorasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya sebagai wujud rasa ingin tahu mereka yang tinggi; (4) bermain dapat mengembangkan sikap kemandirian mereka dan menjadi diri mereka sendiri, karena dengan bermain anak selalu bertanya, meneliti lingkungan mereka, belajar mengambil keputusan, berlatih peran sosial sehingga anak menyadari kemampuan dan kelebihan yang mereka miliki. b. Melalui kegiatan eksplorasi Kegiatan ini telah diterapkan di PAUD Arraisyah dalam rangka memberikan wawasan kemaritiman pada anak didik. Eksplorasi yang dilakukan pada dasarnya adalah dengan menjelajahi atau mengunjungi pantai sebagai tempat dan sarana pembelajaran untuk mempelajari hal yang ada di pantai sambil mencari kesenangan atau sebagai hiburan dan permainan. Tujuan dari kegiatan eksplorasi ini adalah anak diajarkan mengelaborasi dan menggunakan kemampuan analisis sederhana dalam mengenal suatu objek. Artinya, anak dilatih mengamati benda-benda yang ada di sekitar pantai. Kegiatan eksplorasi akan memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami serta memanfaatkan olah jelajahnya berupa, (1) wawasan informasi yang lebih luas dan lebih nyata; (2) menumbuhkan rasa keingintahuannya akan sesuatu yang telah atau baru diketahuinya; (3) memperjelas konsep dan keterampilan yang telah dimilikinya; (4) memperoleh pemahaman penuh tentang kehidupan manusia dengan berbagai situasi dan kondisi yang ada; (5) memperoleh pengetahuan tentang bagaimana memahami lingkungan yang ada di sekitar serta bagaimana memanfaatkannya dengan baik. 23 c. Metode bercerita Metode ini digunakan terutama menceritakan tentang kisah-kisah teladan seperti nabi, terjadinya sesuatu seperti tsunami atau bercerita mengenai peristiwa yang dapat diambil intisarinya. Cerita juga dapat mengajak anak berimajinasi. Guru juga menggunakan metode ini untuk menceritakan bendabenda yang ada di sekitar mereka. 23
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 56.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
348
Pendidikan Anak Usia Dini Berwawasan Maritim
d. Metode bercakap-cakap Metode ini digunakan bertujuan untuk memancing rasa ingin tahu anak. Guru menanyakan kepada anak siapa yang sudah pernah pergi ke pantai, di pantai ada apa saja, dan lain sebagainya. Kemudian guru menjelaskan bahwa pantai adalah ciptaan Allah Swt, dan kita sebagai makhluk ciptaan-Nya harus menjaga dan melestarikan lingkungan kita seperti tidak membuang sampah ketika di pantai, tidak merusak pantai, dan lain-lain sehingga dengan penjelasan tersebut dan pembiasaan yang dilakukan oleh guru PAUD Arraisyah, anak akan mengetahui, mengerti dan memahami bahwa membuang di sampah akan merusak pemandangan pantai serta dapat merusak ekosistem yang ada di pantai. e. Metode karyawisata Metode ini selalu digunakan oleh guru PAUD Arraisyah dalam penerapan pendidikan berwawasan maritim kepada anak didik. Pada intinya, metode ini merupakan salah satu cara penyampaian pembelajaran yang dilakukan di luar kelas bahkan di luar lingkungan sekolah anak-anak. Selain kunjungan ke pantai, anak didik juga diajak berkunjung ke tempat pelelangan ikan. Maksudnya agar anak mengetahui profesi-profesi yang bersinggungan dengan kelautan. Penerapan kemaritiman di PAUD Arraisyah dilaksanakan dengan menggunakan tema “Wajah Pulau Kelahiranku”. Pada tema ini anak tidak hanya tahu bahwa pulau kelahirannya mempunyai kekayaan alam yang sangat indah seperti laut, melainkan anak dikenalkan makanan khas pulau Bangka serta budaya daerahnya. Sehingga penerapan pendidikan berwawasan maritim yang ada di Pulau Bangka Belitung harus didukung dengan hal tersebut. Pada tema WPK, aspek-aspek yang dikembangkan seperti aspek motorik, aspek kognitif, nilai-nilai agama dan moral, aspek sosial-emosional, aspek bahasa.24 1.
Aspek pengembangan motorik
24
Dokumentasi PAUD Arraisyah
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
349
Pendidikan Anak Usia Dini Berwawasan Maritim
Lingkungan belajar anak sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan fisik anak, untuk mengembangkan otot-ototnya. Anak memiliki kesempatan yang alami untuk berlari-lari, melompat, berkejarkejaran dengan temannya dan menggerakkan tubuhnya dengan cara-cara yang tidak terbatas. Kegiatan ini sangat alami dan sangat bermanfaat dalam mengembangkan aspek fisik anak. Dalam tema WPK, aspek pengembangan motorik yang dikembangkan kepada anak didik adalah aspek perkembangan motorik halus dan aspek perkembangan motorik kasar.
2.
Aspek pengembangan bahasa dan keaksaraan Aspek pengembangan bahasa dan keaksaraan dikembangkan kepada anak didik melalui mengucapkan istilah yang berhubungan dengan tema. Istilah tersebut mencakup pulau, lahir, laut, darat dan peta. Guru mengucapkan istilah tersebut dan secara bergiliran anak mengulang apa
yang
disebutkan
oleh
guru.
Dengan
melihat
peta,
guru
mensosialisasikan pada anak istilah pulau, lahir, laut, darat dan perta. 3. Aspek pengembangan kognitif Materi pokok yang dilakukan dalam mengembangkan aspek kognitif adalah mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari yang paling besar ke yang kecil atau sebaliknya. Anak diajak mengurutkan bentuk pulau-pulau dari balok pembangunan. Kegiatan tersebut bertujuan agar anak mampu mengurutkan bentuk pulau-pulau dari balok pembangunan mulai dari yang besar ke kecil atau sebaliknya. Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas adalah guru mengenalkan kepada anak bentukbentuk lima pulau besar dan kecil di Indonesia. 4. Aspek pengembangan nilai-nilai agama dan moral Melalui tema “Wajah Pulau Kelahiranku”, anak-anak diharapkan mengetahui nama agama dan hari besarnya. Anak juga mengenal kata Basmallah, Alhamdulillah, Subhanallah, Allahuakbar. Pengembangan nilai-nilai agama dan moral anak lebih pada pembiasaan perilaku-
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
350
Pendidikan Anak Usia Dini Berwawasan Maritim
perilaku terpuji serta keteladanan yang diberikan oleh guru mereka. Anak akan mampu memahami perilaku mulia (sabar) dalam kehidupan seharihari pada materi “lada”. Lada adalah salah satu hasil perkebunan di Pulau Bangka. Dengan tema ini, anak dikenalkan cara menanam lada, serta memahami bahwa lada perlu tumbuh lama serta perlu dilakukan perawatan yang lama pula sehingga anak akan memahami bahwa dalam menanam lada perlu kesabaran hingga menunggu panen. Pada materi “timah” anak diharapkan mampu memahami perilaku mulia seperti tolong menolong dan kerja keras serta dapat membedakan perilaku baik dan tidak baik. 5. Aspek pengembangan sosial-emosional Lingkungan secara alami mendorong anak untuk berinteraksi dengan anak-anak yang lain bahkan dengan orang-orang dewasa. Pada saat anak mengamati objek-objek tertentu yang ada di lingkungan pasti dia ingin menceritakan hasil penemuannya dengan yang lain. Supaya penemuannya diketahui oleh teman-temnannya anak tersebut mencoba mendekati anak yang lain sehinga terjadilah proses interaksi atau hubungan yang harmonis. Pada tema ini, aspek sosial-emosional yang dikembangkan lebih pada menunjukkan sikap toleransi terhadap perbedaan pulau. Guru menjelaskan kepada anak bahwa setiap pulau itu mempunyai budaya dan adat yang berbeda sehingga kita sebagai manusia perlu toleransi terhadap sesama. Guru juga mencontohkan pada kehidupan anak untuk saling toleransi.
Implikasi Penerapan Konsep PAUD Berwawasan Maritim Penuturan dari guru-guru yang telah diwawancarai menyatakan bahwa pendidikan berwawasan maritim pada dasarnya mengenalkan anak akan kekayaan alam sekitarnya. Kesadaran akan kecintaan lingkungan kelautan di Bangka Belitung harus diperhatikan terutama memberikan pendidikan pada anak sejak dini. Pembelajaran berwawasan maritim dapat memberi wawasan anak kepada alam dengan lebih nyata dan dekat dengan alam. Anak juga dapat
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
351
Pendidikan Anak Usia Dini Berwawasan Maritim
mengeksplorasikan ide-idenya dengan bermain di alam dan anak akan turut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian lingkungan. 25 Peran guru sebagai fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan untuk anak usia dini harus mampu memberikan kemudahan kepada anak untuk mempelajari berbagai hal yang terdapat dalam lingkungannya. Pengenalan terhadap lingkungan di sekitarnya merupakan pengalaman yang positif untuk mengembangkan minat keilmuan anak usia dini. Pembelajaran pendidikan kemaritiman di PAUD Arraisyah juga mencakup perkembangan yang dijadikan sebagai fokus dalam pengembangan anak yakni aspek perkembangan kognitif, fisik-motorik, sosial emosional, aspek pengembangan moral dan nilai-nilai agama, aspek pengembangan bahasa dan keaksaraan. Dengan
tema
“Wajah
Pulau
Kelahiranku”,
pendidik
telah
mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak dengan baik. Anak difasilitasi oleh pendidik agar semua aspek perkembangan yang ada pada mereka dapat bekerja secara optimal. Hasilnya, dalam aspek perkembangan motorik, mereka lebih lincah bergerak, dan pada aspek perkembangan kognitif, anak mempunyai pengetahuan serta wawasan tentang lingkungan laut mereka lebih luas. Implikasi perkembangan dalam aspek nilai-nilai agama dan moral adalah anak lebih bisa bersyukur atas segala karunia yang telah Allah Swt. berikan kepada pulau mereka. Selanjutnya, aspek perkembangan sosial dan emosional, anak dapat bergaul dan berinteraksi dengan baik terhadap orang lain. Oleh sebab itu, pentingnya memberikan pendidikan kemaritiman kepada anak sejak usia dini karena mereka adalah generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan pengetahuan ini pada generasi berikutnya. Dengan memberikan pengenalan kepada anak tentang lingkungan kemaritiman, anak akan tahu lingkungan hidup mereka. Nilai-nilai karakter yang tertanam pada diri anak ketika melakukan
pembelajaran
berwawasan
maritim
adalah
kemandirian,
25
Wawancara dengan Guru Taman Kanak-Kanak Kelas Ar-Rasyid (5-6 tahun), Bunda Suda Filda Ningsih, pada tanggal 05 September 2013, pukul 16.00 WIB.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
352
Pendidikan Anak Usia Dini Berwawasan Maritim
tanggungjawab, percaya diri, empati, simpati, dan cinta tanah air. Hal ini terlihat dari proses sebelum dan sesudah pembelajaran ini berlangsung.
KESIMPULAN Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berwawasan maritim yang dimaknai sebagai pembelajaran yang berkaitan dengan aktivitas alam di dalam maupun di luar rumah sekolah. Konsep pendidikan berwawasan maritim adalah sebagai upaya secara sadar dalam proses pemberian pengetahuan kepada anak didik bahwa diharapkan dia mengetahui keadaan di lingkungannya yang kaya akan kelautan. Mereka dididik supaya mereka dapat berpikir kreatif menuju kemaritiman yang lebih maju untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Penerapan pendidikan berwawasan maritim juga dapat menumbuhkan naluri serta jiwa untuk memelihara lingkungan serta melestarikan lingkungan alam, sehingga anak akan arif dan bijaksana dalam memanfaatkan serta mengelola kekayaan alam kemudian hari. Dalam proses penerapannya, pendidikan berwawasan maritim dilakukan melalui kegiatan di dalam (indoor) dan di luar (outdoor). Langkah-langkah yang dilakukan PAUD Arraisyah terkait dengan wawasan kemaritiman adalah perencanaan dengan melakukan pembuatan Menu Kegiatan Harian. Dalam menerapkan wawasan kemaritiman di PAUD Arraisyah pada tema “Wajah Pulau Kelahiranku” banyak yang bisa dieksplorasi oleh guru terkait dengan kegiatan memberikan pengetahuan kepada anak. Penerapan pembelajaran berwawasan maritim di PAUD Arraisyah lebih menggunakan metode yang bervariatif. Metode dilakukan dengan kegiatan bermain, melalui eksplorasi, metode bercakap-cakap, metode karyawisata, metode bercerita dan metode lainnya dalam penyampaian wawasan maritim kepada anak. Penerapan di dalam kelas dengan memanfaatkan peta serta gambar-gambar yang berhubungan dengan kelautan ditampilkan. Penerapan konsep ini juga telah mencakup semua aspek perkembangan anak yaitu aspek perkembangan kognitif, fisik-motorik, sosial-emosional, bahasa dan keaksaraan, serta nilai-nilai agama dan moral. Implikasi pendidikan berwawasan maritim di PAUD Arraisyah pada dasarnya adalah untuk menumbuhkan kesadaran dalam mencintai alam. Hasil
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
353
Pendidikan Anak Usia Dini Berwawasan Maritim
selanjutnya adalah dengan memberikan pengetahuan kepada anak melalui objek konkret, kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan melekat ke diri anak sebagai pengalaman yang menyenangkan. Misalnya ketika anak diajak ke pantai bersama keluarganya, mereka identik untuk lebih mengeksplorasi pantai dengan mencari kerang, membuat bangunan dengan pasir, bermain air dan sebagainya. Hal ini sebagai wujud dari penerapan pembelajaran yang diberikan oleh guru-guru sehingga dengan kegiatan-kegiatan tersebut anak lebih dekat kenal dengan alam.
DAFTAR PUSTAKA Baharuddin dan Moh. Makin, Pendidikan Humanistik: Konsep, Teori, dan Aplikasi Praktis dalam Dunia Pendidikan, Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2007. Britton, Lesley, Montessori Play and Learn: A Parents’ Guide to Pusposeful Play From Two to Six, New York: Crown Publishers Inc, 1992. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya: Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2009. Esther S. Manapa, Jurnal Penelitian Pendidikan berjudul “Profil Dunia Kelautan Dalam Perspektif Siswa Indonesia di Tingkat Sekolah Dasar (Studi Kasus: Siswa Kelas 4, 5, dan 6) Vol.11 No. 1 April 2010. Komalasari, Kokom, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, Bandung: PT. Refika Aditama, 2010. Montessori, Maria, The Absorbent Mind, Pikiran Yang Mudah Menyerap. Terj. Dariyatno, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Prawiroatmodjo Dendasurono, Pendidikan Lingkungan Kelautan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997. Rachmawati, Yeni dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak, Jakarta: Kencana, 2010. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.3. Cet.2. Jakarta: Balai Pustaka.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
354