ISSN. 1907 - 0489 Oktober 2008
Spirit Publik Volume 4, Nomor 2 Halaman: 153 - 168
PENDEKATAN PEMERINTAH KOTA DALAM MENGATASI ANAK JALANAN DI KOTA SAMARINDA (Implementasi Perda Kota Samarinda Nomor 16 Tahun 2002) Local Government Approaches to Solve Beggar in Samarinda (No. 16 year 2002 Samarinda City Rules Implementations) Jauchar B. Program Studi Ilmu Pemerintahan
FISIPOL Universitas Mulawarman Samarinda
[email protected] (ph: (0541)748662, mobile: 081347777718)
(Diterima tanggal 3 Juni 2008, disetujui tanggal 18 Juli 2008) Abstract Beggar was an urban problems that needs serious threath from all over community. Many threatening and interference occur as an impact from the them. It makes government takes comprehensif approaches to solve this problems. The types of the approach were done by two aspects: 1) Legal system, by urban arrangement, that regulate the mechanism to contending the beggar, and 2) Developmental approach that covering from identifying by beggar endeavorment. In this process the government facing many challenges; social background, the community culture that always gives the beggar money in the public area, and the civilian migration with minimize quality and capability comes into Samarinda and then They were surrender to the condition that compelled them to the street in order to solve their family needs. Keywords: Local Rules, Comprehensif Approaches, Beggar
PENDAHULUAN
status sosial dan strata ekonomi masyarakat itu sendiri.
Pemerataan pembangunan yang selama
Perkembangan perkotaan yang begitu
ini menjadi salah satu kata kunci di semua lini
pesat ternyata tidak hanya dirasakan oleh para
pemerintahan ternyata tidak berjalan sesuai
orang
dengan
Munculnya
memenuhi kebutuhan hidupnya, kondisi serupa
masyarakat
juga harus dirasakan oleh anak-anak yang
merupakan suatu fakta yang tidak dapat
berasal dari keluarga kurang mampu/ miskin
dipungkiri sebagai hasil dari pembangunan
yang terpaksa harus bekerja demi memenuhi
tersebut.
dari
kebutuhan ekonomi keluarganya. Salah satu
ketimpangan pembangunan wilayah khususnya
cara yang dihadapi oleh anak dalam membantu
daerah perkotaan dan pedesaan. Munculnya
ekonomi
pusat-pusat pemerintahan dan perekonomian di
terpaksa atau dipaksa oleh keluarga ataupun
daerah perkotaan membawa pengaruh pada
keadaan untuk kejalanan guna mendapatkan
semakin tingginya tingkat mobilitas dan
kebutuhan ekonomi tersebut. Tidak dapat
kompetisi masyarakat dalam upaya memenuhi
dipungkiri bahwa fenomena anak jalanan
kebutuhan ekonominya. Tingginya tingkat
khususnya di daerah perkotaan merupakan
kompetisi masyarakat membawa pengaruh
suatu masalah klasik yang harus dihadapi oleh
pada
pemerintah kota dalam menata jalannya roda
yang
kesenjangan
diharapkan. sosial
Kondisi
beragamnya
ini
dalam
jelas
pola
terlihat
penghidupan
masyarakat. Hal ini dapat kita lihat dari tingkat
dewasa
yang
keluarga
pemerintahan.
harus
adalah
Kondisi
kerja
ketika
tersebut
guna
mereka
menjadi
153
Spirit Publik Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 Hal. 153 – 168
masalah klasik yang harus dihadapi oleh pemerintah
Kota
Samarinda
dalam
melaksanakan pembangunan diwilayahnya. Anak
jalanan
permasalahan
sosial
khususnya
sebagai
suatu
kemasyarakatan
masyarakat
perkotaan,
3. Berasal
dari
keluarga-keluarga
tidak
mampu (kebanyakan kaum urban, beberapa diantaranya tidak jelas keluarganya). 4. Melakukan aktivitas ekonomi (melakukan pekerjaan pada sektor informal). Selain ciri khas yang melekat akan
dalam
pandangan para pakar maupun organisasi dan
keberadaanya,
departemen terkait belum memiliki suatu
dibedakan dalam tiga kelompok. Surbakti
kesamaan pendapat maupun definisi yang
dalam
seragam bagi hal tersebut. Dalam Bab I
pengelompokan anak jalanan tersebut sebagai
Ketentuan
Kota
berikut : Pertama, Children On The Street;
Tahun 2002, Anak
yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan
Umum
Pasal
Samarinda Nomor 16
1
Perda
jalanan didefinisikan sebagai orang-orang atau anak manusia dengan batasan umur 19 tahun kebawah yang melakukan aktifitasnya di samping-samping jalan dan atau di jalan-jalan umum dalam wilayah Kota Samarinda dengan tujuan untuk meminta-minta uang baik atas kehendaknya sendiri, kelompok dan atau disuruh orang lain kepada setiap orang lain atau setiap pengemudi (sopir) atau penumpang kendaraan bermotor, yang dapat mengganggu
anak
Suyanto
jalanan
(2002:
41)
juga
dapat
membagi
ekonomi sebagai pekerja anak di jalanan, namun mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Fungsi anak jalanan dalam kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung dan tidak dapat diselesaikan sendiri oleh orang tuanya. Kedua, Children Of The
Street;
yakni
anak-anak
yang
berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial dan ekonomi, beberapa diantara mereka
ketentraman dan ketertiban umum. Dalam
masih mempunyai hubungan dengan orang tua
konteks ini anak jalanan jelas dipandang
mereka tetapi frekuensinya tidak menentu.
sebagai
sosial
Banyak diantara mereka adalah anak-anak
suatu
yang karena suatu sebab, biasanya kekerasan,
metode penyelesaian yang tepat sesuai dengan
lari, atau pergi dari rumah. Ketiga, Children
harapan semua stakeholders.
From Families Of The Street ; yakni anak-
suatu
kemasyarakatan
permasalahan yang
memerlukan
Konsep anak jalanan sebagaimana
anak yang berasal dari keluarga yang hidup
dimuat dalam perda tersebut juga dapat kita
dijalanan, walaupun anak-anak ini mempunyai
identifikasi berdasarkan ciri dari anak jalanan
hubungan kekeluargaan yang cukup kuat,
itu. Mulandar (1996: 112) memberikan empat
tetapi hidup mereka terombang-ambing dari
ciri
suatu tempat ketempat yang lain dengan segala
yang
melekat
ketika
seorang
anak
digolongkan sebagai anak jalanan :
resikonya.
1. Berada ditempat umum (jalanan, pasar,
Keberadaan anak jalanan diperkotaan
pertokoan, tempat-tempat hiburan) selama
pada akhirnya akan problem pemerintah kota
3-24 jam sehari.
ketika
2. Berpendidikan rendah (kebanyakan putus sekolah, sedikit sekali yang tamat SD).
154
hal
tersebut
dihadapkan
pada
penghapusan pekerja anak dan segala aktivitas yang dapat mengganggu pertumbuhan anak
JAUCHAR – Pendekatan Pemerintah dalam Mengatasi Anak Jalanan di Kota Samarinda
sebagai konsekuensi dari ratifikasi konvensi
Twikromo
ILO No. 138 dengan UU. No 20/1999 tentang
setidaknya ada dua pendekatan yang lazim
batas usia minimum anak diperbolehkan kerja,
digunakan dalam menanggulangi masalah anak
serta konvensi ILO 182 dengan UU.No.
jalanan
1/2000
pekerjaan
preventif. Biasanya dibawa kesituasi formal,
terburuk untuk anak. Motif ekonomi yang
cara semacam ini cenderung dilaksanakan di
menjadi salah satu alasan mengapa anak harus
dalam kelas dengan jumlah peserta yang cukup
kejalanan jelas merupakan hal yang tidak dapat
besar, seperti situasi formal yang mana
dipisahkan dari keberadaan pekerja anak itu
bimbingan,
sendiri. Kebijakan pemerintah kota dalam
diselenggarakan secara individual di jalan-
menangani keberadaan anak jalanan
akan
jalan, dan Kedua, Penanggulangan represif.
menjadi kunci dalam upaya membatasi atau
Dilakukan secara terorganisir dan instansi
bahkan menghapuskan anak jalanan itu sendiri
pemerintah untuk mengurangi atau mencegah
demi masa depan bangsa.
meluasnya pengaruh masalah anak jalanan
tentang
Terdapat
penghapusan
berbagai
tipe
model
(1999:
yaitu:
247)
melihat
Penanggulangan
Pertama,
latihan
dan
bahwa
pendekatan
bisa
seperti razia. Upaya penanggulangan secara
kebijakan yang biasa digunakan pengambil
respresif
kebijakan dalam mengatasi suatu perma-
pemerintah kota ketika melihat aktifitas anak
salahan publik. Dunn (2000: 231-241) melihat
jalanan telah mengganggu ketertiban umum/
bahwa model kebijakan (Policy models)
perkotaan.
merupakan representasi sederhana mengenai
biasanya
dilaksanakan
oleh
Pendekatan yang dilaksanakan sebagai
aspek-aspek yang terpilih dari suatu kondisi
upaya
masalah yang disusun untuk tujuan-tujuan
diperkotaan tentunya memerlukan perhatian
tertentu.
merupakan
pemerintah kota dalam bentuk kebijaksanaan
(masses)
pemerintahan yang sejalan dengan tujuan
dengan membantu mengurangi kompleksitas
pembangunan perkotaan itu sendiri tanpa harus
dan menjadikannya dapat dikelola oleh para
mengorbankan aspek pembangunan lainnya.
analis kebijakan. Beberapa model kebijakan
Carl J. Friedrich dalam Soenarko (2005: 42)
yang biasa digunakan ; model deskriptif,
melihat
model normatif, model verbal, model simbolis,
adalah suatu arah tindakan yang diusulkan
model prosedural dan model sebagai pengganti
pada seseorang, golongan, atau pemerintah
dan perspektif.
dalam suatu lingkungan dengan halangan-
Model
penyederhanaan
kebijakan sistem
masalah
Berbagai upaya yang dilaksanakan
mengurai
persoalan
bahwa
halangan
dan
anak
kebijaksanaan
jalanan
pemerintah
kesempatan-kesempatannya,
oleh pemerintah kota dalam usaha mengatasi
yang
anak jalanan diperkotaan dilaksanakan dengan
mengatasi halangan tersebut dalam rangka
melibatkan semua unsur yang terkait baik
mencapai suatu cita-cita atau mewujudkan
instansi
suatu kehendak serta suatu tujuan.
pemerintah,
Organization
memenuhi
dan
organisasi
Kebijakan pemerintah kota dalam menangani anak jalanan selaras dengan amanat
fokus
Pasal 55 UU No 23 Tahun 2002 tentang
upaya
maupun
Labour
dapat
kemasyarakatan non pemerintah (NGO) yang dalam
(ILO)
International
diharapkan
pendampingan
dan
perlindungan pekerja anak. Sementara itu
perlindungan
anak
yang
meliputi:
(1)
155
Spirit Publik Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 Hal. 153 – 168
Pemerintah wajib menyelenggarakan peme-
harapan
dan
kekecewaan,
aspirasi
liharaan dan perawatan anak terlantar, baik
masalah-masalah yang dihadapi.
dan
dalam lembaga maupun di luar lembaga. (2)
Keberadaan Peraturan Daerah sebagai
Penyelenggaraan pemeliharaan sebagaimana
dasar penanganan anak jalanan di Kota
dimaksud diatas dapat dilakukan oleh lembaga
Samarinda perlu untuk diimplementasikan oleh
masyarakat. (3) Untuk menyelenggarakan
semua stakeholders. Implementasi kebijakan
pemeliharaan dan perawatan anak terlantar,
dimaksudkan untuk memahami apa yang
lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat,
terjadi setelah suatu program dirumuskan, serta
sebagaimana
dapat
apa dampak yang timbul dari program
mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak
kebijakan itu. Disamping itu, implementasi
terkait. Dan (4) Dalam hal penyelenggaraan
kebijakan tidak hanya terkait dengan persoalan
pemeliharaan dan perawatan sebagaimana
administratif, melainkan juga mengkaji faktor-
dimaksud dalam ayat (3) pengawasannya
faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
dilakukan oleh menteri sosial.
proses implementasi kebijakan tersebut.(Putra,
dimaksud
ayat
(2),
Upaya untuk mengurangi atau bahkan menghapuskan
anak
jalanan
di
2003: 84) Persoalan anak jalanan sebagai suatu
Kota
Samarinda sebagaimana amanat Perda No 16
masalah
perkotaan
Tahun 2002 dan memberikan perlindungan
berbagai dimensi kehidupan kemasyarakatan
secara maksimal kepada anak bukan lagi
jelas tidak dapat diabaikan begitu saja. Hal ini
menjadi tanggung jawab dari pemerintah kota
terkait dengan posisi anak jalanan yang
semata, akan tetapi akan melibatkan semua
seyogyanya mendapatkan perlindungan secara
stakeholders yang ada. Kondisi jelas menjadi
penuh dari keluarga dan pemerintah justru
penting karena pertumbuhan pembentukan
menjadi suatu permasalahan klasik yang harus
anak jalanan tidak hanya didominasi oleh suatu
dihadapi pemerintah Kota Samarinda. Arah
faktor saja, akan tetapi terdapat tiga aspek
kebijakan
yang berperan dalam pembentukan anak
yang dilakukan oleh pemerintah kota dalam
jalanan : Pertama, lingkungan sosial
yang
menangani anak jalanan di kota ini menjadi
meliputi ; lingkungan keluarga (orang tua,
suatu yang menarik untuk diangkat dalam
saudara kandung), teman sekerja, lingkungan
topik penelitian ilmiah. Hal ini didasari oleh
sekolah, dan hubungan dengan masyarakat.
pertimbangan bahwa Kota Samarinda sebagai
Kedua, lingkungan budaya ; kebanyakan
Ibukota Kalimantan Timur merupakan daerah
keluarga anak jalanan adalah keluarga lapisan
dengan income perkapita yang relatif cukup
bawah yang tinggalnya di daerah kumuh, bagi
tinggi.
maupun
yang
muncul
dalam
pendekatan-pendekatan
mereka yang masih tinggal dengan orang tua mendapatkan
dorongan
untuk
berjualan
RUMUSAN MASALAH
sehingga mereka dapat membantu keadaan ekonomi sehari-hari. Ketiga, aspek pribadi
Berdasarkan
uraian
yang
telah
meliputi ; motivasi mereka menjadi anak
dikemukakan pada latar belakang tentang anak
jalanan, bentuk kehidupan yang mereka jalani,
jalanan dan berbagai pendekatan yang dapat dilakukan
156
oleh
pemerintah
kota
dalam
JAUCHAR – Pendekatan Pemerintah dalam Mengatasi Anak Jalanan di Kota Samarinda
membatasi atau bahkan menghapuskan anak
gulangan dan penertiban anak jalanan di Kota
jalanan
Samarinda.
diperkotaan
khususnya
Samarinda,
maka
dalam
dirumuskan
rumusan
di
Kota
penelitian
masalah
ini
Sumber data penelitian di kategorikan
penelitian:
dalam dua sumber yaitu: Pertama, Data
Bagaimana pola pendekatan pemerintah kota
Sekunder
dalam
penelusuran kepustakaan dan kajian-kajian
mengatasi anak
jalanan
di Kota
Samarinda ?
merupakan
hasil
dari
terhadap hasil-hasil penelitian dan dokumen-
Sementara itu tujuan penelitian yang akan
yang
dicapai
adalah:
untuk
mengetahui
berbagai upaya dan pola pendekatan yang dilaksanakan oleh pemerintah Kota Samarinda dalam mengatasi permasalahan anak jalanan sebagai imbas permbangunan perkotaan di Samarinda dan memberikan uraian tentang
dokumen terkait. Kedua, Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber penelitian. Adapun Teknik Pengumpulan data dilaksanakan melalui observasi, pengamatan, studi kepustakaan, dan wawancara oleh penulis dengan
key
informan
maupun
informan
pencapaian dari hasil kebijakan yang telah
penelitian yang ditentukan dengan teknik
dilaksanakan oleh pemerintah kota terhadap
purposive sampling. Adapun key informan
anak jalanan.
dalam penelitian ini ditentukan sebanyak 2 orang
yaitu
Kepala
Kantor
Kesos
dan
Pemakaman, dan Kepala Bagian Tata Usaha
METODOLOGI PENELITIAN
Satpol
PP
Kota
Samarinda.
Selanjutnya
Guna menjawab rumusan masalah
berdasarkan informasi dari key informan
penelitian dan mencapai tujuan penelitian
tersebut ditarik informan penelitian sebanyak 6
untuk
Orang dengan total sebanyak 8 orang.
memberikan
menyeluruh pemerintah
suatu
tentang kota
pola
dalam
gambaran pendekatan
mengatasi
anak
jalanan, jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Dengan pendekatan penelitian ini penulis akan memberikan uraian dan gambaran tentang fakta-fakta dan realitas yang ada dilapangan
sehingga
akan
memberikan
gambaran tentang fenomena penelitian yang
Data-data
temuan
penelitian
selanjutnya akan dirumuskan menjadi suatu laporan hasil penelitian dengan menggunakan analisis kualitatif dimana data-data yang diperoleh selanjutnya akan diinterpretasikan atau ditafsirkan secara logis dan komprehensif sehingga akan memberikan suatu gambaran yang
dihadapi.
dan
menyeluruh
tentang
pendekatan
Adapun lokasi penelitian adalah pada
pemerintah kota dalam mengatasi anak jalanan
kantor instansi/ dinas yang terkait secara
di Samarinda khususnya pada implementasi
langsung dengan penanganan anak jalanan di
dari Perda No 16 Tahun 2002 Tentang
Kota
Penertiban dan Penanggulangan Pengemis,
Samarinda
yang
meliputi;
Kantor
Kesejahteraan Sosial (Kesos) dan Pemakaman,
Anak
serta
Wilayah Kota Samarinda.
Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
Jalanan
dan
Gelandangan
Dalam
(Satpol PP) yakni dua lembaga yang secara langsung berkaitan dengan upaya penang-
157
Spirit Publik Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 Hal. 153 – 168
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
fasilitas umum tersebut seperti; penjual koran, pedagang asongan, tukang semir sepatu, pengamen, guide pengemis tua, dan
1. Anak Jalanan Di Kota Samarinda
bahkan mengemis yang dilakukan secara dengan
langsung. Berdasarkan hasil wawancara
berbagai karakteristiknya menjadi ciri khas
dengan Kasi Pelayanan dan Bantuan Sosial
yang membedakannya dengan kelompok
diperoleh
masyarakat lain. Image negatif yang selama
jalanan
ini melekat pada anak jalanan menjadi
menunjukkan
fokus perhatian dari semua pihak yang
dimaksudkan bahwa dari cara bekerja
konsen terhadap upaya pengembangan dan
dijalanan dapat diidentifikasikan berda-
pembinaan
tersebut.
sarkan asal mereka yakni: yang berasal dari
Lingkungan kerja / pergaulan anak jalanan
Madura, Jawa, Buton dan Sulawesi (suku
yang jauh dari keluarga dan senantiasa
pendatang)
berhadapan
dijalanan
Kehidupan
anak
anak
jalanan
jalanan
dengan
kerasnya
hidup
bahwa: Karakteristik anak di
Samarinda ciri
pada sebagai
pada
dasarnya
tersendiri.
Hal
umumnya
ini
bekerja
pengemis,
guide
membuat mereka tumbuh dan berkembang
pengemis tua dan pengamen , sementara
sesuai
untuk mereka yang penduduk lahir dan
dengan
tuntutan
kebutuhan juga
berdomisili di Samarinda dengan keluar-
menjadi suatu pemandangan sehari-hari
ganya (Banjar) biasanya bekerja sebagai
tentang anak jalanan di Kota Samarinda.
penjual koran, pedagang asongan dan
Sebaran anak jalanan yang ada di Kota
tukang semir sepatu.(Hasil wawancara,
Samarinda (tepian) tersentralisasi di pusat-
September 2008)
lingkungannya.
Kondisi
tersebut
pusat perkotaan seperti: Perempatan lampu
Data mengenai jumlah anak jalanan
merah di jantung kota (Perempatan Jenderal
di Kota Samarinda masih belum seragam.
Ahmad Yani-Merak-Cenderawasih, Perem-
Hal ini disebabkan karena anak jalanan
patan
sebagai
Mall
Lembuswana,
Pertigaan
suatu
permasalahan
perkotaan
Kusuma bangsa, Perempatan Juanda dan
kedatangannya sangat sulit untuk diprediksi
Perempatan
pusat-pusat
melalui suatu angka mutlak. Persoalan
perbelanjaan tradisional (pasar pagi, pasar
pendataan jumlah anak jalanan disebabkan
segiri, pasar merdeka, pasar kedondong),
oleh latar belakang dan proses munculnya
tempat-tempat ibadah (depan mesjid raya,
anak
islamic center).
pertimbangan tersebut maka acuan yang
Agus
Salim),
Rutinitas anak jalanan ditempat-
jalanan
digunakan
oleh
tersebut. penulis
Dengan setelah
tempat umum tersebut bermotif ekonomi.
berkoordinasi dengan Kantor Kesos dan
Mereka turun kejalanan demi mendapatkan
Pemakaman Kota Samarinda adalah dengan
penghasilan ekonomi atau bahkan sekedar
menggabungkan jumlah anak jalanan yang
belas kasihan dari pengguna tempat-tempat
dibina
umum tersebut dengan sumbangan ala
Masyarakat yang fokus pada pembinaan
kadarnya. Berbagai cara dilakukan untuk
anak jalanan yakni: LSM/ Yayasan Citra
menarik perhatian dari para pengguna
Bangsa dan Yayasan Sosial Anak Jalanan
158
oleh
dua
Lembaga
Swadaya
JAUCHAR – Pendekatan Pemerintah dalam Mengatasi Anak Jalanan di Kota Samarinda
Lentera
Mahakam
Samarinda
tersebut adalah :
(YASSALAM) data dari kedua lembaga Tabel 1. Anak Jalanan Di Kota Samarinda Dalam Binaan Lembaga Swadaya Masyarakat No Jenis Kelamin Yayasan Citra Bangsa Yassalam Total 1 Laki-Laki 103 132 235 2 Perempuan 47 10 57 Total 150 142 292 Sumber Data : Yayasan Citra Bangsa dan Yassalam, September 2008 organisasi yang dikoordinir oleh seorang Jumlah anak jalanan yang menjadi binaan dari lembaga swadaya masyarakat
kordinator.
merupakan fakta nyata yang harus diterima
anggota
oleh pemerintah Kota Samarinda ditengah
Terdapat beberapa kasus yang ditemui
upaya pemerintah mengurangi / membatasi
ketika hasil razia menemukan/ menangkap
dan bahkan menghapuskan anak jalanan di
anak jalanan yang sering ternyata mereka
Kota Samarinda sebagaimana diamanatkan
tidak berjalan sendiri-sendiri atau dengan
undang-undang perlindungan anak. Anak
alasan
jalanan yang dibina oleh lembaga Kantor
(kemiskinan). Akan tetapi terdapat bebe-
Kesos dan Pemakaman yang bekerjasama
rapa anak jalanan yang akan diuruskan/
dengan
masyarakat
ditanggung oleh koordinator mereka ketika
bertempat tinggal merata di hampir seluruh
harus berurusan dengan pihak berwajib dan
kecamatan yang ada di Kota Samarinda.
pada kesempatan lain terdapat indikasi
Sementara itu tingkat pendidikan anak
bahwa
jalanan yang ada di Kota Samarinda rata-
merupakan korban penjualan manusia yang
rata berpendidikan Sekolah Dasar (SD) dan
dipekerjakan di jalanan.(Hasil wawancara,
bahkan terdapat beberapa diantara mereka
September 2008)
lembaga
swadaya
yang tidak pernah mengenyam pendidikan
Hasil
Satpol
wawancara
dengan
diperoleh
bahwa:
PP
ekonomi
terdapat
keluarga
anak
belaka
jalanan
yang
Kondisi ekonomi keluarga (kemiskinan) yang menjadi alasan bagi anak
formal karena keuangan keluarga. Profesi sebagai anak jalanan yang
jalanan di Kota Samarinda untuk turun
disandang oleh anak-anak ini menjadi suatu
kelapangan
beban psikologis yang harus dihadapi,
beralasan. Berdasarkan pemantauan yang
apalagi dalam posisi mereka yang masih
dilaksanakan oleh penulis di lingkungan
dalam
Berbagai
anak jalanan terlihat bahwa pada umumnya
mendapatkan
lingkungan keluarga anak jalanan yang ada
perlakuan kasar, penyiksaan atau pelecehan
di Kota Samarinda berada di pinggiran-
seksual menjadi suatu masalah klasik yang
pinggiran kota dengan jumlah saudara rata-
sewaktu-waktu
anak
rata antara 5-6 orang atau bahkan lebih. Hal
Samarinda
ini diperparah dengan latar belakang sosial
pemunculan anak jalanan diluar alasan
ekonomi kedua orang tua mereka yang
ekonomi keluarga ternyata juga ditemukan
karena pendatang masih sangat sulit untuk
beberapa fakta menarik dimana anak
dapat beradaptasi dengan kehidupan Kota
jalanan yang ada ternyata memiliki suatu
Samarinda.
masa
kemungkinan
jalanan
ini.
pertumbuhan. untuk
dapat Untuk
menimpa Kota
dapat
dikatakan
Sementara
bagi
cukup
penduduk
159
Spirit Publik Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 Hal. 153 – 168
Samarinda kondisi orang tua yang tidak
implementasi
yang
kurang
memiliki pekerjaan tetap atau hanya pekerja
nasehat orang tua akan makna “berbakti
musiman merupakan alasan utama mengapa
pada orang tua”. Dalam tataran ini anak
mereka harus turun ke jalanan demi
dipandang sebagai salah satu sumber
membantu ekonomi keluarga.
pendapatan keluarga, sehingga seorang anak dinilai memiliki
2. Arah Kebijakan Pemerintah Kota Dalam Menangani Anak Jalanan Munculnya
anak
tepat
dari
potensi untuk
menghasilkan sumber dana demi membantu ekonomi keluarga.
jalanan
erat
a. Penanggulangan
Anak
kaitannya dengan latar belakang ekonomi
Melalui
dan sosial keluarga mereka. Kemiskinan
Daerah (Perda No 16 Tahun 2002)
struktural yang dialami oleh keluarga anak
Implementasi
Jalanan Peraturan
Upaya mencegah atau menangani
jalanan dianggap sebagai pemicu utama
anak
munculnya
mengalami kendala dari aspek peraturan
anak
memenuhi
jalanan.
kebutuhan
Sulitnya
sehari-hari
oleh
jalanan
di
beberapa
perundang-undangan
yang
kota
berlaku.
kepala keluarga (baik ayah maupun ibu)
Tidak atau belum tersedianya suatu
berimbas pada
peraturan
upaya pemberdayaan
perundang-undangan
yang
seluruh anggota keluarga untuk berperan
mengatur tentang mekanisme penang-
aktif dalam memenuhi kebutuhan hidup.
gulangan
Hal ini tidak saja pada sekedar pemenuhan
implikasinya
kebutuhan sandang pangan, akan tetapi jauh
ketika
lebih dari itu yang terkait dengan kebutuhan
mengurus anak jalanan tersebut. Pola
untuk bisa eksis dalam kerasnya roda
pendekatan
kehidupan
anggota
relatif kurang mumpuni ketika tidak
keluarga mempunyai tanggung jawab yang
mendapat dukungan berupa peraturan
sama
perundang-undangan
perkotaan.
untuk
Semua
secara
bersama-sama
anak
jalanan
menjadi
pemerintah yang
beserta
alasan
klasik
daerah
akan
dimiliki
dianggap
yang
jelas.
meningkatkan status ekonomi keluarga
Undang-Undang tentang perlindungan
dengan
guna
anak belum secara spesifik memberikan
menghasilkan tambahan demi ekonomi
arah penanganan dan penanggulangan
keluarga.
permasalahan
kegiatan
Faktor
produktif
kemiskinan
sebagaimana
diuraikan penyebabnya lebih kepada faktor
anak
jalanan
yang
dihadapi. Sebagai salah satu bentuk keseriusan
kemiskinan struktural. Kondisi ini bisa saja
pemerintah
dialami oleh semua warga masyarakat yang
masalah anak jalanan di kota ini, maka
tidak mampu mengikuti arah dan kompetisi
pemerintah
perkotaan dengan berbagai dinamikanya.
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Selain
Kota Samarinda membuat suatu aturan
faktor
tersebut
penyebab
lain
kota
dalam
daerah
bersama
penertiban
Dewan
munculnya anak jalanan di perkotaan
main
adalah: sikap mental yang tidak mendukung
penanggulangan
berupa sikap malas bekerja keras ataupun
termuat dalam Perda No 16 Tahun 2002
160
tentang
menangani
anak
jalanan
dan yang
JAUCHAR – Pendekatan Pemerintah dalam Mengatasi Anak Jalanan di Kota Samarinda
tentang Penertiban dan Penanggulangan
yang diharapkan mampu mengakomodir
Pengemis,
Anak
Gelandangan
dalam
Jalanan
dan
berbagai segmen usia yang ada dalam
Wilayah
Kota
anak jalanan. Ketiga strategi yang
Samarinda. Dengan adanya payung
dilakukan adalah :
hukum tersebut menjadi acuan bertindak
1. Pengembangan pendidikan formal/
bagi
instansi
terkait
yang
secara
langsung berurusan dengan anak jalanan tersebut.
non formal. 2. Pengembangan kemampuan permodalan.
Perda No. 16 Kota Samarinda dengan
3. Pengembangan kelembagaan eko-
jelas memberikan aturan tentang cara
nomi kerakyatan.
penanggulangan, mekanisme pembinaan
Strategi pertama berupa pengem-
maupun sanksi yang jelas bagi mereka
bangan pendidikan formal/ non formal
yang mengakibatkan munculnya anak
lebih diajukan pada anak-anak jalanan
jalanan. Hasil wawancara dengan seksi
usia sekolah (5-9 tahun dan 10-14 tahun)
pelayanan dan bantuan sosial diperoleh
yaitu
bahwa: Dengan adanya perda menjadi
melanjutkan sekolahnya dan berada
modal berharga bagi lembaganya untuk
dalam lingkungan sekolah dan keluarga.
meyusun suatu rencana kegiatan dalam
Dalam strategi ini instansi terkait tidak
rangka penanggulangan dan penertiban
hanya bekerja sendiri, akan tetapi juga
anak
wawancara,
menjalin kerjasama dengan lembaga
September 2008). Selain itu keberadaan
swadaya masyarakat yang fokus dalam
Peraturan daerah juga secara otomatis
bidang pendampingan dan perlindungan
membuat instansi terkait seperti Satpol
anak. Keterbatasan sumber daya yang
PP untuk turut berperan dalam rangka
dimiliki
pencegahan dan penanganan terhadap
Samarinda yang terkait langsung dengan
anak jalanan tersebut.
upaya pembinaan bagi anak jalanan usia
jalanan.
b. Strategi Jalanan
(Hasil
Penanggulangan Melalui
Identifikasi
agar
mereka
oleh
tetap
pemerintah
dapat
Kota
Anak
sekolah yang terkena razia merupakan
dan
alasan utama dalam membina kemitraan
Pengembangan Kelompok Sasaran Pandangan yang berkembang dalam
dengan lembaga swadaya masyarakat. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk
masyarakat tentang posisi anak dalam
meningkatkan
keluarga tentunya menjadi masalah bagi
sipil dalam membantu pemerintah kota
pemerintah
yang
untuk secara bersama-sama membina
berkomitmen untuk menghapuskan anak
dan menjaga ketentraman dan ketertiban
jalanan di kota tepian. Guna mengatasi
umum di Kota Samarinda.
Kota
Samarinda
permasalahan anak jalanan, pemerintah
Hasil
partisipasi
wawancara
masyarakat
dengan
Kasie
Kota Samarinda melalui instansi terkait
Pelayanan dan bantuan sosial diperoleh
(Kantor Kesos dan Pemakaman, Dinas
bahwa:
Pendidikan, dan Satpol PP) mengem-
jalanan yang terjaring dalam razia yang
bangkan tiga strategi pengembangan
dilaksanakan oleh aparat terkendala oleh
rehabilitasi
terhadap
anak
161
Spirit Publik Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 Hal. 153 – 168
minimnya sarana rehabilitasi anak-anak
memiliki
jalanan tersebut. Seyogyanya bagi anak
dibandingkan mereka. Adapun masa
jalanan
harus
penahanan bagi anak jalanan yakni 2-3
direhabilitasi dalam suatu tempat yang
hari sebelum diserahkan ke Kantor
layak,
Kesos
yang
terjaring
sehingga
mendapatkan dengan
razia
mereka
merasakan
perlakuan
anak-anak
yang
pada
sama
umumnya.
jauh
dan
lebih
tua
Pemakaman.(Hasil
wawancara, September 2008). Sebagai tindaklanjut dari data yang
Sementara sampai saat ini Kantor Kesos
diperoleh
dan
memiliki
keberadaan anak jalanan selanjutnya
tanggung jawab utama terhadap anak
menjadi bahan bagi Kantor Kesos dan
jalanan
gedung
Pemakaman, serta Dinas Pendidikan
rehabilitasi khusus bagi anak jalanan.
untuk mengembangkan strategi pertama
(Hasil wawancara, September 2008).
dalam rangka mendorong anak jalanan
Kondisi ini menunjukkan bahwa upaya
usia sekolah untuk kembali ke sekolah
pemerintah
baik melalui pendidikan formal maupun
Pemakaman belum
yang memiliki
daerah
dalam
rangka
dari
Satpol
(kegiatan
PP
informal
(baik formal maupun informal) dan
melalui Paket A ataupun Paket B) Strategi
kedua
belajar
akan
mengembalikan anak jalanan ke sekolah lingkungan keluarga dilaksanakan tanpa
terkait
mandiri dengan
melalui rehabilitasi awal yang memadai
kemampuan permodalan ditujukan pada
di Kantor Kesos dan Pemakaman Kota
anak-anak jalanan yang sudah drop out
Samarinda
dari sekolah dan usia sudah tidak
yang
memberikan
seharusnya
bimbingan
lebih
jauh
memungkinkan
untuk
melanjutkan
dalam upaya penyadaran kepada anak
sekolah. Melalui strategi ini anak-anak
jalanan.
jalanan diberi latihan keterampilan dan
Minimnya rehabilitasi bagi anak
permodalan
baik
jalanan terungkap dari hasil wawancara
maupun
perorangan.
dengan
Kota
pengembangan strategi ni dilaksanakan
Samarinda yang menyebutkan: Bagi
dengan pola kemitraan dengan lembaga-
anak jalanan yang terjaring dalam razia
lembaga
yang dilaksanakan oleh Satpol PP dan
kompetensi dalam bidang usaha tertentu.
instasi
Usia anak jalanan yang mendapatkan
penyidik
terkait
perlakuan
Satpol
tidak
khusus
PP
mendapatkan
terkait
secara
yang
kelompok Upaya
memiliki
hal
program ini terutama bagi mereka yang
penanganannya. Mereka yang terjaring
berusia antara 16-19 tahun. Hal ini
dalam
dilaksanakan
dilaksanakan dengan asumsi bahwa
selanjutnya di data lebih lanjut oleh
mereka akan segera memasuki masa
penyidik
latar
remaja yang berarti pola pikir mereka
belakang mereka. Setelah menjalani
diharapkan dapat berkembang untuk
penyidikan anak jalanan yang terjaring
beralih berwirausaha dan tidak lagi
dalam razia dititipkan di tahanan Satpol
berada dijalanan.
razia untuk
yang
dalam
mengetahui
PP bersama tahanan lainnya yang
162
usia
JAUCHAR – Pendekatan Pemerintah dalam Mengatasi Anak Jalanan di Kota Samarinda
Implementasi strategi pengembangan
mempunyai
potensi
untuk
kemampuan permodalan dilaksanakan
mengembangkan
melalui suatu pelatihan dan bimbingan
dalam
pengembangan bakat dan keterampilan
pemerintah
bagi anak jalanan. Materi yang diberikan
memberikan bantuan berupa permodalan
dalam kegiatan tersebut diantaranya ;
usaha kecil dengan pengawasan yang
Kebijakan
Bidang
ketat dan tetap dalam pantauan Kantor
Kesejahteraan Sosial, Kesuksesan untuk
Kesos dan Pemakaman Kota Samarinda.
Pembangunan
mencapai akhirat,
kebahagiaan hubungan
manajemen
dunia
antar
wirausaha,
dan
manusia,
keterampilan
keterampilannya
lingkungan kota
keluarga,
maka
berupaya
untuk
Strategi ketiga adalah pengembangan kelembagaan Anak-anak
ekonomi jalanan
kerakyatan.
yang
semula
perbengkelan, dan cara pembudidayaan
berusaha secara individu didorong agar
keramba ikan air tawar. Materi yang
mau
diberikan
maupun
dimaksudkan
untuk
berusaha
secara
perorangan.
berkelompok Pembentukan
memberikan bekal dari awal kepada
kelompok maupun jenis usaha yang
anak jalanan
tata cara berinteraksi
akan dilaksanakan hendaknya muncul
dalam masyarakat yang beretika, dan
dari aspirasi mereka sendiri. Peran
sesuai dengan norma kesopan santunan
Institusi pemerintah maupun lembaga-
yang
pola
lembaga pemberdayaan dilaksanakan
dapatkan
terbatas pada upaya pendampingan dan
materi
monitoring saja. Hal ini dimaksudkan
dengan
untuk tidak memberikan penekanan
jauh
kehidupan
berbeda yang
dengan
meraka
dijalanan.
Sementara
keterampilan
disesuaikan
lingkungan dan bakat minat dari anak
kepada
jalanan tersebut.
keterlibatan mereka dalam kelompok
Pendekatan terhadap
yang
anak
dilaksanakan
jalanan
ini
lebih
diprioritaskan pada cara-cara persuasif sehingga
secara
sadar
perlunya keterampilan
merasakan
karena
sehingga
bimbingan kesamaan
terjalin
sehingga visi
suasana
dan
kondusif
dalam melaksanakan usaha-usahanya. Jenis kelompok usaha bersama yang
mereka
didorong untuk dikembangkan bagi anak
supaya tidak kembali lagi kejalanan.
jalanan diantaranya : kelompok usaha
Bagi
jualan
mereka
bagi
murni
anak
yang telah
keterampilan
yang
berkomitmen
untuk
memiliki
menjahit,
asesoris
dan
tubuh, jualan rokok, minuman dan
meninggalkan
makanan ringan, keramba ikan nila,
kehidupan jalanan, pemerintah kota
servis sepeda motor, aksesoris HP/ jual
berupaya
pulsa.
penyaluran
memadai
sembako,
memfasilitasi ke
lapangan
dalam pekerjaan
Kelompok
usaha
yang
dikembangkan ini diupayakan tumbuh
seperti perbengkelan maupun usaha
dan
mandiri lainnya dengan jaminan Kantor
meskipun dengan modal usaha yang
mampu
dikelola
dengan
baik
Kesos dan Pemakaman. Sementara bagi
seadanya.
mereka yang memiliki keluarga dan
163
Spirit Publik Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 Hal. 153 – 168
Selain strategi pengembangan yang
tuanya
dan
untuk
secara langsung diarahkan pada anak
kelanjutan
jalanan maka pemerintah kota juga
dicarikan orang tua asuh.
mengembangkan enam tahapan lebih
b. bagi
pendidikannya
anak-anak
jalanan
yang
lanjut dalam mengatasi anak jalanan di
berasal dari keluarga yang benar-
Kota
benar tidak mampu/ yatim piatu/
Samarinda.
Adapun
tahapan
tersebut adalah :
berasal dari luar daerah dan
1. Tahap sosialisasi program kepada
berusia 5-9 tahun dan 10 -11
masyarakat.
tahun disalurkan ke panti-panti
2. Melaksanakan razia terhadap anak jalanan,
dalam
kegiatan
ini
melaksanakan
jutkan sekolah yang biayanya diperoleh dari subsidi pendidikan
Samarinda didampingi oleh para
pemerintah kota maupun propinsi.
dari
pemerintah
asuhan/ yayasan dan tetap melan-
Kota
relawan
LSM,
Orsos,
dan
Lembaga Perlindungan Anak. Pada
tahap
ini
melakukan
para
c. Anak-anak jalanan usia 10 -14 tahun dan 15 -19 tahun yang telah
3. Melakukan Assesment (penelusuran).
drop out dari sekolah disalurkan
relawan
ke lembaga keterampilan swasta
pengidentifikasian
atau BLKI untuk memperoleh
terhadap anak-anak jalanan untuk memperoleh data yang selengkaplengkapnya tentang anak jalanan.
keterampilan berusaha. d. Anak-anak jalanan pengedar list/ daftar
4. Tahap inisiasi. Setelah diperoleh
sumbangan
yang
dikoordinir
perorangan
data/ identitas anak jalanan tersebut,
lembaga
sosial
maka dilakukan tahap inisiasi dimana
dikembalikan pada orang tuanya
anak jalanan diberi pengertian, diberi
dengan
motivasi, dan diberikan penyadaran
mereka
bahwa pilihan hidup menjadi anak
anak tersebut.
jalanan itu sangat tidak baik dan
6. Tahapan pemberdayaan
berbahaya serta meyakinkan bahwa kondisi
mereka
bisa
diperbaiki.
ancaman yang
a. Anak-anak berprofesi
atau tertentu
sanksi
pada
mempekerjakan
jalanan sebagai
yang pedagang
Tahap inisiasi dapat dilakukan di
asongan dan penjual loper koran
rumah singgah atau tempat lain yang
digabung dalam suatu kelompok
dapat difungsikan.
usaha berupa kios yang dikelola
5. Penyaluran.
Dalam
tahapan
ini
secara bersama dengan modal-
pemerintah kota melaksanakannya
modal kecil dari mereka dan
melalui beberapa cara yakni :
dibantu tambahan dari pengusaha
a. Anak-Anak jalanan usia 5-9 tahun dan 10-14 tahun yang masih memiliki
tempat
tinggal
orang tua dikembalikan
164
orang
dan pada
dan pemerintah Kota Samarinda. b. Pemerintah
kota
menyediakan
suatu lokasi hiburan dimana anakanak
jalanan
yang
berprofesi
JAUCHAR – Pendekatan Pemerintah dalam Mengatasi Anak Jalanan di Kota Samarinda
sebagai
pengamen
melakukan
kegiatan
dapat mengum-
Upaya harus
hiburan
masyarakat
merupakan
pusat
rekreasi.
berhadapan
dengan
pengelola
tempat
dengan
dengan
penopangnya.
c. Pemerintah daerah bekerjasama
kota
dalam
mengatasi anak jalanan di Kota Samarinda
pulkan uang. Lokasi atau tempat ini
pemerintah
lingkungan
berbagai
Dukungan
perundang-undangan penanggulangan
peraturan
serta
maupun
unsur
kebijakan
pemberdayaan
pencucian mobil, lapangan tenis,
yang dilaksanakan oleh pemerintah kota
lapangan golf, mempekerjakan
masih harus disinergikan dengan kondisi
anak-anak
sosial
pencuci
jalanan
sebagai
kendaraan,
pemungut
kemasyarakatan
di
daerah
ini.
Berbagai faktor yang selama ini dianggap
bola atau apapun yang dapat
sebagai
dikerjakan
tersebut
memunculkan anak jalanan memerlukan
dalam waktu yang tidak terlalu
perhatian serius sehingga efektifitas dari
lama (kurang lebih 2-3 jam) dan
kegiatan
setelah itu mereka dapat kembali
pemerintah kota dapat berjalan sesuai
ke rumah/ sekolah.
dengan yang diharapkan.
anak-anak
d. Distributor koran/ majalah dapat mempekerjakan jalanan
anak-anak
tersebut
mengantarkan
untuk
koran
pada
langganannya.
persoalan
yang
dilaksanakan
Faktor-faktor mempengaruhi
klasik
upaya
yang pemerintah
yang
oleh
dapat kota
dalam menanggulangi permasalahan anak jalanan diantaranya : 1. Faktor lingkungan sosial. Lingkungan sosial merupakan salah satu
Bentuk pendekatan dan pengem-
aspek yang dapat mendorong seorang
bangan anak jalanan oleh pemerintah kota
anak untuk menjadi anak jalanan. Hal-
dilaksanakan dengan melibatkan semua
hal yang terkait dengan lingkungan
stakeholders. Upaya tersebut dilaksanakan
sosial masyarakat tersebut adalah :
dengan asumsi bahwa permasalahan anak
a. Anak jalanan yang turun ke jalan
jalanan merupakan suatu realitas perkotaan
karena adanya desakan ekonomi
yang memerlukan dukungan dan kerjasama
keluarga sehingga justru orang tua
dari semua pihak. Penanganan anak jalanan
yang menyuruh anaknya untuk turun
dengan mekanisme pengembangan dan
ke jalan guna mencari tambahan
strategi
ekonomi keluarga.
identifikasi
secara
dini
pada
akhirnya diharapkan mampu menemukan
b. Rumah tinggal yang kumuh membuat
akar dan solusi tepat dalam mengatasi anak
ketidakbetahan anak berada di rumah
jalanan di Kota Samarinda.
sehingga perumahan yang kumuh
3. Faktor-Faktor Upaya
Yang
Pemerintah
Mengatasi Samarinda
Anak
Mempengaruhi
menjadi salah satu faktor pendorong
Kota
untuk anak turun ke jalan.
Jalanan
Dalam di
Kota
c. Rendahnya pendidikan orang tua menyebabkan
mereka
tidak
165
Spirit Publik Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 Hal. 153 – 168
mengetahui peran dan fungsi sebagai
tersebut. Beberapa kelompok keluarga
orang tua dan juga tidak mengetahui
yang gagal dalam berkompetisi pada
hak-hak anak. Sehingga eksploitasi
akhirnya berpikir untuk memaksimalkan
anak bisa saja muncul kapan saja
semua
termasuk dengan mengarahkan anak
mereka
untuk menjadi anak jalanan.
mendorong anak mereka untuk menjadi
d. Peran
lembaga
kemasyarakatan berperan
belum
dalam
partisipasi
sosial
masyarakat
untuk
menangani masalah anak jalanan. 2. Budaya Masyarakat. Upaya jalanan
di
kota
permasalahan
Kota yang
termasuk
yang dengan
Ketiga faktor tersebut menjadi suatu realita yang tidak dapat
dihindari
oleh
pemerintah kota ketika akan mengatasi anak jalanan di Kota Samarinda. Berbagai strategi
Samarinda
dalam
diupayakan sehingga kebijakan yang diambil
anak
tidak hanya pada anak jalanannya, akan tetapi
harus
akan
berbenturan dengan suatu kebiasaan masyarakat
miliki
daya
pendekatan yang dilaksanakan perlu untuk
pemerintah
menanggulangi
sumber
anak jalanan.
maksimal mendorong
potensi
telah
menyangkut
semua
aspek
yang
melatarbelakangi munculnya anak jalanan.
membudaya
PENUTUP
yakni kerelaan memberikan sejumlah uang kepada anak yang ada di jalanan. Hal yang membedakan Kota Samarinda
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
dengan daerah-daerah lainnya tidak
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan :
terletak pada sekedar kerelaan tersebut,
1. Upaya mengatasi anak jalanan di Kota
akan tetapi jumlah nominal uang yang
Samarinda dilaksanakan melalui beberapa
diberikan kepada anak jalanan yang
pendekatan
relatif lebih besar jika dibandingkan
peraturan daerah dan pendekatan kebijakan
dengan daerah-daerah lainnya. Kondisi
mulai
ini kemudian menjadi alasan mengapa
penanganan masalah anak jalanan secara
anak betah untuk tinggal dan mencari
serius.
nafkah di jalanan
2. Pola
3. Faktor Migrasi.
tahap
pendekatan
persuasif
mencari penghidupan yang lebih layak
pengembangan
di
pendekatan
daerah
:
ketersediaan
identifikasi
yang
sampai
dilaksanakan
terhadap anak jalanan berupa pendekatan
Ketertarikan sebagian masyarakat untuk lain
menyebabkan
melalui
mekanisme
kemampuan
preventif
yakni
diri
dan
dengan
perpindahan penduduk dengan kualitas
melaksanakan razia anak jalanan sebagai
sumber
tidak
upaya langsung dalam mengurangi atau
memadai. Kedatangan warga pendatang
bahkan menghapuskan keberadaan anak
di
daya
Kota
selamanya
166
dari
diantaranya
manusia
Samarinda sesuai
yang
ternyata
tidak
dengan
yang
jalanan. 3. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
diharapkan, munculnya anak jalanan
keberadaan anak jalanan di Kota Samarinda
ternyata merupakan hasil dari migrasi
meliputi faktor lingkungan sosial, budaya
JAUCHAR – Pendekatan Pemerintah dalam Mengatasi Anak Jalanan di Kota Samarinda
masyarakat dan migrasi masyarakat dari suatu daerah dengan tujuan akhir Kota Samarinda. 4. Keberadaan anak jalanan sebagai suatu permasalahan
perkotaan
perlu
Suyanto, Bagong dan Sri Sanituti Hariadi. 2002. Krisis & Child Abuse. Surabaya : Airlangga University Press. Widjaja, A.W. 1989. Anak Jalanan. Jakarta : Badan koordinasi Kegiatan Kesejahteraan DKI Jakarta & Jurusan Psikologi UI.
untuk
mendapatkan perhatian serius dari semua pihak, terutama bagi instansi / dinas pemerintahan
yang
terkait
dalam
pengambilan kebijakan mengenai anak jalanan.
Hal
ini
perlu
dikembangkan
dengan tetap mengacu pada pola kemitraan dan kerjasama antar lembaga.
DAFTAR BACAAN Anonim, 2008. UU RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Jakarta : Asa Mandiri. , 2008. UU RI Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak. Jakarta : Asa Mandiri. Anonim, 2002. Perda Kota Samarinda Nomor 16 Tahun 2002 Tentang Penertiban dan Penanggulangan Pengemis, Anak Jalanan dan Gelandangan Dalam Wilayah Kota Samarinda. Lembaran Daerah Kota Samarinda No. 16 Tahun 2002 Seri D Nomor 10. Samarinda. Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Edisi kedua. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Putra, Fadillah. 2003. Paradigma Kritis Dalam Studi Kebijakan Publik. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Mulandar, Surya. 1996. Dehumanisasi Anak Marjinal ; Berbagai Pengalaman Pemberdayaan. Bandung. Yayasan Akatiga. Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (ed). 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta. LP3ES Soenarko. 2005. Public Policy: Pengertian Pokok Untuk Memahami dan Analisa Kebijaksanaan Pemerintah. Surabaya. Airlangga University Press. Sugiono, 2006. Metode Penelitian Administrasi, Bandung, Alfabeta.
167
Spirit Publik Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 Hal. 153 – 168
168