PENDAMPINGAN PSIKOSOSIAL PASCA KONFLIK SOSIAL ADI FAHRUDIN, PhD Drs, M.Soc.Sc, PhD, S.Psi Staf Pengajar pada FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta, Associate Professor & External Examiner Postgraduate Social Work Program at University of Science Malaysia & Postgraduate Medical Social Work Program at National University of Malaysia, Visiting Researcher at Social Work Research Institute-Japan College of SociIAL Work, Visiting Lecturer, University of Malaysia Sabah , National University of Malaysia, University of Putra Malaysia, Postgraduate Program UIN Yogyakarta & IPB, Researcher Associate for International Disaster Research Network (IDRN), and International Research Network on Aging Professional Member of IFSW, IASSW, IFCSW, AOSW, APASWE, APISWEA, APPLE Project, MASW, MAMSW, PERKAMA, IPPSI, IPSPI, HIMPSI Executive Board Member of APPLE (Asian and Pacicfic HaPpy Children and Family Eco) – Korea Chairman of APPLE Chapter Indonesia President of Indonesian Society for Clinical Social Work Executive Director of ASIANA social welfare foundation PERSONAL BLOG: http://www.adifahrudin.wordpress.com http://www.umj.academia.edu EMAIL:
[email protected]
PENDAMPINGAN PSIKOSOSIAL ARE YOU READY? READY FOR WHAT?
PENGANTAR Dalam mendampingi korban konflik sosial, pekerja sosial/pendamping yang bergerak di bidang psikososial sebaiknya memiliki ketrampilan dan penguasaan teknik yang diperlukan untuk mendampingi mereka. Salah satunya adalah keterampilan untuk mendengarkan, menenangkan atau meredakan emosi korban konflik yang meledak-ledak, dan ketrampilan memberikan pertolongan psikologis pertama (first psychological aid) dan lainlainnya.
MENGAPA PERTOLONGAN PSIKOLOGI PERTAMA ? Tindakan awal untuk mencegah berkembangnya masalah psikologis lanjutan Tindakan pengalihan perhatian agar korban tidak semata-mata tertuju kepada kejadian konflik Tindakan untuk memperkuat daya tahan dan daya juang korban sehingga mereka mampu mengatasi masalah yang timbul akibat kejadian traumatik tersebut
INTERVENSI KRISIS
Pengertian: Sekumpulan teknik untuk membantu individu mendapatkan kontrol atas situasi krisis. Intervensi krisis merupakan seperangkat teknik yang bertujuan untuk membantu orang yang berada dalam krisis supaya dapat mengendalikan krisis tersebut selama situasi krisis itu berlangsung. Pada umumnya, sedikit sekali dukungan dan bantuan yang terfokus pada waktu tersebut ditujukan untuk membantu korban. Sasaran : pekerja bantuan, Individu korban Konflik Sosial. Saat Pengunaan : Pada setiap saat setelah Konflik Sosial, ketika individu "dalam krisis".
INTERVENSI KRISIS MELIPUTI; Mengidentifikasi dan menjelaskan unsur-unsur krisis (masalah atau isu atau situasi), Mengembangkan strategi pemecahan masalah, dan Memobilisasi orang untuk bertindak atas strategi ini.
PEDOMAN INTERVENSI KRISIS
Berusahalah untuk membuka diskusi dengan pertanyaanpertanyaan faktual dan sederhana seperti: "Apa yang terjadi?" "Apa yang menganggu Anda? "Bisakah Anda ceritakan tentang hal itu?" Tunjukkan minat dan perhatian aktif. Ikuti dengan pertanyaan-pertanyaan spesifik. Kumpulkan informasi spesifik di luar dari apa yang secara spontan ditawarkan. Apa yang terjadi (atau tidak terjadi) yang menghasilkan keadaan krisis yang sedang berlangsung saat ini? Menghormati keputusan-keputusan awal untuk meminimalkan atau menyangkal apa yang terjadi (misalnya, bahwa orang yang dicintai mungkin telah meninggal dalam Konflik Sosial) sebagai perlindungan diri sendiri, kecuali orang itu diluar jangkauan realitas atau mengekspresikan keyakinan yang dapat menganggu kondisi kesehatannya. Menyediakan empati, kehangatan, dukungan, dan jaminan. Tindakan dan sentuhan seperti tepukan di bagian belakang atau menawarkan secangkir kopi dapat membantu. Kenali rasa sakit, takut, penderitaan, khawatir dengan ungkapan seperti "Pasti mengerikan ya" "Saya bisa melihat bagaimana khawatirnya anda ". "Saya bisa melihat bagaimana perasaan anda." Secara halus dan perlahan-lahan membantu korban konflik sosial memahami situasi yang lebih realistis.
CONTD.
Waspada terhadap hal-hal lain dalam Konflik Sosial dan krisis yang membuat korban stres. Fokus pada masalah, kebutuhan, dan prioritas yang mendesak. Berusahalah untuk merumuskan dimensi masalah dan maknanya untuk korban. Mengassessmen kemampuan korban dalam mengatasi masalah dan sumbersumber dukungan bagi korban. Apa yang mereka lakukan pada waktu selama dan setelah Konflik Sosial (atau situasi lainnya yang menghasilkan krisis)? bagaimana pemahaman mereka yang akurat dan realistis tentang peristiwa-peristiwa? Dapatkah mereka fokus pada tugas-tugas berikutnya dan fokus pada anggota keluarga lainnya? Bagaimana mereka mengatasi stres atau Konflik Sosial yang terjadi di masa lalu? Bagaimana mereka menghadapi kemarahan, rasa sakit, kehilangan, kegagalan? Apa yang bisa membantu? Apa yang tidak membantu? Bagaimana cara mereka berurusan dengan situasi saat ini? Dukungan apa tersedia bagi mereka? Sumber daya apa yang tersedia? Teliti kembali tanda-tanda penyakit mental yang parah (misalnya, delusi, penyangkalan terhadap realitas, halusinasi, pikiran untuk melakukan bunuh diri, pikiran kekerasan yang agresif). Menanggapi kebutuhan mendesak yang berbasis realitas. Membantu korban menghasilkan alternatif, rencana, tindakan, solusi, prioritas yang spesifik dan menentukan apa yang harus mereka lakukan selanjutnya (termasuk bantuan atau dukungan yang mungkin diperlukan).
CONTD.
Mendorong pengelolaan secara aktif kebutuhan-kebutuhan korban konflik sosial. Mencegah ketergantungan, dan regresi. Misalnya, dalam banyak kasus lebih baik memiliki korban konflik sosial yang melakukan panggilan dan mengatur pertemuan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri daripada konselor Konflik Sosial yang melakukan panggilan tersebut Memperkuat kemampuan pemecahan masalah yang adaptif. Mendorong tindakan-tindakan yang mnembantu mengatur perasaan, seperti mengambil bagian dalam kegiatan penyelamatan dan pemulihan. Mendorong berbicara melalui pengalaman dan mengidentifikasi, serta penerimaan sebagai respon alami bagi mereka sendiri. Membantu korban mengelola perasaannya dalam dosis tertentu yang tidak menghasilkan disorganisasi lebih lanjut. Memberikan izin untuk istirahat atau bahkan resep adaptif, tetapi tidak memberikan penguatan yang bersifat pasif atau tidak aktif. Sampaikan harapan–harapan korban sehingga mereka dapat membuat keputusan, mengendalikan nasib nya sendiri, dan dengan dibantu mereka dapat menyediakan kebutuhannya sendiri. Pastikan untuk mendapatkan informasi tentang identitas orang tersebut dan bagaimana menemukan mereka, untuk memungkinkan tindak lanjut. Dalam beberapa kasus, mungkin tepat untuk menindaklanjuti dalam waktu yang sangat singkat (misalnya dua puluh menit). Dalam kasus lain, menindaklanjuti selama beberapa hari mungkin dibutuhkan dalam jangka panjang.
TEKNIK DEFUSING
Pengertian: Sebuah prosedur informal untuk membantu kelompok-kelompok pekerja pertolongan/relawan berhadapan dengan reaksi mereka terhadap insiden-insiden tertentu. Sasaran: Pekerja Pertolongan Saat Penggunaan: Dalam waktu 24 jam setelah kejadian. Tujuan: Mencegah munculya secondary atau vicarious trauma Memberikan informasi tentang stress. Memberikan dukungan. Memberikan kesempatan kepada korban konflik sosial untuk mengekspresikan perasaan mereka. Untuk menyiapkan atau menetapkan kebutuhan untuk debriefing yang bersifat lebih formal(dijelaskan di bawah).
PANDUAN UNTUK DEFUSING: Dilakukan selama kurang lebih 15, 30 atau 45 menit. Bisa dilakukan oleh orang awam yang telah dilatih dengan baik. Orang yang bersangkutan harus menyadari keterbatasannya sebagai pribadi dan harus mau meminta bantuan jika situasi memerlukan. Seharusnya dilakukan dalam suasana yang nyaman, bebas dari distraksi /gangguan dan hambatan. Semua peserta harus tetap hadir sampai akhir pertemuan.
CRITICAL INCIDENT STRESS DEBRIEFING
Pengertian: Sebuah teknik diskusi yang terstruktur bertujuan untuk membantu individu dan kelompok memproses pengalaman Konflik Sosial mereka dan mengungkapkan peristiwa tersebut. Critical Incident Stress Debriefing (CISD) adalah sebuah diskusi kelompok yang terstruktur tujuannya yaitu untuk membantu orang membangun catatan dari pengalaman traumatis sehingga dapat membantu mencegah emosi intens dari pengalaman-pengalaman yang dapat membentuk gejala-gejala yang bisa menonaktifkan kemampuan seseorang. Hal ini memungkinkan orang untuk berbagi perasaan-perasaan kuat seperti marah, tidak berdaya, atau ketakutan, dengan cara-cara yang dapat membantu menenangkan perasaan-perasaan ini. Mereka belajar bahwa reaksi tersebut dialami juga oleh orang lain, dan mereka belajar bahwa, reaksi-reaksi ini "normal". meskipun mereka mungkin memiliki pengalaman khusus yang berbeda dalam Konflik Sosial, mereka tidak sendirian.
CONTD.
Debriefing berfungsi untuk meringankan dampak stres dengan memberikan kesempatan kepada korban konflik sosial ataupun pekerja kemanusiaan untuk mengeluarkan perasaan mereka dan menyediakan dukungan serta informasi
SASARAN DAN TUJUAN CISD
Sasaran: Pekerja pertolongan, korban Konflik Sosial (langsung dan tidak langsung) Saat Penggunaan: dengan pekerja pertolongan, secara berkala dan sebelum kembali ke kegiatan non-bantuan. Dengan korban, beberapa hari hingga setahun setelah Konflik Sosial. Tujuan: Untuk memberikan informasi tentang traumatik stres. Untuk memberikan kesempatan mengeluarkan perasaan sebelum perasaanperasaan tersebut mendatangkan masalah/gangguan dalam diri mereka. Untuk menanamkan keyakinan bahwa apa yang mereka lakukan sudah tepat dan apa yang mereka rasakan itu normal dan kemungkinan besar mereka akan pulih dari semua ini. Memberikan peringatan dini kepada mereka yang belum merasakan terkena gejala stres, bahwa ada kemungkinan belakangan nanti mereka akan merasakan dampaknya dan memberikan kepada mereka jalan untuk menghadapi kemungkinan tersebut. Untuk memberitahu kepada korban konflik sosial bahwa mereka tidak harus menghadapi pengalaman ini sendirian. Untuk meyakinkan ulang kepada mereka bahwa reaksi yang muncul dalam diri mereka adalah normal. Untuk membantu terciptanya kesatuan kelompok (cohesiveness). Untuk memberikan informasi tentang sumberdaya yang tersedia jika mereka merasa tidak mampu mengatasinya. Untuk membicarakan/menyampaikan pelayanan tambahan/lanjutan yang tersedia jika mereka memerlukan dan meminta.
PANDUAN UNTUK DEBRIEFING:
Semua orang yang terlibat langsung dalam insiden traumatik tersebut perlu menerima pelayanan debriefing. Debriefing sebaiknya dilakukan di tempat yang cukup besar untuk menampung semua orang yang terlibat, bebas dari gangguan dan interupsi, memungkinkan peserta untuk duduk melingkar, serta sebisa mungkin di tempat itu semua orang bisa merasa aman. Debriefing sebaiknya dilakukan antara 24-72 jam setelah kejadian, atau secepat para korban konflik sosial tersebut bisa bertemu. Debriefing sebaiknya dilangsungkan selama 3 jam ditambah waktu pertemuan para staff sebelum (pradebrieffing) dan sesudah debriefing (post-debriefing) berlangsung. Debriefing harus dipimpin oleh orang yang terlatih dalam proses tersebut—paling tidak 2 orang pemimpin untuk satu kelompok, dengan rasio satu pemimpin untuk 10 peserta/korban konflik sosial. Kelompok debriefing sebaiknya terdiri dari 4-20 peserta
TEKNIK PENGURANGAN STRES (STRESS REDUCTION TECHNIQUE) Pengertian: Teknik untuk membantu individu mengurangi stres dan kecemasan Sasaran: pekerja pertolongan, korban konflik sosial Saat Penggunaan: Pada saat stres atau secara teratur saat stres
TEKNIK-TEKNIK YANG BIASA DIGUNAKAN Istirahat dan rekreasi Ventilasi Latihan fisik Latihan relaksasi Latihan Pernapasan Visualisasi Latihan relaksasi otot
TEKNIK-TEKNIK EKPRESI (EXPRESSIVE TECHNIQUES) Pengertian: Sebuah teknik yang tidak memerlukan kemampuan untuk menyatakan label emosional secara eksplisit. Sasaran: Anak-anak; orang dewasa yang mengalami kesulitan menanggapi pertanyaan atau menggambarkan perasaan dalam bentuk lisan. Saat Penggunaan: Beberapa hari sampai satu tahun atau lebih setelah Konflik Sosial.
BEBERAPA BENTUK EXPRESSIVE TECHNIQUES
Art Techniques (teknik seni) Menggambar bebas, melukis, pengolahan tanah liat Menggambar tentang "orang" atau gambar "keluarga Anda" Menggambar, membuat peta, membuat model tanah liat dari lokasi Konflik Sosial Membuat kelompok dan lukisan dinding. 2. Doll Play (bermain boneka) Boneka manusia atau boneka binatang (buatan sendiri komersial atau boneka kertas). Mainan lain seperti mainan tentara, truk, dll
CONTD,
3. Puppet Play (pertunjukan wayang) Interaksi bebas dengan boneka Memainkan peran berdasarkan Konflik Sosial atau situasi lain. Story Telling (Menceritakan kisah) Anak-anak menceritakan kisahnya, orang dewasa kembali mengatakan itu dengan berakhir / solusi / atribusi yang lebih “sehat". Pembuatan buku cerita, puisi dan gambar. Bermain Drama. Cerita Sejarah, orang dewasa menceritakan sejarah tentang kisah-kisah di masyarakat (kepada orang dewasa dan anak-anak).
CONTD, 4.Writing (menulis) Catatan tentang peristiwa dan perasaan. Puisi. Cerita.
5. Relaxation Technique (teknik relaksasi) Visualisasi, dengan sebuah "kata ajaib" untuk memicu keadaan santai . Latihan, permainan aktif; perlombaan. Relaksasi otot. Pemijatan pada leher dan punggung.
TERIMA KASIH