MODUL PENDAMPINGAN PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
KEMENTERIAN SOSIAL RI DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA 2014
MODUL PENDAMPINGAN PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
KEMENTERIAN SOSIAL RI DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA 2014
Modul Pendampingan Pelayanan SLU | i
ii | Modul Pendampingan Pelayanan SLU
KATA PENGANTAR Disusunnya buku ini sebagai pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia untuk membantu semua Lembaga / masyarakat yang melaksanakannpelayanan sosial lanjut usia untuk meningkatkan kompetensi dan pemahaman mengenai hakekat pendampingan sosial terhadap lanjut usia miskin. Mudul Pendampingan Sosial Lanjut Usia Terlantar dalam Program Asistensi Sosial Lanjut Usia (Aslut) disusun untuk membantu pendamping sosial yang menjalankan program asistensi lanjut usia bagi lanjut usia miskin Modul Pendampingan Pelayanan Sosial Lanjut Usia dalam Situasi kedaruratan disusun untuk membantu para Pekerja Sosial sebagai pendamping sosial lanjut usia dalam situasikedaruratan. Modul Pendamping Sosial Lanjut Usia dalam LKS untuk membantu para Pekerja Sosial sebagai pendamping sosial lanjut usia dalam setting LKS atau yang sukarela dan atau TKSM. Modul Pendamping Sosial Lanjut Usia melalui Perawatan di Rumah disusun untuk membantu pekerja sosial/sukarela/TKSM sebagai pendamping lanjut usia. Semoga buku ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun buku ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kami tetap membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.
Jakarta, 2014 Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Tutiek Haryati Modul Pendampingan Pelayanan SLU | iii
iv | Modul Pendampingan Pelayanan SLU
DAFTAR ISI Daftar Isi............................................................................. iii TERLANTAR (ASLUT) A. DESKRIPSI RINGKAS.......................................................... 3 B. TUJUAN PEMBELAJARAN.................................................. 4 C. POKOK BAHASAN.............................................................. 4 D. BAHAN PEMBELAJARAN .................................................. 5 E. PROSES PEMBELAJARAN................................................... 13 F. METODE PEMBELAJARAN................................................. 15 G. PRINSIP- PRINSIP PEMBELAJARAN.................................... 16 H. ALAT BANTU ..................................................................... 17 I. EVALUASI PEMBELAJARAN................................................ 17 J. DAFTAR PUSTAKA.............................................................. 18 MODUL PENDAMPINGAN PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA DALAM SITUASI KEDARURATAN A. DESKRIPSI RINGKAS.......................................................... 21 B. TUJUAN PEMBELAJARAN.................................................. 22 C. POKOK BAHASAN.............................................................. 23 D. BAHAN PEMBELAJARAN BIMBINGAN TEKNIS .................. 23 E. PROSES PEMBELAJARAN................................................... 32 F. METODE PEMBELAJARAN................................................. 33 G. PRINSIP- PRINSIP PEMBELAJARAN.................................... 34 H. ALAT BANTU ..................................................................... 35 I. EVALUASI PEMBELAJARAN................................................ 36 J. DAFTAR PUSTAKA.............................................................. 37
Modul Pendampingan Pelayanan SLU | v
MODUL PENDAMPINGAN SOSIAL LANJUT USIA DALAM LKS A. DESKRIPSI RINGKAS.......................................................... 41 B. TUJUAN PEMBELAJARAN.................................................. 42 C. POKOK BAHASAN.............................................................. 42 D. BAHAN PEMBELAJARAN .................................................. 43 E. PROSES PEMBELAJARAN................................................... 53 F. METODE PEMBELAJARAN................................................. 53 G. PRINSIP- PRINSIP PEMBELAJARAN ................................... 55 H. ALAT BANTU...................................................................... 56 I. EVALUASI PEMBELAJARAN................................................ 56 J. DAFTAR PUSTAKA.............................................................. 58 MODUL PENDAMPINGAN SOSIAL LANJUT USIA DALAM DAY CARE SERVICES (PELAYANAN HARIAN LANJUT USIA) A. DESKRIPSI RINGKAS.......................................................... 61 B. TUJUAN PEMBELAJARAN................................................. 63 C. POKOK BAHASAN............................................................. 64 D. BAHAN PEMBELAJARAN/ BIMBINGAN............................ 65 E. PROSES PEMBELAJARAN.................................................. 80 F. METODE PEMBELAJARAN................................................ 82 G. PRINSIP- PRINSIP PEMBELAJARAN................................... 83 H. ALAT BANTU..................................................................... 84 I. EVALUASI PEMBELAJARAN............................................... 84 J. DAFTAR PUSTAKA............................................................. 85
vi | Modul Pendampingan Pelayanan SLU
MODUL PENDAMPINGAN USAHA EKONOMI PRODUKTIF (UEP) BAGI LANJUT USIA A. DESKRIPSI RINGKAS.......................................................... 89 B. TUJUAN PEMBELAJARAN.................................................. 90 C. POKOK-POKOK BAHASAN.................................................. 90 D. BAHAN PEMBELAJARAN BIMBINGAN TEKNIS................... 90 E. PROSES PEMBELAJARAN .................................................. 96 F. METODE PEMBELAJARAN................................................. 96 G. PRINSIP- PRINSIP PEMBELAJARAN ................................... 98 H. ALAT BANTU...................................................................... 99 I. EVALUASI PEMBELAJARAN................................................ 99 J. DAFTAR PUSTAKA.............................................................. 100 MODUL PENDAMPINGAN SOSIAL LANJUT USIA MELAUI PERAWATAN DI RUMAH (HOME CARE) A. DESKRIPSI RINGKAS.......................................................... 103 B. TUJUAN PEMBELAJARAN.................................................. 105 C. POKOK BAHASAN.............................................................. 106 D. BAHAN PEMBELAJARAN/BIMBINGAN ............................. 107 E. PROSES PEMBELAJARAN................................................... 125 F. METODE PEMBELAJARAN................................................. 126 G. PRINSIP- PRINSIP PEMBELAJARAN.................................... 127 H. ALAT BANTU ..................................................................... 129 I. EVALUASI PEMBELAJARAN................................................ 129 J. DAFTAR PUSTAKA.............................................................. 130
Modul Pendampingan Pelayanan SLU | vii
viii | Modul Pendampingan Pelayanan SLU
MODUL PENDAMPINGAN SOSIAL LANJUT USIA TERLANTAR DALAM PROGRAM ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA TERLANTAR (ASLUT)
KEMENTERIAN SOSIAL RI DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA 2014
Modul Pendampingan PSLU | 1
2 | Modul Pendampingan PSLU
MODUL PENDAMPINGAN SOSIAL LANJUT USIA TERLANTAR DALAM PROGRAM ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA TERLANTAR (ASLUT) A. DESKRIPSI RINGKAS Lanjut usia terlantar dan kondisi sakit berat memperoleh asistensi sosial yang diawali dengan Uji Coba Program Jaminan Sosial Lanjut Usia (JSLU) selama 5 (lima) tahun sejak tahun 2006, tahun 2011 dicanangkan sebagai program nasional dengan sasaran sebanyak 13.250 orang yang tersebar di 33 provinsi 190 kabupaten/ kota. Menanggapi situasi ini, pada tahun 2012 nama Program Jaminan Sosial Lanjut Usia (JSLU) berubah menjadi Program Asistensi Sosial Lanjut Usia Telantar (ASLUT). Bersamaan dengan perubahan nama program ini, terjadi peningkatan jumlah dan sebaran lokasi penerima program dari 13.250 orang di 33 provinsi 190 kabupaten/kota pada tahun 2011 menjadi 26.500 orang pada tahun 2012 yang tersebar di 33 Provinsi 359 Kabupaten/Kota. Tahun 2013 jumlah penerima ASLUT sebanyak 26.500 tersebar di 33 Provinsi 359 Kabupaten/Kota; kecamatan 1.188; desa 3.039. Dalam konteks inilah pendamping sosial perlu pembekalan pengetahuan, ketrampilan dan sikap dasar yang benar dan tepat tentang pendampingan sosial lanjut usia dalam Program ASLUT. Pembekalan itu dirancang dalam bimbingan teknis bagi pendamping sosial Program ASLUT.
Modul Pendampingan PSLU | 3
B. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Tujuan umum Modul ini ditujukan untuk membantu pendamping sosial program ASLUT dalam meningkatkan kompetensinya dalam pendampingan sosial terhadap lansia terlantar, sehingga pendamping sosial lansia ini diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar yang benar dan tepat tentang ruang lingkup, tujuan dan prinsipprinsip dasar dalam pendampingan sosial lansia. 2. Tujuan khusus Meningkatkan kompetensi peserta sehingga mereka memiliki pemahaman, keterampilan dan sikap yang menyangkut: a. Substansi dan konteks pendampingan lanjut usia dalam situasi kedaruratan b. Tahap dan proses pendampingan c. Tehnik pendampingan d. Peran dan Tugas Pendampingan e. Etika dan Panduan Pendampingan f. Evaluasi Program Pendampingan Lansia dalam Situasi Kedaruratan C.
POKOK BAHASAN 1. Substansi dan konteks pendampingan lanjut usia dalam program ASLUT 2. Tahap dan proses pendampingan sosial lansia 3. Teknik pendampingan sosial lansia 4. Peran dan Tugas Pendamping 5. Etika dan Panduan Pendampingan 6. Evaluasi program pendampingan lanjut usia dalam situasi kedaruratan
4 | Modul Pendampingan PSLU
D. BAHAN PEMBELAJARAN 1. Substansi dan konteks pendampingan sosial lanjut usia dalam program ASLUT Asistensi Sosial Lanjut Usia Telantar (ASLUT) adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk membantu lanjut usia telantar agar mereka dapat terpenuhi kebutuhan dasar hidupnya secara layak. Pendampingan adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh pendamping dalam meningkatkan kemampuan lanjut usia sehingga mampu memelihara taraf kesejahteraan sosialnya. Adapun kegiatan yang dilakukan meliputi : a. Memberikan kemudahan bagi lanjut usia dalam menerima dana bantuan. b. Pendampingan pemanfaatan bantuan (memantau dan membimbing) pemakaian dana bantuan. c. Bimbingan Psikososial kepada lanjut usia agar mampu melaksanakan keberfungsian sosialnya dalam lingkungan masyarakat. Pendamping Program ASLUT adalah seseorang yang ditugaskan untuk melaksanakan fungsi pendampingan seperti memberikan bimbingan psikososial, pelayanan dan advokasi sosial dalam pelaksanaan dan pemanfaatan dana ASLUT. Pendamping sosial Program ASLUT harus memenuhi kriteria dan persyaratan sebagai berikut : Kriteria Pendamping : a. Memiliki komitmen dan berjiwa sebagai relawan, tanggung jawab sosial, motivasi dan disiplin dalam melaksanakan tugasnya.
Modul Pendampingan PSLU | 5
b. Memiliki moralitas yang baik dan diakui oleh masyarakat, serta mampu berkomunikasi dan menjalin relasi sosial yang harmonis dengan berbagai pihak di lingkungannya. Persyaratan Pendamping : a. Diutamakan penduduk desa/kelurahan setempat, tidak berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS)/ Kepala Desa, dan diharapkan berpengalaman sebagai berikut: 1) Tenaga Kesejahteraan Sosial (TKS) 2) Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) 3) Pengurus Karang Taruna/Karang Lansia 4) Pengurus Organisasi Sosial/keagamaan 5) Kader Posyandu 6) Pengurus PKK b. Diusulkan berdasarkan hasil musyawarah warga setempat c. Diutamakan berpendidikan SLTA/sederajat d. Diutamakan mampu mengoperasikan komputer atau mampu menggunakan mesin tik manual e. Dibuatkan Surat Keputusan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas/ Instansi Sosial Provinsi Selain pendamping ada juga petugas yang disebut koordinator. Adapun kriteria dan persyaratan koordinator adalah sebagai berikut : Kriteria Koordinator : a. Memiliki komitmen, dan berjiwa sosial tinggi, tanggung jawab sosial, motivasi dan disiplin dalam melaksanakan tugasnya.
6 | Modul Pendampingan PSLU
b. Memiliki moralitas yang baik, mampu mengkoordinir, bertanggung jawab sosial, disiplin dalam menjalankan tugasnya. Persyaratan Koordinator : a. Berstatus Pegawai Negeri Sipil pada instansi/ Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota. b. Pangkat/Golongan minimal Penata Muda / IIIa. c. Dibuatkan SK berdasarkan Surat Keputusan Kepala Instansi/Dinas Sosial Provinsi atau Pimpinan Koordinator yang bersangkutan. Selain pendamping dan koordinator, kita juga perlu memahami kriteria dan persyaratan Penerima ASLUT : 1. Kriteria Penerima ASLUT Diutamakan bagi lanjut usia yang berusia 60 tahun ke atas, dengan kondisi sakit menahun, dan hidupnya sangat tergantung pada bantuan orang lain, atau hidupnya hanya bisa berbaring di tempat tidur (bedridden) sehingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari, tidak memiliki sumber penghasilan, miskin dan telantar. Atau lanjut usia yang berusia di atas 70 tahun, yang tidak memiliki sumber penghasilan, miskin dan telantar. Persyaratan Penerima ASLUT 1) Terdata dan ditetapkan sebagai penerima program Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar berdasarkan usulan secara berjenjang. 2) Memiliki KTP/surat keterangan domisili/ Kartu Keluarga dan surat keterangan miskin yang dikeluarkan oleh Kepala Desa/Lurah setempat. Modul Pendampingan PSLU | 7
3) Melampirkan foto diri terakhir seluruh tubuh yang menggambarkan kondisi kemiskinannya, keterlantarannya dan ketidakberdayaannya ukuran postcard. 2. Tahapan dan Proses Pendampingan a. Tahap Pra Persiapan 1) Penyiapan kerangka penyelenggaraan pendampingan baik dari segi administrasi maupun teknis. 2) Membuat kesepakatan pendampingan dengan calon penerima ASLUT yang akan didampingi. 3) Penyusunan bahan-bahan pendampingan. 4) Menyusun rencana dan materi “Pendampingan ASLUT”. 5) Pelaksanaan pendampingan. 6) Mendayagunakan seoptimal mungkin sumber daya lokal dan mengadakan pendekatan kepada masyarakat setempat, sehingga masyarakat bersedia memberi dukungan, dalam pelaksanaan pendampingan ASLUT. b. Tahap Persiapan 1. Pendataan lanjut usia 2. Pendataan Anggota /Keluarga Lanjut Usia 3. Pendataan Lingkungan 4. Pendataan sumber pendukung 5. Pengolahan dan analisis data / masalah 6. Penyusunan rencana pemecahan masalah
8 | Modul Pendampingan PSLU
c. Tahap Pelaksanaan Pendampingan dan Perawatan Tahap ini merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah disusun dan disetujui oleh pihak-pihak yang berkepentingan (lanjut usia, keluarga, pendamping). d. Tahap Evaluasi dan Pelaporan Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah rencana telah dilaksanakan dan berjalan lancar dan berhasil atau mengalami hambatan. Dalam hal ini dapat diketahui faktor pendukung dan faktor penghambat serta cara mengatasi hambatan tersebut, serta membuat laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan secara berkala dan berjenjang. e. Tahap Terminasi Pada tahap ini, proses pendampingan dapat diakhiri setelah diadakan pertimbangan berdasarkan hasil evaluasi. 3. Teknik Pendampingan a. Teknik Pertemanan (companionship), b. Teknik Asistensi Asuhan Diri (personal care), c. Teknik Konsultasi (counselling), d. Teknik Kerumahtanggaan (housekeeping), e. Teknik Fasilitasi Urusan Pribadi (personal activity), dan f. Teknik Rujukan (referral). 4. Peran dan Tugas Pendamping a. Bersama-sama dengan koordinator membantu dan turut bertanggung jawab terhadap kelancaran pencairan dana bantuan ASLUT.
Modul Pendampingan PSLU | 9
b. Melaksanakan bimbingan bila terjadi kasus lanjut usia, mendampingi penerima, keluarga untuk mengambil bantuan Program ASLUT ke lembaga penyalur terdekat dengan membawa Surat Kuasa dari penerima. c. Memantau dan membimbing pemanfaatan dana ASLUT sesuai dengan tujuan program. d. Mengikuti pertemuan pendamping untuk tukar menukar informasi dan berbagi pengalaman dalam melaksanakan pendampingan. e. Membuat laporan hasil pendampingan pelaksanaan program ASLUT secara periodik ke Dinas/Instansi Sosial Kab/Kota. f. Berkoordinasi dan berkonsultasi dengan Dinas/ Instansi Sosial Prop/Kab/Kota serta aparat Desa/ Kelurahan setempat. g. Melaksanakan kunjungan rumah (home visit) secara berkala minimal 4 (empat) kali dalam satu bulan dan membuat laporan perkembangan kondisi fisik dan sosial penerima ASLUT. 5. Etika dan panduan pendamping a. Berpenampilan sederhana, rapi, ramah dan sopan. b. Mampu menempatkan diri dalam situasi apapun. c. Mampu berkomunikasi khususnya dengan lansia yang didampingi. d. Menghormati agama yang dianut lanjut usia. e. Mengendalikan diri dari kebiasaan yang membahayakan lanjut usia (merokok, minum alkohol, dll). f. Tidak menerima hadiah apapun yang diberikan lanjut usia/ keluarganya. g. Tidak melakukan kecurangan dan atau peminjaman uang kepada lanjut usia dan keluarga. 10 | Modul Pendampingan PSLU
h. Tidak ikut dalam bentuk transaksi apapun yang menyangkut / atas nama lanjut usia. i. Tidak diperkenankan melakukan hubungan pribadi yang melanggar norma agama dan adat istiadat setempat. j. Menggunakan Tanda Pengenal (ID) selama melakukan pendampingan lanjut usia. 6. Evaluasi Pendampingan a. Evaluasi Pendampingan Evaluasi Pendampingan merupakan rangkaian kegiatan penilaian dan pengukuran terhadap seluruh kegiatan pendampingan dari tahap perencanaan, pelaksanaan kegiatan, dan terminasi , untuk mengetahui apakah rencana telah dilaksanakan dan berjalan lancar dan berhasil atau mengalami hambatan. Dalam hal ini dapat diketahui faktor pendukung dan faktor penghambat serta cara mengatasi hambatan tersebut. b. Tujuan Evaluasi Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui pelaksanaan pendampingan, hambatan dan menilai keberhasilan pelaksanaan pendampingan ASLUT sebagai bahan acuan dalam penyempurnaan program dan kebijakan lebih lanjut. Sasaran evaluasi pendampingan adalah para pendamping ASLUT, yang meliputi : 1) Proses pendampingan 2) Frekuensi pendampingan 3) Materi Pendampingan 4) Keluaran dan Hasil pendampingan
Modul Pendampingan PSLU | 11
c. Waktu Evaluasi dilaksanakan secara berkala baik mingguan, bulanan, triwulan, semester, tahunan maupun pada saat yang dibutuhkan. Dari kegiatan evaluasi ini dapat diperoleh informasi kesesuaian atau penyimpanganpenyimpangan dalam mencapai tujuan, hambatanhambatan yang dihadapi serta perubahan-perubahan yang diperlukan untuk perbaikan pendampingan ASLUT dan bahan penyusunan kebijakan selanjutnya. d. Pelaksana 1) Kementerian Sosial, melakukan evaluasi pendampingan secara nasional untuk menentukan kebijakan program ASLUT sebagai bahan pengembangan program kedepan. 2) Dinas/ Instansi Sosial Provinsi, melakukan evaluasi pendampingan ASLUT dengan cakupan tingkat Provinsi yang meliputi Kab/Kota penerima program ASLUT. 3) Dinas/ Instansi Sosial Kab/Kota, melakukan evaluasi pendampingan ASLUT dengan cakupan tingkat Kab/Kota yang meliputi Kec, Kel dan Desa. Hasil evaluasi pendampingan yang dilakukan oleh Dinas/ Instansi Sosial Prop/ Kab/Kota digunakan sebagai masukan kepada Kementerian Sosial bagi penyempurnaan pelaksanaan pendampingan ASLUT selanjutnya.
12 | Modul Pendampingan PSLU
E. PROSES PEMBELAJARAN
1. 2.
Pokok Bahasan Perkenalan Penyajian Pokok-pokok bahasan
3.
Tanya Jawab
No.
Waktu 20 mnt
Peran Fasilitator Fasilitator menyajikan setiap pokok bahasan
Fasilitator memfasilitasi tanya jawab dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan substansi dan konteks pendampingan sosial Program ASLUT, ruang lingkup pendampingan , kerangka kerja pendamping sosial Program ASLUT
Peserta Peserta mengikuti penyajian, tanya jawab pada setiap akhir sesi masingmasing pokok bahasan Peserta menjawab berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan substansi dan konteks pendampingan sosial Program ASLUT, ruang lingkup pendampingan, kerangka kerja pendamping sosial Program ASLUT
Modul Pendampingan PSLU | 13
4.
Diskusi Kelompok
Fasilitator membagi peserta latihan ke dalam tiga kelompok.
5.
Diskusi Pleno
6.
Refleksi/Pem 30 mnt bulatan
Fasilitator memfasilitasi diskusi pleno mengenai hasil kerja setiap kelompok Fasilitator memberikan masukan mengenai kesimpulan akhir dan memberikan pembulatan hasil diskusi secara keseluruhan
14 | Modul Pendampingan PSLU
Peserta melakukan diskusi Kelompok 1 membahas dan melakukan role playing tentang tahapan dan proses pendampingan. Kelompok 2 membahas dan melakukan role playing mengenai mekanisme kerja pendamping Kelompok 3 membahas dan melakukan role playing mengenai kiat-kita bermitra dalam pendampingan home care lansia Peserta melakukan diskusi pleno mengenai hasil kerja setiap kelompok
-
F.
METODE PEMBELAJARAN 1. Ceramah Penyajian konsep-konsep tentang home care, ruang lingkup pendampingan sosial dalam home care dan kerangka kerja pendamping sosial home care, yang berfungsi untuk mengenalkan konsep yang abstrak dan pemberian informasi. Ceramah berlangsung secara interaktif, artinya tercipta interaksi antara fasilitator dengan peserta berupa tanya jawab, baik selama ceramah berlangsung maupun setelah ceramah berakhir. 2. Tanya jawab Tanya jawab digunakan untuk menghargai motivasi pribadi peserta. Prinsip pendekatan andragogi antara lain: “tidak menganggap peserta sebagai orang yang tidak tahu tentang topik yang sedang dibahas”. 3. Diskusi Diskusi kelompok; dilakukan ketika peserta mendalami suatu materi yang dilakukan sesama peserta latihan dalam kelompok. Metode ini berpusat pada peserta bimbingan teknis, dimana dapat dilakukan bervariasi dari situasi yang tidak terstruktur sampai kepada situasi yang terstruktur. Melalui diskusi kelompok akan dicapai perubahan pada peserta bimbingan teknis dalam aspek motivasi, emosi dan sikap. 4. Pembahasan Kasus Metode ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan peserta bimbingan teknis dalam asesmen kebutuhan/ masalah, analisis masalah, serta pemecahan masalah.
Modul Pendampingan PSLU | 15
5. Permainan Peran Metode ini dilakukan ketika peserta untuk menghayati suatu persoalan dengan memainkan peran-peran yang telah direncanakan sesuai dengan topik yang sedang dibahas. G. PRINSIP- PRINSIP PEMBELAJARAN Prinsip-prinsip pembelajaran dalam menggunakan modul ini sebagai berikut : 1. Kesiapan Fasilitator memiliki kesiapan sebelum menyampaikan materi bimbingan teknis dengan mempersiapkan dan membaca bahan-bahan yang akan disajikan. 2. Partisipasi Fasilitator dan peserta terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran baik dalam mengajukan pertanyaan, melaksanakan tugas-tugas terstruktur maupun dalam mengembangkan metode dan materi bimbingan teknis. 3. Demokrasi Bimbingan teknis bersifat terbuka dan setara di mana seluruh peserta bimbingan teknis memiliki hak yang sama dalam mengemukakan argumentasinya secara aktif dan terbuka. 4. Kapabilitas Fasilitator memiliki kapasitas yang memadai dalam menguasai materi bimbingan teknis. Peserta memiliki kompetensi dasar yang diperlukan sesuai dengan bimbingan teknis yang diikutinya.
16 | Modul Pendampingan PSLU
5. Penggunaan Alat Bantu Proses pembelajaran hendaknya disertai dan didukung oleh alat bantu bimbingan teknis yang memadai seperti audio visual dan multi media untuk memudahkan pencapaian tujuan bimbingan teknis. 6. Praktis Mata diklat hendaknya diarahkan agar konsep-konsep teoritis dapat merespon kondisi-kondisi praktis di lapangan. H. ALAT BANTU 1. Buku dan Modul, 2. LCD Projector, 3. OHP, 4. Flipchart, 5. Spidol, 6. Kertas Plano, 7. Papan-tulis, 8. Sound-system, 9. Berbagai alat peraga yang sesuai, 10. Film (VCD) tentang program pemberdayaan fakir miskin. I.
EVALUASI PEMBELAJARAN Evaluasi merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan pada setiap bimbingan teknis. Aspek-aspek yang dievaluasi pada bimbingan teknis ini adalah : 1. Evaluasi reaksi Evaluasi ini merupakan respon atau tanggapan peserta terhadap proses pembelajaran dan penyelenggaraan bimbingan teknis.
Modul Pendampingan PSLU | 17
2. Evaluasi Belajar Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan atau peningkatan terhadap aspek-aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta. 3. Evaluasi Perilaku Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkah laku peserta selama dan setelah proses bimbingan teknis. 4. Evaluasi Hasil Evaluasi dilakukan setelah bimbingan teknis berakhir untuk mengetahui pemanfaatan hasil bimbingan teknis terhadap kinerja di dalam organisasi, produktifitas organisasi dan kelompok pendamping (masyarakat). Adapun evaluasi yang digunakan dalam bimbingan teknis ini adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi tersebut meliputi : • Kemampuan peserta dalam menjelaskan pengertian ASLUT, pendampingan lanjut usia selama mengikuti aktifitas di ASLUT. • Kemampuan peserta dalam menyebutkan prinsipprinsip metoda pekerjaan sosial dengan masyarakat. • Kemampuan peserta dalam mengutarakan metode, teknis, tahapan dan proses pendampingan sosial. • Kemampuan peserta dalam menerapkan secara contoh tentang metode, teknik, tahapan dan proses pendampingan ASLUT. Daftar Pustaka Pedoman ASLUT (2013). Dirktorat Pendampingan sosial Lanjut Usia, Ditjen Rhabilitasi Sosial, Kementerian Sosial RI. 18 | Modul Pendampingan PSLU
MODUL PENDAMPINGAN PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA DALAM SITUASI KEDARURATAN
KEMENTERIAN SOSIAL RI DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA 2014
Modul Pendampingan PSLU | 19
20 | Modul Pendampingan PSLU
MODUL PENDAMPINGAN PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA DALAM SITUASI KEDARURATAN A. DESKRIPSI RINGKAS Lanjut Usia merupakan kelompok usia yang rentan akan perubahan kondisi dan situasi yang disebabkan adanya perubahan kondisi fisik, sosial dan psikologis. Sehingga hal ini akan mengakibatkan adanya resiko sosial. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana menegaskan bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana diperlukan perlindungan terhadap kelompok rentan seperti anak, penyandang cacat dan lanjut usia. Kedaruratan adalah situasi darurat baik yang diakibatkan oleh bencana maupun bukan bencana yang menyebabkan kerugian harta benda, pengungsian, terbatasnya akses terhadap bantuan kemanusiaan, rusaknya struktur keluarga dan sosial, terkikisnya nilai-nilai tradisional, terbatasnya akses terhadap layanan dasar seperti kesehatan dan perlindungan yang dapat menyebabkan kegagalan dalam memberikan perlindungan terhadap lanjut usia dari kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi, dan penelantaran, ketidak berdayaan. Pelayanan Sosial Kedaruratan bagi Lanjut Usia adalah perlindungan lanjut usia dari dampak bencana, kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi, ketidak berdayaan dan penelantaran. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau Modul Pendampingan PSLU | 21
non alam maupun faktor manusia yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Dalam konteks inilah, pelayanan sosial kedaruratan bagi lanjut usia merupakan tindakan yang mendesak dan tepat untuk menyelamatkan nyawa, menjamin perlindungan dan memulihkan kesejahteraan para lanjut usia dalam situasi darurat baik akibat terjadinya bencana maupun oleh sebab lain. Akibat dari bencana itu, lanjut usia kehilangan tempat tinggal, harta, bahkan harus kehilangan nyawa, dan/atau kehilangan satu atau lebih anggota badan atau kehilangan fungsi anggota badan, mengalami trauma atau tekanan mendalam bahkan dapat mengakibatkan gangguan jiwa dalam situasi darurat yang memerlukan pelayanan segera. B. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Tujuan umum Modul ini ditujukan untuk membantu peserta bimbingan teknis pendamping sosial lansia, yakni para pekerja sosial sebagai pendamping lansia terlantar dalam situasi kedaruratan, dalam meningkatkan pemahaman mengenai hakekat pendampingan sosial terhadap lansia dalam situasi kedaruratan, sehingga setelah mengikuti bimbingan teknis pendamping sosial lansia ini diharapkan mereka memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap dasar yang diperlukan dalam pendampingan kelompok lansia terlantar dalam situasi kedaruratan. 22 | Modul Pendampingan PSLU
2. Tujuan khusus Meningkatkan kompetensi peserta sehingga mereka memiliki pemahaman, keterampilan dan sikap yang menyangkut: a. Substansi dan konteks Pendampingan Lansia dalam Situasi Kedaruratan b. Tahap dan proses pendampingan c. Teknik pendampingan d. Peran dan Tugas Pendamping e. Etika dan Panduan Pendampingan f. Evaluasi Program Pendampingan Lansia dalam Situasi Kedaruratan C. POKOK BAHASAN 1. Substansi dan konteks Pendampingan Lansia dalam Situasi Kedaruratan 2. Tahap dan proses pendampingan 3. Teknik pendampingan 4. Peran dan Tugas Pendamping 5. Etika dan Panduan Pendampingan 6. Evaluasi Program Pendampingan Lansia dalam Situasi Kedaruratan D. BAHAN PEMBELAJARAN BIMBINGAN TEKNIS 1. Substansi dan Konteks Pendampingan Kegiatan pendampingan merupakan aktivitas timbal balik dimana pendamping dan yang didampingi dalam hal ini lanjut usia, secara bersama-sama mencari solusi atas masalah yang dihadapi maupun sumber daya yang ada disekitarnya untuk membantu mengatasi situasi kedaruratan yang dihadapi lanjut usia. Kegiatan pelayanan sosial kedaruratan bagi lanjut usia meliputi : Modul Pendampingan PSLU | 23
a. Penyelamatan dan evakuasi lanjut usia korban bencana ke tempat penampungan sementara dengan menekankan pada upaya penyelamatan dan perlindungan. b. Pemulihan kondisi fisik berupa pemberian pengobatan dan atau perawatan, bantuan makanan dan lauk pauk, serta pakaian untuk lanjut usia baik sebagai korban bencana maupun oleh sebab lain. Bantuan makanan dan perawatan fisik sangat diperlukan oleh para lanjut usia yang mengalami luka fisik, mental, fisik dan/atau mental untuk kemudahan beraktivitas dan upaya meningkatkan kemampuan fisik serta psikisnya. c. Pemulihan kondisi psikologis lanjut usia, melalui: • Konseling Konseling merupakan suatu proses antar pribadi dimana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya. •
Bimbingan Psikososial Bimbingan psikososial yang dilakukan pada lanjut usia yang berada dalam situasi darurat dimaksudkan untuk menata dan menstrukturkan kembali kepribadian dengan lingkungan sosialnya agar mereka dapat mencapai tahap keberfungsian sosial secara optimal.
24 | Modul Pendampingan PSLU
d. Pemulihan Kondisi Sosial Kegiatan pemulihan kondisi sosial dimaksudkan agar para lanjut usia tetap tidak kehilangan relasi sosialnya baik dengan sesama lanjut usia maupun dengan lingkungan sosial lainnya. e. Intervensi Krisis Intervensi krisis bertujuan untuk memberikan sebanyak mungkin dukungan mental dan bantuan lain kepada lanjut usia dan keluarganya, dalam rangka memungkinkan orang yang ditolong mendapatkan kembali keseimbangan psikologis. f.
Advokasi Tujuan Advokasi untuk lanjut usia membantu lanjut usia mendapatkan dan atau menegakkan hak-hak lanjut usia dalam menerima pelayanan kesejahteraan sosial. Adapun bentuk advokasi yang dapat dilakukan bagi lanjut usia dalam situasi kedaruratan dapat berupa; • Bantuan Hukum; memberikan pendampingan kepada lanjut usia yang berkaitan dengan masalah hukum. • Pendampingan dan atau perawatan Lanjut Usia. Beberapa lanjut usia hidup dengan bantuan perawat atau pengasuh dalam menjalani kehidupannya seharihari.
g. Mediasi Dilakukan dengan cara menghubungkan lanjut usia yang berada dalam situasi darurat dengan sistem sumber.
Modul Pendampingan PSLU | 25
h. Rujukan Pelayanan rujukan dilakukan jika karena sesuatu sebab memerlukan tindakan atau pelayanan yang lain. Rujukan diberikan sesuai dengan kebutuhan dan persetujuan lanjut usia yang bersangkutan maupun keluarganya, jika masih ada. Beberapa tempat yang dapat dijadikan rujukan bagi pendamping lanjut usia, antara lain : • Panti Sosial atau Lembaga Kesejahteraan Sosial, baik milik pemerintah maupun masyarakat. • Pusat Pelayanan Trauma Lanjut Usia (Trauma Center) yaitu suatu lembaga/unit pelayanan sosial baik milik pemerintah maupun masyarakat yang memberikan pelayanan dan perlindungan sosial bagi lanjut usia yang mengalami trauma baik fisik dan atau psikis maupun kepada keluarganya. • Lembaga pemberi bantuan pengobatan seperti Puskesmas, rumah sakit maupun lembaga/ yayasan yang bisa memberikan pelayanan kesehatan apabila lanjut usia dalam kondisi sakit yang sangat membutuhkan pertolongan dan bantuan dengan segera. • Pemberian bantuan baik yang menjadi program pemerintah maupun bantuan dari donor atau pihak pribadi/lembaga non pemerintah yang peduli. Dalam pelaksanaan rujukan berupa pemberian bantuan, hendaknya para lanjut usia juga dibantu dalam pemenuhan syarat administrasi yang dibutuhkan seperti pengurusan surat-surat dari RT/RW dan Kelurahan setempat.
26 | Modul Pendampingan PSLU
2. Tahapan dan Proses Pendampingan Tahapan Kegiatan pelayanan sosial saat kondisi kedaruratan meliputi : a. Survey b. Pendataan c. Asesmen d. Penyusunan Rencana Intervensi e. Pelaksanaan Intervensi f. Evaluasi g. Terminasi h. Bimbingan Lanjut Selanjutnya, proses pendampingan lanjut usia dalam situasi kedaruratan, meliputi: a. Informasi Awal Diterimanya informasi awal tentang lanjut usia dalam situasi darurat dari masyarakat, media massa dan sumber informasi lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan. b. Pendataan Pengumpulan data dan informasi antara lain tentang identitas dan kondisi lanjut usia untuk mengetahui tingkat kedaruratan. c. Identifikasi Untuk mengetahui atau mengenal lebih lanjut kondisi lanjut usia baik disebabkan kejadian bencana, perlakuan salah, penelantaran, eksploitasi, diskriminasi maupun tindak kekerasan terhadap lanjut usia.
Modul Pendampingan PSLU | 27
d. Registrasi Mencatat dan mendokumentasikan lanjut usia yang memerlukan perlindungan khusus. e. Asesmen Untuk mengungkapkan dan memahami permasalahan lanjut usia secara individual/kelompok yang mencakup masalah yang sedang dialami, kebutuhankebutuhannya, dan potensi yang masih dimiliki lanjut usia dan keluarganya. f.
3.
Koordinasi Untuk menjalin kerja sama dan membentuk jaringan dengan pihak terkait dalam memberikan pelayanan sosial lanjut usia dalam situasi darurat.
Teknik Pendampingan Teknik yang digunakan oleh pendamping lanjut usia dalam situasi kedaruratan antara lain : a. Teknik Pertemanan. Pendamping membutuhkan waktu yang lama untuk mengajak lanjut usia sebagai teman bicara. Teknik ini dapat digunakan agar lansia memiliki kepercayaan dalam membuka segala permasalahan. b. Teknik Validitas. c. Pendamping mengklarifikasi prilaku lansia. d. Teknik Bimbingan Psikososial, teknik ini bertujuan untuk katarsis mental, pengurangan kesedihan, kedukaan,peningkatan rasa percaya diri,harga diri termasuk aktualisasi diri kepada orang sekitar lingkungannya.
28 | Modul Pendampingan PSLU
e. Teknik Konsultasi (counselling). Teknik Konsultasi yaitu melakukan konsultasi dan konseling terhadap lanjut usia yang dibutuhkan untuk meringankan beban psikis dan mental lansia yang dikarenakan kondisi kedaruratan yang dialaminya. f. Teknik pengalihan dimana pendamping berusaha mengalihkan perhatian para lanjut usia dari situasi kedaruratan yang dihadapi dengan melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, terutama yang disenangi oleh para lanjut usia seperti bernyanyi, memasak bersama, pengajian ataupun lain sebagainya. 4. Peran, Tugas dan Fungsi Pendamping a. Peran Pendamping antara lain 1) Fasilitator yaitu pihak yang memungkinkan atau membantu klien, dalam hal ini adalah lanjut usia, untuk mencapai kondisi yang diharapkan. 2) Mediator yaitu pendamping diharapkan berperan sebagai mediator/penengah dalam situasi kedaruratan yang dihadapi oleh para lanjut usia, seperti saat situasi darurat yang terjadi karena konflik dengan keluarga, dimana pendamping diharapkan mampu menengahi lanjut usia dan keluarganya. 3) Pelindung yaitu pendamping diharapkan berperan untuk melindungi para lanjut usia yang diakibatkan oleh efek situasi darurat ataupun kondisi darurat susulan. 4) Advokator yaitu memberikan advokasi atas masalah yang dialami lanjut usia. 5) Asessor.
Modul Pendampingan PSLU | 29
b. Tugas pendamping antara lain 1) Membantu memenuhi berbagai kebutuhan lanjut usia seperti kebutuhan fisiologis dan dasar, maupun kebutuhan lainnya seperti rasa aman, rasa disayang/dicintai dan lainnya. 2) Membantu mencarikan solusi dan jalan keluar dari setiap permasalahan yang dihadapi oleh para lanjut usia terkait situasi kedaruratan, seperti masalah kesehatan. 3) Mempersiapkan kondisi lanjut usia untuk kembali kepada kehidupan kesehariannya pasca kondisi darurat. 4) Melakukan pendampingan dan atau pertemanan dalam situasi darurat atau bencana dalam pengungsian melalui berbagai macam kegiatan untuk pengisian waktu luang. Bentuk kegiatan yang bisa dilakukuan seperti: membaca solawat, menyanyi, melukis, konseling, keterampilan, upaya usaha yang dapat menghasilkan dan bermanfaat bagi lanjut usia yang bersangkutan. 5) Pemulihan yaitu melakukan berbagai kegiatan untuk memenuhi kebutuhan lanjut usia, mengatasi kesulitan dan membantu memecahkan masalah yang dihadapi lanjut usia c. Fungsi pendamping antara lain 1) Fungsi pencegahan yaitu melakukan berbagai kegiatan pencegahan yang diperlukan agar dapat terhindar dalam situasi kedaruratan. 2) Fungsi mengatasi kesulitan dan memecahkan masalah yang dihadapi saat lansia dihadapi dalam situasi kedaruratan. 30 | Modul Pendampingan PSLU
3) Fungsi pengembangan yaitu melakukan berbagai kegiatan untuk menjaga dan meningkatkan kemampuan lanjut usia dalam melakukan aktivitas sehari-hari atau menyalurkan hobbi dan bakatnya. 5. Etika dan Panduan Etika yang perlu diperhatikan oleh pendamping Pelayanan Sosial Lanjut Usia dalam situasi kedaruratan: a. Menghargai hak-hak lanjut usia b. Tidak menghakimi c. Bersikap tidak menilai d. Tidak memberikan stigma (destigmatisasi) e. Tidak mengucilkan f. Pelayanan yang cepat dan tepat g. Pelayanan yang bersifat komprehensif dan wholistic h. Menghargai adat istiadat setempat i. Tidak membesar-besarkan masalah (dedramatisasi) 6. Evaluasi Pendampingan • Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah rencana telah dilaksanakan dan berjalan lancar dan berhasil atau mengalami hambatan. Dalam hal ini dapat diketahui faktor pendukung dan faktor penghambat serta cara mengatasi hambatan tersebut. • Sasaran dalam tahapan evaluasi ini yaitu pendamping dan para lanjut usia sebagai penerima layanan. • Waktu pelaksanaan evaluasi bisa dilakukan sesuai kebutuhan, karena dalam kedaruratan, akan banyak ditemukan hal-hal yang kadang sulit diprediksi, sehingga perubahan dan perbaikan bisa dilakukan sesuai kebutuhan.
Modul Pendampingan PSLU | 31
•
Pelaksana tahapan evaluasi adalah Kementerian Sosial bersama Dinas/Instansi Sosial Provinsi/ Kabupaten/Kota yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya kekurangan dalam kegiatan pendampingan lanjut usia dalam kondisi kedaruratan sehingga dapat menjadi bahan perbaikan untuk penyusunan kebijakan kedepannya.
E. PROSES PEMBELAJARAN No. Pokok Bahasan Waktu 1. 2.
Perkenalan Penyajian Pokok-pokok bahasan
3.
Tanya Jawab
20 mnt
32 | Modul Pendampingan PSLU
Peran Fasilitator Fasilitator menyajikan setiap pokok bahasan
Fasilitator memfasilitasi tanya jawab dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan substansi dan konteks pelayanan pendampingan lansia dalam situasi kedaruratan Usia, ruang lingkup pendampingan, kerangka kerja pendamping sosial lansia dalam situasi kedaruratan
Peserta Peserta mengikuti penyajian, tanya jawab pada setiap akhir sesi masing-masing pokok bahasan Peserta menjawab berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan substansi dan konteks pelayanan pendampingan sosial lansia dalam situasi kedaruratan, ruang lingkup pendampingan, kerangka kerja pendamping sosial lansia dalam situasi kedaruratan
4.
Diskusi Kelompok
5.
Praktek Lapangan
6..
Diskusi Pleno
7.
Refleksi/Pembul atan
F.
30 mnt
Fasilitator membagi Peserta melakukan peserta latihan ke dalam diskusi Kelompok 1 tiga kelompok. membahas dan melakukan role playing tentang tahapan dan proses pendampingan. Kelompok 2 membahas dan melakukan role playing mengenai mekanisme kerja pendamping Kelompok 3 membahas dan melakukan role playing mengenai kiat-kita bermitra dalam pendampingan sosial lansia dalam situasi kedaruratan Fasilitator mendampingi Mencari data-data yang peserta ke lapangan akan dijadikan bahan diskusi Fasilitator memfasilitasi Peserta melakukan diskusi pleno mengenai diskusi pleno mengenai hasil kerja setiap kelompok hasil kerja setiap kelompok Fasilitator memberikan masukan mengenai kesimpulan akhir dan memberikan pembulatan hasil diskusi secara keseluruhan
METODE PEMBELAJARAN 1. Ceramah Penyajian konsep-konsep tentang pelayanan sosial lanjut Usia, ruang lingkup pendampingan sosial dalam kerangka kerja pendamping sosial untuk lanjut Usia, yang berfungsi untuk mengenalkan konsep yang abstrak dan pemberian informasi. Ceramah berlangsung secara interaktif, artinya tercipta interaksi antara fasilitator dengan peserta berupa tanya jawab, baik selama ceramah berlangsung maupun setelah ceramah berakhir. Modul Pendampingan PSLU | 33
2. Tanya jawab Tanya jawab digunakan untuk menghargai motivasi pribadi peserta. Prinsip pendekatan andragogi antara lain: “tidak menganggap peserta sebagai orang yang tidak tahu tentang topik yang sedang dibahas”. 3. Diskusi Diskusi kelompok : dilakukan ketika peserta mendalami suatu materi yang dilakukan sesama peserta latihan dalam kelompok. Metode ini berpusat pada peserta bimbingan teknis, dimana dapat dilakukan bervariasi dari situasi yang tidak terstruktur sampai kepada situasi yang terstruktur. Melalui diskusi kelompok akan dicapai perubahan pada peserta bimbingan teknis dalam aspek motivasi, emosi dan sikap. 4. Pembahasan Kasus Metode ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan peserta bimbingan teknis dalam asesmen kebutuhan/ masalah, analisis masalah, serta pemecahan masalah. 5. Permainan Peran Metode ini dilakukan kepada peserta untuk menghayati suatu persoalan dengan memainkan peran-peran yang telah direncanakan sesuai dengan topik yang sedang dibahas. 6. Praktek Kerja Lapangan Metode observasi ini dilakukan langsung kepada Klien / WBS/ Lansia.
34 | Modul Pendampingan PSLU
G. PRINSIP- PRINSIP PEMBELAJARAN Prinsip-prinsip pembelajaran dalam menggunakan modul ini sebagai berikut : 1. Kesiapan Fasilitator memiliki kesiapan sebelum menyampaikan materi bimbingan teknis dengan mempersiapkan dan membaca bahan-bahan yang akan disajikan. 2. Partisipasi Fasilitator dan peserta terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran baik dalam mengajukan pertanyaan, melaksanakan tugas-tugas terstruktur maupun dalam mengembangkan metode dan materi bimbingan teknis. 3. Demokrasi Bimbingan teknis bersifat terbuka dan setara di mana seluruh peserta bimbingan teknis memiliki hak yang sama dalam mengemukakan argumentasinya secara aktif dan terbuka. 4. Kapabilitas Fasilitator memiliki kapasitas yang memadai dalam menguasai materi bimbingan teknis. Peserta memiliki kompetensi dasar yang diperlukan sesuai dengan bimbingan teknis yang diikutinya. 5. Penggunaan Alat Bantu Proses pembelajaran hendaknya disertai dan didukung oleh alat bantu bimbingan teknis yang memadai seperti audio visual dan multi media untuk memudahkan pencapaian tujuan bimbingan teknis.
Modul Pendampingan PSLU | 35
6. Praktis Mata diklat hendaknya diarahkan agar konsep-konsep teoritis dapat merespon kondisi-kondisi praktis di lapangan. H. ALAT BANTU 1. Buku dan Modul 2. LCD Projector 3. OHP, 4. Flipchart 5. Spidol 6. Kertas Plano 7. Papan-tulis, 8. Sound-system, 9. Berbagai alat peraga yang sesuai 10. Film (VCD) tentang program pemberdayaan fakir miskin I.
EVALUASI PEMBELAJARAN Evaluasi merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan pada setiap bimbingan teknis. Aspek-aspek yang dievaluasi pada bimbingan teknis ini adalah: 1. Evaluasi Reaksi Evaluasi ini merupakan respon atau tanggapan peserta terhadap proses pembelajaran dan penyelenggaraan bimbingan teknis. 2. Evaluasi Belajar Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan atau peningkatan terhadap aspek-aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta.
36 | Modul Pendampingan PSLU
3. Evaluasi Perilaku Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkah laku peserta selama dan setelah proses bimbingan teknis. 4. Evaluasi Hasil Evaluasi dilakukan setelah bimbingan teknis berakhir untuk mengetahui pemanfaatan hasil bimbingan teknis terhadap kinerja di dalam organisasi, produktifitas organisasi dan kelompok dampingan (masyarakat). Adapun evaluasi yang digunakan dalam bimbingan teknis ini adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi tersebut meliputi: • Kemampuan peserta dalam menjelaskan pengertian lansia, situasi kedaruratan, dan pendampingan sosial lansia dalam situasi kedaruratan. • Kemampuan peserta dalam menyebutkan prinsip-prinsip metoda pekerjaan sosial dengan masyarakat. • Kemampuan peserta dalam mengutarakan metode, teknis, tahapan dan proses pendampingan sosial lansia dalam situasi kedaruratan. • Kemampuan peserta dalam menerapkan secara contoh tentang metode, teknik, tahapan dan proses pendampingan lansia dalam situasi kedaruratan.
Modul Pendampingan PSLU | 37
DAFTAR PUSAKA Kemeterian Sosial RI.(2013). Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dalam Situasi Darurat. Jakarta, Kementerian Sosial RI. Schder,R.L & Lester,L (2001),Social Work Advocay;A New Framework for action.United States: Brooks/Cole Publishing Company. UNHCR. (2002). Buku Pegangan Kedaruratan. Edisi Kedua. UNHCR Zastrow, C.(1998). Introduction To Social Work and Social Welfare (7 th). Pasific Grove. Clifornia: Brooks/ Cole Publishing Co.
38 | Modul Pendampingan PSLU
MODUL PENDAMPINGAN SOSIAL LANJUT USIA DALAM LKS
KEMENTERIAN SOSIAL RI DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA 2014
Modul Pendampingan PSLU | 39
40 | Modul Pendampingan PSLU
MODUL PENDAMPINGAN SOSIAL LANJUT USIA DALAM LKS A. DESKRIPSI RINGKAS Dalam upaya Penangangan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia sebagaimana tercantum dalam UU No.13 tahun 1998, baik untuk lanjut usia yang potensial maupun non potensial, disebutkan bahwa Lanjut Usia berhak mendapatkan pelayanan sosial sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang dialaminya. Kemudian Undang-undang nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial pasal 38 (1) menyebutkan bahwa Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial, Kemudian pada pasal 38 (2) ditegaskan, bahwa penyelenggaraan kesejahteraan sosial dari unsur masyarakat diantaranya adalah melalui LKS ( Lembaga Kesejahteraan Sosial) Organisasi Sosial. Dari data keseluruhan LKS sebanyak : 30.655, dari Jumlah tersebut yang bergerak dalam pelayanan sosial lanjut dalam kisaran 282 LKS dengan melayani 8.500 lansia, jumlah ini masih belum sebanding dengan populasi lanjut usia yang semakin meningkat, sebagian besar kondisi LKS Lanjut Usia mapan secara finansial. Berdasarkan kenyataan tersebut Kementerian Sosial mengkoordinasilkan melalui Program Asistensi Sosial melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial dalam bentuk pemberian bantuan sosial disalurkan kepada lanjut usia yang dibina melalui LKS lanjut usia yang memberikan pelayanan bagi lanjut usia.
Modul Pendampingan PSLU | 41
B. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Tujuan umum Modul ini ditujukan untuk membantu peserta bimbingan teknis pendamping sosial lansia, yakni para pekerja sosial sebagai pendamping lansia terlantar dalam setting LKS, maupun pekerja sosial sebagai pendamping lansia terlantar dan tidak potensial yang bersifat sukarela atau TKSM, dalam meningkatkan pemahaman mengenai hakekat pendampingan sosial terhadap lansia terlantar dan tidak potensial, dalam setting LKS. Sehingga, setelah mengikuti bimbingan teknis pendamping sosial lansia ini diharapkan mereka memiliki pengetahuan mengenai ruang lingkup, tujuan dan prinsip-prinsip dasar dalam pendampingan,khususnya pendampingan kelompok lansia terlantar dan tidak potensial dalam setting LKS. 2. Tujuan khusus Meningkatkan kompetensi peserta sehingga mereka memiliki pemahaman, keterampilan dan sikap yang menyangkut : a. Substansi dan konteks Pendampingan Lansia dalam LKS b. Persyaratan dan Kriteria Pendamping c. Peran dan Tugas sebagai Pendamping d. Metode dan teknik Pendampingan e. Tahapan atau Proses Pendampingan lansia dalam LKS f. Panduan Praktis Pendampingan C. POKOK BAHASAN 1. Substansi dan konteks Pendampingan Lansia dalam LKS 2. Pengertian, Persyaratan dan Kriteria dan Kerangka Kerja Pendamping
42 | Modul Pendampingan PSLU
3. 4. 5. 6.
Peran dan Tugas sebagai Pendamping Metode dan teknik Pendampingan Tahapan atau Proses Pendampingan lansia dalam LKS Panduan Praktis Pendampingan
D. BAHAN PEMBELAJARAN 1. Substansi dan konteks Pendampingan Lansia dalam LKS LKS sebagai suatu perkumpulan sosial yang dibentuk masyarakat baik berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial, seperti Yayasan/LSM/Orsos/Panti sosial dan sebagainya. LKS Lanjut Usia hadir dan diperlukan karena kondisi faktual bertambahnya jumlah para LANSIA yang memerlukan bantuan pelayanan melalui LKS. Dengan demikian LKS Lanjut Usia hadir sebagai layanan pengganti keluarga dan masyarakat, yang diperlukan jika kedua institusi ini tidak lagi mampu dan layak melakukan layanan dan pendampingan lanjut usia. 2. Pengertian, Persyaratan dan Kriteria dan Kerangka Kerja Pendamping a. Pendamping adalah seseorang dari anggota dari lembaga tersebut atau petugas yang mempunyai kompetensi yang didapat melalui bimbingan teknis untuk memberikan bimbingan dan perawatan lansia didalam lembaga tersebut agar lansia dapat menjalankan fungsi sosial secara normatik.
Modul Pendampingan PSLU | 43
b. Siapa saja yang dapat menjadi pendamping 1. Pekerja sosial 2. Pramu sosial 3. Pengasuh 4. Relawan sosial c. Apa syarat menjadi calon pendamping LKS • Berusia minimal 20 tahun • Sehat jasmani dan Rohani dan dibuktikan dengan surat keterangan kesehatan dari dokter • Pendidikan minimal Sekolah Menengah Lanjutan Pertama (SLTP)/ sederajat • Mempunyai perhatian dan kepedulian terhadap lanjut usia • Mempunyai pengalaman mendampingi ataupun merawat lanjut usia • Sering berkomunikasi dan berinteraksi dengan lanjut usia • Bersedia dan sanggup mengikuti pelatihan/ pemantapan petugas pendamping lanjut usia (elderly service) • Menandatangani surat pernyataan sebagai pendamping dan bersedia melaksanakan kontrak kerja pendampingan • Jangka waktu dan status pendamping ditentukan oleh masing-masing lembaga d. Apa etika seorang pendamping ? • Berpenampilan sederhana, rapi, ramah dan sopan • Memiliki keperdulian sosial yang tinggi • Mampu menempatkan diri dalam situasi apapun
44 | Modul Pendampingan PSLU
• • •
• • •
• •
•
Mampu berkomunikasi dengan baik dan mudah diterima oleh lansia Menghormati agama yang dianut lanjut usia Mengendalikan diri dari kebiasaan yang membahayakan lanjut usia (merokok, minum alkohol, judi dll) Memahami hak – hak perlindungan lansia (HAM) Tidak menerima hadiah apapun yang diberikan lanjut usia/ keluarganya Tidak melakukan kecurangan dan atau peminjaman uang kepada lanjut usia dan keluarga Tidak ikut dalam bentuk transaksi apapun yang menyangkut / atas nama lanjut usia Tidak diperkenankan melakukan hubungan pribadi yang melanggar norma agama dan adat istiadat setempat Menggunakan Tanda Pengenal (ID) selama melakukan pendampingan lanjut usia
3. Peran dan Tugas Pendamping Lansia dalam LKS a. Peran 1) Memandirikan sesuai dengan kemampuan lanjut usia itu sendiri 2) Melaksanakan prinsip – prinsip pendampingan 3) Melakukan komunikasi (berbicara/mendengar dan mengetahui bahasa tubuh) 4) Memperhatikan kesehatan, kebersihan, keamanan dan kenyamanan lanjut usia 5) Melatih pergerakan tubuh / olah raga 6) Memperhatikan kondisi lanjut usia di tempat tidur (lama dan jadwal tidur) Modul Pendampingan PSLU | 45
b. Fungsi 1) Fungsi pencegahan, yaitu melakukan berbagai kegiatan untuk mencegah agar lanjut usia tidak mengalami kesulitan atau masalah. 2) Fungsi pemulihan, yaitu melakukan berbagai kegiatan untuk memenuhi kebutuhan, mengatasi kesulitan, dan memecahkan masalah yang dialami lanjut usia. 3) Fungsi pengembangan, yaitu melakukan berbagai kegiatan untuk menjaga dan atau meningkatkan kemampuan lanjut usia dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari atau menyalurkan hobi dan bakat. 4) Fungsi Terminasi yaitu memberikan informasi Pelayanan pemulangan atau kembali ke keluarga. 4. Metode dan Teknik a. Metode Pendampingan 1) Metode bimbingan sosial perseorangan langsung kepada masing-masing lanjut usia 2) Metode bimbingan sosial berkelompok 3) Metode bimbingan sosial mengembangkan dan mengorganisasikan masyarakat a) Perencanaan sosial untuk mengembangkan layanan sosial lansia di LKS b) Mengoptimalkan aksi sosial untuk tujuan pemberdayaan LKS lansia c) Pengembangan masyarakat setempat di sekitar LKS dan daerah asal lansia
46 | Modul Pendampingan PSLU
b. Teknik yang digunakan dalam pendampingan LKS • Teknik Pekerjaan sosial (Tat wam Asih), • Teknik Asistensi Asuhan Diri (personal care), • Teknik Konsultasi (counselling), • Teknik Kerumahtanggaan (housekeeping), • Teknik Fasilitasi Urusan Pribadi (personal activity), dan • Teknik Rujukan (referral), • Teknik Pembekalan Kerohanian. 5. Tahapan atau Proses Pendampingan a. Tahap Pra Persiapan 1) Penyiapan kerangka penyelenggaraan pendampingan baik dari segi administrasi maupun teknis. 2) Penyusunan bahan sosialisasi. 3) Menyusun rencana dan materi sosialisasi tentang “Pendampingan dan perawatan lanjut usia di lingkungan lembaga”. 4) Pelaksanaan sosialisasi. b. Tahap Persiapan 1. Penerimaan/ pengisian instrumen 2. Pendataan sumber pendukung 3. Pengolahan dan analisis data / masalah 4. Penyusunan rencana pemecahan masalah c. Tahap pelaksanaan pendampingan dan perawatan Tahap ini merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah disusun dan disetujui oleh pihak-pihak yang berkepentingan (lanjut usia, keluarga, pendamping).
Modul Pendampingan PSLU | 47
d. Tahap Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah rencana telah dilaksanakan dan berjalan lancar dan berhasil atau mengalami hambatan. Dalam hal ini dapat diketahui faktor pendukung dan faktor penghambat serta cara mengatasi hambatan tersebut. e. Tahap Terminasi Pada tahap ini, proses pendampingan dapat diakhiri setelah diadakan pertimbangan berdasarkan hasil evaluasi. SKEMA PENDAMPINGAN DAN PERAWATAN LANJUT USIA DI LKS Input pendampingan: Adanya tenaga pendamping terlatih (sosial) untuk pendampingan lansia dilembaga Adanya tenaga Kesehatan (dokter dan perawat Puskesmas) yang dapat memfasilitasi pelayanan ramah lanjut usia (konsep wilayah puskesmas) Adanya disiplin ilmu terkait lainnya yang dapat memberikan pelayanan (komplementer) Populasi lansia yang terus meningkat datransisi epidemiologi penyakit infeksi ke penyakit degeneratif.
48 | Modul Pendampingan PSLU
Proses: Identifikasi masalah Kesepakatan mengatasi masalah lansia dengan keluarga (peran dan fungsi unit yang terlibat) Penyusunan rencana kegiatan dan implementasi pelayanan pada lansia dilembaga Monev
Output Lansia sehat dan mandiri
6. Panduan Praktis Pendampingan dalam LKS a. Apa yang harus dilakukan pendamping terhadap lansia yang sakit, cacat , dimensia dan mengalami masalah psikososial? 1) Merawat Lanjut Usia Yang sakit Dalam melaksanakan pendampingan dan perawatan dalam LKS, pendamping dapat menjalankan fungsi sebagai pramusosial, pengasuh dan pekerja sosial dengan tugas sebagai berikut : • Memeriksakan lanjut usia kepada dokter atau petugas kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit atau dokter praktik untuk mendapat diagnosis dan pengobatan; • Memberikan obat untuk diminum sesuai dosis yang telah ditetapkan; • Membimbing lanjut usia agar dapat mengikuti aturan yang dianjurkan dokter atau petugas kesehatan; • Mendampingi lanjut usia yang sakit dengan memberikan motivasi agar timbul rasa optimisme untuk cepat sembuh dari penyakitnya; • Memberikan bantuan perawatan kebersihan tubuh selama sakit. 2) Merawat Lanjut Usia Penyandang Cacat • Memeriksakan lanjut usia kepada dokter atau ahli yang berkompeten di bidang kecacatan untuk mendapat diagnosis dan saran tindak lanjut mengenai tata cara merawat lanjut usia; Modul Pendampingan PSLU | 49
•
•
•
Membimbing agar dapat mengikuti aturan yang dianjurkan dokter atau ahli yang berkompeten dengan derajat kecacatannya; Mendampingi dengan memberikan motivasi agar timbul rasa optimisme untuk dapat mewujudkan potensi dirinya; Memberikan bantuan perawatan kebersihan tubuh selama lanjut usia tersebut belum mampu melakukannya sendiri.
3) Merawat Lanjut Usia Yang Dimensia (bed ridden ) • Memeriksakan kepada dokter atau ahli yang berkompeten untuk mendapat diagnosis dan saran tindak lanjut mengenai tata cara merawat lanjut usia yang Dimensia; • Membimbing agar dapat mengikuti aturan yang dianjurkan dokter atau ahli yang berkompeten; • Mendampingi dengan hati dan penuh kasih sayang agar ia merasa mendapat perhatian dari lingkungan sekitarnya; • Memberikan bantuan perawatan kebersihan tubuh selama menjalani kehidupan di akhir hayatnya. 4) Merawat Lansia yang mengalami masalah psikososial Pendampingan psikososial, meliputi kegiatan mendampingi lanjut usia yang menderita traumatik dan mengadakan rujukan psikososial.
50 | Modul Pendampingan PSLU
a. Mendampingi Lansia Yang Mengalami Tekanan Traumatik Pendamping hanya membantu agar dapat diawasi tindakannya atau sedapat mungkin anggota keluarga dapat dimotivasi untuk bertindak mengawasi dan membantu meringankan gejala traumatik yang diderita dengan tugas sebagai berikut : • Periksakan kepada dokter dan ahli yang berkompeten di bidang terapi psikososial, untuk mendapat diagnosis dan pengobatan serta bimbingan yang sesuai dengan gangguan traumatik yang diderita; • Memberikan obat untuk diminum sesuai dosis yang telah ditetapkan; • Membimbing agar dapat mengikuti aturan dan larangan yang dianjurkan dokter dan ahli yang berkompetensi di bidang terapi psikososial; • Mendampingi dengan cara memberikan motivasi agar timbul rasa optimisme untuk cepat sembuh dari trauma yang dideritanya; • Memberikan bantuan perawatan diri apabila yang bersangkutan tidak atau belum dapat melakukannya sendiri.
Modul Pendampingan PSLU | 51
b. Mengadakan Rujukan Psikososial Bagi Lanjut Usia yang memerlukan perawatan medis dan rehabilitasi psikososial, para pendamping mempunyai tugas : • Merujuk ke Rumah Sakit dan/atau Trauma Center untuk mendapat perawatan medis dan rehabilitasi psikososial dari dokter dan ahli psikososial; • Mengunjungi secara berkala, selama ia menjalani perawatan dari dokter dan ahli psikoterapi; • Mengurus pengembalian ke rumahnya, setelah proses pengobatan medis dan rehabilitasi psikososial dinyatakan selesai.
52 | Modul Pendampingan PSLU
E. PROSES PEMBELAJARAN No.
F.
Peran
Pokok Bahasan
Waktu
1. 2.
Perkenalan Penyajian Pokokpokok bahasan
20 mnt
3.
Tanya Jawab
Fasilitator memfasilitasi tanya jawab dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan substansi dan konteks pelayanan dalam LKS lanjut Usia, ruang lingkup pendampingan, kerangka kerja pendamping dalam LKS
4.
Diskusi Kelompok
Fasilitator membagi peserta latihan ke dalam tiga kelompok.
5.
Praktek Lapangan
6..
Diskusi Pleno
7.
Refleksi/Pembulat an
Fasilitator mendampingi peserta ke lapangan Fasilitator memfasilitasi diskusi pleno mengenai hasil kerja setiap kelompok Fasilitator memberikan masukan mengenai kesimpulan akhir dan memberikan pembulatan hasil diskusi secara keseluruhan
30 mnt
Fasilitator
Peserta
Fasilitator menyajikan setiap pokok bahasan
Peserta mengikuti penyajian, tanya jawab pada setiap akhir sesi masing-masing pokok bahasan Peserta menjawab berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan substansi dan konteks pelayanan dalam LKS lanjut Usia, ruang lingkup pendampingan, kerangka kerja pendamping dalam LKS lanjut Usia Peserta melakukan diskusi Kelompok 1 membahas dan melakukan role playing tentang tahapan dan proses pendampingan. Kelompok 2 membahas dan melakukan role playing mengenai mekanisme kerja pendamping Kelompok 3 membahas dan melakukan role playing mengenai kiat-kita bermitra dalam pendampingan dalam LKS lanjut Usia lansia Mencari data-data yang akan dijadikan bahan diskusi Peserta melakukan diskusi pleno mengenai hasil kerja setiap kelompok -
METODE PEMBELAJARAN 1. Ceramah Penyajian konsep-konsep tentang dalam LKS lanjut Usia, ruang lingkup pendampingan sosial dalam LKS dan kerangka kerja pendamping sosial dalam LKS lanjut Usia, yang berfungsi untuk mengenalkan konsep yang abstrak
Modul Pendampingan PSLU | 53
dan pemberian informasi. Ceramah berlangsung secara interaktif, artinya tercipta interaksi antara fasilitator dengan peserta berupa tanya jawab, baik selama ceramah berlangsung maupun setelah ceramah berakhir. 2. Tanya jawab Tanya jawab digunakan untuk menghargai motivasi pribadi peserta. Prinsip pendekatan andragogi antara lain: “tidak menganggap peserta sebagai orang yang tidak tahu tentang topik yang sedang dibahas”. 3. Diskusi Diskusi kelompok; dilakukan ketika peserta mendalami suatu materi yang dilakukan sesama peserta latihan dalam kelompok. Metode ini berpusat pada peserta bimbingan teknis, dimana dapat dilakukan bervariasi dari situasi yang tidak terstruktur sampai kepada situasi yang terstruktur. Melalui diskusi kelompok akan dicapai perubahan pada peserta bimbingan teknis dalam aspek motivasi, emosi dan sikap. 4. Pembahasan Kasus Metode ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan peserta bimbingan teknis dalam asesmen kebutuhan/ masalah, analisis masalah, serta pemecahan masalah. 5. Permainan Peran Metode ini dilakukan kepada peserta untuk menghayati suatu persoalan dengan memainkan peran-peran yang telah direncanakan sesuai dengan topik yang sedang dibahas. 6. Praktek Kerja Lapangan Metode observasi ini dilakukan langsung kepada Klien / WBS/ Lansia. 54 | Modul Pendampingan PSLU
G. PRINSIP- PRINSIP PEMBELAJARAN Prinsip-prinsip pembelajaran dalam menggunakan modul ini sebagai berikut : 1. Kesiapan Fasilitator memiliki kesiapan sebelum menyampaikan materi bimbingan teknis dengan mempersiapkan dan membaca bahan-bahan yang akan disajikan. 2. Partisipasi Fasilitator dan peserta terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran baik dalam mengajukan pertanyaan, melaksanakan tugas-tugas terstruktur maupun dalam mengembangkan metode dan materi bimbingan teknis. 3. Demokrasi Bimbingan teknis bersifat terbuka dan setara di mana seluruh peserta bimbingan teknis memiliki hak yang sama dalam mengemukakan argumentasinya secara aktif dan terbuka. 4. Kapabilitas Fasilitator memiliki kapasitas yang memadai dalam menguasai materi bimbingan teknis. Peserta memiliki kompetensi dasar yang diperlukan sesuai dengan bimbingan teknis yang diikutinya. 5. Penggunaan Alat Bantu Proses pembelajaran hendaknya disertai dan didukung oleh alat bantu bimbingan teknis yang memadai seperti audio visual dan multi media untuk memudahkan pencapaian tujuan bimbingan teknis.
Modul Pendampingan PSLU | 55
6. Praktis Mata diklat hendaknya diarahkan agar konsep-konsep teoritis dapat merespon kondisi-kondisi praktis di lapangan. H. ALAT BANTU 1. Buku dan Modul, 2. LCD Projector, 3. OHP, 4. Flipchart, 5. Spidol, 6. Kertas Plano, 7. Papan-tulis, 8. Sound-system, 9. Berbagai alat peraga yang sesuai, 10. Film (VCD) tentang program pemberdayaan fakir miskin. I.
EVALUASI PEMBELAJARAN Evaluasi merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan pada setiap bimbingan teknis. Aspek-aspek yang dievaluasi pada bimbingan teknis ini adalah : 1. Evaluasi Reaksi Evaluasi ini merupakan respon atau tanggapan peserta terhadap proses pembelajaran dan penyelenggaraan bimbingan teknis. 2. Evaluasi Belajar Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan atau peningkatan terhadap aspek-aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta.
56 | Modul Pendampingan PSLU
3. Evaluasi Perilaku Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkah laku peserta selama dan setelah proses bimbingan teknis. 4. Evaluasi Hasil Evaluasi dilakukan setelah bimbingan teknis berakhir untuk mengetahui pemanfaatan hasil bimbingan teknis terhadap kinerja di dalam organisasi, produktifitas organisasi dan kelompok dampingan (masyarakat). Adapun evaluasi yang digunakan dalam bimbingan teknis ini adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi tersebut meliputi : • Kemampuan peserta dalam menjelaskan pengertian LKS, pendampingan sosial. • Kemampuan peserta dalam menyebutkan prinsip-prinsip metoda pekerjaan sosial dengan masyarakat. • Kemampuan peserta dalam mengutarakan metode, teknis, tahapan dan proses pendampingan sosial. • Kemampuan peserta dalam menerapkan secara contoh tentang metode, teknik, tahapan dan proses pendampingan LKS. J.
DAFTAR PUSTAKA
Zastrow, Charles H. (2000), Introduction to Social Work and Social Welfare, Pacific Grove: Brooks/Cole. Kementrian Sosial Republik Indonesia Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia “ Pedoman Asistensi Sosial Lanjut Usia melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS). Kajian Pustaka tentang pendampingan pekerja sosial http:eprints.uny.ac.id/../ BAB% 202%20-%200 ( mbah goggle). Modul Pendampingan PSLU | 57
58 | Modul Pendampingan PSLU
MODUL PENDAMPINGAN SOSIAL LANJUT USIA DALAM DAY CARE SERVICES (PELAYANAN HARIAN LANJUT USIA)
KEMENTERIAN SOSIAL RI DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA 2014
Modul Pendampingan PSLU | 59
60 | Modul Pendampingan PSLU
MODUL PENDAMPINGAN SOSIAL LANJUT USIA DALAM DAY CARE SERVICES (PELAYANAN HARIAN LANJUT USIA) A. DESKRIPSI RINGKAS Keberhasilan pembangunan nasional berdampak terhadap meningkatnya usia harapan hidup. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa usia harapan hidup masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 1990 menjadi 59,8 tahun, tahun 2000 meningkat menjadi 64,5 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan menjadi 71,1 tahun. Berdasarkan data Population Reference Bureu, World Population Data Sheet 2010 (Profil Kesehatan Indonesia, 2009), usia harapan hidup untuk Indonesia adalah 71 tahun. Data dari lembaga kesehatan dunia (WHO, 2011) menyebutkan angka harapan hidup penduduk Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Apabila tahun 2010 angka harapan hidup usia diatas 60 tahun mencapai 20,7 juta orang kemudian naik menjadi 36 juta orang tahun 2012. Kenaikan tersebut akan terus bertambah hingga mencapai 71 juta orang pada tahun 2050. Kondisi ini berimplikasi terhadap meningkatnya jumlah orang yang berusia diatas 60 tahun (lanjut usia). Lanjut usia (lansia) seiring bertambah usia mengalami perubahan dan kemunduran fungsi tubuh. Implikasi dari perubahan tersebut adalah kebutuhan lansia yang semakin kompleks. Kebutuhan tersebut mencakup beberapa aspek kehidupan, yang antara lain aspek fisik, psikis, sosial dan spiritual yang upaya pemenuhannya dipengaruhi oleh proses menua, struktur keluarga ( keluarga besar menjadi keluarga inti ).
Modul Pendampingan PSLU | 61
Kondisi masyarakat khususnya di perkotaan terjadi perubahan dalam struktur dan komposisinya. Keluarga besar yang di dalamnya terdapat ayah, ibu, anak-anak dan kakek / nenek berubah menjadi keluarga inti. Sehingga banyak lansia yang tinggal sendiri. Konsekuensinya adalah lansia sering mengalami kesepian. Kondisi ini akan mempengaruhi kualitas hidup lansia seperti : gangguan kesehatan, stress, kesedihan dan bahkan keputusasaan. Maka perlu adanya terobosan untuk mengantisipasi agar lansia rawan potensial tidak menjadi potensial. Memperhatikan fenomena di atas pemerintah melalui Kementerian Sosial mengembangkan program day care services atau Program Pelayanan Harian Lanjut Usia (PHLU). Pelayanan ini merupakan suatu model pelayanan sosial lanjut usia yang mana lanjut usia datang ke lokasi PHLU yang dilaksanakan secara profesional dalam waktu terbatas (tidak lebih dari 8 jam) tidak menginap serta tidak memisahkan lanjut usia dari keluarga dan masyarakatnya. PHLU ini diharapkan sebagai alternatif pelayanan yang tepat dalam mempertahankan dan mengembangkan keberfungsian sosial lanjut usia serta merespon kebutuhan dan permasalahan lanjut usia secara memadai guna mewujudkan kesejahteraan sosial lanjut usia. Di samping itu, PHLU diharapkan dapat membantu pemenuhan kebutuhan lanjut usia yang tidak dapat diberikan oleh keluarganya. Model pelayanan harian mulanya dikembangkan di panti-panti sosial lanjut usia, karena dianggap bahwa pada umumnya panti mempunyai sarana untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan harian lanjut usia dan memperluas jangkauan pelayanan panti, sekaligus agar masyarakat dapat mengetahui tentang aktivitas yang ada didalam panti, dan penerima 62 | Modul Pendampingan PSLU
manfaat panti dengan peserta PHLU dapat berinteraksi. Namun setelah dilaksanakan uji coba ternyata dimasyarakatpun dapat dikembangkan model PHLU. Pelaksanaan PHLU telah diselenggarakan sejak tahun 2005 dan sampai dengan saat ini berjalan dengan baik. B. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Tujuan umum Modul ini ditujukan untuk membantu peserta bimbingan teknis pendamping sosial lansia di PHLU, yakni para pekerja sosial, care giver, relawan sebagai pendamping lansia dalam setting PHLU, maupun pekerja sosial sebagai pendamping lansia potensial yang bersifat sukarela dalam meningkatkan pemahaman mengenai hakekat pendampingan sosial terhadap lansia potensial, dalam setting PHLU. Sehingga, setelah mengikuti bimbingan teknis pendamping sosial lansia ini diharapkan mereka memiliki pengetahuan mengenai ruang lingkup, tujuan dan prinsip-prinsip dasar dalam pendampingan,khususnya pendampingan kelompok lansia potensial dalam setting PHLU. 2. Tujuan khusus Meningkatkan kompetensi peserta sehingga mereka memiliki pemahaman, keterampilan dan sikap yang menyangkut : a) Substansi dan konteks pelayanan sosial lansia dalam setting PHLU b) Ruang Lingkup Pendampingan Sosial Lansia dalam setting PHLU c) Kerangka kerja pendamping sosial lansia dalam setting PHLU d) Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap lanjut usia Modul Pendampingan PSLU | 63
C. POKOK BAHASAN 1. Substansi dan konteks: a) Makna PHLU b) Manfaat PHLU c) Alasan diperlukan PHLU d) Tujuan penyelenggaan PHLU e) Sasaran pelayanan PHLU 2. Ruang Lingkup Pendampingan Sosial dalam PHLU: a) Pengertian pendampingan PHLU (lihat pedoman PHLU) b) Prinsip pendampingan PHLU c) Jangka waktu pelaksanaan pendampingan d) Tahapan dan proses pendampingan PHLU e) Teknik yang digunakan dalam pendampingan PHLU 3. Kerangka kerja pendamping sosial dalam PHLU: a) Pengertian dan identitas pendamping b) Syarat dan kriteria pendamping PHLU c) Etika dan panduan pendamping PHLU d) Pengetahuan dasar pendamping PHLU e) Hak, kewajiban dan tanggung jawab pendamping PHLU f) Tugas, peran dan fungsi pendamping PHLU (utamakan peran pendamping) g) Mekanisme kerja pendamping h) Mitra kerja pendamping
64 | Modul Pendampingan PSLU
D. BAHAN PEMBELAJARAN/ BIMBINGAN 1. Substansi dan Konteks PHLU a) Apa yang disebut dengan PHLU PHLU adalah Suatu model pelayanan sosial yang disediakan bagi lanjut usia, bersifat sementara, dilaksanakan pada siang hari di dalam atau di luar panti dalam waktu tertentu (maksimal 8 jam), dan tidak menginap, yang dikelola oleh Pemerintah atau masyarakat secara profesional. b) Apa manfaat PHLU Sebagai alternatif pelayanan yang tepat dalam mempertahankan dan mengembangkan keberfungsian sosial lanjut usia serta merespon kebutuhan dan permasalahan lanjut usia secara memadai guna mewujudkan kesejahteraan sosial lanjut usia. Di samping itu, PHLU diharapkan dapat membantu pemenuhan kebutuhan lanjut usia yang tidak dapat diberikan oleh keluarganya. c) Mengapa PHLU diperlukan Lansia memerlukan pelayanan sosial profesional untuk memenuhi kebutuhannya. Namun saat ini belum semua terpenuhi terutama bagi lansia yang potensial dan masih tinggal bersama keluarga. d) Apa tujuan penyelenggaraan PHLU : 1) Meningkatnya kemampuan lanjut usia untuk menyesuaikan diri terhadap proses perubahan dirinya secara fisik, mental dan sosial. 2) Terpenuhinya kebutuhan dan hak lanjut usia agar mampu berperan dan berfungsi di masyarakat secara wajar. Modul Pendampingan PSLU | 65
3) Meningkatnya peran serta keluarga dan masyarakat dalam pendampingan dan perawatan di PHLU. 4) Terciptanya rasa aman, nyaman dan tentram bagi lanjut usia, dengan tetap tinggal bersama keluarga dengan tetap dapat mengikuti aktifitas di PHLU. 2. Ruang Lingkup Pendampingan PHLU a) Prinsip pelayanan 1) Promote Independent Living, memberi kesempatan kepada lanjut usia untuk hidup dalam lingkungan keluarganya selama mungkin. 2) Self determination, menentukan nasib sendiri/ tidak ada rasa keterpaksaan. 3) Respect Personal Culture and Life Style, menghormati budaya dan agama masing-masing 4) Confidentiality, menjaga kerahasiaan. 5) Safety, memiliki rasa aman. 6) Empowerment, Pemberdayaan masyarakat 7) Flexibility, bila sewaktu-waktu lanjut usia ataupun keluarga memerlukan pendampingan, bisa menghubungi pendamping. 8) Sustainability, kesinambungan pelayanan perlu dipertahankan. b) Prinsip Pendampingan Terdapat 11 prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu : 1) Hak azasi dan Kehormatan Semua hak azasi dan kehormatan berlaku bagi kelompok lanjut usia. Dalam hidupnya lanjut usia telah berkontribusi bagi pembangunan, oleh 66 | Modul Pendampingan PSLU
2)
3)
4)
5)
karena itu berhak pula untuk menikmati kemajuan pembangunan yang dicapai pada saat ini. Individualisasi Lanjut usia tidak sama satu dengan lainnya, setiap lanjut usia mempunyai keunikan sendiri. Oleh sebab itu, kepada setiap lanjut usia perlu diperhatikan kebutuhan, kepribadian serta kekhususan masing-masing. Kemandirian Lanjut usia perlu dijamin agar dapat mandiri dalam mendapat pelayanan yang sesuai kebutuhannya, seperti pelayanan kesehatan, jaminan pemeliharaan dalam bidang sosial, ekonomi, transportasi, kegiatan, perumahan, kesejahteraan sosial sehingga mereka mempunyai kemandirian. Hak menentukan diri sendiri Lanjut usia berhak memilih untuk tinggal bersama keluarga atau dirumah sendiri dengan tetap memperoleh kesempatan mengakses pelayanan sosial untuk memelihara kesehatan, hobi, aktifitas dan kemandirian tanpa ada tekanan dari keluarga atau pendamping. Keluarga sebagai mitra / pendukung lansia Pelayanan bagi lanjut usia dapat diberikan di rumahnya sendiri, karena dengan tinggal bersama keluarga atau di rumahnya sendiri, lanjut usia tersebut lebih bahagia dan sejahtera. Namun dalam beberapa hal lansia memerlukan fasilitas khusus untuk memelihara kesehatan dan aktifitas pengisian waktu luang. PHLU adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Modul Pendampingan PSLU | 67
6) Aksesibilitas Pelayanan masyarakat di berbagai bidang diusahakan untuk dapat dicapai dengan mudah oleh lanjut usia seperti pelayanan kesehatan, tempat rekreasi, fasilitas pendidikan dan lainlain. Bila mungkin mereka dibebaskan dari biaya pelayanan. Dalam hal tersebut sebagian fasilitas sudah memberi kebebasan atau potongan/ keringanan. 7) Mengikutsertakan Lanjut usia (Engaging the Elderly) Mendorong ikatan antar generasi, semua anggota keluarga, tetangga, masyarakat serta lanjut usia, agar semuanya saling membantu untuk meningkatkan kesejahteraan lanjut usia. Mendorong lanjut usia untuk membantu generasi muda serta berperan sebagai kakek atau nenek asuh yang bijaksana dan penuh keteladanan. 8) Penggunaan bahasa lanjut usia Pendamping harus mampu memahami bahasa isyarat lanjut usia, baik bahasa tubuh, verbal, dan psikologis yang dirasakan oleh lanjut usia. Jika setiap Pendamping mampu menguasai bahasa isyarat mereka, maka akan mempermudah menempatkan dirinya sebagai “teman” ngobrol/ curhat, sehingga proses pendampingan dilakukan maksimal. (perlu materi khusus tentang tehnik komunikasi dengan lansia). 9) Produktivitas Berbagai kegiatan yang dapat memberikan kesempatan bagi lanjut usia untuk produktif perlu difasilitasi sehingga tidak memberi peluang 68 | Modul Pendampingan PSLU
untuk menganggur dan menarik diri dari kehidupan bermasyarakat, terkecuali bagi mereka yang kondisinya tidak memungkinkan. 10) Perawatan diri sendiri dan keluarga Dengan mengikuti kegiatan PHLU, pendamping dapat mengajak lansia merawat diri sendiri secara teratur dan disiplin serta dapat mengajak pula keluarganya. 11) Pelibatan masyarakat Setiap pendampingan lanjut usia di daycare services diperlukan pelibatan masyarakat. Warga diperankan sebagai sumber dukungan sosial, jika keluarga tidak mampu melaksanakan fungsi sosialnya bagi lanjut usia karena berbagai faktor. Sumber dukungan yang dapat diperoleh dari masyarakat antara lain penyediaan fasilitas sosial yang menjamin pendampingan berjalan lancar, jaminan keamanan dalam pendampingan, dan lain-lain. 3. Kerangka Kerja Pendamping PHLU a) Bagaimana proses pendampingan ? Pendampingan PHLU merupakan suatu proses kegiatan yang diawali dengan identifikasi kebutuhan / minat, membantu lansia mengakses / memenuhi kebutuhan yang tersedia di PHLU secara terencana dan berkesinambungan. Evaluasi dilakukan setiap saat (proses) dan diakhir kontrak pelayanan (akhir). b) Berapa lama pelaksanaan pendampingan? Lamanya proses pendampingan PHLU, antara 6 – 8 jam per hari selama 5 hari dalam sepekan. Terminasi atau pengakhiran pelayanan bila lansia mengundurkan diri atau meninggal dunia. Modul Pendampingan PSLU | 69
c) Bagaimana tahapan dan Proses pendampingan? 1) Tahap promosi dan orientasi - Memperkenalkan lembaga dan PHLU kepada berbagai pihak untuk lebih mengenal Program dan lembaga PHLU melalui penyuluhan, penyebaran liflet, brosur dan pemberitaan media masa. - Menjelaskan kepada calon peserta tentang prosedur penerimaan, jenis pelayanan dan lain lain. - Menjalin hubungan antara calon peserta, keluarga dan masyarakat. - Mengumpulkan data calon peserta. 2) Tahap penerimaan dan seleksi - Menerima permohonan dan melakukan seleksi - Melakukan Penerimaan dan Registrasi - Menjalin kontak dan kontrak pelayanan antara petugas dengan peserta. - Menginformasikan tata tertib pelayanan kepada peserta dan keluarganya. 3) Tahap pemberian Pelayanan : Tahapan pemberian pelayanan adalah sebagai berikut: - Identifikasi, dilakukan untuk mengetahui potensi dan minat yang ada pada peserta - Rencana Intervensi, menyusun perencanaan kegiatan yang akan diberikan - Intervensi, melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan potensi dan minat peserta 70 | Modul Pendampingan PSLU
4) Tahap monitoring, evaluasi dan pelaporan Kegiatan monitoring, evaluasi, dan pelaporan dilaksanakan untuk mengetahui: - Proses dan hasil pelaksanaan pemberian pelayanan. - Perkembangan fisik, Sosial, Emosional, Mental spiritual dan Intelektual. - Keberhasilan dan hambatan pelayanan. - Menyusun laporan kegiatan yang dilaksanakan oleh peserta. 5) Tahap Terminasi pelayanan Terminasi dapat dilakukan karena beberapa hal : - Lanjut usia memutuskan untuk berhenti menjadi peserta - Lanjut Usia pindah tempat tinggal - Lanjut Usia Meninggal Dunia - Diberhentikan karena alasan tertentu SKEMA PENDAMPINGAN LANJUT USIA DI PHLU Input pendampingan: Adanya tenaga pendamping terlatih (sosial) untuk pendampingan lansia PHLU Adanya tenaga Kesehatan (dokter dan perawat) Adanya disiplin ilmu terkait lainnya yang dapat memberikan pelayanan (relawan/instruktur) Populasi lansia yang terus meningkat dan membutuhkan fasilitas pengisian waktu luang serta pemeliharaan kesehatan
Proses: Identifikasi masalah Kesepakatan mengatasi masalah lansia Penyusunan rencana kegiatan dan implementasi pelayanan pada usila PHLU MONEV (proses dan hasil)
Output Lansia sehat dan mandiri
Modul Pendampingan PSLU | 71
d) Teknik apa saja yang digunakan dalam pendampingan? 1) Teknik Pertemanan (companionship), menjadikan lansia sebagai teman akan membuat lansia lebih nyaman dan mengurangi hambatan /barier dalam berkomunikasi 2) Teknik Asistensi Asuhan Diri (personal care), mendampingi lansia dalam melakukan aktifitas harian secara mandiri untuk menimbulkan rasa percaya diri 3) Teknik Konsultasi (counselling), memberikan waktu untuk mendengarkan keluh kesah lansia tanpa harus selalu memberikan komentar atau solusi 4) Teknik Rujukan (referral). Menyerahkan tanggungjawab penyelesaian masalah kepada yang lebih ahli dan fasilitas sesuai kebutuhan. 5) Tekni entrepreneurship e) Metode Jenis pelayanan dapat dilaksanakan melalui berbagai kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi lembaga penyelengara sesuai dengan minat dan kebutuhan lanjut usia. Berikut ini contoh contoh kegiatan yang dapat dilaksanakan yaitu : 1) Biologis : - Makanan tambahan - Pemeriksaan Kesehatan (dalam bentuk pengukuran tekanan darah, timbangan berat badan, dll) - Kebugaran dalam bentuk senam, fitnes 72 | Modul Pendampingan PSLU
2) Psikologis - Konseling - Terapi psikososial (pedoman bimbingan psikososial) 3) Sosial - Hiburan - Rekreasi - Perpustakaan - Ketrampilan (pengisian waktu luang,) - Anjangsana - Bhakti Sosial - Kunjungan ke rumah - Seminar - Saresehan - Advokasi - Dinamika Kelompok - Bimbingan sosial (pedoman bimbingan sosial) - Peringatan hari besar Nasional - Kegiatan usaha ekonomi produktif (UEP) 4) Spiritual - Bimbingan Ibadah - Pembinaan kerohanian - Pengajian - Pembinaan mental - Lomba bidang kerohanian
Modul Pendampingan PSLU | 73
4. Kerangka Kerja Pendamping PHLU a) Siapa yang dimaksud dengan pendamping Pendamping PHLU adalah seseorang yang karena keahliannya memberikan pelayanan lansia di PHLU. Kompetensi di dapat melalui pelatihan untuk memberikan bimbingan dan pendampingan lanjut usia di PHLU agar dapat menjalankan fungsi sosialnya secara wajar. b) Siapa saja yang dapat menjadi pendamping PHLU Pendamping bisa terdiri dari unsur : pekerja sosial,perawat, relawan dan lain-lain, yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. c) Apa syarat menjadi calon pendamping 1) Minimal berusia 20 tahun. 2) Sehat secara fisik, mental dan sosial yang dibuktikan dengan surat keterangan kesehatan). 3) Pendidikan formal minimal SLTP/sederajat. 4) Mempunyai perhatian dan kepedulian terhadap lanjut usia. 5) Di utamakan mempunyai pengalaman mendampingi ataupun merawat lanjut usia 6) Sering berkomunikasi dan berinteraksi dengan lanjut usia. 7) Bersedia dan sanggup mengikuti pelatihan/ pemantapan petugas pendamping lanjut usia di PHLU 8) Menandatangani surat pernyataan sebagai pendamping dan bersedia melaksanakan kontrak kerja pendampingan, 9) Jangka waktu dan status pendamping ditentukan oleh masing-masing penyelenggara. 74 | Modul Pendampingan PSLU
d) Apa etika seorang pendamping ? 1) Berpenampilan sederhana, rapi, ramah dan sopan 2) Mampu menempatkan diri dalam situasi apapun. 3) Mampu berkomunikasi 4) Menghormati suku, agama dan ras lanjut usia 5) Mengendalikan diri dari kebiasaan yang membahayakan lanjut usia (merokok, minum alkohol, dll). 6) Menggunakan Tanda Pengenal (ID) selama melakukan pendampingan lanjut usia e) Fungsi dan peran pendamping 1) Fungsi pendamping adalah: • Fungsi pencegahan, yaitu melakukan berbagai kegiatan untuk mencegah agar lanjut usia tidak mengalami stress dan kepikunan. • Fungsi pemulihan, yaitu melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan fungsi sosial lansia dalam keluarga dan masyarakat. • Fungsi pengembangan, yaitu melakukan berbagai kegiatan untuk menjaga dan atau meningkatkan kemampuan lanjut usia dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari atau menyalurkan hobi dan bakat. 2) Peran pendamping dapat dikelompokkan : • Memandirikan sesuai dengan kemampuan lanjut usia itu sendiri • Melaksanakan prinsip – prinsip pendampingan • Melakukan komunikasi (berbicara/ mendengar dan mengetahui bahasa tubuh). Modul Pendampingan PSLU | 75
• • • • f)
Memperhatikan kesehatan, kebersihan, keamanan dan kenyamanan lanjut usia. Asistensi dalam kegiatan di PHLU Membantu memenuhi kebutuhan dasar lansia selama mengikuti PHLU Melatih pergerakan tubuh / olah raga
Siapa yang menjadi sasaran program pelayanan PHLU 1) Sasaran Langsung • Lanjut usia potensial yang tinggal sendiri, bersama keluarga, baik keluarganya sendiri maupun keluarga pengganti; • Pra lansia yang sudah berusia 56 tahun 2) Sasaran Tidak Langsung • Keluarga Keluarga dengan lansia mandiri dan memerlukan fasilitasdan sarana pengisian waktu luang bagi lansianya di siang hari. • Masyarakat Dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan mengatasi hambatan lanjut usia diperlukan peran serta dan penerimaan masyarakat . • Kelembagaan yang ada di masyarakat Lembaga lokal seperti RW atau kantor kelurahan sangat diharapkan untuk menggerakan masyarakat memanfaatkan dan atau memberikan dukungan berupa fasilitasi serta tenaga penyelenggara PHLU diwilayahnya.
76 | Modul Pendampingan PSLU
g) Apa yang harus dilakukan saat terjadi gangguan kesehatan atau masalah psikososial? 1) Merawat Lanjut Usia yang Sakit • Memeriksakan lanjut usia kepada dokter atau petugas kesehatan yang tersedia di PHLU, bila perlu atas persetujuan keluarga / lansia dirujuk di Puskesmas, Rumah Sakit atau dokter praktik untuk mendapat diagnosis dan pengobatan • Memberikan obat untuk diminum sesuai dosis yang telah ditetapkan oleh dokter 2) Merawat Lansia yang mengalami masalah psikososial Pendampingan psikososial, meliputi kegiatan mendampingi lanjut usia yang menderita traumatik dan mengadakan rujukan psikososial. • Mendampingi Lansia Yang Mengalami Tekanan atau Kecemasan Pendamping hanya membantu menenangkan, mendampingi (ditemani), didengarkan keluhannya dan diberi dukungan. • Mengadakan Rujukan Psikososial Bagi Lanjut Usia yang memerlukan perawatan medis dan rehabilitasi psikososial, para pendamping mempunyai tugas : - Merujuk ke Rumah Sakit dan/atau Trauma Center untuk mendapat perawatan medis dan rehabilitasi psikososial dari dokter dan ahli psikososial atas persetujuan keluarga dan lansia Modul Pendampingan PSLU | 77
-
-
Mengunjungi secara ke rumah, selama ia menjalani perawatan dari dokter dan ahli psikoterapi Memastikan lansia kembali kelingkungan keluarga setelah menjalani program terapi oleh ahli
h) Bagaimana mekanisme kerja pendamping ? Mekanisme kerja pendamping terhadap lanjut usia, lembaga yang menugaskan maupun mitra kelembagaan serta pemerintah dapat dilihat pada skema berikut ini : SKEMA 1. Keterkaitan bebagai pihak dalam pendampingan lanjut usia RUMAH SAKIT
PSTW
PUSKESMAS PEMERINTAH SETEMPAT
PETUGAS PENDAMPING
LANJUT USIA
KELUARGA LANJUT USIA
MASYARAKAT & Private Sector
Keterangan : = hubungan langsung = hubungan dukungan = saling koordinasi
78 | Modul Pendampingan PSLU
KEMSOS & DINSOS
a. Pelayanan terhadap lanjut usia sesuai dengan kebutuhan lanjut usia yang didampingi. b. Mendorong keluarga lanjut usia untuk mendukung aktifitas lansia di PHLU c. Menjalin hubungan kerja dengan Puskesmas untuk rujukan perawatan medis d. Menjalin hubungan kerja dengan pemerintah setempat dan lembaga-lembaga lainnya untuk berperan dalam pemberian fasilitas yang dibutuhkan lanjut usia e. Menjalin hubungan kerja dengan instansi pemerintah, swasta dan LSM f. Mempertanggung-jawabkan seluruh kegiatan yang dilakukan tenaga pendamping terhadap lanjut usia maupun kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan mitra kerja kepada lembaga penugasan. i)
Dengan siapa saja pendamping dapat bekerjasama/ bermitra? 1) Kerjasama dengan keluarga Menjalin hubungan kerja (komunikasi) dengan keluarga adalah hal yang paling penting dilakukan. Dalam hal ini keluarga turut dilibatkan dalam pelaksanaan pendampingan, terutama mendukung kebutuhan lansia saat dirumah. 2) Membentuk jaringan kemitraan dengan pihak terkait Dalam melakukan tugas pendampingan lanjut usia di rumah maka perlu dibentuk jaringan kemitraan dengan pihak terkait (pengandil).
Modul Pendampingan PSLU | 79
Adapun pengandil yang dimaksud adalah : a. RT/RW dan Kelurahan untuk administrasi kependudukan b. Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota serta Instansi terkait (antara lain Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan). c. Relawan. d. Puskesmas untuk pemeriksaan kesehatan dan Rumah Sakit untuk rujukan e. Rumah Sakit. Umum f. Rumah Sakit Jiwa g. Klinik Geriatri h. Dunia Usaha (CSR) i. Asosiasi-asosiasi profesi terkait. j. Perguruan Tinggi k. Lembaga Bantuan Hukum l. Lembaga Swadaya Masyarakat./ Orsos– orsos (PKK/PSM/BKL/PMI) m. PSTW (bila penyelenggara PHLU bukan PSTW) E. PROSES PEMBELAJARAN No.
Pokok Bahasan
1.
Perkenalan
2.
Penyajian Pokokpokok bahasan
80 | Modul Pendampingan PSLU
Peran
Waktu 20 mnt
Fasilitator
Peserta
-
-
Fasilitator menyajikan setiap pokok bahasan
Peserta mengikuti penyajian, tanya jawab pada setiap akhir sesi masing-masing pokok bahasan
3.
Tanya Jawab
Fasilitator memfasilitasi tanya jawab dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan substansi dan konteks pelayanan PHLU, ruang lingkup pendampingan, kerangka kerja pendamping PHLU
Peserta menjawab berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan substansi dan konteks pelayanan PHLU, ruang lingkup pendampingan, kerangka kerja pendamping PHLU
4.
Diskusi Kelompok
Fasilitator membagi peserta latihan ke dalam tiga kelompok.
5.
Diskusi Pleno
6.
Refleksi/Pembulatan
Fasilitator memfasilitasi diskusi pleno mengenai hasil kerja setiap kelompok Fasilitator memberikan masukan mengenai kesimpulan akhir
Peserta melakukan diskusi Kelompok 1 membahas dan melakukan role playing tentang tahapan dan proses pendampingan. Kelompok 2 membahas dan melakukan role playing mengenai mekanisme kerja pendamping Kelompok 3 membahas dan melakukan role playing mengenai kiat-kita bermitra dalam pendampingan PHLU lansia Peserta melakukan diskusi pleno mengenai hasil kerja setiap kelompok -
30 mnt
Modul Pendampingan PSLU | 81
F.
METODE PEMBELAJARAN 1. Ceramah Penyajian konsep-konsep tentang PHLU, ruang lingkup pendampingan sosial dalam PHLU dan kerangka kerja pendamping sosial PHLU, yang berfungsi untuk mengenalkan konsep yang abstrak dan pemberian informasi. Ceramah berlangsung secara interaktif, artinya tercipta interaksi antara fasilitator dengan peserta berupa tanya jawab, baik selama ceramah berlangsung maupun setelah ceramah berakhir. 2. Tanya jawab Tanya jawab digunakan untuk menghargai motivasi pribadi peserta. Prinsip pendekatan andragogi antara lain: “tidak menganggap peserta sebagai orang yang tidak tahu tentang topik yang sedang dibahas” 3. Diskusi Diskusi kelompok; dilakukan ketika peserta mendalami suatu materi yang dilakukan sesama peserta latihan dalam kelompok. Metode ini berpusat pada peserta bimbingan teknis, dimana dapat dilakukan bervariasi dari situasi yang tidak terstruktur sampai kepada situasi yang terstruktur. Melalui diskusi kelompok akan dicapai perubahan pada peserta bimbingan teknis dalam aspek motivasi, emosi dan sikap. 4. Pembahasan Kasus Metode ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan peserta bimbingan teknis dalam asesmen kebutuhan/ masalah, analisis masalah, serta pemecahan masalah.
82 | Modul Pendampingan PSLU
5. Permainan Peran Metode ini dilakukan ketika peserta untuk menghayati suatu persoalan dengan memainkan peran-peran yang telah direncanakan sesuai dengan topik yang sedang dibahas. G. PRINSIP- PRINSIP PEMBELAJARAN Prinsip-prinsip pembelajaran dalam menggunakan modul ini sebagai berikut : 1. Kesiapan Fasilitator memiliki kesiapan sebelum menyampaikan materi bimbingan teknis dengan mempersiapkan dan membaca bahan-bahan yang akan disajikan. 2. Partisipasi Fasilitator dan peserta terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran baik dalam mengajukan pertanyaan, melaksanakan tugas-tugas terstruktur maupun dalam mengembangkan metode dan materi bimbingan teknis. 3. Demokrasi Bimbingan teknis bersifat terbuka dan setara di mana seluruh peserta bimbingan teknis memiliki hak yang sama dalam mengemukakan argumentasinya secara aktif dan terbuka. 4. Kapabilitas Fasilitator memiliki kapasitas yang memadai dalam menguasai materi bimbingan teknis. Peserta memiliki kompetensi dasar yang diperlukan sesuai dengan bimbingan teknis yang diikutinya. 5. Penggunaan Alat Bantu Proses pembelajaran hendaknya disertai dan didukung oleh alat bantu bimbingan teknis yang memadai seperti audio visual dan multi media untuk memudahkan pencapaian tujuan bimbingan teknis. Modul Pendampingan PSLU | 83
6. Praktis Mata diklat hendaknya diarahkan agar konsep-konsep teoritis dapat merespon kondisi-kondisi praktis di lapangan. H. ALAT BANTU 1. Buku dan Modul 2. LCD Projector 3. OHP, 4. Flipchart 5. Spidol 6. Kertas Plano 7. Papan-tulis, 8. Sound-system, 9. Berbagai alat peraga yang sesuai 10. Film (VCD) tentang program pemberdayaan fakir miskin I.
EVALUASI PEMBELAJARAN Evaluasi merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan pada setiap bimbingan teknis. Aspek-aspek yang dievaluasi pada bimbingan teknis ini adalah: 1. Evaluasi reaksi Evaluasi ini merupakan respon atau tanggapan peserta terhadap proses pembelajaran dan penyelenggaraan bimbingan teknis. 2. Evaluasi Belajar Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan atau peningkatan terhadap aspek-aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta. 3. Evaluasi Perilaku Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkah laku peserta selama dan setelah proses bimbingan teknis.
84 | Modul Pendampingan PSLU
4. Evaluasi Hasil Evaluasi dilakukan setelah bimbingan teknis berakhir untuk mengetahui pemanfaatan hasil bimbingan teknis terhadap kinerja di dalam organisasi, produktifitas organisasi dan kelompok dampingan (masyarakat). Adapun evaluasi yang digunakan dalam bimbingan teknis ini adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi tersebut meliputi: • Kemampuan peserta dalam menjelaskan pengertian PHLU, pendampingan lansia selama mengikuti aktifitas di PHLU • Kemampuan peserta dalam menyebutkan prinsip-prinsip metoda pekerjaan sosial dengan masyarakat. • Kemampuan peserta dalam mengutarakan metode, teknis, tahapan dan proses pendampingan sosial • Kemampuan peserta dalam menerapkan secara contoh tentang metode, teknik, tahapan dan proses pendampingan PHLU
DAFTAR PUSTAKA Zastrow, Charles H. (2000), Introduction to Social Work and Social Welfare, Pacific Grove: Brooks/Cole Kementerian Sosial RI (2011), Pedoman Pelayanan Harian Lanjut Usia
Modul Pendampingan PSLU | 85
86 | Modul Pendampingan PSLU
MODUL PENDAMPINGAN USAHA EKONOMI PRODUKTIF (UEP) BAGI LANJUT USIA
KEMENTERIAN SOSIAL RI DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA 2014
Modul Pendampingan PSLU | 87
88 | Modul Pendampingan PSLU
MODUL PENDAMPINGAN USAHA EKONOMI PRODUKTIF (UEP) BAGI LANJUT USIA A. DESKRIPSI RINGKAS Peran masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial lanjut usia secara simultan mengalami perkembangan yang sangat pesat pada akhir-akhir ini. Pesatnya pelayanan kesejahteraan sosial yang di selenggarakan oleh masyarakat di berbagai lapisan menunjukkan, bahwa penyediaan pelayanan sosial lanjut usia merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Salah satu upaya nyata untuk meningkatkan kesejahteraan sosial terhadap lansia adalah meningkatkan investasi sosial lanjut usia. Investasi Sosial dimaksud diberikan dalam bentuk pemberian tambahan modal usaha kepada para lanjut usia yang produktif, sehat dan aktif. Tujuan dari pemberian tambahan modal Usaha Ekonomi Produktif (UEP) terhadap lansia adalah untuk memberikan kesempatan kepada lanjut usia agar lebih produktif dan dapat meningkatkan usahanya sebagai penopang kehidupannya. Mengingat pentingnya peranan pendamping dalam pemberian UEP kepada lanjut usia, maka diperlukan seorang pendamping sebagai motivator dan pembimbing guna kelancaran pelaksanaan UEP. Seorang pendamping berasal dari unsur masyarakat yang ada di sekitar tempat tinggal lanjut usia yang menjadi dampingannya. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka diperlukan Modul Pendampingan Usaha Ekonomis Produktif bagi lanjut usia sebagai bahan pembekalan pelaksanaan tugas di lapangan. Modul Pendampingan PSLU | 89
B. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Tujuan Umum Peserta bimbingan teknis diharapkan dapat memahami, dan melaksanakan pendampingan, sesuai tugas pokok dan fungsinya guna keberhasilan pelaksanaan investasi sosial. 2. Tujuan Khusus a. Peserta dapat menjelaskan dan memahami substansi dan konteks pendampingan lansia melalui kegiatan UEP, ruang lingkup kegiatan pendampingan, tahapan dan proses serta teknis dan peran pendampingan; b. Peserta dapat menerapkan keterampilan dan sikap sebagai pendamping UEP lansia, mengimplementasikan peran dan fungsinya serta tahap dan proses pendampingan UEP lansia; c. Peserta dapat merancang disain / format dan instrumen pendampingan pengembangan investasi melalui kegiatan UEP lansia. C. POKOK-POKOK BAHASAN 1. Substansi dan Konteks pendampingan 2. Persyaratan dan Kriteria Pendamping 3. Tahapan dan Proses Pendampingan 4. Cara dan Strategi Praktis Pendampingan 5. Peran dan tugas pendamping 6. Panduan Pendampingan UEP Lansia 7. Evaluasi D. BAHAN PEMBELAJARAN BIMBINGAN TEKNIS 1) Substansi dan Konteks Pendampingan Dalam melaksanakan kegiatan pendampingan seorang pendamping dapat mempersiapkan diri dengan 90 | Modul Pendampingan PSLU
mempunyai jiwa sosial serta memiliki kemampuan untuk mengembangkan wira usaha agar para lansia yang sudah mulai menurun kemampuannya dalam mengelola kegiatan usaha dapat diberikan motivasi dan bimbingan oleh seorang pendamping. Oleh karena itu keberadaan seorang pendamping sangat dibutuhkan dalam pengembangan UEP lanjut usia. 2) Persyaratan dan Kriteria Pendamping UEP Lansia Dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan serta keberlangsungan untuk suatu usaha bagi lansia diperlukan seorang pendamping. Pelaksanaan kegiatan usaha lansia perlu didampingi oleh seorang pendamping sebagai tempat untuk berkonsultasi tentang usaha yang dijalankannya. Oleh karena itu ada beberapa persyaratan integritas yang harus dimiliki oleh seorang pendamping, yaitu : a) Kepedulian yang tinggi dan empati kepada lansia yang didampinginya. b) Semangat dan wawasan kewirausahaan. c) Keterampilan dan pengalaman teknis serta sikap yang positif dan mendukung kewirausahaan. d) Kejujuran dan tanggung jawab terhadap klien lanjut usia dan keluarga yang menjadi binaannya. e) Kemampuan mengelola dan mengkoordinasikan kegiatan usaha lansia binaannya. f) Bersedia dan sungguh sungguh mendampingi dan membimbing usaha ekonomi produktif yang dilakukan para lansia. g) Pendidikan minimal SLTA.
Modul Pendampingan PSLU | 91
Sedangkan lansia yang didampingi untuk melakukan kegiatan usaha ekonomi produktif (UEP) harus memiliki kriteria - kriteria sbb : a) Seseorang yang sudah berusia 60 tahun sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. b) Lansia yang mempunyai motivasi untuk melaksanakan kegiatan usaha serta yang sudah memiliki emberio usaha. c) Lansia yang mempunyai keinginan untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya. d) Adanya dukungan dari keluarga.
3) Tahapan dan Proses Pendampingan Seorang pendamping dalam melakukan tugasnya harus mempunyai kemampuan yang lebih untuk mengkoordinir lansia yang mempunyai usaha. Hal ini dimaksudkan agar seorang pendamping dapat mengarahkan usaha lansia secara terarah dan terukur agar mendapatkan keberhasilannya. Adapun proses tahapan seorang pendamping untuk membuat kemajuan usaha lansia adalah sebagai berikut : a) Melakukan perkenalan dan pendekatan awal terhadap siapa diri pendamping, apa yang perlu didampingi dan hal-hal yang harus menjadi kewajiban dan tanggungjawab bersama dalam pendampingan UEP b) Mendata dan melakukan asesmen kebutuhan dan masalah pendampingan. c) Merencanakan dan memilih jenis usaha dan tahapan pendampingan. d) Melakukan pendampingan secara terprogram. 92 | Modul Pendampingan PSLU
e) Mengkomunikasikan dan mensosialisasikan substansi, proses dan hasil pendampingan kepada para pihak yang berkepentingan. f) Melakukan pengendalian, supervisi dan pemantauan pendampingan. g) Menyusun dan menyampaikan serta mendiseminasikan laporan pendampingan. h) Melakukan evaluasi. i) Menyiapkan terminasi, atau penghentian pendampingan jika sudah diperlukan dan sesuai tahapan yang telah ditetapkan. j) Menyiapkan dan mengimplementasikan rujukan pendampingan berupa dukungan masyarakat dan institusi yang lebih luas. k) Mengimplementasikan terminasi. 4) Cara dan Strategi Praktis Pendampingan Seorang Pendamping dalam melaksanakan tugasnya harus mempunyai strategi agar dapat berhasil dalam mengelolanya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seorang pendamping untuk meningkatkan kemajuan usaha para lansia yang diantaranya adalah : a. Melakukan diskusi kelompok kepada binaannya untuk membicarakan perkembangan usahanya. b. Melakukan bimbingan teknis kepada para lansia tentang cara mengelola usaha yang baik. c. Melakukan konsultasi kepada mitra usaha. d. Membimbing dan membantu pengelolaan keuangan kegiatan usaha lansia.
Modul Pendampingan PSLU | 93
5) Peran dan Tugas Pendamping Sebagai seorang pendamping peran dan tugas kemajuan usaha para binaannya sangat bergantung kepadanya. Oleh karena itu seorang pendamping dituntut untuk dapat mendampingi para binaannya setiap saat. Ada beberapa peran pendamping agar para lansia dapat meningkat usahanya diantaranya adalah: 1. Rutin mengadakan pertemuan dan menjalin silaturrahim sebagai sarana konsultasi para lansia yang mempunyai usaha. 2. Giat memotivasi dan menginspirasi untuk memberi semangat kepada lansia agar terus menjalankan usahanya. 3. Membuka jejaring kerja kepada dunia usaha luar sebagai pengembangan usaha yang dikelola binaannya. 4. Sering melakukan pembinaan dan bimbingan serta pemantauan terhadap binaannya yang mempunyai usahanya. 5. Ulet dan giat mencarikan bapak angkat atau mitra usaha bagi kegiatan usaha lansia. 6) Panduan Praktis Pendampingan Dalam melaksanakan tugasnya sehari hari seorang pendamping menjadi sosok yang dapat dijadikan panutan oleh para binaannya. Oleh karenanya, seorang pendamping dalam bertindak harus mencerminkan seorang pemimpin yang baik. Ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan oleh seorang pendamping diantaranya : a. Seorang pendamping UEP dilarang mencari keuntungan pribadi dari lansia yang dibinanya.
94 | Modul Pendampingan PSLU
b. Seorang pendamping tidak boleh menentukan harga yang dapat mengurangi keuntungan lansia binaannya demi mendapatkan keuntungan pribadi. 7) EVALUASI Indikator keberhasilan seorang pendamping dalam mengembangkan usaha binaannya, dapat dilihat dari semakin berkembang serta mendapat dukungan yang kuat dari masyarakat sekitar. Disamping itu evaluasi merupakan sarana yang tidak kalah pentingnya akan keberhasilan usaha tersebut. Oleh karena itu seorang pendamping berkewajiban melakukan evaluasi dan pemantauan terhadap kegiatan usaha yang dilakukan oleh binaannya yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan usahanya. Evaluasi tersebut dimaksudkan juga untuk memastikan apakah kegiatan usaha lansia yang bersangkutan berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan yang telah disepakati. Evaluasi harus dilaksanakan 1 minggu 2 kali secara berkelanjutan dan terarah serta menjadi tanggung jawab seorang pendamping. Adapun aspek-aspek yang perlu dievaluasi adalah : a) Tentang pemilihan jenis usaha serta keberadaan tempat usaha. b) Cara pembelanjaan barang-barang yang akan diproduksi dan dijual. c) Pengelolaan uang hasil penjualan yang harus dibantu oleh pendamping. d) Teknis pelaksanaan kegiatan investasi sosial melalui program UEP lansia selalu dimonitor oleh pendamping maupun keluarga lansia.
Modul Pendampingan PSLU | 95
Kalau semua ini dapat berjalan dengan beriringan, maka secara umum keberhasilan seorang pendamping lansia dalam kegiatan UEP ini dapat dikatakan berhasil apabila sbb: 1) Jika seorang lansia merasa bahagia karena mmpunyai kegiatan usaha yang penghasilannya dapat menopang kehidupan sehari-hari. 2) Lansia dapat hidup lebih mandiri tanpa bergantung bantuan orang lain. 3) Lansia dapat membantu kehidupan anak-anak nya bahkan cucu mereka. 4) Adanya dukungan dari anggota keluarga. E. PROSES PEMBELAJARAN No 1.
Pendahuluan
2.
Pendampingan UEP lansia: substansi, kriteria dan persyaratan, tahapan, peran dan tugas dan sebagainya Pengakhiran
3.
F.
Pokok Bahasan
Waktu (menit) 45 225
135
PERAN Fasilitator penyaji
Peserta Penangap, pemberi umpan-balik Penyaji, pengarah Penanggap, pemain sosiodrama/peragaan sosiodrama/peragaan
Penyaji, fasilitator
Ko-fasilitator, narasumber
METODE PEMBELAJARAN Pada prinsipnya metode pembelajaran harus partisipasitif dan variatif disesuasikan dengan konteks dan situasi pembelajarannya. Berikut metode pembelajaran yang dipergunakan : 1. Ceramah Penyajian konsep-konsep monitoring yang berfungsi untuk mengenalkan konsep yang abstrak dan pemberian informasi. Ceramah berlangsung secara interaktif, artinya
96 | Modul Pendampingan PSLU
tercipta interaksi antara fasilitator dengan peserta berupa tanya jawab, baik selama ceramah berlangsung maupun setelah ceramah berakhir. 2. Tanya jawab Tanya jawab digunakan untuk menghargai motivasi pribadi peserta. Prinsip pendekatan andragogi antara lain: “tidak menganggap peserta sebagai orang yang tidak tahu tentang topik yang sedang dibahas”. 3. Diskusi Metode ini berpusat pada peserta bimbingan teknis, dimana dapat dilakukan bervariasi dari situasi yang tidak terstruktur sampai kepada situasi yang terstruktur. Melalui diskusi kelompok akan dicapai perubahan pada peserta bimbingan teknis dalam aspek motivasi, emosi dan sikap. 4. Pembahasan Kasus Metode ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan peserta bimbingan teknis dalam asesmen kebutuhan/ masalah, analisis masalah, serta pemecahan masalah. 5. Visualisasi Metode ini bermanfaat bagi peserta bimbingan teknis dalam peningkatan kemampuan penghayatan, pemahaman, kritisi, serta refleksi diri melalui media tayang.
Modul Pendampingan PSLU | 97
G. PRINSIP- PRINSIP PEMBELAJARAN Pembelajaran dijalankan dengan mengedepankan prinsipprinsip antara lain: 1. Keterpaduan Pembelajaran harus mementingkan keterpaduan antara berbagai komponen: fasilitator dengan peserta; materi dengan alat dan media pembelajaran; metode yang satu dengan metode yang lain. 2. Tidak Menggurui Prinsip Tidak menggurui mengandung konotasi bahwa baik fasilitator maupun peserta belajar ada dalam relasi setara, tidak bersifat perintah dan instruksi yang memaksa atas satu isu pembelajaran tertentu, serta mendiktekan kepentingan sendiri kepada pihak lain dan mengklaim kebenaran hanya ada di salah satu pihak saja; Belajar dilakukan secara persuasif, menggugah minat peserta belajar. 3. Belajar dari Pengalaman Prinsip belajar dari pengalaman diwujudkan dengan menggali dan mengembangkan kemampuan analisis belajar peserta diklat berdasarkan refleksi dan pemaknaannya terhadap pengalamann diri sendiri dan orang lain. Ini sesuai dengan semboyan “Pengalaman adalah guru yang terbaik”. Belajar dari pengalaman juga diwujudkan dalam pemberian kesempatan yang seluasluasnya kepada peserta belajar untuk belajar sendiri melalui pengalamannya atas praktek/pelaksanaan tugas/ kegiatannya (learning by doing).
98 | Modul Pendampingan PSLU
H. ALAT BANTU 1. Piranti Keras : kursi dan meja belajar,ruang diskusi papan tulis, perangkat multimedia seperti komputer, LCD, kamera, alat perekam dan audiovisual lainnya. 2. Piranti lunak : modul dan materi belajar yang ada dalam buku-buku, dokumen hasil praktikum lapangan, laporanlaporan diklat, program-program, materi dan modul pembelajaran dari komputer dan internet, dan sebagainya. 3. Kertas-kertas lembar kerja. 4. Intrumen-instrumen studi kasus atau alat ukur/skala pencapaian tujuan, pencapaian tugas dan sebagainya.
I.
EVALUASI PEMBELAJARAN Evaluasi merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam setiap bimbingan teknis. Aspek-aspek yang dievaluasi dalam bimbingan teknis meliputi: 1. Evaluasi reaksi (reaction evaluation). Evaluasi ini merupakan respon atau tanggapan peserta terhadap proses pembelajaran dan penyelenggaraan diklat. 2. Evaluasi belajar (learning evaluation). Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan atau peningkatan terhadap aspek-aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta. 3. Evaluasi perilaku ( behavior evaluation). Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkah laku peserta selama dan setelah proses bimbingan teknis.
Modul Pendampingan PSLU | 99
4. Evaluasi hasil (result evaluation). Evaluasi dilakukan setelah bimbingan teknis berakhir untuk mengetahui pemanfaatan hasil bimbingan teknis alumni peserta, terhadap peningkatan kinerja dan produktivitasnya didalam organisasi atau dalam keadaan nyata di lapangan. DAFTAR PUSTAKA 1. Irwansyah, SH dari Yayasan Al – Amanah Jakarta Pusat. 2. Ilyas Saefulloh dari Yayasan Bhakti Karya Manunggal (SANTIYAMA) Kota Tasikmalaya. 3. Hj. Rusmini Oon Mardani dari Yayasan Al – Madiniyah Jakarta Barat. 4. H. Ono Suharno Rd dari Yayasan Sri Asih Jakarta Pusat.
100 | Modul Pendampingan PSLU
MODUL PENDAMPINGAN SOSIAL LANJUT USIA MELAUI PERAWATAN DI RUMAH (HOME CARE)
KEMENTERIAN SOSIAL RI DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA 2014
Modul Pendampingan PSLU | 101
102 | Modul Pendampingan PSLU
MODUL PENDAMPINGAN SOSIAL LANJUT USIA MELAUI PERAWATAN DI RUMAH (HOME CARE) A. DESKRIPSI RINGKAS Peningkatan usia harapan hidup yang diiringi dengan penurunan angka kelahiran dan kematian Undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia dan Undangundang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia, mengamanatkan bahwa negara mengetahui dan menjamin hak azasi manusia tanpa terkecuali, termasuk penduduk lanjut usia. Usaha pemerintah dalam mewujudkan lanjut usia sejahtera dilakukan melalui berbagai program/kegiatan pengembangan model bekerjasama dengan lembaga lintas sektor maupun lintas program antara pemerintah dengan organisasi sosial, pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama. Namun kenyataan menunjukkan masih banyak lanjut usia belum mendapatkan perlindungan layanan sosial baik fisik maupun non-fisik. Pelayanan sosial yang dilakukan selama ini adalah sistim dalam panti seperti Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) dan sistem luar panti sepert UEP, ASLUT Day Care dan Home Care. Keterbatasan jumlah PSTW yang memberikan pelayanan kepada lanjut usia sehingga masih sangat sedikit target layanan terhadap lanjut yang memperloleh pelayanan. Pelayanan lanjut usia makin dikembangkan dengan berbagai alternatif model lainnya antara lain model pendampingan dan perawatan lanjut usia di rumah (home care). Ciri utama model pelayanan pola home care adalah pemegang peran utama dalam perawatan dan pendampingan di rumah dilakukan oleh anggota keluarga itu sendiri. Dalam hal tidak adanya anggota keluarga yang dapat melakukan fungsi perawatan
Modul Pendampingan PSLU | 103
dan pendampingan, maka dapat dilakukan oleh anggota masyarakat yang tinggal dilingkungan yang sama dengan lanjut usia. Untuk menyatukan pemahaman para pendamping dalam melakukan pendampingan dan perawatan lanjut usia di rumah secara terencana, terarah, terpadu dan tepat sasaran, maka diperlukan modul yang dapat mengarahkan pendamping dalam melakukan tugasnya sesuai dengan kebutuhan layanan lanjut usia. Identifikasi permasalahan lanjut usia di rumah mencakup : 1. Masalah aksesibilitas, terutama kebiasaan sehari-hari, yakni pengertian terhadap rutinitas keberhasilan dan kesehatan pribadinya. 2. Masalah insekuritas terutama akibat kesendirian, kerawanan terhadap gangguan keamanan, keterlantaran dan pelecehan. 3. Keterbatasan anggota keluarga dalam memberikan layanan kebutuhan lanjut usia sehari-hari seperti : a. Kebutuhan dasar (ADL) mencakup hal-hal seperti: 1). Mandi 2). Berpakaian/mengganti pakaian 3). Menyisir rambut 4). Buang air besar/kecil 5). Menahan kotoran 6). Berpindah tempat misalnya bangun tidur/beristirahat 7). Berjalan 9). Makan b. Kebutuhan sehari-hari (Instrumental Activities of Daily Living) mencakup hal-hal seperti : 1). Menggunakan alat komunikasi seperti telepon 2). Bepergian 3). Berbelanja
104 | Modul Pendampingan PSLU
4). 5). 6). 7).
Menyiapkan makanan Melakukan pekerjaan di rumah Minum obat dll
Dalam hal ini, keluarga seringkali tidak mampu merawat lanjut usia dalam keadaan; sakit, cacat, lemah dan pikun/dimensia dan korban kekerasan (lanjut usia traumatik). B. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Tujuan umum Modul ini ditujukan untuk membantu peserta bimbingan teknis pendamping sosial lansia, yakni para pekerja sosial/relawan sebagai pendamping lansia dalam pendampingan home care, maupun pekerja sosial/ relawan sebagai pendamping lansia yang bersifat sukarela atau TKSM, dalam meningkatkan pemahaman mengenai hakekat pendampingan sosial terhadap lansia, dalam setting home care. Sehingga, setelah mengikuti bimbingan teknis pendamping sosial lansia ini diharapkan mereka memiliki pengetahuan mengenai ruang lingkup, tujuan dan prinsip-prinsip dasar dalam pendampingan, khususnya pendampingan kelompok lansia dalam pendampingan home care. 2. Tujuan khusus Meningkatkan kompetensi peserta sehingga mereka memiliki pemahaman, keterampilan dan sikap yang menyangkut: a. Substansi dan konteks pendampingan lansia dalam home care.
Modul Pendampingan PSLU | 105
b. Ruang Lingkup Pendampingan Sosial Lansia dalam home care. c. Kerangka kerja pendamping sosial lansia dalam home care. C. POKOK BAHASAN 1. Substansi dan konteks: a. Makna home care b. Manfaat home care c. Alasan diperlukan home care d. Tujuan penyelenggaraan home care e. Sasaran pelayanan home care 2. Ruang Lingkup Pendampingan Sosial di rumah (home care) a. Pengertian Pendampingan home care b. Prinsip pendampingan home care c. Jangka waktu pelaksanaan pendampingan d. Tahapan dan proses pendampingan home care e. Teknik yang digunakan dalam pendampingan home care 3. Kerangka kerja pendamping sosial dalam home care a. Pengertian dan identitas pendamping b. Syarat dan kriteria pendamping home care c. Etika dan panduan pendamping home care d. Pengetahuan dasar pendamping home care e. Hak, kewajiban dan tanggung jawab pendamping home care f. Tugas, peran dan fungsi pendamping home care (utamakan peran pendamping) g. Mekanisme kerja pendamping h. Mitra kerja pendamping 106 | Modul Pendampingan PSLU
D. BAHAN PEMBELAJARAN/BIMBINGAN 1. Substansi dan Konteks Home Care a. Apa yang disebut dengan Home Care Home Care adalah bentuk pelayanan pendampingan dan perawatan lanjut usia di rumah sebagai wujud perhatian terhadap lanjut usia dengan mengutamakan peran masyarakat berbasis keluarga. b. Apa manfaat Home Care ? Pelayanan lanjut usia di rumah sangat membantu lanjut usia yang mempunyai hambatan fisik, mental dan sosial, termasuk memberikan dukungan dan pelayanan untuk hidup mandiri, sehingga mengurangi beban pendamping, baik dari anggota keluarga, teman, kerabat maupun tetangga yang membantu memenuhi kebutuhannya. c. Mengapa Home Care diperlukan Karena keluarga yang seharusnya merupakan pranata sosial pertama dan utama dalam mewujudkan lanjut usia sejahtera, tidak dapat melaksanakan fungsinya untuk memberikan perlindungan dan pelayanan kepada lanjut usia. Dalam hal tidak adanya anggota keluarga yang dapat menjalankan fungsi pendampingan, maka dapat melibatkan anggota masyarakat yang tempat tinggalnya sama dengan lingkungan lanjut usia yang memerlukan pendampingan ataupun perawatan di rumah.
Modul Pendampingan PSLU | 107
d. Apa tujuan penyelenggaraan Home Care 1) Meningkatnya kemampuan lanjut usia untuk menyesuaikan diri terhadap proses perubahan dirinya secara fisik, mental dan sosial. 2) Terpenuhinya kebutuhan dan hak-hak lanjut usia agar mampu berperan dan berfungsi di masyarakat secara wajar. 3) Meningkatnya peran serta keluarga dan masyarakat dalam pendampingan dan perawatan lanjut usia di rumah. 4) Terciptanya rasa aman, nyaman dan tentram bagi lanjut usia, baik di rumah maupun di lingkungan sekitarnya. 2. Ruang Lingkup Pendampingan Home Care a. Prinsip pelayanan • Promote Independent Living, memberi kesempatan kepada lanjut usia untuk hidup dalam lingkungan keluarganya selama mungkin. • Selft determination, menentukan nasib sendiri/ tidak ada rasa keterpaksaan. • Respect Personal Culture and Life Style, menghormati budaya dan agama masing-masing • Confidentiality, menjaga kerahasiaan. • Safety, memiliki rasa aman. • Empowerment, Pemberdayaan masyarakat • Flexibility, bila sewaktu-waktu lanjut usia ataupun keluarga memerlukan pendampingan, bisa menghubungi pendamping. • Sustainability, kesinambungan pelayanan perlu dipertahankan.
108 | Modul Pendampingan PSLU
b. Prinsip Pendampingan Terdapat 11 prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu : • Hak azasi dan Kehormatan. Semua hak azasi dan kehormatan berlaku bagi kelompok lanjut usia. Dalam hidupnya lanjut usia telah berkontribusi bagi pembangunan, oleh karena itu berhak pula untuk menikmati kemajuan pembangunan yang dicapai pada saat ini. •
Individualisasi Lanjut usia tidak sama satu dengan lainnya, setiap lanjut usia mempunyai keunikan sendiri, oleh sebab itu, kepada setiap lanjut usia perlu diperhatikan kebutuhan, kepribadian serta kekhususan masing-masing.
•
Kemandirian Lanjut usia perlu dijamin agar dapat mandiri dalam berbagai bidang, seperti pelayanan kesehatan, jaminan pemeliharaan dalam bidang sosial, ekonomi, transportasi, kegiatan, perumahan, kesejahteraan sosial, terutama bila mereka terkena kecacatan, sehingga mereka mempunyai kemandirian.
•
Hak menentukan diri sendiri Lanjut usia berhak turut menentukan kebijakan pemerintah dalam bidang pelayanan kesehatan dan sosial, terutama bagi mereka yang sudah tua dan cacat.
Modul Pendampingan PSLU | 109
•
Keluarga sebagai sumber pemecahan. Pelayanan bagi lanjut usia dapat diberikan di rumahnya sendiri, karena dengan tinggal bersama keluarga atau di rumahnya sendiri, lanjut usia tersebut lebih bahagia dan sejahtera. Lingkungan keluarga digunakan sebagai sumber pemecahan masalah yang dirasakan oleh lanjut usia.
•
Aksesibilitas Pelayanan masyarakat di berbagai bidang diusahakan untuk dapat dicapai dengan mudah oleh lanjut usia seperti pelayanan kesehatan, tempat rekreasi, fasilitas pendidikan dan lainlain. Bila mungkin mereka dibebaskan dari biaya pelayanan. Dalam hal tersebut sebagian fasilitas sudah memberi kebebasan atau potongan/ keringanan.
•
Mengikutsertakan Lanjut usia (Engaging the Elderly) Mendorong ikatan antar generasi, semua anggota keluarga, tetangga, masyarakat serta lanjut usia, agar semuanya saling membantu untuk meningkatkan kesejahteraan lanjut usia. Mendorong lanjut usia untuk membantu generasi muda serta berperan sebagai kakek atau nenek asuh yang bijaksana dan penuh keteladanan.
•
Penggunaan bahasa lanjut usia Pendamping harus mampu memahami bahasa lanjut usia, baik bahasa tubuh, verbal, dan psikologis yang dirasakan oleh lanjut usia. Jika setiap Pendamping mampu menguasai bahasa
110 | Modul Pendampingan PSLU
mereka, maka akan mempermudah menempatkan dirinya sebagai “teman” ngobrol/ curhat, sehingga proses pendampingan dilakukan maksimal. •
Produktivitas Berbagai kegiatan yang dapat memberikan kesempatan bagi lanjut usia untuk produktif perlu difasilitasi sehingga tidak memberi peluang untuk menganggur dan menarik diri dari kehidupan bermasyarakat, terkecuali bagi mereka yang kondisinya tidak memungkinkan.
•
Perawatan diri sendiri dan keluarga Menyertakan lanjut usia dalam upaya pemeliharaan kesehatan dirinya serta membantu keluarga yang ada anggota lanjut usia, agar mereka aktif merawat lanjut usia di rumah.
•
Pelibatan masyarakat Setiap pendampingan lanjut usia di lingkungan keluarga diperlukan pelibatan masyarakat. Warga diperankan sebagai sumber dukungan sosial, jika keluarga tidak mampu melaksanakan fungsi sosialnya bagi lanjut usia karena berbagai faktor. Sumber dukungan yang dapat diperoleh dari masyarakat antara lain penyediaan fasilitas sosial yang menjamin pendampingan berjalan lancar, jaminan keamanan dalam pendampingan, dan lain-lain.
Modul Pendampingan PSLU | 111
3. Kerangka Kerja Pendamping Home Care a. Bagaimana proses pendampingan ? Pendampingan dan perawatan lanjut usia di lingkungan keluarga merupakan suatu proses kegiatan yang terencana dan berkesinambungan, mulai dari sosialisasi sampai terminasi, sebagai upaya membantu lanjut usia, keluarga dan masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan lanjut usia yang bersangkutan. b. Berapa lama pelaksanaan pendampingan? Lamanya proses pendampingan dan perawatan, tergantung pada kesepakatan kerja antara pendamping dengan lembaga yang menugaskannya, kecuali lanjut usia meninggal dunia atau memutuskan hubungan sebelum berakhirnya kesepakatan/masa penugasan. c. Bagaimana tahapan dan Proses pendampingan? Tahap Pra Persiapan 1. Penyiapan kerangka penyelenggaraan pendampingan baik dari segi administrasi maupun teknis. 2. Penyusunan bahan sosialisasi. 3. Menyusun rencana dan materi sosialisasi tentang “Pendampingan dan perawatan lanjut usia di lingkungan keluarga”. 4. Pelaksanaan sosialisasi. 5. Mendayagunakan seoptimal mungkin sumber daya kearifan lokal/kearifan lokal dan mengadakan pendekatan kepada tokoh masyarakat setempat, sehingga masyarakat 112 | Modul Pendampingan PSLU
bersedia memberi dukungan seperti penyediaan tempat kegiatan, pertemuan, koordinasi, baik bagi lanjut usia maupun bagi petugas pendamping, termasuk rekruitmennya. Tahap Persiapan 1. Pendataan lanjut usia 2. Pendataan Anggota /Keluarga Lanjut Usia 3. Pendataan Lingkungan 4. Pendataan sumber pendukung 5. Pengolahan dan analisis data / masalah 6. Penyusunan rencana pemecahan masalah Tahap pelaksanaan pendampingan dan perawatan Tahap ini merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah disusun dan disetujui oleh pihak-pihak yang berkepentingan (lanjut usia, keluarga, pendamping). Tahap Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah rencana telah dilaksanakan dan berjalan lancar dan berhasil atau mengalami hambatan. Dalam hal ini dapat diketahui faktor pendukung dan faktor penghambat serta cara mengatasi hambatan tersebut. Tahap Terminasi Pada tahap ini, proses pendampingan dapat diakhiri setelah diadakan pertimbangan berdasarkan hasil evaluasi.
Modul Pendampingan PSLU | 113
SKEMA PENDAMPINGAN DAN PERAWATAN LANJUT USIA DI LINGKUNGAN KELUARGA Input pendampingan: Adanya tenaga pendamping terlatih (sosial) untuk pendampingan lansia dirumah Adanya tenaga Kesehatan (dokter dan perawat Puskesmas) yang dapat memfasilitasi pelayanan ramah lanjut usia (konsep wilayah puskesmas) Adanya disiplin ilmu terkait lainnya yang dapat memberikan pelayanan (komplementer) Populasi lansia yang terus meningkat datransisi epidemiologi penyakit infeksi ke penyakit degeneratif.
Proses: Identifikasi masalah Kesepakatan mengatasi masalah lansia dengan keluarga (peran dan fungsi unit yang terlibat) Penyusunan rencana kegiatan dan implementasi pelayanan pada usila dirumah Monev
Output Lansia sehat dan mandiri
4. Tehnik apa saja yang digunakan dalam pendampingan? a. Teknik Pertemanan (companionship), b. Teknik Asistensi Asuhan Diri (personal care), c. Teknik Konsultasi (counselling), d. Teknik Kerumahtanggaan (housekeeping), e. Teknik Fasilitasi Urusan Pribadi (personal activity), dan f. Teknik Rujukan (referral). 2. Kerangka Kerja Pendamping Home Care a. Siapa yang dimaksud dengan pendamping Pendamping Home Care adalah seseorang dari anggota keluarga atau warga masyarakat yang 114 | Modul Pendampingan PSLU
mempunyai kompetensi yang didapat melalui pelatihan untuk memberikan bimbingan dan perawatan lanjut usia di rumah agar lanjut usia dapat menjalankan fungsi sosialnya secara wajar. b. Siapa saja yang dapat menjadi pendamping Home care Pendamping bisa terdiri dari unsur : anggota keluarga/ masyarakat, Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Karang Taruna (KT), Kader Posyandu, Anggota PKK, Anggota Majlis Ta’lim, dan lain-lain, yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dan telah mengikuti pelatihan pendampingan. c. Apa syarat menjadi calon pendamping • Minimal berusia 20 tahun. • Sehat secara fisik, mental dan sosial yang dibuktikan dengan surat keterangan kesehatan). • Pendidikan formal minimal SLTP/sederajat. • Mempunyai perhatian dan kepedulian terhadap lanjut usia. • Bersedia dan sanggup mengikuti pelatihan/ pemantapan petugas pendamping lanjut usia di rumah (elderly home care service). • Menandatangani surat pernyataan kesanggupan sebagai pendamping. • Jangka waktu dan status pendamping ditentukan oleh masing-masing penyelenggara.
Modul Pendampingan PSLU | 115
d. Apa etika seorang pendamping ? • Berpenampilan sederhana, rapi, ramah dan sopan. • Mampu menempatkan diri dalam situasi apapun. • Mampu berkomunikasi. • Menghormati agama yang dianut lanjut usia. • Mengendalikan diri dari kebiasaan yang membahayakan lanjut usia (merokok, minum alkohol, dll). • Tidak menerima hadiah apapun yang diberikan lanjut usia/ keluarganya. • Tidak melakukan kecurangan dan atau peminjaman uang kepada lanjut usia dan keluarga. • Tidak ikut dalam bentuk transaksi apapun yang menyangkut / atas nama lanjut usia. • Tidak diperkenankan melakukan hubungan pribadi yang melanggar norma agama dan adat istiadat setempat. • Menggunakan Tanda Pengenal (ID) selama melakukan pendampingan lanjut usia. e. fungsi dan peran pendamping 1) Fungsi pendamping adalah: • Fungsi pencegahan, yaitu melakukan berbagai kegiatan untuk mencegah agar lanjut usia tidak mengalami kesulitan atau masalah. • Fungsi pemulihan, yaitu melakukan berbagai kegiatan untuk memenuhi kebutuhan, mengatasi kesulitan, dan memecahkan masalah yang dialami lanjut usia.
116 | Modul Pendampingan PSLU
•
Fungsi pengembangan, yaitu melakukan berbagai kegiatan untuk menjaga dan atau meningkatkan kemampuan lanjut usia dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari atau menyalurkan hobi dan bakat.
2) Peran pendamping dapat dikelompokkan: • Memandirikan sesuai dengan kemampuan lanjut usia itu sendiri. • Melaksanakan prinsip – prinsip pendampingan. • Melakukan komunikasi (berbicara/ mendengar dan mengetahui bahasa tubuh). • Memperhatikan kesehatan, kebersihan, keamanan dan kenyamanan lanjut usia. • Melatih pergerakan tubuh / olah raga. • Memperhatikan kondisi lanjut usia di tempat tidur (lama dan jadwal tidur). f.
Siapa yang menjadi sasaran program pelayanan Home Care 1) Sasaran Langsung • Lanjut usia yang tinggal sendiri, atau tinggal bersama keluarga, baik keluarganya sendiri maupun keluarga pengganti; • mengalami hambatan, seperti yang sakit, penyandang cacat, uzur. 2) Sasaran Tidak Langsung • Keluarga, Pemeran utama dalam membantu memenuhi kebutuhan lanjut usia, baik dari segi fisik, mental maupun sosial. Modul Pendampingan PSLU | 117
•
•
Masyarakat Dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan mengatasi hambatan lanjut usia diperlukan peran serta dan penerimaan masyarakat. Kelembagaan yang ada di masyarakat Lembaga lokal seperti RT dan RW sangat diharapkan untuk menggerakan masyarakat dan memfasilitasi berbagai kegiatan lanjut usia.
g. Apa yang harus dilakukan pendamping terhadap lansia yang sakit, cacat , uzur dan mengalami masalah psikososial? 1. Merawat Lanjut Usia Yang sakit Dalam melaksanakan pendampingan dan perawatan di rumah, pendamping dapat menjalankan fungsi sebagai pramuwerdha/ pramurukti/ pramulansia dengan tugas sebagai berikut : • Memeriksakan lanjut usia kepada dokter atau petugas kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit atau dokter praktik untuk mendapat diagnosis dan pengobatan. • Memberikan obat untuk diminum sesuai dengan petunjuk dokter/petugas kesehatan; • Membimbing lanjut usia agar dapat mengikuti aturan yang dianjurkan dokter atau petugas kesehatan. • Mendampingi lanjut usia yang sakit dengan memberikan motivasi agar timbul rasa optimisme untuk cepat sembuh dari penyakitnya. • Memberikan bantuan perawatan kebersihan tubuh selama sakit. 118 | Modul Pendampingan PSLU
2. Merawat Lanjut Usia Penyandang Cacat • Memeriksakan lanjut usia kepada dokter atau ahli yang berkompeten di bidang kecacatan untuk mendapat diagnosis dan saran tindak lanjut mengenai tata cara merawat lanjut usia; • Membimbing agar dapat mengikuti aturan yang dianjurkan dokter atau ahli yang berkompeten dengan derajat kecacatannya; • Mendampingi dengan memberikan motivasi agar timbul rasa optimisme untuk dapat mewujudkan potensi dirinya; • Memberikan bantuan perawatan kebersihan tubuh selama lanjut usia tersebut belum mampu melakukannya sendiri. 3. Merawat Lanjut Usia Yang Uzur (bed ridden) • Memeriksakan kepada dokter atau ahli yang berkompeten untuk mendapat diagnosis dan saran tindak lanjut mengenai tata cara merawat lanjut usia yang uzur; • Membimbing agar dapat mengikuti aturan yang dianjurkan dokter atau ahli yang berkompeten; • Mendampingi dengan penuh kasih sayang agar ia merasa mendapat perhatian dari lingkungan sekitarnya; • Memberikan bantuan perawatan kebersihan tubuh selama menjalani kehidupan di akhir hayatnya.
Modul Pendampingan PSLU | 119
4. Merawat Lansia yang mengalami masalah psikososial Pendampingan psikososial, meliputi kegiatan mendampingi lanjut usia yang menderita traumatik dan mengadakan rujukan psikososial. a. Mendampingi Lansia Yang Mengalami Tekanan Traumatik Pendamping hanya membantu agar dapat diawasi tindakannya atau sedapat mungkin anggota keluarga dapat dimotivasi untuk bertindak mengawasi dan membantu meringankan gejala traumatik yang diderita dengan tugas sebagai berikut : • Membawa lansia ke puskesmas terdekat, untuk mendapat diagnosis dan pengobatan serta bimbingan yang sesuai dengan gangguan traumatik yang diderita; • Membantu memberikan obat untuk diminum sesuai dengan petunjuk dokter; • Membimbing agar dapat mengikuti aturan dan larangan yang dianjurkan dokter dan ahli yang berkompetensi di bidang terapi psikososial; • Mendampingi dengan cara memberikan motivasi agar timbul rasa optimisme untuk cepat sembuh dari trauma yang dideritanya; • Memberikan bantuan perawatan diri apabila yang bersangkutan tidak atau belum dapat melakukannya sendiri.
120 | Modul Pendampingan PSLU
b) Mengadakan Rujukan Psikososial Bagi Lanjut Usia yang memerlukan perawatan medis dan rehabilitasi psikososial, para pendamping mempunyai tugas : • Merujuk ke Puskesmas dan/atau Trauma Center untuk mendapat perawatan medis dan rehabilitasi psikososial dari dokter dan ahli psikososial; • Mengunjungi secara berkala, selama ia menjalani perawatan dari dokter dan ahli psikoterapi; • Mengurus pengembalian ke rumahnya, setelah proses pengobatan medis dan rehabilitasi psikososial dinyatakan selesai. H. Bagaimana mekanisme kerja pendamping ? Mekanisme kerja pendamping terhadap lanjut usia, lembaga yang menugaskan maupun mitra kelembagaan serta pemerintah dapat dilihat pada skema berikut ini :
Modul Pendampingan PSLU | 121
SKEMA 1. Keterkaitan bebagai pihak dalam pendampingan lanjut usia
PMI
BKL
RUMAH SAKIT
LEMBAGA PENUGASAN
PUSKESMAS
KOORDINATOR
PEMERINTAH SETEMPAT
LAPANGAN/KASUS
ORSOS ( PKK, PSM) PETUGAS PENDAMPING
LANJUT USIA
KELUARGA LANJUT USIA
Keterangan : = hubungan langsung = hubungan kerja/rujukan = saling koordinasi
a. Pelayanan terhadap lanjut usia sesuai dengan kebutuhan lanjut usia yang didampingi. b. Mendorong keluarga lanjut usia untuk mendampingi serta memenuhi kebutuhan lanjut usia. c. Menjalin hubungan kerja dengan Puskesmas untuk rujukan perawatan medis. d. Menjalin hubungan kerja dengan pemerintah setempat dan lembaga-lembaga lainnya untuk berperan dalam pemberian fasilitas yang dibutuhkan lanjut usia. 122 | Modul Pendampingan PSLU
e. Menjalin hubungan kerja dengan instansi pemerintah seperti : PMI, BKKBN program-program yang ditujukan kepada lanjut usia maupun keluarganya. f. Menjalin hubungan kerja dengan organisasi sosial lainnya seperti PKK, PSM untuk ikut serta secara aktif dalam pelayanan terhadap lanjut usia. g. Mempertanggung-jawabkan seluruh kegiatan yang dilakukan tenaga pendamping terhadap lanjut usia maupun kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan mitra kerja kepada lembaga penugasan. h. Dalam menumbuhkan dan mengembangkan jejaring, seorang pendamping senantiasa berkoordinasi dengan koordinator lapangan dan lembaga tempat yang bersangkutan ditugaskan. 2. Dengan siapa saja pendamping dapat bekerjasama/ bermitra? a. Kerjasama dengan keluarga Menjalin hubungan kerja (komunikasi) dengan keluarga adalah hal yang paling penting dilakukan. Dalam hal ini keluarga turut dilibatkan dalam pelaksanaan pendampingan, terutama dalam hal petugas pendamping berhalangan. b. Membentuk jaringan kemitraan dengan pihak terkait Dalam melakukan tugas pendampingan lanjut usia di rumah maka perlu dibentuk jaringan kemitraan dengan pihak terkait (pengandil).
Modul Pendampingan PSLU | 123
Adapun pengandil yang dimaksud adalah : 1) RT/RW dan Kelurahan untuk administrasi kependudukan, 2) Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota serta Instansi terkait (antara lain Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan), 3) Relawan, 4) Puskesmas untuk pemeriksaan kesehatan dan Rumah Sakit untuk rujukan, 5) Rumah Sakit Umum, 6) Rumah Sakit Jiwa, 7) Klinik Geriatri, 8) Dunia Usaha (CSR), 9) Asosiasi-asosiasi profesi terkait, 10) Perguruan Tinggi, 11) Lembaga Bantuan Hukum, 12) Lembaga Swadaya Masyarakat./ Orsos–orsos (PKK/PSM/BKL/PMI, Karang Taruna (KT), Posyandu, PKK, Majlis Ta’lim, dan lain-lain), 13) PSTW.
124 | Modul Pendampingan PSLU
E. PROSES PEMBELAJARAN Peran
No.
Pokok Bahasan
Waktu
1. 2.
Perkenalan Penyajian Pokokpokok bahasan
20 mnt
3.
Tanya Jawab
Fasilitator memfasilitasi tanya jawab dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan substansi dan konteks pelayanan home care, ruang lingkup pendampingan, kerangka kerja pendamping home care
4.
Diskusi Kelompok
Fasilitator membagi peserta latihan ke dalam tiga kelompok.
Fasilitator Fasilitator menyajikan setiap pokok bahasan
Peserta Peserta mengikuti penyajian, tanya jawab pada setiap akhir sesi masing-masing pokok bahasan Peserta menjawab berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan substansi dan konteks pelayanan home care, ruang lingkup pendampingan, kerangka kerja pendamping home care
Peserta melakukan diskusi Kelompok 1 membahas dan melakukan role playing tentang tahapan dan proses pendampingan. Kelompok 2 membahas dan melakukan role playing mengenai mekanisme kerja pendamping Kelompok 3 membahas dan melakukan role playing mengenai kiat-kita bermitra dalam pendampingan home care lansia
Modul Pendampingan PSLU | 125
F.
5.
Diskusi Pleno
7
Simulasi
30 mnt
6.
Refleksi/Pembula tan
30 mnt
Fasilitator memfasilitasi diskusi pleno mengenai hasil kerja setiap kelompok Fasilitator menfasilitasi simulasi mengenai pelaksanaan pendampingan Fasilitator memberikan masukan mengenai kesimpulan akhir dan memberikan pembulatan hasil diskusi secara keseluruhan
Peserta melakukan diskusi pleno mengenai hasil kerja setiap kelompok Peserta melakukan simulasi mengenai pelaksanaan pendampingan -
METODE PEMBELAJARAN 1. Ceramah Penyajian konsep-konsep tentang home care, ruang lingkup pendampingan sosial dalam home care dan kerangka kerja pendamping sosial home care, yang berfungsi untuk mengenalkan konsep yang abstrak dan pemberian informasi. Ceramah berlangsung secara interaktif, artinya tercipta interaksi antara fasilitator dengan peserta berupa tanya jawab, baik selama ceramah berlangsung maupun setelah ceramah berakhir. 2. Tanya jawab Tanya jawab digunakan untuk menghargai motivasi pribadi peserta. Prinsip pendekatan andragogi antara lain: “tidak menganggap peserta sebagai orang yang tidak tahu tentang topik yang sedang dibahas. 3. Diskusi Diskusi kelompok; dilakukan ketika peserta mendalami suatu materi yang dilakukan sesama peserta latihan dalam kelompok.
126 | Modul Pendampingan PSLU
Metode ini berpusat pada peserta bimbingan teknis, dimana dapat dilakukan bervariasi dari situasi yang tidak terstruktur sampai kepada situasi yang terstruktur. Melalui diskusi kelompok akan dicapai perubahan pada peserta bimbingan teknis dalam aspek motivasi, emosi dan sikap. 4. Simulasi Simulasi dilakukan peserta untuk melatih cara melakukan pendampingan dan perawatan lansia. 5. Pembahasan Kasus Metode ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan peserta bimbingan teknis dalam asesmen kebutuhan/ masalah, analisis masalah, serta pemecahan masalah. 6. Permainan Peran Metode ini dilakukan ketika peserta untuk menghayati suatu persoalan dengan memainkan peran-peran yang telah direncanakan sesuai dengan topik yang sedang dibahas. G. PRINSIP- PRINSIP PEMBELAJARAN Prinsip-prinsip pembelajaran dalam menggunakan modul ini sebagai berikut : 1. Kesiapan Fasilitator memiliki kesiapan sebelum menyampaikan materi bimbingan teknis dengan mempersiapkan dan membaca bahan-bahan yang akan disajikan.
Modul Pendampingan PSLU | 127
2. Partisipasi Fasilitator dan peserta terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran baik dalam mengajukan pertanyaan, melaksanakan tugas-tugas terstruktur maupun dalam mengembangkan metode dan materi bimbingan teknis. 3. Demokrasi Bimbingan teknis bersifat terbuka dan setara di mana seluruh peserta bimbingan teknis memiliki hak yang sama dalam mengemukakan argumentasinya secara aktif dan terbuka. 4. Kapabilitas Fasilitator memiliki kapasitas yang memadai dalam menguasai materi bimbingan teknis. Peserta memiliki kompetensi dasar yang diperlukan sesuai dengan bimbingan teknis yang diikutinya. 5. Penggunaan Alat Bantu Proses pembelajaran hendaknya disertai dan didukung oleh alat bantu bimbingan teknis yang memadai seperti audio visual dan multi media untuk memudahkan pencapaian tujuan bimbingan teknis. 6. Praktis Mata diklat hendaknya diarahkan agar konsep-konsep teoritis dapat merespon kondisi-kondisi praktis di lapangan.
128 | Modul Pendampingan PSLU
H. ALAT BANTU 1. Buku dan Modul 2. LCD Projector 3. OHP, 4. Flipchart 5. Spidol 6. Kertas Plano 7. Papan-tulis, 8. Sound-system, 9. Berbagai alat peraga yang sesuai 10. Film (VCD) tentang program pemberdayaan fakir miskin I.
EVALUASI PEMBELAJARAN Evaluasi merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan pada setiap bimbingan teknis. Aspek-aspek yang dievaluasi pada bimbingan teknis ini adalah: 1. Evaluasi Reaksi Evaluasi ini merupakan respon atau tanggapan peserta terhadap proses pembelajaran dan penyelenggaraan bimbingan teknis. 2. Evaluasi Belajar Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan atau peningkatan terhadap aspek-aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta. 3. Evaluasi Perilaku Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkah laku peserta selama dan setelah proses bimbingan teknis.
Modul Pendampingan PSLU | 129
4. Evaluasi Hasil Evaluasi dilakukan setelah bimbingan teknis berakhir untuk mengetahui pemanfaatan hasil bimbingan teknis terhadap kinerja di dalam organisasi, produktifitas organisasi dan kelompok dampingan (masyarakat). Adapun evaluasi yang digunakan dalam bimbingan teknis ini adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi tersebut meliputi: • Kemampuan peserta dalam menjelaskan pengertian home care, pendampingan sosial home care dan pendamping sosial home care. • Kemampuan peserta dalam menyebutkan prinsipprinsip metoda pekerjaan sosial dengan masyarakat. • Kemampuan peserta dalam mengutarakan metode, teknis, tahapan dan proses pendampingan sosial home. • Kemampuan peserta dalam menerapkan secara contoh tentang metode, teknik, tahapan dan proses pendampingan home care. J.
DAFTAR PUSTAKA
Zastrow, Charles H. (2000), Introduction to Social Work and Social Welfare, Pacific Grove: Brooks/Cole.
130 | Modul Pendampingan PSLU