HUBUNGAN ANTARA DIVERSIFIKASI PENDAPATAN, TINGKAT KETAHANAN PANGAN DAN COPING STRATEGY RUMAHTANGGA PETANI DI PINGGIRAN KOTA (PERI URBAN) KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO Okky Lianawati, Marcellinus Molo, Setyowati Program Studi Agribisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax.(0271) 637457 E-mail:
[email protected]. Telp. 08985269785 Abstract: This research aimed to determine the relationship between the level of diversification of income, the level of food security and coping strategy farming households in a suburb (sub urban). The basic method of this research is descriptive analytical and implementation using survey techniques. Determination of sample respondents by census respondents with consideration of the status of land ownership itself. Data analysis is the analysis of the level of diversification of income, household food security, coping strategy index level and the relationship between the diversification of income and consumption levels of food and household coping strategy. Results of the analysis showed that the value of diversification index is 1.65, meaning that revenue diversification by farm households are 2 kinds. Level food security is less food, meaning that farming households in suburban areas in need of energy consumption and less protein, and the level of spending is also low. Coping strategy index score of 3.8 which is in more than 31.33, which is in the high category. Relationship between the level of diversification of income, the level of food security and coping strategy index is the more coping strategy if done by households, the more households are doing a wide diversification of income or revenue, will make the level of household food security is also higher. Keywords: Diversification of income, food security, coping strategy, peri urban Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat diversifikasi pendapatan, tingkat ketahanan pangan dan coping strategy rumahtangga petani di daerah pinggiran Kota (peri urban). Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif analitis dan pelaksanaannya menggunakan teknik survei. Penentuan sampel responden dilakukan dengan sensus dengan pertimbangan responden dengan status kepemilikan lahan sendiri. Analisis data yang digunakan yaitu analisis tingkat diversifikasi pendapatan, ketahanan pangan rumahtangga, Tingkat indeks coping strategy dan hubungan antara diversifikasi pendapatan dengan tingkat konsumsi pangan dan coping strategy rumahtangga. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa besarnya nilai indeks diversifikasi adalah 1,65, artinya diversifikasi pendapatan yang dilakukan oleh rumahtangga petani adalah 2 macam. Tingkat ketahanan pangan adalah kurang pangan , artinya rumahtangga petani di daerah peri urban kebutuhan pada konsumsi energi dan proteinnya kurang, dan tingkat pengeluarannya juga rendah. Indeks coping strategy berada pada skor 3,8 yaitu lebih dari 31,33, sehingga berada pada kategori tinggi. Hubungan antara tingkat diversifikasi pendapatan, tingkat ketahanan pangan dan indeks coping strategy adalah apabila semakin banyak coping strategy yang dilakukan oleh rumahtangga, maka semakin banyak rumahtangga tersebut melakukan ragam pendapatan atau diversifikasi pendapatan, akan menjadikan tingkat ketahanan pangan rumahtangga juga semakin tinggi. Kata kunci: Diversifikasi pendapatan, ketahanan pangan, coping strategy, Peri Urban
PENDAHULUAN Pembangunan di Indonesia diprioritaskan pada pemerataan hasil pembangunan dengan tujuan dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dan dinikmati merata oleh seluruh rakyat Indonesia. Tujuan ini berkaitan dengan timpangnya distribusi pendapatan penduduk. Pendapatan rumahtangga sebagian besar untuk membiayai konsumsi pangan. Dalam pemenuhan kebutuhan hidupnnya, rumahtangga bekerja baik dari pekerjaan pokok atau sampingan, yang sebagian besar penghasilan utamanya dari pertanian karena tergolong rumahtangga pertanian (Marwanti, 2004). Rumahtangga membutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari pendapatan seluruh anggota keluarga. Dalam kondisi terbatas, kebutuhan makanan didahulukan, sehingga pada masyarakat berpendapatan rendah terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan, maka terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan porsi pendapatan untuk makanan dan bukan makanan (BKP, 2010). Wilayah peri urban berada di sekitar atau sekeliling kota yang secara sosial ekonomi terintegrasi dengan kota inti. Hal ini mendorong terjadinya pengurangan proporsi lahan yang digunakan untuk sawah. (Tabel 1). Penggunaan lahan
pertanian yang lebih sedikit memungkinkan terjadi diversifikasi pendapatan di sekitar daerah peri urban tersebut, dimana penggunaan lahan pertanian yang ada tidak mampu mencukupi kebutuhan tenaga kerja yang banyak di daerah tersebut, sehingga untuk menutupi kebutuhan hidup melakukan variasi pekerjaan untuk dapat bertahan hidup. Pada Tabel 2 diketahui bentuk mata pencahariaan masyarakat daerah peri urban dimana sebagian besar bekerja di sektor luar pertanian, akan tetapi jumlah penduduk yang masih menggantungkan hidup dari sektor pertanian masih cukup banyak. Tabel 1. Luas Penggunaan Lahan Menurut Desa Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 Desa
Ngrombo Mancasan Gedongan Jetis Bentakan Kudu Kadilangu Baki Pandeyan Menuran Duwet Siwal Waru Gentan Purbayan Jumlah
Lahan Sawah 69 159 81 82 93 159 60 69 140 89 116 96 21 35 1.276
Lahan Bukan Sawah 57 117 48 59 31 60 51 43 94 34 61 77 117 72
Jumlah
921
2.197
126 276 129 141 124 219 111 112 234 123 177 173 138 114
Sumber: Sukoharjo dalam angka 2013
Tabel 2. Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Purbayan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Mata Pencaharian Pokok Petani Buruh Tani Buruh / Swasta Pengrajin Pedagang Peternak Nelayan Montir Dokter TNI/POLRI Karyawan Swasta Guru Swasta Jumlah
Jumlah (orang) 141 42 791 228 0 96 12 0 17 36 976 34 2.373
% 6,0 1,8 33,3 9,6 0 4,0 0,5 0 0,7 1,51 41,1 1,4 100,0
Sumber: Monografi Desa Purbayan Tahun 2011 Fenomena petani yang dulu berorientasi pada budaya agraris masyarakat tradisional, kemudian berpindah ke sektor non pertanian merupakan salah satu cara untuk mencukupi kebutuhan keluarga terutama konsumsi pangan. Dalam menghadapi kondisi yang dialami ini melalui strategi coping dan strategi nafkah. Adanya keprihatinan atas gejala perubahan sosial terutama perubahan struktur agraria yang mendorong adanya diversifikasi pekerjaan untuk pemenuhan kebutuhan, merupakan suatu perubahan perilaku yang menarik untuk dikaji. METODE PENELITIAN Metode dasar penelitian adalah analisis deskriptif analisis dengan teknik survey. Penentuan lokasi
sampel dilakukan secara purposive di Kecamatan Baki dengan pertimbangan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo yang berbatasan langsung dengan Kota Surakarta. Metode penentuan responden dengan metode sensus dengan mengambil rumahtangga petani yang memiliki lahan sendiri sebanyak 33 rumahtangga responden. Metode analisis data yang untuk mengetahui hubungan antara diversifikasi pendapatan, ketahanan pangan dan coping strategy adalah sebagai berikut. Untuk melihat nilai indeks diversifikasi pendapatan digunakan rumus : …...............(1) Dimana, ID = Indeks Diversifikasi; Sj = Kontribusi masing – masing sumber pendapatan j terhadap pendapatan Untuk analisa data berdasarkan tabel, klasifikasi Indeks Diversifikasi (ID) yang dikonstruksi pada tabel 3. Tabel 3. Pengukuran Indeks Diversifikasi Tingkat Diversifikasi Pendapatan 1 2 3
Sebaran skor Diversifikasi Pendapatan 0 – 1,00 1,01 – 2,00 >= 2,01
Kategori ID Rendah Sedang Tinggi
Sumber: Ersado (2006) dan Kaija (2007) dalam Idowu et al. (2011) Untuk mengetahui tingkat ketahanan pangan rumahtangga dengan menyilangkan antara tingkat konsumsi energi dasn proporsi pengeluaran pangan seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengukuran Derajat Ketahanan Pangan Tingkat Rumahtangga Konsumsi Energi Cukup (>80% kecukupan energi) Kurang (<80% kecukupan energi)
Proporsi Pengeluaran Pangan Rendah (<60%) Tinggi (>60%) Tahan Pangan Rentan Pangan Kurang Pangan Rawan Pangan
Sumber : Jonsson and Toole (1991) dalam Maxwell,D et al (2000) Untuk mengetahui Indeks Strategi Coping (ISC) dengan melakukan skoring terhadap strategi yang dilakukan oleh rumahtangga untuk menghadapi kerawanan pangan. Semakin tinggi nilai indeks strategi coping, maka tingkat kerawanan pangan rumahtangga petani akan semakin besar pula. Menurut Slamet (1993) dalam Wahyudin (2008), tingkat coping strategy berdasarkan perhitungan dari frekuensi penggunaan dan tingkat keparahan dari strategi yang digunakan dibagi menjadi 3 kategori yaitu rendah (skor antara 0-15,66), sedang (skor 15,67-31,32), dan tinggi (skor lebih dari 31,33). Untuk mengetahui hubungan antara diversifikasi pendapatan, ketahanan pangan dan strategi coping dilakukan dengan analisis korelasi parsial (Partial Correlation). Dimana, Y = indeks diversifikasi pendapatan, X1 = tingkat ketahanan pangan, X2 = indeks strategi coping. Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat,sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif (+) menunjukkan hubungan searah (jika X naik maka
Y naik) dan nilai negatif (-) menunjukkan hubungan terbalik (jika X naik maka Y turun). Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut: 0,0 - 0,199 = sangat rendah 0,20 - 0,399 = rendah 0,40 - 0,599 = sedang 0,60 - 0,799 = kuat 0,80 - 1,000 = sangat kuat HASIL DAN PEMBAHASAN Diversifikasi Pendapatan Responden Pendapatan menentukan perilaku rumahtangga dalam melakukan konsumsi pangan, umumnya daerah pedesaan sebagian penduduknya menggantungkan hidupnya sebagai petani, dimana kebutuhan hidup rumahtangga tidak terpenuhi. Hal ini disebabkan petani mempunyai uang hanya pada saat masa setelah panen, dan akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup pada masa selanjutnya. Oleh karena itu rumahtangga petani melakukan ragam sumber pendapatan dengan melakukan ragam atau diversifikasi pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup (Tabel 5).
Tabel 5. Diversifikasi Pekerjaan Rumahtangga Petani di Pinggiran Kota (Peri Urban) Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo No A. B.
C. D.
Pekerjaan Responden Pekerjaan Usahatani Pekerjaan nonusahatani 1. Bidang Bangunan a. Buruh bangunan b. Tukang Batu 2. Bidang Industri Pengolahan a. Buruh jahit b. Buruh kelir c. Konveksi d. Buruh Pabrik 3. Perdagangan, Hotel dan Restoran a. Perdagangan 1. SPG/ Sales 2. Usaha warung 3. Menjual makanan jadi 4. Makelar mobil 5. Membuat Karak b. Karyawan 1. Karyawan Toko / Swalayan 2. Karyawan Swasta 3. Karyawan Dealer 4. Jasa a. Pegawai b. Guru c. Satpam d. Les Privat e. Sopir traktor f. Sopir mobil g. Bengkel h. Buruh Bengkel i. PNS j. Pengasuh Bayi Pensiunan Jumlah Remitan
Suami 33
Istri
Anak 0
0
4 2
0 0
0 0
0 0 0 0
4 4 1 0
1 0 0 6
0 0 0 1 0
0 6 2 0 1
3 0 0 0 0
0 3
0 0
4 2
1 2 0 0 0 3 1 1 0 0 0 2 53 0
0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 21 0
0 2 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 23 7
Sumber : Analisis Data Primer
Pada perhitungan indeks diversifikasi pendapatan diperoleh nilai sebesar 1,65 menunjukkan bahwa rata – rata rumahtangga responden melakukan 2 pekerjaan untuk menambah pendapatan keluarga. Dengan kata lain bahwa secara umum rata-rata rumahtangga di pedesaan tidak tergantung pada
satu sumber pendapatan. Setidaknya terdapat dua alasan rumahtangga di pedesaan melakukan diversifikasi pendapatan, yaitu (1) dengan satu sumber pendapatan rumahtangga tersebut tidak dapat memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan, dan (2) mengurangi resiko kegagalan, artinya apabila salah satu
sumber pendapatan tidak berhasil masih ada sumber pendapatan lain yang dapat diharapkan.
rumahtangga responden merupakan prosentase banyaknya pengeluaran pangan dibanding besarnya pengeluaran total (Tabel 6). Pengeluaran pangan memiliki proporsi yang lebih besar daripada non pangan terhadap pengeluaran total. Menurut Hukum Engel semakin tinggi proporsi pengeluaran pangan berarti tingkat kesejahteraan rumahtangga semakin rendah, berarti tingkat kesejahteraan rumahtangga responden petani masih rendah.
Tingkat Ketahanan Pangan Dihitung dengan melihat proporsi pengeluaran konsumsi pangan terhadap total pengeluaran rumahtangga responden, Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Rumahtangga Responden dan Ketahanan Pangan Rumahtangga Proporsi pengeluaran konsumsi pangan terhadap total pengeluaran Tabel 6. Proporsi Pengeluaran Rumahtangga Petani di Pinggiran Kota (Peri Urban) Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo Responden Pengeluaran Pengeluaran Pangan Pengeluaran Non Pangan Total Pengeluaran
Nominal (Rp/bulan) 1.385.428,79 1.199.000,00 2.584.428,79
Proporsi (%) 53,61 46,39 100
Sumber: Analisis Data Primer Tingkat konsumsi energi dan dapat tercukupi dari lauk pauk yang tingkat konsumsi protein bersumber protein hewani maupun rumahtangga dapat digunakan nabati yang biasa mereka konsumsi sebagai indikator untuk mengetahui yaitu tahu, tempe dan ikan asin. kondisi gizi rumahtangga (Tabel 7). Secara umum tingkat konsumsi Tingkat konsumsi energi protein rumahtangga lebih baik rumahtangga petani tergolong dalam daripada tingkat konsumsi energinya. kategori sedang karena sumber Hal ini dikarenakan tingkat energi sebagian besar hanya pengetahuan responden terhadap diperoleh dari makanan pokok saja kandungan gizi bahan pangan sudah tanpa ada makanan tambahan seperti baik, mereka menganggap sumber makanan selingan sebagai tambahan energi hanya berasal dari beras saja, sumber energi, sedangkan untuk sehingga mereka mengabaikan bahan tingkat konsumsi proteinnya dalam makanan lain yang juga mengandung kategori baik, kebutuhan protein energi (Tabel 8). Tabel 7. Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein Petani di Pinggiran Kota (Peri Urban) Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo Kandungan Gizi Energi (kkal/orang/hari) Protein
Konsumsi 1.826,89 67,30
Sumber: Analisis Data Primer
AKG yang dianjurkan 2.212,26 58,68
TKG(%) 83,00 115,86
Tabel 8. Distribusi Rumahtangga Petani Berdasarkan Tingkat Konsumsi Gizi di Pinggiran Kota (Peri Urban) Kecamatan Sukoharjo Energi Protein Baik Sedang Kurang Defisit
Baik
Sedang
Kurang
Defisit
6 0 0 0
8 2 0 1
0 3 1 0
2 6 0 4
Sumber: Analisis Data Primer Ketahanan pangan rumahtangga besar berstatus kurang pangan diukur dengan menggunakan persentase 42,42% dari seluruh klasifikasi silang dua indikator responden, artinya bahwa sebagian ketahanan, yaitu proporsi besar responden memiliki proporsi pengeluaran pangan dan konsumsi pengeluaran pangan 60% dari total konsumsi energi (kkal) (Tabel 9). pengeluaran, dan konsumsi energi Diketahui status ketahanan pangan kurang (≤ 80% AKG). rumahtangga responden sebagian Tabel 9. Distribusi Rumahtangga Petani Berdasarkan Derajat Ketahanan Pangan di Peri Urban Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo Konsumsi Energi Cukup (>80% kecukupan energi) Kurang (<80% kecukupan energi)
Proporsi Pengeluaran Pangan Rendah (<60%) Tinggi (>60%) 8 3 14 8
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 10. Sebaran Rumahtangga Petani Berdasarkan Status Ketahanan Pangan di Pinggiran Kota (Peri Urban) Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo Status Ketahanan Pangan Jumlah RT Persentase (%) Tahan pangan 8 24 Rentan pangan 3 9 Kurang pangan 14 42 Rawan pangan 8 24 Jumlah 33 100 Sumber: Analisis Data Primer tinggi maka tingkat Coping Strategy Berdasarkan perhitungan bobot pangan rumahtangga tingkat keparahan strategi yang termasuk tinggi. dilakukan dan intensitas atau frekuensi yang dilakukan rumahtangga petani diperoleh nilai rata – rata indeks coping strategy sebesar 3,8 nilai indeks coping strategy termasuk dalam kategori
kerawanan responden
Tabel 11. No 1 2 3 4 5
6 7 8
Sebaran Coping Strategy Rumahtangga Petani di Peri Urban Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo
Perilaku Tergantung pada makanan yang tidak disukai dan murah ; Meminjam makanan atau uang untuk membeli makanan ; Membeli makanan secara kredit ; Bergantung pada kerabat / sahabat diluar rumahtangga ; Membagikan sedikit uang untuk masing - masing anggota rumah tangga membeli makanan di warung ; Menjual dan menggunakan asset produktif yang dimiliki Migrasi keluar daerah untuk bekerja Tidak melakukan Coping Strategy
Banyaknya Rumahtangga
Persentase (%)
5
15,15
2 3
6,06 9,09
2
6,06
6
18,18
6 6 17
18,18 18,18 51,52
Sumber : Data Primer (2013) Hubungan Diversifikasi Pendapatan, Tingkat Ketahanan Pangan dan Coping Strategy Dari hasil korelasi antara ketahanan pangan dengan indeks strategy coping dimana diversifikasi pendapatan dikendalikan (Tabel 12) adalah 0,279 menunjukkan hubungan ketiganya rendah atau tidak kuat, dengan arah hubungan positif karena nilai r positif, artinya apabila semakin banyak rumahtangga melakukan diversifikasi pendapatan, maka semakin tinggi ketahanan pangan dan strategi coping yang dilakukan oleh rumahtangga juga semakin beragam. Dari hasil korelasi antara diversifikasi pendapatan dengan indeks strategy coping dimana ketahanan pangan dikendalikan adalah -0,153 menunjukkan hubungan yang tidak kuat antara ketiganya, dengan arah hubungan adalah negatif karena nilai r negatif, artinya apabila tingkat ketahanan semakin tinggi, maka semakin
banyak rumahtangga melakukan diversifikasi pendapatan dan strategi coping yang dilakukan oleh rumahtangga semakin sedikit. Dari hasil korelasi antara diversifikasi pendapatan dengan ketahanan pangan dimana indeks strategy coping dikendalikan adalah 0,221 menunjukkan hubungan antara ketiganya tidak kuat, dengan arah hubungan adalah positif, artinya semakin tinggi strategi coping yang dilakukan oleh rumahtangga, maka semakin tinggi diversifikasi pendapatan, dan meningkatkan ketahanan pangan. Dari hasil korelasi tersebut, bisa disimpulkan bahwa semakin banyak strategi coping yang dilakukan oleh rumahtangga, maka semakin banyak rumahtangga tersebut melakukan diversifikasi pendapatan, dan akan menjadikan tingkat ketahanan pangan rumahtangga semakin tinggi juga.
Tabel. 12. Hubungan Diversifikasi Pendapatan dan Tingkat Ketahanan Pangan dan Indeks Coping Strategy Uji Korelasi Parsial Ketahanan pangan dengan indeks strategy coping dimana indeks diversifikasi pendapatan dikendalikan Indeks diversifikasi pendapatan dengan indeks strategy coping dimana ketahanan pangan dikendalikan Indeks Diversifikasi pendapatan dengan ketahanan pangan dimana indeks strategy coping dikendalikan
Hasil Analisis Korelasi Parsial Koefisien Nilai Kesimpulan Korelasi Probabilitas 0,279
0,05
0,115
Tidak signifikan
-0,153
0,05
0,396
Tidak signifikan
0,221
0,05
0,217
Tidak signifikan
Sumber : Data Primer (2013) KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sebagian besar rumahtangga petani di pinggiran Kota (Peri Urban) Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo melakukan diversifikasi pendapatan dari usahatani dan non uahatani. Besarnya Nilai Diversifikasi adalah 1,65 artinya diversifikasi pendapatan yang dilakukan oleh rumahtangga petani sebanyak 2, mengindikasikan bahwa rata – rata ada 2 sumber pendapatan yang dilakukan rumahtangga petani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kondisi ketahanan pangan rumahtangga petani di pinggiran Kota sebagian besar adalah rumahtangga kurang pangan sebesar 42%. Coping strategy yang biasa dilakukan oleh rumahtangga petani di pinggiran Kota dengan melakukan migrasi keluar daerah untuk bekerja, menjual dan menggunakan asset produktif yang dimiliki, dan lain sebagainya. Rata – rata nilai indeks
coping strategy rumahtangga petani di pinggiran Kota adalah berada pada skor 3,8, sehingga berada pada kategori tinggi. Hubungan antara tingkat diversifikasi pendapatan, tingkat ketahanan pangan dan indeks coping strategy adalah apabila semakin banyak coping strategy yang dilakukan oleh rumahtangga, maka semakin banyak rumahtangga tersebut melakukan ragam pendapatan atau diversifikasi pendapatan, dan akan menjadikan tingkat ketahanan pangan rumahtangga semakin tinggi juga. Saran Bagi petani, untuk mulai memperhatikan dan mengusahakan tanaman maupun ternak di sekitar pekarangan rumah agar menjadi asset produktif yang bisa digunakan sebagai salah satu strategi beradaptasi terhadap kondisi keuangan rumahtangga dalam rangka mencukupi kebutuhan rumahtangga.
Bagi pemerintah, meningkatkan pendapatan rumahtangga dengan meningkatkan produktivitas usahatani dengan di dampingi tenaga penyuluh lapangan dari dinas pertanian sehingga petani bisa berkonsultasi masalah dalam usahatani dan bisa memaksimalkan usahataninya. Meningkatkan pengetahuan tentang gizi pada masyarakat terutama ibu rumahtangga melalui penyuluhan gizi rumahtangga yang dilakukan oleh posyandu atau puskesmas. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2012. Sukoharjo Dalam angka 2011. Sukoharjo. BPS BKP Kementrian Republik Indonesia. 2010. Pemberdayaan Petani Dalam Rangka Pemantapan Ketahanan Pangan Nasional. http://bkp.deptan.go.id/. Diakses pada tanggal 15 April 2013. Idowu, A.O., Aoyemi, T.T., Omonona, B.T. and Falusi A.O. 2011. Non Farm Income Diversification and Poverty among Rural Farm Households in Southwest Nigeria. European Journal of Social Sciences Volume 21. Number1. Marwanti, Sri. 2004. Kesenjangan Distribusi Pendapatan Rumahtangga Pertanian Padi Di Pedesaan Jawa Tengah. Jurnal SEPA, Vol. 1 No. 1 September 2004 Maxwell, D., J. Levin dan J. Csete. 2000. Does Urban Agriculture
Help Present Malnutrition? Evidence fron Kampala. Food Consumption and Nutrition Division of International Food Policy Research Institute. Washington D.C. USA. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Penerbit: CV. Alfabeta. Bandung. Wahyudin, A., Meitasari, D., I. Hildawati, dan Kartika H. 2008. Analisis Coping Strategy dan Akses Pangan serta Hubungannya dengan Ketahanan Pangan pada Keluarga Nelayan. IPB. Bogor