1
I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Domba mempunyai arti penting bagi kehidupan dan kesejahteraan
manusia karena dapat menghasilkan daging, wool, dan lain sebagainya. Prospek domba sangat menjanjikan untuk dikembangkan, karena merupakan ternak prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Domba lokal merupakan salah satu jenis ternak penghasil daging di Indonesia yang memiliki keunggulan, di antaranya adalah mudah pemeliharaannya, cepat berkembang biak, dan memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam di Indonesia. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah populasi domba terbesar di Indonesia. Data menunjukkan populasi domba di Jawa Barat semakin meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan bertambahnya populasi penduduk Jawa Barat, pada Tahun 2011 populasi domba sebanyak 7.041.437 ekor, Tahun 2012 sebanyak 8.249.844 ekor dan pada Tahun 2013 sebanyak 9.391.590 ekor (Dinas Peternakan Jawa Barat, 2013). Domba Ekor Tipis merupakan salah satu jenis domba lokal yang populasinya banyak dijumpai, baik di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah (pantai utara dan pantai selatan) Jawa Barat. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, Domba Ekor Tipis merupakan domba yang tergolong dalam jenis domba berukuran kecil. Berbeda dengan Domba Ekor Gemuk yang memiliki banyak timbunan lemak pada ekornya, domba ini memiliki ekor yang tipis dan tidak memiliki timbunan lemak pada ekornya.
2
Domba yearling adalah domba yang berumur 1-2 tahun. Domba Ekor Tipis jantan yearling atau Domba Ekor Tipis jantan berumur 1-2 tahun adalah jenis domba yang sering dipelihara di daerah pedesaan dan sering dijadikan untuk domba akikah atau qurban. Pengaruh lingkungan dengan manajemen pemeliharaan secara tradisional tanpa memperhatikan pola breeding yang terarah akan memberikan keragaman pada ternak yang dihasilkan dan akan berpengaruh terhadap produktivitasnya. Karakteristik seekor domba merupakan suatu gambaran dari domba itu sendiri, dengan demikian tiap individu domba dapat dibedakan dengan yang lainnya. Daerah pesisir pantai Selatan memiliki suhu yang berbeda dengan daerah dataran tinggi. Selain itu, daerah pesisir pantai Selatan memiliki keanekaragaman jenis hijauan yang lebih beragam dibandingkan daerah pesisir pantai Utara. Pengukuran terhadap sifat kuantitatif, berupa bobot badan dan ukuranukuran tubuh Domba Ekor Tipis jantan memiliki arti penting, karena dapat memberi gambaran tentang ciri-ciri Domba Ekor Tipis, serta mampu menduga produktivitas ternak tersebut. Sifat kuantitatif dapat juga digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menyeleksi ternak untuk memperoleh bibit unggul. Berdasarkan paparan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Sifat-Sifat Kuantitatif Domba Ekor Tipis Jantan Yearling pada Manajemen Pemeliharaan Secara Tradisional Di Pesisir Pantai Selatan Kabupaten Garut”. 1.2
Identifikasi Masalah Bagaimana sifat-sifat kuantitatif (bobot badan, tinggi pundak, panjang
badan, dan lingkar dada) Domba Ekor Tipis jantan yearling pada manajemen pemeliharaan secara tradisional di daerah pesisir pantai selatan Kabupaten Garut.
3
1.3
Tujuan Penelitian Mengetahui sifat-sifat kuantitatif (bobot badan, tinggi pundak, panjang
badan, dan lingkar dada) Domba Ekor Tipis jantan yearling pada manajemen pemeliharaan secara tradisional di daerah pesisir pantai selatan Kabupaten Garut. 1.4
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan, mengenai sifat-sifat kuantitatif Domba Ekor Tipis jantan yearling pada manajemen pemeliharaan secara tradisional di pesisir pantai Selatan Kabupaten Garut, khususnya untuk para peneliti, intansi terkait, dan para peternak di daerah pesisir pantai Selatan Kabupaten Garut. 1.5
Kerangka Pemikiran Domba lokal adalah domba hasil persilangan atau introduksi dari luar yang
telah dikembang-biakan sampai generasi kelima atau lebih yang beradaptasi pada lingkungan dan manajemen setempat (Peraturan Menteri Pertanian, 2006). Domba merupakan ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh petani di pedesaan, dengan jumlah kepemilikan relatif sedikit. Dipelihara secara sederhana dan merupakan usaha sambilan dari usaha taninya. Domba lokal yang ada di Indonesia banyak dipelihara dengan tujuan sebagai domba penghasil daging, bukan domba untuk penghasil wool. Pentingnya mengkarakterisasi sifat-sifat kuantitatif domba ekor tipis jantan yearling adalah sebagai langkah awal melestarikan ternak itu sendiri dan upaya untuk meningkatkan produktivitasnya. Sifat-sifat kuantitatif pada domba dapat diketahui dengan melakukan pengukuran langsung pada dombanya. Pengukuran
4
langsung pada permukaan tubuh domba sebagai sifat kuantitatif dapat digunakan dalam seleksi, dijelaskan pula bahwa ukuran-ukuran tubuh dapat pula digunakan untuk mengetahui ciri-ciri utama dari jenis ternak tertentu dalam populasi yang tersebar luas antar wilayah atau negara, sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran hubungan morfologi dalam satu wilayah (Mulliadi, 1996). Penggunaan ukuran tubuh juga dapat menyeleksi domba lokal yang mempunyai kualitas baik karena dapat menentukan bobot badan dan bobot karkas. Pengukuran tubuh untuk mengetahui sifat-sifat kuantitatif domba dapat memotivasi peternak untuk bersaing menghasilkan domba lokal yang baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga meningkatkan daya saing produksi. Sifat kuantitatif merupakan sifat yang dapat diukur dan mempengaruhi produksi secara langsung. Sifat kuantitatif dari domba terdiri atas bobot badan, panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada, lebar dada, dalam dada, lebar pinggang, dan lebar panggul. Yearling adalah istilah untuk seekor domba berumur 1-2 tahun. Domba ekor tipis jantan berumur 1-2 tahun adalah jenis domba yang sering dipelihara oleh para peternak di daerah pedesaan. Pengaruh lingkungan dengan pola pemeliharaan secara tradisional tanpa memperhatikan pola breeding yang terarah akan memberikan keragaman yang buruk pada ternak yang dihasilkan. Terjadinya inbreeding dan tidak adanya seleksi mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas genetik dan berdampak terhadap penurunan ukuran-ukuran tubuh seperti bobot badan, tinggi pundak, dan sebagainya. Pantai Selatan Kabupaten Garut merupakan daerah yang memiliki kesamaan dengan daerah dataran tinggi dalam proses pemeliharaan domba. Dapat
5
dilihat dari lingkungannya yang memiliki beranekaragam hijauan untuk dijadikan pakan dalam proses pemeliharaan domba. Ternak harus selalu berada pada daerah lingkungan yang optimal untuk tetap menjaga berjalannya fungsi pertumbuhan dan reproduksi yang optimal pula. Pola pemeliharaan yang dilakukan akan mempengaruhi performa tubuh domba itu sendiri. Performa domba terutama beberapa sifat kuantitatif (bobot badan, panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada, dan ukuran tubuh lainnya) dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungannya. Khusus untuk faktor lingkungan dapat mencakup pemberian pakan, manajemen pemeliharaan, dan kondisi sekitar. Beberapa data penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa bobot badan Domba Kisar adalah 21 kg (Wattimena dkk., 2014), panjang badan Domba Ekor Tipis 51,60 cm, tinggi pundak 55,66 cm, dan lingkar dada 71,46 cm (Einstiana, 2006). Bobot badan Domba Ekor Gemuk jantan 30 kg, panjang badan 87,90 cm, tinggi pundak 58,00 cm, lingkar dada 72,25 cm (Munier, 2012). Bobot badan Domba Jonggol (jenis domba ekor tipis) 34 kg (Sumantri, et al., 2007). Berdasarkan uraian tersebut dapat diduga bahwa bobot badan Domba Ekor Tipis jantan berkisar antara 21 kg – 34 kg, panjang badan 51,60 cm – 87,90 cm, tinggi pundak 55,66 cm – 58 cm, dan lingkar dada berkisar antara 71,46 cm – 72,25 cm.
1.6
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Tanggal 28 April-4 Mei 2016, di Desa Cikelet
Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut, Jawa Barat.