PENDAHULUAN Latar Belakang Mucuna bracteata adalah salah satu tanaman Leguminosae Cover Crop (LCC), tanaman merambat ini ditemukan pertama di areal hutan Tri Pura, India Utara dan sudah meluas sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan karet di Kerala India Selatan. Mucuna bracteta ini juga banyak digunakan di perkebunan di Indonesia, tanaman ini memiliki biomassa yang tinggi di bandingkan dengan penutup tanah lainya. Perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet selalu mengunakan tanaman ini pada aeral peremajaan (Siagian, 2003). Keunggulan LCC yang adalah kemampuannya membentuk bintil akar hasil simbiose dengan Rhizobium untuk menambat N2 dari udara. Kurang lebih 66% dari hara nitrogen pada tumbuhan kacangan berasal dari gas N2 atmosfer. Pada umur 3 tahun, Calpogonium cereulium mengembalikan N ke dalam tanah sebanyak 57,75 kg (± 125 kg urea), sedangkan kacangan campuran konvensional mengembalikan ke dalam tanah sebanyak 35,13 kg (± 75 kg urea) per hektar per tahun. Mucuna bracteta memberikan nitrogen kedalam tanah sebesar 219,74 kg/ha
efektif,
dua
kali
lebih
besar
dibandingkan
dengan
kontribusi
Peuraria javanica (Mathews, 1998). Disamping unsur N, LCC dapat juga memberikan tambahan unsur P, K dan Mg ke dalam tanah. Mucuna bracteata tidak dapat berbuah bila ditanam di daratan rendah. Di tempat asalnya (Tri Pura, India Utara) tanaman ini tumbuh di ketinggian 1.0001500 m dpl. Di kebun Tinjowan Sawit II, sejak pertama kali digunakan sebagai kacangan penutup tanah (tahun 1999), Mucuna bracteata tidak pernah menghasilkan bunga dan buah/biji. Karena sulit berbuah, maka perbanyakan bisa
digabung dengan cara perbanyakan vegetatif, terutama dengan cara stek. Perbanyakan melalui stek ini sangat rentan terhadap kematian (tingkat kematiaannya mencapai 90%). Kegagalan pada penyetekan Mucuna bracteata terutama disebabkan oleh (a) sulitnya mendapatkan stek yang baik, berupa ruas yang bulu akarnya sudah mulai muncul (akar putih), (b) kurangnya penyesuaian (aklimatisasi) setelah stek dipotong dari tanaman induknya. Mendapatkan ruas stek yang baik sering mendapat kendala dilapangan karena ketebalan Mucuna bracteata dapat mencapai 4 – 6 cm (Sebayang dkk., 2004). Perbanyakan Mucuna bracteata secara generatif sangat sulit dikarenakan kulit keras dan untuk berkecambah perlu dilakukan skarifikasi pada bijinya dan jika dilakukan pekembangbiakan kecambah persentase kecambahnya hanya 12%. Biji Mucuna bracteata tidak tersedia di Indonesia dikarenakan itu biji ini harus diimpor dari India. Pertanyaan yang sering dilontarkan oleh para pekebun karet adalah
bagaimana
memberikan
teknik
keberhasilan
memperbanyak hidup
yang
Mucuna
tinggi.
bracteata,
Kebutuhan
sehingga
jumlah
biji
Mucuna bracteata per hektar tanaman karet adalah 200 - 300 gram dengan daya kecambah 75% (Siagian dan Tistama, 2005). Di Indonesia pada umumnya LCC dan Mucuna bracteata hampir tidak menghasilkan biji. Walaupun kadang-kadang dapat menghasilkan biji kemampuan tumbuhnya rendah hal inilah yang menyebabkan kebanyakan perbanyakan mucuna dilakukan dengan cara vegetatif, perbanyakan secara vegetatif memerlukan keahlian khusus dalam pengembangannya antara lain dalam pemilihan bahan tanaman dan waktu tanam yang disesuaikan dengan awal musim hujan. Sedangkan dalam perbanyakan secara generatif hampir tidak menyesuaikan
waktu tanam untuk itu perbanyakan secara generatif atau biji dapat dilakukan hanya saja
perlu dilakukan tindakan perlakuan pada biji antara lain dengan
mempercepat masa dormansi biji (Harahap dan Subronto, 2004). Hormon pengatur tumbuh seperti sitokinin, giberelin, dan auksin juga dapat memecahkan dormansi pada benih melalui pengaruhnya terhadap keseimbangan hormon yang mendorong perkecambahan (Sutopo, 1988). Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya embrio memerlukan energi dan bahan baku, diantaranya untuk sintesa lemak; protein; dan senyawa penyusun lainnya. Energi dalam bentuk ATP (Adenosine triphosphate) atau dalam bentuk donor hidrogen NADH2/NADPH2 (Nikotin Amida Dinukleotida H2 / Nikotin Amida Dinukleotida Phosphate H2) dan bahan baku yang dihasilkan pada proses respirasi. Kegiatan enzim-enzim di dalam biji distimulir oleh adanya gibberellic acid (GA3) yaitu suatu hormon tumbuh yang dihasilkan oleh embrio setelah menyerap air. Proses pertumbuhan dan perkembangan embrio semula terjadi pada ujung-ujung tumbuh dari akar. Kemudian diikuti oleh ujung-ujung tumbuh tunas (Sutopo, 1988). Sumatera Utara merupakan daerah perkebuanan terutama perkebunan kelapa sawit. Limbah pabrik kelapa sawit dapat digunakan sebagai sumber bahan organik setelah mengalami dekomposisi. Limbah dari kelapa sawit ada tiga macam yaitu limbah cair, padat dan gas. Limbah padat pabrik kelapa sawit dikelompokan menjadi dua yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dan yang berasal dari basis pengolahan limbah cair. Limbah padat yang berasal dari proses pengolahan berupa Tandan Kompos Kelapa Sawit, Cangkang atau tempurung, serabut atau serat, sludge atau lumpur dan bungkil. Kompos Tandan
Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan limbah dari pabrik kelapa sawit. Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dari hasil penelitian mempunyai beberapa keuntungan antara lain: kualitas tidak bervariasi, bobot lebih ringan, tidak mengandung inokulum penyakit dan lebih bersih (Wahyono, 2003). Kompos Tandan Kelapa Sawit sangat bermanfaat untuk meningkatkan bahan organik tanah. Bahan organik dalam tanah berfungsi untuk memperbaiki sifat tanah seperti struktur tanah, kapasitas memegang air (water holding capacity) dan sifat kimia tanah seperti kapasitas tukar kation (KTK) yang makin tinggi. Dengan demikian tandan kosong kelapa sawit mempunyai potensi yang besar sebagai bahan penyubur tanah (Witjaksana dkk., 2000). Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh serapan unsur hara NPK dan biomassa mucuna Mucuna bracteata dngan perlakuan zat pengatur tumbuh dan perbedan media tanam. Tujuan Penelitian Untuk menguji pengaruh zat pengatur tumbuh asam gibberellic acid dan media tanam terhadap pertumbuhan Mucuna Bracteata di pembibitan. Hipotesa Penelitian Ada pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan Mucuna Bracteata D. C dan serapan hara NPK di pembibitan. Ada
pengaruh
pengunaan
media
tanam
Mucuna bracteata D. C dan serapan NPK di pembibitan.
terhadap
pertumbuhan
Ada interaksi pemberian zat pengatur tumbuh dan penggunaan media tanam terhadap pertumbuhan Mucuna bracteata D. C dan serapan hara NPK di pembibitan. Kegunaan Penelitian Sebagai bahan penyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas sumatera Utara, Medan. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.