PENDAHULUAN Latar Belakang Padi
(Oryza sativa L.) adalah salah satu bahan makanan yang
mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah diubah menjadi energi. Tanah persawahan merupakan media atau tempat tumbuh tanaman padi. Oleh karena itu, tanah tempat penyelenggaraan usaha pertanian pada umumnya yang tidak akan pernah habis terpakai ini mutlak harus tersedia. Indonesia merupakan negara agrararis, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Usaha meningkatkan produksi dengan menerapkan berbagai teknologi telah dilakukan dengan berbagai cara: memberikan bimbingan kepada petani mengenai Panca Uasaha, intensifikasi khusus dan lain sebagainya (AAK, 1992). Mawardi (2007) menyatakan bahwa air merupakan faktor yang penting dalam bercocok tanam. Selain jenis tanaman, kebutuhan air bagi suatu tanaman juga dipengaruhi oleh sifat dan jenis tanah, keadaan iklim, kesuburan tanah, cara bercocok tanam, luas areal pertanaman, topografi, periode tumbuh dan sebagainya. Irigasi adalah usaha untuk memperoleh air yang menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk keperluan penunjang produksi pertanian. Cara pemberian air irigasi pada tanaman padi, tergantung pada umur dan varietas padi yang ditanam. Pengelolaan air pada padi sawah merupakan upaya untuk menekan kehilangan air dipetakan sawah guna mempertahankan atau meningkatkan hasil gabah per satuan luas, pengurangan air akibat perkolasi, rembesan, dan aliran 1
2
permukaan dapat menekan penggunaan air irigasi. Ketersediaan air irigasi untuk budidaya padi sawah makin terbatas karena : bertambahnya pengguna air untuk sektor industri dan rumah tangga, durasi curah hujan makin pendek akibat perubahan iklim, cadangan sumber air lokal juga berkurang dan terjadinya pendangkalan waduk ( Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009) Makarim dan Suhartatik (2006) menyatakan bahwa penyediaan beras bagi penduduk Indonesia yang selalu bertambah memerlukan upaya nyata peningkatan produksi padi. Ketergantungan terhadap perluasan areal panen mungkin akan sulit ditempuh bagi usahatani padi, karena lahan subur akan semakin diperebutkan penggunaannya oleh komoditas yang bernilai ekonomi lebih tinggi dari padi. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas padi akan tetap menjadi andalan dalam peningkatan produksi padi. Pada periode 2000 - 2006, jumlah penduduk Indonesia meningkat dengan laju pertumbuhan 1,36% per tahun sementara konsumsi beras diperkirakan 137 kg per kapita. Dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk menurun 0,03% per tahun, maka konsumsi beras pada tahun 2010, 2015, dan 2020 diproyeksikan berturutturut sebesar 32,13 juta ton, 34,12 juta ton, dan 35,97 juta ton. Pada tahun 2007, produksi padi meningkat sebesar 4,96% dibandingkan dengan tahun 2006 sedangkan pada tahun 2008, menurut angka ramalan BPS, produksi padi nasional mencapai 60,28 juta ton gabah kering giling, meningkat 5,46% dibanding tahun 2007. Pencapaian ini telah mengantar Indonesia kembali meraih swasembada beras (Puslitbang Tanaman Pangan, 2014). Roem kepala Dinas Pertanian Sumut dalam Harian SIB tanggal 10 Januari 2014 menyatakan bahwa Sumatera Utara (Sumut) selama tahun 2013 mampu
3
mempertahankan posisinya di lima besar lumbung beras Indonesia. Produksi padi Sumut pada 2013 sebesar 3.665.433 ton gabah kering giling yang setara 2.299.693 ton beras. Dengan produksi tersebut maka Sumut telah mampu berswasembada beras sebesar 122,50 persen. Atas dasar statistik jumlah penduduk Sumut 13.717.595 jiwa dengan produksi beras 2.299.693 ton maka Sumut surplus 422.440 ton atau swasembada 122,50 persen karena kebutuhan beras per tahun 1.877.253 ton. Sementara konsumsi beras masyarakat 136,85 kg per kapita per tahun. Menurut Pusposutardjo dan Susanto (1993) bahwa potensi produksi padi seperti tanaman lainnya mempunyai suatu nilai batas tertentu. Hal ini akan ditentukan antara lain adalah jenis tanamannya, lama pengisian bulir padi sampai masak dan radiasi matahari yang sampai dipermukaan bumi sebagai energi pembentukan karbohidrat yang dihasilkan dari fotosintesis. Hotmix dalam Harian SIB tanggal 26 Mei 2014 menyatakan bahwa Kabupaten Asahan memiliki luas lahan sawah tahun 2010 mencapai 12.010 ha, dimana 5.714 ha beririgasi dan 6.296 ha tadah hujan. Areal sawah beririgasi terluas berada di Kec. Rawang Panca Arga (3.257 ha). Pada tahun 2011 produktivitas padi mengalami penurunan sebesar 1,22 kw/ha dari tahun 2010 dengan produktivitas sebesar 47,61 kw/ha, pada tahun 2012 produktivitas padi meningkat kembali sebesar 51,81 kw/ha, dan pada tahun 2013 produktivitas padi mengalami peningkatan lagi sebesar 55,5 kw/ha, sehingga bila dirata-ratakan produksi padi mencapai 6,5-7 ton/ha. Untuk menjaga kondisi lahan persawahan agar tetap berproduksi dengan baik, serta meningkatkan produksi padinya, yaitu dengan berbagai keterbatasan daya dukung lahan dan penerapan teknologi
4
khususnya (manajemen irigasi) untuk kawasan lahan irigasi maka perlu diketahui sampai sejauh mana potensi produksi padi yang ada pada lahan sawah irigasi di Kecamatan Rawang Panca Arga dalam aras pencapaian padi yang maksimal. Penelitian mengenai kajian potensi produksi padi sebelumnya telah dilakukan oleh mahasiswa Keteknikan Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2014 yaitu sebagai syarat untuk dapat menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) yang dilakukan oleh saudara Novita Sari Saragih, Triayu Purnama Sari, Rosianna Sianturi dengan daerah yang berbeda. Penelitian ini dilakukan di Daerah Irigasi Sungai Bunut Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan. Metode Penelitian yang digunakan adalah berupa observasi lapangan dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder dan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada petani, dan data skunder adalah data yang diperoleh dari dinas/ lembaga pemerintah terkait. Data skunder diperoleh dari dua dinas yaitu Dinas Pertanian Kabupaten Asahan dan Badan Meterologi dan Klimatologi Sumatera Utara. Data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Asahan adalah data luas irigasi (irigasi teknis, irigasi semi teknis dan irigasi sederhana), data produksi padi, data luas panen. Data yang diperoleh dari Badan Meterologi dan Klimatologi Sumatera Utara adalah data rerata radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi. Kemudian data-data diatas dianalisis untuk mengetahui potensi produksi padi daerah Irigasi Sungai Bunut Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan.
5
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi produksi padi Daerah Irigasi Sungai Bunut di Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 2. Bagi mahasiswa sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kajian potensi produksi padi. 3. Bagi masyarakat untuk membantu petani dalam pengembangan produksi padi. Batasan Masalah 1.
Data skunder yang diperoleh dari dinas/ lembaga pemerintah terkait minimal 5 tahun terakhir.
2.
Data primer yang yang diperoleh dari wawancara petani, Dinas Pertanian setempat hanya berkenanaan dengan penyediaan air irigasi, pemupukan, masa tanam, pemberantasan hama penyakit dan benih.