1
I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Itik Cihateup adalah jenis unggas air yang berbeda dengan yang lain dan
memiliki kemampuan termoregulasi yang lebih rendah dari unggas lainnya.
Itik
mempunyai sifat yang tahan terhadap penyakit dan mampu beradaptasi dengan lingkungan baru dan memiliki kemampuan mengatur suhu tubuhnya serta dapat melakukan aktivitas pada suhu lingkungan yang berbeda. Kondisi minim air dapat menyebabkan itik mengalami stress berat dan mengalami gangguan dalam pertumbuhan, sistem metabolisme, serta mengurangi feed intake, karena dalam temperatur lingkungan yang tinggi itik akan terus menerus minum air. Dalam keadaan stres akibat minim air, tekanan osmotik cairan tubuh baik cairan intrasellular maupun cairan ekstrasellular mengalami ketidakseimbangan, sehingga osmolaritas membran sel tidak dapat dipertahankan secara normal (Socha dkk., 2002). Kondisi lain adalah prilaku pengeluaran urin dan feces yang berlebihan guna mengurangi panas tubuh, yang dapat memacu pengeluaran mineral-mineral elektrolit berlebihan. Pada akhirnya menyebabkan gangguan tekanan osmotik darah. Itik akan mengalami perubahan pada protein darah (albumin dan globulin) akibat minim air, karena albumin, globulin atau total protein serum/palsma darah merupakan biomolekul yang penting karena keduanya bertindak di dalam mengatur tekanan osmotik darah. Aktivitas albumin dan globulin sebagai regulator tekanan osmotik akan meningkat sebagai kompensasi menurunnya mineral-mineral kation dan anion.
2
Di sisi lain, kedua biomolekul ini juga bertindak sebagai prekursor dalam mempertahankan sistem pertahanan tubuh, karena keduanya sebagai bahan pembentuk sel-sel limfosit. Oleh karena itu kebutuhan protein ini dapat bertambah melebihi daripada kondisi normal.
Kondisi ini menjadi masalah penting karena
dalam kondisi stress, secara keseluruhan metabolisme protein diperuntukkan untuk mempertahankan homeostasis ternak. Perlu
penambahan
feed
additive
yang
mengandung
antiioksidan
fructooligosaccharide (FOS) yang berasal dari kulit buah pisang dalam rangka menanggulangi perubahan profil kedua biomolekul.
Umumnya FOS berfungsi
sebagai substrat untuk memperbaiki dan mempertahankan kondisi ideal bagi kelangsungan metabolisme tubuh ternak. Pentingnya mengetahui pengaruh FOS dalam protein darah albumin dan globulin pada itik minim air adalah dasar penulis melakukan penelitian ini. 1.2
Identifikasi Masalah Adapun identifikasi masalah dari penelitian ini adalah:
a.
Berapa besar terjadi perubahan kadar albumin dan globulin darah itik Cihateup pemeliharaan minim air yang diberi fructooligosaccharide.
b.
Pada pemberian fructooligosaccharide berapa yang optimal berpengaruh terhadap albumin dan globulin darah itik Cihateup pemeliharaan minim air.
1.3
Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah:
3
a.
Mempelajari perubahan albumin dan globulin darah itik Cihateup yang diberi fructooligosaccharide dalam kondisi pemeliharaan minim air.
b.
Menetapkan tingkat pemberian fructooligosaccharide yang dapat memberikan pengaruh optimal terhadap kadar albumin dan globulin darah itik Cihateup kondisi pemeliharaan minim air.
1.4
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca
mengenai perubahan albumin dan globulin darah itik Cihateup kondisi minim air yang diberi probiotik fructooligosaccharide sebagai feed additive. 1.5
Kerangka Pemikiran Itik merupakan jenis unggas yang banyak diternakkan di masyarakat kita.
Berdasarkan namanya, itik Cihateup adalah itik yang berasal dari desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup disebut sebagai itik gunung, karena daerah berkembang itik ini berada pada ketinggian 378 m di atas permukaan laut (dpl) yang merupakan dataran tinggi dengan udara yang dingin. Itik ini berkembang juga di daerah-daerah di sekitar Tasikmalaya, seperti di daerah Garut.
Untuk mempopulerkan dan meningkatkan manfaat itik
Cihateup, maka perlu diketahui karakteristik biologisnya agar dapat dijadikan pedoman dalam berbudidaya. Itik Cihateup juga memiliki ketahanan fisik terhadap berbagai macam penyakit. Seperti halnya manusia, itik juga bisa mengalami stress. Stres pada itik jangan diabaikan, karena bisa mengganggu produktivitasnya. Bahkan
4
kalau dibiarkan berlarut-larut dapat menurunkan produksi dan mendatangkan berbagai penyakit lainnya. Banyak faktor yang dapat menyebabkan stres pada itik, namun yang dominan adalah faktor alami. Sifat psikis itik memang mudah terkejut, panik, curiga, dan ketakutan. Watak bawaan ini dapat diamati, di mana itik selalu ketakutan dan cepatcepat berlari ketika didekati sesuatu, termasuk hewan yang lebih kecil darinya seperti tikus atau kadal. Keadaan stres pada itik juga bisa diakibatkan oleh kurang minum dan dapat mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan sistem metabolisme. Secara umum, stres pada itik bisa menyebabkan produksi telur berkurang. Jika stres ringan, produksi telur berkurang sekitar 10 persen, stres sedang 20 persen, dan stres berat 30 persen atau lebih. Akibat lainnya adalah itik terlihat lesu dan lemah, berkurangnya nafsu makan dan kotoran tak normal (diare, berwarna kecokelatan). Jika stres terus berlanjut bisa mengurangi berat badan, menimbulkan penyakit lain (influenza, radang hati, dan cacing), bahkan berujung pada kematian. Cekaman stres menyebabkan labilnya senyawa-senyawa tertentu, seperti enzim, sehingga enzim tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan selanjutnya mempengaruhi kondisi fisiologis dan hormonal di dalam tubuh ternak unggas. Sehingga pada kondisi seperti itu, tubuh berusaha untuk mengembalikan homeostasis seperti sebelum terjadi stres. Bila tidak berhasil, maka tubuh akan menggunakan jalur genetik dengan mengaktifkan gen Heat Shock Protein (HSP) untuk melindungi protein-protein yang sensitif pada suhu tinggi.
5
Tekanan osmotik cairan tubuh baik cairan intrasellular maupun cairan ekstrasellular mengalami ketidakseimbangan sehingga osmolaritas membran sel tidak dapat dipertahankan normal (Socha dkk., 2002) akibat dari keadaan stress karena minim air dan panas. Kondisi lain adalah perilaku pengeluaran urin dan feses yang berlebihan guna mengurangi panas tubuh,dapat memacu pengeluaran mineral elektrolit berlebihan dan pada akhirnya, menyebabkan gangguan tekanan osmotik. Sumber eletrolit bagi ternak dapat diperoleh dari dua sumber yaitu melalui air minum dan pakan.
Apabila keduanya berkekurangan untuk mempertahankan
osmolaritas cairan tubuh maka proporsi glukosa, lipid dan protein (khususnya albumin dan globulin) akan meningkat dalam darah untuk menjaga tekanan osmotik tersebut.
Sebaliknya, apabila imbangan elektrolit tinggi dalam ransum, maka
pengeluaran elektrolit dalam feces dan urin akan lebih tinggi. Selain peran glukosa, mekanisme homeostatis menjadi alternatif penting bagi ternak yang mengalami cekaman keseimbangan elektolit, melalui peran hormonal antara lain ADH (anti deuretik hormone) dan aldesteron dari tubulus ginjal yang diinduksi oleh angiotensin dari sel-sel hati (Mushawwir dan Latipudin, 2012). Ini berarti lintasan sintesis protein (albumin dan globulin) akan meningkat untuk disekresikan ke cairan tubuh. Selain mineral, glukosa dan protein (albumin dan globulin) darah menjadi biomolekul penting dalam mempertahankan tekanan osmotik darah.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan peningkatan albumin serum ketika
terjadi cekaman panas dan ketidak seimbangan elektrolit mineral (Ahmad dkk., 2005).
6
Albumin dapat meningkatkan tekanan osmotik yang penting untuk mempertahankan cairan vaskular. Penurunan albumin serum dapat menyebabkan cairan berpindah dari dalam pembuluh darah menuju jaringan sehingga terjadi edema. Globulin adalah salah satu dari tiga jenis protein serum, yang lainnya adalah albumin dan fibrinogen. Beberapa globulin diproduksi di hati, sementara yang lain dibuat oleh sistem kekebalan tubuh. Albumin dan globulin merupakan komponen protein darah yang penting. Albumin berfungsi sebagai zat pengangkut bermacam-macam molekul yang lebih kecil di dalam darah, misalnya asam-asam lemak, stroid dan pigmen-pigmen empedu. Selain sebagai zat pengangkut juga berperan sebagai prekursor sel-sel darah putih sebagai zat immun.
Globulin komponen darah sangat penting karena antibodi
merupakan globulin gamma (Hicks dkk., 1998). Albumin, globulin atau total protein serum/plasma darah serta glukosa dan kolesterol merupakan biomolekul yang penting sebagai penanda ternak stres panas (Mumma dkk., 2006). Rendahnya kadar albumin dan globulin pada ternak yang mengalami cekaman stress disebabkan oleh aktifitas metabolisme nutrien sebagian besar ditujukan untuk pembentukan glukosa dan energi atau dikenal dengan glukoneogenesis (Mushawwir dan Latipudin, 2012).
Hal ini menyebabkan
peningkatan metabolisme protein di dalam sel-sel hati menjadi ATP sehingga menyebabkan penurunan kadar albumin dan globulin darah.
Tan dkk. (2010)
mengemukakan bahwa filtrasi yang ketat pada sel-sel glomerulus ginjal dalam keadaan cekaman stress adalah bagian dari mekanisme homeostasis yang meliputi pentingnya mempertahankan kadar osomotik darah, prekursor energi dan sistem
7
immun. Namun, dalam keadaan cekaman stress yang berlibihan maka mekanisme ini tidak dapat dipertahankan. Pemberian fructooligosaccharide (FOS) yang terkandung dalam kulit pisang adalah salah satu jenis prebiotik yang banyak digunakan sebagai pengganti gula (Fruktosa), merupakan upaya penanggulangan dampak cekaman stress.FOS merupakan polisakirida yang tidak dapat dicerna, terdiri dari unit fruktosa dan glukosa yang bergabung melalui ikatan β (2–1) dan menempel pada satu unit terminal glukosa.
Hosono dkk. (2003) mengemukakan bahwa inulin dan FOS dapat
mempengaruhi system immune.
Hasil penelitian Schley dan Field (2002)
menunjukkan bahwa FOS dapat meningkatkan penyerapan serat, berperan sebagai prebiotic dan juga berperan dalam mekanisme immunomodulatory. Hasil penelitian yang sama juga dikemukakan oleh (Kaume dkk., 2011) bahwa penambahan fructooligosaccharide berupa feed additive kepada pakan itik dapat membantu dalam sistem pencernaan karena memiliki sifat sebagai probiotik (nutrisi untuk bakteri menguntungkan dalam tubuh), selain itu dapat juga meningkatkan sistem imun tubuh. Pemberian FOS dapat meningkatkan pertumbuhan villi usus (Shang dkk., 2014) dan (Donalson dkk., 2008), serta meningkatkan penyerapan nutrien. Penyerapan nutrient yang tinggi dapat disebabkan karena meningkatnya densitas villi dan ukurannya (Shang dkk., 2014). Ini berarti bahwa penyerapan nutrien yang tinggi menambah prekursor (khususnya asam nukleat) yang diabsorpsi dalam villi sebagai prekursor pembentukan protein albumin dan globulin. Penelitian lain menunjukkan bahwa FOS mampu menstimulasi perkembangan sel-sel limfosit di dalam lamina propria usus halus (Xu dkk., 2003) dan (Shang dkk.,
8
2014) serta meningkatkan level insulin darah (Kaume dkk., 2011). Diketahui bahwa insulin mampu menekan sintesis hormon cortisol yang bertindak sebagai hormon antianabolisme. Sehingga peningkatan level insulin sekaligus mendorong produksi protein (albumin dan globulin). Donsbough dkk. (2010) melaporkan bahwa kadar insulin menurun dalam keadaan ternak tercekam stress, kondisi ini menyebabkan anabolisme molekul menjadi menurun karena pada saat yang bersamaan meningkat hormon cortisol (sebagai anti anabolisme). Ketika insulin meningkat anabolisme protein, karbohidrat, lipid mengalami peningkatan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa insulin mampu meningkatkan transkripsi dan translasi protein.
Ini menunjukkan
bahwa albumin dan globulin meningkatnya insulin sebagai efek pemberian FOS. Dalam keadaan albumin dan globulin meningkat maka ginjal sangat berperan terutama sel-sel glomerulus dalam mempertahankan kadarnya. Hal ini dimaksudkan agar kelebihan protein tersebut tidak mengganggu keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilaporkan, bahwa peningkatan petumbuhan villi, absorpsi, serta peningkatan kadar insulin dengan pemberian 0,5 mL maupun dengan pemberian hingga 0,5% dari bobot ternak (Donsbough dkk., 2010; Kaume dkk., 2011; dan Shang dkk., 2014;). Maka dapat ditetapkan hipotesis bahwa pemberian FOS pada itik menyebabkan terjadinya peningkatan kadar albumin dan globulin darah itik Cihateup dibandingkan tanpa pemberian FOS dalam kondisi pemeliharaan minim air.
9
1.6
Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November – Desember 2015.
Bertempat di kandang percobaan Laboratorium Ternak Unggas, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
Kegiatan analisis kadar albumin dan globulin darah
dilakukan di laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.