POSISI SEMI-FOWLER DAN POSISI HIGH FOWLER TERHADAP PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN ASMA BRONKIAL DI RUANG RAWAT INAP D3 DAN E3 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBABAT CIMAHI Meilirianta, Tohri T, Suhendra ABSTRAK Latar Belakang. Pada penderita asma bronkial terdapat sesak disaluran pernapasan sehingga saturasi oksigen mengalami perubahan yang mengganggu aktivitas mandiri pasien.Penatalaksanaan dalam perubahan saturasi oksigen secara nonfarmakologi yaitu keperawatan mandiri berupa pemberian posisi semi-fowler dan high fowler yang tindakan dilakukan perawat sebagai upaya meningkatkan perubahan saturasi oksigen pasien.Tujuan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan posisi semi-fowler dan high fowler terhadap perubahan saturasi oksigen pada pasien asma bronkial di Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi.Metode.Penelitianmenggunakan metode quasy experiment pre and posttest without control.Sampel penelitian 30 responden, 15 kelompok semi-fowler dan 15 kelompok high fowler dengan metode consecutive sampling.Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan standar operasional semi-fowler dan high fowler.Penelitian menggunakan uji statistik uji paired t-test dan uji statistik independent t-test. Hasil.Rerata perubahan saturasi oksigen setelah dilakukan posisi semi-fowler sebesar 93.20 sedangkan pada posisi high fowler sebesar 94.60.berdasarkan uji paired t-test diperoleh angka signifikan yaitu = 0.001.Kesimpulan. Terdapat perbedaan perubahan saturasi oksigen pada posisi semi-fowler dan high fowler pada pasien asma bronkial di Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat. Kata Kunci
: Asma Bronkial, Semi-Fowler, High Fowler, Saturasi Oksigen
PENDAHULUAN
batuk yang disertai dengan pernapasan
Asma adalah suatu penyakit peradangan
lambat. Ekspirasi biasanya selalu lebih
kronis
yang
susah dan lebih panjang dibandingkan
napas,
inspirasi, yang mendorong pasien untuk
produksi
duduk tegak dan menggunakan setiap
lendir.Peradangan ini akhirnya mengarah
otot-otok aksesori pernapasan. Jalan napas
pada episode berulang seperti gejala asma;
yang tersumbat menyebabkan dyspnea
batuk, sesak dada, mengi dan dyspnea
(Smeltzer dan Bare, 2002).
(Smeltzer dan Bare, 2004).Gejala umum
Ketika terjadi asma, bila pasien dibawa ke
yang ditimbulkan antara lain batuk,
rumah sakit maka pasien harus diberikan
dyspnea dan mengi. Batuk yang mungkin
intervensi yang dilakukan perawat yaitu
menjadi satu-satunya gejala, serangan
berkolaborasi
asma juga sering kali mendadak dengan
pemberian terapi medikasi yang terdapat
adanya rasa sesak didalam dada dan juga
lima kategori pengobatan yang digunakan
pada
menyebabkan edema
saluran
udara
hyperensponsive
mukosa
dan
dengan
dokter
untuk
1
dalam mengobati asma yaitu, agonis beta,
posisikan
metilsantin, antikolinergik dan inhibitor
bagian lutut tidak ditinggikan. Posisi high
sel mast. Pasien juga akan diberikan terapi
fowlerini sangat membantu sangat bagi
oksigen
dyspnea,
klien yang mengalami dyspnea karena
sianosis dan hipoksemia Hal itu adalah
menghilangkan tekanan pada diafragma
pertolongan pertama yang dilakukan pada
yang memungkinkan pertukaran volume
saat pasien dibawa ke rumah sakit, setelah
yang lebih besar dari udara (Barbara,
pasien masuk ke ruang rawat inap peran
2009). Tujuan dan mekanisme dilakukan
perawat secara mandiri sangatlah penting
posisi ini adalah untuk memfasilitasi
khusunya untuk melakukan intervensi.
pasien yang sedang kesulitan bernapas.
Salah satu intervensi tersebut yaitu dengan
Dikarenakan ada gaya gravitasi yang
memposisikan pasien asma, posisi yang
menarik diafragma kebawah sehingga
dimaksud
semi-fowler
ekspansi paru jauh lebih baik pada posisi
dan
semi-fowler, sedangkan pada posisi high
atauhigh
untuk
adalah
mengatasi
posisi
fowler.(Smeltzer
Bare,
dengan
ketinggian
60 -90
2002).
fowler bertujuan menghilangkan tekanan
Perlu dilakukan pengkajian dasar untuk
pada
status pulmonal penderita asma yang
pertukaran volume yang lebih besar dari
meliputi oksimetri nadi (pulse oximetry)
udara.
diafragma
dan
memungkinkan
dan analisa gas darah (AGD) arteri. Oksimetri nadi biasanya menunjukkan
Hasil
studi
pendahuluan
beberapa derajat hipoksemia, didapatkan
SakitUmum
kasus yang berat biasanya akanterjadi
Ruang Rawat Inap D3 dan E3 pada tanggal
peningkatan dan terjadi tekanan parsial
10 maret 2016, pada bulan januari 2016
karbondioksida arteri (PaCO2) (Black dan
terdapat 32 pasien yang menderita Asma
Hawks, 2014)
Bronkial. Adapun rata-rata pasien asma
Posisi semi-fowler adalah sebuah posisi
bronkial rawat inap di ruang perawatan
setengah duduk atau duduk dimana bagian
dewasa D3 dan E3mengalami penurunan
kepala tempat tidur lebih tinggi atau di
saturasi oksigen.
Daerah
di
Cibabat
Rumah Cimahi,
naikkan 45° dan posisi ini dilakukan dengan maksud untuk mempertahankan
METODE
kenyamanan dan memfasilitasi fungsi
rancangan
pernapasan pasien (Musrifatul Uliyah dan
adalah
Aziz, 2008).Sedangkan posisi high fowler
pendekatan pre and post test without
penelitian quasi
yang
experiment
digunakan dengan
adalah posisi dimana tempat tidur di 2
control. pada desain ini peneliti hanya
yang
melakukan intervensi pada satu kelompok
menjadi
dan
mengalami penurunan kesadaran, pasien
tanpa
pembanding.
Efiktifitas
memutuskan
untuk
responden,
menyudahi
pasien
yang
cara
yang mengalami fraktur tulang belakang,
membandingkan yaitu nilai post test
pasien yang dilakukan tindakan suction
dengan pre test (Dharma, 2011).
dan teknik batuk, pasien yang memiliki
perlakuan
dinilai
dengan
Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan dua kelompok
intervensi
yaitu
penyakit penyerta.
kelompok
intetvensi I (yang diberikan posisi semi-
Teknik
fowler) dan kelompok intervensi II (yang
menggunakan lembar observasi untuk
diberikan posisi high fowler).Intervensi
mengkaji
dilakukan selama 30 menit baik kelompok
penelitian yang digunakan adalahoxymetri
intervensi
nadi untuk mengukur saturasi oksigen dan
I
(semi-fowler)
maupun
pengumpulan
hasil
datayaitudengan
intervensi.
kelompok intervensi II (high fowler).
menggunakan
Variabel independen penelitian ini yaitu
prosedur posisi semi-fowler dan posisi
posisi semi-fowler dan posisi high fowler
high fowler. Peneliti memilih responden
sedangkan variabel dependen yaitu satirasi
yang memenuhi kriteria inklusi untuk
oksigen.Populasi penelitian ini adalah
dijadikan responden, selanjutnya peneliti
semua pasien dengan asma bronkial yang
meminta kesediaan calon responden untuk
dirawat Di Ruang Rawat Inap D3 dan
berpartisipasi,
E3RSUD Cibabat Cimahi pada April –
penjelasan
Mei tahun 2016. Pengumpulan sampel
manfaat, dan prosedur penelitian. Peneliti
menggunakanconsecutive
sampling.
memberikankesempatan calon responden
Jumlah sampel berjumlah 30 sampel yang
dan keluarga untuk bertanya, bagi calon
terdiri dari 15 responden pada kelompok
responden
intervensi posisi semi-fowler dan 15
menandatangani lembar persetujuan.
kelompok
intervensi
fowler.responden
yang
posisi sesuai
high dengan
kriteria inklusi. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah menyetujui untuk menjadi responden, pasien dengan asma bronkial, pasien asma bronkial dengan saturasi oksigen <95%. Kriteria
standar
Instrumen
setelah
tentang
yang
operasional
mendapatkan
maksud,
bersedia
tujuan,
diminta
Peneliti melakukan pengukuran saturasi oksigen
menggunakan
oxymetri
nadi,
kemudian peneliti menjelaskan mengenai prosedur atau metode posisi tidur dimana akan dilakukan selama 30 menit baik intervensi I posisi semi-fowler maupun intervensi II posisi high fowlerselanjutnya
eksklusi dalam penelitian ini adalah pasien 3
peneliti mengkaji ulang saturasi oksigen setelah
dilakukan
apakah
terdapat
perubahan atau tidak.
Dari
Kemudian data yang telah terkumpul akan diolah
menggunakan
SPSS
dengan
menggunakan uji statistik yang digunakan adalah uji t dependen (paired t-test)untuk mengetahui perubahanpeningkatan saturasi oksigen sebelum dan sesudah dilakukan posisi semi fowler dan posisi high fowler. Peneliti juga menggunakan uji statistik independen
semi-fowler
t
test
15
responden
yang
diteliti
menunjukkan bahwa nilai min-maxsaturasi oksigen
pada
responden
sebelum
dilakukan intervensi I semi-fowler yaitu85 dan 92,dengan nilai median yaitu 90.00, nilai mean 89.13. Sedangkan setelah dilakukan intervensi I semi-fowlernilai min-max 90 dan 96, nilai median 94.00, nilai mean 93.20.
untuk
Distribusi Perubahan Saturasi Oksigen
menganalisisperbedaan perubahan saturasi
Pada Pasien Dengan Asma Bronkial
pada kelompok intervensi I posisi semi-
Pada Kelompok Intervensi II Yang
fowler dan kelompok intervensi II posisi
Diberikan Posisi High Fowler
high fowler. Karena data terdistribusi tidak normal, maka digunakan uji alternatif Mann Whitney Test.
Tabel 2.Distribusi perubahan saturasi oksigen berdasarkan nilai sebelum dan sesudah dilakukan intervensi II pemberian posisi high fowler Variabel
HASIL Distribusi Perubahan Saturasi Oksigen Pada Pasien Dengan Asma Bronkial Pada Kelompok Intervensi I Yang Diberikan Posisi Semi-Fowler
Saturasi oksigen sebelum dilakukan posisi high fowler Saturasi oksigen sesudah dilakukan posisi high fowler
Dari Tabel 1.Distribusi Perubahan Saturasi Oksigen berdasarkan nilai sebelum dan sesudah dilakukan Intervensi I pemberian Posisi semifowler
15
MinMax
Median
Mean
15
85-93
90.00
88.80
15
91-98
95.00
94.60
responden
menunjukkan saturasi
N
bahwa
oksigen
yang nilai
sebelum
diteliti min-max dilakukan
intervensi II high fowler yaitu 85 dan Variabel Saturasi oksigen sebelum dilakukan posisi semi-fowler Saturasi oksigen sesudah dilakukan posisi
N
MinMax
Median
Mean
15
89-92
90.00
89.13
15
90-96
94.00
93.20
tertinggi 93, dengan nilai median 90.00, nilai rerata atau mean 88.80. Setelah dilakukan posisi intervensi II high fowler didapatkan nilai mix-max 91 dan tertinggi
4
98, dengan nilai median 95.00, nilai mean
nilai rerata saturasi oksigen sebelum dan
94.60.
sesudah intervensi.
Perubahan
Saturasi
Oksigen
Pada
Pasien Dengan Asma Bronkial Pada Kelompok Intervensi I Yang Diberikan Posisi Semi-Fowler
Rerata Perbedaan ± . . rerata ± s.b
Saturasi oksigen 89.13± sebelum 15 2.066 dilakukan posisi semifowler Saturasi oksigen 93.20± sesudah 15 1.821 dilakukan posisi semifowler
Dari
15
rerata
sebelum dilakukan
saturasi
Pada
Kelompok Intervensi II Yang Diberikan
<0.001
Rerata ± . .
Saturasi oksigen sebelum dilakukan posisi high fowler Saturasi oksigen sesudah dilakukan posisi high fowler
Perbedaan rerata ± s.b
88.80± 2.569
15
5.800 ± 1.265
p
<0,001
94.60± 23.54
15
yangditeliti
saturasi
oksigen
posisi semi-fowler
oksigen
sesudah
dilakukan posisi semi-fowler adalah 93.20 dengan standar deviasi 1.821. Sedangkan perbedaan rerata saturasi oksigen sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi I (semi-fowler) sebesar (-4.067) dengan standar deviasi 1.223.Hasil uji statistik didapatkan nilai signifikan
Tabel 4. Perubahan saturasi oksigen sebelum dan sesudah diberikan posisi high fowler N
adalah 89.13 dan standar deviasi 2.066 sementara
Oksigen
Pasien Dengan Asma Bronkial Pada
P
4.067 ± 1.223
responden
menunjukkan
Saturasi
Posisi High Fowler.
Tabel 3. Perubahan saturasi oksigen sebelum dan sesudah diberikan posisi semi-fowler N
Perubahan
= 0.001
dengan demikian nilai <0.05 maka dapat
disimpulkan terdapat perbedaan rerata saturasi oksigen yang signifikan antara
Dari
15
responden
menunjukkan
yang
diteliti
rerata saturasi oksigen
sebelum dilakukan posisi high fowler adalah 88.80 dengan standar deviasi 2.569 sementara
saturasi
oksigen
sesudah
dilakukan posisi high fowler adalah 94.60 denagn standar deviasi 2.354. perbedaan rerata
saturasi oksigen
sebelum
dan
sesudah pada kelompok intervensi II (high fowler)sebesar (-5.800) dengan standar deviasi 1.265. hasil uji statistik didapatkan nilai
signifikan
demikian
nilai
= 0.001
<0.05
maka
dengan dapat
disimpulkan terdapat perbedaan rerata saturasi oksigen yang signifikan antara 5
nilai rerata saturasi oksigen sebelum dan
PEMBAHASAN
sesudah intervensi. Perbedaan Perubahan Saturasi Oksigen Pada Pasien Dengan Asma Bronkial Pada Kelompok Intervensi I Semi-
Perubahan
Saturasi
Oksigen
Pada
Pasien Dengan Asma Bronkial Sebelum Dan Setelah Dilakukan Intervensi I Posisi Semi Fowler
Fowler Intervensi II High Fowler
Dari 15 responden yang diteliti pada Tabel 5.Perbedaan perubahan saturasi oksigen pada pasien dengan asma bronkial pada kelompok intervensi I semi-fowler intervensi II high fowler Kelompok Perubahan saturasi oksigen intervensi I posisi semi-fowler Perubahan saturasi oksigen intervensi II posisi high fowler
Dari
Mean
N
30
15
Mean Rank
4.07
pvalue
5.73
saturasi
oksigen
sebelum
didapatkan nilai terendah 85 tertinggi 92 dengan nilai rerata 89.13 dan nilai standar deviasi 2.066. Sementara pada perubahan saturasi
oksigen
sesudah
didapatkan
terendah 90 tertinggi 96.Nilai rerata 93.20
10.33 0.001
15
perubahan
dan nilai standar deviasi 1.821.Hasil uji satatistik Mann Whitney didapatkan nilai
20.67
0.001.
responden
yang
menunjukkanbahwahasil
diteliti
Asma
adalah
gambaran
klinis
yang
perbedaan
disertai napas pendek tanpa memandang
perubahan saturasi oksigen antara kedua
sebabnya, keadaan ini menunjukakan
kelompok intervensi tersebut 1.66. Maka
respon abnormal saluran napas terhadap
dapat disimpulkan bahwa intervensi II
berbagai rangsangan yang menyebabkan
(Posisi High Fowler) lebih berpengaruh
penyempitan
dibandingkan dengan intervensi I (Posisi
meluas.penyempitan
Semi-fowler) terhadap perubahan saturasi
disebabkan oleh bronkospasme, edema
oksigen
asma
mukosa dan hipersekresi mukus yang
Mann
kental (Price dan Wilson, 2006). Pada
pada
pasien
bronkial.Hasil
dengan
uji
Whitneydidapatkan
= 0.001, maka dapat
jalan
napas jalan
yang napas
serangan asma akan terjadi kesulitan
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
untuk bernapas dan memerlukan usaha
perubahan yang signifikan pada perubahan
untuk bernapas. Akan ditandai dengan
saturasi
bernapas melalui cuping hidung, bernapas
oksigen
intervensi
I
posisi
kelompok
intervensi
antara
kelompok
semi-fowler II
posisi
dan
melalui mulut, dan penggunaan otot bantu
high
otot pernapasan. Saat dilakukan auskultasi
fowlerpada pasien dengan asma bronkial.
juga
didapatkan
mengi
(wheezing)
6
terutama pada saat ekspirasiOksimetri
pada saat diberikan posisi semi-fowler
nadi
pada
biasanya
menunjukkan
saturasi
pasien
asma
dapat
efektif
oksigen yang rendah. Hasil AGD biasanya
mengurangi sesak napas dibandingkan
juga menunjukkan hasil yaitu beberapa
sebelum diberikan posisi semi-fowler pada
derajat hipoksemia, pada kasus yang berat
pasien asma
biasanya
terjadi
peningkatan tekanan
parsial karbon dioksida arteri (PaCO2)
Perubahan
(Black dan Hawks 2014).
Pasien Dengan Asma Bronkial Sebelum
Posisi semi-fowler yaitu posisi pada
Dan Setelah Dilakukan Intervensi II
bagian kepala ditinggikan 45 sampai
Posisi High Fowler
Saturasi
Oksigen
Pada
Dari 15 responden yang diteliti pada
60 .Sudut ketinggian kepala dan juga lutut serta lamanya klien berada pada posisi ini
perubahan
dipengaruhi oleh kondisi klien secara
didapatkan nilai terendah 85 tertinggi 93
keseluruhan. Pemberian untuk penyokong
dengan nilai rerata 88.80 dan nilai standar
harus menjadikan pinggul maupun lutut
deviasi 2.569. Sementara pada perubahan
fleksi dan tepatnya kesejajaran garis
saturasi
vertebra servikal, torakal, lumbal yang
terendah 91 dan tertinggi 98.Nilai rerata
normal (Potter dan Perry, 2006).
94.60 dan nilai standar deviasi 2.354.Hasil
Sedangkan tujuan di berikan posisi semi-
dari uji statistik Mann Whitney didapatkan
fowler yaitu untuk membantu menurunkan
nilai
sesak.Karena pada saat pasien berada pada posisi semi-fowler maka gravitasi menarik diafragma ke bawah sehingga dapat menurunkan
konsumsi
O2
dan
menormalkan ekspansi paru yang lebih baik pada saat pasien dalam posisi semifowler(Kozier dan Erb, 2009).Menurut penelitian yang dilakukan Refi Safitri, Annisa
Andriyani
Keefektifan
yang
Pemberian
berjudul Posisi
“
Semi-
Fowler Terhadap Penurunan Sesak Napas Pada Pasien Asma Di Ruang Rawat Inap
saturasi
oksigen
oksigen
sesudah
sebelum
didapatkan
0.001.
Fungsi utama dari pernapasan adalah untuk memperoleh ataupun mendapatkan O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeleminasi CO2 yang dihasilkan juga oleh sel. (Sherwood, 2001).Untuk mendistribusikan
udara
kedalam paru
melalui trakea, bronkus, dan bronkiolus. Hal yang terpenting dari seluruh bagian pernapasan adalah menjaga agar saluran tetap terbuka agar udara dapat masuk dan keluar alveoli dengan mudah (Guyton dan Hall, 2008)
Kelas III RSUD Dr. Moewardi Surakarta”
7
Posisi High Fowler adalah ketinggian 60 -
yang diberikan posisi high fowler sebesar
90 .Posisi fowler ini sangat membantu
5.73.Perbedaan rerata perubahan saturasi
bagi
karena
oksigen pada kelompok intervensi I posisi
menyebabkan organ-organ perut untuk
semi-fowler dan intervensi II posisi high
menjatuhkan
fowler sebesar 1.66.
klien
dengan
dyspnea
diri
dari
diafragma.menghilangkan tekanan pada diafragma
memungkinkan
pertukaran
volume yang lebih besar dari udara (Barbara, 2009). Menurut
penelitian
Nieniek
Ritianingsih,
Hanny
Handiyani
yang
dilakukan
Dewi
yang
Irawaty,
berjudul
“
Peningkatan Fungsi Ventilasi Paru Pada Klien Penyakit Paru Obstruksi Kronis Dengan
Posisi
High
Fowler
Dan
Orthopneic” menyatakan bahwa dari 36 responden concecutive.
yang
diambil
Hasil
secara
penelitian
ini
Hasil uji Mann Whitney perbedaan rerata perubahan
saturasi
oksigen
pada
kelompok intervensi I posisi semi-fowler dan kelompok intervensi II posisi high fowler diperoleh angka signifikan yaitu =
0.001 dengan demikian dapat
disimpilkan bahwa terdapat perbedaan antara posisi semi-fowler dan posisi high fowler oksigen
terhadap pada
perubahan pasien
dengan
saturasi asma
bronkial. Napas adalah sebuah saluranberfungsi
menunjukkan bahwa posisi high fowler
untukmenghantarkan
udara
antara
dan ortopneic dapat meningkatkan nilai
atmosfer dan alveolus yang berfungsi
arus puncak ekspirasi (APE) dengan nilai
untuk pertukaran gas. Udara akan masuk
( = 0,0005,
= 0,05). Fungsi ventilasi
melalui rongga hidung, faring, laring,
paru klien terlihat lebih baik dengan posisi
trakea, dan berakhir di paru-paru. Di
ortopneic dari pada posisi high fowler
bagian paru-paru itu terjadilah proses
( = 0,0005,
= 0,05)
pertukaran gas (Sherwood, 2001)Untuk
Perbedaan
Perubahan
mendistribusikan udara kedalam paru Saturasi
melalui trakea, bronkus, dan bronkiolus.
Oksigen Pada Kelompok Intervensi I
Hal yang terpenting dari seluruh bagian
Posisi
pernapasan adalah menjaga agar saluran
Semi-Fowler
Dan
Kelompok
tetap terbuka agar udara dapat masuk dan
Intervensi II Posisi High Fowler. Hasil
menunjukan
perubahan
saturasi
oksigen setelah dilakukan posisi semi-
keluar alveoli dengan mudah (Guyton dan Hall, 2008).
fowler sebesar 4.07 sedangkan rerata perubahan saturasi oksigen pada kelompok 8
Posisi berbaring semi-fowler dan high
keperawatan
fowlerini sangat membantu bagi klien
penalataksanaan dalam memberikan
dengan
keperawatan secara mendiri.
dyspnea,asma
bronkial
dan
menghilangkan tekanan pada diafragma
melalui
upaya
2) Bagi rumah sakit dapat menerapkan
memungkinkan pertukaran volume yang
pemberian
posisi
berbaring
high
lebih besar dari udara (Barbara, 2009).
fowler yang tepat dan sesuai standar operasional prosedur (SOP) dalam
SIMPULAN
pelataksanaan asma bronkial secara
15 responden pada kelompok intervensi I
mandiri sehingga meningkatkan mutu
yang dilakukan intervensi posisi
pelayanan kepada masyarakat
semisaturasi
3) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
oksigen sebesar 4.07. 15 responden pada
dapat mengembangkan penelitian ini
kelompok intervensi II yang dilakukan
dengan melihat faktor-faktor yang
intervensi posisi high fowler mengalami
mempengaruhi
perubahan
seperti hemoglobin, sirkulasi dan juga
fowler
mengalami
perubahan
saturasi
5.73.Terdapat
oksigen
perbedaan
sebesar perubahan
saturasi
oksigen
aktivitas.
saturasi oksigen pada pasien dengan asma bronkial antara kelompok yang dilakukan
REFERENSI
posisi semi-fowler dan kelompok yang
Aziz dan Uliyah. Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik: Aplikasi Dasar-Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika; 2008
dilakukan posisi high fowler diperoleh angka yang signifikan yaitu dengan nilai = 0.001 di ruang rawat inap D3 dan E3
Rumah Sakit
umum daerah Cibabat
Cimahi.
Berdasarkan tersebut
kesimpulan
di
atas,
sebagaimana
maka
peneliti
menyampaikan saran sebagai berikut; 1) Bagi perawat dapat menggunakan metode pemberian Posisi berbaring high fowler
60 - 90
yang tepat
supaya dapat membantu klien dan juga dalam hal meningkatkan kualitas
Barbara. Fundamental Nursing Skills and concepts.United States of America. 2009 Berman A, kozier B, Snyder S, Erb G. Buku ajar praktik keperawatan klinis kozier & erb, Edisi 5. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009. Black J, Hawks J, editors. Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan, Edisi 8-buku 3. Jakarta: Salemba Medika; 2014. Darma KK. Metodologi penelitian keperawatan: panduan melaksanakan dan menerapkan 9
hasil penelitian. Jakarta: Trans Infomedia; 2011. Dhwanit S Shah, Anjan R Desai, Nilam Gohil. A comparision of effect of semi fowler’s vs side lying position on tidal volume & pulse oxymetry in icu patients [online] 2012 [cited 2016 jan 20]; available from: URL: http://search.proquest.com Guyton dan Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran, Edisi 11. Jakarta: EGC; 2008 lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem, Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2001. Niniek Ritianingsih, Dewi Irawaty, Hanny Handayani. Peningkatan fungsi ventilasi paru pada klien penyakit paru okstruksi kronis dengan posisi high fowler dan ortopneic [online] 2011 [cited 2016 juni 12]; available from: URL:http://jki.ui.ac.id/index.php/j ki/article/viewFile/54/54 Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010. Patricia A, Potter, Anne G. Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik. Volume 2, Edisi 4. Jakarta: EGC, 2006
Price Dan Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Vol 2. Jakarta: EGC; 2006. Refi Safitri, Annisa Andriyani. keefektifan pemberian posisi semi fowler terhadap penurunan sesak nafas pada pasien asma di ruang rawat inap kelas III RSUD dr. Moewardi Surakarta [online] 2011 [cited 2016 juni 10]; available from: URL: http://www.jurnal.stikesaisyiyah.ac.id/index. php/gaster/article/view/29 Smeltzer
and Bare. Brunner dan Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing. 10th ed. United States America. 2004 Smeltzer dan Bare.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Edisi 8.Vol 1. Jakarta: EGC ;2002 World health organization Asma global [online] 2016 [cited 2016 jan 20]; available from URL: http://search.who.int/search?q=a a&ie=utf8&site=who&client=enr & proxy stylesheet=_en_r& output=xml_nodtd &oe=utf8 &getfields=doctype
10