PENDAHULUAN
Latar Belakang Salah satu usaha peternakan yang digalakkan oleh pemerintah adalah peternakan sapi perah. Tujuan utama dari upaya tersebut adalah meningkatkan kemampuan produksi susu sehingga dapat memenuhi permintaan susu secara nasional. Susu dan produk susu merupakan komoditas unggulan untuk dikembangkan karena merupakan salah satu jenis komoditas strategis dalam hal pemenuhan kebutuhan gizi, kesehatan dan taraf hidup bangsa Indonesia. Susu sebagai salah satu produk peternakan dibutuhkan oleh masyarakat berbagai lapisan usia, karena susu mengandung nilai gizi yang tinggi. Susu sangat bermanfaat untuk memelihara kesehatan tubuh mulai dari anak-anak orang dewasa bahkan orang tua lanjut usia. Soeparno et al. (2011), menyatakan bahwa susu sangat penting untuk kebutuhan manusia karena mengandung zat yang sangat diperlukan oleh tubuh seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Kandungan gizi yang lengkap dan nyaris sempurna juga menjadikan susu sebagai alat untuk mencerdaskan sumber daya manusia karena memberikan manfaat untuk pertumbuhan otak generasi muda penerus bangsa. Di negara maju, susu merupakan minuman biasa dan banyak aneka makanan yang menggunakan susu sebagai bahan dasarnya, sehingga konsumsi susu per kapita menjadi tinggi. Sebaliknya di negara
1
berkembang susu belum merupakan minuman yang biasa dan masih dianggap mewah. Hal ini membuat konsumsi susu perkapita di negara berkembang masih rendah. Pola konsumsi susu masyarakat Indonesia berkebalikan dengan negara-negara maju di dunia. Di negara-negara tersebut lebih banyak mengonsumsi susu cair dibandingkan dengan susu bubuk,
sedangkan
Indonesia
kebalikannya,
yaitu
lebih
banyak
mengonsumsi susu bubuk dan susu kental manis. Masyarakat Indonesia merupakan konsumen susu cair yang sangat kecil dibanding negaranegara lain bahkan di Asia. Konsumsi susu secara total di Indonesia pada tahun
2011
peningkatan
sebesar
16,919
dibandingkan
liter/kapita/tahun,
konsumsi
tahun
2010
atau
mengalami
sebesar
15,728
liter/kapita/tahun dan konsumsi tahun 2009 sebesar 14,486 liter/kapita/ tahun (Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2012). Menurut Khomsan (2004) cit. Hardinsyah et al. (2008), budaya minum susu yang masih rendah di Indonesia kemungkinan disebabkan karena masalah ekonomi dan masalah lactose intolerance. Masalah lactose intolerance merupakan alasan dari 9,1% remaja perempuan untuk tidak minum susu. Sebesar 20% remaja laki-laki yang tidak biasa minum susu mengungkapkan alasan lain, yaitu karena tidak adanya persediaan air hangat untuk membuat susu dirumah. Rata-rata frekuensi minum susu sebesar 5,95 kali/minggu. Hasil survai di Yogyakarta dan Boyolali diperoleh berbagai alasan sebagai penyebab masyarakat tidak dapat minum susu secara teratur
2
setiap hari termasuk masyarakat yang berternak sapi perah dengan alasan sebagai berikut : 1) belum atau kurang paham manfaat gizi minum susu, 2) tidak menyukai minum susu karena rasa amis, 3) susu dianggap sebagai makanan yang mewah dan hanya dihidangkan pada acara tertentu saja, 4) ada anggapan bahwa minum susu dapat menyebabkan kegemukan, 5) harga susu dirasakan mahal dan dianggap bukan merupakan bahan makanan pokok yang harus dimakan setiap hari, 6) semua susu hasil perahan disetorkan ke KUD untuk membayar angsuran sapi perahnya, 7) minum susu hanya pada waktu sapinya laktasi dan ada kelebihan setoran susu ke KUD, 8) tidak tahan minum susu (intoleransi susu) yaitu timbulnya rasa mual, perut kembung, sakit, muntah atau diare setelah minum susu (Agus, 1998). Harga susu segar relatif tidak mahal, sehingga peternak sapi perah tidak memperoleh keuntungan yang maksimal. Namun demikian pada saat ini banyak ditemui usaha kedai susu yang berdiri dan memberanikan diri untuk menjual produk susu segar dengan bahan tambahan. Harganya menjadi lebih tinggi dan dengan penawaran yang sangat variatif, sehingga mereka memperoleh keuntungan yang cukup banyak. Bisnis kedai susu saat ini memang merupakan salah satu jenis usaha yang banyak peminatnya. Kedai mempunyai target pasar para remaja dan mahasiswa, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk meraih pangsa pasar keluarga, orang dewasa maupun orang tua. Perkembangan kedai susu terus tumbuh dari hari ke hari, sehingga usaha kedai susu semakin menjamur.
3
Usaha produk susu segar pada kedai susu merupakan salah satu strategi pelaku usaha yang harus dikembangkan. Meskipun banyak bersaing dengan produk susu kemasan pabrik, akan tetapi produk hasil olahan kedai susu tersebut tetap memperoleh tempat yang baik pada konsumen. Kedai susu memiliki potensi antara lain dapat menyentuh masyarakat
lapisan
ekonomi
menengah
kebawah.
Produk
yang
ditawarkan juga mempunyai keunggulan antara lain dapat disajikan dalam bentuk segar atau dikombinasi dengan bahan lain sehingga muncul jenis olahan produk susu segar yang disukai masyarakat. Pasar susu yang selama ini didominasi oleh IPS, dengan adanya kedai susu yang semakin bermunculan di Daerah Istimewa Yogyakarta memunculkan pasar alternatif
bagi
susu
segar.
Harapannya
dengan
demikian
akan
meningkatkan harga susu segar di tingkat peternak. Kedai susu juga diharapkan dapat meningkatkan konsumsi susu segar masyarakat di Indonesia, yang selama ini lebih memilih mengonsumsi susu bubuk daripada susu segar. Berkaitan dengan alasan tersebut diatas perlu diteliti mengenai nilai tambah produk susu segar yang dijual pada kedai susu.
4
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai tambah produk susu segar yang dijual pada kedai susu di Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya di Kabupaten Sleman dan Kotamadya Yogyakarta.
Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat yaitu : 1) informasi para calon wirausahawan yang ingin mengembangkan usaha penjualan susu segar, 2) acuan untuk peneliti yang akan datang agar bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan usaha persusuan.
5