PENDAHULUAN
Latar Belakang Pteropus vampyrus merupakan kelelawar pemakan buah-buahan, yang termasuk ordo Chiroptera, subordo Megachiroptera. Kelelawar ini sangat berperan dalam ekosistem yaitu menyebarkan biji-bijian dari buah yang dimakannya (Nowak, 1995; Suyanto, 2001). Penangkapan kelelawar secara bebas dan konsumsi daging kelelawar sebagai salah satu sumber protein hewani yang cukup tinggi di wilayah Nusa Tenggara Timur akan mengakibatkan berkurangnya populasi kelelawar dan perannya dalam penyebaran bijian juga menurun. Sebagian penduduk di beberapa wilayah di Indonesia mengkonsumsi kelelawar untuk kebutuhan protein dan juga digunakan untuk tujuan pengobatan (Soehartono dan Mardiastuti, 2003). Pteropus vampyrus merupakan mamalia terbang yang termasuk hewan nokturnal sehingga memerlukan tempat bertengger (roosting area) ketika siang hari dan hidup dalam kelompok besar (Corbet dan Hill, 1992; Kunz dan Fenton, 2003). Sebagai pemakan buah, hewan ini bersarang di pohon dengan jumlah koloni besar. Pohon sarang Megachiroptera biasanya tinggi dan besar, tetapi tidak berdaun rimbun (Altringham, 1996). Pada kelelewar pemakan buah memiliki saluran pencernaan yang lebih pendek sehingga proses pencernaan lebih cepat (Eisentraut, 1975). Saluran pencernaan mamalia terdiri dari esofagus, ventrikulus, intestinum tenue dan intestinum krasum. Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan faring dan ventrikulus, yang terdiri dari tunika mukosa, tunika submukosa, tunika 1
2
muskularis, tunika serosa dan adventisia (Banks, 1993). Tunika muskularis esofagus ruminansia dan anjing seluruhnya tersusun oleh otot skelet, pada kuda dan kucing, bagian depan tersusun oleh otot skelet dan otot polos pada bagian belakang sedangkan pada babi, daerah depan tersusun oleh otot skelet, bagian tengah merupakan campuran otot polos dan otot skelet, di bagian belakang tersusun oleh otot polos (Banks, 1993). Esofagus memiliki dua sfingter yaitu sfingter bagian atas yang terdapat diantara faring dan esofagus dan sfingter bagian bawah yaitu batas esofagus dan ventrikulus disebut juga spingter kardia berupa lamina muskularis sirkularis internus yang tebal. Sfingter ini yang mengatur proses menelan dan mencegah kembalinya isi ventrikulus. Kerja esofagus dikendalikan oleh mekanisme saraf ekstrinsik dan saraf intrinsik (Pouderoux, 2003). Ventrikulus pada kuda, anjing dan babi adalah ventrikulus kelenjar yang dibedakan menjadi zona esofagea, zona kardia, zona fundus dan zona pilorika. Intestinum tenue terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum. Secara histologi tersusun atas tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis dan tunika serosa. Intestinum krasum terdiri dari sekum, kolon dan rektum. Pada mamalia bervariasi antar spesies, kuda memiliki sekum relatif besar dibading pada anjing dan kucing. Kelelawar pemakan serangga tidak memiliki sekum, intestinum krasum lebih pendek dan dapat dibedakan dengan intestinum tenue (Klite, 1965). Fungsi dan aktivitas saluran pencernaan diatur oleh enteric nervous system (ENS) yang terletak pada dinding saluran pencernaan, dikelompokkan menjadi pleksus mienterikus (Auerbach) yang terletak diantara otot longitudinal
3
dan sirkular pada tunika muskularis dan pleksus submukosa (Meissner) terletak di tunika submukosa (Goyal dan Hirano 1996; Wood 2000). Protein Gene Product (PGP) 9.5 merupakan enzim, yaitu ubiquitin karboksil-terminal hidrolase, yang terdapat pada neuron dan neuroendokrin sel (Wilkinson et al., 1989) memiliki berat molekul 27 kD (Langlois et al., 1994). PGP 9.5 merupakan anggota keluarga C-terminal ubiquitin hidroksilase dan kelimpahannya dalam saraf, sehingga banyak digunakan sebagai petanda untuk saraf perifer (Thompson et al., 1983; Karanth et al., 1991). Pada penelitian sebelumnya didapatkan informasi bahwa saraf pada esofagus hamster yang ditandai menggunakan PGP 9.5 menunjukkan kepadatan neuron pada pleksus mienterikus bagian thorak lebih sedikit dibanding pada bagian servikal esofagus (Izumi et al., 2002). Pada domba, dengan petanda PGP 9.5 menunjukkan bahwa pleksus submukosa di rumen tidak teratur dan beberapa kumpulan saraf menembus papilla rumen. Pada retikulum, pleksus submukosa terdapat dalam dinding retikular dan lipatan retikular, berbeda dengan pleksus submukosa di omasum yang terbagi dalam segmen pleksus intraluminar dan pleksus subluminar (Yamamoto et al., 1995). Belum ada informasi tentang anatomi saluran pencernaan kalong kapauk (Pteropus vampyrus) beserta distribusi sarafnya sehingga menarik untuk diteliti.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu struktur saluran pencernaan bervariasi pada mamalia, pada Pteropus vampyrus yang merupakan mamalia terbang, apakah memiliki struktur saluran pencernaan
4
spesifik, untuk mendukung kemampuan makan sambil bergelantungan tanpa muntah, apakah ada perbedaan struktur dengan mamalia monogastrik lainnya dan apakah memiliki pola distribusi saraf yang berbeda dengan mamalia lain pada umumnya?
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui morfologi dan morfometri saluran pencernaan kalong kapauk (Pteropus vampyrus) serta distribusi sarafnya.
Manfaat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai morfologi dan morfometri saluran pencernaan serta distribusi saraf yang dapat digunakan sebagai acuan pembeda antar spesies kelelawar, diharapkan berguna bagi konservasi kelelawar dalam menentukan jenis pakan berdasarkan struktur anatomi pencernaan yang diperoleh dalam penelitian ini dan juga bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang anatomi veteriner yang berhubungan dengan pengembangan hewan-hewan liar serta dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya.
Keaslian Penelitian Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan mengenai kelelawar diantaranya penelitian tentang inervasi saraf otot polos trakea pada kalong kapauk (Pteropus vampyrus) dengan studi imunohistokimia, Kusindarta et al., (2003), melaporkan bahwa pada dua per tiga bagian posterior trakea diinervasi
5
oleh neuron peptidergik maupun nitrergik yang terletak pada ganglia trakea, inervasi saraf pada sepertiga anterior tidak terdeteksi. Ariana dan Budipitojo (2009), melaporkan bahwa struktur makroskopik ventrikulus Myotis sp. lebih kompleks dibandingkan ventrikulus Rousettus sp. yang ditandai dengan luasnya bagian fundika Myotis sp., namun secara mikroskopik struktur ventrikulus Rousettus sp. dan Myotis sp. tidak berbeda. Byanet et al., (2008), melaporkan bahwa saluran pencernaan Grasscutter Afrika (Thyronomys
swinderianus)
memiliki rerata berat dan panjang adalah 142,3 ± 11,94 g dan 289,5 ± 20,30 cm serta rasio berat saluran pencernaan adalah 14% dari total berat badan. Penelitian mengenai neuron pada esofagus hamster dengan petanda PGP 9.5, menunjukkan kepadatan neuron pada pleksus mienterikus bagian thorak relatif rendah dibanding pada bagian servikal esofagus (Izumi et al., 2002). Penelitian mengenai anatomi saluran pencernaan dan distribusi saraf pada kalong kapauk (Pteropus vampyrus) asal Timor belum pernah dilaporkan.