PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan jagung terus meningkat, baik untuk pangan maupun pakan. Dewasa ini kebutuhan jagung untuk pakan sudah lebih dari 50% kebutuhan nasional. Peningkatan kebutuhan jagung terkait dengan makin berkembangnya usaha peternakan, terutama unggas. Sementara itu produksi jagung dalam negeri belum mampu memenuhi semua kebutuhan, sehingga kekurangannya dipenuhi dari jagung impor (Suyamto dkk., 2006). Kebutuhan jagung manis dunia mencapai 770 juta ton/tahun. Sebanyak 42 persen diantaranya merupakan kebutuhan masyarakat di benua Amerika (Sugiarto 2008 dalam Bara dan Chozin 2009). Indonesia memiliki peluang menjadi pemasok kebutuhan jagung manis dunia karena memiliki ketersediaan lahan yang cocok ditanami jagung manis. Produktivitas jagung manis Indonesia masih dapat ditingkatkan lagi untuk menambah devisa negara (Sihombing 2007 dalam Bara dan Chozin 2009). Upaya peningkatan produksi jagung manis di dalam negeri diarahkan pada pemanfaatan lahan marginal karena terbatasnya lahan subur. Kendala yang umum dijumpai pada lahan marginal antara lain rendahnya kesuburan tanah dan tanaman sering mengalami kekeringan (Bara dan Chozin, 2009). Dalam upaya pengembangan jagung manis yang lebih kompetitif, diperlukan upaya efisiensi usahatani, baik ekonomi, mutu maupun produktivitas melalui penerapan teknologi mulai dari penentuan lokasi, penggunaan varietas, benih bermutu, penanaman, pemupukan yang tepat, pemeliharaan, hingga penanganan panen dan pasca panen yang tepat (BPPP, 2008).
Teknologi EM telah dikembangkan dan digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah, menekan pertumbuhan mikroba yang menyebabkan penyakit, dan memperbaiki efisiensi penggunaan bahan organik oleh tanaman. Pada pembuatan
bokashi
sebagai
salah
satu
pupuk
organik,
bahkan
EM
meningkatkan pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman (Nasir 2006 dalam Barokah 2008). Selama ini penggunaan EM lebih banyak digunakan untuk mempercepat pengomposan, namun sebenarnya dapat digunakan langsung ke tanaman. Untuk tanaman buah-buahan, penggunaan EM dapat disiramkan sebanyak 3 – 4 cc per liter air setiap minggu. Menurut Indriani (2002) dalam Barokah (2008), selain mempercepat pengomposan, EM dapat diberikan secara langsung untuk menambah unsur hara tanah dengan cara disiramkan ke tanah atau disemprotkan ke daun tanaman (Barokah, 2008). Beberapa
penelitian
sudah
dilakukan
pada
berbagai
tanaman
yang diberi perlakuan konsentrasi yang berbeda. Berdasarkan penelitian Amalia (2006) dalam Barokah (2008), pemberian EM berpengaruh pada pertumbuhan
tanaman
Sansiviera
trifasciata
white
dengan
penggunaan
konsentrasi 0%, 1%, 2%, 3%. Menurut Ony (2004) dalam Barokah (2008), pemberian konsentrasi EM4 pada padi (Oryza sativa L.), memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Berdasarkan ukuran pemakaian pada label EM4 dan penelitian Astuti (2000) dalam Barokah (2008), menerangkan bahwa konsentrasi EM4 rendah 1 – 2,5 % sampai dengan konsentrasi sedang 2,5 – 5 % akan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman, tetapi bila konsentrasi tinggi 5,5 – 10 % akan berakibat kematian (Barokah, 2008).
Penggunaan bahan organik perlu mendapat perhatian yang lebih besar, mengingat banyaknya lahan yang telah mengalami degradasi bahan organik, disamping mahalnya pupuk anorganik (Urea, ZA, SP36, dan KCl). Penggunaan pupuk anorganik secara terus – menerus tanpa tambahan pupuk organik dapat menguras bahan organik tanah dan menyebabkan degradasi kesuburan hayati tanah (Makkasau dan Mansjur, 2006). Selain itu, pengembalian bahan organik ke tanah akan mempengaruhi populasi mikroba tanah yang secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan dan kualitas tanah. Aktivitas mikroba akan berperan dalam menjaga stabilitas dan produktivitas ekosistem alami, demikian pula ekosistem pertanian (Barea dkk. 2005 dalam Widiastuti dan Panji 2007). Kompos TKKS mengandung unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro yang terkandung dalam kompos TKKS yaitu: 14,50% C – Organik; 2,15% N – Total; 1,54% P2O5 – Total; 0,15% K2O; dan pH (H2O) 6,32. Kompos TKKS biasanya juga mengandung sedikit unsur hara mikro seperti: Cu, Zn, Mn, Co, Fe, Bo, dan Mo yang esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, pada beberapa situasi dimana pada tempat yang terkena cahaya dan mengandung pasir (Arnika dan Yuni, 2010). Kompos TKKS dapat diaplikasikan untuk berbagai tanaman sebagai pupuk organik, baik secara tunggal maupun dikombinasikan dengan pupuk kimia. Penelitian sebelumnya telah mengaplikasikan kompos TKKS pada tanaman cabe yang dilakukan di Kabupaten Tanah Karo pada tahun 2002. Hasilnya menunjukkan bahwa aplikasi kompos TKKS dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabe, yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk
organik (kontrol) maupun aplikasi pupuk kandang. Aplikasi 0,25 dan 0,50 kg kompos TKKS dapat meningkatkan hasil cabe berturut-turut hingga 24% dan 45% dibandingkan dengan perlakuan kontrol, sedangkan aplikasi pupuk kandang hanya dapat meningkatkan hasil sebesar 7% dibanding perlakuan kontrol (Haq, 2010). Kompos TKKS juga dapat dimanfaatkan sebagai media tumbuh tanaman hortikultura. Pada penelitian sebelumnya mengenai pemanfaatan kompos TKKS sebagai media tanpa tanah dan pemupukan pada tanaman pot Spathiphyllum, kombinasi kompos TKKS dan pupuk kandang digunakan sebagai petak utama dan frekuensi pemupukan sebagai anak petak. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa komposisi media berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati kecuali untuk pori terisi udara dan kadar N daun, sedang frekuensi pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap semua paramater yang diamati kecuali terhadap tinggi tanaman mulai umur dua bulan dan kadar K pada tanaman umur enam bulan. Kombinasi 50% kompos TKKS dan 50% pupuk kandang adalah media yang baik untuk tanaman Spathiphyllum (Haq, 2010). Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang tanggap pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) terhadap pemberian Efektif Mikroorganisme dan kompos tandan kosong kelapa sawit. Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan menguji tanggap pertumbuhan dan produksi jagung
manis
(Zea
mays
saccharata
Sturt.)
terhadap
pemberian
Efektif Mikroorganisme dan kompos tandan kosong kelapa sawit pada beberapa taraf perlakuan. Hipotesis Penelitian Ada pengaruh nyata pemberian konsentrasi Efektif Mikroorganisme dan dosis kompos tandan kosong kelapa sawit serta interaksi kedua faktor terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.). Kegunaan Penelitian Penelitian berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan diharapkan dapat pula berguna untuk pihak-pihak yang berkepentingan dalam budidaya jagung manis.