HEAD INJURY
Pendahuluan Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan
– peralatan keselamatan sabuk pengaman, airbag, penggunaan helm – batas kadar alkohol dalam darah yang diizinkan
dampak (+) pada epid. cedera kepala berat. Hasil keluaran dari pasien cedera kepala – tingkat keseriusan dari cedera kepala – cedera pada sistem organ utama yang lainnya.
Insiden
Insiden cedera kepala di AS 200/100.000 per tahun. ± 500.000 orang cedera kepala setiap tahun – ± 40.000-50.000 orang meninggal sebelum MRS ± 230.000 orang lainnya MRS akibat cedera kepala. ± 50% cedera kepala kecelakaan lalu lintas. – >1/2 kasus kecelakaan lalu-lintas kematian – 15% dari semua kematian kecelakaan lalu lintas ± 13-15% cedera kepala luka tembak.
Insiden
Cedera otak 1/2 dari kematian akibat trauma – penggunaan alkohol serta obat-obatan 1/2 dari kasus tersebut.
Insiden puncak cedera kepala – Umur 15-24 tahun (dekade kedua sampai ketiga). – pada bayi dan orang berumur tua.
Cedera kepala penyebab kematian utama pada dewasa muda Perbandingan ♀ : ♂ 1 : 2 - 1 : 3.
Insiden
Risiko tinggi cedera otak traumatik – – – –
dewasa muda 15-30 tahun bayi umur 6 bulan - 2 tahun anak umur sekolah orang berumur tua
Pasien dengan cedera kepala berat, atau mereka yang MRS dalam keadaan koma sebagian kecil dari pasien dengan cedera kepala tingkat morbiditas dan mortalitas paling tinggi.
Etiologi
Hampir semua cedera otak traumatik – kecelakaan lalu lintas – peristiwa yang berhub. aktivitas olahraga – tindakan kekerasan. Cedera kepala non penetrasi kecelakaan lalu lintas, dan akibat terjatuh Cedera kepala penetrasi Cedera akibat luka tembak (± 44% dari semua kasus cedera kepala)
ANATOMI Meningen Epidural 1. Duramater Subdural 2. Arakhnoid Subarakhnoid 3. Piamater
Otak Berat otak pada orang dewasa +1,4 kg Lobus-lobus otak : – Frontal, parietal, temporal, oksipital
Sistem Ventrikel Terdiri atas : – 2 buah ventrikel lateral Foramen Monro
– Ventrikel III Aquaductus Sylvii
– Ventrikel IV Foramen Luschka Foramen Magendie
Vaskularisasi Otak Arteri
– Sirkulasi anterior a. karotis, a. cerebri media, a. cerebri anterior – Sirkulasi posterior a.vertebralis, a. basilaris, a. cerebri posterior – Sirkulus Willisi
Vena – – –
Sinus Sagitalis Sinus Kavernosus Sinus Transversus
Klasifikasi Trauma
kepala nonpenetrasi Trauma kepala penetrasi
Klasifikasi
Trauma kepala nonpenetrasi Akibat dari cedera tumpul – benturan kepala pada permukaan yang keras – objek berkecepatan tinggi yang mengenai kepala.
≠ penetrasi benda asing pada dura dura masih intak – meskipun laserasi dura akibat fraktur tulang tengkorak
Jaringan otak ≠ terpapar dengan lingkungan luar. Trauma tumpul
Klasifikasi
Trauma kepala penetrasi Terjadi penetrasi pada dura Terjadi paparan isi tengkorak lingkungan luar – Trauma terbuka.
Morbiditas dan mortalitas yang tinggi. ± 15% kematian akibat cedera kepala.
Klasifikasi Berdasarkan beratnya trauma kepala dapat dikelompokkan berdasarkan GCS menjadi: Cedera
Kepala Ringan (TCR) pada GCS 14-
15 Cedera Kepala Sedang (TCS) pada GCS 913 Cedera Kepala Berat (TCB) pada GCS 3-8
Patofisiologi cedera kraniocerebral Cedera
otak dapat terjadi
– secara langsung di bawah lokasi cedera (cedera coup) – jauh dari lokasi benturan (cedera countrecoup) karena otak sifatnya lebih relatif dibandingkan tulang tengkorak dan dura, maka kompresi otak yang berjauhan dengan lokasi benturan juga dapat terjadi
Cedera primer
Cedera primer cedera otak traumatik primer yang terjadi pada waktu benturan. kerusakan yang irreversibel akibat disrupsi sel, bergantung pada mekanisme dan keseriusan dari kejadian tersebut.
Fraktur – – – –
Fraktur linier Fraktut depresi Fraktur depresi campuran Fraktur dasar tengkorak.
Konkusi Konkusi kehilangan fungsi neurologik sentral akibat trauma kraniocerebral – sifatnya segera, terjadi tiba-tiba, dan tanpa disertai sekuel tidak disertai adanya kerusakan patologis pada otak. hilangnya kesadaran, amnesia sementara (hilangnya memori), disorientasi, sakit kepala, tinitus.
Kontusi cerebral Kontusi cerebral area yang mengalami kerusakan pada parenkim otak defisit neurologis bergantung pada lokasi anatominya. – Kontusi paling sering lobus frontal temporal – Jarang terjadi lobus parietal dan occipital.
Kontusi yang besar efek massa peningkatan TIK atau herniasi otak perubahan pada fungsi perhatian, memori, afek, emosi, dan tingkah laku.
Hematom intrakranial Cedera kepala perdarahan pada ruang epidural, subdural atau subarachnoid. Perdarahan intrakranial mungkin membutuhkan evakuasi melalui tindakan operasi bergantung pada ukuran dan lokasinya. Perdarahan intrakranial efek massa peningkatan tekanan intrakranial dan herniasi otak disertai kompresi struktur otak yang vital.
Hematoma epidural ± 1-2% dari cedera otak mayor pada semua kelompok umur umur 20-40 tahun. Sumber perdarahan arteri (85%) dan akibat dari cedera pada vena meningea atau dura sinus (15%). Fossa temporalis lokasi yang paling sering dari hematom ekstradural cedera pada arteri dan vena meningea media. Lesi ini umumnya diakibatkan oleh fraktur tulang tengkorak dan laserasi pembuluh darah meningeal
Gambar CT-Scan Hematoma Epidural
Hematom subdural ± 10-20% dari cedera otak traumatik. – Akut berkembang dlm waktu 3 hari setelah cedera – Subakut berkembang dr hari ke 4 - 20. – Kronik berkembang setelah 3 minggu pada orang berumur tua dan orang dengan penyalahgunaan alkohol kondisi atrofi otak penambahan pada ruang ekstradural Adanya robekan dari vena penghubung (bridging vein) ≠ berhubungan dengan perlekatan dura perdarahan biasanya meluas secara difus pada permukaan korteks
Gambar CT-Scan Hematoma Subdural
Hematom subarachnoid Perdarahan subarachnoid disebabkan oleh trauma kraniocerebral. Hidrocephalus dan vasospasme cerebral komplikasi lambat biasanya terlihat beberapa hari atau minggu setelah terjadinya perdarahan.
Hematom intracerebral ± 2-3% orang yang mengalami cedera kepala Dapat bersifat tunggal atau multipel – Paling sering pada lobus frontal atau temporal
Selanjutnya hematom intracerebral massa yang makin meluas meningkatkan tekanan intrakranial kompresi jaringan otak koma.
Gambar CT-Scan Hematoma Intracerebral
Cedera sekunder Penelitian autoregulasi cerebral dapat mengalami gangguan setelah terjadinya cedera otak traumatik. Pasien dengan cedera kepala rawan terhadap akibat dari cedera sekunder
– hipotensi, hipertensi intrakranial, hipoksia, perdarahan intrakranial, iskemia, peningkatan tekanan intrakranial, infeksi, dan ketidakseimbangan elektrolit dan metabolik.
Insiden cedera sekunder semakin meningkat dengan keseriusan cedera primer
Cedera sekunder
Cedera sekunder memperburuk status neurologik pasien efeknya ditambahkan dengan gangguan neurologi pada cedera primernya. Dimulai pada waktu terjadinya cedera atau beberapa waktu setelahnya Cedera sekunder dicegah dan ditangani. Cedera sekunder meliputi efek hipotensi, hipoksia, dan herniasi dengan peningkatan tekanan intrakranial akibat efek massa.
Penatalaksanaan Primary
Survey Airway + C-spine Control Breathing Ciculation Disability Eksposure Secondary Survey
Penatalaksanaan Medika Metosa : 1. Mengendalikan peninggian TIK 2. Koreksi gangguan elektrolit, asam basa. 3. Antikonvulsan bila perlu. Pembedahan Teknik pembedahan tergantung dari jenis lesi yang ada. Koreksi impresi fraktur, pada fraktur yang menekan. Pada hematoma intra cranial (Epidural, Subdural, Subaraknoid, Intra cerebral) Dapat dilakukan trepanasi, kraniektomi, kraniotomi luas, kraniotomi dekompresi terutama pada subdural hematoma akut yang luas. c. Pada perdarahan intraventrikuler dilakukan kraniektomi diikuti dengan drainase ventrikel eksternal
Terima kasih