1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penataan ruang pada dasarnya adalah suatu proses, yang meliputi proses perencanaan, proses pemanfaatan dan proses pengendalian pemanfaatan ruang yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan sebagai suatu sistem. Salah satu bagian penting dari proses menerus tersebut adalah perencanaan tata ruang yang dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, mulai dari proses penyusunan sampai penetapan dalam bentuk peraturan daerah. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah memiliki dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi yang disusun pada Tahun 2012 dengan masa berlaku sampai Tahun 2032. Rencana Tata Ruang ini telah disahkan menjadi Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 8 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032. Peraturan Daerah ini telah disosialisasikan kepada masyarakat di seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi guna tersampaikannya informasi tentang peraturan tersebut. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 8 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032 dapat menjadi panduan yang berkekuatan hukum untuk mewujudkan arahan pembangunan yang lebih harmonis, serasi, selaras dan seimbang dan terkoordinasi antar sektor, antar wilayah, maupun antar pemangku kepentingan dalam pelaksanaan pembangunan. Perda ini juga akan semakin mendorong kualitas ruang dan kualitas kehidupan masyarakat Kabupaten Banyuwangi secara berkelanjutan. Keberadaan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 8 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032 akan menjadi alat penyusunan program dan pengendalian pemanfaatan ruang serta menjadi perangkat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan berwawasan tata ruang. Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
I-1
Seiring dengan pemahaman masyarakat tentang rencana tata ruang wilayah Kabupaten Banyuwangi, maka tuntutan penyajian informasi yang terkait dengan perkembangan tata ruang wilayah semakin meningkat. Dilain pihak pembuatan dan pengembangan database memerlukan penanganan dan perhatian tersendiri guna mewujudkan kualitas data dan informasi kepada masyarakat luas. Untuk mengantisipasi pengembangan wilayah yang tidak terarah maka perlu dilakukan pengendalian pemanfaatan tata ruang yang mengacu pada peraturan daerah yang ada. Dalam proses kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang diperlukan suatu aplikasi data yang cepat, akurat dan informatif. Oleh karena itu, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sangat diperlukan untuk meningkatkan kelancaran operasional. Teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang demikian pesat merupakan peluang bagi pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan informasi secara cepat dan akurat sesuai dengan skala prioritas kebutuhan
1.2 TUJUAN DAN SASARAN Tujuannya dari pekerjaan Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah tersedianya suatu sistem informasi yang dapat memudahkan kinerja pengendalian pemanfaatan ruang dan meningkatkan kualitas proses pengambilan keputusan. Sedangkan sasaran dari pekerjaan Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi ini adalah : a. Terbentuknya sistem informasi rencana tata ruang wilayah kabupaten banyuwangi b. Terlatihnya kemampuan teknis pegawai dalam pengembangan teknologi informasi terkait dengan tata ruang wilayah c. Tercapainya efisiensi dan efektifitas dalam proses pengendalian pemanfaatan ruang
1.3 DASAR HUKUM PENYUSUNAN Dasar hukum yang digunakan dalam Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi terbagi menjadi data dasar dan standar teknis, serta referensi hukum.
1.3.1 DATA DASAR DAN STANDAR TEKNIS Data Dasar yang dipakai dalam pekerjaan Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi ini adalah : 1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032 2. Peraturan Daerah Kabupaten banyuwangi Nomor 8 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032 Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
I-2
Standart Teknis yang digunakan dalam pekerjaan Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi ini adalah : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial; 3. Peraturan Pemerintah No 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2012 tentang Sistem Informasi Lahan Pertanian Berkelanjutan; 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah; 6. Peraturan Daerah Kabupaten banyuwangi Nomor 8 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032
1.3.2 REFERENSI HUKUM Referensi Hukum : Sebagai dasar untuk dalam penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 ini meliputi : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian; 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistem; 4. Undang-undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air; 5. Undang-undang No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional; 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 7. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004, tentang Jalan; 8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 9. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; 10. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; 11. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman; 12. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai; 14. Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah; 15. Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik garis Pangkal Kepulauan Indonesia; 17. Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah; 18. Peraturan Pemerintah No.34 tahun 2006 tentang Jalan; 19. Peraturan Pemerintah No.40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional; Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
I-3
20. Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007 tentang Kewenangan Pemerintah,Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota; 21. Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 22. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang; 23. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2012 tentang Sistem Informasi Lahan Pertanian Berkelanjutan; 24. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 1989 tentang Pengelolaan Kawasan Budidaya; 25. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; 26. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 1990 tentang Penggunaan Tanah Bagi Pembangunan Kawasan Industri; 27. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1996 tentang Kawasan Industri; 28. Keputusan Presiden Republik Indonesia No.62 Tahun 2000 tentang Koordinasi Penataan Ruang Nasional; 29. Keputusan Menteri Pertanian No.837/KPTS/UM/1980 dan No. 683/KPTS/UM/II/1998 tentang Klasifikasi Kemampuan Lahan; 30. Keputusan Menteri Kimpraswil No.27 tahun 2002 tentang Penataan Pedoman Bidang Penataan Ruang; 31. Keputusan Menteri Dalam Negeri No.174 Tahun 2004 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah; 32. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.7 Tahun 1986 tentang Penetapan Batas Wilayah Kota di Seluruh Indonesia; 33. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai; 34. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah; 35. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah; 36. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16 Tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; 37. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17 Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; 38. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan; 39. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1989 tentang Pengaturan dan Pengendalian secara Proporsional Pembangunan Rumah Tinggal di Wilayah Perkotaan; Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
I-4
40. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur No.11 tahun 1991 tentang Penetapan Kawasan Lindung di Propinsi Dati I Jawa Timur; 41. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur Tahun 2005-2020; 42. Peraturan Daerah Kabupaten banyuwangi Nomor 8 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032;
1.4 RUANG LINGKUP Ruang lingkup dari pekerjaan Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi ini terbagi menjadi 2 (dua), yaitu : a) Ruang Lingkup Kegiatan ; Ruang Lingkup Kegiatan dalam pekerjaan Penyusunan Sistem Informasi Ruang Kabupaten Banyuwangi terdiri dari beberapa kegiatan berikut ini;
Membangun sistem informasi dan pengembangan aplikasi rencana tata ruang wilayah Kabupaten Banyuwangi; Menyediakan software dan menyediakan peralatan untuk penyajian sistem inforamasi rencana tata ruang wilayah Kabupaten Banyuwangi; Melaksanakan pelatihan penggunaan dan operasional sistem; dan Menyusun pedoman pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Banyuwangi.
b) Ruang Lingkup Lokasi ; Ruang lingkup lokasi dalam pekerjaan Penyusunan Sistem Informasi Tata Ruang Kabupaten Banyuwangi meliputi wilayah administrasi Kabupaten Banyuwangi dengan luas wilayah perencanaan mencapai 5.782,50 km2.Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 25 kecamatan, 24 kecamatan lama dan 1 kecamatan baru (Kecamatan Blimbingsari). Adapun batas administrasi dari Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Situbondo Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Timur : Selat Bali Sebelah Barat : Kabupaten Jember dan Bondowoso
Pembagian perkotaan dan perdesaan adalah sebagai berikut :
Wilayah Perkotaan Kabupaten Banyuwangi : 1. 2. 3. 4. 5.
Banyuwangi Giri Glagah Kalipuro Kabat
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
I-5
Wilayah Perdesaan Kabupaten Banyuwangi : 1. Pesanggaran 2. Siliragung 3. Bangorejo 4. Purwoharjo 5. Tegaldlimo 6. Muncar 7. Cluring 8. Gambiran 9. Tegalsari 10. Glenmore
11. Kalibaru 12. Genteng 13. Srono 14. Rogojampi 15. Singojuruh 16. Sempu 17. Songgon 18. Licin 19. Wongsorejo 20. Blimbingsari
Gambar 1.1 Wilayah Perencanaan
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
I-6
1.5 TAHAPAN PEKERJAAN Secara umum tahapan pekerjaan yang akan dilakukan dalam Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi ini merupakan pengejawantahan atau perwujudan dari proses perencanaan yang meliputi kegiatan persiapan, digitasi peta, kalibrasi hasil digitasi dan tahapan entry data. Tahapan pekerjaan secara rinci terurai sebagai berikut : a) Tahap Persiapan Tahap persiapan merupakan kegiatan yang dilakukan konsultan sebelum kegiatan pendataan dan identifikasi lapangan dilaksanakan. Dalam tahap persiapan ini, beberapa kegiatan yang dilakukan adalah : 3. Melakukan pengecekan ulang terhadap peta spasial terakhir/terbaru yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. 4. Cek Wilayah Perencanaan, terutama mengenai batas-batas wilayah termasuk koordinat untuk mengetahui bila terjadi pemekaranpemekaran wilayah di Kabupaten Banyuwangi. b) Tahap Digitasi Peta Spasial Tahap ini pada intinya berisikan kegiatan digitasi untuk menghasilkan atau mengolah peta spasial, secara rinci kegiatan didalamnya adalah berikut ini : 1. Citra kabupaten Banyuwangi yang sudah ada diproses terlebih dahulu dengan menggunakan metode kartografi untuk menghasilkan informasi yang tepat dan akurat. 2. Melakukan retifikasi citra dengan Geo-reference, yaitu melakukan penetapan titik-titik koordinat yang digunakan dalam pembuatan peta spasial berbasis vector. Dengan adanya retifikasi citra, maka hasil digitasi peta akan memiliki koordinat yang sesuai dengan citra . 3. Melakukan digitasi peta (citra image peta vector), yaitu proses melakukan digitasi untuk menghasilkan peta digital berbasis Citra. Peta tersebut nantinya terdapat beberapa layer utama c) Tahap Kalibrasi Hasil Digitasi Setelah dilakukan kegiatan persiapan dan digitasi peta spasial, langkah selanjutnya adalah tahap kalibrasi hasil digitasi. Secara umum dalam tahap ini ada 2 (dua) tahapan utama yaitu kalibrasi dan survey perubahan lahan. a. Peta hasil digitasi yang telah dibuat, perlu dilakukan kalibrasi dengan menggunakan alat GPS pada beberapa titik/lokasi yang digunakan sebagai sample di Kabupaten Banyuwangi untuk cek ketepatan koordinat antara peta dan fakta di lapangan. b. Melakukan survey lapangan terkait dengan kemungkinan adanya disversi peta hasil digitasi saat ini untuk mengetahui seberapa besar perubahan-perubahan pemanfaatan lahan di Kabupaten Banyuwangi. Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
I-7
d) Tahap Entry Data Setelah dilakukan tahap kalibrasi, langkah selanjutnya adalah tahap memasukkan data (entry data). Peta yang telah jadi (dalam format digital - .shp) dilakukan input database, yaitu memasukkan info spasial berupa data-data sekunder yang berasal dari BPS (seperti data persebaran jumlah penduduk, potensi pertanian, kesehatan, pendidikan, dll), sehingga nantinya Peta digital ini dapat diolah untuk bahan analisis lanjut. Untuk tujuan perencanaan maupun penataan ruang, maka seluruh data yang berkaitan hendaknya sudah dapat disusun dalam format database yang seragam. Format ini harus diikuti oleh seluruh institusi yang memiliki atau bertanggungjawab terhadap data tersebut. Duplikasi data diupayakan sekecil mungkin apalagi apabila tidak ada sinkronisasi diantara data yang duplikatif tersebut. Hal ini membutuhkan komitmen yang tinggi bagi setiap institusi yang terkait karena data tersebut bukan untuk kepentingan individual namun untuk kepentingan yang lebih besar, yaitu pembangunan dan pengembangan wilayah melalui perencanaan tata ruang. Hendaknya ego-sektoral dan ego-institusi dihilangkan sedini mungkin sebelum sistem informasi ini mulai dilaksanakan, karena SIG membutuhkan integrasi data dan informasi. Selanjutnya beberapa jenis data yang dibutuhkan untuk membangun sistem informasi perencanaan dan penataan ruang dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1.1 Data Yang Dibutuhkan Dalam Tahap Entry Data
NAMA INSTANSI Bappeda
JENIS DATA
UNIT DATA
Rencana
Tata Ruang Wilayah Banyuwangi Data fisik wilayah : Ketinggian lahan Kemiringan tanah Jenis tanah Kemampuan tanah Kedalaman efektif tanah Tekstur tanah Drainase tanah Penggunaan lahan Geologi Hidrologi Rencana Detail Tata Ruang Kota Banyuwangi Studi dan penelitian strategis lainnya.
Kabupaten Unit Pengembangan
Kelebihan dari penggunaan Sistem Informasi Geografis adalah kemudahan untuk updating database. Untuk ke depannya, data yang dibutuhkan dalam Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
I-8
tahap entry data adalah menyesuaikan kebutuhan daerah dan sangat memungkinkan untuk menjalin integrasi data dan informasi lintas instansi.
1.6 METODOLOGI DAN TEKNIS ANALISA Pada Penyusunan Rencana Tata Ruang Kabupaten Banyuwangi 2013, SIG digunakan sebagai pemutakhiran database, dan alat analisa penggabungan data dan informasi spasial dan non spasial. Metode dan teknik analisa pada Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 ini akan merujuk pada mekanisme komponen SIG yang terdiri dari operator – hardware – software – data – metode, yang dijabarkan sebagai berikut : Software Sebuah software SIG haruslah menyediakan fungsi dan tool yang mampu melakukan penyimpanan data, analisis dan menampilkan informasi geografis. Software yang digunakan dalam penyusunan sistem informasi rencana tata ruang ini adalah Arc Gis 9.3, dengan didukung aplikasi pengolah data seperti ENVI, Global Mapper, dan plug in pendukung lainnya. Untuk kebutuhan aplikasi minimum agar Arc Gis 9.3 dapat dijalankan maka dibutuhkan software sebagai berikut :
Microsoft Net Framework 2 Internet Explorer 7.0 atau diatasnya Python untuk kebutuhan Geoprocessing Microsoft Windows Help patch apabila menggunakan windows 7 dan windows vista
Hardware SIG membutuhkan hardware atau perangkat komputer yang memiliki spesifikasi lebih tinggi dibandingkan dengan sistem informasi lainnya untuk menjalankan software-software SIG. berikut ini adalah kebutuhan minimum untuk pengoperasian Arc Gis 9.3 dan software pendukungnya :
CPU : 1.6 GHz dan rekomendasi diatas tersebut. Processor : Intel Core 2 Duo, AMD Dual Core, atau Xeon Processor Memory/RAM : 1 GB, rekomendasi 2 GB atau lebih. Display : 24 bit color Resolusi Layar : 1024 x 768, atau diatas tersebut Kapasistas Hardisk : minimum 3.2 GB VGA/Graphic Adapter : 24-bit capable graphic accelerator
Operator Teknologi SIG tidaklah menjadi bermanfaat tanpa manusia yang mengelola sistem dan membangun perencanaan yang dapat diaplikasikan sesuai kondisi dunia nyata. Sama seperti pada Sistem Informasi lain pemakai SIG pun memiliki tingkatan tertentu , dari tingkat spesialis teknis yang mendesain Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
I-9
dan memelihara sistem sampai pada pengguna yang menggunakan SIG untuk menolong pekerjaan mereka sehari-hari. Untuk menghindari Maka dibutuhkan pelatihan untuk operator dan user Sistem Informasi Rencana Tata Ruang ini agar mereka dapat diandalkan di kemudian hari. Data Secara fundamental Arc Gis bekerja dengan dua tipe model data geografis yaitu model data vektor dan model data raster. Model Data Vektor. Informasi posisi point, garis dan polygon disimpan dalam bentuk x,y koordinat. Suatu lokasi point dideskripsikan melalui sepasang koordinat x,y. Bentuk garis , seperti jalan dan sungai dideskripsikan sebagai kumpulan dari koordinat-koordinat point. Bentuk poligon, seperti zona project disimpan sebagai pengulangan koordinat yang tertutup.
Gambar 1.2 Ilustrasi Data Vektor
Model Data Raster. Model data ini terdiri dari sekumpulan grid/sel seperti peta hasil scanning maupun gambar/image. Masing-masing grid/sel atau pixel memiliki nilai tertentu yang bergantung pada bagaimana imagetersebut digambarkan. Sebagai contoh, pada sebuah imagehasil penginderaan jarak jauh dari sebuah satelit, masing – masing pixel direpresentasikan sebagai panjang gelombang cahaya yang dipantulkan dari posisi permukaan bumi dan diterima oleh satellit dalam satuan luas tertentu yang disebut pixel. Pada image hasil scanning, masing - masing pixel merepresentasikan keterangan nilai yang berasosiasi dengan pointpoint tertentu pada image hasil scanning tersebut. Dalam SIG, setiap data Geografis memiliki data tabular yang berisi informasi spasial. Data tabular tersebut dapat direlasikan olehSIG dengan sumber data lain seperti basis data yang berada diluar tools SIG.
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
I - 10
Gambar 1.3 Ilustrasi Data Raster
Metode SIG yang baik memiliki keserasian antara rencana desain yang baik dan aturan dunia nyata, dimana metode, model dan implementasi akan berbeda-beda untuk setiap permasalahan. Sebelum data geografi digunakan dalam SIG, data tersebut harus dikonversi kedalam format digital. Proses tersebut dinamakan digitasi. Untuk mendigitasi peta harus dilekatkan pada peta digitasi titik dan garis ditelusuri dengan kursor digitasi atau keypad. Untuk SIG dengan teknologi yang lebih modern, proses konversi data dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi scanning. Tipe data yang digunakan dalam SIG mungkin perlu ditransformasi atau dimanipulasi dengan beberapa cara agar sesuai dengan sistem. Misalnya terdapat perbedaan dalam skala, sehingga sebelum dimasukkan dan diintegrasikan harus ditransformasikan dahulu kedalam skala yang sama. Transformasi ini bisa bersifat sementara untuk ditampilkan saja atau secara permanen untuk proses analisis. Transformasi juga berlaku untuk system koordinat yang digunakan. Tahapan selanjutnya adalah editing merupakan tahap koreksi atas hasil digitasi. Koreksi tersebut dapat berupa penambahan atau pengurangan arc atau feature yaitu dengan mengedit arc yang berlebih (overshoot) atau menambahkan arc yang kurang (undershoot). Editing juga dilakukan untuk menambahkan arc secara manual seperti membuat polygon, line maupun point. Setelah data keruangan dimasukkan maka proses selanjutnya beralih ke pengelolaan data – data deskrptif , dalam hal ini meliputi annotasi(pemberian tulisan pada coverage) , labelling (pemberian informasi pada peta Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
I - 11
bersangkutan) , dan attributingyaitu tahap dimana setiap Label ID hasil proses labelling diberi tambahan atribut yang dapat memberikan sejumlah informasi tentang poligon atau arc yang diwakilinya. Dalam proyek SIG yang kecil informasi geografi cukup disimpan sebagai file-file – file komputer. Akan tetapi, jika volume data dan jumlah pemakai data besar, langkah terbaik yang harus digunakan adalah dengan DBMS Query pada SIG pada dasarnyajuga merupakan proses analisis tetapi dilakukan secara proses tabular. Secara fundamental Analisis pada SIG menggunakan analisis spasial. SIG memiliki banyak kelebihan dalam analisis spasial , tetapi dua hal yang paling penting yaitu : Analisis Proximity, Analisis proximity merupakan analisis geografis yang berbasis pada jarak antar layer. Dalam analisis proximity SIG menggunakan proses yang disebut buffering (membangun lapisan pendukung disekitar layer dalam jarak tertentu) untuk menetukan dekatnya hubungan antar sifat bagian yang ada. Analisis overlay, Proses integrasi data dari lapisan layer-layer yang berbeda disebut overlay. Secara sederhana, hal ini dapat disebut operasi visual, tetapi operasi ini secara analisa membutuhkan lebih dari satu layer untuk dijoin secara fisik. Sebagai contoh overlay atau spasial join yaitu integrasi antara data tanah, lereng dan vegetasi, atau kepemilikan lahan dengan nilai taksiran pajak bumi. Untuk beberapa tipe operasi geografi, hasil akhir terbaik diwujudkan dalam peta atau grafik. Peta sangatlah efektif untuk menyimpan dan memberikan informasi geografis.
1.7 KELUARAN Sistem pelaporan yang disyaratkan dalam KAK yang harus dipenuhi oleh konsultan antara lain adalah :
Laporan Pendahuluan Laporan Antara Panduan Operation System Laporan Akhir Executive Summary Album Peta
Sesuai dengan tahapan kegiatan, maka keluaran (sistematika pelaporan) dalam pelaksanaan Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Laporan Pendahuluan : yaitu laporan yang merupakan penjabaran dari usulan teknis yang telah disusun yang mencakup; latar belakang pekerjaan, maksud dan tujuan, lingkup pekerjaan, metode dan pendekatan pekerjaan, jadwal pelaksanaan kegiatan maupun instrument – instrument survey yang akan digunakan dilapangan pada Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
I - 12
saat survey lapangan. Sebelum penyerahan buku Laporan Pendahuluan dilakukan diskusi terhadap muatan Laporan Pendahuluan. Laporan diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak SPK ditetapkan, sebanyak 10 (sepuluh) buku dalam format A4, diserahkan setelah direvisi. Sampul soft cover warna cerah, layout menarik dan informatif. 2. Laporan Antara : merupakan laporan yang berisi mengenai hasil survey, kajian analisis data dan aplikasi sistem informasi yang digunakan di dalam Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi. Sebelum penyerahan buku Laporan Antara dilakukan seminar terhadap hasil laporan data dan aplikasi yang akan digunakan. Laporan Antara ini diserahkan selambat-lambatnya : 60.(enam puluh) hari sejak SPK ditetapkan, sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan dalam format A4.. Sampul soft cover warna cerah, layout menarik dan informatif. 3. Panduan Operation System : merupakan buku panduan/modul petunjuk penggunaan aplikasi sistem informasi yang akan digunakan. Untuk mendukung kelancaran penggunaan aplikasi sistem informasi rencana tata ruang ini, maka dilakukan pelatihan yang dilaksanakan dalam jangka waktu 4 (empat) hari. Panduan Operation System ini diserahkan selambat-lambatnya: 90 (sembilan puluh) hari kerja sejak SPK, sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan dalam format A4. Sampul soft cover warna cerah, layout menarik dan informatif. 4. Laporan Akhir : merupakan aplikasi sistem informasi rencana tata ruang wilayah Kabupaten Banyuwangi sesuai dengan hasil kajian dan analisis. Sebelum penyerahan buku laporan Akhir dilakukan seminar terhadap hasil aplikasi yang digunakan. Laporan Akhir ini diserahkan selambatlambatnya : 120 (Seratus Dua Puluh) hari kerja sejak SPK, sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan dalam format A4.. Sampul soft cover warna cerah, layout menarik dan informatif. 5. Executive Summary merupakan uraian ringkas laporan akhir yang telah mendapatkan penyempurnaan. Executive Summary diserahkan bersama dengan penyerahan dokumen Laporan Akhir sebanyak 10 (sepuluh) buku dalam format A4, dengan sampul soft cover warna cerah, layout menarik dan informatif. 6. Album peta berisi peta yang termuat didalam dokumen Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi setelah mendapatkan penyempurnaan terhadap Laporan Akhir. Dokumen Album Peta diserahkan bersama dengan penyerahan dokumen Laporan Akhir. Album Peta dengan tingkat ketelitian skala minimal 1:5.000 sampai dengan 1 : 1.000 diserahkan dalam format A3 berwarna sebanyak 5 (lima) album. Sampul album peta soft cover warna cerah, layout menarik dan informatif. Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
I - 13
7. Softcopy data hasil kegiatan didalam CD/DVD blank, diserahkan bersamaan dengan penyerahan Laporan Akhir, sebanyak 3 keping. 8. Laptop + Master Aplikasi Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah diserahkan sebanyak 1 (satu) paket. 9. Seluruh proses dari kegiatan Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 didokumentasikan dalam bentuk soft copy di dalam keping cd (compact disk) beserta panduan operation system sebanyak 3 (tiga) keping. Tabel 1.2 Jenis Laporan dan Uraian Kegiatan tiap Tahap Pekerjaan
JENIS LAPORAN/ URAIAN
KETERANGAN
LAPORAN PENDAHULUAN
latar belakang pekerjaan,
Ukuran A4
maksud dan tujuan,
Sebanyak 10 eksemplar
lingkup pekerjaan,
metode dan pendekatan pekerjaan,
Diserahkan 30 (tiga puluh) hari setelah Surat Perintah Kerja (SPK) diterbitkan
jadwal pelaksanaan kegiatan
instrument – instrument survey yang akan digunakan dilapangan pada saat survey lapangan
LAPORAN ANTARA
Review basis data spasial Kab Banyuwangi
Ukuran A4
Analisis pemutakhiran basis data fisik dasar dan lingkungan
Sebanyak 10 eksemplar
Analisis pemutakhiran basis data sarana dan prasarana wilayah
Diserahkan 60 (enam puluh) hari setelah Surat Perintah Kerja (SPK) diterbitkan
Analisis pemutakhiran basis data ekonomi wilayah
Analisis pemutakhiran demografis
Review SIG Kab Banyuwangi
Analisis pemutakhiran Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi
Analisis permodelan aplikasi Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi
basis
data
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
sosial
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
I - 14
JENIS LAPORAN/ URAIAN
KETERANGAN
PANDUAN OPERATION SYSTEM
panduan/modul petunjuk penggunaan aplikasi sistem informasi yang akan digunakan
Ukuran A4
Sebanyak 10 eks
Diserahkan 90 (sembilan puluh) hari setelah Surat Perintah Kerja (SPK) diterbitkan
LAPORAN RENCANA
Finalisasi pemutakhiran peta dasar
Ukuran A4
Finalisasi pemutakhiran basis data spasial
Sebanyak 10 eks
Finalisasi pemutakhiran SIG
Diserahkan 90 (sembilan puluh) hari setelah Surat Perintah Kerja (SPK) diterbitkan
Diserahkan bersama laporan rencana
Sebanyak 5 eksemplar
Kertas A3
Diserahkan setiap bulan
Sebanyak 2 Buah / bulan
3 keping
Diserahkan bersama laporan rencana
1 Set
Diserahkan bersama laporan rencana
ALBUM PETA
Berisikan peta yang termuat dalam Sistem Informasi RTRW Kabupaten Banyuwangi
EXECUTIVE SUMMARY
Merupakan laporan yang dibuat setiap bulan hasilnya berupa kemajuan dari pekerjaan
CD Soft Copy Data
Semua data dan proses pembuatan Sistem Informasi
LAPTOP + MASTER APLIKASI SISTEM INFORMASI
Pengadaan Laptop yang sudah tertanam program aplikasi Sistem Informasi
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
I - 15
1.8 SISTEMATIKA PEMBAHASAN Sistematika laporan pendahuluan Penyusunan Sistem Informasi Tata Ruang Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut: BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup yang meliputi ruang lingkup wilayah studi, ruang lingkup materi, dan ruang lingkup kegiatan, metoda pelaksanaan studi, dan sistematika pembahasan. BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi kajian teori mengenai sistem informasi geografis, dan pengembangan web berbasis Geografis Information System dan implementasinya pada Perencanaan Sistem Informasi Geografis Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi BAB 3
GAMBARAN UMUM DATABASE
Bab ini berupa deskripsi tentang data dan informasi yang diperlukan untuk ditampilkan pada Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi, dengan tetap mengacu pada RTRW Kabupaten Banyuwangi sebagai informasi utama BAB 4 SISTEM INFORMASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUWANGI Bab ini berisi tentang sistem informasi rencana tata ruang wilayah Kabupaten Banyuwangi, dengan metode input data dan informasi yang akan disajikan pada tampilan utama Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi BAB 5
PANDUAN OPERATION SYSTEM
Berisi mengenai instruksi manual mengenai penggunaan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi, dengan panduan yang sederhana dan diharapkan mampu diterjemahkan oleh user dan operator Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi.
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
I - 16
Gambar 1.4 Bagan Alir Penyusunan Sistem Informasi RTRW Kabupaten Banyuwangi
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
I - 17
2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas mengenai kajian teori dan pustaka yang digunakan dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013. Untuk itu perlu kita pahami mengenai definisi dari sistem informasi tata ruang itu sendiri, serta dasar dan konsep dari sistem informasi yang berbasis Sistem Informasi Geografis. Dengan harapan agar dapat dipahami mengapa dan bagaimana sistem informasi digunakan dalam perencanaan tata ruang.
2.1 DEFINISI SISTEM Menurut Jerry FithGerald; sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedurprosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-samauntuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Kata sistem sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu systema, yang mempunyai satu pengertian yaitu sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan (Vaza, 2006). Karakter atau sifat-sifat tertentu yang dimiliki sistem adalah : Memiliki komponen ; Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap sistem tidak perduli betapapun kecilnya, selalu mengandung komponenkomponen atau subsistem-subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifatsifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Suatu sistem dapat mempunyai suatu sistem yang lebih besar yang disebut supra sistem, misalnya suatu perusahaan dapat disebut dengan suatu sistem dan industri yang merupakan sistem yang lebih besar dapat disebut dengan supra sistem. Kalau dipandang industri sebagai suatu sistem, maka Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
II - 1
perusahaan dapat disebut sebagai subsistem. Demikian juga bila perusahaan dipandang sebagai suatu sistem, maka sistemakuntansi adalah subsistemnya. Batas sistem (boundary) ; Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut. Lingkungan luar sistem (environment) ; Adalah apapun di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Penghubung sistem (interface) ; Merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya. Masukan sistem (input) ; Merupakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input). Maintenance input adalah energi yang dimasukkan supaya sistemtersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran. Sebagai contoh didalam sistem komputer, program adalah maintanance input yang digunakan untuk mengoperasikan komputernya dan data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi. Keluaran sistem (Output) ; Merupakan hasil dari energiyang diolah oleh sistem. Pengolah sistem (Process) ; Merupakan bagian yang memproses masukan untuk menjadi keluaran yang diinginkan. Sasaran sistem ; Kalau sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya. Sedangkan klasifikasi yang dimiliki sistem adalah : Sistem abstrak; sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik (sistem teologia) Sistem fisik; merupakan sistem yang ada secara fisik (sistem komputer, sistem akuntansi, sistem produksi dll.) Sistem alamiah; sistem yang terjadi melalui proses alam. (sistem matahari, sistem luar angkasa, sistem reproduksi dll. Sistem buatan manusia; sistem yang dirancang oleh manusia. Sistem buatan manusia yang melibatkan interaksi manusia dengan mesin disebut human-machine system (contoh ; sistem informasi) Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
II - 2
Sistem Tertentu (deterministic system); beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat diprediksi. Interaksi bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan pasti sehingga keluaran dari sistem dapat diramalkan (contoh ; sistem komputer) Sistem tak tentu (probabilistic system); sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas. Sistem tertutup (close system); sistem yang tidak berhubungan dan tidak terpengaruh dengan sistem luarnya. Sistem ini bekerja secara otomatis tanpa adanya turut campur tangan dari pihak luarnya. Secarateoritis sistem tersebut ada, tetapi kenyataannya tidak ada sistem yang benarbenar tertutup, yang ada hanyalah relatively closed system (secara relatif tertutup, tidak benar-benar tertutup). Sistem terbuka (open system); sistem yang berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem yang lebih spesifik adalah sistem terotomasi, yang merupakan bagian dari sistem buatan manusia dan berinteraksi dengan kontrol oleh satu atau lebih komputer sebagai bagian dari sistem yang digunakan masyarakat modern. Sistem terotomasi memiliki sejumlah komponen yaitu : Perangkat keras (CPU, hardisk, printer, scanner) Perangkat lunak (sistem operasi, sistem database, program pengontrol komunikasi, program aplikasi) Personil (yang mengoperasikan sistem, menyediakan masukan, mengkonsumsi keluaran dan melakukan aktivitas manual yang mendukung sistem) Data (yang harus tersimpan dalam sistem selama jangka waktu tertentu) Prosedur (instruksi dan kebijakan untuk mengoperasikan sistem) Sistem terotomasi terbagi dalam sejumlah kategori :
On-line systems. Sistem on-line adalah sistem yang menerima langsung input pada area dimana input tersebut direkam dan menghasilkan output yang dapat berupa hasil komputasi pada area dimana mereka dibutuhkan. Area sendiri dapat dipisah-pisah dalam skala, misalnya ratusan kilometer. Biasanya digunakan bagi reservasi angkutan udara, reservasi kereta api, perbankan dll. Real-time systems. Sistem real-time adalah mekanisme pengontrolan, perekaman data, pemrosesan yang sangat cepat sehinga output yang dihasilkan dapat diterima dalam waktu yang relatif sama. Perbedaan dengan sistemon-line adalah satuan waktu yang digunakan real-time biasanya seperseratus atau seperseribu detik sedangkan on-line masih adalah skala detik atau bahkan kadang beberapa menit. Perbedaan lainnya, on-line biasanya hanya berinteraksi dengan pemakai, sedangkan real-time berinteraksi langsung dengan pemakai dan lingkungan yang dipetakan.
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
II - 3
Decision support system + strategic planning system. Sistem yang memproses transaksi organisasi secara harian dan membantu para manajer mengambil keputusan, mengevaluasi dan menganalisa tujuan organisasi. Digunakan untuk sistem penggajian, sistem pemesanan, sistem akuntansi dan sistem produksi. Biasanya berbentuk paket statistik, paket pemasaran dll. Sistem ini tidak hanya merekam dan menampilkan data tetapi juga fungsi-fungsi matematik, data analisa statistik dan menampilkan informasi dalam bentuk grafik (tabel, chart) sebagaimana laporan konvensional. Knowledge-based system. Program komputer yang dibuat mendekati kemampuan dan pengetahuan seorang pakar. Umumnya menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak khusus seperti LISP dan PROLOG
Sistem berdasarkan prinsip dasar secara umum terbagi dalam :
Sistem terspesialisasi; adalah sistem yang sulit diterakpan pada lingkungan yang berbeda (misalnya sistem biologi; ikan yang dipindahkan ke darat) Sistem besar; adalah sistem yang sebagian besar sumber dayanya berfungsi melakukan perawatan harian (misalnya dinosaurus sebagai sistem biologi menghabiskan sebagian besar masa hidupnya dengan makan dan makan). Sistem sebagai bagiandari sistem lain; sistem selalu merupakan bagian dari sistem yang lebih besar, dan dapat terbagi menjadi sistem yang lebih kecil. Sistem berkembang; walaupun tidak berlaku bagi semua sistem tetapi hampir semua sistem selalu berkembang.
Pelaku sistem sendiri terdiri dari 7 (tujuh) kelompok yaitu : 1. Pemakai ; Pada umumnya ada 3 (tiga) jenis pemakai : operasional, pengawas, dan eksekutif. 2. Manajemen ; Umumnya terdiri dari 3 jenis manajemen, yaitu manajemen pemakai yang bertugas menangani pemakaian dimana sistem baru diterapkan, manajemen sistem yang terlibat dalam pengembangan sistem itu sendiri dan manajemen umum yang terlibat dalam strategi perencanaan sistem dan sistem pendukung pengambilan keputusan. 3. Pemeriksa ; Ukuran dan kerumitan sistem yang dikerjakandan bentuk alami organisasi dimana sistem tersebut diimplementasikan dapat menentukan kesimpulan perlu tidaknya pemeriksa. Pemeriksa biasanya menentukan segala sesuatunya berdasarkan ukuran-ukuran standar yang dikembangkan pada banyak perusahaan sejenis. Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
II - 4
4. Penganalisa Sistem ; Fungsi-fungsinya antara lain sebagai : Arkeolog ; yaitu yang menelusuri bagaimana sebenarnya sistem lama berjalan, bagaimana sistem tersebut dijalankan dan segala hal yang menyangkut sistem lama. Inovator ; yaitu yang membantu mengembangkan dan membuka wawasan pemakai bagi kemungkinan-kemungkinan lain. Mediator ; yaitu yang menjalankan fungsi komunikasi dari semua level, antara lain pemakai, manajer, programmer, pemeriksa dan pelaku sistem yang lainnya yang mungkin belum punya sikap dan cara pandang yang sama. Pimpinan proyek ; Penganalisa sistem haruslah personil yang lebih berpengalaman dari programmer atau desainer. Selainitu mengingat penganalisa sistem umumnya ditetapkan terlebih dahulu dalam suatu pekerjaan sebelum yang lain bekerja, adalah hal yang wajar jika penanggung jawab pekerjaan menjadi porsi penganalisa sistem 5. Pendesain Sistem ; Pendesain sistem menerima hasil penganalisa sistem berupa kebutuhan pemakai yang tidak berorientasi pada teknologi tertentu, yang kemudian ditransformasikan ke desain arsitektur tingkat tinggi dan dapat diformulasikan oleh programmer. 6. Programmer ; Mengerjakan hasil desain yang diterima dari pendesain sistem dalam bentuk program. 7. Personel Pengoperasian ; Bertugas dan bertanggungjawab di pusat komputer misalnya jaringan, keamanan perangkat keras, keamanan perangkat lunak, pencetakan dan backup. Pelaku ini mungkin tidak diperlukan bila sistem yang berjalan tidak besar dan tidak membutuhkan klasifikasi khusus untuk menjalankan sistem. Hal yang mendasar dalam pengembangan sistem adalah penganalisa sistem merupakan bagian dari tim yang berfungsi mengembangkan sistem yang memiliki daya guna tinggi dan memenuhi kebutuhan pemakai (user). Pengembangan sistem dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :
Produktivitas. Kebutuhan pada saat ini menuntut sistem yang lebih banyak, lebih bagus, dan lebih cepat. Hal ini membutuhkan lebih banyak programmer dan penganalisa sistem yang berkualitas. Selain itu harus didukung oleh kerja ekstra keras, kemampuan pemakai untuk mengembangkan sendiri, bahasa pemrograman yang bagus, perawatan sistem yang menunjang, serta disiplin teknis pemakaian
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
II - 5
perangkat lunak dan perangkat pengembangan sistem yang terotomasi. Realibilitas. Waktu yang dihabiskan untuk testing sistem secara umum menelan waktu 50% dari waktu total pengembangan sistem. Banyak kasus dari perusahaan-perusahaan mengalami kesalahan dalam pengembangan sistem, dan masalah krusialnya adalah tidak mudah untuk mengubah sistem tersebut. Terdapat 2 (dua) cara untuk meminimalisir dampak dari kesalahan sistem tersebut, yaitu pelacakan sumber kesalahan, dan menemukan cara untuk mengkoreksi dengan mengganti program (menambah statemen/algoritma/bahasa pemrograman) Maintabilitas. Perawatan sistem mencakup hal berikut ini : Modifikasi sistem sesuai perkembangan perangkat keras untuk meningkatkan kecepatan pemrosesan. Modifikasi sistem sesuai perkembangan kebutuhan pemakai. Selama ini antara 50-80% pekerjaan yang dilakukan pada pengembangan sistem dilakukan untuk revisi, modifikasi, konversi, peningkatan dan pelacakan kesalahan.
2.2 DEFINISI INFORMASI Kata informasi berasal dari kata Perancis kuno informacion (tahun 1387) yang diambil dari bahasa Latin informationem yang berarti “garis besar, konsep, ide”. Informasi merupakan kata benda dari informare yang berarti aktivitas dalam “pengetahuan yang dikomunikasikan”. Dalam beberapa hal pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa tertentu atau situasi yang telah dikumpulkan atau diterima melalui proses komunikasi, pengumpulan intelejen, ataupun didapatkan dari berita juga dinamakan informasi. Informasi yang berupa koleksi data dan fakta seringkali dinamakan informasi statistik. Dalam bidang ilmu komputer, informasi adalah data yang disimpan, diproses, atau ditransmisikan. Penelitian ini memfokuskan pada definisi informasi sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi dan alirannya. Informasi adalah data yang telah diberi makna melalui konteks. Sebagai contoh, dokumen berbentuk spreadsheet (semisal dari Microsoft Excel) seringkali digunakan untuk membuat informasi dari data yang ada di dalamnya. Laporan laba rugi dan neraca merupakan bentuk informasi, sementara angka-angka di dalamnya merupakan data yang telah diberi konteks sehingga menjadi punya makna dan manfaat. Data merupakan raw material untuk suatu informasi. Perbedaan informasi dan data sangat relatif tergantung pada nilai gunanya bagi manajemen yang memerlukan. Suatu informasi bagi level manajemen tertentu bisa menjadi data bagi manajemen level di atasnya, atau sebaliknya. Terdapat sebuah transformasi data menjadi informasi, yaitu input – proses – output yang digambarkan sebagai berikut ini : Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
II - 6
proses
input
data
output
informasi
Gambar 2.1 Proses Transformasi Data Menjadi Informasi
Kualitas informasi tergantung dari 3 hal, yaitu informasi harus : Akurat, berarti informasi harus bebas darikesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan masudnya. Tetap pada waktunya, berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Relevan, berarti informasi tersebut menpunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda. Nilai informasi ditentukan dari dua hal, yaitu manfaat dan biaya mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkannya. Pengukuran nilai informasi biasanya dihubungkan dengan analisis cost effectiveness atau cost benefit.
2.3 DEFINISI SISTEM INFORMASI Banyak aktivitas manusia yang berhubungan dengan sistem informasi. Tak hanya di negara-negara maju, di Indonesia pun sistem informasi telah banyak diterapkan dimana-mana, seperti di kantor, di pasar swalayan, di bandara, dan bahkan di rumah ketika pemakai bercengkerama dengan dunia internet. Entah disadari atau tidak, sistem informasi telah banyak membantu manusia. Bahkan dalam penataan ruang, sistem informasi adalah merupakan bagian darinya. Ada bermacam-macam sistem informasi, antara lain: Sistem reservasi pesawat terbang: digunakan dalam biro perjalanan untuk melayani pemesanan/pembelian tiket. Sistem biometrik yang dapat mencegah orang yang tidak berwenang memasuki fasilitas-fasilitas rahasia atau mengakses informasi yang bersifat rahasia dengan cara menganalisa sidik jari atau retina mata. Sistem POS (Point-Of-Sale) yang diterapkan pada kebanyakan pasar swalayan dengan dukungan pembaca barcode untuk mempercepat pemasukan data. Sistem telemetri atau pemantauan jarak jauh yang menggunakan teknologi radio, misalnya untuk mendapatkan suhu lingkungan pada gunung berapi atau memantau getaran pilar jembatan rel kereta api. Sistem berbasiskan kartu cerdas (smart card) yang dapat digunakan oleh juru medis untuk mengetahui riwayat penyakit pasien yang datang ke Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
II - 7
rumah sakit karena di dalam kartu tersebut terekam data-data mengenai pasien. Sitem Informasi Geografis sebagai ilmu yang pada akhir-akhir ini sangat populer di dunia perencanaan. Digunakan untuk pemetaan matra ruang yang lebih baik dan akurat. Sesungguhnya yang dimaksud dengan sistem informasi tidak harus melibatkan komputer. Sistem Informasi yang menggunakan komputer biasa disebut sistem informasi berbasis komputer (Computer-Based Information Systems atau CBIS). Dalam prakteknya, istilah sistem informasi lebih sering dipakai tanpa embelembel berbasis komputer walaupun dalam kenyataannya komputer merupakan bagian yang penting. Yang dimaksudkan dengan sistem informasi disini adalah sistem informasi yang berbasis komputer. Sistem Informasi (SI) atau Information System (IS) yang menunjukkan sistem yang dapat menghasilkan informasi yang berguna. Ada beragam definisi sistem informasi, sebagaimana tercantum di bawah ini:
Menurut Alter (1992) Sistem informasi adalah kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi. Menurut Bodnar dan Hopwood (1993) Sistem informasi adalah kumpulan perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang berguna. Menurut Gelinas, Oram, dan Wiggins (1990) Sistem informasi adalah suatu sistem buatan manusia yang secara umum terdiri atas sekumpulan komponen berbasis komputer dan manual yang dibuat untuk menghimpun, menyimpan, dan mengelola data serta menyediakan informasi keluaran kepada pemakai. Menurut Hall (2001) Sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur formal dimana data dikelompokkan, diproses menjadi informasi, dan didistribusikan kepada pemakai. Menurut Turban, McLean, dan Wetherbe (1999) Sebuah sistem informasi mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan yang spesifik. Menurut Wilkinson (1992) Sistem informasi adalah kerangka kerja yang mengkoordinasikan sumber daya (manusia, komputer) untuk mengubah masukan (input) menjadi keluaran (informasi), guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi mencakup sejumlah komponen (manusia, komputer, teknologi informasi, dan
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
II - 8
prosedur kerja), ada sesuatu yang diproses (data menjadi informasi), dan dimaksudkan untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan.
2.4 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS A. DEFINISI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Definisi Sistem Informasi Geografis (SIG) kemungkinan besar masih berkembang, bertambah, dan sedikit bervariasi. Hal ini terlihat dari banyaknya definisi SIG yang telah beredar di berbagai sumber pustaka. Berikut adalah beberapa definisi SIG yang telah beredar : a. Marbel et al (1983), SIG merupakan sistem penanganan data keruangan. b. Burrough (1986), SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk memasukan, menyimpan, mengelola, menganalisis dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan. c. Berry (1988), SIG merupakan sistem informasi, referensi internal, serta otomatisasi data keruangan. d. Aronoff (1989), SIG adalah suatu sistem berbasis komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output). Hasil akhir (output) dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi. e. Gistut (1994), SIG adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup metodologi dan teknologi yang diperlukan yaitu data spasial, perangkat keras, perangkat lunak dan struktur organisasi. f. Chrisman (1997), SIG adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data, manusia (brainware), organisasi dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi-informasi mengenai daerah-daerah di permukaan bumi. SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa, dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang diolah pada SIG adalah data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti lokasi,kondisi, tren, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan sistem informasi lainnya. Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
II - 9
B. SEJARAH SIG Pada 35000 tahun yang lalu, di dinding gua Lascaux, Perancis, para pemburu Cro-Magnon menggambar hewan mangsa mereka, juga garis yang dipercaya sebagai rute migrasi hewan-hewan tersebut. Catatan awal ini sejalan dengan dua elemen struktur pada sistem informasi gegrafis modern sekarang ini, arsip grafis yang terhubung ke database atribut. Pada tahun 1700-an teknik survey modern untuk pemetaan topografis diterapkan, termasuk juga versi awal pemetaan tematis, misalnya untuk keilmuan atau data sensus. Awal abad ke-20 memperlihatkan pengembangan "litografi foto" dimana peta dipisahkan menjadi beberapa lapisan (layer). Perkembangan perangkat keras komputer yang dipacu oleh penelitian senjata nuklir membawa aplikasi pemetaan menjadi multifungsi pada awal tahun 1960-an. Tahun 1967 merupakan awal pengembangan SIG yang bisa diterapkan di Ottawa, Ontario oleh Departemen Energi, Pertambangan dan Sumber Daya. Dikembangkan oleh Roger Tomlinson, yang kemudian disebut CGIS (Canadian GIS - SIG Kanada), digunakan untuk menyimpan, menganalisis dan mengolah data yang dikumpulkan untuk Inventarisasi Tanah Kanada (CLI - Canadian land Inventory) - sebuah inisiatif untuk mengetahui kemampuan lahan di wilayah pedesaan Kanada dengan memetakaan berbagai informasi pada tanah, pertanian, pariwisata, alam bebas, unggas dan penggunaan tanah pada skala 1:250000. Faktor pemeringkatan klasifikasi juga diterapkan untuk keperluan analisis. CGIS merupakan sistem pertama di dunia dan hasil dari perbaikan aplikasi pemetaan yang memiliki kemampuan timpang susun (overlay), penghitungan, pendijitalan/pemindaian (digitizing/scanning), mendukung sistem koordinat national yang membentang di atas benua Amerika , memasukkan garis sebagai arc yang memiliki topologi dan menyimpan atribut dan informasi lokasional pada berkas terpisah. Pengembangya, seorang geografer bernama Roger Tomlinson kemudian disebut "Bapak SIG". CGIS bertahan sampai tahun 1970-an dan memakan waktu lama untuk penyempurnaan setelah pengembangan awal, dan tidak bisa bersaing denga aplikasi pemetaan komersil yang dikeluarkan beberapa vendor seperti Intergraph. Perkembangan perangkat keras mikro komputer memacu vendor lain seperti ESRI dan CARIS berhasil membuat banyak fitur SIG, menggabung pendekatan generasi pertama pada pemisahan informasi spasial dan atributnya, dengan pendekatan generasi kedua pada organisasi data atribut menjadi struktur database. Perkembangan industri pada tahun 1980-an dan 1990-an memacu lagi pertumbuhan SIG pada workstation UNIX dan komputer pribadi. Pada akhir abad ke-20, pertumbuhan yang cepat di berbagai sistem dikonsolidasikan dan distandarisasikan menjadi platform lebih sedikit, dan para pengguna mulai mengekspor menampilkan data SIG lewat internet, yang membutuhkan standar pada format data dan transfer. Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
II - 10
Indonesia sudah mengadopsi sistem ini sejak Pelita ke-2 ketika LIPI mengundang UNESCO dalam menyusun "Kebijakan dan Program Pembangunan Lima Tahun Tahap Kedua (1974-1979)" dalam pembangunan ilmu pengetahuan, teknologi dan riset. C. SUBSISTEM SIG SIG dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem sebagai berikut :
Data Input. Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan, dan menyimpan data spasial dan atributnya dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggung jawab dalam mengonversikan atau mentransformasikan format-format data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oeh perangkat SIG yang bersangkutan. Data Output Sub-sistem ini bertugas untuk menampilkan atau menghasilkan keluaran (termasuk mengekspornya ke format yang dikehendaki) seluruh atau sebagian basis data (spasial) baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti halnya tabel, grafik, report, peta, dan lain sebagainya. Data Management Sub-sistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun tabel-tabel atribut terkait ke dalam sebuah sistem basis data sedemikian rupa hingga mudah dipanggil kembali atau di-retrieve, diupdate, dan diedit. Data Manipulation & Analysis Sub-sistem ini menentukan informasi-informasi y ang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu sub-sistem ini juga melakukan manipulasi (evaluasi dan penggunaan fungsi-fungsi dan operator matematis & logika) dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.
Sub-sistem SIG di atas dapat diilustrasikan sebagai berikut :
Gambar 2.2 Sub Sistem Dalam SIG
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
II - 11
D. KOMPONEN SIG Menurut John E. Harmon, Steven J. Anderson, 2003, secara rinci SIG dapat beroperasi dengan komponen- komponen sebagai berikut : a. Orang yang menjalankan sistem meliputi orang yang mengoperasikan, mengembangkan bahkan memperoleh manfaat dari sistem. Kategori orang yang menjadi bagian dari SIG beragam, misalnya operator, analis, programmer, database administrator bahkan stakeholder. b. Aplikasi merupakan prosedur yang digunakan untuk mengolah data menjadi informasi. Misalnya penjumlahan, klasifikasi, rotasi, koreksi geometri, query, overlay, buffer, jointable, dsb. c. Data yang digunakan dalam SIG dapat berupa data grafis dan data atribut. Data posisi/koordinat/grafis/ruang/spasial, merupakan data yang merupakan representasi fenomena permukaan bumi/keruangan yang memiliki referensi (koordinat) lazim berupa peta, foto udara, citra satelit dan sebagainya atau hasil dari interpretasi data-data tersebut. Data atribut/non-spasial, data yang merepresentasikan aspek-aspek deskriptif dari fenomena yang dimodelkannya. Misalnya data sensus penduduk, catatan survei, data statistik lainnya. d. Software, adalah perangkat lunak SIG berupa program aplikasi yang memiliki kemampuan pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan, analisis dan penayangan data spasial (contoh : ArcView, Idrisi, ARC/INFO, ILWIS, MapInfo, dll) e. Hardware, perangkat keras yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem berupa perangkat komputer, printer, scanner, digitizer, plotter dan perangkat pendukung lainnya. f. Metode, sebuah SIG yang baik adalah yang didukung dengan metode perencanaan dan desain sistem yang sesuai dengan business rule pemakai atau organisasi/perusahaan/user SIG tersebut.
Gambar 2.3 Komponen SIG
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
II - 12
E. MANFAAT SIG GIS adalah sebuah aplikasi dinamis, dan akan terus berkembang. Peta yang dibuat pada aplikasi ini tidak hanya akan berhenti dan terbatas untuk keperluan saat dibuatnya saja. Dengan mudahnya kita bisa melakukan peremajaan terhadap informasi yang terkait pada peta tersebut, dan secara otomatis peta tersebut akan segera menunjukkan akan adanya perubahan informasi tadi. Semuanya itu dapat Anda kerjakan dalam waktu singkat, tanpa perlu belajar secara khusus GIS berbeda dengan sistem informasi pada umumnya dan membuatnya berharga bagi perusahaan milik masyarakat atau perseorangan untuk memberikan penjelasan tentang suatu peristiwa, membuat peramalan kejadian, dan perencanaan strategis lainnya. GIS adalah sebuah teknologi yang mampu merubah besar-besaran tentang bagaimana sebuah aktivitas bisnis diselenggarakan. Teknologi GIS memungkinkan Anda untuk melihat informasi bisnis kita secara keseluruhan dengan cara pandang baru, melalui basis pemetaan, dan menemukan hubungan yang selama ini sama sekali tidak terungkap. GIS memungkinkan kita untuk membuat tampilan peta serta menggunakannya untuk keperluan presentasi dengan menunjuk dan mengklik-nya. GIS memungkinkan kita untuk menggambarkan dan menganalisa informasi dengan cara pandang baru, mengungkap semua keterkaitan yang selama ini tersembunyi, pola, dan kecenderungannya. Para pelaku bisnis yang bergerak di bidang pemasaran, periklanan, real estate, dan ritel saat ini sudah menggunakan GIS untuk melakukan analisa pasar, mengoptimalkan kampanye periklanan melalui media masa, analisis terhadap bidang-bidang tanah, dan membuat model atas pola pengeluaran. GIS akan merubah banyak hal yang berkait erat dengan pekerjaan Anda, apa pun bisnis Anda tersebut. Keuntungan utama alat dari SIG adalah memberi kemungkinan untuk mengindentifikasi hubungan spasial diantara feature data geografis dalam bentuk peta. SIG tidak hanya sekedar menyimpan peta menurut pengertian konvensional yang ada dan SIG tidak pula sekedar menyimpan citra atau pandangan dari area geografi tertentu. Akan tetapi, SIG dapat menyimpan data menurut kebutuhan yang diinginkan dan menggambarkan kembali sesuai dengan tujuan tertentu. SIG menghubungkan data spasial dengan informasi geografi tentang feature tertentu pada peta. Informasi ini disimpan sebagai atribut atau karakteristik dari feature yang disajikan secara grafik. Sebagai contoh, jaringan jalan dapat disajikan dengan jalur tengah jalan (road centerlines), pada keadaan ini, representasi visual yang sebenarnya dari jalan tidak akan memberikan terlalu banyak informasi tentang jalan tersebut. Untuk memperoleh informasi tentang jalan, misalnya lebar atau jenis jalan, kita Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
II - 13
dapat menanyakan ke database, kemudian menentukanan simbol tampilan jalan menurut jenis informasi yang perlu ditampilkan. SIG dapat juga menggunakan atribut yang tersimpan untuk menghitung informasi baru mengenai feature peta. Sebagai contoh, untuk menghitung panjang jalan tertentu atau mendeterminasi luas total dari jenis tanah tertentu. Saat ini SIG digunakan untuk aplikasi yang beragam, antara lain untuk kepentingan bisnis, universitas dan pemerintahan. Definisi umum dapat dijelaskan sebagai: Sistem komputer yang mampu menangani dan menggunakan data yang menjelaskan tempat pada permukaan bumi. SIG juga dapat telah dijelaskan dengan dua cara : 1. 2.
Melalui definisi format data; dan Melalui kemampuannya untuk melaksanakan operasi spasial, menghubungkan kumpulan data dengan menghubungkan lokasi sebagai kunci umum.
Penginputan data yang paling banyak dilakukan yang berkaitan dengan idata geografi adalah datacitra satelit. Data ini berbentuk raster atau grid. Data seperti ini dapat diproses melalui analisa dengan menggunakan perangkat lunak yang disebut sistem pemprosesan citra (Image Processing System). Data dapat juga diinput dengan memasukkan data vektor yang ada di bumi, yaitu dengan menggunakan alat yang dinamakan digitizer. Semua data yang masuk disimban di data base. Database SIG berbeda dengan database sistim drafting biasa dimana dengan sistim drafting biasa, outputnya hanya berbentuk grafik dimana database SIG dapat menggabungkan data textual dengan data grafik.
2.5 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PERENCANAAN TATA RUANG Berdasarkan desain awalnya, tugas utama SIG adalah untuk melakukan analisa data spasial. Hal ini tentunya sangat berguna dalam perencanaan tata ruang dan wilayah, dengan melibatkan sistem informasi berbasis SIG dalam perencanaan tata ruang akan mempermudah dalam mengolah data, memberi atribut lokasi, melakukan analisa, serta melakukan integrasi data lintas sektoral dan lintas instansi. Dilihat dari sudut pemrosesan data geografik, SIG bukanlah penemuan baru. Pemrosesan data geografik sudah lama dilakukan oleh berbagai macam bidang ilmu, yang membedakannya dengan pemrosesan lama hanyalah digunakannya data digital. Adapun tugas utama dalam SIG adalah sebagai berikut :
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
II - 14
a. Input Data, sebelum data geografis digunakan dalam SIG, data tersebut harus dikonversi terlebih dahulu ke dalam bentuk digital. Proses konversi data dari peta kertas atau foto ke dalam bentuk digital disebut dengan digitizing. SIG modern bisa melakukan proses ini secara otomatis menggunakan teknologi scanning. b. Pembuatan Peta, proses pembuatan peta dalam SIG lebih fleksibel dibandingkan dengan cara manual atau pendekatan kartografi otomatis. Prosesnya diawali dengan pembuatan database. Peta kertas dapat didigitalkan dan informasi digital tersebut dapat diterjemahkan ke dalam SIG. Peta yang dihasilkan dapat dibuat dengan berbagai skala dan dapat menunjukkan informasi yang dipilih sesuai dengan karakteristik tertentu. c. Manipulasi Data, data dalam SIG akan membutuhkan transformasi atau manipulasi untuk membuat data-data tersebut kompatibel dengan sistem. Teknologi SIG menyediakan berbagai macam alat bantu untuk memanipulasi data yang ada dan menghilangkan data-data yang tidak dibutuhkan. d. Manajemen file, ketika volume data yang ada semakin besar dan jumlah data user semakin banyak, maka hal terbaik yang harus dilakukan adalah menggunakan database management system (DBMS) untuk membantu menyimpan, mengatur, dan mengelola data. e. Analisis query, SIG menyediakan kapabilitas untuk menampilkan query dan alat bantu untuk menganalisis informasi yang ada. Teknologi SIG digunakan untuk menganalisis data geografis untuk melihat pola dan tren. f. Memvisualisasikan hasil, untuk berbagai macam tipe operasi geografis, hasil akhirnya divisualisasikan dalam bentuk peta atau graf. Peta sangat efisien untuk menyimpan dan mengkomunikasikan informasi geografis. Namun saat ini SIG juga sudah mengintegrasikan tampilan peta dengan menambahkan laporan, tampilan tiga dimensi, dan multimedia. Sistem Informasi Geografis dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk dijital. Sistem ini merelasikan data spasial (lokasi geografis) dengan data non spasial, sehingga para penggunanya dapat membuat peta dan menganalisa informasinya dengan berbagai cara. SIG merupakan alat yang handal untuk menangani data spasial, dimana dalam SIG data dipelihara dalam bentuk digital sehingga data ini lebih padat dibanding dalam bentuk peta cetak, tabel, atau dalam bentuk konvensional lainya yang akhirnya akan mempercepat pekerjaan dan meringankan biaya yang diperlukan Beberapa manfaat dari penggunaan SIG dalam perencanaan tata ruang dan wilayah adalah : Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
II - 15
1) SIG sangat efektif dalam membantu proses-proses pembentukan, pengembangan, atau perbaikan mental yang telah dimiliki oleh setiap orang yang selalu berdampingan dengan lingkungan dunia nyata. 2) SIG dapat digunakan sebagai alat bantu utama yang effektif, menarik, dan menantang dalam usaha-usaha untuk meningkatkan pemahaman, pengertian, dan pendidikan mengenai ide atau konsep lokasi, ruang (spasial), kependudukan dan unsur-unsur geografis yang terdapat dipermukaan bumi berikut data atribut terkait yang menyertainya. 3) SIG dapat memberikan gambaran yang lengkap dan komprehensif terhadap suatu masalah nyata yang terkait spasial permukaan bumi. Semua entitas yang dilibatkan dapat divisualkan untuk memberikan informasi baik yang tersirat (implisit) maupun yang tersurat (eksplisit). 4) SIG menggunakan baik data spasial maupun atribut secara terintegrasi hingga sistemnya dapat menjawab baik pertanyaan spasial maupun non-spasial, memiliki kemampuan analisis spasial dan non-spasial. 5) SIG memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memvisualkan data spasial berikut atribut-atributnya. Modifikasi warna, bentuk dan ukuran simbol yang diperlukan untuk merepresentasikan unsur-unsur permukaan bumi dapat dilakukan dengan mudah. 6) SIG memiliki kemampuan untuk menguraikan unsur-unsur yang terdapat di permukaan bumi ke dalam bentuk layer, tematik, atau coverage data spasial. Dengan layer ini permukaan bumi dapat ‘’direkonstruksi’’ kembali atau dimodelkan ke dalam bentuk nyata (real world tiga dimensi) dengan menggunakan data ketinggian berikut layer tematik yang diperlukan. 7) SIG dapat menurunkan informasi secara otomatis tanpa keharusan untuk selalu melakukan interpretasi secara manual. Dengan demikian, SIG dengan mudah dapat menghasilkan data spasial tematik yang merupakan (hasil) turuan dari data spasial yang lain (primer) dengan hanya memanipulasi atribut-atributnya. Berikut ini adalah contoh aplikasi SIG dalam semua sektor pembangunan wilayah : Pengelolaan Fasilitas : Peta skala besar, network analysis, biasanya digunakan untuk pengolaan fasilitas kota. Contoh aplikasinya adalah penempatan pipa dan kabel bawah tanah, perencanaan fasilitas perawatan, pelayanan jaringan telekomunikasi. Sumber Daya Alam: studi kelayakan untuk tanaman pertanian, pengelolaan hutan, perencanaan tata guna lahan, analisis daerah bencana alam dan analisis dampak lingkungan. Lingkungan : pencemaran sungai, danau, laut, evaluasi pengendapan lumpur di sekitar sungai, danau atau laut, pemodelan pencemaran udara, dll. Perencanaan : pemukiman transmigrasi, tata ruang wilayah, tata kota, relokasi industri, pasar, pemukiman, dll. Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
II - 16
Ekonomi dan bisnis : penentuan lokasi bisnis yang prospektif untuk bank, pasar swalayan, mesin ATM, show room, dll. Kependudukan : penyediaan informasi kependudukan, pemilihan umum, dll Transportasi: inventarisasi jaringan (seperti jalur angkutan umum), analisis rawan kemacetan dan kecelakaan, manajemen transit perencanaan rute, dll. Telekomunikasi : inventarisasi jaringan, perizinan lokasi-lokasi BTS beserta pemodelan spasialnya, sistem informasi pelanggan, perencanaan pemeliharaan dan analisis perluasan jaringan, dll. Militer : penyediaan data spasial untuk rute perjalanan logistic, peralatan perang, dll
Gambar 2.4 Ilustrasi Penggunaan SIG dalam Pertahanan Militer
Dalam sebuah organisasi pemerintahan, institusi perencanaan tata ruang merupakan ujung tombak dalam upaya merencanakan dan melaksanakan pembangunan wilayah. Dalam kaitan ini maka institusi perencanaan akan selalu membutuhkan informasi, baik informasi aktual maupun informasi yang terjadi pada masa lalu. Disini peran SIG sangat signifikan, khususnya dalam membantu fungsi-fungsi institusi perencanaan seperti : 1. Central Intelligence Fungsi central intelligence menyatakan bahwa organisasi perencanaan memiliki tugas komprehensif dalam hal penataan socio-economic, land use information, housing provision, dan census information dimana informasiinformasi tersebut umumnya berkaitan dengan masalah perpetaan, foto udara, laporan, dan data-data digital.
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
II - 17
2. Pulse-Taking Fungsi pulse taking berhubungan dengan pelayanan yang terkait dengan Early Warning System. Aktivitas ini kadang membutuhkan analisa yang tajam mengenai kondisi eksisting. Untuk mendukung hal ini, institusi perencanaan harus dapat mengubah berbagai macam situasi dan peristiwa yang terjadi di lapangan menjadi pola dan trend yang bermakna. 3. Policy Clarification Fungsi policy clarification berkaitan dengan tugas institusi perencanaan untuk memberikan sosialisasi, klarifikasi, serta justifikasi terhadap rencana spatial dan scenarionya terhadap masyarakat atau stakeholders. 4. Development Planning Fungsi development planning berkaitan dengan tugas institusi perencanaan di dalam menyusun produk perencanaan spatial serta mendayagunakannya untuk kepentingan urban development. Ketersediaan berbagai jenis dan ragam informasi akan menjadi bagian dari kegiatan institusi perencanaan. 5. Feedback and Review Fungsi feedback and review berkaitan dengan dogma bahwa perubahan akan selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah rencana spatial. Institusi perencanaan akan memfasilitasi pelaksanaan feedback and review dengan menggalang usul dan opini dari seluruh stakeholder. Sistem Informasi Geografis adalah sistem yang dapat digunakan untuk menangkap, menyimpan, menganalisa, serta mengelola data dan karakteristik yang berhubungan yang secara spasial mengambil referensi ke bumi. Lebih jauh, sistem ini dapat didefinisikan sebagai sistem komputer untuk memadukan, menyimpan, membagi, serta menampilkan informasi yang mengambil acuan geografis. Dalam bidang perencanaan wilayah dan kota, ilmu ini memiliki peranan yang sangat penting. Menata ruang suatu wilayah membutuhkan dukungan data dan informasi, baik spasial maupun non spasial, yang akurat dan terkini, terutama data dan informasi tematik yang mengilustrasikan kondisi suatu wilayah. Perubahan kondisi wilayah pada daerah yang akan disusun rencana tata ruangnya, perlu dipahami dengan baik oleh para perencana, karena kualitas rencana tata ruang sangat ditentukan oleh pemahaman para perencana terhadap kondisi fisik wilayah perencanaan. Peta dasar (base map) adalah informasi spasial utama yang diperlukan sebagai dasar pemetaan rencana tata ruang, selain data spasial tematik yang terkait dengan kondisi fisik wilayah, seperti kerentanan terhadap bencana, keanekaragaman hayati, oseanografi, iklim dan geofisika, serta data fisik wilayah yang berasal dari suatu proses kajian, analisa, dan survei, diantaranya berupa data kesesuaian lahan, tutupan lahan, dan penggunaan lahan. Dengan menggunakan teknologi informasi yang telah berkembang dengan pesat, sebagian data dan informasi spasial yang diperlukan dalam perencanaan tata ruang dapat dibangun dalam sebuah sistem informasi yang berbasis pada koordinat geografis yang lebih dikenal dengan sebutan Sistem Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
II - 18
Informasi Geografis (SIG). Pada SIG dimungkinkan penggabungan berbagai basis data dan informasi yang dikumpulkan melalui peta, citra satelit, maupun survai lapangan, yang kemudian dituangkan dalam layer-layer peta. Sistem informasi yang meng-overlay-kan beberapa layer tematik diatas peta dasar membantu proses analisa wilayah dan pemahaman kondisi wilayah bagi perencana, serta dapat menghemat waktu karena sebagian proses dilakukan oleh piranti lunak, sehingga dengan SIG proses perencanaan tata ruang dapat lebih efisien dan efektif. SIG digunakan untuk berbagai kepentingan misal untuk perencanaan, analisis, dan pengambilan keputusan atau kebijakan daerah. Aplikasi SIG digunakan selama data yang diolah memiliki referensi geografi. Murai (1999) mengartikan SIG sebagai sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis, dan menghasilkan data bereferensi geografis, untuk mengambil keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, transportasi, dan pelayanan umum lainnya. SIG banyak digunakan untuk berbagai kegiatan terkait perencanaan suatu kota, seperti analisis dan pengambilan keputusan atau kebijakan mengenai suatu daerah meliputi pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya. Dengan menggunakan aplikasi SIG ini akan didapatkan sebuah perspektif yang lebih riil. Hal ini karena tujuan pokok pemanfaatan SIG adalah untuk mempermudah mendapatkan informasi yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Ciri utama data yang bisa dimanfaatkan dalam SIG adalah data yang telah terikat dengan lokasi dan merupakan data dasar yang belum dispesifikasi (Dulbahri, 1993). Manfaat SIG dalam perencanaan wilayah dan kota antara lain adalah : a. Manajemen Tata Guna Lahan. Pemanfaatan dan pembangunan lahan yang dimiliki oleh pemerintah daerah perlu dilakukan dengan pertimbangan dari berbagai aspek. Lokasi fasilitas yang akan dibangun di daerah perkotaan perlu dipertimbangkan agar efektif dan tidak melanggar kriteria yang bisa menyebabkan ketidakselarasan. Misal, pembangunan tempat penampungan sampah. Dengan kemampuan SIG yang bisa memetakan apa yang ada di luar dan di dalam suatu area, kriteria tersebut dapat digabungkan sehingga muncul irisan daerah yang tidak sesuai, agak sesuai, dan sangat sesuai dengan kriteria. Tugas dari daerah adalah terlebih dahulu memasukkan informasi tentang kondisi dan potensi daerahnya. b. Inventarisasi Sumber Daya Alam. Data aneka sumber daya alam hasil penelitian dijadikan modal sebagai bahan baku untuk perencanaan pembangunan. Secara sederhana manfaat SIG dalam inventarisasi sumber daya alam adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam Untuk pengawasan daerah bencana alam Untuk mengetahui persebaran kawasan lahan Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
II - 19
c. Bidang Sosial dan Budaya. Selain untuk inventarisasi sumber daya alam dan manajemen tata guna lahan, SIG dapat dimanfaatkan dalam bidang sosial dan budaya, antara lain sebagai berikut. Mengetahui potensi dan persebaran penduduk. Untuk pendataan dan pengembangan jaringan transportasi. Untuk pendataan dan pengembangan pusat pertumbuhan dan pembangunan. d. Dalam Penataan Ruang. Peran GIS/SIG dalam penataan ruang wilayah, adalah sebagai alat : Manajemen database : retrieval informasi keruangan, query, pembuatan peta. Analisis dan Pemodelan Keruangan: analisis geoprocessing, pengukuran. Konektivitas, dan pembuatan buffer Keuntungan penggunaan GIS/SIG untuk penataan ruang, antara lain: Peningkatan analisis Komunikasi yang lebih baik dengan publik (user) Efisiensi dalam pengambilan informasi Pemanfaatan Kemampuan GIS/SIG dalam penataan ruang wilayah dan kota Fungsi penataan ruang wilayah dan kota mencakup 3 hal pokok: Administrasi Umum Pengendalian Pembangunan Perencanaan Strategis
Gambar 2.5 Ilustrasi Penggunaan SIG dalam Perencanaan Kota 3 Dimensi
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
II - 20
3 GAMBARAN UMUM DATABASE PERENCANAAN Gambaran umum database perencanaan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang (RTRW) Kabupaten Banyuwangi ini memuat tentang data yang disajikan dalam Sistem Informasi, baik dalam bentuk data dan informasi, foto, peta spasial maupun tabulasi. Pada dasarnya, Sistem Informasi RTRW Kabupaten Banyuwangi akan memuat rencana-rencana yang sudah terwujud sebelumnya di dalam dokumen strategis Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Dalam tahap penyusunan ini, rencana tata ruang yang disepakati untuk nantinya disajikan dalam konsul adalah Rencana Tata Ruang Wilayah 2011-2031. Bab ini akan membahas mengenai peta dan informasi yang dimuat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011-2031
3.1 LETAK GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF Kabupaten Banyuwangi terletak diantara 7043’ s/d 8046’ Lintang Selatan dan 113053’ s/d 114038’ Bujur Timur. Dengan batas wilayah sebagai berikut : Sebelah utara Sebelah timur Sebelah selatan Sebelah barat
: Kabupaten Situbondo, : Selat Bali, : Samudera Indonesia, : Kabupaten Jember dan Bondowoso.
Secara administratif Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 24 kecamatan, 28 kelurahan dan 189 desa. Untuk lebih lengkapnya mengenai data pembagian wilayah administrasi Kabupaten Banyuwangi ke dalam unit – unit wilayah yang lebih kecil dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3.1 Banyaknya Kelurahan/Desa, Dusun/Lingkungan RW dan RT Menurut Kecamatan, Tahun 2011 No
Kecamatan
1 1
2 Pesanggaran
2 3
Kelurahan/Desa
Lingkungan/Dusun
RW
RT
16
5 64
6 282
-
3 / 5
0
4 /
Siliragung
0
/
5
0
/
17
50
245
Bangorejo
0
/
7
0
/
22
96
381
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 1
4
Purwoharjo
0
/
8
0
/
29
107
519
5
Tegaldlimo
0
/
9
0
/
6
Muncar
0
/
10
0
/
26
57
400
28
195
753
7
Cluring
0
/
9
0
/
33
153
522
8
Gambiran
0
/
6
0
/
25
90
394
9
Tegalsari
0
/
6
0
/
17
64
318
10
Glenmore
0
11
Kalibaru
0
/
7
0
/
38
153
469
/
6
0
/
23
109
439
12
Genteng
0
/
5
0
/
29
132
553
13
Srono
0
/
10
0
/
40
145
551
14
Rogojampi
0
/
18
0
/
84
252
759
15
Kabat
0
16
0
/
60
213
526
16
Singojuruh
0
/
11
0
/
52
124
363
17
Sempu
0
/
7
0
/
33
130
547
18
Songgon
0
/
9
0
/
50
120
391
19
Glagah
2
/
8
8
/
29
84
305
20
Licin
0
/
8
0
/
37
83
269
21
Banyuwangi
18
/
0
48
/
0
151
540
22
Giri
4
/
2
17
/
13
51
151
23
Kalipuro
4
/
5
14
/
19
111
383
24
Wongsorejo Jumlah 2011 2010 2009
0 28 28 28
/ / / /
12 189 189 189
0 87 87 80
/ / / /
31 751 751 736
105 2.839 2.839 2.775
509 10.569 10.569 10.177
Sumber : Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2012
Gambar 3.1 Peta Administratif Sumber : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011-2031 Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang D O K U M E N Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
LAPORAN AKHIR
III - 2
3.2 KONDISI GEOGRAFI 3.2.1 TOPOGRAFI Kabupaten Banyuwangi terletak dalam beberapa ketinggian sebagai berikut:
0-50 meter diatas permukaan laut (mdpl) : merupakan wilayah dengan dataran rendah, ataupun wilayah yang berada di sekitar kawasan pantai. Wilayah yang berada pada ketinggian tersebut meliputi sebagian dari Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Giri, Banyuwangi, Kabat, Rogojampi, Muncar, Purwoharjo, Tegaldlimo, Bangorejo, Siliragung, Pesanggaran.
50-100 meter diatas permukaan laut (mdpl) meliputi sebagian dari Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Giri, Glagah, Licin, Kabat, Rogojampi, Srono, Cluring, Purwoharjo, Bangorejo, Siliragung dan Pesanggaran. 100-500 meter diatas permukaan laut (mdpl), meliputi sebagian dari Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Giri, Glagah Licin, Kabat, Cluring, Singojuruh, Rogojampi, Genteng, Sempu, Songgon, Glenmore, Kalibaru, Tegaldlimo, Siliragung, Pesanggaran, Bangorejo, Purwoharjo, Gambiran, Tegalsari.
500-1000 meter diatas permukaan laut (mdpl) merupakan wilayah berbukit yang meliputi sebagian Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Glagah, Licin, Songgon, Sempu, Glenmore, Kalibaru, Siliragung, Pesanggaran. 1000-2000 meter diatas permukaan laut (mdpl) merupakan daerah pegunungan terletak di sebagian Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Licin, Songgon, Glenmore, dan Kalibaru. >2000 meter diatas permukaan laut (mdpl) meliputi sebagian Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Licin, Songgon, Glenmore dan Kalibaru.
Gambar 3.2 Peta Topografi Sumber : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011-2031 Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 3
3.2.2 KEMIRINGAN LAHAN Kemiringan lahan di Kabupaten Banyuwangi dibagi dalam 6 (enam) kelompok, yaitu:
0 - 2 %, merupakan daerah dataran aluvial sungai dan pantai. Penyebarannya meliputi Kecamatan Banyuwangi, Giri, Rogojampi, Muncar, Kabat, Singojuruh, Genteng, Gambiran, Srono, Cluring, Tegalsari, Wongsorejo, Kalipuro, Sempu, Kalibaru, Licin, Glagah, Songgon, Glenmore, Siliragung, Pesanggaran, Bangorejo, Purwoharjo dan Tegaldlimo.
2 - 8 %, merupakan daerah dataran aluvial sungai dan pantai. Penyebarannya meliputi Kecamatan Banyuwangi, Giri, Rogojampi, Kabat, Singojuruh, Genteng, Gambiran, Srono, Tegalsari, Wongsorejo, Kalipuro, Sempu, Kalibaru, Licin, Glagah, Songgon, Glenmore, Siliragung, Pesanggaran, Bangorejo, Purwoharjo dan Tegaldlimo.
8 – 15 %, mempunyai bentuk medan landai (perbukitan berelief halus) dengan tingkat erosi rendah. Penyebarannya meliputi Kecamatan Kabat, Wongsorejo, Kalipuro, Kalibaru, Licin, Glagah, Songgon, Glenmore, Siliragung, Pesanggaran, Bangorejo, Purwoharjo dan Tegaldlimo.
15 – 25 %, mempunyai bentuk medan agak terjal dengan tingkat erosi rendah. Penyebarannya meliputi Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Kalibaru, Licin, Glagah, Songgon, Glenmore, Siliragung, Pesanggaran, Bangorejo, Purwoharjo dan Tegaldlimo.
25 – 40 %, mempunyai bentuk medan agak terjal dengan tingkat erosi menengah. Penyebarannya meliputi Kecamatan Kabat, Wongsorejo, Kalipuro, Kalibaru, Licin, Glagah, Songgon, Glenmore, Siliragung, Pesanggaran, Bangorejo, Kabat, Sempu dan Tegaldlimo.
> 40 %, mempunyai bentuk medan sangat terjal (perbukitan berelief kasar) dengan tingkat erosi sedang hingga tinggi. Penyebarannya meliputi Kecamatan Kabat, Wongsorejo, Kalipuro, Kalibaru, Licin, Glagah, Songgon, Glenmore, Siliragung, Pesanggaran, Bangorejo, dan Tegaldlimo.
Untuk lebih jelasnya kemiringan lahan di Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan Gambar 3.3 Tabel 3.2 Luas Wilayah Kecamatan Menurut Kemiringan (%) Tahun 2011 No
Kecamatan
Kelerengan
Jumlah
0-2%
2-8%
8-15%
15-25%
25-40%
>40%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
Pesanggaran
15.857,53
2.524,44
8.216,29
17.163,09
7.966,70
126,19
51.854,24
2
Siliragung
22,74
4.373,63
2.554,93
508,96
1.174,09
374,47
9.008,82
3
Bangorejo
9.021,07
1.820,60
1.097,37
372,80
569,84
54,90
12.936,58
4
Purwoharjo
10.156,90
1.231,68
418,65
157,11
-
-
11.964,34
5
Tegaldlimo
21.693,84
6.225,78
24.656,44
1.562,21
1.725,83
295,45
56.159,55
6
Muncar
8.095,10
-
-
-
-
-
8.095,10
7
Cluring
6.523,70
-
-
-
-
-
6.523,70
8
Gambiran
3.400,34
11,52
-
-
-
-
3.411,86
9
Tegalsari
6.155,14
20,85
-
-
-
-
6.175,99
10
Glenmore
6.733,84
12.115,55
4.842,35
1.958,36
5.987,51
293,75
31.931,36
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 4
11
Kalibaru
2.370,26
5.695,99
4.866,54
526,14
5.157,37
12,34
18.628,64
12
Genteng
3.883,51
1.264,28
-
-
-
-
5.147,79
13
Srono
6.803,23
180,56
-
-
-
-
6.983,79
14
Rogojampi
7.023,85
313,36
-
-
-
-
7.337,21
15
Kabat
3.629,41
3.585,86
706,04
-
1,45
-
7.922,76
16
Singojuruh
3.131,87
1.013,07
-
-
-
-
4.144,94
17
Sempu
2.533,81
6.549,96
-
-
322,57
-
9.406,34
18
Songgon
1.199,10
6.991,59
4.499,88
615,93
5.541,60
778,90
19.627,00
19
Glagah
18,34
3.527,87
2.060,86
410,54
947,04
302,05
7.266,70
20
Licin
4.900,49
780,13
2.539,10
5.303,95
2.461,97
39,00
16.024,64
21
Banyuwangi
2.051,65
482,09
-
-
-
-
2.533,74
22
Giri
1,97
1.612,21
-
-
-
-
1.614,18
23
Kalipuro
1.135,23
7.955,44
7.240,11
1.920,40
1.025,46
511,36
19.788,00
24
Wongsorejo
5.538,85
14.176,48
3.441,68
3.057,39
7.145,88
704,67
34.064,95
131.881,77
82.452,94
67.140,24
33.556,88
40.027,31
3.493,08
358.552,22
Jumlah 2011
Sumber : Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2012
Gambar 3.3 Peta Kemiringan Lereng Sumber : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011-2031
3.2.3 GEOLOGI Jenis batuan di Kabupaten Banyuwangi dikelompokkan dalam beberapa bagian sebagai berikut :
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 5
a. Endapan Permukaan Q1
Batu Gamping Terumbu : batu gamping terumbu, tuf dan aglomerat Batuan ini diduga berumur holosen berdasarkan hubungannya yang menjemari dengan batuan hasil erupsi Gunung Api Merapi. Sebaran batuan ini adalah terletak di pantai timur bagian utara meliputi daerah Watudodol, Bangsring dan Selogiri.
QA
Aluvium : Kerakal, kerikil, pasir, lanau dan lempung yang merupakan endapan pantai. Bahan-bahannya berasal dari batuan yang lebih tua, berupa batuan gunung api, andesit dan basal, batuan sedimen dan pecahan koral serta cangkang. Banyak terdapat di bagian timur dan selatan Kabupaten Banyuwangi.
b. Batuan Sedimen
TMP
Formasi Punung : Batu gamping terumbu, batu gamping tufan dan napalan Adanya struktur nendatan dan lipatan pada formasi ini menunjukkan bahwa satuan ini terbentuk dalam lingkungan berlereng (slope). Sebaran formasi ini terdapat di Semenanjung Sembulungan yang membentuk formasi Kras.
Qpvk Formasi Kalibaru : Breksi lahar, konglomerat, batu pasir tufan dan tuf Dari batuan dan struktur sedimen yang ada, satuan ini diduga diendapkan pada lingkungan darat, jauh dari sumbernya, sebagai endapan lahar dari Gunung Api Ijen Tertua, dan berumur Plistosen Tengah. Formasi ini terdapat di Kecamatan Kalibaru dengan ketebalan 80 m. Tmj
Formasi Jaten : Batupasir, batupasir konglomeratan, batupasir tufan, batupasir gampingan, batulempung, tuf dan batugamping tufan Formasi ini tebalnya sekitar 50 m, menempati daerah sempit sebelah utara Grajakan.
Tmw
Formasi Wuni : terdiri atas breksi gunungapi, konglomerat, batupasir tufan, tuf, napal dan batugamping tufan Secara stratigrafi formasi batuampar dan menindih selaras formasi jaten, sehingga umurnya ditafsirkan miosen tengah bagian tengah dengan lingkugan pengendapan laut dangkal. Formasi ini tersingkap di Curah Suren dan sedikit di sebelah timur Teluk Grajakan, tebalnya sekitar 200 m.
c. Batuan Gunung Api Tomb Formasi Batuampar Penyebaran formasi ini terdapat disebelah barat daya meliputi, Gunung Lembu, Gunung Lampong dan Gunung Genteng. Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 6
Qpvi Batuan Gunung Api Ijen Tua ; breksi gungnungapi, breksi batuapung dan tuf Berupa Breksi gunungapi, breksi batu apung dan tuf. Batuan ini merupakan hasil erupsi Gunungapi Ijen tertua dan Ijen tua. Sebaran batuan ini terdapat di bagian utara meliputi G, Malang, G. Kendeng, G. Ringgit, G. Paweneng, G. Balu dan G. Kukusa. Pada umumnya batuan ini tertutup oleh hutan tropika Qhv
Batuan Gunung Api Raung Suket dan Pendil : breksi gunungapi, lava dan tuf yang berasal dari beberpa sumber erupsi yaitu G. Raung, G. Suket dan G. Pendil. Batuan ini bersumber dari G. Suket, G. Raung dan G. Pendil, yang masih terlihat berbentuk kerucut dengan kepundannya. Ketiga gunungapi tersebut pada awal kegiatannya bersamaan dengan gunungapi ijen tua. Pada umumnya batuan ini ditutupi oleh hutan tropika.
Qv (r,m) Batuan Gunung Api Merapi dan Rante Batuan ini bersumber dari G. Merapi dan kerucut parasitnya G. Rante yang masih ada kawahnya. Kedua gunung ini diduga giat pada bekas kawah Gunungapi Ijen tua, dan pada umumnya ditutupi oleh hutan tropika. Qhv
Batuan Gunung Api Ijen Muda: Berup tuf, breksi gunungapi, lava dan belerang Tuf, putih kelabu muda, halus, mudah diremas, berlapis tidak teratur. Breksi gunungapi, kelabu, kekuningan, berukuran kerikil sampai bongkah, komponennya basal-andesit menyudut tanggung membundar terpilah buruk dengan massa dasar tuf. Lava terdiri dari andesit-basal, scoria, kelabu, porfiritik. Belerang, kuning, murni tersebar di kawah Gunung Ijen. Batuan ini bersumber dari gunungapi Pajungan, yang masih terlihat kawahnya dan bentuk kerucutnya. Gunung api Ijen Muda giat dan muncul di dalam Kaldera Ijen Tua, sedangkan gunungapi pujanganmerupakan parasit lereng dari Gunungapi Raung.
Qhvr Batuan Gunungapi Raung : breksi gunung api dan tuf Breksi gunungapi, berwarna coklat, lapuk, berkomponen andesit, batuapung dan basal, berbutir lapili sampai bom, menyudut tanggung, kemas terbuka dan massa dasar tuf kasar. Tuf berwarna kekuningan, berbutir halus sedang, agak lapuk. Umurnya diduga holosen. Batuan ini bersumber dari Gunung Raung yang terletak di Lembar Banyuwangi. d. Batuan Terobosan Tmi (g) Granodiorit dan Dasit Granodiorit, putih-kelabu, massif, holokristalin, berkristal sedang kasar, umumnya telah berubah dan dibeberapa tempat Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 7
bestruktur kekar berlembar. Komposisi mineralnya terdiri dari kuarsa, plagioklas, feldspar, hornblende, mineral bijih dan mineral ubahan. Tersingkap di daerah sebelah barat Gunung Lembu. Tmi (a) Andesit, Andesit Profir Andesit profir, kelabu kehijauan, massif, porfiritik, dengan fenokris hornblende, feldspar, mineral mafik; dalam massadasar feldspar, dijumpai mineral ubahan klorit, kalsit dan serisit.
Gambar 3.4 Peta Geologi Batuan Sumber : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011-2031
3.2.4 JENIS TANAH Terdapat 17 jenis tanah di Kabupaten Banyuwangi yaitu Aluvial Coklat Kemerahan, Aluvial Hidromorf, Andosol Coklat Kekuningan, Assosiasi Aluvial Kelabu dan Aluvial Coklat Kekelabuan, Assosiasi Andosol Coklat Kekuningan dan Regosol Coklat Kekuningan, Asosiaso Latosol Coklat dan Regosol Kelabu, Grumosol Hitam, Grumosol Kelabu, Kompleks Latosol Coklat Kekuningan dan Litosol, Kompleks Latosol Coklat Kemerahan dan Litosol, Kompleks Mediteran Coklat dan Litosol, Kompleks Mediteran Merah dan litosol, Kompleks Regosol Kelabu dan Litosol, Kompleks Brown Forest Soil, Litosol dan Mediteran, Latosol Coklat Kemerahan, Regosol Coklat, Regosol Kelabu. Dari beberapa jenis tanah tersebut, jenis tanah di Kabupaten Banyuwangi dikelompokkan dalam beberapa kelompok berikut : 1.
Alluvial a. Bahan induk : alluvial dari aneka macam asal
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 8
b. Sifat dan Corak :
warna: kelabu; tekstur : liat; keasaman : aneka; zat organik : kadar lemah; kejenuhan : sedang hingga tinggi permeabilitas : rendah kepekaan erosi : tinggi, tetapi karena daerahnya datar tidak sampai lanjut tingkatnya Pemakaian : padi sawah, palawija dan perikanan
2. Andosol a. Bahan induk : abu dan tuf vulkan b. Sifat dan Corak :
warna: hitam hingga kuning tekstur : lempung hingga debu, liat menurun keasaman : agak masam hingga netral zat organik : lemah Kejenuhan : basa Permeabilitas : sedang Kepekaan erosi : besar Pemakaian : sayuran, bunga-bungaan, teh , kopi, hutan pinus
3. Latosol a. Bahan induk : tuf vulkan, bahan vulkan b. Sifat dan Corak :
warna: merah hingga kuning tekstur : liat tetap dari atas hingga ke bawah keasaman : masam hingga agak masam zat organik : kadar rendah hinga agak sedang di lapisan atas, menurun ke bawah Kejenuhan : basa rendah hingga sedang Permeabilitas : tinggi Kepekaan erosi : kecil Pemakaian : padi sawah, jagung, umbian, kelapa, coklat, cengkeh, kopi maupun hutan tropika
4. Umusol a. Bahan induk : merjel, liat, tuf vulkan b. Sifat dan Corak :
warna: kelabu hingga hitam tekstur : liat makin ke bawah makin meningkat keasaman : sedikit asam hingga alkalin zat organik : kadar rendah kejenuhan : basa tinggi permeabilitas : rendah kepekaan erosi : besar
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 9
pemakaian : padi sawah, jagung, kedele, tebu, kapas dan hutan jati
5. Regosol a. Bahan induk : alluvial dari aneka macam asal b. Sifat dan Corak :
warna: kelabu hingga kuning tekstur : pasir, kadar liat <40%; keasaman : aneka; zat organik : kadar rendah Kejenuhan : aneka Permeabilitas : tinggi Kepekaan erosi : tinggi Pemakaian : padi sawah, palawija, tebu, sayuran
6. Mediteran Merah a. Bahan induk : batu kapur keras, batuan sedimen dan tuf vulkan basa b. Sifat dan Corak :
warna: kuning hingga merah tekstur : lempung liat keasaman : agak masam hingga netral zat organik : rendah Kejenuhan : basa tinggi Permeabilitas : sedang Kepekaan erosi : besar hingga sedang Pemakaian : padi sawah, tegalan, rumput ternak
7. Litosol a. Bahan induk : batuan beku, batuan sedimen keras b. Sifat dan Corak :
warna: aneka tekstur : aneka umumnya berpasir keasaman : aneka zat organik : aneka Kejenuhan basa : aneka Permeabilitas : aneka Kepekaan erosi : besar Pemakaian : tanaman keras, rumput, palawija
8. Brown Forest Soil a. Bahan induk : batu kapur (karang/sedimen) b. Sifat dan Corak :
warna: coklat hingga kelabu tekstur : liat hingga lempung keasaman : agak asam dilapisan atas makin alkalis dilapisan bawah zat organik : rendah (< 3%)
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 10
Kejenuhan : basa tinggi Permeabilitas : sedang Kepekaan erosi : besar Pemakaian : hutan jati, ilalang, pekapuran.
Gambar 3.5 Peta Jenis Tanah Sumber : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011-2031
3.2.5 KEDALAMAN EFEKTIF TANAH Kedalaman efektif tanah menggambarkan ketebalan tanah dan sejauh mana akar tanaman dapat berkembang. Besarnya diukur dari permukaan tanah sampai dengan lapisan di mana akar tanaman tidak dapat lagi menembusnya. Lapisan tersebut biasanya berupa penghalang fisik yang berupa batuan atau lapisan kedap akar. Pada keadaan tertentu lapisan tersebut dapat berupa suatu lapisan yang secara kimia mengandung racun yang mematikan akar tanaman. Kedalaman efektif tanah untuk Kabupaten Banyuwangi dibagai menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu : a. >90 cm, tersebar pada seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Banyuwangi Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 11
b. 60 – 90 cm, tersebar di Kecamatan Tegaldlimo, Bangorejo, Kalipuro dan Wongsorejo c. 30-60 cm, tersebar di Kecamatan Tegaldlimo yakni di sekitar di Tanjung Sembulungan d. < 30 cm, berada di Kecamatan Wongsorejo
Gambar 3.6 Peta Kedalaman Efektif Tanah Sumber : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011-2031
Kedalaman efektif tanah di Kabupaten Banyuwangi lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Jenis dan Luas Kedalaman Efektif Tanah Per Kecamatan Kabupaten Banyuwangi
Kedalaman Efektif Tanah (Ha) Luas Total (Ha) 90 cm Keatas 60-90 cm 30-60 cm < 30 cm 1 Pesanggaran 80,271.00 0.00 0.00 0.00 80,271.00 2 Bangorejo 9,992.54 3,750.46 0.00 0.00 13,743.00 3 Purwoharjo 20,030.00 0.00 0.00 0.00 20,030.00 4 Tegaldlimo 38,987.89 93,229.33 1,930.78 0.00 134,148.00 5 Muncar 14,607.00 0.00 0.00 0.00 14,607.00 6 Cluring 9,744.00 0.00 0.00 0.00 9,744.00 Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang D O K U M E N Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 No
Kecamatan
LAPORAN AKHIR
III - 12
Kedalaman Efektif Tanah (Ha) Luas Total (Ha) 90 cm Keatas 60-90 cm 30-60 cm < 30 cm 7 Gambiran 6,690.00 0.00 0.00 0.00 6,690.00 8 Glenmore 42,198.00 0.00 0.00 0.00 42,198.00 9 Kalibaru 40,676.00 0.00 0.00 0.00 40,676.00 10 Genteng 8,234.00 0.00 0.00 0.00 8,234.00 11 Srono 10,077.00 0.00 0.00 0.00 10,077.00 12 Rogojampi 10,233.00 0.00 0.00 0.00 10,233.00 13 Kabat 10,748.00 0.00 0.00 0.00 10,748.00 14 Singojuruh 5,989.00 0.00 0.00 0.00 5,989.00 15 Sempu 17,483.00 0.00 0.00 0.00 17,483.00 16 Songgon 30,184.00 0.00 0.00 0.00 30,184.00 17 Glagah 8,519.00 0.00 0.00 0.00 8,519.00 18 Banyuwangi 3,013.00 0.00 0.00 0.00 3,013.00 19 Giri 2,131.00 0.00 0.00 0.00 2,131.00 20 Kalipuro 26,831.20 4,171.80 0.00 0.00 31,003.00 21 Wongsorejo 27,202.18 8,161.69 0.00 11,116.13 46,480.00 22 Tegalsari 6,500.00 0.00 0.00 0.00 6,500.00 23 Licin 16,034.00 0.00 0.00 0.00 16,034.00 24 Siliragung 9,515.00 0.00 0.00 0.00 9,515.00 Jumlah 455,889.80 109,313.28 1,930.78 11,116.13 578,250.00 Sumber : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009-2029 No
Kecamatan
3.2.6 TEKSTUR TANAH Tekstur tanah adalah kasar halusnya bahan padat organik tanah berdasarkan perbandingan fraksi pasir, lempung debu dan air. Tekstur ini akan berpengaruh terhadap pengolahan tanah dan pertumbuhan tanaman terutama dalam mengatur kandungan udara dalam rongga tanah dan persediaan serta kecepatan peresapan air di tanah tersebut. Berdasarkan teksturnya, tanah di Kabupaten Banyuwangi dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu : 1. Halus (liat) tersebar di Kecamatan Tegaldlimo, Purwoharjo, Bangorejo, sebagian Genteng, Siliragung, Cluring dan Muncar. 2. Sedang (lempung) tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi kecuali Kecamatan Tegaldlimo dan Purwoharjo 3. Kasar (pasir) hanya terdapat di sebagian kecil wilayah kabupaten Banyuwangi, tepatnya di wilayah pantai selatan di Kecamatan Purwoharjo dan tegaldlimo. Data tekstur tanah di Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4. Jenis dan Luas Tekstur Tanah Per Kecamatan Kabupaten Banyuwangi
No
Kecamatan
1 2 3 4
Pesanggaran Bangorejo Purwoharjo Tegaldlimo
Halus (Liat) 15.4 8,388.1 18,592.1 133,446.0
Tekstur Tanah (Ha) Sedang (Lempung) 80,255.6 5,354.9 216.9 267.4
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
Kasar (Pasir) 0.0 0.0 1,221.1 434.6
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
Luas Total (Ha) 80,271.0 13,743.0 20,030.0 134,148.0
III - 13
Tekstur Tanah (Ha) Luas Total (Ha) Halus (Liat) Sedang (Lempung) Kasar (Pasir) 5 Muncar 30.5 14,576.5 0.0 14,607.0 6 Cluring 3,540.7 6,203.3 0.0 9,744.0 7 Gambiran 945.4 5,744.6 0.0 6,690.0 8 Glenmore 42,198.0 0.0 0.0 42,198.0 9 Kalibaru 40,676.0 0.0 0.0 40,676.0 10 Genteng 8,234.0 0.0 0.0 8,234.0 11 Srono 10,077.0 0.0 0.0 10,077.0 12 Rogojampi 10,233.0 0.0 0.0 10,233.0 13 Kabat 10,748.0 0.0 0.0 10,748.0 14 Singojuruh 5,989.0 0.0 0.0 5,989.0 15 Sempu 17,483.0 0.0 0.0 17,483.0 16 Songgon 30,184.0 0.0 0.0 30,184.0 17 Glagah 8,519.0 0.0 0.0 8,519.0 18 Banyuwangi 3,013.0 0.0 0.0 3,013.0 19 Giri 2,131.0 0.0 0.0 2,131.0 20 Kalipuro 31,003.0 0.0 0.0 31,003.0 21 Wongsorejo 46,480.0 0.0 0.0 46,480.0 22 Tegalsari 22.5 6,477.5 0.0 6,500.0 23 Licin 16,034.0 0.0 0.0 16,034.0 24 Siliragung 2,839.3 6,675.7 0.0 9,515.0 Jumlah 450,822.1 125,772.3 1,655.6 578,250.0 Sumber : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 20092029 No
Kecamatan
Gambar 3.7 Peta Tekstur Tanah Sumber : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011-2031
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 14
3.2.7 KLIMATOLOGI Sepanjang tahun 2011 rata-rata kelembaban udara di Kabupa-ten Banyuwangi diperkirakan mencapai 82 persen. Kelembaban terendah terjadi pada bulan Desember dengan rata-rata kelembaban udara sebesar 78 persen. Sebaliknya kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Januari dan April dengan besaran 85 persen. Adapun rata-rata curah hujan selama tahun 2011 adalah 24,8 mm sampai 181,6 mm terjadi pada bulan Januari sampai dengan Juni. Sedang bulan Juli sampai dengan Desember angkanya mencapai 4,0 mm sampai 195,5 mm. Indikasinya dalam semester pertama pada tahun 2011, memiliki hari hujan relatif lebih banyak yang diikuti dengan curah hujan yang lebih besar pula. Sedang pada semester kedua pada tahun 2011, dengan hari hujan yang lebih sedikit serta diikuti dengan curah hujan yang lebih rendah. Selain kelembaban, hari hujan dan curah hujan yang biasanya digunakan untuk mengidentifikasi keadaan iklim, rata-rata suhu udara juga kerap kali digunakan sebagai ukuran atau tingkat kedinginan suatu daerah. Intepretasinya semakin mendekati angka nol maka daerah tersebut akan semakin dingin, demikian pula sebaliknya. Selama tahun 2011 rata-rata suhu udara terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 25,7 derajat celcius. Sedang tertinggi pada bulan Desember sebesar 28,2 derajat celcius. Sedang bulan-bulan lain angka rata-rata suhu udara yang terjadi sekitar 26 derajat celcius. Sebuah angka dalam ukuran atau tingkat kedinginan suatu wila-yah yang sangat ideal. Artinya dalam ratarata, bukan berarti setiap wilayah dengan suhu udara yang sama. Gambar 3.2 Rata-rata Suhu Udara (Derajat Celcius) Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011 28.5
28.2
28 27.4
27.5
27.3
27.7
27.3
27 26.5
26.9
27.0 26.1
26
25.7
25.8
25.5
26.4
26.3
25 24.5 24
Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2012 Tabel 3.5
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 15
Rata-Rata Curah Hujan (mm3) Menurut Kecamatan dan Bulan Tahun 2011 No
Kecamatan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Juli
Agst
Sept
Okt
Nop
Des
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
Pesanggaran
16
2
Siliragung
3
Bangorejo
4
22
21
16
31
20
8
10
21
22
41
18
20
17
21
Purwoharjo
14
17
18
24
16
5
Tegaldlimo
14
11
25
18
6
Muncar
25
27
17
32
7
Cluring
14
4
5
8
Gambiran
29
25
9
Tegalsari
19
10
10
Glenmore
19
10
Kalibaru
12
Genteng
13
Srono
14
Rogojampi
15
Kabat
16
Singojuruh
17
Sempu
18 19
-
-
-
-
6
-
17
-
-
-
-
25
8
-
-
-
-
12
-
22
10
-
-
-
20
-
-
21
16
10
-
-
-
34
2
-
-
-
-
-
26
10
12
2
17
1
-
-
-
15
-
-
1
14
28
18
26
10
-
19
15
15
-
-
-
-
25
36
17
1
4
-
6
12
26
3
19
1
-
6
16
-
-
10
1
16
14
27
19
35
4
-
-
22
19
19
13
23
5
11
-
-
-
-
16
12
22
12
25
15
17
13
7
-
-
-
13
7
14
19
28
28
13
15
2
25
2
9
2
22
26
8
8
13
10
9
3
-
-
-
2
9
-
16
22
40
23
14
21
9
-
19
1
23
22
31
25
20
17
17
12
-
-
4
-
-
19
Songgon
22
22
30
35
26
25
24
7
16
10
32
30
Glagah
14
12
7
13
7
6
-
2
1
1
12
-
20
Licin
11
8
19
21
9
10
-
-
4
-
7
-
21
Banyuwangi
22
Giri
23
Kalipuro
24
Wongsorejo
9
7
11
13
12
4
7
-
-
10
11
21
31
21
2
33
38
53
14
-
12
16
18
19
7
10
8
7
5
2
8
-
4
8
15
11
12
17
16
16
20
16
18
-
-
-
9
10
Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2012
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 16
Gambar 3.8 Peta Curah Hujan Sumber : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011-2031
3.2.8 HIDROLOGI Di kabupaten Banyuwangi terdapat beberapa sungai besar dan sungai kecil. Adapun nama – nama sungai dan panjang sungai dapat dikemukakan pada Tabel 3.6 berikut : Tabel 3.6 Nama Sungai dan Panjang Sungai di Kabupaten Banyuwangi
No 1 2 3 4 5
Kecamatan Kali Selogiri Kali Ketapang Kali Sukowidi Kali Bendo Kali Ketapang
Panjang ± 6.173 km ± 10.260 km ± 15.826 km ±15.826 km ± 10.260 km
6
Kali Sobo
± 13.818 km
7 8 9 10 11
Kali Pakis Kali Tambong Kali Binau Kali Bomo Kali Bajulmati
± 7.043 km ± 24.347 km ± 21.279 km ± 7.417 km ± 20 km
12 Kali Setail
± 73.35 km
13 Kali Probolinggo ± 30,7 km 14 Kali Barumanis
± 18 km
15 Kali Wagud
± 44,6 km
16
Kali Karangtambak
± 25 km
Lokasi Yang Dilalui Kec.Giri Kec.Giri Kec.Giri Kec.Glagah Kec.Giri Kec.Glagah dan Banyuwangi Kec.Banyuwangi Kec.Glagah dan Kabat Kec.Rogojampi Kec.Rogojampi Kec.Wongsorejo Kec.Gambiran, Purwoharjo, Muncar, dan Genteng Kec.Genteng Kec.Kalibaru dan Glenmore Kec.Genteng, Cluring, dan Muncar Kec.Pesanggaran
Kec.Bangorejo dan Pesanggaran Kec.Kalibaru dan 18 Kali Baru ± 80.7 km Pesanggaran Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2012 17 Kali Bargi
± 18 km
Keberadaan air bawah tanah dapat dijumpai pada zona-zona antiklin, perselingan antara lapisan batuan permeabel dan impermeabel, maupun pada takik-takik lereng. Tipe dan karakterisrtik akifer dan air bawah tanah Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut : A. Akifer dengan aliran melalui ruang antar butir Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 17
Akifer dengan keterusan sangat tinggi, muka air tanah atau tinggi pisometri air tanah dekat atau di atas permukaan tanah, sering dijumpai sumber mata air, debit sumur umumnya >20 lt/dt. Potensi air bawah tanah sangat tinggi.
Akifer dengan keterusan tinggi, muka air tanah atau tinggi pisometri air tanah dekat atau di atas permukaan air tanah, kadang-kadang dijumpai sumber mata air, debit sumur umumnya 15-20 lt/dt. Potensi air bawah tanah tinggi.
Akifer sdengan keterusan sedang sampai agak tinggi, muka air tanah beragamdari dekat permukaan tanah sampai kedalaman 10 m, debit sumur umumnya 10-15 lt/dt. Potensi air bawah tanah agak tinggi.
Akifer dengan keterusan sedang, muka air tanah beragam dari dekat permukaan tanah sampai kedalaman lenbih dari 10 m, debit sumur umumnya 5-10 lt/dt. Potensi air bawah tanah sedang.
Akifer dengan keterusan sedang sampai agak rendah, muka air tanah lebih dari 10 m, debit sumur umumnya kurang dari 5 lt/dt. Potensi air bawah tanah agak rendah.
B. Akifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir
Akifer dengan keterusan tinggi, muka air tanah atau tinggi pisometri air tanah dekat atau di atas permukaan tanah, sering dijumpai sumber mata air, debit sumur umumnya 15-20 lt/dt. Potensi air bawah tanah tinggi.
Akifer dengan keterusan sedang sampai agak tinggi, muka air tanah beragam dari dekat permukaan tanah sampai kedalaman 10 m, kadang-kadang dijumpai sumber mata air, debit sumur umumnya 10-15 lt/dt. Potensi air bawah tanah agak tinggi.
Akifer dengan keterusan sedang, muka air tanah beragam dari dekat permukaan tanah sampai kedalaman lebih dari 10 m, debit sumur umumnya 5-10 lt/dt. Potensi air bawah tanah agak sedang.
Akifer dengan keterusan sedang sampai agak rendah, muka air tanah lebih dari 10 m, debit sumur umumnya kurang dari 5 lt/dt. Potensi air bawah tanah agak rendah.
Akifer dengan keterusan agak rendah sampai rendah, muka air tanah lebih dari 10 m, debit sumur umumnya kurang dari 5 lt/dt. Potensi air bawah tanah rendah
C. Akifer dengan aliran melalui ruang antar butir, rekahan dan saluran.
Akifer dengan keterusan sedang sampai agak tinggi, muka air tanah beragam dari dekat permukaan tanah sampai kedalaman 10 m, debit sumur umumnya 5-10 lt/dt. Potensi air bawah tanah agak tinggi.
Akifer dengan keterusan terbatas pada zona celahan, rekahan, saluran pelarutan, dan setempat-setempat pada endapan sisa pelarutan batuan, muka air tanah pada kedalaman lebih dari 10 m, debit sumur umumnya kurang dari 5 lt/dt. Potensi air bawah tanah sedang.
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 18
Akifer dengan keterusan terbatas pada zona celahan, rekahan dan saluran pelarutan, potensi air bawah tanah secara umum agak rendah, potensi air bawah tinggi dapat dijumpai pada sungai-sungai bawah tanah.
Akifer dengan keterusan terbatas pada zona celahan, rekahan dan saluran pelarutan, potensi air bawah tanah rendah,
D. Akifer bercelah atau sarang dan daerah air tanah langka
Akifer dengan keterusan sedang, air tanah dangkal dapat diperoleh pada daerah pengendapan material rombakan (koluvium), muka air tanah beragam dari dekat permukaan tanah sampai kedalaman lebih dari 10 m, debit sumur umumnya 5-10 lt/dt. Potensi air bawah tanah sedang.
Akifer dengan keterusan agak rendah, setempat air tanah dangkal dalam jumlah terbatas dapat diperoleh pada zona pelapukan batuan padu, debit sumur umumnya kurang dari 5 lt/dt. Potensi air bawah tanah agak rendah.
Akifer dengan keterusan rendah, setempat air tanah dangkal dalam jumlah terbatas dapat diperoleh pada zona pelapukan batuan padu. Potensi air bawah tanah rendah.
Daerah air tanah langka, potensi air bawah tanah sangat rendah.
Gambar 3.9 Peta Daerah Aliran Sungai Sumber : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011-2031
3.3 KONDISI SOSIAL BUDAYA 3.3.1 KEPENDUDUKAN Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 19
A. JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK Sampai dengan akhir tahun 2011 lalu penduduk Kabupaten Banyuwangi tercatat 1.614.482 menurut hasil registrasi oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Sedangkan hasil proyeksi jumlah penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 didapat bahwa jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi sebesar 1.564.833 jiwa. Untuk lebih jelas mengenai jumlah penduduk dapat dilihat pada Tabel 3.7. Tabel 3.7 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010 Luas Prosentase Kepadatan Jumlah No Kecamatan Wilayah thd. Luas Penduduk Penduduk (Km2) Kabupaten (Jiwa/km2) 1
2
3
1
Pesanggaran
803
14
48.677
61
2
Siliragung
95
2
44.639
469
3
Bangorejo
137
2
59.787
435
4
Purwoharjo
200
4
65.338
326
5
Tegaldlimo
1.341
23
61.530
46
6
Muncar
146
3
129.641
888
7
Cluring
97
2
70.459
723
8
Gambiran
67
1
58.738
880
9
Tegalsari
65
1
46.408
711
10
Glenmore
422
7
69.862
166
11
Kalibaru
407
7
61.525
151
12
Genteng
82
1
83.582
1015
13
Srono
101
2
87.703
870
14
Rogojampi
102
2
92.884
908
15
Kabat
107
2
67.515
628
16
Singojuruh
60
1
45.521
760
17
Sempu
175
3
71.678
410
18
Songgon
302
5
50.559
168
19
Glagah
77
1
34.167
445
20
Licin
169
3
28.029
166
21
Banyuwangi
30
1
106.600
3538
22
Giri
21
0
28.667
1345
23
Kalipuro
310
5
76.610
247
24
Wongsorejo
465
8
74.714
161
Jumlah 2011
4
5.782,50
2010
5.782,50
2009
5.782,50
5
100
6
1.564.833
271
100
1.556.078
100
1.587.403
269 275
Sumber : Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Kecamatan Muncar memiliki jumlah penduduk tertinggi di Kabupaten Banyuwangi, yaitu sekitar 129.641jiwa. Sedangkan kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan banyuwangi yaitu sekitar 3.538 jiwa/km2. Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 20
B. JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN Berdasarkan data profil Kabupaten Banyuwangi tahun 2007, penduduk Kabupaten Banyuwangi sebagian besar adalah petani sebanyak 371.056 jiwa (46,38%). Meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 358.879 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.8 Perkembangan Mata Pencaharian Penduduk
NO.
URAIAN SATUAN 2004 Pertanian, Kehutanan, 1. Orang 393.456 Perkebunan & Perikanan Pertambangan & Penggalian, 2. Orang 10.687 Listrik, Gas dan Air, Keuangan 3. Industri Pengolahan Orang 69.646 4. Bangunan Orang 39.866 Perdagangan besar, eceran, 5. Orang 137.992 Rumah Makan dan Hotel Angkutan, Pergudangan dan 6. Orang 26.111 Komunikasi 7. Jasa Kemasyarakatan Orang 113.922 8. Ketenaga Kerjaan : - Penduduk angkatan kerja usia Orang 804.764 15 th keatas - Setengah penganggur Orang 0 - Penganggur terbuka Orang 59.634 - Pemutusan Hub. Kerja Orang 25 - Rata-rata kebutuhan hidup Rp 358.417 layak - Rata – Rata UMK Rp. 356.000 Sumber : Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2012
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
2005
2006
2007
409.331
358.879
371.056
9.616
7.637
11.512
83.212 39.807
84.474 41.122
91.866 42.599
147.277
136.332
167.403
26.880
37.660
30.362
102.034
86.832
85.274
884.956
820.917
849.316
0 67.804 0
55.106 -
49.244 -
446.830
588.855
690.000
372.700
517.500
567.500
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 21
Gambar 3.10 Peta Kepadatan Penduduk Sumber : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011-2031
3.3.2 SOSIAL KEPENDUDUKAN Posisi Kabupaten Banyuwangi yang merupakan pintu gerbang Propinsi Jawa Timur di bagian Timur memancing berbagai etnis dan berbagai ragam kelompok masyarakat dari berbagai daerah untuk menetap di Kabupaten Banyuwangi. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan memperlihatkan bahwa tipologi etnis yang berkembang di Kabupaten Banyuwangi antara lain adalah Etnis Madura, Melayu, Cina, Arab, Bali, Jawa dan Osing. Dari beberapa etnis tersebut, etnis Madura, Jawa, Osing dan Arab dominan dibandingkan Bali, Cina dan melayu yang secara spesifik telah mampu membentuk komunitas tersendiri di Kabupaten Banyuwangi, misalnya Komunitas Madura menempati wilayah yang berdekatan dengan pantai karena mata pencaharian utama adalah nelayan dan petani seperti di Kecamatan Wongsorejo, sebagian kecil di Kecamatan Kalipuro dan Kecamatan Muncar. Komunitas Osing pada umumnya berada di Desa Kemiren Kecamatan Glagah yang berada pada kaki Pegunungan Ijen, komunitas Arab pada umunnya menempati wilayah yang berdekatan dengan pusat perdagangan, karena pada umumnya mata pencaharian komunitas Arab sebagai pedagang. Sedangkan komunitas Jawa pada umumnya tersebar secara merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Masyarakat Banyuwangi memiliki banyak budaya, adat istiadat maupun kesenian daerah. Adat istiadat yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi antara lain: 1. Upacara Adat
Upacara Petik Laut Upacara ”Petik Laut” merupakan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat nelayan Muncar sebagai ucapan rasa syukur kepada pencipta alam atas rizki yang dilimpahkan-Nya. saat ini, upacara petik laut masih dilakukan oleh masyarakat Muncar yang diadakan setiap tanggal 15 bulan Syuro berupa upacara pelarungan perahu kecil yang berisi berbagai sesaji ke laut yang diiringi oleh ratusan perahu nelayan ke Sembulungan.
Upacara Kebo-Keboan, merupakan upacara yang menggambarkan pernyataan rasa syukur dan terima kasih masyarakat di Desa Alas Malang kepada Tuhan YME atas keselamatan dan peningkatan hasil panen yang diperolehnya selama ini.
Gredoan
Upacara tradisi Ngarah Jodang, merupakan upacara tradisi pelepasan sesaji ke laut yang dilakukan pada saat bulan Maulud oleh masyarakat Desa Blimbingsari Kecamatan Rogojampi.
Seblang Bakungan
Seblang Olehsari
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 22
Tari Seblang yakni upacara bersih desa untuk menolak bala
2. Upacara Keagamaan
Kesenian tradisional Gedogan dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis peralatan yang kemudian dipukul-pukul sehingga menghasilkan bunyi-bunyian.
Siwalatri
Saraswati, upacara agama hindu yang merupakan persembahan kepada dewi saraswati, dewi kebijakan dan pengetahuan.
Mekiyis, upacara agama mekiyis dilaksanakan di Pura Agung Tawangalun di Pantai Pulau Merah, merupakan upacara adat agama Hindu yang dilaksanakan pada awal tahun Saka. Biasanya mereka mengorbankan dirinya ke laut, kemudian mereka melepaskan persembahan.
Pagerwesi, adalah upacara untuk menghormati senjata ampuh (jimat) yang dilakukan oleh masyarakat Hindu dan dipimpin oleh pendeta, orang yang terhormat dengan tujuan dapat hidup damai dan sejahtera, upacara ini untuk membersihkan buana alit dan buana agung, diadakan di Pura Trianggulasi Kecamatan Tegaldlimo.
Kuningan
Kebo-Keboan, adalah upacara yang menggambarkan rasa syukur dan terimakasih masyarakat Desa Alasmalang kepada Tuhan YME atas keselamatan dan meningkatkan hasil panen.
Gredoan
Seblang Bakungan
Upacara Rebo Wekasan, upacara keagamaan berupa syukuran yang dilakukan pada hari rabu oleh penduduk desa di Kelurahan Klatak dan Desa Cacalan untuk meminta kedamaian dan kesejahteraan kepad Tuhan YME.
3. Kesenian Daerah Kesenian tradisional yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi. diantaranya adalah sebagai berikut:
Gandrung, tari Gandrung menceritakan tentang keterpesonaan masyarakat Blambangan (Banyuwangi) kepada Dewi Sri yang membawa kesejahteraan bagi masyarakat, Ungkapan rasa syukur masyarakat setelah panen tersebut diwujudkan melalui tarian Gandrung.
Kuntulan, kesenian tradisional kuntulan, adalah kesenian yang nemenggunakan rebana sebagai instrumen pokok, dinamakan kuntulan karena penarinya terlihat serba putih seperti warna burung kuntul (bangau putih).
Bordah, kesenian bordah merupakan bentuk kesenian Islam dengan nama lain kasidatul bordah.
Angklung,
Barong,
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 23
Patrol, tradisi masyarakat dalam melakukan tugas kampung malam hari pada bulan puasa.
3.4 KONDISI PEREKONOMIAN WILAYAH PDRB Kabupaten Banyuwangi pada periode 2006-2010 terus meningkat meskipun perkembangannya fluktuatif setiap tahun. Sektor pertanian merupakan sektor yang menyumbang pemasukan PDRB paling besar yaitu sebesar 48,1% sedangkan pemasukan terbesar kedua adalah berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran (15,5 %). Tabel 3.9 Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) NO . 1 2 3 4 5 6
7
8 9
LAPANGAN USAHA PERTANIAN PERTAMBANGA N DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS dan AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGA N, HOTEL dan RESTORAN PENGANGKUTA N dan KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN dan JASA PERUSHN. JASA-JASA JUMLAH
Sumber
2006
2007
2008
2009
2010
6.363.942,86
7.360.119,37
8.601.211,85
9.758.800,80
10.286.265,67
547.487,89
616.225,67
711.029,49
816.872,65
987.524,97
777.675,82
877.448,54
1.019.477,32
1.159.951,41
1.498.247,89
80.490,37
85.419,36
93.204,04
103.298,19
72.922,56
34.198,05
38.969,79
46.977,30
53.396,87
153.691,80
3.572.191,53
4.076.643,36
4.826.237,17
5.454.827,45
6.633.865,54
469.590,35
524.132,40
611.424,63
676.384,26
709.807,64
840.250,91
937.567,09
1.060.524,83
1.169.127,49
1.397.351,27
883.936,83
995.039,81
1.164.395,32
1.296.468,31
1.527.134,17
13.569.764,61
15.511.565,39
18.134.481,95
20.489.127,43
23.266.811,50
: Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka 2011
Tabel 3.10 Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2000 Kabupaten Banyuwangi N O. 1 2 3 4 5 6
7
8
LAPANGAN USAHA PERTANIAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JS PERUSH.
2006
2007
2008
2009
2010
4.371.508,37
4.610.837,91
4.852.070,74
5.134.326,25
5.398.617,14
354.370,48
375.773,94
400.032,86
426.031,59
456.012,02
517.825,45
538.906,54
561.314,48
588.452,18
619.869,65
55.266,02
58.347,90
61.668,00
65.685,97
70.076,58
28.164,25
30.043,75
32.116,82
33.470,68
36.128,25
2.025.100,05
2.171.970,61
2.334.754,61
2.511.102,44
2.735.156,35
390.056,18
405.812,29
429.048,29
451.014,23
475.989,11
591.591,24
613.594,18
643.935,42
671.011,14
716.831,76
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 24
9
JASA-JASA JUMLAH
Sumber
482.045,10
503.778,56
530.111,77
558.234,84
590.374,94
8.815.927,14
9.309.065,68
9.845.052,99
10.439.329,32
11.099.055,81
: Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka 2011
3.5 PENGGUNAAN LAHAN Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten di Jawa Timur dengan luas wilayah terbesar yaitu 578.250 Ha dengan berbagai jenis penggunaan lahannya. Jenis penggunaan lahan di Kabupaten Banyuwangi meliputi : 1) lahan tidak terbangun : hutan, hutan bakau, tambak, padang rumput, pasir, perkebunan, sawah irgasi dan sawah tadah hujan, semak belukar, tanah berbatu. ladang, rawa dan tanggul pasir, 2) lahan terbangun umumnya berupa permukiman, fasilitas dan industri. Penggunaan lahan di Kabupaten Banyuwangi terbesar adalah untuk kawasan hutan yaitu sebesar 183.396,34 Ha dan Permukiman terbangun dengan luas 125.240,95 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.11.
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 25
Gambar 3.11 Peta Penggunaan Lahan Sumber : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011-2031 Tabel 3.11 Luas Penggunaan Tanah Kabupaten Banyuwangi
NO
URAIAN SATUAN 2004 2005 2006 Pemukiman/Terbang 1. Ha 125.240,95 125.240,95 un 2. Persawahan Ha 66.675,00 66.532,00 3. Kebun Campur Ha 2.161,10 2.161,10 4. Perkebunan Ha 79.644,21 79.644,21 5. Hutan Ha 183.396,34 183.396,34 6. Tambak / Kolam Ha 1.782,50 1.782,50 7. Tegalan Ha 16.215,33 16.215,33 Tanah Tandus / 8. Ha 338,00 338,00 Rusak 9. Lain – lain Ha 102.796,57 102.939,57 Jumlah Ha 578.250 578.250 578.250 Sumber : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi 2029
2007 125.240,95 66.531,00 2.161,10 79.644,21 183.396,34 1.782,50 16.215,33 338,00 102.938,57 578.250 Tahun 2009-
3.6 PARIWISATA Banyuwangi merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang memiliki potensi pariwisata yang sangat besar namun belum dikembangkan secara optimal. Dengan kondisi lingkungan alam yang strategis seperti memiliki wilayah pesisir dan dataran tinggi, membuat Kabupaten Banyuwangi memiliki pemandangan alam yang luar biasa untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata.
Kabupaten Banyuwangi memliki obyek wisata andalan yang dikenal sebagai Segitan Berlian atau Diamond Triangle. Segitiga Berlian ini menghubungkan Kawah Ijen, Pantai Plengkung serta Pantai Sukamade yang masing-masing memiliki daya tarik wisata tersendiri dan sudah terkenal di kalangan wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Obyek wisata di Kabupaten Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang D O K U M E N Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
LAPORAN AKHIR
III - 26
Banyuwangi berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi dibagi menjadi 5 kategori yaitu DTW (Daya Tarik Wisata) Alam, Perkebunan, Wisata Binaan, Wisata Religi, Wisata Budaya dan DTW Minat Khusus/ Buatan Manusia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
N o 1
Licin
2
Tegaldlimo
3
Kecamatan
Songgon
Tabel 3.12 Daya Tarik Wisata Kabupaten Banyuwangi Desa Daya Tarik Pengelola wisata Taman Sari Kawah Ijen BKSDA 1. (DTW Alam) Jember 2. 3.
Kalipait
Taman Nasional Alas Purwo (DTW Alam)
Perhutani Banyuwan gi Selatan
Kalipait
Gua Istana Taman Nasional Alas Purwo (Wisata Religi) Rowo Bayu (DTW Alam)
-
Bayu
Wisata Agro bayu Lor Songgon
4
Purwoharjo
Grajagan
Sumbersari
5
Pesanggara n
Sarongan
Air Terjun Lider (DTW Alam) Pantai grajagan (DTW Alam)
Hutan Mangrove Bedul (DTW Alam) Pantai Sukamade (DTW Wisata)
Perhutani Banyuwan gi Barat Hotel Ketapang Indah Perhutani Banyuwan gi Barat Perhutani Banyuwan gi Selatan
Desa
Taman Nasional Meru Betiri
Tempat Ibadah, Shelter, Camping Ground, 4. Kantin, 5. Pondok Wisata. 1. Camping Ground 2. Pondok Wisata 3. Hotel 4. Parkir 5. Kantin -
1. 2. 3. 1. 2.
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
O
K
Baik
Baik
Baik
1. Guest house 2. Camping ground 3. Menara Pandang 4. Mainan Anak-Anak 5. Kantin Perahu GundangGandung
Baik
1. 2.
Baik
Guest house Camping ground Pondok Wisata Penangkara n Penyu
-
D
Baik
Baik
3.
-
Mushola Toilet Shelter Penginapan Sarana Olah raga
Kondisi Prasarana Baik
-
4. Pantai
Fasilitas
U
baik
Baik
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 27
N o
Kecamatan
Desa
Sumberagun g 6
7
Kalipuro
Kalibaru
Ketapang
Perhutani Banyuwan gi Utara
1. Mainan Anak-Anak 2. Tempat Parkir 3. Kantin 1. Penginapan 2. Lapangan Tenis 3. Restoran 4. Angkutan 1. Penginapa n 2. Kopi Lanang 1. Shelter 2. toilet
Baik
1. 2. 3.
Baik
Ketapang
Wisata Agro Kaloselogiri (Perkebuna n) Air Terjun Tirto Kemanten (DTW Alam) Wisata Gro Margo Utomo (Perkebuna n)
PTP XII
Pulau Tabuhan (DTW Alam) Pantai Boom (DTW wisata) Makam Datuk Abdul Rohim Bautsir ( Wisata Religi) Hoo Tong bio Inggrisan Pantai Blimbingsari (DTW Wisata) Pemandian Pancoran (wisata Binaan) Pemandian Alam Indah Lestari (AIL) (Wisata Binaan) Kebo-
PemKab Banyuwan gi Perum Pelabuhan
Bangsring
9
Banyuwangi
Mandar
Lateng
Karang Rejo Kepatihan Blimbingsari
Rogojampi
Karangbendo
Aliyan
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
Kondisi Prasarana
1. 2.
PT. Wisata Irjen
Kalibaruweta n
Fasilitas
Desa
Wisata Agro Kaliklatak (Perkebuna n)
Wongsorejo
Rogojampi
Pengelola
Gombengsari
8
10
Daya Tarik wisata Rajegwesi Pulau Merah (DTW Wisata) Watu Dodol (DTW Wisata)
Desa
Margo utomo I
H. Abdul Kadir
Yayasan Tri Dharma Kodim 0825 Desa
Toilet Shelter
Baik
Hotel Restourant Pemerahan Susu 4. Kolam Renang 5. Wisata Kebun Diving dan Swimming 1. 2.
Baik
Baik
Baik
Baik
Sun Rise Terapi Kesehatan Tempat Ibadah
Baik
Tempat Ibadah
Baik
Kuliner Bakar
Baik Baik
Ikan
Baik
Moch. Anwar
1. 2. 3.
Parkir Souvenir Kantin
Baik
Michael
1. 2. 3.
Penginapan Kantin Toko Souvenir Playground
Baik
4. -
-
D
O
K
U
-
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 28
N o
11
Kecamatan
Kabat
Desa
Bunder
Macan Putih
12
Muncar
Kedungrejo
Tambakrejo
13
Glagah
Kampung Anyar
Daya Tarik wisata keboan (Wisata Budaya) Antogan Indah (DTW Alam) Situs Macan Putih (Wisata Religi) Pelabuhan Muncar (DTW Alam) Pemandian Sembilan Palm (DTW Binaan)
Umpak songo (Wisata Religi) Petik Laut (wisata Budaya) Wisata Agro Kalibendo (Perkebuna n)
Pengelola
Desa
1.
Desa
2. -
Desa
Kemiren
Olehsari
14
Glenmore
Kajarharjo
Karangharjo
Kondisi Prasarana
Pemandian Umum Kantin
Baik
Baik
Tempat Pelelangan Ikan
-
1. 2. 3. 4. 5.
Agro Mangga Play Ground Kantin Souvenir Tempat Parkir
Baik
Baik
PemKab Banyuwan gi
-
Baik
-
-
-
PT. Perkebuna n Kalibendo
1. 2. 3.
Tamansuruh
Fasilitas
Baik
Pemandian Tamansuruh (Wisata Binaan) Pemandian DWU (Wisata Binaan)
Iman
Barong Ider Bumi (Wisata Budaya) Seblang (Wisata Budaya) Wisata Agro Kendeng Lembu (Wisata Perkebunan ) Candi Gumuk Kancil
-
-
-
-
-
-
PTPN XIII
1. 2.
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
1.
Tempat Parkir Penginapa n Lapangan Olah Raga Tempat Parkir Suvenir Kantin Tempat Parkir Suvenir Kantin Penginapan
2. 3. 1.
PemKab Banyuwan gi
2. 3. 4.
3.
Parisadha Hindu Dharma
D
O
Penginapan Lapangan Tenis Wisata Kebun
-
K
U
Baik
Baik
Baik
Baik
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 29
N o
Kecamatan
Desa
Daya Tarik wisata (Wisata Religi) Pemandian Umbul Pule (Wisata Binaan)
Pengelola
Ali Bayhaki
1. 2. 3. 1. 2. 3.
Fasilitas
Kondisi Prasarana
Tempat parkir Mainan Anak-Anak Agro Selada Parkir Souvenir Kantin
Baik
15
Genteng
Kembiritan
Pemandian Atlanta
H. Kusyairi
Baik
16
Singojuruh
Alas Malang
-
-
-
17
Giri
Boyolangu
KeboKeboan Puter Kayun
-
-
-
Sumber : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009-2029
Berdasarkan data Daya Tarik Wisata diatas, dari 24 Kecamatan yang ada hanya 17 Kecamatan yang terdaftar memiliki obyek wisata.
3.7 KARAKTERISTIK TRANSPORTASI Sistem transportasi di Kabupaten Banyuwangi meliputi transportasi jalan raya, transportasi Kereta Api, transportasi Laut dan transportasi udara. Sistem transportasi di Kabupaten Banyuwangi melayani dua pola pergerakan yaitu pergerakan regional dengan melihat posisi Kabupaten Banyuwangi merupakan jalur menuju ke Pulau Bali. dan pergerakan antar wilayah di dalam lingkup kabupaten yakni pergerakan antar kecamatan dan kecamatan dengan ibukota kabupaten. A. Jaringan Jalan Sistem jaringan jalan utama (primer) di Kabupaten Banyuwangi dibentuk oleh ruas jalan yang menghubungkan Surabaya – Banyuwangi – Jember. Sistem jaringan primer ini melayani lalu lintas regional dan lokal disepanjang jalur utama. Beban sistem jaringan jalan utama yang ada saat ini (ada beberapa titik yang sering terjadi kemacetan akan dapat berkurang dengan dibukanya jalur lintas selatan yang merupakan wujud atau dukungan terhadap program/kebijakan percepatan pembangunan di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa yang bertujuan untuk: 1. Mengembangkan perwilayahan pembangunan ekonomi dalam rangka meningkatkan produktifitas sumber-sumber alam yang berwawasan lingkungan dalam koridor penataan ruang di wilayah Jawa Timur bagian selatan. 2. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pengembangan jalur aksesbilitas dan distribusi
PAD
melalui
3. Memberdayakan peran masyarakat dalam optimalisasi sumbersumber alam dan pembangunan daerah. Pembangunan jalan lintas selatan di Kabupaten Banyuwangi telah dilaksanakan sejak tahun 2002, dimana pemerintah Propinsi Jawa Timur yang melaksanakan pekerjaan konstruksi jalan, jembatan dan drainase Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 30
pada ruas jalan arteri sedangkan pemerintah Kabupaten Banyuwangi melaksanakan sosialisasi program pembangunan jalan lintas selatan, pembebasan lahan, pembangunan dan peningkatan jalan kolektor lintas selatan serta menyusun program strategis yang mendukung pembangunan jalan lintas selatan. Pembangunan jalan lintas selatan, diharapkan menjadi salah satu alternatif dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di wilayah selatan. Kurangnya sarana maupun prasarana transportasi menjadi penyebab utama kurang berkembangnya wilayah bagian selatan.. Sehingga dengan dibangunnya jalan yang berkualitas dan memenuhi standard, maka aksesbilitas antar kabupaten di kawasan selatan maupun dengan kawasan lainnya menjadi lebih terbuka. Pembangunan jalan lintas selatan di Kabupaten Banyuwangi meliputi dua ruas jalan yakni, ruas jalan arteri sebagai jalan utama dan ruas jalan kolektor sebagai jalan sirip atau penghubung ruas jalan utama. Kebutuhan panjang jalan arteri 74,30 Km yang menghubungkan Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jember meliputi ruas jalan : Banyuwangi - Rogojampi Rogojampi - Genteng Genteng - Glenmore Glenmore - Kendeng Lembu Kendeng Lembu - Malangsari Malangsari - Tangki Nol Perkembangan kondisi jalan di Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.13 Perkembangan Panjang Jalan Kabupaten, Propinsi dan Negara
Keadaan Condition (1) I. Jenis Permukaan/ Surface Type : Aspal/Asphalt Kerikil/Gravel Tanah/Land Lainnya/Other Jumlah/Total II. Kondisi Jalan Road Condition : - Baik/Good
2009 Negara / Propinsi / Country Province (2) (3)
100.530
114.350
-
-
-
-
-
-
100.530
46.980
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
2010 Negara Propinsi / / Country Province (4) (5)
100.530
114.350
114.350
100.530
114.350
48.245
49.980
44.305
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 31
Keadaan Condition Sedang/Medium - Rusak ringan Lightly damaged - Rusak berat Hardly damaged Jumlah/Total III. Kelas Jalan Road Class - Kelas/Class I - Kelas/Class II - Kelas/Class III - Kelas/Class III A - Kelas/Class III B - Kelas/Class III C - Kelas/Class IV - Kelas/Class V Lainnya/Other
2009 Negara / Propinsi / Country Province 53.550 61.905
2010 Negara Propinsi / / Country Province 50.550 62.475
-
4.200
-
7.570
-
-
-
100.530
114.350
100.530
114.350
-
-
-
-
34.400
-
34.400
-
-
-
-
-
66.130
-
66.130
-
-
17.130
-
17.130
-
97.220
-
97.220
-
-
-
-
-
-
-
-
-
100.530
114.350
100.530
114.350
Jumlah/Total
Sumber: Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2011 B. Angkutan Umum Kabupaten Banyuwangi dilalui oleh jalur regional dengan rute Bayuwangi – Situbondo – Surabaya serta rute Banyuwangi – Jember merupakan jalur regional Jawa Timur yang cukup padat. Selain jalur regional juga dilayani jalur lokal yang menghubungkan antar wilayah di Kabupaten Banyuwangi. Jalur tersebut dilayani oleh angkutan umum yang melayani baik rute di dalam kota maupun ke luar kota. Jenis angkutan umum penumpang yang beroperasi di Kabupaten Banyuwangi meliputi bus kecil, bus sedang, bus besar dan MPU. Jumlah terminal angkutan umum di Kabupaten Banyuwangi sebagai berikut : 1. Terminal Sri Tanjung di Kecamatan Kalipuro 2. Terminal Blambangan di Kecamatan Banyuwangi Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 32
3. Terminal Brawijaya di Kecamatan Banyuwangi 4. Terminal Sasak Perot di Kecamatan Giri 5. Terminal Genteng di Kecamatan Genteng 6. Terminal Gambiran di Kecamatan Gambiran 7. Terminal Rogojampi di Kecamatan Rogojampi 8. Terminal Muncar di Kecamatan Muncar Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jenis angkutan yang paling banyak beroperasi di Kabupaten Banyuwangi di tahun 2010 adalah pick up. Untuk angkutan penumpang, jenis yang paling banyak beroperasi adalah mobil penumpang umum. Sedangkan berdasarkan jenis kendaraan, paling banyak adalah sepeda motor. Secara umum jumlah kendaraan di Kabupaten Banyuwangi selama periode tahun 2006-2010 cenderung meningkat Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.14 Perkembangan Banyaknya Kendaraan Menurut Jenis Kendaraan Berdasarkan Catatan Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Daerah Tahun 2006 – 2010
Jenis kendaraan (1) 1. Bus umum
2006 (2) 353
2007 (3) 91
2008 (4) 342
2009 (5) 276
2.
Bus bukan umum
26
36
41
37
3. 4.
Mobil box Mobil Penumpang Umum
181
382
424
346
509
581
268
148
1.71 2.18 2.01 2.112 4 0 3 6. Truck bukan 1.57 2 1.07 1.752 umum 5 038 2 7. Truck gandeng 270 243 246 206 8. Kontainer 39 39 47 25 4.96 4.56 4.38 9. Pick up 4.798 4 8 9 Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2011 5.
Truck umum
2010 (6) 1. Bus umum 2. Bus bukan umum 3. Mobil box 4. Mobil Penumpang Umum 5.
Truck umum
6. Truck bukan umum 7. Truck gandeng 8. Kontainer 9.
Pick up
Tabel 3.15 Perkembangan Banyaknya Kendaraan Menurut Jenis Kendaraan Berdasarkan Catatan Kepolisian Resort Banyuwangi Tahun 2006 – 2010
Jenis kendaraan (1) 1. Sepeda motor 2. J e e p 3. S e d a n 4. Colt station 5. T r u c k 6. Colt pick up 7. B u s
2006 (2) 229.589 1.509 2.177 10.115 5.297 7.152 161
2007 (3) 271.391 1.620 2.335 10.955 5.491 7.360 170
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
2008 (4) 307.592 1.693 2.451 11.629 5.699 7.529 183 D
O
K
2009 (5) 374.446 1.756 2.570 12.449 6.025 7.863 204 U
M
E
2010 (6) 398.474 1.856 2.666 13.496 6.322 8.382 227 N
LAPORAN AKHIR
III - 33
8. Ambulance 9. D o k a r 10. B e c a k
31 1.240 1.477
49 1.240 1.477
56 1.240 1.477
59 1.240 1.477
204 1 240 1 477
Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2011
Untuk wilayah perkebunan, terdapat angkutan khusus sendiri yang dikenal dengan nama Polter. Angkutan ini berbentuk serupa truk hanya saja tidak dilengkapi dengan kaca depan dan samping di bagian kemudi. Angkutan ini digunakan untuk mengangkut hasil perkebunan menuju ke tempat penyimpanan sementara atau tempat pengolahan hasil produksi perkebunan. Angkutan ini biasa ditemukan di jalan raya dekat lokasi perkebunan. C. Transportasi Darat (Kereta Api) Jaringan rel kereta api membelah wilayah tengah Kabupaten Banyuwangi. Jaringan Kereta Api (KA) di Kabupaten Banyuwangi meliputi jalur Surabaya, Malang, Probolinggo, Madiun, Nganjuk, dan Jember. Pelayanan arus penumpang Kereta Api di Kabupaten Banyuwangi dilayani oleh beberapa jenis kereta baik kelas ekonomi hingga eksekutif. Terdapat 2 (dua) kategori Stasiun Kereta Api di Kabupaten Banyuwangi: 1. Stasiun Kelas I Stasiun Kereta Api Banyuwangi 2. Stasiun Kelas II Stasiun Karangasem Stasiun Rogojampi Stasiun Kalisetail Stasiun Kalibaru Stasiun Temuguruh Penumpang kereta api selama periode 2008-2010 cenderung meningkat jumlahnya, dan pada periode 2009 – 2010 jumlahnya tetap. Peningkatan terjadi di tahun 2009 dimana jumlah penumpang kereta api tercatat mencapai angka 995.193 orang penumpang. Naik dari tahun sebelumnya yang berjumlah 956.645 orang penumpang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut. Tabel 3.16 Banyaknya Penumpang Kereta Api yang Berangkat Dan Pendapatan Tahun 2007
No (1) 1. 2. 3.
Bulan (2) Januari/January Februari/February Maret/March
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
Penumpang Berangkat
Pendapatan (RP)
(3) 87.701 64.550 80.148 D
O
(4) 2.075.636.500 1.466.715.500 1.790.662.000 K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 34
4. 5. 6. 7. 8.
April/April Mei/May Juni/June Juli/July Agustus/August
74.342 79.959 84.517 93.593 74.924
1.693.841.000 1.813.579.000 2.143.980.000 2.169.025.500 1.980.029.000
9. 10.
September/Septembe r Oktober/October
103.034 86.974
2.396.684.750 2.003.115.500
11.
Nopember/November
82.446
1.755.583.000
12.
Desember/December Jumlah/Total 2010 2009 2008 2004 2003
83.005 995.193 995.193 956.645 230.785 264.367
2.046.205.500 23.335.057.250 23.335.057.250 21.194.545.000 4.367.032.875 5.196.809.190
Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2011
D. Transportasi Laut Terdapat 2 pelabuhan laut utama di Banyuwangi yaitu Pelabuhan Tanjung Wangi yang melayani bongkar muat barang serta Pelabuhan Meneng yang melayani penyeberangan Ketapang-Gilimanuk. Pelabuhan Tanjungwangi berdasarkan Surat Menteri Perhubungan No. KM.119/0/Phb.73, tanggal 2 Nopember 1973 ditetapkan sebagai pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan. Dalam dan luar negeri/antar negara dan dikategorikan sebagai pelabuhan kelas II. Arus penumpang di Pelabuhan Tanjung Wangi cenderung menurun tiap tahunnya, hal ini dikarenakan fungsi pelabuhan ini yang lebih cenderung pada aktivitas bongkar muat barang. Berbeda halnya dengan Pelabuhan Meneng (Pelabuhan Ketapang) yang arus penumpangnya cenderung terus meningkat setiap tahun. Hal ini karena tingginya minat masyarakat yang menggunakan jalur darat menuju Pulau Bali, serta karena pesatnya arus migrasi masyarakat Banyuwangi ataupun di luar Kabupaten Banyuwangi menuju Bali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui tabel berikut. Tabel 3.17 Kunjungan Kapal dan Arus Penumpang Di Pelabuhan Tanjung Wangi Tahun 2010
No. (1) 1. 2. 3. 4.
Bulan (2) Januari/January Februari/February Maret/March April/April
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
Kapal (3) 1 2 4 4 D
Penumpang ( Orang ) Debarkasi Embarkasi (4) (5) 90 82 0 29 340 412 219 379 O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 35
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Mei/May Juni/June Juli/July Agustus/August September/September Oktober/October Nopember/November Desember/December Jumlah/Total 2010 2009 2008
4 5 5 4 4 5 5 4 47 37 47
235 361 376 280 835 426 367 365 3.894 3 767 4.713
454 543 498 401 923 444 673 420 5.258 4 671 5.099
Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2011 Tabel 3.18 Kunjungan dan Bongkar Muat Kapal Di Pelabuhan Tanjung Wangi Tahun 2010
Bongkar Muat ( Ton) (Ton) (1) (2) (3) (4) (5) 1. Januari 71 88.608 14.861 2. Februari 81 134.090 8.745 3. Maret 110 111.283 30.839 4. April 85 96.279 18.165 5. Mei 88 101.815 26.514 6. Juni 108 122.623 4.766 7. Juli 119 120.485 18.807 8. Agustus 134 92.599 1.607 9. September 99 99.958 2.561 10. Oktober 123 111.253 26.342 11. Nopember 120 88.073 17.890 12. Desember 124 119.690 9.125 1.262 1.286.756 180.222 Jumlah/Total 2010 2009 1. 253 723.327 170.658 2008 1.248 759.422 168.259 Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2011 No
Bulan
Kapal
Tabel 3.19 Perkembangan Angkutan Penyeberangan Ketapang - Gilimanuk
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Uraian Satuan 2004 2005 2006 2007 Kapal Unit 24 24 24 24 Trip Kali 105.779 106.775 107.998 101.449 Penumpang Orang 3.658.891 992.860 567.621 665.810 Barang Ton 4.039.092 222.015 Kendaraan : - Roda Dua Buah 431.205 473.867 420.978 454.777 - Roda Empat Buah 1.550.935 1.404.170 1.260.968 1.279.833
Sumber Data : Profil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009
E. Transportasi Udara Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengacu perkembangan daerah serta mengantisipasi pertumbuhan wilayahnya, Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 36
Kabupaten Banyuwangi membangun bandar udara, untuk mendukung mobilitas masyarakat yang semakin tinggi. Lokasi bandar udara di Kabupaten Banyuwangi terletak sekitar 15 km dari pusat kota Banyuwangi. Secara administratif lokasi bandar udara Banyuwangi ini terletak di Desa Blimbingsari Kecamatan Rogojampi. Letak geografis Bandar Udara Banyuwangi berada pada posisi 080 18’ 42.70“ LS dan 1140 20“ 16.30“ BT. Terletak pada ketinggian ± 20 – 30 di atas permukaan laut rata-rata. Kondisi topografi relatif datar, dengan kemiringan kurang dari 1 %. Untuk saat ini Bandar Udara Blimbingsari telah beroperasi namun hanya melayani pesawat-pesawat kecil (perintis) seperti jenis Pesawat Cessna. Hal ini karena pembangunan fasilitas bandara yang belum sepenuhnya berjalan sehingga untuk pesawat-pesawat komersial besar bermesin ganda tidak dapat dilayani.
KO E Ujungpandang
Denpasar AMI
Jakarta Banyuwangi Surabaya
Jogjakarta
Malang
Gambar 3.12 Rencana Jalur Penerbangan Bandar Udara Blimbingsari
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 37
Sumber : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 20092029
PEM BERSIH AN LAP ANG AN
200.000 M2
PERATAAN TANAH
200.000 M 2
PEKERJAAN GR ADING DENG AN SIRTU PEM BUATAN PAG AR K AW AT DURI RELOKASI J ALAN
10.213 M 3 5.290 M’ 5.991 LS
PHASE ULTIM ATE RUNAW AY
600 M
Gambar 3.13 Rencana Pengembangan Bandara
Sumber : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 20092029
3.8 FASILITAS UMUM A. FASILITAS PENDIDIKAN Kebutuhan pendidikan untuk tingkat Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK), secara keseluruhan sejak tahun 2010 sampai 2011, jumlah sekolah mengalami kenaikan, demikian pula dengan jumlah guru, untuk jumlah murid mengalami penurunan. Namun demikian keberadaan lembaga sekolah TK ini dapat ditemui di setiap desa/kelurahan dengan jumlah paling sedikit ada satu lembaga sekolah. Bagi lembaga Sekolah Dasar Negeri jumlahnya relatif cukup di setiap desa/kelurahan. Jumlah yang demikian tidak menghambat terhadap munculnya sekolah-sekolah pada jenjang yang sama, yaitu sekolah yang dikelola yayasan maupun pihak tertentu yang berstatus swasta. Pada tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama jumlah sekolah negeri tidak ada penambahan antara tahun 2010 hingga 2011demikian pula untuk sekolah yang dikelola pihak swasta. Program pendidikan dasar atau sering disebut dengan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun, secara kelembagaan Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 38
di Kabupaten Banyuwangi dapat dikategorikan cukup memadai, karena dari seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi sudah mempunyai SLTP. Bahkan minimal ada satu SLTP berstatus negeri. Termasuk salah satunya Kecamatan Licin sebagai akibat dari pemekaran kecamatan baru. SLTP yang ada tidak ikut Kecamatan Glagah sebagai kecamatan induk/lama. Berlanjut ke jenjang pendidikan setingkat lebih tinggi yang disebut Sekolah Menengah. Lembaga SMU sampai dengan tahun 2011lalu keberadaannya masih belum merata disetiap kecamatan. Umumnya daerah bagian barat di Kabupaten Banyuwangi masih belum kebagian wilayahnya mendapat lembaga SMU, baik dari pemerintah maupun pihak-pihak swasta. Meskipun demikian pada tahun 2011 telah terjadi penambahan sebanyak 1 sekolah baru untuk SMU dan 2 sekolah baru untuk sekolah kejuruan.
No. 1
Tabel 3.20 Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru TK Negeri dan Swasta Menurut Kecamatan Tahun 2011 Negeri Swasta Kecamatan Sekolah Guru Murid Sekolah Guru 2 3 4 5 6 7
Murid 8
1
Pesanggaran
-
-
-
19
47
961
2
Siliragung
-
-
-
22
65
1,142
3
Bangorejo
-
-
-
19
68
1,264
4
Purwoharjo
-
-
-
31
106
1,787
5
Tegaldlimo
-
-
-
39
80
1,392
6
Muncar
-
-
-
43
139
2,858
7
Cluring
-
-
-
33
105
1,461
8
Gambiran
-
-
-
37
137
1,685
9
Tegalsari
-
-
-
29
88
1,217
10
Glenmore
-
-
-
45
105
1,789
11
Kalibaru
-
-
-
17
69
1,005
12
Genteng
-
-
-
51
209
3,039
13
Srono
-
-
-
44
155
2,346
14
Rogojampi
-
-
-
34
129
2,039
15
Kabat
-
-
-
29
86
1,284
16
Singojuruh
-
-
-
7
22
580
17
Sempu
-
-
-
41
133
1,719
18
Songgon
-
-
-
14
35
612
19
Glagah
-
-
-
10
37
564
20
Licin
-
-
-
5
14
215
21
Banyuwangi
1
11
84
34
149
1,933
22
Giri
1
12
146
11
36
503
23
Kalipuro
-
-
-
29
96
1,376
24
Wongsorejo
-
-
-
21
70
1,190
23 24 22
230 214 216
664 653 673
2,180 2,071 2,168
33,961 36,804 36,911
Jumlah 2011 2010 2009
2 2 2
Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2012 Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 39
B. FASILITAS IBADAH Tabel 3.21 Banyaknya Tempat Ibadah Menurut Kecamatan Tahun 2011 Gereja Musholl Masjid Langgar a Kristen Katholik
No
Kecamatan
Pure
Vihara
1
Pesanggaran
58
161
15
15
1
9
7
2
Siliragung
52
314
12
1
-
12
1
3
Bangorejo
72
229
4
Purwoharjo
21
43
8
1
3
12
-
47
9
4
17
3
5
Tegaldlimo
64
228
13
6
2
20
2
6
Muncar
109
445
26
7
2
13
2
7
Cluring
8
Gambiran
86
405
14
9
-
10
1
63
196
20
7
1
2
3
9
Tegalsari
60
167
10
3
2
7
4
10
Glenmore
116
279
37
6
3
4
-
11
Kalibaru
76
235
67
1
1
-
-
12
Genteng
92
213
39
9
3
3
-
13
Srono
106
457
40
1
1
2
1
14
Rogojampi
89
469
51
7
1
5
4
15
Kabat
70
335
94
-
-
-
-
16
Singojuruh
41
221
44
1
-
-
-
17
Sempu
39
118
71
2
-
2
-
18
Songgon
82
238
15
1
1
4
-
19
Glagah
28
51
57
-
-
-
-
20
Licin
49
165
84
-
-
-
-
21
Banyuwangi
59
328
45
18
3
1
4
22
Giri
28
116
39
-
-
-
-
23
Kalipuro
95
253
18
2
-
-
-
24
Wongsorejo 2011 2010 2009
65
310
49
3
1
1
-
1.620 1.761 1.598
5.976 5.952 5.962
915 1.000 1.039
109 109 108
29 29 29
124 124 124
32 31 32
Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2012
C. FASILITAS KESEHATAN Pada tahun 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mempunyai fasilitas kesehatan berupa Lembaga Rumah Sakit, Puskesmas serta Puskesmas Keliling dengan jumlah dan keberadaannya sudah relatif mencukupi terhadap jumlah dan persebaran penduduk. Kecuali yang perlu mendapat perhatian di beberapa kecamatan yang terletak di kawasan selatan Kabupaten Banyuwangi perlu didirikan fasilitas kesehatan yang berupa Rumah Sakit. Dikawasan ini untuk bisa mengakses fasilitas kesehatan yang berupa rumah sakit mempunyai kendala jarak yang relatif jauh. Puskesmas Rawat Inap terdekat masih dengan peralatan yang terbatas. Tenaga kesehatan seperti Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 40
Dokter, Perawat dan Bidan pada tahun 2011, mengalami perubahan dari tahun sebelumnya. Pertambahan jumlah tenaga kesehatan secara keseluruhan masih belum sebanding jika dilihat dari persebaran di masingmasing kecamatan. Tabel 3.22 Banyaknya Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan Tahun 2011 No
Kecamatan
RS Umum/ Khusus
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
1
Pesanggaran
-
2
3
2
Siliragung
-
1
4
3
Bangorejo
-
2
5
Purwoharjo
-
2
4
5
Tegaldlimo
-
2
4
6
Muncar
-
4
8
7
Cluring
-
2
5
8
Gambiran
1
2
4
Tegalsari
-
1
3
10
Glenmore
1
2
6
11
Kalibaru
-
1
2
12
Genteng
2
2
4
13
Srono
-
3
5
Rogojampi
2
2
5
15
Kabat
1
2
5
16
Singojuruh
-
1
5
17
Sempu
-
3
6
Songgon
-
1
4
19
Glagah
-
1
2
20
Licin
-
1
3
21
Banyuwangi
4
3
4
22
Giri
-
1
2
Kalipuro
-
2
6
Wongsorejo
-
2
6
Jumlah
11
45
105
4
9
14
18
23 24
Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2012
No
Tabel 3.23 Banyaknya Tenaga Kesehatan Menurut Kecamatan Tahun 2011 Dokter Kecamatan Perawat Bidan Umum & Gigi
Lainnya
1
Pesanggaran
5
18
11
13
2
Siliragung
2
5
11
8
3
Bangorejo
5
14
19
13
4
Purwoharjo
3
9
16
19
5
Tegaldlimo
5
12
11
19
6
Muncar
6
23
21
35
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 41
7
Cluring
4
13
17
25
8
Gambiran
4
10
16
18
9
Tegalsari
2
7
12
3
10
Glenmore
5
12
12
11
11
Kalibaru
2
10
9
6
12
Genteng
5
9
13
17
13
Srono
5
9
13
23
14
Rogojampi
5
11
16
26
15
Kabat
4
7
14
13
16
Singojuruh
3
7
11
9
17
Sempu
6
14
17
23
18
Songgon
1
4
8
10
19
Glagah
2
4
8
6
20
Licin
2
6
5
9
21
Banyuwangi
6
12
13
47
22
Giri
3
5
6
11
23
Kalipuro
4
7
10
16
24
Wongsorejo Jumlah 2011 2010 2009
4 93 85 88
13 241 258 276
12 301 450 448
14 394 51 46
Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2012 Tabel 3.24 Banyaknya Fasilitas Kesehatan dan Tenaga Medis Menurut Kecamatan Tahun 2011 No.
Jenis Sarana/Tenaga Medis
2009
2010
2011
1
2
3
4
5
1
Rumah Sakit Umum
2
2
2
2
Rumah Sakit Swasta
9
9
9
3
Puskesmas
45
45
45
4
Puskesmas Pembantu
105
105
105
5
Puskesmas Keliling
30
51
62
6
Posyandu
2 170
2.184
2224
7
Pondok Bersalin
40
17
15
8
Tenaga Medis di RSU
45
65
47
9
Tenaga Paramedis di RSU Tenaga Keperawatan di RSU Pemerintah
157
155
138
Tenaga Kefarmasian di RSU Pemerintah
23
23
23
Tenaga Kes. Masy. Di RSU Pemerintah
2
3
3
Tenaga Sanitarian di RSU Pemerintah
4
4
4
Tenaga Gizi di RSU Pemerintah Tenaga Keterampilan Fisik di RSU Pemerintah Tenaga Keteknisan Medis di RSU Pemerintah
6
6
6
9
4
4
21
20
18
Tenaga Administrasi di RSU
479
156
167
10
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 42
11
Tenaga Medis di Puskesmas
12
Tenaga Paramedis di Puskesmas
88
85
93
Tenaga Keperawatan di Puskesmas
278
235
234
Tenaga Kebidanan di Puskesmas
448
442
470
Tenaga Kefarmasian di Puskesmas Tenaga Kesehatan Masyarakat di Puskesmas
7
15
18
1
9
0
Tenaga Sanitarian di Puskesmas
14
14
19
Tenaga Gizi di Puskesmas
21
18
17
Tenaga Keterampilan Fisik di Puskesmas
0
0
0
Tenaga Ketehnisan Medisdi Puskesmas
3
4
8
13
Tenaga Administrasi di Puskesmas
308
209
178
14
Tenaga Medis di Dinas Kesehatan
2
2
2
15
Tenaga Paramedis di Dinas Kesehatan Tenaga Keperawatan & Kebidanan di Dinas Kesehatan
6
16
6
5
Tenaga Kefarmasian di Dinas Kesehatan Tenaga Kes. Masyarakat di Dinas Kesehatan
3
3
0
10
11
7
Tenaga Sanitarian di Dinas Kesehatan
4
7
3
Tenaga Gizi di Dinas Kesehatan Tenaga Keterampilan Fisik di Dinas Kesehatan Tenaga Ketehnisan Medis di Dinas Kesehatan
3
2
2
0
0
0
0
0
0
Tenaga Administrasi di Dinas Kesehatan
27
44
35
Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2012
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
III - 43
4 ANALISIS DAN SISTEM APLIKASI SISTEM INFORMASI RTRW Pada Penyusunan Rencana Tata Ruang Kabupaten Banyuwangi 2013, SIG digunakan sebagai pemutakhiran database, dan alat analisa penggabungan data dan informasi spasial dan non spasial. Dalam membuat aplikasi Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Kabupaten Banyuwangi ini dibutuhkan sebuah server web dengan beberapa alat (tool), bahasa skrip, dan ekstensi khusus. Kali ini diutamakan alat dan ekstensi yang bersifat gratis dan terbuka (opensource). Beberapa diantara kebutuhan tersebut ada yang mengikat (wajib adanya) dan beberapa yang lain sifatnya pilihan (optional).
MAPSERVER MapServer adalah salah satu alat (pengembang aplikasi Common Gateaway Interface (CGI)) yang dapat digunakan untuk membangaun aplikasi SIG berbasis web (web-based GIS). Alat (tool) ini bersifat gratis, terbuka (open source), didukung oleh banyak pihak dan komunitas yang besar, mendukung penggunaan di beberapa sistem operasi, didukung oleh beberapa alat tambahan (sub-tool) dan kerangka kerja (framework) yang selalu berkembang dan relatif mudah untuk digunakan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika MapServer banyak digunakan uleh berbagai pihak (baik komersial maupun non-komersial) termasuk di Indonesia.
ARC GIS 10.1 ArcGIS adalah paket perangkat lunak yang terdiri dari produk perangkat lunak sistem informasi geografis (SIG) yang diproduksi oleh Esri. ArcGIS meliputi perangkat lunak berbasis Windows sebagai berikut: 1. ArcReader, yang memungkinkan pengguna menampilkan peta yang dibuat menggunakan produk ArcGIS lainnya; 2. ArcGIS Desktop, memiliki tiga tingkat lisensi: ArcView, yang memungkinkan pengguna menampilkan data spasial, membuat peta berlapis, serta melakukan analisis spasial dasar; Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
IV - 1
ArcEditor, memiliki kemampuan sebagaimana ArcView dengan tambahan peralatan untuk memanipulasi berkas shapefile dabgeodatabase; ArcInfo, memiliki kemampuan sebagaimana ArcEditor dengan tambahan fungsi manipulasi data, penyuntingan, dan analisis. Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Kabupaten Banyuwangi adalah sebuah program aplikasi yang memanfaatkan teknologi digital dan memungkinkan adanya peralihan dari proses monitoring tata ruang yang sebelumnya manual menjadi digital/komputasi. Dengan adanya aplikasi ini sangat memungkinkan terciptanya informasi penataan ruang yang sistematis, akurat, tepat, bisa dimengerti mulai dari tingkat operasional hingga manajerial, untuk pengendalian pemanfaatan ruang Kabupaten Banyuwangi dan mendukung Sistem Pengambilan Keputusan (Decission Support Systems/DSS). Selain itu dengan adanya database akan mempermudah akses dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Dalam membangun aplikasi Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Kabupaten Banyuwangi dibutuhkan beberapa tahap. setiap tahapan mungkin saja tidak hanya dilakukan dalam lingkungan pemrograman web semata, melainkan dengan alat-alat (tools) bantu lain yang mendukung percepatan ke arah itu.
4.1 ANALISIS SISTEM Sistem informasi geografis merupakan sebuah sistem yang akan dijalankan secara online dengan media internet dengan bahasa pemograman php, menggunakan database mysql dan menggunakan tampilan dari macromedia dreamweaver 8, oleh karena itu dibutuhkan beberapa informasi dari sistem yang telah dijalankan sebelumnya oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Tujuannya agar sistem yang dibuat sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dan tidak menutup kemungkinan sistem ini bisa dikembangkan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dengan cara mengetahui sistem sebelumnya yang telah dibuat, maka kita dapat mengetahui informasi-informasi yang dibutukan untuk membuat sistem ini, antara lain : dari mana data ini didapat, bagaimana data ini diolah dan bagaimana bentuk keluaran dari data yang telah diolah tersebut.
4.2 PERANCANGAN SISTEM Perancangan sistem merupakan aplikasi penerapan dari analisa sistem dalam bentuk gambar dan diagram dengan tujuan mempermudah memahami sebuah sistem yang dibuat, antara lain : Sistem Flowchart, Diagram Berjenjang, Diagram Konteks, Data Flow Diagram, Conceputal Data Model, Physical Data Model dan tabel-tabel dari kamus data
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
IV - 2
4.2.1 Flowchart Pemetaan Flowchart pemetaan yang dibuat, disini terdapat tiga entitas, antara lain : masyarakat atau pengunjung situs, admin atau pegawai dinas, dan kepala dinas.
Gambar 4.1 Flowchart Pemetaan
Sistem ini diawali oleh pengunjung yang mendatangi web gis pemkab Banyuwangi, untuk melakukan pencarian data peta maka disini pengunjung akan dihadapkan dengan pilihan, peta rencana dan peta tematik. Jika pengunjung ingin mendapatkan informasi peta rencana, maka pengunjung akan diarahkan ke tampilan peta rencana, disini pengujung melakukan filter peta berdasarkan pilihan menu disebelah kanan peta. Setelah itu pengunjung dapat melakukan penambahan atau pengeditan peta Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
IV - 3
dengan mensetting besar kecil (Zoom) pada peta atau menambahkan marker penanda pada peta, lalu peta bisa dicetak sesuai kebutuhan pengunjung. Sama halnya dengan peta rencana peta tematik juga sama, bagi para pengunjung yang ingin mendapatakan informasi dari peta tematik. Bagi admin atau pegawai dinas maka pegawai tersebut diharuskan melakukan login agar dapat melakukan penambahan atau perubahan data peta, maka admin akan di hadapkan pada halaman admin yang terdapat pilihan yang terdiri dari dari edit database peta,review peta dan proses update file peta (shp) kedalam database peta pada host web sever. Pada bagian halaman edit database file – file hasil dari editing peta dari ArcGIS akan di upload dan apa bila peta sudah ada atau hanya melakukan perubahan maka otomatis database peta terupdate dan jika peta baru makan akan menambahkan table pada database peta.
Gambar 4.2 Flowchart Update Peta Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
IV - 4
Pada gambar 4.2 Flowchart pembuatan peta dengan software ArcGIS, terdapat dua entitas, antara lain : admin atau pegawai dinas, dan kepala dinas. Sistem pembuatan peta ini menggambarkan tentang proses pembuatan peta yang dilakukan admin atau pegawai dinas menggunakan software pemetaan ArcGIS. Sistem ini dimulai dari admin membuat atau mengedit peta menggunakan software pemetaan ArcGIS. Setelah pembuatan atau pengeditan peta selesai, admin dapat memasukkan file peta berupa(sharp file) atau mengupload file peta tersebut ke web server. Setelah itu web server akan memproses file tersebut dan mengkonversikan file terserbut kedalam file database berupa table geometry peta. Di sisi kepala dinas, kepala dinas akan mendapatkan laporan hasil proses pembuatan atau perubahan peta yang telah dilakukan oleh pegawai dinas atau bawahannya, setelah itu kepala dinas akan menerima hardcopy atau lembar laporan tentang update peta dan juga printout peta yang talah di update oleng admin atau pegawai dinas tersebut.
4.2.2 Diagram Berjenjang Pada diagram berjenjang ini, di informasikan bahwa terdapat jenjang proses dari sebuah data flow diagram, disini pada top atau sistem tertinggi merupakan gambar proses utama sebuah sistem informasi geografis tata ruang kota, lalu dibawahnya merupakan proses level 1, level ini merupakan pemecahan proses yang terjadi pada sistem informasi geografis. Disini terdapat 5 proses, antara lain : proses login admin, maintenance data admin,maintenance data peta,maintenance data forum, dan laporan. Pada level dibawahnya yaitu level 2, terdapat sembilan proses yaitu pemecahan proses dari maintenance data admin, pemecahan dari proses maintenance data peta, dan pemecahan dari proses maintenance laporan, pemecahan dari proses data laporan, pada proses maintenance data admin dibagi menjadi dua bagian, antara lain : pembuatan admin baru, perubahan data admin. Pada proses maintenance data peta, dibagi menjadi tiga proses, antara lain : maintenance data peta dasar, maintenance data peta rencana, maintenance data peta tematik. Pada proses maintenance data forum dibagi menjadi dua proses antara lain : upload jawaban pengunjung, dan peruhaban status topic di forum apakah masih dibuka atau di tutup. Pada proses laporan terbagi menjadi dua subproses antara lain : laporan maintenance data peta dan proses laporan forum diskusi. Pada level 3 di bawah terdapat enam proses diantaranya : proses upload peta dasar,perubahan data peta dasar, upload peta rencana, perubahan data peta rencana, upload peta tematik, perubahan peta tematik.
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
IV - 5
Gambar 4.3 Diagram Berjenjang
4.2.3 Diagram Konteks DFD Level 0 Diagram data flow diagram level 0 adalah diagram awal sebuah sistem informasi geografis, didalam diagram tersebut terdapat satu sistem utama dan tiga entitas, sistem tersebut merupakan sistem informasi geografis, dan entitas antara lain : pengunjung, admin, dan kepala dinas. Pada bagian pengunjung, arus data yang masuk ke dalam sistem informasi antara lain : cetak atau lihat peta dasar, cetak atau lihat peta rencana, cetak atau lihat peta tematik, dan posting pertanyaan pada forum. Data yang didapat oleh pengunjung antara lain : info peta dasar, info peta rencana, info peta tematik, info pertanyaan Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
IV - 6
dan jawaban pada forum. Pada entitas kepala dinas disini, data peta dasar, data peta rencana, data peta tematik, dan data forum diskusi diarahkan ke sistem dan kepala dinas mendapatkan cetakan laporan maintenance peta dasar, laporan peta rencana, laporan peta tematik dan laporan forum diskusi. Maintenance Peta Rencana Maintenance Peta Tematik Maintenance Peta Dasar ADMIN Maintenance User Maintenance Forum
Maintenance Profile Data Profile 0 Data Forum Data Peta Dasar
Data User Login
Data Peta Rencana
Data Peta Tematik SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Data Peta Dasar Data Peta Rencana Data Forum
Data Peta Tematik
Laporan Peta Tematik
Data Peta Dasar Data Peta Rencana Data Peta Tematik
Laporan Peta Rencana
Cetak Atau Lihat Peta Dasar
KEPALA DINAS
Laporan Peta Dasar Cetak Atau Lihat Peta Rencana PENGUNJUNG
Laporan Forum Cetak Atau Lihat Peta Tematik
Posting Forum
Gambar 4.4 Data Flow Diagram Level 0
Pada entitas admin, disini admin memasukkan data ke dalam sistem informasi geografis, antara lain : data maintenance user, data manintenance forum, data maintenance peta dasar, maintenance peta rencana, maintenance peta tematik, dan data maintenance profile dinas tataruang kota kabupaten. Sedangkan dari sistem entitas admin mendapatkan data user, data peta dasar, data peta rencana, data peta tematik, data forum, dan data profile Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
IV - 7
dinas yang berupa uraian sikat profile pemkab banyuwangi dan kontak yang bisa dihubungin.
4.2.4 Data Flow Diagram Level 1 Maintenance User
1
Data User Login
Maintenance User Login
Maintenance Peta Dasar 2 Data Peta Dasar Maintenance Peta Rencana ADMIN
Maintenance Peta Data Peta Rencana Maintenance Peta Tematik Data Peta Tematik
3 Maintenance Forum Maintenance Forum
Data Forum
4 Maintenance Profile
Maintenanace Profile Dinas
Data Profile
+ Cetak Atau Lihat Peta Dasar 5 Data Peta Dasar Cetak Atau Lihat Peta Rencana
PENGUNJUNG
Data Peta Rencana
Lihat Atau Cetak Peta
Cetak Atau Lihat Peta Tematik
Data Peta Tematik 6 Posting Forum Posting Forum Data Forum Data Peta Dasar 7 Laporan Peta Dasar Data Peta Rencana KEPALA DINAS
Laporan Peta Rencana
Pembuatan Laporan
Data Peta Tematik
Laporan Peta Tematik Laporan Forum
Gambar 4.5 Data Flow Diagram Level 1
Data Flow Diagram level 1 merupakan sub sistem dari proses sistem informasi geografis tata ruang tata wilayah, disini terdapat tuju proses yaitu proses maintenance user login, maintenance peta , maintenance forum, Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
IV - 8
maintenance profile dinas, cetak peta, posting forum, laporan dan terdapat terdapat tiga entitas, antara lain : admin, kepala dinas dan pengunjung. Pada entitas admin, admin memasukkan beberapa informasi ke dalam beberapa proses antara lain : maintenance user login, maintenance peta,maintenance forum, dan maintenance profile. Dan admin mendapatkan data user login, data peta,data forum , dan profile dinas. Pada entitas kepala dinas, kepala dinas memaskkan beberapa informasi kedalam proses pembuatan laporan berupa data peta dasar, data peta rencana, dan data peta tematik. Kepala dinas mendapatka data laporan dari proses pembuatan laporan tersebut. Pada entitas pengunjung, pengunjung mengirimkan beberapa informasi kepada beberapa proses antara lain : cetak peta, dan posting forum. Pada entitas pengunjung tersebut, pengunjung memasukkan beberapa data ke beberapa proses, antara lain cetak peta dasar, cetak peta rencana, cetak peta tematik, dan posting pertanyaan pada forum diskusi. Dan pengunjung akan mendapatkan informasi berupa data peta dasar, peta rencana, peta tematik, dan info forum diskusi.
4.2.5 Data Flow Diagram Level 2 A. Sub Proses Maintenance User Login
Gambar 4.6 Data Flow Diagram Level 1
Pada Gambar 4.6 terdapat dua proses, antara lain proses pembuatan user baru dan ubah data user. Terdapat satu entitas yaitu entitas admin, di entitas ini admin memasukkan data user login pada proses pembuatan user baru lalu data dimasukkan ke dalam database user login dan mendapat informasi user login, lalu pada proses ubah data user login, Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
IV - 9
entitas admin memasukkan data ubah user, lalu data tersebut disimpan dalam database user login
B.
Sub Proses Maintenance Peta
Gambar 4.7 Sub Proses Maintenance Peta
Gambar 4.7 diatas merupakan sub proses dari maintenance peta, disini terdapat entitas admin dan terdapat tiga proses, antara lain : proses maintenance peta dasar, proses maintenance peta rencana dan proses maintenance peta tematik. Pada entitas admin, disini arus data yang masuk ke dalam proses maintenance peta dasar berupa upload peta dasar dan perubahan data peta dasar. Demikian juga pada kategori peta yang lainnya arus data peta yang masuk kedalam proses maintenance peta pada tiap kategori masing - masing.
C. Sub Proses Maintenance Forum
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
IV - 10
Gambar 4.8 Sub Proses Maintenance Forum
Gambar 4.8 merupakan proses maintenance forum yang terdapat dua proses yaitu input data jawaban dan proses update status forum. Entitas admin melakukan input data jawaban dari petanyaan yang sudah diposting pengunjung lalu admin mendapatkan data info forum, dan entitas admin juga melakukan update status dari topic forum tersebut apakan masih open atu belum terselesaikan masalah yang terjadi atau close sudah terpecahkan dan topic dari forum di tutup. Data jawaban dari admin maupun pengunjung yang lain disimpan di dalam database detil forum, sedangkan data pertanyaan disimpan dalam database forum.
D. Sub Proses Maintenance Profile
Gambar 4.9 Sub Proses Maintenance Profile
Pada Gambar 4.8 Sub Proses maintenance profile terdapat satu entitas yaitu admin, lalu ada dua proses antara lain, proses penambahan data profile baru dan update data profile, dimana entitas admin menambahkan data profile dan mengupdate data profile dinas ke dalam database profile dinas. Data profile ini berisi tentang kontak dinas tataruang kota kabupaten banyuwangi. Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
IV - 11
E. Sub Proses Cetak Peta Pada Sub Proses Cetak Peta terdapat satu entitas yaitu pengunjung, dan terdapat tiga proses antara lain : proses cetak peta dasar,cetak peta rencana dan cetak peta tematik. Pada proses cetak peta dasar entitas pengunjung memasukkan data peta dasar yang dikehendaki kedalam system lalu pengunjung akan mendapatkat data peta dasar yang dikehendaki berupa cetakan (printout) dari peta tersebut. Deminkian pula untuk kategori peta yang lainnya juga sama.
Gambar 4.10 Sub Proses Maintenance Profile
F. Sub Proses Posting Forum
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
IV - 12
Gambar 4.11 Sub Proses Posting Forum
Pada Gambar 4.11 Sub Proses Posting Forum, disini terdapat satu entitas yaitu pengunjung, dan terdapat dua proses antara lain : proses posting pertanyaan pada forum dan proses upload jawaban pada forum. Pada proses posting jawaban entitas pengunjung memasukkan data pertanyaan seputar data peta dan pengunjung akan mendapatkat data forum yang berupa pertanyaan dan jawaban dari pengunjung lain atau admin, pengunjung juga dapat memposkan jawaban untuk pertanyaan lainnya.
G. Sub Proses Pembuatan Laporan
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
IV - 13
Gambar 4.12 Sub Proses Pembuatan Laporan
Pada Gambar 4.12 Sub Proses Pembuatan Laporan, disini terdapat satu entitas yaitu kepala dinas, dan terdapat empat proses antara lain : proses pembuatan laporan peta dasar, laporan peta rencana, laporan peta tematik dan laporan forum. Prose pembuatan laporan peta dasar arus data yang masuk ke system merupakan data peta yang di reques oleh kepala dinas dan sistem akan memberikan laporan kepada kepala dinas, demikian halnya pada kategori peta lainnya.
4.2.6 Conceptual Model
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
IV - 14
PETA DASAR ID_DASAR NAMA LINK TGL_SIMPAN KETERANGAN
MAINTENANCE PETA DASAR
PETA RENCANA USER LOGIN USER_ID PASSWORD HAK KETERANGAN
MAINTENANCE PETA RENCANA
ID NAMA LINK TGL_SIMPAN KETERANGAN PETA TEMATIK
MAINTENANCE PETA T EMATIK
ID NAMA LINK TGL_SIMPAN KETERANGAN PROFILE
UPDAT E STATUS F ORUM
ID NAMA PROFILE KETERANGAN
MAINTENANCE PROFILE
FORUM DETIL FORUM ID2 JAWABAN KETERANGAN
ID JUDUL TOPIK TGL_POST KETERANGAN
MEMILIKI
Gambar 4.13 Conceptual Data Model
4.2.7 Physycal Data Model Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
IV - 15
PETA_DASAR ID_DASAR ID NAMA_DASAR LINK_DASAR TGL_SIMPAN_DASAR KETERANGAN_DASAR
ID = ID
integer varchar(50) varchar(100) long varchar timestamp long varchar
PETA_RENCANA ID_RENCANA ID NAMA_RENCANA LINK_RENCANA TGL_SIMPAN_RENCANA KETERANGAN_RENCANA
USER_LOGIN ID PASSWORD HAK KETERANGAN
varchar(50) varchar(50) varchar(20) long varchar
ID = ID
integer varchar(50) varchar(100) long varchar timestamp long varchar
PETA_TEMATIK ID = ID
ID_TEMATIK ID NAMA_TEMATIK LINK_TEMATIK TGL_SIMPAN_TEMATIK KETERANGAN_TEMATIK
ID = ID
integer varchar(50) varchar(100) long varchar timestamp long varchar
PROFILE ID_PROFILE ID NAMA_PROFILE PROFILE KETERANGAN_PROFILE
ID = ID
DETIL_FORUM ID_DETIL integer ID_FORUM integer ID varchar(50) JAWABAN long varchar KETERANGAN_DETIL long varchar
integer varchar(50) varchar(100) long varchar long varchar
FORUM ID_FORUM JUDUL TOPIK TGL_POST KETERANGAN_FORUM
ID_FORUM = ID_F ORUM
integer varchar(100) long varchar timestamp long varchar
Gambar 4.14 Physycal Data Model
4.2.8 Kamus Data
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
IV - 16
Berikut ini adalah kamus data dari sistem informasi geografis tata ruang tata kota, terdapat 6 database yang diperlukan dalam pembuatan sistem informasi ini, berikut ini adalah tabel dan field dari masing-masing database tersebut 1. Tabel userlogin Nama file : userlogin.MYD Primary key : userID Foreign key : Jenis tabel : database mysql 5 Fungsi : untuk menyimpan data user Field
Type
Keterangan
ID
varchar(100)
Username identification administrator untuk mengakses data peta pada website GIS
Password
varchar(20)
Password administrator untuk mengakses data peta website GIS
hak
varchar(10) Hak akses user untuk mengelola website GIS.
keterangan text
Atribut untunk menjelaskan data pada tiap baris.
2. Tabel Peta Dasar Nama File : petadasar.MYD Primary key : id Jenis tabel : database mysql 5 Fungsi : menyimpan dan menampilkan data peta dasar Field
Type
Keterangan
id
varchar(6)
Kode peta berupa nomor yang diberikan untuk masingmasing jenis peta dasar (primary key)
nama
varchar(100) Nama masing-masing jenis peta dasar
link
text
Alamat URL dari peta agar bisa diakses oleh website
tgl_simpan datetime
Tanggal upload,edit data peta
keterangan text
Field atau kolom tambahan untuk menjelaskan data pada tiap barisnya.
3. Tabel Peta Rencana Nama File : petarencana.MYD Primary key : id Jenis tabel : database mysql 5 Fungsi : menyimpan dan menampilkan data peta rencana Field
Type
Keterangan
id
varchar(6)
Kode peta berupa nomor yang diberikan untuk masingmasing jenis peta rencana (primary key)
nama
varchar(100) Nama masing-masing jenis peta rencana
link
text
Alamat URL dari peta agar bisa diakses oleh website
tgl_simpan datetime
Tanggal upload atau tanggal edit data peta
keterangan text
Field atau kolom tambahan untuk menjelaskan dari data
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
IV - 17
Field
Type
Keterangan pada tiap barisnya.
4. Tabel Peta Tematik Nama File : petatematik.MYD Primary key : id Jenis tabel : database mysql 5 Fungsi : menyimpan dan menampilkan data peta tematik Field
Type
Keterangan
id
varchar(6)
Kode peta berupa nomor yang diberikan untuk masingmasing jenis peta tematik (primary key)
nama
varchar(100) Nama masing-masing jenis peta tematik
link
text
Alamat URL dari peta agar bisa diakses oleh website
tgl_simpan datetime
Tanggal upload,edit data peta
keterangan text
Field tambahan untuk menjelaskan dari data pada tiap barisnya.
5. Tabel forum Nama file Primary key Foreign key Jenis tabel Fungsi Field
: forum.MYD : id :: database mysql 5 : untuk menyimpan data forum
Type
Keterangan
id
int(11)
Kode dari data forum berupa nomor untuk identifikasi forum diskusi (primary key)
judul
varchar(100) Judul dari topik diskusi yang di posting
topik
varchar(200)
Isi dari pertanyaan yang akan di diskusikan dalam forum di website.
tgl_simpan datetime
Tanggal dimana topic atau pertanyaan di posting ke website.
keteranga text n
Field tambahan untuk menjelaskan dari data pada tiap barisnya.
6. Tabel detilforum Nama field : detilforum.MYD Primary key : id Foreign key : id_forum, id_user Jenis tabel : databse mysql 5 Fungsi : menyimpan dan menampilkan data tanggapan dari pertanyaan forum
Field id
Type
Keterangan
int(11) Kode dari detail forum berupa nomor untuk idenfitikasi detail forum
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
IV - 18
(primary key) id_forum
int(11) Kode forum, field ini diambil dari tabel forum (foreign key)
id_user
int(11) Kode user login, field ini diambil dari table user login (foreign key)
tanggapan text
Isi dari jawaban pertanyaan pada forum diskusi. Merupakan field tambahan yang berfungsi sebagai catatan untuk
keterangan text data tiap barisnya.
Penyusunan Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
IV - 19
5 PANDUAN OPERATIONAL SYSTEM Tahap pertama dari aplikasi Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah tahap instalasi, pada bab ini akan dijelaskan secara umum mengenai panduan operasi kerja yang diantaranya adalah instalasi My SQL Server. Berikut ini adalah panduan instalasi My SQL Server sebagai aplikasi pengolah database dari Sistem Informasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi: 1.Install MySQL server 5.0
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
V-1
2. Configurasi Mysql server
3.pilih detailed configurasi
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
V-2
4. pilih developer machine
5. pilih next
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
V-3
6.pilih decision lalu tekan next
\ 7.pilih next (default port 3306)
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
V-4
8.pilih next
9. Pilih next
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
V-5
10. isikan password root lalu pilih next
11.pilih next lalu pilih finish
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
V-6
12. copy forder database => folder sigbanyuwangi ke C:\Program Files \MySQL\MySQL Server 5.0\data
Penyusunan Sistem Informasi Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
D
O
K
U
M
E
N
LAPORAN AKHIR
V-7