BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pencemaran air merupakan persoalan yang terjadi di sungai dari badan air di Indonesia. Sumber pencemaran air terutama disebabkan oleh aktivitas manusia dan dipicu oleh pertumbuhan penduduk. Air untuk irigasi pertanian biasanya menggunakan air permukaan seperti sungai dan danau. Dari beberapa
penelitian
terakhir
mengindikasikan
sebagian
besar sungai utama di Indonesia telah tercemar baik oleh limbah industri maupun limbah domestik, bahkan dibeberapa tempat seperti di sebagian wilayah kota industri tingkat pencemaran air permukaan sudah melebihi batas ambang yang diperkenankan untuk konsumsi bahkan untuk irigasi pertanian (Prayitno, 2008; Hoesein, 1984). Desa Suka Makmur memiliki areal persawahan seluas 125 ha sumber air irigasi yaitu air sungai Silo dialirkan ke saluran irigasi. Permasalahan utama yang dihadapi masyarakat yaitu air irigasi yang digunakan untuk areal persawahan telah
Universitas Sumatera Utara
tercemar oleh limbah dari pabrik kelapa sawit yang terdekat dengan areal persawahan. Dari analisa di laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, di air irigasi ditemukan kandungan logam timbal (Pb) sebesar 0,11 ppm. Sumber masuknya logam berat timbal (Pb) di perairan yang paling utama berasal dari limbah buangan industri serta dari logam berat timbal (Pb) di udara yang terbawa oleh angin dan hujan (Ahmad.2001). Nilai ini telah melampaui batas baku mutu air irigasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 yaitu 0,03 ppm. Air sungai yang tercemar oleh limbah industri dikhawatirkan akan menyebabkan penurunan kualitas tanah sawah. Menurunnya kualitas tanah sawah akan berdampak pada penurunan besar dan kualitas hasil panen di Desa Suka Makmur. Varietas yang digunakan adalah padi varietas Mekongga dengan produksi 4 ton/ha, padahal menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2011) bahwa kisaran hasil tanaman padi varietas Mekongga adalah 6 ton/ha Selain itu dikhawatirkan penggunaan air irigasi yang tercemar logam berat dari limbah industri secara langsung akan meracuni tanaman budidaya dan membatasi kemampuan tanah untuk menjalankan fungsinya karena peran logam berat timbal (Pb) sebagai hara tumbuhan juga belum diketahui. Menurut Saeni (1997) timbal merupakan logam berat yang paling berbahaya kedua setelah merkuri. Logam ini sangat beracun bagi tumbuhan, hewan dan manusia. Pada masa lalu air irigasi yang berasal dari air sungai bisa langsung dialirkan
Universitas Sumatera Utara
ke sawah, saat ini harus ada teknik yang ditambahkan untuk mengurangi pencemaran air. Salah satu dari beberapa teknik remediasi ialah fitoremediasi dan merupakan cara yang murah dan mudah diterapkan petani. Pada penelitian ini aplikasi teknik fitoremediasi dengan menggunakan kolam biofiltrasi. Pertimbangan digunakannya proses biofiltrasi karena proses ini sangat efektif, biaya pembuatan kolam biofiltrasi relatif murah, sangat efektif, tanaman cepat tumbuh dan mudah dipelihara serta tidak membutuhkan operator yang memiliki keahlian khusus (Ulfin,2000). Selain itu penelitian dengan menggunakan perlakuan debit air dalam teknik fitoremediasi belum pernah dilakukan. Kemampuan tumbuhan air dalam menyerap logam berat dalam jumlah bervariasi, dan hanya tumbuhan tertentu saja yang diketahui dapat mengakumulasi unsur logam tertentu dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Beberapa jenis tumbuhan air mampu bekerja sebagai agen fitoremediasi (tumbuhan penyerap logam berat) seperti Azolla (Bennicelli et al, 2004), semanggi air (Agunbiade et al, 2009), eceng gondok (Juhaeti dkk, 2004). Namun demikian, belum diketahui bagaimana besar serapan tanaman air dan besarnya debit air yang digunakan untuk menurunkan logam berat timbal (Pb) dalam air irigasi.
1.2. Rumusan Masalah 1. Apakah tanaman air dapat menurunkan kandungan logam berat timbal (Pb) dalam air irigasi yang sesuai dengan standar baku mutu yang telah ditetapkan
Universitas Sumatera Utara
oleh pemerintah. 2. Berapa debit air irigasi yang dapat menurunkan konsentrasi logam berat timbal (Pb). 3. Seberapa besar kemampuan tanaman eceng gondok, semanggi air dan azollla dalam meremediasi air dan tanah yang tercemar logam berat timbal (Pb).
1.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengaruh tanaman eceng gondok, semanggi air dan azolla dalam menurunkan konsentrasi logam berat timbal (Pb) dalam air irigasi. 2. Untuk mengetahui pengaruh debit air irigasi dari kolam biofiltrasi pada lahan sawah dalam menurunkan konsentrasi logam berat timbal (Pb). 3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara jenis tanaman dengan debit air dalam menurunkan konsentrasi logam berat timbal (Pb) dalam air irigasi.
1.4. Hipotesis 1. Penggunaan tanaman air eceng gondok, semanggi air dan azolla yang bersifat fitoremediasi akan mampu menurunkan konsentrasi logam berat timbal (Pb) di dalam air irigasi padi sawah. 2. Ukuran debit air kolam biofiltrasi memberikan pengaruh terhadap jumlah konsentrasi logam berat timbal (Pb) dalam air irigasi. 3. Ada pengaruh interaksi antara tanaman eceng gondok, semanggi air dan azolla
Universitas Sumatera Utara
dengan debit air terhadap penurunan logam berat timbal (Pb).
1.5. Manfaat Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu: 1. Memberi masukan dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai pemanfaatan tanaman air sebagai fitoabsorber dari logam berat timbal (Pb) yang menjadi bahan pencemar di air irigasi. 2. Memberikan informasi ilmiah mengenai alternatif pengolahan tanah tercemar logam berat timbal (Pb) dengan teknik fitoremediasi. 3. Sebagai bahan untuk tesis yang untuk menjadi syarat mengikuti ujian Magister Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
Universitas Sumatera Utara