PENCAMPURAN AIR REBUSAN DAUN BELUNTAS PADA AIR MINUM UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN BROILER
LAPORAN PROYEK USAHA MANDIRI
Oleh
EKO SETIYAWAN No. BP. 1201371018
PROGRAM STUDI PETERNAKAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH PAYAKUMBUH 2015
PENCAMPURAN AIR REBUSAN DAUN BELUNTAS PADA AIR MINUM UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN BROILER
LAPORAN PROYEK USAHA MANDIRI
Oleh
EKO SETIYAWAN No. BP. 1201371018
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Mata Kuliah Proyek Usaha Mandiri pada Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Program Studi Peternakan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
PROGRAM STUDI PETERNAKAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH PAYAKUMBUH 2015
LAPORAN PROYEK USAHA MANDIRI
PENCAMPURAN REBUSAN AIR DAUN BELUNTAS PADA AIR MINUM UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN BROILER
OLEH
EKO SETIYAWAN 1201371018
Menyetujui : Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Pangan
Dosen Pembimbing
Ir. Setya Dharma, M.Si NIP.196010061987031003
Debby Syukriani, S.Pt, MP NIP.197912192003122002
Direktur Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Ir. Gusmalini, MP NIP. 197511101987032001
LAPORAN PROYEK USAHA MANDIRI
PENCAMPURAN REBUSAN AIR DAUN BELUNTAS PADA AIR MINUM UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN BROILER OLEH EKO SETIYAWAN 1201371018
Telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji Laporan Proyek Usaha Mandiri Program Studi Peternakan Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Pada Tanggal 27 Januari 2015
TIM PENGUJI
No
Nama
Jabatan
1
Ir. Nelzi Fati, MP
Ketua
2
Toni Malvin, S.Pt, MP
Anggota
3
Debby Syukriani, S.Pt, MP
Anggota
Tanda Tangan
PENCAMPURAN REBUSAN AIR DAUN BELUNTAS PADA AIR MINUM UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN BROILER Oleh : EKO SETIYAWAN 1201371018 Dibawah bimbingan : Debby Syukriani, S.Pt, MP RINGKASAN Broiler merupakan ternak penghasil daging yang cukup potensial dalam memenuhi kebutuhan akan protein hewani yang dibutuhkan masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhan daging broiler yang berkualitas dituntut daging broiler yang terbebas dari residu obat-obatan. Salah satu cara yang dapat dikerjakan untuk menghindarkan residu kimiawi dari obat-obatan yaitu dengan memberikan rebusan air daun beluntas pada air minum. Beluntas merupakan salah satu jenis tanaman obat yang mengandung amino (leusin, isoleusin, triptofan, treonin), alkaloid, flavonoida, minyak atsiri, asam chlorogenik, natrium, kalium, aluminium, kalsium, magnesium, fosfor, besi, vitamin A dan C, yang mana mempunyai khasiat sebagai penambah nafsu makan, membantu pencernaan dan dapat mengobati stress (Setiaji dan Sudarman, 2005). Proyek Usaha Mandiri (PUM) dilaksanakan selama dua periode. Dimana Proyek Usaha Mandiri dimulai pada tanggal 16 September 2014 – 28 November 2014. Kegiatan ini dilaksanakan dikandang broiler UPT Farm Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Teknologi yang diberikan selama Proyek Usaha Mandiri (PUM) berupa teknologi yang dapat meningkatkan bobot badan broiler, disini teknologi berupa pemberian air rebusan daun beluntas pada air minum sebanyak 10 % dari air minum dan secara diskontiniu. Pertambahan Berat Badan (PBB) broiler yang didapatkan selama PUM yaitu broiler kontrol periode 1 dan 2 adalah 1099 gr dan 1018 gr sedangkan untuk broiler perlakuan yaitu 1129 gr dan 1038 gr. Konsumsi pakan broiler perlakuan periode I dan II yaitu 1.654,40 gr dan 1.473,28 gr sedangkan untuk broiler kontrol 1.682,80 gr dan 1.545,78 gr selama 26 hari pemeliharaan. Konversi ransum broiler perlakuan kedua periode lebih rendah dari broiler kontrol. Konsumsi air minum broiler kontrol kedua periode lebih rendah dari konsumsi broiler perlakuan. Kata kunci : Broiler, Air Rebusan daun Beluntas
Kata Pengantar
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya berupa kesehatan salah satunya kepada penulis. Shalawat beriring salam selalu kita kirimkan kepada Rasullah SAW, yang mana telah memberikan dan mengajarkan kita untuk selalu dalam keadaan yang fitrah kepada kita semua. Sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Proyek Usaha Mandiri (PUM) berjudul “Pencampuran Air Rebusan Daun Beluntas Pada Air Minum Untuk Meningkatkan Pertambahan Bobot Badan Broiler”. Penyusunan laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Proyek Usaha Mandiri (PUM) pada semester V (lima) di program studi Peternakan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah membantu baik moral maupun materi dalam proses pembuatan laporan PUM. Oleh karena itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Ir. Gusmalini, M.Si sebagai Direktur Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 2. Bapak Ir. Setya Dharma, M.Si sebagai ketua Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 3. Ibu Muthia Dewi, S.Pt, M.Sc sebagai Ketua Program Studi Peternakan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 4. Ibu Debby Syukriani, S.Pt, M.P sebagai Dosen Pembimbing Akademik 5. Kedua Orang Tua yang telah memberikan dukungan dan juga berpartisipasi dalam penyusunan laporan ini Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi untuk masa yang akan datang. Tanjung Pati, Januari 2015
ES
i
DAFTAR ISI
Hal KATA PENGANTAR ................................................................
i
DAFTAR ISI ................................................................................
iii
DAFTAR TABEL .......................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................
vii
I. PENDAHULUAN ..................................................................
1
1.1.Latar Belakang ............................................................ 1.2.Tujuan .........................................................................
1 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .........................................................
5
2.1. Landasan Usaha ......................................................... 2.1.1. Potensi permintaan ........................................... 2.1.2. Potensi penawaran ............................................ 2.1.3. Proyeksi peluang pasar ..................................... 2.1.4. Penjualan dan strategi pemasaran .....................
5 5 7 8 9
2.2. Aspek Lingkungan .....................................................
9
2.2.1. 2.2.2. 2.2.3. 2.2.4.
III.
Kondisi lingkungan ........................................... Kondisi sosial budaya masyarakat .................... Usaha peternakan rakyat ................................... Kebijakan pemerintah .......................................
9 10 10 10
2.3. Aspek Teknologi ........................................................
11
2.4. Teknologi Produksi ....................................................
11
METODE PELAKSANAAN .........................................
13
3.1.Waktu Dan Tempat ..................................................... 3.2.Bahan Dan Alat ........................................................... 3.3.Pelaksanaan Proyek .................................................... 3.3.1. Proses produksi ......................................... 3.3.2. Tolok ukur keberhasikan produksi ............ 3.3.3. Pola produksi ............................................ 3.3.4. Kebutuhan sarana dan prasarana ..............
13 13 13 13 16 16 16
ii
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................
18
4.1. Hasil ......................................................................... 4.1.1. Laporan finansial ...................................... 4.1.2. Hasil pengamatan ..................................... 4.2. Pembahasan .............................................................. 4.2.1. Aspek produksi ......................................... 4.2.2. Aspek finansial ......................................... 4.2.3. Aspek teknis .............................................
18 18 22 23 23 29 30
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................
31
5.1. Kesimpulan .............................................................. 5.2. Saran .........................................................................
31 31
DAFTAR PUSTAKA .................................................................
32
V.
iii
DAFTAR TABEL
Tabel
Hal
1. Jumlah pemotongan broiler di Kabupaten Limapuluh Kota 2007-2011 .................................................................................
5
2. Proyeksi jumlah pemotong broiler di Kabupaten Limapuluh Kota 2015-2019 ........................................................................
7
3. Populasi broiler di Kabupaten Limapuluh Kota tahun 2007 – 2011 ..........................................................................................
7
4. Proyeksi populasi broiler di Kabupaten Limapuluh Kota tahun 2014-2018 ................................................................................
8
5. Proyeksi peluang pasar broiler di Kabupaten Limapuluh Kota tahun 2015-2019 ......................................................................
9
6. Kebutuhan peralatan kandang ..................................................
16
7. Sarana produksi ........................................................................
17
8. Biaya dan kebutuhan alat .........................................................
18
9. Biaya dan kebutuhan bahan periode I .....................................
19
10. Biaya dan kebutuhan bahan periode II ...................................
19
11. Biaya tenaga kerja langsung ...................................................
20
12. Biaya lain-lain .........................................................................
20
13. Rekapitulasi biaya....................................................................
20
14. Produksi broiler selama PUM .................................................
21
15. Pendapatan selama PUM ........................................................
21
16. Analisis biaya dan pendapatan ...............................................
22
17. Konsumsi pakan broiler, Pertambahan bobot badan broiler, Konversi ransum, dan Konsumsi air minum ...........................
22
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Hal
1. Grafik pemotongan broiler di Kabupaten Limapuluh kota 2007-2011 ................................................................................
6
2. Proses pembuatan air rebusan daun beluntas ...........................
12
3. Pemberian air rebusan daun beluntas .......................................
12
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Hal
1. R/C ratio, B/C ratio, BEP harga, BEP hasil dan BEP skala usaha pada pemeliharaan broiler kontrol .......................
33
2. R/C ratio, B/C ratio, BEP harga, BEP hasil dan BEP skala usaha pada pemeliharaan broiler perlakuan ..................
33
3. Pertambahan bobot badan ........................................................
34
4. Konsumsi pakan broiler ...........................................................
34
5. Konsumsi air minum ................................................................
34
6. Jadwal pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri .............................
35
7. Lay out proyek .........................................................................
36
8. Dokumentasi ............................................................................
37
vi
I.
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun semakin lama semakin bertambah dan meningkat secara pesat. Oleh karena itu, dengan peningkatan laju pertambahan penduduk yang pesat, maka permintaan akan kebutuhan bahan pangan juga akan meningkat. Terkhusus dari bahan pangan yang berasal dari hewan juga akan mengalami peningkatan. Dalam peningkatan dewasa ini juga perlu diimbangi dengan teknologi yang memadai agar mendapatkan hasil yang maksimal. Tingginya permintaan akan kebutuhan daging unggas (broiler) yang terus meningkat perlu diimbangi dengan pertambahan populasi dari brolier, sehingga dapat memenuhi kebutuhan daging broiler sesuai dengan permintaan konsumen. Tidak hanya itu, pemeliharaan yang relatif singkat menjadikan usaha broiler semakin bergairah karena modal cepat kembali . Bila melihat dari segi mutu, daging ayam ini memiliki nilai gizi yang tinggi dibandingkan dengan daging dari hewan lainnya. Daging broiler mempunyai tekstur yang lembut, warnanya juga merah terang, bersih dan menarik, serta mudah untuk dikelola dalam pengolahannya. Selain itu juga untuk dikonsumsi sangat digemari oleh semua kalangan dan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat pada umumnya. Bila dilihat dari segi pemeliharaanya, khusus broiler ini juga sudah sangat populer dan merupakan ayam yang dapat di usahakan secara efisien, sebab broiler merupakan ternak potong yang paling cepat untuk di potong dibandingkan dengan ternak potong lainnya.
1
Menurut Sudaryani dan Santoso (2009), broiler merupakan jenis ayam ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktifitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Sedangkan menurut Rasyaf (2004), broiler merupakan ayam pedaging yang mengalami pertumbuhan yang pesat pada umur 1– 5 minggu. Pada saat berusia 3 minggu saja tubuhnya sudah padat dan gempal. Selanjutnya di jelaskan bahwa broiler yang berumur lebih dari 6 minggu sudah sama besarnya dengan ayam kampung dewasa yang berumur 8 bulan. Keunggulan broiler ini juga didukung sifat genetik dan keadaan lingkungan yang meliputi makanan, temperatur lingkungan dan pemeliharaannya. Pada praktek pelaksanaannya beternak broiler cepat dalam pertumbuhan, dan juga efisien dalam mengubah makanan menjadi daging. Broiler ini pada umumya mudah mengalami stres yang disebabkan oleh berbagai sumber antara lain praktek manajemen, nutrisi, dan juga kondisi lingkungan. Apabila stres pada broiler tidak segera ditangani dapat mengakibatkan penurunan produksi, sehingga dapat juga merugikan peternak sendiri. Penanggulangan stress pada ayam biasa menggunakan anti stres komersil kurang efisien karena obat yang relatif mahal, sehingga kurang menguntungkan bagi peternak. Rebusan air beluntas ini dapat menggantikan obat stress komersil, Setiaji dan Sudarman (2005). Perebusan merupakan hal yang biasa kita dengar dalam keseharian kita. Menurut Novary (1997), perebusan merupakan pemasakan bahan makanan menggunakan bahan cair pada suhu 100 0C tercapainya suhu tersebut ditandai dengan munculnya gelembung-gelembung udara naik dan pecah ke permukaan.
2
Dijelaskan selanjutnya bahwa bahan cair tersebut dapat berupa air, santan, susu, dan kaldu. Beluntas (Pluchea indica less) merupakan salah satu jenis obat yang biasa digunakan sebagai tanaman pagar dan tanaman obat. Menurut Dalimartha (1999), beluntas memiliki khasiat pada manusia yaitu meningkatkan nafsu makan (stomakik), membantu dalam pencernaan, pereda deman, dan penyegar. Selanjutnya menurut Arief (2004), beluntas dapat menambah nafsu makan dan membantu pencernaan, lebih lanjut dijelaskan bahwa beluntas ini juga dapat mengobati beberapa penyakit yaitu gangguan pencernaan, menghilangkan bau badan, penurun panas, serta mengobati rematik dan nyeri persendian. Hasil penelitian Setiaji dan Sudarman (2005), diperoleh bahwa air rebusan beluntas dapat digunakan sebagai pengganti obat anti stress sintetik komersil, yang dapat meningkatkan pertambahan bobot badan broiler dan juga menjadi obat anti stress pada broiler, berdasarkan hasil penelitian di atas maka dilakukan Proyek Usaha Mandiri dengan judul “Pencampuran Air Rebusan Daun Beluntas Pada Air Minum Untuk Meningkatkan Pertambahan Bobot Badan Broiler”.
3
I.2. TUJUAN
Dalam melakukan Proyek Usaha Mandiri dengan judul “Pencampuran Air Rebusan Daun Beluntas Pada Air Minum Untuk Meningkatkan Pertambahan Bobot Badan Broiler” bertujuan untuk a) Mengembangkan dan melatih jiwa wirausaha dalam diri pribadi. b) Mencoba menerapkan dan mengsinkronisasikan ilmu yang didapat pada saat perkuliahan secara langsung di lapangan. c) Melatih dalam menjalankan usaha sehingga memperoleh pengalaman dan dapat merencanakan dan dapat mengelola manajemen usaha di bidang peternakan dengan menggunakan teknologi yang dipilih. d) Mampu menjalankan proyek dengan sebaik mungkin dengan kemampuan yang dimiliki untuk keberhasilan dari proyek tersebut. e) Khususnya untuk mengetahui pengaruh pencampuran air rebusan daun beluntas pada air minum untuk meningkatkan pertambahan bobot badan broiler.
4
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Usaha 2.1.1. Potensi permintaan
Untuk mengetahui tinggi atau rendahnya suatu permintaan produk dapat kita lihat dari besarnya suatu permintaan terhadap suatu produk. Daging broiler sangat diminati masyarakat karena daging broiler mengandung protein hewani yang diperlukan oleh tubuh. Selain itu, protein memiliki fungsi sebagai zat pembangun, pengatur dan juga pemberi tenaga. Dalam pengolahannya, daging broiler ini tidak memiliki tingkat kesulitan yang berarti dalam pengolahannya. Daging broiler ini dapat dijangkau dengan harga yang sesuai oleh masyarakat pada umumnya. Besarnya permintaan akan kebutuhan daging oleh masyarakat, Kabupaten Limapuluh Kota dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang signifikan. Oleh karena itu, permintaan yang terus meningkat perlu di imbangi dengan peningkatan produk. Peningkatan permintaan daging broiler di Kabupaten Limapuluh Kota dari tahun 2007-2011 meningkat secara signifikan dan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel I. Jumlah pemotongan broiler di Kabupaten Limapuluh Kota Tahun 2007 2011 Tahun Jumlah pemotongan broiler (ekor) Peningkatan (%) 663.138 0 2007 954.700 43,97 2008 4.849.320 407,94 2009 4.080.356 -15,86 2010 5.866.130 43,77 2011 16.413.644 479,82 Jumlah 3.282.728,8 119.96 Rata-rata Sumber: Dinas peternakan Sumatera Barat (2014)
5
5650000
Tahun
4650000 3650000
Jumlah Pemotongan Broiler (ekor)
2650000 1650000 650000 2007
2008
2009
2010
2011
Linear (Jumlah Pemotongan Broiler (ekor))
Gambar 1. Grafik pemotongan broiler di Kabupaten Limapuluh Kota dari tahun 2007–2011 Melihat dari rata-rata peningkatan jumlah pemotongan broiler dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 yaitu 119.96%, data pemotongan pada Tabel 1 maka dapat diproyeksikan pemotongannya untuk Tahun 2015 – 2019. Dengan menggunakan rumus = (data tahun terakhir X peningkatan % rata-rata) + data tahun akhir). Sehingga dapat diproyeksikan bahwa jumlah pemotongan broiler dari tahun 2012, 2013 dan 2014 berturut-turut adalah 12.905.486 ekor, 28.392.069 ekor dan 62.462.552 ekor. Untuk tahun 2015 sampai tahun 2019 dapat di lihat pada Tabel 2. Tabel 2. Proyeksi jumlah pemotongan broiler di Kabupaten Limapuluh Kota 2015 – 2019. Tahun Jumlah pemotongan (ekor) Jumlah pemotongan (kg) 2015 137.417.615 116.117.885 2016 302.318.753 255.459.346 2017 665.101.256 562.010.5612 2018 1.463.222.764 1.236.423.235 2019 3.219.090.080 2.720.131.118 Catt : asumsi 1 ekor berat karkas 65% dengan berat hidup 1,3 kg yaitu 0,845 kg
6
2.1.2 Potensi penawaran Kabupaten Limapuluh Kota merupakan salah satu sentral daerah peternakan, maka pemenuhan dari kebutuhan daging broiler juga di penuhi oleh produksi daging broiler di daerah ini juga. Jika permintaan daging broiler dan penawaran daging broiler berkurang, maka akan menyebabkan harga broiler menurun. Begitu sebaliknya, jika permintaan akan daging broiler melonjak, maka harga akan melambung, karena akan terjadi persaingan dipasaran. Potensi penawaran ini dapat di ketahui dari banyaknya populasi broiler di Kabupaten Limapuluh Kota. Berikut tabel populasi broiler di Kabupaten Limapuluh Kota. Untuk populasi broiler dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Populasi broiler di Kabupaten Limapuluh Kota tahun 2007 – 2011. Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Populasi Broiler (ekor) 663.337 954.986 3.463.800 4.081.580 5.867.890 Jumlah Peningkatan Rata-Rata Peningkatan Sumber: Dinas peternakan, 2013
peningkatan (%) 44 263 18 44 368 92
Dengan melihat rata-rata peningkatan populasi broiler yang ditunjukan oleh Tabel 4 sebesar 92 %. data jumlah populasi pada Tabel 2 maka dapat diproyeksikan pemotongannya untuk Tahun 2015 – 2019 dengan menggunakan rumus = (data tahun terakhir X peningkatan % rata-rata) + data tahun akhir). Sehingga dapat di proyeksikan populasi broiler pada tahun 2012, 2013 dan 2014
7
yaitu 11.266.349 ekor, 21.631.390 ekor dan 41.532.268 ekor. Untuk tahun 2015 sampai 2019 dapat dilihat dari Tabel 5. Tabel 4. Proyeksi populasi broiler di Kabupaten Limapuluh Kota Tahun 2014 2018 Tahun Populasi Broiler (Ekor) Penawaran Broiler (Kg) 2015 79.741.955 67.381.952 2016 153.104.554 129.373.348 2017 293.960.743 248.396.828 2018 564.404.626 476.921.909 2019 1.083.656.882 915.690.066 Catt: asumsi 1 ekor berat karkas 65% dengan berat hidup 1,3 kg yaitu 0,845 kg 2.1.3. Proyeksi peluang pasar Berdasarkan analisis proyeksi jumlah permintaan dan penawaran, maka dapat dihitung jumlah peluang pasar dari populasi broiler. Permintaan dan penawaran pada broiler satuannya disubsitusikan ke kg berat broiler pada saat panen. Berdasarkan proyeksi permintaan daging broiler di Kabupaten Limapuluh Kota dapat dilihat dari tabel broiler untuk tahun 2015 – 2019 seperti tercantum pada Tabel 5. Tabel 5. Proyeksi peluang pasar broiler di Kabupaten Limapuluh Kota 2015 2019. Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Proyeksi Permintaan (kg) 116.117.885 255.459.346 562.010.5612 1.236.423.235 2.720.131.118
Proyeksi Penawaran (kg) 67.381.952 129.373.348 248.396.828 476.921.909 915.690.066
Peluang Pasar (kg) 48.735.933 126.085.998 313.613.734 759.501.326 1.804.441.052
8
Dari Tabel 5, menunjukan bahwa masih cukup besar peluang untuk usaha bisnis peternakan broiler. Yang mana nanti hasil panen (produksi) yang dihasilkan nantinya dapat dipasarkan ke Kabupaten Limapuluh Kota. 2.1.4. Penjualan dan strategi pemasaran
Broiler yang dipelihara selama proyek usaha mandiri (PUM) ini dipanen setelah broiler berumur 26 hari, dalam pemasarannya broiler ini dapat dijual langsung kepada konsumen baik dalam bentuk hidup maupun sudah siap diolah. Dalam pemasarannya dapat langsung ditawarkan kepada ibu-ibu rumah tangga yang berada di sekitar kampus dan perumahan dengan harga sesuai kesepakatan. 2.2. Aspek Lingkungan 2.2.1. Kondisi lingkungan Keadaan lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan broiler. Keadaan lingkungan tersebut salah satunya yaitu suhu, jadi perlu perhatian terhadap kondisi lingkungan ideal untuk ayam tersebut. Menurut Rasyaf (2004), suhu 350C pada hari pertama yang dibutuhkan indukan, kemudian minggu ke dua suhunya 320C
sedangkan untuk minggu ketiga tidak diperlukan lagi
indukan (jika didaerah pegunungan memang diperlukan indukan, maka dapat diteruskan sampai minggu ke tiga dengan suhu 29,40C), sedangkan menurut AAK (1986), suhu optimal pada kehidupan broiler ialah sekitar 210C, atau bervariasi antara 16-260C dan tidak lembab. Selanjutnya suhu berpengaruh langsung broiler terhadap penurunan konsumsi makanan dan pemborosan enengi.
9
Daerah Tanjung Pati merupakan daerah yang beriklim sedang yang dapat memberikan pengaruh baik terhadap produksi broiler, dengan ketinggian 500 meter dpl, curah hujan 2000-2500 mm/tahun, dengan distribusi hujan dan suhu yang merata (Badan Meteorologi Dan Geofisika Sumbar, 2014). 2.2.2. Kondisi sosial dan budaya masyarakat Aspek sosial dan budaya masyarakat Kabupaten Limapuluh Kota. Hasil produksi broiler dapat diterima dengan baik oleh seluruh lapisan masyarakat pada umumnya, karena mempunyai daging yang empuk dan daging yang khas. Namun perlu diperhatikan pula bahwa masyarakat juga belum terlepas dari ayam kampung yang memang sudah lebih dahulu dikenal, walaupun demikian ayam kampung dan broiler memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. 2.2.3. Usaha peternakan rakyat Kabupaten Limapuluh Kota merupakan daerah sentral penghasil produkproduk peternakan di Sumatra Barat, khususnya ternak unggas mulai dari skala kecil sampai skala besar. Pola usaha peternakan broiler di Kabupaten Limapuluh Kota berupa PIR, Usaha Keluarga dan Perusahaan. 2.2.4. Kebijakan pemeritah Kebijakan pemerintah mengenai usaha peternakan broiler ialah A. Surat Keputusan Mentri Dalam Negri Republik Indonesia, Pertanian No.tn 330/342/5/1984, yang sesuai dengan ketentuan petunjuk pelaksanaan usaha peternakan ayam/kepres 50/1981, mengenai pola usaha Perusahaan Intik Rakyat (PIR) Perunggasan. Pengertian PIR perunggasan adalah bentuk pembinaan usaha peternakan usaha unggas melalui sistem kerja
10
tertutup yang saling menguntungkan antara perusahaan penyaluran sarana produksi peternakan, pengolahan dan pemasaran hasil produksi peternakan sebagai INTI ternak ayam (Murtidjo,1987). 2.3. Aspek Teknologi Aspek teknologi dalam proyek usaha mandiri ini menggunakan rebusan air daun beluntas. Menurut penelitian Setiaji dan Sudarman (2005), bobot badan hidup broiler rata-rata berkisar antara 1.220 – 1.345 gr/ekor dan dijelaskan selanjutnya bahwa konsumsi broiler ini juga dipengaruhi oleh air minum. Pond et al (1995) dalam Setiaji dan Sudarman (2005) melaporkan bahwa efek menurunnya konsumsi air minum dapat menurunkan konsumsi ransum dan juga produktifitas ternak (bobot badan dan dehidrasi). Rasyaf (2009), kebutuhan air minum tergantung pada temperatur kandang ,aktivitas broiler dan umur broiler, selanjutnya dijelaskan bahwa terdapat tiga cara broiler dalam mendapatkan air yaitu dari air minum, air metabolis, dan ransum yang dikonsumsi broiler. 2.4. Teknologi Produksi Pemberian rebusan air daun beluntas dilakukan secara diskontiniu. Rebusan air daun beluntas diberikan selama pemeliharaan broiler ini. Dalam pemberian ekstrak daun beluntas dengan dosis 10% dari air minum yang mampu mengurangi stress pada broiler, sehingga mampu meningkatkan pertambahan bobot badan broiler.
11
Teknologi yang digunakan ialah pencampuran rebusan air beluntas dalam air minum yang diberikan secara diskontiniu untuk meningkatkan bobot badan. Tahap 1. Pembuatan rebusan air daun beluntas
Pencucian daun beluntas
Daun beluntas
Rebus daun beluntas selama 30 menit setelah air mendidih (suhu 90 0C)
Tiriskan
Daun ditimbang
Rebusan(infusa) daun beluntas
Penyaringan
Gambar 3. Poses pembuatan air rebusan daun beluntas Tahap II. Pemberian rebusan air daun beluntas
RADB
Air minum
Air minum perlakuan
Campurkan air minum dengan RADB Gambar 4. Proses pemberian rebusan air daun beluntas.
12
III.
METODE PELAKSANAAN
a. Waktu Dan Tempat Proyek Usaha Mandiri ini dilaksanakan di Kandang UPT Farm Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, di Tanjung Pati, Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Proyek ini dilaksanakan selama 3 bulan yang dimulai pada tanggal 16 September 2014 sampai 28 November 2014.
b.
Bahan Dan Alat
Bahan dan alat merupakan suatu penunjang keberhasilan dalam berusaha, baik yang dilakukan usaha tersebut dalam usaha yang mana skala kecil maupun besar. Dalam Proyek Usaha Mandiri ini bahan yang digunakan meliputi : DOC, vaksin, pakan, daun beluntas. Sedangkan untuk alat yang digunakan meliputi : tempat pakan dan minum, sekat, piting lampu, lampu, sekam, koran, plastik tirai, kabel, gunting, tali, kompor, panci.
c. Pelaksanaan Proyek i.
Proses produksi Beberapa hal yang dilakukan dalam proses produksi yaitu: A. Persiapan kandang Dalam melaksanakan Proyek Usaha Mandiri (PUM), kandang yang di pakai adalah kandang milik UPT Farm Politeknik Pertanian Negri Payakumbuh. Kandang yang akan digunakan adalah kandang liter. Kandang tersebut sebelum dipasangan indukan, perlu disanitasi terlebih dahulu, baik secara mekanis maupun
13
kimiawi. Setelah itu baru dipasang indukannya dengan memperhatikan kenyamanan DOC dan kenyamanan dalam pemeliharaan nantinya. Persiapan sarana dan prasarana kandang hal pertama dilakukan adalah membersihkan kandang terlebih dahulu dengan mencuci seluruh bagian kandang dengan cara menyiram kandang dengan air sampai bersih. Selanjutnya kandang diberi kapur secara keseluruhan bertujuan untuk menetralisir kuman-kuman yang ada pada alas kandang. Kandang disanitasi dengan menyemprotkan rodalon, penyemprotan ini bertujuan untuk membunuh atau menetralisir kuman dan bakteri yang ada di sekitar kandang supaya ayam tidak terserang penyakit. Sesudah melakukan penyemprotan dan pengapuran kandang, kandang dikeringkan terlebih dahulu. Siap itu dilakukan pemasangan sekat dan membuat indukan, dengan diberi alas koran dibagian paling bawah. Setelah pemasangan koran guna untuk memberi alas untuk menampung sekam, sekam ditaburkan di atas koran dengan ketebalan 7-10 cm, dan diberi alas koran yang bertujuan untuk melatih DOC mengenal pakan dengan cara menaburkan pakan diatas koran tersebut. Pekerjaan selanjutnya dilakukan pemasangan pemanas dengan menggunakan lampu pijar 75 watt. B. Penerimaan bibit (DOC) Pengadaan DOC dilakukan dengan cara melakukan pemesanan melalui Poultry Shop. Sebelum DOC datang maka akan sebaiknya kita mengatur terlebih dahulu indukan, begitu juga dengan tempat pakan dan tempat minum harus tersedia sebelum DOC datang. Dan ketika DOC datang maka kita berikan air gula 14
sebagai sumber energi, karena DOC yang baru datang akan kehilangan energi dan stress setelah perjalanan jauh dari pabrik, pemberian air gula diberikan dosis 40 gr untuk 2 liter air.
C. Manajemen pemberian pakan dan pemberian minum Sebelum DOC datang maka perlu dipersiapakan pakan sehingga ketika chick in pakan telah tersedia, pemberian pakan komersil dengan cara menaburkan pakan diatas litter koran untuk hari pertama dan tempat pakan yang telah di sediakan, hal ini bertujuan untuk melatih dan memperkenalkan DOC pada pakan. Minggu pertama DOC diberikan pakan komersil dengan pemberian sebanyak 150 gr/ekor, minggu ke-2 sebanyak 300 gr/ekor, minggu ke-3 sebanyak 500 gr/ekor dan minggu ke-4 sebanyak 750 gr/ekor. Dalam pemberian air minum diberikan secara adlibitum baik yang kontrol dan perlakuan, khusus dalam pemberian air minum pada perlakuan diberikan rebusan air beluntas sebanyak 10% dari 1 liter air minum yang diberikan dan dilakukan pencampuran rebusan air beluntas ini secara diskontiniu. D. Manajemen pengendalian penyakit Agar mendapatkan hasil yang maksimal dan menguntungkan maka harus diperhatikan pula kesehatan broiler, karena broiler ini sangat rentan terhadap terhadap penyakit, maka perlu pencegahan dan pengendalian penyakit. Agar broiler tidak terkena penyakit maka perlu dilakukan sanitasi secara berkala, seperti menjaga kebersihan indukan, kandang, peralatan (tempat pakan dan minum) serta lingkungan sekitar setiap hari dan melakukan desinfektan setiap hari. Selain itu
15
juga perlu dilakukan vaksin ND pada umur ayam 4 hari, kerena penyakit ini sering menyerang DOC pada minggu-minggu awal pemeliharaan.
E. Panen Panen yang dilakukan pada saat broiler berumur 26 hari dan dijual secara langsung terhadap konsumen serta pedagang pengumpul dengan bobot badan ratarata periode I yaitu kontrol 1.140 gr dan perlakuan 1.170 gr. Periode II bobot badan rata-rata kontrol 1.055 gr dan perlakuan 1.075 gr. ii. Tolok ukur keberhasikan produksi Standar produksi yang digunakan dalam penilaian keberhasilan produksi pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (PUM) adalah bobot badan hidup broiler, konsumsi ransum, dan konversi ransum. Produksi dikatakan berhasil apabila pertambahan bobot badan broiler (PBB) 1.259 gr. Pada umur 4 minggu adalah diperkirakan mencapai 1,3 kg/ekor untuk broiler perlakuan, untuk broiler kontrol adalah 1,2 kg/ekor dan tingkat mortalitas pada broiler dibawah 2% iii. Pola produksi Proses pemeliharaan dilaksanakan selama 2 periode, setiap periode pemeliharaan berjumlah 100 ekor broiler, dengan membagi 2 bagian yaitu broiler kontrol dan perlakuan yang mana untuk setiap bagian mendapat 50 ekor broiler baik perlakuan dan kontrol, dan pemeliharaan dilaksanakan selama 26 hari setiap periode.
iv. Kebutuhan sarana dan prasarana Sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 6
16
Tabel 6. Kebutuhan peralatan kandang. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Alat Tempat pakan Tempat minum Bola lampu Plastik tirai Piting lampu Kabel Knop sprayer Sapu lidi Gayung Timbangan 5 kg Gelas ukur
Satuan Unit Unit Unit Meter Unit Meter Unit Unit Unit Unit Unit
Jumlah 4 4 2 4 2 4 1 1 1 1 1
Tebel 7. Sarana produksi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Alat DOC (perlakuan & kontrol) Pakan komersil BR 511 Kapur Sekam Rodalon Gula Koran Beluntas Neomeditril Vaksin
Satuan Ekor Kg Kg Karung Cc Kg Kg Kg cc Vial
Jumlah 100 170 1 1 1.8 0,25 ½ 3 100 1
17
IV.
a.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil i. Laporan finansial
A. biaya proyek Biaya yang termasuk kedalam biaya proyek ialah biaya alat, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja (HKO), dan biaya lainnya.
a.
Kebutuhan alat Kebutuhan serta biaya alat yang digunakan selama PUM dapat dilihat pada
Tabel 8. Tabel 8. Biaya dan kebutuhan alat Uraian
Bola lampu* Piting * Kabel* Plastik tirai * Soket*
Harga
UE (thn)
Penyusutan /Periode
20.000
1
2.857
1.429
1.429
1.429
1.429
16.000
1
2.286
1.143
1.143
1.143
1.143
24.000
1
3.429
1.714
1.714
1.714
1.714
15.000
1
2.143
1.071
1.071
1.071
1.071
2.000
1
286
143
143
143
143
11.000
5.500
5.500
5.500
5.500
Jumlah
Periode I Kontrol Perlakuan
Periode II Kontrol Perlakuan
Ket : * = nilai sisa = 0 UE = Usia ekonomis
b. Kebutuhan bahan Kebutuhan serta biaya bahan yang diperlukan selama PUM dapat dilihat pada Tabel 9.
18
Tabel 9. Biaya dan kebutuhan bahan periode I Uraian
DOC BR 511 Koran Sekam Gula Kapur Rodalon Vaksin Tali Daun Beluntas Neomeditril Jumlah
Satuan
Kebutuhan
ekor Kg Kg karung kg karung ml vial gulung kg
Kontrol Perlakuan 50 50 82,5 82,9 1 1 0,5 0,5 0,02 0,02 0,25 0,25 37,5 37,5 0,20 0,20 0,125 0,125 4
Ml
20
Harga Satuan
13
Kontrol Perlakuan
4.400 7.400 3.000 5.000 7.000 7.000 100 25.000 3.000 0
220.000 610.500 3.000 2.500 140 1.750 3.750 5.000 375 0
220.000 613.460 3.000 2.500 140 1.750 3.750 5.000 375 0
30.000
6.000 853.015
4.000 853.975
Tabel 10. Biaya dan kebutuhan bahan periode II Uraian
Satuan
Kebutuhan Kontrol Perlakuan
DOC BR 511 Koran Sekam Gula Kapur Rodalon Vaksin Tali Daun Beluntas Jumlah
ekor Kg Kg karung kg karung ml Vial gulung kg
50 71,49 1 0,5 0,02 0,25 37.5 0,20 0,125 0
50 73,94 1 0,5 0,02 0,25 37.5 0,20 0,125 4
Harga Satuan
Kontrol
Perlakuan
1.500 7.165 3.000 5.000 7.000 8.000 100 25.000 3.000 0
75.000 512.217 3.000 2.500 140 2.000 3750 5.000 375 0
75.000 529.771 3.000 2.500 140 2.000 3750 5.000 375 0
603.982
621.536
c. Kebutuhan tenaga kerja Biaya kebutuhan tenaga kerja selama PUM dapat dilihat pada Tabel 11
19
Tabel 11. Biaya tenaga kerja langsung Kegiatan
HKO
Persiapan kandang Pemeliharan broiler Pembuatan RADB Panen Jumlah
Biaya (Rp)
Periode I
Periode II
Kontrol
Perlakuan
0,75 50.000
37.500
37.500
37.500
37.500
1 50.000
50.000
50.000
50.000
50.000
0,5 50.000 1 50.000
Kontrol Perlakuan
25.000 50.000 125.000
50.000 150.000
25.000 50.000 125.000
50.000 150.000
Ket : HKO = 7 jam
d. Biaya lain-lain Tabel 12. Biaya lain-lain Uraian
Periode I Periode II Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan 10.000 30.000 10.000 30.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 20.000 40.000 20.000 40.000
Tranfortasi Komunikasi Sewa kandang @100/ekor Jumlah
e.
Rekapitulasi biaya
Tabel 13. Rekapitulasi biaya Uraian
Rencana Kontrol
Kebutuhan alat Kebutuhan bahan Kebutuhan tenaga kerja Biaya lainlain Jumlah
Realisasi
Perlakuan
Periode I Periode II Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan
5.189
7.314,8
5.500
896.108
966.358
45.000
70.000
125.000
150.000
125.000
150.000
7.500
17.500
20.000
40.000
20.000
40.000
953.797 1.061.172,8 1.003.515
1.049.475
754.482
853.015
5500 853.975
5500 603.982
5500 621.536
817.036
20
B. Produksi dan Pendapatan a. Produksi Produksi selama PUM yang dilaksanakan selama dua periode pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Produksi broiler selama PUM Uraian
Rencana
Realisasi Periode I
Kontrol Perlakuan Kontrol Produksi (ekor) Produksi ratarata /kg Total (kg)
Periode II
Perlakuan
Kontrol
Perlakuan
50
50
48
49
51
51
1,2
1,3
1,14
1,17
1,05
1,07
60
65
54,7
57,3
53,8
54,8
b. Pendapatan Pendapatan dari hasil penjualan broiler selama PUM dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Pendapatan salama PUM Uraian
Rencana
Realisasi
Kontrol Perlakuan Produksi (/kg)
60
65
Harga rata17.000 17.000 rata /kg Pendapatan 1.020.000 1.105.000 (rp)
Periode I Kontrol Perlakuan
Periode II Kontrol Kontrol
54,7
57,3
53,8
54,8
19.744,06
19.982,55
22.304,83
23.722,63
1.080.000
1.145.000
1.200.000
1.300.000
c. Analisis biaya dan pendapatan Analisis biaya dan pendapatan selama PUM meliputi pendapatan, rekapitulasi biaya, laba/rugi, B/C Ratio, R/C Ratio, BEP harga, BEP skala usaha, dan BEP Hasil, yang mana dapat dilihat pada Tabel 16.
21
Tabel 16. Analisis biaya dan pendapatan Uraian
Rencana
Realisasi Periode I Periode II Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan 1.080.000 1.145.000 1.200.000 1.300.000
Kontrol Perlakuan Pendapatan* 1.020.000 1.105.000 Rekapitulasi 953.797,25 1.061.172,8 1.003.515 1.049.475 biaya * Laba * 66.202,75 43.827,2 76.485 95.525 R/C Ratio 1,07 1,04 1,08 1,09 B/C Ratio 0,07 0,04 0,08 0,09 BEP Harga* 15.897 16.326 18.346 18.315 BEP Hasil** BEP Skala Usaha***
Ket : * ** *** 4.1.2
754.482
817.036
445.518
482.964
1,59
1,59
0,59
0,59
14.024
14.909
56,10
62,4
50,83
52,52
33,83
34,44
46
48
46
46
32
32
= satuan rp = satuan kg = satuan ekor
Hasil pengamatan Dari proyek usaha mandiri yang dilakuakan selama dua periode
didapatkan data pertambahan bobot badan broiler, konsumsi ransum, konversi ransum, serta konsumsi air minum yang dapat dilihat secara berurut pada Tabel 17 Tabel 17. Konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, dan konsumsi air minum Uraian
Rencana
Realisasi
Periode I Periode II Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan 1.700 1.700 1.682,8 1.654,4 1.545,78 1.473,28
Konsumsi ransum* Pertambahan bobot 1.159 badan* Konversi ransum 1,47 Konsumsi air minum** 1,22***
Ket : * ** ***
1.259
1.099
1.129
1.018
1.038
1,35 1,22***
1,53 3,24
1.47 3,4
1,52 2,05
1,42 2,24
= satuan gr = satuan liter = BKPM Produksi unggas pedaging
22
4.2 Pembahasan 4.2.1 Aspek produksi A. Pertambahan bobot badan broiler
Data pertambahan bobot badan broiler (PBB) ini diperoleh dari pemeliharaan broiler selama II periode dimana pada periode I berat rata-rata DOC awal adalah 41 gr/ekor, baik untuk kontrol maupun perlakuan. Pada pemeliharaan minggu pertama DOC telah dipisahkan baik yang kontrol maupun perlakuan dengan jumlah 50 ekor/perlakuan. Pada minggu pertama didapat data rata-rata pertambahan berat badan boiler untuk kontrol yaitu 119 gr/ekor sedangkan untuk perlakuan yaitu 121 gr/ekor. Pemeliharaan broiler ini dipelihara selama 26 hari dengan rata-rata bobot badan broiler akhir untuk kontrol yaitu 1.140 gr/ekor sedangkan untuk perlakuan yaitu 1.170 gr/ekor. Pada periode II berat rata-rata DOC awal adalah 37 gr/ekor, baik untuk kontrol maupun perlakuan. Pada pemeliharaan minggu pertama DOC telah dipisahkan
baik
yang
kontrol
maupun
perlakuan
dengan
jumlah
51
ekor/perlakuan. Dan pada minggu pertama didapat data rata-rata pertambahan berat bobot boiler untuk kontrol yaitu 103 gr/ekor sedangkan untuk perlakuan yaitu 105 gr/ekor. Pemeliharaan broiler ini dipelihara selama 26 hari dengan ratarata bobot badan broiler akhir untuk kontrol yaitu 1.055 gr/ekor sedangkan untuk perlakuan yaitu 1.075 gr/ekor. Tabel 17 menunjukan bahwa adanya perbedaan bobot badan broiler yang tidak terlalu jauh berbeda antara yang diberi perlakuan pemberian air rebusan beluntas sebanyak 10 % dari air minum dan diberikan secara diskontiniu dengan 23
yang kontrol. Perbedaan tersebut tidak terlalu jauh karena pemberian rebusan air daun beluntas yang mengandung amino (leusin, isoleusin, triptofan, treonin), alkaloid, flavonoida, minyak atsiri, asam chlorogenik, natrium, kalium, aluminium, kalsium, magnesium, fosfor, besi, vitamin A dan C tidak memberikan pengaruh yang jauh berbeda terhadap PBB broiler yang dihasilkan selama PUM. Hasil penelitian Sudarman dan Setiaji (2005) didapatkan rata-rata pertambahan bobot badan hasil penelitian berkisar antara 1.220 gr/ekor sampai 1.345 gr/ekor untuk pemeliharaan 5 minggu. Perbedaan hasil yang didapat ini dikarenakan selama PUM berlangsung ayam terkena penyakit pernapasan yang menggangu dalam proses pertumbuhan pada broiler. Namun pada broiler yang diberi perlakuan air rebusan daun beluntas ini lebih kuat dibandingkan yang kontrol penyebaraan penyakitnya cukup cepat dan membuat nafsu makan tidak stabil. Pertambahan bobot badan broiler dalam realisasi tidak tercapai, dimana PBB yang diperoleh selama PUM berada dibawah PBB broiler yang telah ada dalam perencanaan, adapun PBB dalam perencanaan yaitu 1.259 gr untuk perlakuan dan 1.159 gr untuk kontrol, namun pada realisasi ini tidak tercapai dimana pada realisasi PBB kontrol periode I dan II yaitu 1.099 gr dan 1018 gr sedangkan untuk perlakuan yaitu 1.129 gr dan 1.038 gr. PBB broiler selama PUM ini tidak tercapai dikarenakan broiler terkena penyakit bersin-bersin sehingga pertambahan bobot badan broiler tidak maksimal.
B. Konsumsi ransum Konsumsi ransum dapat dilihat pada Tabel 17. Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang diberikan kepada ternak dan dikurangi dengan sisa 24
pakan yang dinamakan dengan konsumsi ransum. Ransum yang digunakan selama PUM yaitu ransum komersil yang diberikan dari DOC sampai broiler di panen. Konsumsi ransum broiler perlakuan minggu I, II, III dan IV lebih rendah dibandingkan dengan broiler kontrol pada minggu yang sama pada periode I dan II. Pemberian air rebusan daun beluntas sebanyak 10%
pada air minum
menghasilkan konsumsi ransum yang rendah. Rendahnya konsumsi ransum dengan penambahan air rebusan daun beluntas ini memberikan pengaruh positif terhadap efisiensi pakan bila dibandingkan dengan kontrol. Beluntas mengandung amino (leusin, isoleusin, triptofan, treonin), alkaloid, flavonoida, minyak atsiri, asam chlorogenik, natrium, kalium, aluminium, kalsium, magnesium, fosfor, besi, vitamin A dan C
yang dapat meningkatkan nafsu makan,membantu dalam
penceranaan, menurunkan suhu tubuh yang dapat menghilangkan stress pada ayam sehingga stress dapat diatasi sehinggga tidak mempengaruhi sistem penceranaan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan broiler. Namun dengan adanya penambahan air rebusan 10 % pada air minum broiler secara diskontiniu tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan nafsu makan. Pengaruh yang terlihat dari pemberian air rebusan 10 % pada air minum broiler secara diskontiniu yaitu membantu saluaran pencernaan dalam mencerna pakan sehingga kecernaan pakan lebih tinggi dari kontrol yang dibuktikan dengan PBB perlakuan lebih baik dari kontrol, menurut Dalimartha (1999), beluntas memiliki khasiat untuk meningatkan nafsu makan dan membantu pencernaan, sehingga pakan yang dikonsumsi broiler dapat dicerna dengan mudah oleh saluran pencernaan broiler.
25
C. Konversi ransum Dalam Tabel 17 dari hasil pengamatan baik dari periode I dan periode II menunjukan bahwa konversi ransum perlakuan dari minggu pertama sampai minggu ke empat mengalami penurunan dan memiliki dampak yang baik karena daun beluntas mengandung amino (leusin, isoleusin, triptofan, treonin), alkaloid, flavonoida, minyak atsiri, asam chlorogenik, natrium, kalium, aluminium, kalsium, magnesium, fosfor, besi, vitamin A dan C yang dapat membantu sistem pencernaan broiler ini dibuktikan dengan penelitian Setiaji dan Sudarman (2005). Dengan pemberian rebusan air daun beluntas 10% dapat mengatasi stress pada ayam dan memperbaiki konversi ransum. Dalimartha (1999), beluntas memiliki khasiat meningkatkan nafsu makan dan membantu pencernaan, sehingga penyerapan nutrisi pakan dapat menjadi lebih baik yang mana berakibat dari semangkin baiknya konversi pakan yang ditunjukan oleh Tabel 19. Konversi ransum
yang rendah
merupakan
tujuan utama dalam
pemeliharaan broiler. Konversi ransum yaitu banyaknya pakan yang dihabiskan untuk memperoleh satu kilogram daging broiler. D. Konsumsi air minum Tabel 17. Konsumsi air minum menunjukan bahwa tingkat konsumsi air minum perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukan bahwa pemberian rebusan air daun beluntas sebanyak 10% berpengaruh terhadap konsumsi air minum. Rebusan daun beluntas yang memiliki manfaat tehadap pencernaan ini juga, mempengaruhi sistem pencernaan yang membantu daya
26
ceran ransum sehingga. Bila dilihat pada tabel konsumsi pakan, konsumsi pakan perlakuan lebih rendah dibandigkan dengan kontrol. Kebutuhan air minum tergantung pada temperatur kandang dan aktivitas ayam serta kebutuhan air minum dapat dikaitkan dengan umur ayam berikut tabel kebutuhan air minum broiler. Tabel 21. Konsumsi air minum untuk 1000 ekor broiler/minggu. Umur (minggu)
10 C
1 2 3 4
30 50 80 106
o
Temperatur Kandang 21.1 oC 32.2 oC Kebutuhan air minum (Ltr) 38 76 61 117 95 186 125 246
Sumber : North et al (1978) dalam Rasyaf (2004)
Konsumsi air minum ini sangat mempengaruhi pertumbuhan broiler karena bila kekurangan air minum akan menyebabkan pakan yang berada dalam saluran pencernaan akan lambat dan tergangu dalam proses pencernaan ini dijelaskan dalam Bailey et al (1990) dalam Setiaji dan Sudarman (2005) menyatakan bahwa ternak yang kekurangan air minun akan mengalami laju pakan dalam saluran pencemaan lebih lambat. Keadaan ini akan menyebabkan ternak merasa kenyang lebih lama sehingga ternak akan menurunkan konsumsi ransumnya. Pond et al (1995) dalam Setiaji dan Sudarman (2005) melaporkan efek menurunnya konsumsi air minum dapat menurunkan konsumsi ransum dan juga produktivitas ternak (bobot badan broiler). Jika melihat dari tabel 21 tentang kebutuhan dari air minum didapat bahwa kebutuhan air minum dapat ditentukan dari keadaan suhu, bila semangkin tinggi suhu maka akan semangkin tinggi juga konsumsi air minum. Untuk mengetahui
27
konsusmsi air minum perhari maka dapat dihitung bila kebutuhan air minum 76 liter perminggu maka 76/1000 = 0,076 liter perminggu selanjutnya untuk mengetahui perharinya 0,076 liter/7 hari yaitu 0,011 liter perhari. Jadi dari data selama PUM didapat bahwa konsumsi air minum minggu pertama yaitu periode ke-2 yaitu 12 liter, maka 12 liter/51 ekor yaitu 0,24 liter/ minggu jadi konsumsi perharinya yaitu 0,24 liter/7 hari yaitu 0,033 liter/ekor/hari. Konsumsi air minum broiler perlakuan baik di periode I dan periode II, konsumsi air minum lebih tinggi dibandingkan dari broiler kontrol baik periode I dan II. Dengan semangkin tinggi konsumsi air minum dari data PUM dapat disimpulkan bahwa semakin banyak konsumsi air minum maka akan membantu saluran pencernaan broiler dalam mencerna pakan yang dikonsumsi broiler, sehingga kecernaan terhadap pakan tinggi, dibuktikan dengan konversi pakan yang rendah dari broiler kontrol, baik dari periode I dan II. 4.2.2 Aspek finansial Sebagai parameter untuk menyatakan bisnis layak untuk dikembangkan kita dapat melihat dari analisis finansialnya, dimana jika anasisis finansialnya mendapatkan suatu keuntungan maka usaha dapat dilanjutkan dan dikembangkan. Untuk pertimbangan dapat dilihat dari hasil analisis R/C ratio, dan BEP dari usaha Untuk periode pertama dan kedua R/C Ratio ini lebih dari 1, baik dari yang kontrol maupun yang perlakuan, dengan begitu dapat dikatakan usaha ini mendapatkan keuntungan. Periode I dan II
R/C Ratio kontrol berturut-turut
yaitu 1,08 dan 1,59 sedangkan untuk perlakuan R/C Ratio berturut-turut yaitu 1,09 dan 1,59. Berarti dapat di simpulkan bahwa usaha yan dilakukan mendapatkan
28
keuntungan. Dilihat dari BEP Harga harga jual terendah pada periode I dan II kontrol yaitu Rp 18.346,- dan Rp 14.024,- sedangkan untuk perlakuan yaitu Rp 18.315,- dan Rp 14.909,-. BEP Skala usaha adalah banyaknya broiler yang dihasilkan agar dapat mengembalikan modal (impas). Pada periode I yaitu 46 kontrol dan perlakuan, pada periode II yaitu 32 kontrol perlakuan. Pada periode I tingkat kematian broiler yaitu 3 ekor dimana 3 ekor broiler terbagi 2 untuk kontrol dan 1 untuk perlakuan, penyebab mati broiler yang berkemungkinan besar yaitu strees broiler karena terjadi setelah vaksin ND untuk kontrol dan yang 1 untuk perlakuan karena masalah teknis yaitu ayam terjepit oleh lantai dari kayu. Sedangkan untuk periode II tingkat kematian broiler tidak terjadi kematian pada broiler. Akan tetapi selama pemeliharaan broiler terserang penyakit pernafasan (ngorok dan bersin-bersin) yang mengganggu pertumbuhan broiler namun dapat diatasi dengan pemberian neomeditril. Bila dibandingkan rencana dengan realisasi dalam aspek finansial maka realisasi dalam pelaksanaan PUM ini mendapat keuntungan yang jauh berbeda, dimana pada realisasi periode I dan II kontrol mendapatkan keuntungan sebesar Rp 76.485,- dan Rp 445.518,- sedangkan untuk perlakuan Periode I dan II yaitu Rp 95.525,- dan Rp 482.964,-. Untuk perencanaan didapatkan untung sebanyak Rp 66.202,- dan Rp 43.827,-, selisih keuntungan yang berbeda antara rencana dan realisasi ini dapat terjadi karena sistem pemasaran hasil dari produk dijual secara langsung kepada konsumen dengan kesepakatan harga dan tidak dijual ke pedagang pengepul karena bila dijual kepedagang pengepul akan mengalami kerugian.
29
4.2.3 Aspek teknis Selama menjalankan usaha ini (PUM) berjalan dengan prosedur sesuai proposal. akan tetapi kendala yang dihadapi selama proyek ini berlangsung adalah timbulnya gejala penyakit ngorok dan bersin pada ayam yang mengakibatkan laju pertumbuhan broiler lambat ini dicirikan dengan menurunnya nafsu makan pada broiler. Namun penyakit ini tidak berakibat fatal karena dilapangan hanya nafsu makan yang terganggu yang menyebabkan pertumbuhan broiler menjadi lambat.
30
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Pemberian rebusan air daun beluntas 10% pada air minum dapat : 1. Meningkatkan pertambahan bobot badan broiler perlakuan periode I dan II yaitu 1.129 gr dan 1.038 gr sedangkan untuk kontrol yaitu 1.099 gr dan 1018 gr. 2. Menurunkan konsumsi pakan dimana pakan perlakuan periode I dan II yaitu 1.654,40 gr dan 1.473,28 gr sedangkan untuk kontrol yaitu 1.682,80 gr dan 1.545,78 gr. 3. Memperbaiki konversi ransum perlakuan periode I dan II yaitu 6,01 dan 5,77 sedangkan untuk kontrol yaitu 6,49 dan 6,27. 4. Meningkatkan konsumsi air minum broiler perlakuan periode I dan II yaitu 169,86 ltr dan 114,4 ltr sedangkan untuk kontrol yaitu 158,8 ltr dan 104,7 ltr. 5.2 Saran Pemberian rebusan air daun beluntas hingga 10% dalam air minum secara diskontiniu dapat mensubsitusi suplemen kimia. Selain itu juga biaya pembuatan yang relatif murah, mudah dalam membuatnya dan ramah lingkungan.
31
Daftar Pustaka
AAK, 1986. Beternak ayam pedaging. Kanius. Yogyakarta Badan Pusat Statistik. 2014. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di provinsi. http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/demografipendud uk jke.php?ia=13&is=37 akses 8 mei 2014 Badan meteorologi dan geofisika Sumbar. 2014. akses 22 juli 2014 Dalimartha, S. 1999. Atlas tumbuhan obat indonesia. Trubus Agriwidya. Jakarta Dinas Peternakan. Sumbar, 2012.Unggas Kabupaten www.disnaksumbarprov.go.id. akses 20 juli 2014
Limapuluh
Kota.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2014.populasi ayam pedaging menurut provinsi. www.deptan.go.id/infoekslusifNak/2013pop_AyamRasPedaging_Pr0p2013. pdf-Adobe Reader, akses 6 mei 2014 Hariana, A. 2004. Tumbuhan obat dan khasiatnya. Penebar swadaya. Jakarta. 38-40 hal Nilawati dan Fati, N. 2014. BKPM Produksi unggas pedaging. 53-54 hal Novary, Eti, W. 1997. Penanganan dan pengolahan sayuran segar. Penebar Swadaya. Jakarta. 17 hal Rasyaf, M. 2004. Beternak ayam pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta Setiaji, D dan Sudarman, A. 2005. Ekstrak daun beluntas (Pluchea Indica Less) sebagai obat anti stress pada ayam broiler. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB. Bogor Sudaryani, T dan Santoso, H. 2009. Pembesaran ayam pedaging dikandang panggung terbuka. Penebar Swadaya. Jakarta Survei Sosial Ekonomi Nasional, konsumsi rata-rata per kapita setahun beberapa bahan makanan di Indonesia 2009-2013. www.pertanian.go.id/indicator/tabe-15b-konsumsi-rata,pdf akses 10 mei 2014
32
Lampiran Lampiran I. R/C Ratio, B/C Ratio, BEP Harga, BEP Hasil, dan BEP Skala usaha broiler kontrol, PUM periode I dan II Peroide I Periode II Uraian Hasil Uraian Hasil R/C Ratio (reneveu/cost) 1.080.000 1,08 1.200.000 1,58 1.003.515 754.482 B/C Ratio (benefit /cost) 76.485 0,08 445.518 0,59 1.003.515 754.482 BEP harga (cost/total produksi kg) 1.003.515 18.346 754.482 14.024 54,7 53,8 BEP Hasil (cost/ harga rata-rata perkg ) 1.003.515 50,83 754.482 33,83 19.744 22.305 BEP Skala Usaha (cost*jumlah populasi/pendapatan) 1.003.515 46 754.482 32 1.080.000 1.200.000 50 51 Keterangan
Lampiran 2. R/C Ratio, B/C Ratio, BEP Harga, BEP Hasil, dan BEP Skala usaha broiler perlakuan, PUM periode I dan II
Keterangan R/C Ratio (reneveu/cost) B/C Ratio (benefit /cost) BEP harga (cost/total produksi ) BEP Hasil (cost/ harga rata-rata perkg ) BEP Skala Usaha (cost*jumlah populasi/pendapatan)
Peroide I Periode II Uraian Hasil Uraian Hasil 1.145.000 1,09 1.300.000 1,59 1.049.475 817.036 95.525 0,09 482.964 0,59 1.049.475 817.036 1.049.475 18.315 817.036 14.909 57,3 54,8 1.049.475 19.982
52,52
817.036 23.723
34,44
1.049.475 1.145.000 50
46
817.036 1.300.000 51
32
33
Lampiran 3. Pertambahan bobot badan Minggu I II III IV Jumlah
Periode I Kontrol (gr) Perlakuan (gr) 119 121 347 293 442 488 191 227 1099 1129
Periode II Kontrol (gr) Perlakuan (gr) 103 105 238 238 434 388 226 307 1018 1038
Lampiuran 4. Konsumsi pakan broiler Minggu I II III IV Jumlah
Periode I Kontrol (gr) Perlakuan (gr) 144,20 140,80 336,30 328,00 659,40 645,00 542,90 540,60 1.682,80 1.654,40
Periode II Kontrol (gr) Perlakuan (gr) 156,86 158,86 387,25 348,04 552,45 516,18 449,22 450,20 1.545,78 1.473,28
Lampiran 5. Konsumsi air minum Minggu I I II III IV Jumlah
Periode I Kontrol (ltr) Perlakuan (ltr) 0,20 0,23 0,56 0,66 1,18 1,21 1,28 1,30 3,24 3,40
Periode II Kontrol (ltr) Perlakuan (ltr) 0,22 0,24 0,59 0,61 0,68 0,81 0,57 0,58 2,05 2,24
34
Lampiran 6. Jadwal pelaksanaan PUM No Kegiatan
Waktu Pelaksanaan 1 1
2
2 3
4
1
2
3 3
4
1
2
3
4
Periode I 1 Persiapan Kandang Dan Peralatan 2 Penyediaan Bibit 3 Pemeliharaan Dan Pengambilan Data 4 Panen Periode I 5 Persiapan Kandang Dan Peralatan 6 Penyediaan Bibit 7 Pemeliharaan Dan Pengambilan Data 8 Panen
35
Lampiran 7. Layout Proyek
Gambar 1. Letak dari penempatan tempet pakan, tempat minum dan lampu dalam kandang pelaksanaan proyek.
Keterangn Gambar :
Tenpat Pakan
Tempat Minum
Lampu
36
Lampiran 8. Dokumentasi PUM
37